KHASIAT RAMUAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA TERHADAP JUMLAH LEMAK ABDOMEN TIKUS HIPERLIPIDEMIA DWI PURNOMO AG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KHASIAT RAMUAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA TERHADAP JUMLAH LEMAK ABDOMEN TIKUS HIPERLIPIDEMIA DWI PURNOMO AG"

Transkripsi

1 KHASIAT RAMUAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA TERHADAP JUMLAH LEMAK ABDOMEN TIKUS HIPERLIPIDEMIA DWI PURNOMO AG PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 ABSTRAK DWI PURNOMO AG. Khasiat Ramuan Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Jumlah Lemak Abdomen Tikus Hiperlipidemia. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan MEGA SAFITHRI. Berdasarkan data empiris daun jati belanda dapat menurunkan bobot badan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh ekstrak daun jati belanda terhadap jumlah lemak abdomen tikus percobaan. Jaringan lemak yang dianalisis berasal dari 33 ekor tikus yang dibagi menjadi tujuh kelompok perlakuan: kelompok normal (1), kelompok hiperlipidemia (2), kelompok lovastatin (3), kelompok ekstrak tunggal daun jati belanda (4), kelompok ramuan ekstrak daun jati belanda/daun jambu biji/temulawak formula 1 (5) dan formula 2 (6) dan kelompok ramuan ekstrak daun jati belanda/temulawak (7). Jaringan lemak diekstraksi dengan pelarut petroleum eter menggunakan soxhlet (metode James). Jumlah lemak ditentukan dengan prinsip gravimetri. Hasil percobaan menunjukkan bahwa formula 2 dapat menurunkan jumlah lemak abdomen sebesar 27,06% (p<0,1), sedangkan kelompok lovastatin sebagai pembanding hanya menurunkan sebesar 8,68%. Walaupun formula dapat menurunkan jumlah lemak abdomen tetapi formula secara keseluruhan tidak dapat menurunkan bobot badan. Tidak ada korelasi antara jumlah lemak abdomen dengan bobot badan pada kelompok yang diberi formula.

3 ABSTRACT DWI PURNOMO AG. Effect of Bastard Cedar Leaf Extract Ingredient on The Amount of Visceral Fat Hyperlipidemic Rat. Under the direction of SULISTIYANI and MEGA SAFITHRI. Based on empirical data bastard cedar leaf has been used to reduce body weight. This research objective is to test the effect of bastard cedar leaf extract on the amount of visceral fat of the experimental rats. Adipose tissue were analyzed from 33 rats which divided into seven groups : normal (1), hyperlipidemic (2), lovastatine (3), single extract of bastard cedar leaf (4), mixture of bastard cedar leaf extract/guava extract/temulawak formula 1 (5) and formula 2 (6) and bastard cedar leaf extract/temulawak mixture (7). Adipose tissue were extracted by petroleum eter with soxhlet (James method). The amount of visceral fat was determined by gravimetry method. The result showed that formula 2 reduced the amount of visceral fat to 27,06% (p<0,1) while lovastatine group as the comparator reduced only 8,68%. Even thought the formula could reduced the amount of visceral fat, but they don t reduced body weight. There is no correlation between amount of visceral fat and body weight in groups that given formula treatment.

4 KHASIAT RAMUAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA TERHADAP JUMLAH LEMAK ABDOMEN TIKUS HIPERLIPIDEMIA DWI PURNOMO AG Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biokimia PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

5 Judul skripsi : Khasiat Ramuan Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Jumlah Lemak Abdomen Tikus Hiperlipidemia Nama : Dwi Purnomo AG NIM : G Disetujui Drh. Sulistiyani M.Sc. Ph.D Ketua Mega Safithri M.Si Anggota Diketahui Dr.drh.Hasim.DEA Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Tanggal lulus :

6 PRAKATA Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-nya yang berlimpah kepada penulis sehingga karya ilmiah yang berjudul Khasiat Ramuan Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Jumlah Lemak Abdomen Tikus Hiperlipidemia ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan April-Juni 2007 di Laboratorium Biokimia FMIPA IPB. Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D. selaku pembimbing utama dan Ibu Mega Safithri, S.Si., M.Si. selaku pembimbing anggota atas saran dan bimbingannya, Mba Martini, Ibu Iis, Ibu Marry, para laboran, dan dosen-dosen yang telah banyak membantu dan mengajarkan penulis selama penelitian. Ungkapan terimakasih tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan adik tercinta serta, Ayu, Atisha, Christian, Erlank, Rio, Sekar, Siswanto, serta teman-teman di Biokimia 40, dan teman-teman satu bimbingan yang telah membantu dan memberi motivasi kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Januari 2008 Dwi Purnomo AG

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 7 Pebruari 1985 dari ayah Achmad Hanafi dan ibu Sudarwanti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Pangandaran dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Selaksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Biokimia, Departemen Biokimia, Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota paduan suara mahasiswa IPB (Agriaswara) pada tahun ajaran 2003/2004. Penulis menjadi pengurus himpunan mahasiswa biokimia Crebs periode 2005/2006. Penulis juga pernah melakukan praktik lapang di Balai Besar Industri Agro Bogor pada bulan Juli hingga Agustus 2006 dengan judul praktik lapang Analisis Konsentrasi Kolesterol Makanan dengan Metode Saponifikasi Langsung Menggunakan Kromatografi Gas.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA Hiperlipidemia dan Obesitas Abdominal... 1 Metabolisme Lemak... 3 Obat Antihiperlipidemia... 4 Tikus Percobaan... 7 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat... 7 Metode Penelitian... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah lemak Abdomen Korelasi Jumlah Lemak Abdomen dengan Bobot Badan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii ii ii

9 DAFTAR TABEL Halaman 1 Klasifikasi obesitas menurut WHO (1998) Komposisi pakan standar Bobot badan tikus Jumlah lemak abdomen tikus Korelasi antara jumlah lemak abdomen dengan bobot badan Korelasi antara kolesterol hati dengan jumlah lemak abdomen Korelasi antara triasilgliserol darah dengan jumlah lemak abdomen DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Struktur Lovastatin Daun jati belanda Jambu biji Temulawak Sprague Dawley Persentase bobot badan tikus Persentase jumlah lemak abdomen tikus Korelasi jumlah lemak abdomen dengan bobot badan Korelasi kolesterol hati dengan lemak abdomen Korelasi triasilgliserol darah dengan jumlah lemak abdomen DAFTAR LAMPIRAN 1 Penelitian Data bobot tikus dengan konsentrasi lemak abdomen Analisis statistika... 22

10 PENDAHULUAN Maraknya konsumsi makanan fast food dan berkolesterol tinggi memicu meningkatnya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Sebab lain yang dapat memicunya yaitu pola hidup yang kurang sehat. Jalal dan Atmojo mengatakan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskuler di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang dewasa (usia diatas 35 tahun) untuk wilayah perkotaan atau sekitar 31% dari total penyebab kematian (Purwanto 2003). Salah satu penyakit yang dapat timbul akibat mengkonsumsi makanan yang tidak sehat yaitu hiperlipidemia. Hiperlipidemia dapat meningkatkan resiko terjadinya jantung koroner. Kondisi tersebut ditandai oleh meningkatnya konsentrasi lipid darah yang meliputi konsentrasi triasilgliserol, LDL dan kolesterol total dalam darah yang melebihi konsentrasi kolesterol normal. Penyakit yang lebih spesifik dapat terjadi pada orang yang menderita hiperlipidemia adalah obesitas. Orang yang memiliki berat badan lebih (gemuk) umumnya menderita hiperlipidemia, namun saat ini obesitas juga dapat terjadi pada orang yang kurus. Tandatanda hiperlipidemia pada orang yang kurus umumnya dapat dilihat dari kondisi fisik perutnya. Orang yang memiliki kelebihan berat badan pada bagian perut saja disebut obesitas abdominal. Rasmunson melaporkan cara untuk menghindari penyakit hiperlipidemia yang terkait dengan penyakit kardiovaskuler yaitu dengan cara mengurangi konsumsi lemak jenuh, makanan berkolesterol, gula, alkohol, dan garam yang disertai dengan meningkatkan konsumsi makanan berserat (Purwanto 2003). Jika seseorang mengalami hiperlipidemia, maka untuk mengurangi efek yang ditimbulkannya perlu mengatur diet dan mengkonsumsi obat-obatan. Kenyataannya obat-obatan sintetik harganya terlalu mahal dan biasanya memiliki efek samping yang merugikan. Guna mengatasi hal tersebut, masyarakat mulai memilih pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif yang paling banyak dilakukan yaitu mengkonsumsi jamu. Oleh karena itu obatobatan dari bahan alam perlu dikaji lebih lanjut. Beberapa tanaman yang biasanya terdapat dalam jamu dan diyakini sebagai obat antihiperlipidemia adalah daun jati belanda, daun jambu biji dan rimpang temulawak. Data empiris menyebutkan bahwa masyarakat pada umumnya menggunakan daun jati belanda sebagai obat pelangsing dan obat darah tinggi. Sedangkan daun jambu biji biasa digunakan sebagai obat diare dan obat luka bakar oleh masyarakat. Temulawak di masyarakat biasa digunakan sebagai obat penyakit hati (Dalimartha 2005). Penelitian mengenai khasiat masing-masing tanaman tersebut telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa ekstrak daun jati belanda, ekstrak rimpang temulawak dan daun jambu biji ternyata dapat digunakan sebagai antihiperlipidemia (Lestarina et al 2005). Data ilmiah mengenai khasiat daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak secara masing-masing sebagai antihiperlipidemia masih terbatas. Pengaruh ekstrak campurannya terhadap jumlah lemak abdomen pun belum diketahui. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh campuran ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak terhadap jumlah lemak abdomen tikus hiperlipidemia. Selain itu penelitian ini juga bertujuan menguji pengaruh pemberian campuran ekstrak dan pakan kolesterol terhadap perubahan bobot badan. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak daun jati belanda dengan pelarut etanol dapat menurunkan jumlah lemak abdomen. Selain itu kombinasi ramuan daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak dapat menghambat peningkatan bobot badan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tambahan tentang pengaruh ramuan ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak terhadap jumlah lemak abdomen. Hasil penelitian juga dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian pakan kolesterol dan ekstrak campuran terhadap perubahan bobot badan. TINJAUAN PUSTAKA Hiperlipidemia dan Obesitas Abdominal Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan patologis yang diakibatkan oleh kelainan metabolisme lipid darah yang

11 ditandai dengan meningkatnya konsentrasi kolesterol darah (hiperkolesterolemia), triasilgliserol (hipertrigliseridemia) atau kombinasi keduanya (Kamaluddin 1993). Lipid merupakan zat yang kaya energi yang berfungsi sebagai sumber utama untuk proses metabolisme. Lipid juga merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel saraf serta empedu. Sel-sel lipid dapat digunakan sebagai sumber pelindung tubuh dari dingin dan pelindung tubuh dari cedera. Hiperlipidemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu bobot badan, usia, kurang olah raga, stress, gangguan metabolisme, gangguan genetik dan pola konsumsi makanan yang tidak sehat. Konsumsi makanan yang kaya kolesterol dan asam lemak jenuh dapat menekan pembentukan reseptor LDL, sehingga meningkatkan kolesterol di dalam darah (Grundy 1991). Hiperlipidemia cenderung terjadi pada penderita obesitas. Penderita obesitas yaitu orang yang bobot badannya berlebihan, secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik. Obesitas merujuk pada keadaan kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak pada jaringan tubuh yang berlebih. Kelebihan lemak tersebut dikategorikan obesitas jika komposisi lemak melebihi 30% pada wanita dan 25% pada laki-laki. Komposisi normal lemak tubuh wanita yaitu 12-28% sedangkan pada laki-laki 18-24%. Penderita obesitas biasanya akan mengalami masalah kesehatan seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit hati yang dapat menyebabkan kematian (Azwar 2004). Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) per hari. Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, maka kelebihan energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam sel lemak di bawah kulit. Jika penimbunan semakin banyak maka akan terjadi perubahan anatomis (Azwar 2004). Penumpukan jaringan lemak pada wanita biasanya berada di sekitar pinggul, paha, lengan, pinggung dan perut, selanjutnya meluas ke seluruh tubuh sampai ke muka. Penumpukan jaringan lemak pada laki-laki umumnya terjadi di bagian perut. Obesitas abdominal merupakan obesitas yang menitik beratkan pada penumpukan lemak di bagian perut (Irawan 2007). Selama ini faktor penyebab obesitas abdominal menitik beratkan pada obesitas secara keseluruhan yang menghubungkannya dengan konsentrasi kolesterol yang tinggi. Pengetahuan saat ini lebih menitikberatkan kepada tiga hal yaitu jumlah lemak abdomen, LDL dan triasilgliserol tinggi serta HDL rendah. Orang yang menderita obesitas abdominal, mekanismenya diduga berupa predisposisi diabetes tipe 2, yaitu terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat, yang berasal dari suatu lemak visceral (lemak yang menempel pada organ dalam tubuh) yang membesar. Proses ini menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam lemak bebas di hati sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya adalah peningkatan glukoneogenesis yang menunjukkan peningkatan glukosa darah. Obesitas abdominal tidak hanya terjadi pada orang yang terlalu gemuk. Orang yang kurus dengan lingkar perut lebih dari normal (buncit) dapat dikatakan obesitas dan memiliki resiko terserang penyakit degeneratif yang sama dengan orang yang mengalami obesitas keseluruhan. Hal ini disebabkan lemak abdomen merupakan lemak sangat aktif secara metabolik dibanding lapisan lemak bawah kulit. Ketika lemak ini dipecah oleh metabolisme tubuh, sangat banyak lemak diproduksi sebagai hasilnya dan memasuki aliran darah (Irawan 2007). Obesitas dapat menyebabkan tubuh cepat lelah, jantung berdetak cepat, pernapasan terganggu dan sulit tidur (insomnia). Menurut Irawan (2007) kondisi sulit tidur dapat meningkatkan nafsu makan. Penyebabnya yaitu terletak pada pengaruh hormon leptin dan hormon ghrelin. Hormon leptin adalah hormon yang berfungsi menghambat pengaturan sinyal lapar, terjaga dari tidur dan menurunkan selera makan; sedangkan hormon ghrelin berfungsi meningkatkan selera makan. Penderita obesitas konsentrasi leptinnya menurun sekitar 18% sedangkan ghrelin meningkat 28%, akibatnya menimbulkan rasa lapar. Keadaan ini yang memicu terjadinya obesitas, jika tidak dapat dikendalikan dengan benar.

12 Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit. Salah satu penyebabnya yaitu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan kelenjar endokrin. Rusaknya kelenjar endokrin menyebabkan terlalu banyak hormon dalam aliran darah. Kelebihan hormon ini menggangu kendali saraf di otak yang mengatur kepuasan makan. Menurut WHO (1998) obesitas diklasifikasikan ke dalam 6 kategori yaitu berat badan kurang dengan indeks massa tubuh <18,5; kategori berat badan normal dengan indeks massa tubuh 18,5-24,9; kategori berat badan lebih dengan indeks massa tubuh 25-29,9; kategori obesitas I dengan indeks massa tubuh 30-34,9; kategori obesitas II dengan indeks masa tubuh 35-39,9 dan kategori sangat obesitas dengan indeks massa tubuh >39,9 (Tabel 1). Cara menentukan indeks massa tubuh yaitu dengan menggunakan rumus berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan yang dikuadratkan (m 2 ) atau dapat ditulis sebagai berikut: Indeks Massa Tubuh = Berat badan (Kg) Tinggi Badan (m 2 ) Tabel 1 Klasifikasi obesitas menurut WHO (1998) Indeks massa tubuh Kategori obesitas <18,5 Berat badan kurang 18,5-24,5 Berat badan normal 25-29,9 Berat badan lebih 30-34,9 Obesitas I 35-39,9 Obesitas II >39,9 Sangat obesitas Metabolisme Lemak Lemak merupakan kelompok senyawa lipid sederhana yang kaya energi yang terdiri atas asam lemak dan gliserol (Mayes 1999). Lemak biasa disebut triasilgliserol. Triasilgliserol merupakan komponen utama dari depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan yang berbentuk molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger 1982). Triasilgliserol memiliki fungsi utama sebagai depot lemak. Sel lemak sebagian besar ditemukan di bawah kulit, pada rongga abdominal, dan di dalam kelenjar susu. Lemak pada orang gemuk, beberapa kilogram triasilgliserol disimpan di dalam sel lemak tubuh, yang keberadaannya cukup untuk memberikan energi basal tubuh selama beberapa bulan. Beberapa hewan menggunakan triasilgliserol yang disimpan di bawah kulit sebagai insulasi terhadap suhu rendah (Lehninger 1982). Lemak yang berada dalam tubuh berasal dari makanan. Makanan atau pakan yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa pakan standar dan pakan kolesterol. Pakan kolesterol ini terdiri atas pakan standar dan komponen tambahan seperti kuning telur, lemak kambing dan minyak curah. Karbohidrat menghasilkan glukosa yang akan mengalami glikolisis, sedangkan protein asam amino yang dapat digolongkan menjadi glukogenik atau ketogenik. Asam amino tersebut kemudian akan mengalami sintesis yang kemudian akan masuk ke dalam siklus krebs. Lemak menghasilkan sebagian besar gliserol dan sisanya kolesterol, asam lemak bebas dan fosfolipid. Pencernaan lemak diawali dengan hidrolisis triasilgliserol makanan oleh enzim lipase gastrik dan lingual membentuk asam lemak bebas dan 1,2-diasilgliserol (Mayes1999). Selanjutnya asam lemak hidrofilik rantai pendek yang dilepas akn diserap lewat dinding lambung dan masuk ke dalam vena porta, sedangkan asam lemak rantai panjang yang larut dalam butir-butir lemak akan masuk ke dalam duodenum. Selanjutnya dalam duodenum enzim yang berperan dalam mencerna butir-butir lemak adalah lipase pankreas. Lipase pankreas ini menghidrolisis triasilgliserol menjadi 2 monoasilgliserol dan 2 asam lemak rantai panjang yang kemudian akan ditranspor menuju permukaan mikrovili untuk diserap melalui pembuluh darah. Pembentukan triasilgliserol terjadi di hati dan jaringan adiposa. Penyimpanan lemak pada jaringan adiposa melibatkan hormon insulin. Insulin ini merangsang metabolisme glukosa di dalam sel adiposa. Insulin mengaktifkan enzim glikolitik-fruktokinase- 1 dengan meningkatkan konsentrasi fruktosa 2,6-bisfosfat. Insulin juga merangsang defosforilasi piruvat dehidrogenase, sehingga piruvat yang dihasilkan melalui glikolisis dapat dioksidasi dalam siklus asam trikarboksilat. Triasilgliserol tidak disimpan di hati, tetapi dikemas bersama apoprotein dan lemak lain dalam lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) dan disekresikan ke dalam darah. Selanjutnya di dalam kapiler berbagai jaringan, lipoprotein lipase mencerna triasilgliserol pada VLDL dan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Gliserol tersebut kemudian diangkut menuju

13 hati dan jaringan lain untuk dimanfaatkan. Sebagian asam lemak kemudian dioksidasi oleh otot dan jaringan lain, tetapi setelah makan sebagian besar asam lemak diubah menjadi triasilgliserol dan disimpan di dalam sel adiposa. Asam-asam lemak ini dibebaskan selama masa puasa dan berfungsi sebagai bahan bakar utama bagi tubuh. Pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa melibatkan lipase peka hormon. Lipase peka hormon merupakan enzim yang berperan dalam penguraian triasilgliserol menjadi asam lemak bebas dan glilserol pada jaringan adiposa (Meijer 1998). Lipase peka hormon menjadi aktif dan dapat menguraikan triasilgliserol setelah mengalami fosforilasi. Fosforilasi ini terjadi pada saat keadaan puasa. Saat puasa konsentrasi insulin rendah dan glukagon tinggi, akibatnya terjadi peningkatan camp yang merangsang protein kinase. Protein kinase inilah yang melakukan fosforilasi terhadap lipase sensitif hormon. Obat Antihiperlipidemia Hiperlipidemia umumnya dapat dikendalikan hanya dengan melakukan diet rendah lemak jenuh dan rendah kalori. Kasus-kasus hiperlipidemia berat dan herediter umumnya terjadi pada usia muda. Kasus seperti ini jika hanya melakukan diet saja kurang efektif, seharusnya menggunakan obat antihiperlipidemia yang mampu mengendalikan konsentrasi plasma kolesterol, triasilgliserol atau keduanya dengan baik. Pengendalian ini pun harus dilakukan seumur hidup, akibatnya obat antihiperlipidemia pun harus digunakan dalam jangka panjang pula. Inti kelainan patologis pada hiperlipidemia ini adalah kegagalan transportasi dan pengelolaan lipid yang terdiri atas kolesterol, triasilgliserol, fosfolipid dan asam lemak bebas. Kolesterol dan triasilgliserol memegang peran kunci, karena pengaturan konsentrasi fosfolipid dan asam lemak bebas tergantung padanya, selain itu pada ateroma (timbunan lemak) pembuluh darah sedang dan besar ditemukan timbunan kolesterol pada tunika intima (jaringan bagian dalam pembuluh darah yang tersusun oleh sel endotel) dengan manifestasi klinis berupa Penyakit Jantung koroner (PJK), strok dan sebagainya. Transportasi lipid dalam darah pun sebagian besar terikat dengan protein yang membentuk kompleks berbentuk sferis (cembung) dengan berbagai densitas (Kamaluddin 1993). Obat sintetik yang dapat digunakan sebagai antihiperlipidemia yaitu Lovastatin (Gambar 1). Lovastatin merupakan obat yang paling efektif mengobati hiperlipidemia dan termasuk ke dalam golongan statin. Golongan statin efektif digunakan karena statin merupakan inhibitor kompetitif dari 3-hidroksi-3-metilglutarilkoenzim-A (HMG-KoA) reduktase. (Goodman & Gilmans 2001). Enzim ini merupakan enzim yang mengkatalisis konversi HMG-CoA menjadi mevalonat, suatu prekursor sterol, termasuk kolesterol (Katzung 2002). Nama dagang Lovastatin diantaranya yaitu Mevacor, Advicor, Altoprev (American Society of Health- System Pharmacists 2004), Lipovas (Tempo Scan Pacific), Belvas (IPI), Lovacol (Dexa Medica), Lotyn (New Interbat), Lovatrol (Fahrenheit), Paschol (Kalbe Farma) (Dalimartha 2005). Rumus umumnya C 24 H 36 O 5 berbentuk serbuk kristal nonhigroskopik berwarna putih yang tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam etanol, metanol, dan asetonitril. Lovastatin merupakan senyawa non polar. Berdasarkan strukturnya, lovastatin memiliki satu bentuk cincin lakton yang sewaktu-waktu dapat terhidrolisis jika bereaksi dengan asam. Unsur aktif yang dapat ditambahkan pada lovastatin yaitu selulosa, laktosa, magnesium stearat dan pati. Butilat hidroksianisol (BHA) pun dapat ditambahkan pada lovastatin sehingga lovastatin dapat tahan lama (Merck 2005). Obat inhibitor HMG-CoA reduktase yang lain yaitu simvastatin, pravastatin, atrovastatin, fluvastatin dan cerivastatin. Obat-obatan ini dapat menurunkan biosintesis kolesterol dengan cara menghambat biosintesis secara kompetitif enzim HMG-CoA reduktase. Obat golongan ini menginduksi peningkatan reseptor LDL berafinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan baik katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi prekursor LDL oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Karena penyerapan lovastatin oleh hati cukup besar, maka efek utamanya terjadi di hati (Katzung 2002). Gambar 1 Struktur Lovastatin

14 Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Nama latin jati belanda adalah Guazuma ulmifolia var. Tomentosa atau G. Tomentosa. Tumbuhan jati belanda berasal dari benua Amerika. Namanya dalam bahasa Inggris yaitu Bastard cedar, sedangkan namanya dalam bahasa perancis yaitu orme d amerique (Suharmiati & Maryani 2003). Tumbuhan ini termasuk ke dalam divisi spermatophyta, kelas dicotyldone, suku sterculiaceae dan marga guazuma. Jati belanda dapat tumbuh cepat dengan tinggi mencapai 0-22 m dan biasanya tumbuh di hutan. Morfologinya yaitu bunganya berwarna kuning berbintik merah. Daunnya berbentuk jantung dan berbulu pada bagian bawah dan akan siap dipanen ketika pohon sudah berumur 2-3 tahun. Buahnya sangat keras, beruas lima dan berwarna hitam serta memiliki banyak biji yang berwarna kuning kecoklatan, berlendir dan rasanya agak manis. Jati belanda akan berbuah setelah berumur kurang lebih 5-6 tahun. Perbanyakan jati belanda biasanya secara generatif dengan biji, karena cara memperbanyak dengan cangkok masih sulit dilakukan dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Cara vegetatif menggunakan stek dengan perlakuan khusus sekali pun belum banyak membantu. Kandungan kimia dari jati belanda yaitu kulitnya mengandung minyak lemak, glukosa, asam damar, lendir dan zat yang rasanya pahit. Hendri (2006) menyebutkan kandungan umum dari tanaman jati belanda yaitu tanin dan musilago. Kandungan lainnya yaitu resin, flavonoid, karotenoid, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, kafein, terpen, juga senyawa lain seperti sterol, beta-sitosterol, friedelin-3-alfa-asetat, friedelin-3-beta-ol, alkoloida serta karbohidrat dan minyak lemak. Daunnya mengandung alkaloid, damar dan zat samak, sedangkan menurut Miradiono (2002) daun jati belanda mengandung flavonoid, fenol, hidrokuinon, dan senyawa flavonoid lain seperti kalkon, auron dan flavonol. Suharmiati dan Maryani (2003) menyatakan daun jati belanda mengandung senyawa alkaloid, b-sitosterol, kafein, friedelin-31-asetat, terpen, triterpen (sterol), resin, glukosa, asam lemak, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat serta minyak lemak (Gambar 2). Tanin yang banyak terkandung di bagian daun, mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara mengendapkan mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Kandungan lain yaitu musilago yang berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Adanya musilago, absorbsi usus terhadap makanan dapat dikurangi. Hal ini alasan kuat pemanfaatan daun jati belanda sebagai obat susut perut dan pelangsing. Perkembangan selanjutnya, daun jati belanda juga banyak dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit kolesterol dan rematik gout. Walaupun data ilmiah mengenai khasiat dan mekanisme kerja daun jati belanda sebagai jamu masih sangat kurang, tetapi beberapa penelitian terhadap daun jati belanda telah dilakukan. Pramono et al melaporkan bahwa lendir daun jati belanda per oral dapat menghambat perkembangan berat badan tikus dibandingkan kontrol (air suling) (Rahardjo et al 2004). Monika dan Farida (2000) juga melaporkan bahwa ekstrak daun jati belanda per oral dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total darah kelinci. Joshita et al pun melaporkan bahwa seduhan daun jati belanda berpengaruh meningkatkan aktivitas enzim lipase secara in vitro (Rahardjo et al 2004). Gambar 2 Daun jati belanda Jambu Biji (Psidium guajava L.) Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Tanaman ini berasal dari Brazilia, Amerika tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di berbagai daerah di Jawa. Tanaman ini merupakan tanaman perdu dengan tinggi 5-10 m. Morfologi tanaman ini yaitu batang berkayu berbentuk bulat dan dapat mengelupas. selain itu, batangnya bercabang dengan warna cokelat kehijauan. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur dengan ujung tumpul dan pangkal membulat. Panjangnya kira-kira 6-14 cm,

15 lebar 3-6 cm, pertulangannya menyirip dan warna daunnya hijau kekuningan (Gambar 3). Bunganya tunggal terletak di ketiak daun dengan mahkota berbentuk bulat telur. Panjangnya sekitar 1-5 cm, kelopaknya berwarna putih kekuningan. Buahnya berbentuk buni, bulat telur dan berwarna putih kekuningan (Soedibyo 1998). Kandungan tanaman ini yaitu zat samak, minyak atsiri, triterpenoid, lekosianidin, kuersetin (Soedibyo 1998). Menurut Dalimartha (2000) daun jambu biji ini mengandung tanin, minyak atsiri, dammar, zat samak, triterpenoid, dan asam malat, sedangkan buahnya mengandung asam amino (triptofan, lisin), pectin, kalsium, fosfor, besi, mangan magnesium, belerang dan vitamin (A, B 1, dan C). Daun jambu biji oleh masyarakat Indonesia digunakan sebagai obat diabetes melitus, maag, beser (sering kencing), sariawan, sakit perut, obat luka, disentri, diare dan radang usus, perut kembung (Dalimartha 2000). Salah satu khasiat yang sangat sering digunakan yaitu sebagai obat demam berdarah. Namun umumnya jenis jambu yang digunakan untuk obat demam berdarah adalah jambu biji yang berwarna merah. Efek farmakologi dan hasil penelitian mengenai jambu biji cukup banyak. Djunaid melaporkan, secara in vitro rebusan daun jambu biji dengan konsentrasi (b/v) 5%, 10% dan 20% dapat mengurangi kontraksi usus halus terpisah marmut yang sebanding dengan atropine sulfat 2,5 mcg/ml. Efek lainnya yaitu dilaporkan oleh Puspitawati yaitu infus buah jambu biji pada kelinci memiliki efek hipoglikemik (Dalimartha 2000). Gambar 3 Jambu biji Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) Curcuma berasal dari bahasa Arab yang berarti kuning, sedangkan xanthoriza berasal dari bahasa yunani: xanthos berarti kuning dan rhiza berarti umbi akar. Temulawak (curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak termasuk ke dalam kelas monocotyledonae divisi spermatophyta, bangsa zingiberales suku zingiberaceae dan marga curcuma (Gambar 4). Tanaman ini termasuk tanaman herba dalam kelas monokotil, sehingga tanaman ini tidak memiliki akar tunggang melainkan rimpang. Temulawak juga dapat berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut. Temulawak termasuk jenis tumbuhan yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar berbentuk lanset, warnanya hijau tua dengan jari-jari cokelat dibagian tulang daunnya, dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Bagian tengah daunnya pun berwarna ungu. Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Bunganya bersifat lateral, tangkai bunga ramping dan berbulu dengan panjang 4-37 cm. Rimpang temulawak sejak dulu dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Rimpang temulawak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rimpang induk dan rimpang cabang. (Dalimartha 2000). Rimpang temulawak terdiri atas fraksi pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Fraksi kurkuminoid merupakan komponen yang dapat memberi warna kuning pada rimpang. Daging buah (rimpang) temulawak pun mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap, kamfer, glukosida, folumetik karbinol. Kurkumin secara umum berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, menurunkan konsentrasi kolesterol dan triasilgliserol darah, antibakteri, dan sebagi antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal bebas berbahaya. Kurkumin yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris (obat jerawat), selain sebagai antiinflamasi (anti radang) dan antihepatotoksik (anti keracunan empedu).

16 Liang et al melaporkan hasil uji klinis temulawak terbukti berkhasiat sebagai peluruh cairan empedu sehingga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol dalam tubuh. Khasiat ini disebut juga kolagogum (Hudayanti 2004). Temulawak dapat digunakan sebagai obat untuk sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala, masuk angin, maag, sakit perut, produksi ASI, nafsu makan, sembelit, sakit cangkrang, cacar air, sariawan dan jerawat. Berdasarkan penelitian Budhidjaya (1988) pemberian kurkuminoid 10 mg, 15 mg, dalam tween 80 dan air pada kelinci hiperlipidemia yang tidak diketahui jelas kenaikan konsentrasi kolesterolnya, dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total dan triasilgliserol darah, sedangkan dosis temulawak 20 mg dapat menaikkan HDLkolesterol. Gambar 4 Temulawak Tikus Percobaan Hewan percobaan yang sering digunakaan adalah tikus. Ada beberapa jenis yang umumnya digunakan yaitu tikus putih (Rattus novergicus), mencit (Mus musculus), tikus hitam (Rattus rattus), wistar, dan Sprague-Dawley. Hewan percobaan tikus sering digunakan karena memiliki karakteristik yang menguntungkan. Karakteristiknya yaitu tikus dapat hidup lebih baik jika mereka berada sendiri di kandang. Selain itu pengaturannya dan pemeliharaannya pun mudah dilakukan. Tikus juga sangat peka terhadap asupan makanan yang diberikan padanya. Tikus yang digunakan pada percobaan ini yaitu tikus galur Sprague-Dawley (Gambar 5). Karakteristik tikus jenis ini yaitu, tikus ini aktif di malam hari, tidak memiliki kantung empedu dan tidak dapat memuntahkan isi perutnya. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya pun relatif sama dengan kebutuhan gizi untuk manusia, yaitu karbohidrat, protein, mineral dan vitamin (Muchtadi 1989). Kebutuhan protein untuk tikus adalah 12% (lengkap berisi 20 asam amino), lemak 5% dan serat kasar sekitar 5%, makanan tikus juga harus mengandung vitamin A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin, piridoksin dan kolin serta mineral-mineral tertentu (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Pertambahan bobot tubuh tikus dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Gambar 5 Sprague Dawley BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah Jaringan lemak abdomen tikus yang hiperlipidemia dari penelitian Rahayu (2007), ekstrak daun jati belanda, ekstrak daun jambu biji dan ekstrak temulawak yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM IPB, akuades, kloroform, HCl, petroloem eter, Propil Tiourasil (PTU) yang diperoleh dari Apotik Sehat, Lovacol, pakan standar yang diperoleh dari Toko Subur yang berada di pasar Bogor (tabel 2), pakan kolesterol adalah pakan standar yang mengandung kolesterol. Peralatan yang digunakan saat pembedahan yaitu pisau bedah, pinset dan gunting bedah. Peralatan yang digunakan untuk analisis lemak yaitu oven, sentrivuse klinis, neraca analitik, labu didih, eksikator, soxhlet dan seperangkat peralatan refluks. Metode Penelitian Persiapan Perlakuan Pakan kolesterol dipersiapkan oleh Rahayu (2007). Pakan kolesterol tersebut terdiri atas pakan standar, 1,5% (b/b) kolesterol yang berasal dari kuning telur (dalam 0,1002 gram tepung telur terkandung 6,08% b/b), 5% (b/b) lemak kambing, 1%(b/b) minyak curah, sedangkan dosisi PTU 0,01% yang diberikan sebesar 0,5 mg/kg BB. Pemberian pakan baik pakan standar maupun pakan kolesterol setiap hari sebanyak 20 g/ekor/hari. Dosis lovastatin yang diberikan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

17 dosis pada tikus = dosis pada manusia x bobot badan tikus bobot badan manusia Dosis normal yang diberikan pada manusia dengan bobot sekitar 70 kg adalah 20 mg/hari, sehingga dosis yang diberikan pada tikus dengan bobot 200 gram adalah sebesar = x 200 g = 0,2857 mg/kg BB/hari Formula yang diberikan pada tikus kelompok perlakuan ekstrak formula 1 terdiri atas daun jati belanda yang dikombinasikan dengan daun jambu biji dan temulawak. Formula 2 terdiri atas ramuan ekstrak daun jati belanda yang dikombinasikan dengan daun jambu biji dan temulawak dengan dosis daun jati belanda lebih banyak dibandingkan dengan formula 1. Formula 3 terdiri atas ramuan ekstrak daun jati belanda yang dikombinasikan hanya dengan temulawak. Tabel 2 Komposisi pakan standar Komposis Konsentrasi % (b/b) Air 5,88 Abu 31,63 Protein 17,31 Lemak 10,63 Karbohidrat 14,74 Serat kasar 15,64 Kolesterol 3,53 Kalsium 0,33 Fosfor 0,12 Rancangan Percobaan Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan Rahayu (2007) hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley berumur 2 bulan dengan bobot badan rata-rata 200 gram sebanyak 33 ekor. Sebelum diberi perlakuan tikus diadaptasikan terlebih dahulu untuk menyeragamkan pola makan dan pakannya. Selanjutnya 33 tikus tersebut dibagi menjadi 7 kelompok. Kelompok I dan III terdiri atas 4 tikus jantan. Kelompok I adalah kontrol normal yang hanya diberi pakan standar selama percobaan, sedangkan kelompok II adalah kelompok hiperlipidemia. Selanjutnya kelompok III ialah kelompok pembanding (Lovastatin). Kelompok IV ialah kelompok formula, sedangkan kelompok V adalah kelompok formula 2. Selanjutnya kelompok VI merupakan kelompok formula 3 dan kelompok VII adalah kelompok ekstrak daun jati belanda tunggal. Kelompok hiperlipidemia, pembanding, dan perlakuan mendapatkan pakan kolesterol dan PTU 0.01% selama percobaan. Kelompok pembanding dicekok dengan lovastatin dosis mg/kg BB/hari mulai minggu ke-11 sampai minggu ke-16 masa percobaan. Kelompok IV, V, VI, dan VII dicekok dengan formula 1, formula 2, formula 3 dan ekstrak etanol daun jati belanda secara berturut-turut mulai minggu ke-11 sampai minggu ke-16 masa percobaan. Komposisi pakan kolesterol yang diberikan mengalami perubahan di minggu ke-8. Komposisinya berubah menjadi sebagai berikut: lemak kambing menjadi 10%(b/b) dan minyak goreng menjadi 1%(b/b). Dosis PTU 0.01% juga berubah dari 0.05 mg/kg BB menjadi 1 mg/kg BB. Analisis jumlah lemak abdomen tikus hiperlipidemia dengan metode ekstraksi soxhlet dilakuan pada akhir perlakuan dengan cara membedah tikus dan diambil seluruh lemak yang terdapat di rongga tubuh tikus tersebut. Setelah itu dibandingkan dengan data bobot badan yang diperoleh pada pengukuran bobot badan setiap minggunya dan data triasilgliserol darah serta data kolesterol hati yang diperoleh dari penelitian Rahayu (2007). Pembuatan Ekstrak Sesuai yang dijelaskan oleh Rahayu (2007) ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB). Bahan-bahan tersebut diperoleh dengan cara maserasi menggunakan etanol 70 %(b/v). Ekstrak etanol dari daun jati belanda berbentuk serbuk kristal berwarna hijau kehitaman, ekstrak etanol daun jambu biji berupa pasta yang keras dan berwarna merah kehitaman, sedangkan ekstrak etanol temulawak berupa cairan berwarna kuning tua. Guna menghindari kerusakan pada ekstrak, maka ekstrak dimasukan ke dalam pelastik dan disimpan di lemari pendingin. Penyiapan Pakan Kolesterol (Rachmadani 2001) Pembuatan pakan kolesterol dilakukan oleh Rahayu (2007). Prosesnya yaitu pakan dibuat dengan mencampurkan kolesterol 1,5%(b/b), lemak kambing 10%(b/b), minyak goreng curah 1%(b/b) dan pakan standar hingga 100% sampai terbentuk pelet. Tepung kolesterol dibuat dengan cara mempersiapkan kuning telur ayam negeri.

18 Kuning telur tersebut dipisahkan dari putih telurnya kemudian dikukus. Selanjutnya kuning telur dipisahkan dari selaput lendirnya dan digerus sampai halus kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 70 o C selama kira-kira 24 jam, sambil digerus kembali hingga benarbenar kering. Sebelum digunakan, kolesterol yang berasal dari kuning telur tersebut diukur konsentrasinya. Prosesnya yaitu tabung sentrifus 15 ml diisi dengan 12 ml campuran alkohol eter (3:1). Selanjutnya dimasukkan kurang lebih 0,02 g tepung kuning telur ayam diaduk perlahan hingga semua tercampur dengan alkohol-eter. Selanjutnya tabung ditutup rapat dan didiamkan selama lima belas menit. Setelah itu kemudian disentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan yang diperoleh kemudian dipindahkan ke dalam gelas piala kering berukuran 50 ml dilanjutkan dengan diuapkan pada penangas air hingga supernatan benar-benar kering. Selanjutnya residu dianalisis dengan metode Lieberman-Buchard (Kaplan 1996). Prosesnya yaitu residu yang tersisa ditambah kloroform 2-2,5 ml dan dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil ekstraknya kemudian dipindahkan ke dalam tabung sentrifus. Supaya ekstrak benar-benar tidak tersisa kemudian gelas piala dibilas dengan 2-2,5 ml kloroform. Standar kolesterol diambil sebanyak 5 ml, dan blanko, dan blanko kloroform 5 ml kemudian ditempatkan ke dalam tabung sentrifus. Selanjutnya ditambahkan 2 ml asetat anhidrida dan 0,1 ml asam sulfat pekat pada semua tabung, lalu dikocok. Setelah itu tabung disimpan dalam ruang gelap selama 15 menit dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV. Penentuan Jumlah Lemak abdomen dengan modifikasi metode James (Hamilton 1995) Sampel dari masing-masing kelompok ditimbang sebanyak 0,5000 gram untuk satu kali analisis. Selanjutnya masing-masing sampel dimasukkan ke dalam gelas piala berbeda, kemudian ke dalam gelas piala tersebut ditambahkan 5 ml akuades dan 10 ml HCl 25%(b/v). Gelas piala berisi sampel, akuades dan HCl tersebut kemudian dihidrolisis di atas pemanas datar. Proses hidrolisis ini dilakukan di lemari asam hingga hidrolisat hampir kering dan. Setelah itu hidrolisat disaring dengan kertas saring dan dibilas dengan akuades panas agar pencucian berlangsung cepat. Proses selanjutnya yaitu hidrolisat yang sudah dibilas dengan akuades panas dipastikan sudah bebas asam dengan kertas lakmus. Setelah hidrolisat pada kertas saring dipastikan benar-benar bebas asam kemudian dikeringkan di dalam oven bersuhu 70 o C selama 10 menit. Kertas saring dan hidrolisat yang telah kering tersebut kemudian dimasukkan ke dalam selongsong dari kertas saring yang kedua ujungnya ditutup dengan menggunakan kapas. Selanjutnya selongsong berisi hidrolisat tersebut dimasukkan ke dalam soxhlet dan diberi pemberat berupa kelereng agar selongsong tidak mengapung di dalam soxhlet, kemudian disambungkan dengan labu destilasi yang telah diketahui bobot keringnya. Selanjutnya ditambahkan 50 ml petroloem eter ke dalam soxhlet dan direfluks selama 3 jam. Penambahan soxhlet sebanyak 50 ml ditambahkan secara bertahap, 30 ml ditambahkan hingga petroloem eter jatuh ke labu destilasi sedangkan 20 ml sisanya ditambahkan hingga merendam selongsong berisi hidrolisat dalam soxhlet. Setelah direfluks selama 3 jam kemudian labu destilasi dipisahkan dari soxhlet dan dikeringkan hingga benar-benar kering dalam oven 100 o C. Setelah petroloem eter dipastikan benar-benar menguap seluruhnya kemudian labu destilasi berisi ekstrak di masukkan ke dalam eksikator selama 2 jam. Setelah itu labu destilasi ditimbang. Penimbangan dilakukan beberapa kali hingga diperoleh bobot yang stabil. Proses analisis diwakili oleh sampel masing-masing kelompok, dan dilakukan pengulangannya sebanyak dua kali untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan prosedur maupun kesalahan teknis selama proses berlangsung. Pengulangan tersebut dilakukan setelah proses analisis dari seluruh sampel selesai dilakukan seluruhnya. Jumlah lemak dapat dihitung dengan rumus : Jumlah lemak (% b/b) = Jumlah lemak rata-rata x % lemak kasar Bobot jaringan lemak Analisis Statistik Analisis statistik yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan alasan bahan percobaan yang digunakan relatif homogen dan jumlah perlakuannya terbatas. Secara umum RAL mempelajari

19 tentang t buah perlakuan dengan menggunakan r buah satuan percobaan untuk setiap perlakuan atau menggunakan rt satuan percobaan maka RAL membutuhkan alokasi t perlakuan secara acak terhadap rt satuan percobaan (Gaspersz 1991). Model rancangan untuk analisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah: Y ij = + i + ij Keterangan: = pengaruh rataan umum i = pengaruh rataan ke-i ij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Y i j = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1 adalah kelompok normal i = 2 adalah kelompok hiperlipidemia i = 3 adalah kelompok lovastatin i = 4 adalah kelompok formula 1 i = 5 adalah kelompok formula 2 i = 6 adalah kelompok formula 3 i = 7 adalah kelompok ekstrak daun jati belanda Analisis ragam yang digunakan terkait dengan RAL yaitu analisis dengan model tetap dengan pengulangan berbeda. Model tetap ini menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bersifat tetap dan galat perlakuannya bebas, menyebar secara normal dengan nilai tengah sama dengan nilai tengah sama dengan nol dan ragam σ 2. Keadaan ini menjelaskan bahwa dalam model ini, kesimpulan yang diambil terkait dengan perlakuan yang dicobakan (Gaspersz 1991). Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 90% atau taraf α Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan. Semua data dianalisis dengan program SPSS HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Lemak Abdomen Pengaruh pemberian formula yang terdiri atas ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak per oral terhadap tikus yang hiperlipidemia menjadi pokok utama penelitian ini. Jumlah tikus yang dibedah sebanyak 33 ekor. Jaringan lemak yang diambil yaitu jaringan lemak yang berada di dalam rongga perut (abdomen). Banyak sedikitnya jumlah lemak yang didapat menunjukkan efektivitas formula yang digunakan. Pengaruh pemberian formula ekstrak daun jati belanda terhadap bobot badan tikus dapat dilihat pada Gambar 6. Pemberian pakan kolesterol selama 14 minggu dan PTU selama 9 minggu dapat meningkatkan bobot badan tikus sebesar 41,72%. Berdasarkan uji statistika peningkatan ini berbeda nyata terhadap kelompok normal pada α=0,10 dengan uji Duncan. Penurunan bobot badan tikus hiperlipidemia yang diberi formula ekstrak jati belanda dan lovastatin tidak terlihat. Kelompok yang diberi lovastatin dan formula ekstrak daun jati belanda cenderung meningkatkan bobot badan jika dibandingkan kelompok hiperlipidemia. Berdasarkan uji statistika Duncan pada α=0,10 penurunan bobot badan tikus yang diberi lovastatin dan formula ekstrak daun jati belanda dan tidak berbeda nyata terhadap kelompok hiperlipidemia (Tabel 3). Kelompok ekstrak daun jati belanda tunggal dapat menurunkan bobot badan, namun berdasarkan uji Duncan kelompok ini penurunan bobot badannya tidak berbeda nyata terhadap kelompok hiperlipidemia. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun jati belanda dengan pelarut etanol kurang efektif digunakan untuk menurunkan bobot badan. Kurang efektifnya ekstrak etanol sebagai penurun bobot badan kemungkinan besar disebabkan oleh hilangnya lendir pada ekstrak. Rahardjo et al (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa lendir pada ekstrak daun jati belanda dapat mempengaruhi efektifitas penurunan bobot badan. Kurang efektifnya ekstrak etanol menurut Rahardjo et al (2005) disebabkan lendir yang terdapat di daun jati belanda tidak ikut terekstrak oleh etanol. Pengaruh pemberian formula ekstrak daun jati belanda terhadap jumlah lemak abdomen tikus hiperlipidemia dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian pakan kolesterol selama 14 minggu dan PTU selama 9 minggu dapat meningkatkan jumlah lemak abdomen tikus hiperlipidemia sebesar 80,41% (Tabel 4). Pemberian foemula ekstrak daun jati belanda dan lovastatin sebagai pembanding secara keseluruhan mengalami penurunan jumlah lemak abdomen. Bila dibandingkan dengan kelompok hiperlipidemia, kelompok lovastatin mengalami penurunan sebesar 8,68%. Penurunan ini secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan lovastatin bukan untuk menurunkan jumlah lemak

20 abdomen melainkan obat untuk menurunkan konsentrasi kolesterol. Kelompok tikus hiperlipidemia yang diberi ekstrak daun jati belanda tunggal mampu menurunkan jumlah lemak abdomen sebesar 24,05%, sedangkan kelompok tikus hiperlipidemia yang diberi ramuan ekstrak daun jati belanda (formula 1) mengalami penurunan sebesar 23,14%. Meskipun demikian penurunan tesebut berdasarkan uji statistik tidak berbeda nyata, dengan kata lain ekstrak daun jati belanda yang diberikan kurang efektif menurunkan jumlah lemak abdomen. Kurang efektifnya ekstrak daun jati belanda yang diberikan kemungkinan disebabkan dosis ekstrak daun jati belanda yang diberikan tidak efektif. Salah satu penelitian mengenai khasiat ekstrak daun jati belanda pada tikus hiperlipidemia yaitu penelitian Rahardjo et al (2005) memperoleh hasil yaitu daun jati belanda dengan konsentrasi tertentu dapat menurunkan jumlah lemak abdomen dengan pembanding orlistat. Kelompok tikus hiperlipidemia yang diberi ramuan ekstrak daun jati belanda tanpa esktrak daun jambu biji (formula 3) mampu menurunkan jumlah lemak abdomen sebesar 12,40%. Walaupun dapat menurunkan jumlah lemak abdomen namun berdasarkan uji statistika tidak berbeda nyata, sehingga ramuan ekstrak daun jati belanda tanpa ekstrak daun jambu biji tidak efektif menurunkan jumlah lemak abdomen. Hasil yang diperoleh penelitian ini berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Rahardjo et al (2005). Hasilnya yaitu esktrak daun jati belanda dengan pelarut air dapat menurunkan jumlah lemak abdomen dengan cara menghambat kerja enzim lipase pankreas. Penelitian Rahardjo et al (2005) tersebut menggunakan ekstrak daun jati belanda dengan berbagai konsentrasi. Hasil yang diperoleh yaitu semakin tinggi konsentrasi jati belanda yang diberikan, kemampuan penghambatan enzim lipase semakin tinggi. Ekstrak daun jati belanda yang digunakan pada penelitian ini sebesar 1g/kg BB tikus, sedangkan ekstrak tertinggi yang digunakan oleh Rahardjo et al sebesar 1,089 g/200 gram BB atau setara dengan 5,445 g/kg BB tikus. Dosis yang diberikan pada penelitian ini kurang efektif kemungkinan disebabkan dosis ekstrak daun jati belanda yang diberikan terlalu kecil dibandingkan dosis yang diberikan pada penelitian Rahardjo. Tabel 3 Bobot badan tikus Kelompok Bobot badan (gram) Normal 267,5±25,33 a Hiperlipidemia 459,0±47,75 b Lovastatin 477,5±45,18 b Ekstrak daun jati 427,0±28,91 b belanda tunggal Formula 1 469,0±51,81 b Formula 2 479,0±43,29 b Formula 3 474,0±43,29 b Ket : b berbeda nyata terhadap a % penurunan bobot badan tikus hipelipidemia 1 kelompok lovastatin ekstrak daun jati belanda tunggal formula 1 formula 2 formula 3 Gambar 6 Persentase penurunan bobot badan tikus Penurunan jumlah lemak abdomen tikus yang diberi ekstrak daun jati belanda tunggal lebih besar dibandingkan dengan yang diberi ramuan ekstrak jati belanda (formula 1) dan yang diberi ramuan ekstrak daun jati belanda tanpa ekstrak daun jambu biji. Dari hasil ini dapat memberikan informasi bahwa ekstrak daun jambu biji tidak berpengaruh dalam menurunkan jumlah lemak abdomen, karena ada tidaknya ekstrak daun jambu biji penurunan jumlah lemak abdomen tidak berbeda nyata. Penurunan jumlah lemak abdomen terbesar terjadi pada kelompok tikus hiperlipidemia yang diberi ramuan ekstrak daun jati belanda yang lebih banyak (formula 2) yaitu sebesar 27,06%. Hasil ini secara statistic berbeda nyata jika dibandingkan dengan kelompok tikus hiperlipidemia (p<0,1). Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan hasil penelitian Rahardjo et al (2005). Rahardjo et al mengatakan bahwa daun jati belanda dapat menghambat enzim lipase pankreas dan kemampuannya menghambat enzim lipase pankreas bertambah seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk

Lebih terperinci

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nafsu makan adalah keinginan psikologis untuk makan dan hal ini berkaitan dengan perasaan senang terhadap makanan (Insel et al, 2010). Mekanisme rasa lapar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm. 8 sentrifus. Gelas piala dibilas lagi dengan 2-2.5 ml kloroform, kemudian ukuran ekstrak ditepatkan menjadi 5 ml dengan kloroform. Standar kolesterol dibuat dengan konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan 250

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu keabnormalan kadar lipid darah ditandai meningkatnya kadar trigliserida, kolesterol LDL, kolesterol total dan penurunan kolesterol HDL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon yang biasanya memiliki tinggi mencapai 10 m sampai 20 m. Tanaman ini merupakan tanaman dikotil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart BAB 1 PENDAHULUAN Obesitas berasal dari bahasa Latin yaitu obesus yang berarti gemuk. Obesitas atau yang lebih dikenal dengan kegemukan adalah kondisi dimana terjadi peningkatan berat badan melebihi batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

hidup teratur dan dengan penggunaan obat baik obat sintetik maupun obat tradisional yang telah digunakan sejak dahulu (Ganong, 2003; Yayasan

hidup teratur dan dengan penggunaan obat baik obat sintetik maupun obat tradisional yang telah digunakan sejak dahulu (Ganong, 2003; Yayasan 1 BAB 1 PENDAHULUAN Obesitas atau kegemukan pada dasarnya merupakan penimbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh, yang timbul akibat pemasukan kalori yang lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saluran pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah terganggu dan jika

BAB I PENDAHULUAN. saluran pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah terganggu dan jika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol yang berlebihan akan menyebabkan gumpalan dalam saluran pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah terganggu dan jika gangguan tersebut mengenai organ-organ

Lebih terperinci

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda : Tips Alami Turunkan Kolestrol Dengan Cepat Sahabat, tips kesehatan. Dalam keadaan normal atau stabil, kolesterol memang memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh manusia. Beberapa fungsi kolesterol

Lebih terperinci

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami

Lebih terperinci

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN Masalah kegemukan (obesitas) dan penurunan berat badan sangat menarik untuk diteliti. Apalagi obesitas merupakan masalah yang serius bagi para pria dan wanita, oleh karena tidak hanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, karena terdapat manipulasi pada objek penelitian dan terdapat kelompok kontrol (Nazir, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal dasar dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi yang sehat dan tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa negara-negara di Afrika, Asia dan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini, membuat masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant, terutama dalam hal makanan. Hal ini terlukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Makanan mengandung banyak lemak dan kolesterol tinggi yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan penumpukan zat-zat tersebut dalam tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi dan sistem informasi memungkinan orang dengan mudah mencapai tujuannya, antara lain adanya fasilitas layanan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

AKUMULASI LIPID DI HATI DAN AKIBATNYA TERHADAP FUNGSI HATI PADA KELINCI HIPERLIPIDEMIA MUHAMMAD IQBAL

AKUMULASI LIPID DI HATI DAN AKIBATNYA TERHADAP FUNGSI HATI PADA KELINCI HIPERLIPIDEMIA MUHAMMAD IQBAL AKUMULASI LIPID DI HATI DAN AKIBATNYA TERHADAP FUNGSI HATI PADA KELINCI HIPERLIPIDEMIA MUHAMMAD IQBAL PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL Edy Suwarso 1, dan Dewi Nur Anggraeni 2 1) Departemen Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan 2) Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nafsu makan merupakan keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya untuk makan selain rasa lapar (Guyton, 1990; Hall, 2011). Gangguan nafsu makan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori yang melebihi kebutuhan

Lebih terperinci

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan sangat penting bagi manusia dan harus dijaga. Apabila kesehatannya tidak diperhatikan, maka menimbulkan masalah yang merugikan. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada

I. PENDAHULUAN. umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, terutama pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada kesehatan. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga. Penyebab menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI Diproduksi Oleh: PJ. Sinar Sehat, Tasikmalaya Dibawah pengawasan Puslit Bioteknologi-LIPI Dipasarkan oleh: PT. Trubus Mitra Swadaya MONASTEROL Monascus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan modernisasi yang terus terjadi saat ini menyebabkan perubahan pola dan gaya hidup masyarakat indonesia terutama di daerah perkotaan. Perubahan

Lebih terperinci

KHASIAT EKSTRAK RAMUAN DAUN JATI BELANDA TERHADAP KONSENTRASI KOLESTEROL HATI TIKUS YANG HIPERLIPIDEMIA YAYU SRI RAHAYU

KHASIAT EKSTRAK RAMUAN DAUN JATI BELANDA TERHADAP KONSENTRASI KOLESTEROL HATI TIKUS YANG HIPERLIPIDEMIA YAYU SRI RAHAYU KHASIAT EKSTRAK RAMUAN DAUN JATI BELANDA TERHADAP KONSENTRASI KOLESTEROL HATI TIKUS YANG HIPERLIPIDEMIA YAYU SRI RAHAYU PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Seseorang dengan BMI 30 dikategorikan sebagai obesitas (WHO, 2014). Obesitas dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

amphetamin, fenfluramin, deksfenfluramine, dan sibutramin, menghambat penyerapan lemak seperti orlistat, meningkatkan pengeluaran energi yaitu

amphetamin, fenfluramin, deksfenfluramine, dan sibutramin, menghambat penyerapan lemak seperti orlistat, meningkatkan pengeluaran energi yaitu BAB 1 PENDAHULUAN Pada masa yang lalu, obesitas (kegemukan) diartikan dengan sehat, makmur, subur, dan bahkan dapat meningkatkan prestise (gengsi) seseorang. Akan tetapi, sekarang ini, mempunyai tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler semakin menjadi perhatian karena dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan penyakit kardiovaskuler telah meningkat dari urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan.kebutuhan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi tepung ceker ayam terhadap kadar kolesterol dan Asam lemak pada kuning telur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya perubahan zaman di kota-kota besar yang berpengaruh pada pola hidup dan pola makan masyarakat yang kurang sehat yaitu makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkonsumsi makanan yang kurang sehat seperti makanan cepat saji, dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan hanya

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang. Penyakit jantung koroner

Lebih terperinci