BAB VI HISAB AWAL BULAN QOMARIYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI HISAB AWAL BULAN QOMARIYAH"

Transkripsi

1 BAB VI HISAB AWAL BULAN QOMARIYAH A. Pengertian Hisab Rukyat Secara etomologis, kata hisab dari bahasa Arab al-hasb berarti aladad wa al-ihsha, bilangan atau hitungan 1, atau berarti al-katsir (banyak) dan al-kafa (cukup) seperti dalam al-qur an terdapat ungkapan atha`an hisaban yang berarti atha`an katsiran kafiyan (pemberian yang banyak yang mencukupi) 2. Adapun secara terminologi, istilah hisab (arithmatic), yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan 3. Ilmu Hisab (ilmu falak), yaitu suatu ilmu yang memperlajari benda-benda langit, matahari, bulan, bintang-bintang dan planet-planetnya. 4 Sedangkan istilah rukyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata alra aa yang berarti melihat dengan mata 5, maksudnya adalah melihat dengan mata bugil (langsung). Sedangkan kata al-hilal berarti bulan tsabit, yaitu tanggal 2-3 malam dari awal bulan atau 7-2 malam dari akhir bulan. 6 Sedangkan Ibn Mandzur (w. 711 H.) menjelaskan bahwa yang disebut hilal adalah malam tanggal 1, 2 dan 3 pada awal bulan qamariyah. Dengan demikian yang dimaksud dengan rukyat al-hilal adalah melihat bulan tanggal 1, 2, dan 3 pada awal bulan qamariyah. 7 Ru yah al-hilal dikenal sebagai sistem penentuan awal bulan Qamariyah terutama bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, sejak masa Rasulullah saw. Demikian juga untuk keperluan waktu-waktu ibadah ditentukan secara sederhana, yaitu dengan pengamatan hilal atau matahari secara langsung tanpa menggunakan alat (rukyat bi al-fi li). 3. Pengertian Awal Bulan Qamariyah. Istilah bulan dalam bahasa Arab identik dengan kata asy-syahr atau asy-syuhrah berarti kemasyhuran dan kesombongan, seperti dalam ungkapan hadits Barangsiapa memakai pakaian dengan kesombongan (syuhrah) maka Allah akan memberi pakaian kehinaan Sementara itu al-syahr juga berarti alqamar itu sendiri yang dalam bahasa Inggris disebut lunar, yaitu benda langit menjadi satelit bumi. Al-syahr disebut al-qamar karena sifat nampaknya yang jelas (li-syuhuuratih wa dzuhuurih). Menurut Ibn Sayid, al-syahr (bulan) adalah satuan waktu tertentu yang sudah terkenal dari beberapa hari, yang dipopulerkan dengan bulan (al-qamar) karena qamar itu sebagai tanda memulai 1 Ahmad Warson Munawir,. Al Munawir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif. 1984, hlm Loc cit Ibn Mandzur, Juz I, tt : Loc. Cit Ichtiyanto, hlm Hafidz Dasuki, Ensiklopedi Islam, Juz I, Jakarta : Ichtiar Van Haeve, 1994, hlm Muhammad bin Abi Bakar bin Abdillah. tt. Mukhtar al-shihah, Juz I, Mesir : al- Amiriyah. tt, hlm Loc cit Munawwir, 1984, hlm Loc. Cit Mandzur, Juz XI, tt,hlm. 703.

2 dan mengakhiri bulan 8. Sebagaimana diketahui bahwa perjalanan waktu-waktu di bumi ini ditandai dengan peredaran benda-benda langit, terutama matahari dan bulan. Hal ini secara teologis telah dinyatakan oleh Allah swt dalam al-qur an : ان ز ج ع م انش ظ ض اء ان ق ش س ا ق ذ س ي اص ل ن خ ع ه ا ع ذ د انغ ان ح غ اب ي ا خ ه ق للا ر ن ك إ ال ب ان ح ق ف ص م ا اث ن ق و ع ه Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya manazilah-manazilah tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesannya) kepada orang-orang yang mengetahui (QS. Yunus (10) : 5). Penentuan Awal bulan Qamariyah menurut ahli hisab adalah adanya hilal di atas ufuq pada saat matahari terbenam. Ahli ru yat memberi ketentuan adanya hilal di atas ufuq pada waktu matahari terbenam dan dapat diru yat, sedangkan pakar astronomi menyatakan bahwa awal bulan terjadi sejak terjadinya konjungsi (ijtima al-hilal) segaris antara matahari dan bulan. Dengan demikian awal bulan Qomariyah itu terjadi dengan beberapa indikator yang meliputi sudah terjadi ijtima, hilal berada di atas ufuq saat matahari terbenam dan hilal tersebut dapat dilihat bagi yang menggunakan sistem rukyat. 9 B. Sistem Penetapan Awal Bulan Qamariyah Pada dasarnya cara atau sistem penetapan awal bulan Qamariyah dapat diklasifikasikan pada dua sistem yaitu sistem hisab dan sistem rukyat. Sistem hisab maupun rukyat mempunyai sasaran yang sama yaitu hilal. Sistem hisab adalah cara menentukan awal bulan Qamariyah dengan menggunakan perhitungan atas peredaran benda-benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Hasil pengamatan dan perhitungan dalam waktu yang relatif lama, selanjutnya dibuat tabel-tabel astronomi. Tabel-tabel tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghitung posisi hilal dan pada masa selanjutnya. Juga dapat dipergunakan untuk memprediksi posisi hilal dan kemungkinan keberhasilan rukyatul hilal. Sedangkan sistem rukyat (ru yah al-hilal), yaitu melihat hilal dengan mata atau dengan menggunakan alat yang dilakukan setiap akhir bulan atau tanggal 29 bulan Qomariyah pada saat matahari tenggelam. Yusuf Qordawi (2001) menegaskan bahwa sejumlah hadits shahih menetapkan bahwa bulan Ramadlan dapat ditetapkan masuknya dengan salah satu dari tiga cara, yaitu ru yah hilal, istikmal (menyempurnakan) Sya ban 30 hari dan memperkirakan hilal. 10 Dari dua sistem rukyat dan madzhab hisab ini, lahirlah aliran-aliran yang mengusung berbagai kreteria yang mendampingi dua sistem (madzhab) 8 Loc. Cit Ibnu Mandur, Juz VI, tt, hlm Farid Ruswanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat: Telaah Syari ah, Sains dan Teknologi. Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm Yusuf Qordawi, Fiqh Puasa, Terj. Ma'ruf Abdul Jalil dkk, Solo : Era Intermedia, 2001, hlm

3 tersebut. Oleh karena itu sistem penentuan awal bulan Qamariyah menjadi sangat bervariasi, sebagaimana bagan berikut : Sistem dan Aliran Penentuan Awal Bulan Qamariyah Penentuan Awal Bulan Qomariyah Hisab Rukyat Bil Fi li Urfi Haqiqi Istikmal Taqribi Tahqiqi Tadzqiqi 1. Sistem Ru'yat bil Fi li Sistem ini adalah usaha melihat hilal dengan mata biasa dan dilakukan secara langsung atau dengan menggunakan alat yang dilakukan setiap akhir bulan atau tanggal 29 di ufuq barat saat matahari terbenam. Jika hilal berhasil dilihat, sejak malam itu dihitung tanggal satu bulan baru, tetapi jika tidak berhasil di ru'yat maka malam dan esok harinya masih bulan yang sedang berjalan, sehingga umur bulan disempurnakan (istikmal) 30 hari. 11 Ru'yat bil Fi li ini adalah sistem penentuan awal bulan yang dilakukan pada jaman Nabi Saw dan para Sahabat bahkan sampai sekarang masih banyak digunakan oleh umat Islam. Terutama dalam menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Sistem ru'yat ini hanya bisa dilakukan untuk kepentingan pelaksanaan ibadah dan tidak bisa diaplikasikan untuk penyusunan kalender, sebab penyusunan kalender harus diperhitungkan jauh sebelumnya dan tidak tergantung ada hasil ru'yat. 2. Sistem Hisab Sistem hisab awal bulan Qomariyah dapat diklasifikasikan pada dua jenis, yaitu : a. Hisab Urfi Hisab urfi adalah sistem perhitungan penanggalan yang didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi Bumi dan ditetapkan secara konvensional, jumlah harinya pada tiap-tiap bulan tetap dan beraturan. Satu Tahun Hijriyah ditetapkan 12 bulan, setiap bulan ganjil berumur 30 hari dan bulan genap berumur 29 hari, kecuali Dzulhijjah pada tahun Kabisat berumur Loc. Cit. Ichtiyanto, 1981, hlm

4 hari. Tahun Kabisat terjadi 11 kali selama 30 tahun. Para ulama di kalangan umat Islam sepakat bahwa hisab urfi ini tidak dapat dipergunakan dalam menentukan awal bulan Qomariyah untuk pelaksanaan ibadah kecuali untuk pembuatan kalender. 12 Sistem hisab urfi ini secara mudah dapat digunakan untuk menyusun kalender jauh ke depan tanpa mencari posisi hilal yang sebenarnya dan hasilnya tidak jauh berbeda dengan sistem hisab haqiqi dengan selisih 1 hari dan kadang sama. Sistem ini penting diketahui sebagai taksiran-taksiran untuk menghitung dan mementukan awal bulan yang sebenarnya (haqiqi), tanpa melakukan hisab urfi terlebih dahulu maka ahli hisab akan kesulitan. 13 b. Hisab Haqiqi Hisab haqiqi adalah perhitungan yang sesungguhnya dan seakurat mungkin terhadap peredaran Bulan dan Bumi. Dalam perkembangan selanjutnya sistem hisab haqiqi diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu : 1) Hisab haqiqi taqribi Sistem hisab ini mempunyai data yang bersumber dari data yang telah disusun oleh Ulugh Beik al-samaraqandi (w M), data tersebut dikenal dengan Zeij Ulugh Beyk. Pengamatan yang digunakan bersumber dari teori Ptolomius yaitu dengan teori geosentrisnya yakni Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda langit. Ketinggian hilal dihitung dari titik pusat Bumi, bukan dari permukaan Bumi dan berpedoman pada gerak rata-rata bulan, yaitu setiap hari bulan bergerak ke arah Timur rata-rata 12 derajat. Rumus ketinggian hilal adalah selisih waktu ijtima dengan waktu terbenam kemudian dibagi dua. Konsekwensinya ialah apabila ijtima terjadi sebelum matahari terbenam pasti hilal sudah berada di atas ufuq. Hisab ini belum memberikan informasi tentang azimut bulan maupun matahari dan diperlukan banyak koreksi untuk menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Oleh Karena itu tidak dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan ru yah al-hilal. 14 Sistem hisab ini mempunyai kelebihan, yaitu data dan tabel-tabelnya dapat digunakan terus-menerus, tanpa harus dirubah. Metode hisab yang termasuk system ini antara lain Sullamun an-naiyirain, Kitab Tadzkirah al- Ikhwan, Risalah al-qamarain, al-qawaid al-falakiyah. 2) Hisab Haqiqi Tahqiqi Hisab ini mendasarkan perhitungan pada data astronomi yang telah disusun oleh Syaikh Husein Zaid Alauddin Ibnu Syatir, astronom Muslim bangsa Mesir yang belajar astronomi di Perancis dalam bukunya Al-Mathla Al-Said Fi Hisabah Al-Kawakib Al-Rusdi Al Jadidi. Pengamatannya berdasarkan pada teori heliocentris Copernicus yaitu matahari sebagai pusat peredaran benda-benda langit. Hisab ini dilakukan dengan rumus-rumus spherical trogonometri (teori segitiga bola) dengan koreksi (ta dil) data 12 Ibid, hlm M. Wardan, Hisab Urfi dan Hakiki, Yogjakarta: Siaran, 1957, hlm M. Taufiq, "Mengkaji Ulang Metode Ilmu Falak Sullam al-nayyiraini", Makalah disampaikan pada pertemuan tokoh Agama Islam / Orientasi Peningkatan Pelaksanaan Kegiatan Ilmu Falak, PTA Jawa Timur, Hotel Utami, Surabaya, 10 Agustus 1997, hlm

5 gerakan bulan dan data matahari secara teliti dan tidak kurang dari tiga tahap koreksi. Hisab ini tidak dapat dilakukan secara manual tetapi membutuhkan alat-alat bantu hitung seperti kalkulator, komputer, atau daftar logaritma. Sistem hisab ini menentukan ketinggian hilal dengan memperhatikan posisi lintang dan bujur, deklinasi bulan dan sudut waktu bulan dengan koreksi-koreksi terhadap pengaruh refraksi, paralaks dan Dip (kerendahan ufuq) dan semi diameter bulan. Oleh karena itu hisab ini dapat memberikan informasi tentang terbenam matahari setelah terjadinya ijtima, ketinggian hilal, azimut matahari dan bulan untuk tempat observasi, serta dapat membantu pelaksanaan ru'yat al-hilal. Adapun yang dapat dikelompokkan dalam sistem hisab ini ialah al-khulashoh al-wafiyah dan hisab Haqiqi Nur Anwar. 3) Hisab Haqiqi Tadqiqi Sistem hisab ini menggunakan perhitungan yang didasarkan pada datadata astronomi modern. Sistem hisab ini merupakan pengembangan dari sistem hisab haqiqi tahqiqi yang disintesakan dengan ilmu astronomi modern. Hal ini dilakukan dengan memperluas dan menambahkan koreksi-koreksi gerak bulan dan matahari dengan rumus-rumus spherical trigonometri, sehingga mendapatkan data dengan sangat teliti dan akurat. 15 Hisab ini dapat lebih akurat memperhitungkan posisi hilal sehingga pelaksanaan rukyat dapat dilakukan dengan lebih teliti. Termasuk sistem hisab ini antara lain: Newcomb, Jean Meuus, Almanac Nautika, The American Ephemiris dan sebagainya. 16 Di samping beberapa aliran tersebut di atas, untuk konteks di Indonesia juga terdapat aliran yang mendasarkan kapan terjadinya ijtima'. Aliran tersebut meliputi : a. Ijtima qabl al-ghurub Aliran ini menetapkan awal bulan berdasarkan ijtima qabl ghurub. Artinya, jika ijtima terjadi sebelum matahari terbenam, malam harinya sudah dianggap bulan baru. Jika ijtima terjadi setelah matahari terbenam, malam itu ditetapkan sebagai tanggal 30 atau sebagai bulan yang sedang berjalan karena pergantian hari mulai sejak maghrib. b. Ijtima qabla fajr Aliran ini menetapkan awal bulan berdasarkan ijtima qabl fajr. Artinya, penentuan awal bulan akan dilakukan dengan standar terjadinya ijtima' dengan batas waktu fajar, jika ijtima terjadi sebelum fajar, malam itu sudah dianggap tanggal satu bulan baru. Sistem ini digunakan Saudi Arabia dalam menentukan Idul Adhha. Terbitnya fajar dipandang sebagai pergantian hari. Sedangkan imkan al-ru yah adalah batas ambang minimal hilal dapat dirukyat, kriteria imkan al-rukyat ini berbeda-beda. C. Dasar Hukum Sistem Hisab Rukyat 15 Sa aduddin Djambek. Hisab Awal Bulan. Jakarta: Tinta Mas, 1976, hlm Abdurrahim, "Efektifitas Pelaksanaan Rukyat Dengan Hisab Kontemporer". Makalah disampaikan pada pertemuan para tokoh/ pemuka agama Islam dalam rangka peningkatan pelaksanaan hisab rukyat, PTA Jawa Timur, Surabaya : 11 Sept. 2000, hlm

6 Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa awal bulan qamariyah pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua metode yang lazim digunakan yaitu hisab dan rukyat. Kedua metode tersebut mempunyai dasar hukum masingmasing yang terdapat dalam al-qur an dan al-hadits dan pendapat ulama. Pertama, Allah swt menyatakan bahwa hilal sebagai penentu waktu dan saat pelaksanaan ibadah haji : غ أ ن ك ع األ ه ت ق م ي اق ج ن ه اط ان ح ج Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit (hilal). Katakanlah Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji. (QS. Al-Baqarah (2) : 189) Petunjuk kedua, Allah swt menegaskan bahwa Allah swt telah menetapkan manzilah-manzilah bagi peredaran bulan sengan tujuan agar kaum muslimin dapat mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktunya : ان ز ج ع م انش ظ ض اء ان ق ش س ا ق ذ س ي اص ل ن خ ع ه ا ع ذ د انغ ان ح غ اب ي ا خ ه ق للا ر ن ك إ ال ب ان ح ق ف ص م ا اث ن ق و ع ه Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya manazilah-manazilah tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesannya) kepada orang-orang yang mengetahui (QS. Yunus (10) : 5). Petunjuk ketiga, Allah swt menyatakan bahwa barangsiapa yang menyaksikan masuknya bulan Ramadlan wajib berpuasa : ش ش س ي ض ا ان ز أ ض ل ف ان ق ش آ ذ ن ه اط ب اث ي ان ذ ان ف ش ق ا ف ش ذ ي ك ى انش ش ف ه ص (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-qur an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai pentunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu menyaksikan (masuknya) bulan (Ramadlan) maka hendaklah ia berpuasa (QS. Al-Baqarah (2) : 185) Sedangkan landasan hukum dari al-hadits, banyak didapatkan beberapa penjelasan sebagai berikut; pertama, Rasulullah saw menyatakan bahwa untuk memulai dan mengakhiri berpuasa hendaklah berdasar ru yah alhilal atau istikmal. Sahabat Abu Hurairah ra, meriwayatkan Rasulullah saw bersabda : ص ي ا ن ش ؤ خ أ ف ط ش ا ن ش ؤ خ ف إ غ ب ع ه ك ى ف أ ك ه ا ع ذ ة ش ع ب ا ث ل ث )س ا انبخاس ( 80

7 Berpuasalah kamu sekalian karena melihat hilal, dan berbukalah kamu sekalian karena melihat hilal. Bila hilal tertutup awan maka sempurnakanlah bulan Sya ban tiga puluh hari (HR. Imam Bukhari) Penjelasan kedua, Rasulullah saw menyatakan bahwa untuk memulai berpusa atau mengakhiri hendaklah dengan ru yah al-hilal atau men-taqdir-kan, sebagaimana hadits yang disampaikan oleh sahabat Abdullah Ibn Umar ra, Rasulullah saw bersabda : إ ر ا س أ خ ف ص ي ا إ ر ا س أ خ ف أ ف ط ش ا ف إ غ ى ع ه ك ى ف اق ذ س ا ن Apabila kamu melihat hilal berpuasalah dan apabila kamu melihatnya berbukalah lalu jika hilal terhalang oleh mendukung, maka perkirakanlah. (Muttafaq Alaih) Penjelasan ketiga, Rasulullah saw memulai berpuasa dan memerintahkan umat Islam berpuasa ketika mendapatkan khabar adanya ru yat al-hilal : ح ش اء ان اط ان ل ل ف أ خ ب ش ث س ع ل للا ص ه للا ع ه ع ه ى أ س أ خ ف ص اي أ ي ش ان اط ب ص اي )ع أب دا د( Manusia bersama-sama merukyah hilal, kemudian saya memberitahukan kepada Nabi bahwa saya melihatnya. Lalu Nabi saw siap berpuasa dan menyuruh orang-orang berpuasa. (HR. Abu Daud) Dari petunjuk al-qur an dan Hadits Rasulullah saw tersebut di atas maka lahirlah sistem penetapan awal bulan qamariyah, yaitu ru yat al-hilal, istikmal dan hisab. Ru yah al-hilal dijadikan dasar menentukan awal bulan Qamariyah, berpuasa atau berhari raya. Apabila pada tanggal 29 bulan Qamariyah (baca : Sya ban) tidak berhasil melihat hilal, maka bulan Sya ban disempurnakan 30 hari, inilah yang disebut cara istikmal. Cara inilah yang digunakan pada masa Rasulullah saw. Adapun menentukan awal bulan Qamariyah dengan cara hisab, apabila cuaca buruk, terhalang mendung atau berawan maka berdasarkan hadits shahih di atas yaitu idza ghumma alaikum faqduru lah Jika awan menghalangi kalian, maka perkirakanlah ia. Imam Nawawi ( H.) dalam kitabnya Majmu Syarah al-muhadzdzab dijelaskan bahwa Imam Abul Abbas bin Suraij (salah seorang tokoh Syafi iyah) menukil pendapat Ibnu Arabi, nahwa nash hadits perkirakan ia ditujukan kepada orang yang Allah swt beri anugerah secara khusus dengan ilmu ini (ilmu hisab), sedangkan nash hadits fakmilu al- iddah tsalatsin (sempurnakanlah bilangan 30 hari) ditujukan untuk kalangan umum. 17 Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-mughniy menyatakan bahwa nash hadits faqduruu lah (perkirakan ia), mempunyai tiga pengertian yaitu; (1) fakmiluu (sempurnakan 30 hari), (2) fahsibu (hitunglah) dan (3) fadlayyiqu (sempitkanlah/ ambilah yang singkat) Al Nawawi, tt. al-majmu Syarh al-muhadzdzab, Madinah : Al-Maktabah al- Salafiyah, Juz VI : Ibn Qudama, Al-Mughniy,Juz III, tt, hlm. 7 81

8 Menurut sebagian ulama, sistem hisab berdasarkan pada hadits shahih yang diriwayatkan oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim tersebut di atas, juga sesuai dengan isyarat Q.S. Yunus : 5 tersebut di atas. Bahkan Imam Taqiyyuddin as-subki (w. 756) -- oleh Yusuf al-qardlawi dinyatakan sebagai ulama Syafi iyah yang telah mencapai derajat mujtahid -- menuturkan : apabila hisab menafikan kemungkinan rukyat denganm mata, maka wajib bagi hakim menolak kesaksian orang yang mengaku menyaksikan, ia lalu berargumentasi karena hisab bersifat eksak sedangkan penyaksian dan berita bersifat dugaan. Dugaan tidak dapat membentur yang eksak, apalagi mengalahkannya. 19 D. Metode Ephemeris Metode Hisab Awal Bulan Ephemeris Hisab Rukyat merupakan metode hisab awal bulan yang dikembangkan Departemen Agama RI saat ini. Metode ini dimuat dalam buku Ephemeris Hisab dan Rukyat yang diterbitkan setiap tahun sejak tahun 1993 oleh Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama RI. 1. Isi Kandungan Almanak Ephemeris Buku Ephemeris Hisab Rukyat yang dikeluarkan Departemen Agama RI, berisi data sebagai berikut : 20 a. Kalender Masehi b. Taqwim awal bulan Qamariyah, yang berisi hasil perhitungan ijtima dan ketinggian hilal pada awal bulan Qamariyah c. Fase-fase bulan dan saat gerhana bulan dan matahari d. Ketinggian hilal pada saat matahari terbenam di wilayah dunia. e. Data posisi bulan dan matahari setiap jam, selama tahun yang bersangkutan. Data yang dibutuhkan untuk hisab awal bulan Qamaraiah adalah data posisi bulan dan matahari setiap jam, selama satu tahun yang bersangkutan. Data matahari dan bulan tersebut telah disosialisasikan Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI melalui progran Hisab by Windows atau Winhisab. Adapun data matahari dan bulan tersebut meliputi sebagai berikut : a. Data matahari dan bulan terdiri dari : 1) Ecliptic Longitude atau Bujur Astronomis/Taqwim/thuul (Matahari / bulan) yaitu jarak titik pusat matahari/bulan dari titik Aries (vernal Equinox = Haml), diukur sepanjang lingkaran ekliptika (dairatul buruj). Jika nilai bujur Astronomis Matahari sama dengan nilai Bujur Astronomis Bulan maka terjadi Ijtima. Data ini diperlukan antara lain dalam ijtima dan gerhana. 2) Ecliptic Latitude atau lintang Astronomis matahari / bulan atau ardhusy syams / qamar yaitu jarak titik pusat matahari/bulan dari lingkaran ekliptika (da iratul buruj). Karena jalannya matahari itu tidak rata, selalu ada pergeseran ke utara atau ke selatan sedikit dari ekliptka, maka besarannya 19 Loc. Cit Yusuf Qardlawi, 2001, hlm Departemen Agama RI, Epemeris Hisab Rukyat 2004, Jakarta : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama. 82

9 selalu mendekati nol. Sedangkan nilai maksimum lintang astronomi bulan adalah 5 8. Lintang astronomi positif (+) berarti matahari/bulan berada di utara, nilai negatif berarti berada disebelah selatan. Jika saat ijtima nilai lintang astronomis bulan sama / hampir sama persis dengan nilai lintang astronomis matahari, maka akan terjadi gerhana matahari. Data ini diperlukan antara lain ijtima dan gerhana. 3) Apparent Right Ascention atau Asensio Rekta Matahari / bulan atau panjatan tegak atau As Shu udul Mustaqim atau mathali ul Baladiyah, yaitu jarak antara suatu benda langit dari titik Aries, diukur sepanjang lingkaran equator (da iratul muaddalin nahar). Data ini diperlukan antara lain dalam perhitungan ijtima, ketinggian hilal dan gerhana. 4) Apparent Declination atau deklinasi matahari/bulan (mailus Syam / Qamar) adalah jarak antara matahari / bulan dari equator diukur sepanjang lingkaran deklinasi, yaitu lingkaran besar yang mengelilingi bola langit dan melalui titik kutub langit (KU-KS). Nilai deklinasi positif berarti matahari / bulan di utara garis Equator, sebaliknya nilai negatif berarti matahari/bulan berada di selatan garis Equator. Data ini diperlukan untuk penentuan waktu shalat, bayang-bayang kiblat, ketinggian hilal, ijtima, gerhana. 5) Semi diameter atau jari-jari matahari/bulan (Nisfu Quthr), yaitu jarak antara titik pusat matahari/bulan dengan piringan luarnya. Nilai semi diameter bulan rata-rata 15 sebab piringan bulatan bulan penuh adalah sekitar 30 (0,5 derajat). Data ini diperlukan untuk perhitungan ketinggian piringan atas (upper limb) hilal, menghitung secara tepat saat matahari atau bulan terbenam atau terbit. b. Data Matahari : 1) True Geocentric (jarak geocentric), yaitu jarak antara bumi dan matahari, Nilai pada data ini merupakan jarak rata-rata bumi dan matahari, sekitar 150 juta km. Karena bumi mengelilingi matahari dalam bentuk ellips, maka jarak bumi-matahari tidak selalu sama. Jarak terdekat (perigee/hadlidl) sedangkan jarak terjauh disebut (apogee/al-auj). Data ini untuk menghitung gerhana. 2) True Obliquity atau kemiringan ekliptika (mail kully hakiki), yaitu besarnya sudut kemiringan antara equator (mu addalun nahar ) dan ekliptika (da iratul buruj). Data ini untuk menghitung ijtima dan gerhana. 3) Equation of time (perata waktu), yaitu selisih antara waktu kulminasi matahari hakiki dengan waktu kulminasi matahari rata-rata. Bumi berputar pada sumbunya rata-rata 24 jam sekali putaran, tetapi ternyata kecepatan perputaran ini tidak selalu sama, sehingga saat kulminasinyapun selalu berubah-ubah. Perubahan-perubahan ini disebut perata waktu (ta dil alwaqt). Data ini diperlukan dalam menghisab waktu shalat. c. Data Bulan. 1) Parallax (ikhtilaful manzhar), yaitu sudut antara garis yang ditarik dari titik pusat bulan ke titik pusat bumi dengan garis dari titik pusat bulan ke mata pengamat, atau paralax adalah sudut yang memisahkan titik pusat bumi dengan mata pengamat. Sedangkan Horizontal parallax (Hp) adalah 83

10 Parallax dari bulan yang sedang berada persis di garis ufuq. Semakin mendekati titik zenith nilai parallax suatu benda semakin kecil, dan pada posisi zenith nilainya nol, pada posisi ufuq nilainya paling besar. Di samping itu nilai parallax tergantung pula pada jarak benda langit dengan mata pengamat (bumi).data Hp ini diperlukan mengkoreksi perhitungan tinggi hilal, dari tinggi hakiki menjadi tinggi mar i (visible altitude). 2) Angle bright limb atau sudut kemiringan hilal yaitu sudut kemiringan sinar hilal yang tampak, akibat kemiringan terhadap matahari. Sudut waktu ini diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik zenith (sumtul-ra s) ke garis yang dihubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat matahari dengan arah yang sesuai dengan perputaran jarum jam. 3) Fraction Illumination yaitu besarnya piringan hilal yang menerima sinar matahari dan menghadap ke bumi. Pada bulan purnama (al-badr), nilai Fraction Illumnya adalah satu. Apabila bumi, bulan dan matahari berada pada satu garis lurus, maka akan terjadi Gerhana Matahari Total, nilainya nol. Setelah bulan purnama nilai Fraction Illumnya mengecil sampai yang paling kecil dan bulan mati (muhaq), yaitu saat terjadi ijtima akhir bulan. Disamping data matahari dan bulan sebagaimana keterangan di atas, yang juga dibutuhkan untuk menghitung awal bulan adalah data refraksi dan kerendahan ufuk. 1) Refraksi adalah pembiasan cahaya besarnya penampakan cahaya bulanhilal karena melalui atmosfir bumi, sehingga penampakan hilal dari bumi menjadi bergeser sebesar refraksi tersebut. 2) Harga kerendahan ufuk ini dapat dicari dengan rumus D = 1.76 ketinggian tempat / 60. Dengan demikian kerendahan ufuk tergantung pada pengaruh ketinggian tempat observasi. 2. Cara Mengambil Data dari Ephemeris a. Waktu yang dipergunakan. Data matahari dan bulan tersebut diatas disajikan berdasarkan waktu Greenwich atau yang terkenal dengan waktu GMT (Greenwich Mean Time). Untuk merubah GMT menjadi waktu-waktu daerah di Indonesia: WIB = GMT + 7 jam atau sebaliknya GMT = WIB - 7 jam WITA = GMT + 8 jam atau GMT = WITA - 8 jam WIT = GMT + 9 jam atau GMT = WIT - 9 jam Berdasarkan KEPRES RI No. 41 / 1987 tentang Pembagian Wilayah RI menjadi tiga wilayah, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB) dengan titik pusat meridian (bujur) 105º BT; sedangkan Waktu Indonesia Tengah (WITA) dengan titik pusat meridian (bujur) 120º BT, dan Waktu Indonesia Timur (WIT) dengan titik pusat meridian (bujur) 135º BT. Wilayah WIB meliputi seluruh Provinsi Sumatra, seluruh Provinsi Jawa dan Madura, seluruh Provinsi Kalimantan Barat, seluruh Provinsi Kalimantan Tengah. WITA meliputi: seluruh Provinsi Kalimantan Timur, seluruh Provinsi Kalimantan Selatan, seluruh Provinsi Bali, seluruh Provinsi Nusatenggara Barat, Seluruh Provinsi Nusatenggara Timur, seluruh 84

11 Provinsi Timut-Timur, seluruh Provinsi Sulawesi. dan WIT adalah seluruh Provinsi Maluku, seluruh Provinsi Papua. Untuk mencari data matahari / bulan bagi wilayah Indonesia, waktu-waktu daerah di Indonesia, terlebih dahulu harus diubah menjadi GMT. Waktu standar 105 o (WIB), 120 o (WITA) dan 135 o (WIT). Contoh : Mencari deklinasi matahari dan bulan pada jam WIB tanggal 11 Oktober 2007 M. Langkah 1 : Merubah WIB menjadi GMT, dengan rumus : GMT = WIB - 7 jam, maka : GMT = jam = Jadi jam WIB = jam GMT. Langkah 2 : Mencari data deklinasi matahari dan bulan tanggal 11 Oktober 2007, jam GMT. Hasilnya : Deklinasi matahari = - 6 o Deklinasi bulan = - 11 o Penyisipan / Interpolasi Data Matahari dan Bulan dalam Almanak ini disajikan pada setiap jam, untuk memperoleh data pecahan jam, diperlukan langkah-langkah penyisipan/ interpolasi. Dengan rumus : Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I Contoh : Mencari Asensio Rekta Matahari jam WIB tanggal 11 Oktober 2007 Langkah 1 : Merubah WIB menjadi GMT, yakni : GMT = WIB - 7 jam, maka : GMT = WIB - 7 jam = GMT. Jadi jam WIB = GMT. Langkah 2 : Mencari Asensio Rekta Matahari jam GMT berikut : Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I A = Data pada jam 10 GMT = 196 o 19 42" B = Data pada jam 11 GMT = 196 o 22 00" C = Sisa menit yang belum diperhitungkan = 00:26 I = Interval dari jam = 1 Maka hasil interpolasi adalah : 196 o 19 42" (196 o 19 42" o 22 00") x 0 o 26 ' : 1 = 196 o " Contoh : Mencari Deklinasi Bulan pada jam WIB tanggal 11 Oktober

12 Mencari Deklinasi Bulan pada jam 10:26 GMT berikut : Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I A = Data pada jam 10 GMT = - 11 o B = Data pada jam 11 GMT = - 11 o C = Sisa menit yang belum diperhitungkan = 00:26 I = Interval dari jam = 1 Maka hasil interpolasi adalah : - 11 o ((- 11 o ) - (- 11 o )) x 0 o 26 / 1 = - 11 o Catatan : 1. Perhitungan bisa dibulatkan sampai satuan detik. 2. Hati-hati dengan tanda (+) atau ( ) pada setiap perubahan data. E. Hisab Awal Bulan dengan Metode Hisab Rukyat Ephemeris Hisab Awal bulan Qomariah dengan metode Ephemeris, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Memperkirakan terjadi ijtima' dengan menggunakan perbandingan tarikh. Perkiraan ijtima ini berguna untuk mendapatkan data matahari dan bulan yang dibutuhkan. 2. Mencari saat terjadi ijtima' untuk mengetahui pergantian bulan baru. 3. Mencari situasi dan kondisi hilal awal bulan sebagai data rukyatul hilal, dan untuk menarik kesimpulan tentang akan terjadinya bulan baru. Contoh Hisab Awal Bulan SYAWAL 1428 H. : 1. Memperkirakan ijtima awal bulan Syawal 1428 H, dengan menggunakan Perbandingan Tarikh. Sebagai berikut : = 1427 Tahun 1427 / 30 = 47 siklus + 17 tahun 29 Ramadhan 1427 = 47 siklus + 17 tahun + 8 bulan + 29 hari 47 siklus = 47 x = hari 17 tahun = 17 x (6 tahun kabisat) = 6024 hari 8 bulan = ( 4 x 30 ) + ( 4 x 29 ) = 236 hari 29 hari = 29 hari hari Selisih Hijriyah dan Masehi = hari hari Anggaran Gregrorius XIII = 13 hari hari / 1461 = 501 daur hari 501 daur x 4 = 2004 tahun 1014 hari / 365 = 2 tahun hari 284 hari = 0 tahun + 09 bulan + 11 hari 86

13 Jumlah = 2006 tahun + 09 bulan + 11 hari Dibaca = tanggal 11 Oktober : 7 = sisa 6 hari = Kamis : 5 = sisa 2 hari = Legi Ijtima awal bulan Syawal 1428 H. terjadi pada hari : Kamis Legi, tanggal 11 Oktober 2007 M. 2. Mencari saat ijtima dengan data Ephemeris, dengan langkahlangkah sebagai berikut : a. Mencari FIB. terkecil pada bulan Oktober 2007 b. Mencari ELM. dan ALB sesuai dengan jam FIB terkecil c. Mencari Sabak Matahari (SM), dan Sabak Bulan (SB) perjam d. Mencari Saat Ijtima dengan rumus sebagai berikut : Jam FIB + ELM ALB + 7 Jam WIB SB SM Keterangan : FIB = Fraction Illuimination Bulan ELM = Ecliptic Longitude Matahari ALB = Apparent Longitude Bulan a) FIB terkecil yaitu 0,00087 yang terjadi pada jam 4 GMT tgl 11 Oktober 2007 b) ELM pada jam 4 GMT adalah ALB pada jam 4 GMT adalah c) SM = ELM jam 5 GMT = jam 4 GMT = Sabak Matahari (SM) = SB = ALB jam 5 GMT = jam 4 GMT = Sabak Bulan (SB) = d) Jam Jam (WIB) = 12 j 2 m d WIB Operasional kalkulator tipe casio fx 4500 (dan sejenisnya), tekan secara berurutan : 4 + ( ( ) / ( ( ) - ( ) ) + 7 Shift Tampil di layar 12 2' 29.18" 87

14 Jadi : Ijtima al-hilal awal bulan Syawal 1428 H. terjadi jam 12 : 2 : WIB, tanggal 11 Oktober Mencari Posisi dan Situasi Hilal Awal Bulan Syawal 1428 H., dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Menetapkan markas hisab dan rukyat, serta data astronominya. (2) Mencari sudut waktu Matahari saat matahari terbenam. (3) Mencari Saat Matahari Terbenam. (4) Mencari sudut waktu Bulan, saat Matahari terbenam. (5) Mencari ketinggian Hilal Mar i saat Matahari terbenam. (6) Mencari Mukuts Hilal. (7) Mencari Besarnya Nurul Hilal (8) Mencari Azimut Matahari dan Bulan. (9) Mencari Letak dan Keadaan Hilal. Proses Perhitungan (1) Menetapkan markas hisab / rukyat, serta data astronominya. Markas hisab ditetapkan berdasarkan pilihan tempat yang akan digunakan untuk melaksanakan rukyatul hilal. Misalnya memilih lokasi rukyat Tanjung Kodok, Lamongan, dengan data : Lintang tempat ( = phi ) = - 6 o (LS) Bujur tempat ( = lamda ) = 112 o (BT) Tinggi tempat ( h ) = 10 meter di atas air laut. (2) Menetapkan sudut Matahari, saat Matahari terbenam, tanggal 11 Oktober 2007, dengan cara : a) Mencari data matahari saat terbenam, yaitu sekitar jam WIB atau GMT, yakni data yang dibutuhkan : Deklinasi (d ) matahari jam GMT = - 6 o Equation of time (e) matahari = 0 j 13 m 10 d D (Dip) = / 60 = Refraksi (ref) untuk 0 = Semi diameter ( s.d ) = ,17 b) Mencari tinggi matahari saat terbenam (h ) dengan rumus : h = 0 o - S.d - Ref r - Dip h = 0 o ,94 h = c) Mencari sudut waktu saat matahari terbenam, dengan rumus : Cos t = - tan p x tan d + sin h / cos p / cos d t p d = sudut waktu matahari = Lintang tempat = Deklinasi Matahari 88

15 h = Tinggi Matahari saat terbenam Data : p = - 6 o d = - 6 o h = Operasional kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan : Shift cos ( - tan - 6 o x tan - 6 o sin / cos - 6 o / cos - 6 o ) exe shift 91 o t = 91 o Atau dengan kalkulator tipe casio fx 3600, tekan secara berurutan : 6 o /- tan +/- x 6 o /- tan /- sin : 6 o /- cos : 6 o /- cos = inv o cos inv cos Tampil pada layar 91 o t = 91 o (3) Mencari Saat Matahari Terbenam, dengan Rumus : T / e + K W D 91 o / 15 = 6 j 7 m 9.94 d Kulminasi = Eq. of time ( e ) = L M T (Local Mean Time) = KWD = (( ) / 15 ) = W I B = Koreksi bujur GMT = Jam G M T = Jadi Matahari terbenam tgl 11 Oktober 2007 di Tanjung Kodok pada : jam 17 : 24 : WIB. atau jam 10 : 24 : GMT (4) Menetapkan sudut waktu Bulan, saat Matahari terbenam (yaitu : jam 10 : 24 : GMT), dengan langkah-langkah : a) Mencari Asensio Rekta Matahari (AR ), dengan interpolasi data : 196 o (196 o o ) x 0 o 24 : / 1 = 196 o

16 b) Mencari Asensio Rekta Bulan (AR ), dengan interpolasi data : 197 o (197 o o ) x 0 o 24 : / 1 = 197 o c) Mencari Sudut Waktu Bulan ( t ) saat Matahari terbenam. T = Ar - Ar + t T = 196 o o o = 91 o (5) Menetapkan Tinggi Hilal Mar i (h ) saat Matahari terbenam (yaitu : jam 10 : 24 : GMT), dengan langkah-langkah : a) Mencari deklinasi bulan (d ), dengan interpolasi data : (( ) ( )) x 0 o 24 : / 1 = - 11 o b) Mencari tinggi hakiki bulan (h ). Rumus : Sin h = Sin p. Sin d + Cos p. Cos d. Cos t Data : P = - 6 o d = - 11 o t = 90 o Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan : Shift Sin ( sin - 6 o sin - 11 o cos - 6 o x cos - 11 o x cos 90 o ) exe shift Tampil pada layar 0 o h = 0 o Kalkulator tipe casio fx 3600, tekan secara berurutan : 6 o /- sin x 11 o /- sin + 6 o /- cos x 11 o /- cos x 90 o cos = inv sin inv o ' " Tampil pada layar 0 o h = 0 o c) Mencari tinggi mar i ( lihat ) bulan (h ), dengan rumus : 90

17 h = h - Parallax + s.d. + Ref + Dip Parallax = Hp (Horizontal parallax) X Cos h = 0 o x Cos 0 o = 0 o h (tinggi hakiki) = 0 o Parallax = 0 o Sd (semi diameter) = Refraksi = Dip ( kerendahan ufuq ) = ,94 + h ( tinggi mar i ) = 0 o ) Menetapkan Mukuts ( lama hilal di atas ufuq ), dengan rumus : H / 15 atau h x 4 menit Mukuts = 0 o / 15 = 1 menit detik 7) Mencari Besarnya Cahaya, saat Matahari terbenam (yaitu : jam 10 : 24 : GMT). Besarnya cahaya hilal dapat dicari dengan melakukakan interpolasi FIB (friction illuminision bulan) saat matahari terbenam di kalikan ( x ) 100 % sebagai berikut : ( ) x 0 o / 1 = % 8) Menetapkan azimut ( Az ) Matahari dan Bulan, dengan rumus : Cotan A = - Sin p / tan t + Cos p. tan d / Sin t 1) Azimut Matahari Data Matahari : p = - 6 o d = - 6 o t = 91 o Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan : Shift tan ( - sin - 6 o / tan 91 o cos - 6 o x tan - 6 o / sin 91 o ) exe shift o Tampil pada layar - 7 o A = - 7 o (diukur dari titik barat ke titik selatan) 91

18 Atau dengan kalkulator tipe casio fx 3600, tekan secara berurutan : 6 o /- sin +/- : 91 o tan +- 6 o /- cos x - 6 o /- tan : 91 o sin = 1/x inv tan inv o Tampil pada layar - 7 o A = - 7 o (diukur dari titik barat ke titik selatan) 2) Azimut Bulan Data Bulan : p = - 6 o d = - 11 o t = 90 o Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan: Shift tan ( - sin - 6 o / tan 90 o cos - 6 o x tan - 11 o / sin 90 o ) exe shift o Tampil pada layar - 11 o A = - 11 o (diukur dari titik barat ke titik selatan) Atau dengan kalkulator tipe casio fx 3600, tekan secara berurutan : 6 o /- sin +/- : 90 o tan +- 6 o /- cos x - 11 o /- tan : 90 o sin = 1/x inv tan inv o Tampil pada layar - 11 o A = - 11 o (diukur dari titik barat ke titik selatan) 9) Letak dan posisi hilal : A = - 7 o A = - 11 o Selisih = 4 o Letak dan posisi hilal berada di belahan bumi selatan dan di atas matahari sedikit di sebelah selatan matahari sejauh 4 o dengan keadaan miring ke selatan. 92

19 10. K e s i m p u l a n : a. Ijtima al-hilal awal bulan Syawal 1428 H. terjadi: jam WIB, Hari Kamis Legi, 10 Oktober 2007 b. Matahari terbenam = 17 : 24 : WIB. c. Tinggi hilal hakiki = 0 o d. Tinggi hilal mar i = 0 o e. Lama hilal di atas ufuq = 1 menit detik. f. Deklinasi Matahari = - 6 o g. Deklinasi Bulan = - 11 o h. Azimut matahari = - 7 o ( B - S ) i. Azimut bulan = - 11 o ( B - S ) j. Letak dan posisi Hilal berada di Selatan titik barat dan 4 o di sebelah Selatan Matahari dengan keadaan miring ke Selatan. k. Kesimpulan berdasarkan Hisab, karena ketinggian hilal awal Syawal 1428 H mencapai 0 o ketinggian tersebut belum / tidak memenuhi had imkan ar-rukyah konteks Indonesia, maka 1 Syawal 1428 H. menurut Hisab Kontemporer (metode Ephemeris) jatuh pada hari Sabtu Pon, 13 Oktober 2007 M. 93

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013 BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013 A. Ephemeris Hisab Rukyat Ephemeris Hisab Rukyat adalah sebuah buku yang berisi tabel Astronomi yaitu data Matahari

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PERHITUNGAN AL-MANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS. 1. Sekilas Tentang Sistem Almanak Nautika

BAB III SISTEM PERHITUNGAN AL-MANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS. 1. Sekilas Tentang Sistem Almanak Nautika BAB III SISTEM PERHITUNGAN AL-MANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS 1. Tinjauan Umum Sistem Almanak Nautika 1. Sekilas Tentang Sistem Almanak Nautika Almanak Nautika adalah almanak kelautan yang diterbitkan oleh

Lebih terperinci

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Hisab Awal Bulan Sistem Ephemeris 1 Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Kota Penentuan Brisbane Lintang tempat (φ) = 27 28' 45 LS Bujur tempat (λ) = 153 1 ' 40 BT Tinggi tempat =... 10 meter di atas laut 0.

Lebih terperinci

http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf - Bulan bercahaya dan Matahari bersinar -> QS. Nūḥ (71): 16 dan QS. al-furqān (25): 61; - Akan tiba suatu masa di mana Bulan tidak lagi bercahaya dan Matahari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam Kitab Ṡamarāt al-fikar 1. Hisab Waktu Salat Kitab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS 1. Analisis Metode Perhitungan Irtifa al-hilal Perspektif Sistem Almanak Nautika Irtifâ al-hilâl, sesuai

Lebih terperinci

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu Al-daqaiq al-tamkiniyyah (Ar.) : Tenggang waktu yang diperlukan oleh Matahari sejak piringan atasnya menyentuh ufuk hakiki sampai terlepas dari ufuk mar i Altitude (ing) Bayang Asar Bujur tempat Deklinasi

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 29-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Iftor Al-Bukhari 1818-1822 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk membantu

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

UNTUK KALANGAN SENDIRI

UNTUK KALANGAN SENDIRI SHALAT GERHANA A. Pengertian Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf (الخسوف) dan jugakusuf (الكسوف) sekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna yang

Lebih terperinci

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH A. Pengertian Awal Bulan Qamariyah Penanggalan adalah sistem satuan satuan ukuran waktu yang digunakan untuk mencatat peristiwa peristiwa penting, baik mengenai kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam Pembuatan Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa Saādoe ddin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat dalam Kitab Ilmu Falak Methoda Al- Qotru Salat adalah ibadah

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Syarah Istighfar dan Taubat

Syarah Istighfar dan Taubat Syarah Istighfar dan Taubat Publication : 1438 H_2017 M SYARAH ISTIGHFAR DAN TAUBAT Disalin dari: Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad, dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id

Lebih terperinci

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Mengabulkan DO A Hamba-Nya Janji ALLAH عز وجل untuk Mengabulkan DO A Hamba-Nya Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 186 رحمو هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M Janji Allah Untuk Mengabulkan Do'a Hamba-Nya Tafsir

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa 07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa 05-06-2017 10 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa Al-Bukhari 1811, 1812 Tirmidzi 648, 649 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode Pengukuran Arah Kiblat Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan nilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 26-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Qodho Puasa Yang Ditinggalkan Bukhari 310, 1814, 1815 Muslim 508 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI 2001 A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat beragam dan

Lebih terperinci

PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H

PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H PENGAJIAN RAMADAN 1432 H PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA, 5-7 RAMADAN 1432 H/ 5-7 AGUSTUS 2011 M Oleh: OMAN FATHUROHMAN SW. KONSEP AWAL BULAN

Lebih terperinci

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M Qawaid Fiqhiyyah ن ي ة ال م ر ء أ ب ل غ م ن ع م ل ه Niat Lebih Utama Daripada Amalan Publication : 1436 H_2015 M Sumber: Majalah as-sunnah, Ed. 01 Thn.XVIII_1435H/2014M, Rubrik Qawaid Fiqhiyyah Download

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat dalam Kitab Anfa al-wasîlah,

Lebih terperinci

BAB III HISAB KETINGGIAN HILAL MENURUT KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA

BAB III HISAB KETINGGIAN HILAL MENURUT KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA BAB III HISAB KETINGGIAN HILAL MENURUT KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA A. Penyajian Data Hisab Ketinggian Hilal Menurut Kitab Sullam an- Nayyirain 1. Penyajian Data Hisab Ketinggian Hilal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam Kitab Irsyâd al-murîd 1. Metode hisab awal waktu salat

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar 14-06-2017 19 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar Al-Bukhari 1876-1880, 1884 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan Publication: 1436 H_2015 M KAIDAH FIQH إ ع م ال الد ل ي ل ي أ و ل م ن إ ه ال أ ح د ه ا م ا أ م ك ن "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an 10-06-2017 15 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an Al-Bukhari 4632, 4633, 4637, 4638, 4639 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan penanggalan yang digunakan oleh umat Islam pada khususnya untuk menentukan pergantian bulan

Lebih terperinci

TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ

TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ Oleh: رحمه اهلل Imam Ibnu Katsir Download ± 300 ebook Islam, Gratis!!! kunjungi. www.ibnumajjah.wordpress.com سورة الطارق TAFSIR SURAT ATH - THAARIQ (Yang Datang di Malam Hari)

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA DOA dan DZIKIR SEPUTAR PUASA Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA Sumber: Sebagian Besar Dikutip dari Hisnul Muslim, Lengkapnya lihat ebook Versi CHM e-book ini didownload

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJUdul Hilal dan Imka>n Rukyah Perbedaan dalam hisab rukyah serta implikasinya telah banyak menyita pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 04-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Buat Orang Yang Berpergian Al-Bukhari 1805, 1806, 1807, 1808, 1810 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna, karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Allah memberi sebuah kelebihan dengan memberi

Lebih terperinci

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014 MeNCiNTai A H L U B A I T هللا ىلص NABI حفظو هللا Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Publication: 1436 H_2014 M هللا ىلص Mencintai AHLUL BAIT Rasulullah Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Disalin dari Majalah

Lebih terperinci

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an 7 Keistimewaan Lailatul Qadar Muhammad Abduh Tuasikal Setiap muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun

Lebih terperinci

PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH

PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH RINGKASAN SKRIPSI PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH DENGAN METODE HISAB DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM PONCOL SERTA RESPON DARI TOKOH MASYARAKAT DESA PONCOL KABUPATEN MAGETAN A. Latar belakang Penanggalan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS 150 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS Pada bab ini, penulis akan menganalisis tentang sistem hisab Almanak Nautika dan Astronomical

Lebih terperinci

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

HADITS TENTANG RASUL ALLAH HADITS TENTANG RASUL ALLAH 1. KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA RASULALLAH ح دث ني ي ون س ب ن ع ب د الا ع ل ى أ خ ب ر اب ن و ه ب ق ال : و أ خ ب ر ني ع م ر و أ ن أ اب ي ون س ح دث ه ع ن أ بي ه ر ي ر ة ع ن ر س ول

Lebih terperinci

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kamis, 27 Oktober 2005 17:17:15 WIB Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Para ulama telah sepakat bahwa puasa wajib atas seorang mus-lim yang berakal, baligh, sehat,

Lebih terperinci

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh: AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 20-06-2017 25 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Adab Bersilaturrahmi Al-Bukhari 5524-5526, 5528, 5532 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU A. Analisis Metode dan Dasar Penentuan Hisab Awal Bulan Kamariah Qotrun Nada dalam Kitab Methoda Al-Qotru Hisab

Lebih terperinci

CONTOH PERHITUNGAN AWAL BULAN QAMARIAH

CONTOH PERHITUNGAN AWAL BULAN QAMARIAH CNTH PERHITUNGAN AWAL BULAN QAMARIAH I. AYAT Al-QUR'AN DAN HADITS TENTANG BULAN QAMARIAH, PUASA DAN IDUL-FITHRI ( Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan,

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, Syawal, ataupun Zulhijah, akhir-akhir ini sering meruncing perbedannya yang berakibat sering berbedanya

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK Petunjuk Rasulullah Tentang Ayam Jantan Ber-KOKOK Publication : 1437 H_2016 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR HUJAN Disalin dari: 1. Terjemah Hishnul Muslim oleh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-qahthani. 2. Syarah

Lebih terperinci

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT Disampaikan pada : Kegiatan Pembinaan dan Orientasi Hisab Rukyat Hisab dan Rukyat di Lingkungan PA/MA Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu Kelahiran

BAB IV ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu Kelahiran 56 BAB IV ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu Kelahiran Nabi Muhammad saw. 10 R. Awal -53 H (20 April 571 M)

Lebih terperinci

BAB III HISAB AWAL BULAN KAMARIAH K. DAENUZI ZUHDI DALAM KITAB AL-ANWAR LI AMAL AL-IJTIMA WA AL-IRTIFA WA AL-KHUSUF WA AL-KUSUF

BAB III HISAB AWAL BULAN KAMARIAH K. DAENUZI ZUHDI DALAM KITAB AL-ANWAR LI AMAL AL-IJTIMA WA AL-IRTIFA WA AL-KHUSUF WA AL-KUSUF 64 BAB III HISAB AWAL BULAN KAMARIAH K. DAENUZI ZUHDI DALAM KITAB AL-ANWAR LI AMAL AL-IJTIMA WA AL-IRTIFA WA AL-KHUSUF WA AL-KUSUF A. Gambaran Umum tentang Kitab Al-Anwar li Amal al-ijtima wa al- Irtifa

Lebih terperinci

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH) PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH) Zakat fitrah berfungsi untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor dan untuk memberi makan orang-orang miskin. Diriwayatkan dari Ibnu

Lebih terperinci

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( ) TATA KOORDINAT BENDA LANGIT Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah (4201412051) 2. Winda Yulia Sari (4201412094) 3. Yoga Pratama (42014120) 1 bintang-bintang nampak beredar dilangit karena bumi berotasi. Jika

Lebih terperinci

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Puasa merupakan rukun islam yang ke-tiga, di dalam islam puasa berarti menahan diri dari

Lebih terperinci

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com Mengadu Domba Sesama Muslim Pengertian Namimah Secara etimologi, dalam bahasa Arab, namimah bermakna suara pelan atau gerakan. Secara istilah pada dasarnya namimah adalah menceritakan perkataan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hukum Islam, banyak ibadah yang keabsahannya digantungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hukum Islam, banyak ibadah yang keabsahannya digantungkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hukum Islam, banyak ibadah yang keabsahannya digantungkan pada perjalanan sang waktu yang didasarkan pada peredaran matahari dan peredaraan bulan. Hal

Lebih terperinci

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH Derajat Hadits Puasa TARWIYAH حفظو هللا Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Publication : 1436 H_2015 M Shahih dan Dha'if Hadits Puasa Enam Hari Bulan Syawwal Sumber : www.almanhaj.or.id yang menyalinnya

Lebih terperinci

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ARISAN JAJAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DI TAMBAK LUMPANG KELURAHAN SUKOMANUNGGAL KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak

Lebih terperinci

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman Publication: 1434 H_2013 M PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Aniisah Syahrul

Lebih terperinci

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) NAMA : AYUB SIREGAR INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PANGKAT/GOL : PENATA MUDA TK.I / III.B Contoh Artikel/Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu keunikan dalam peribadatan Islam yang mungkin saja berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam Islam itu sangat terkait dengan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 16-06-2017 21 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kewajiban Zakat Fitrah Al-Bukhari 1407-1413 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Lebih terperinci

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH 1. Analisis Komparasi Metode Penentuan Awal Ramadan, Syawal

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M Kaidah Fiqh ان ح ظ س ان ع ب اد اث ف األ ص م ان إ ب اح ت انع اد اث ف ان أ ص م و PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: Pada Dasarnya Ibadah

Lebih terperinci

Oleh PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH. Oman Fathurohman SW

Oleh PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH. Oman Fathurohman SW METODE DAN KRITERIA AWAL BULAN KAMARIAH Oleh Oman Fathurohman SW. PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Oman Fathurohman SW 0 PENYEBAB PERBEDAAN AWAL BULAN KAMARIAH

Lebih terperinci

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky 2 PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky Contoh Perhitungan Awal Waktu Shalat dengan Data Ephemeris Hisab Rukyat (Hisabwin Version 1.0/1993 atau Winhisab Version

Lebih terperinci

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31). Aurat? Sapa hayo yang... Nah, sobat UKKImuslimah, kita Aurat bagi wanita di hadapan lelaki asing, yang bukan mahramnya, adalah seluruh badannya. Ini diambil dari nash al-quran yang menyatakan: و لا ی ب

Lebih terperinci

MUZARA'AH dan MUSAQAH

MUZARA'AH dan MUSAQAH MUZARA'AH dan MUSAQAH Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Publication : 1438 H, 2017 M MUZARA'AH dan MUSAQAH Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Sumber:almanhaj.or.id dari Al-Wajiiz fii Fiqhis

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 13-06-2017 18 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Itikaf Al-Bukhari 1885-1890 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di www.warungustad.com

Lebih terperinci

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat Editor: Edi Candra, Lc. M.E.I. Sumber: Fiqh Islami wa Adillatuhu Tatawwu' adalah upaya pendekatan diri kepada Allah Ta'ala

Lebih terperinci

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB. Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB. Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan mengenai sistem hisab Almanak Nautika dan Newcomb, yang lebih terfokus pada kajian hisab

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN 23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai the way of life merupakan ajaran yang memberikan petunjuk, arah dan aturan-aturan (syariat) pada semua aspek kehidupan manusia guna memperoleh

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH Pertanyaan Dari: H. Mufti Muhammadi, muftimuhammadi@yahoo.co.id, SMA Muhammadiyah 11 Rawamangun (Disidangkan pada hari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN A. Analisis Perhitungan Waktu Salat dalam Kitab Ilmu Falak dan Hisab karya K.R. Muhammad Wardan Salat adalah

Lebih terperinci

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT 40 KRITERIA MASLAHAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus Sundial Mizwala Qibla Finder Sundial adalah instrumen penunjuk waktu

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M Kaidah Fiqh الط ه ار ة ا بت ي م ام ك ال ط ه ار اة ب ل م ا اء BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Publication in CHM: 1436 H_2015 M Kaidah

Lebih terperinci

ISLAM IS THE BEST CHOICE

ISLAM IS THE BEST CHOICE KULIAH FAJAR MASJID AL-BAKRI TAMAN RASUNA KUNINGAN - JAKARTA SELATAN ISLAM IS THE BEST CHOICE Disusun oleh : Agus N Rasyad Sabtu, 16 Maret 2013 INTRODUCTION BEBERAPA CIRI KETETAPAN HATI, BAHWA ISLAM PILIHAN

Lebih terperinci

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I. Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I. Shalat witir merupakan ibadah yang paling agung di sisi

Lebih terperinci

PUASA DI BULAN RAJAB

PUASA DI BULAN RAJAB PUASA DI BULAN RAJAB الصوم ف شهر رجب ] إندوني [ Indonesia - Indonesian - Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid مد صالح املنجد Penterjemah: www.islamqa.info Pengaturan: www.islamhouse.com رمجة: موقع الا سلام

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016 BAB IV ANALISIS A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016 1. Landasan Normatif Ada beberapa nash yang menjelaskan tentang waktu-waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS Bagian III : Menghitung Deklinasi Matahari dan Equation of Time A. Pendahuluan Yang disebut dengan deklinasi (declination) adalah jarak sudut antara sebuah

Lebih terperinci

KRITERIA IJTIMA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH DI INDONESIA

KRITERIA IJTIMA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH DI INDONESIA KRITERIA IJTIMA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH DI INDONESIA KRITERIA IJTIMA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH DI INDONESIA Sakirman Dosen STAIN Jurai Siwo Metro Email : sakirman87@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Jagalah Lisan ك ب ع ا ي س ئ ىل

Jagalah Lisan ك ب ع ا ي س ئ ىل Jagalah Lisan Allah Ta'ala berfirman, و ن ب ر ق ف ي ب ن ي س ن ك ث ع ه ى إ انس ع و ان ج ص ش و ان ف ؤ اد ك م أ ون ئ ك ك ب ع ا ي س ئ ىل "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

Lebih terperinci

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM PETUNJUK NABI TENTANG MINUM Ustadzah Nur Hasanah Publication : 1438 H_2016 M PETUNJUK NABI TENTANG MINUM Oleh : Ustadzah Nur Hasanah Sumber: www.almanhaj.or.id yang menyalinnya dari Majalah as-sunnah Ed.

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH Misbah Khusurur Dosen Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap Jl. Kemerdekaan Barat No. 1, Kesugihan, 53274 ABSTRAK Adanya perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2009), hlm Abdul Halim Fathani, Hakikat Matematika dan Logika, (Jogjakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2009), hlm Abdul Halim Fathani, Hakikat Matematika dan Logika, (Jogjakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal peradaban manusia, matematika memainkan peranan sangat vital dalam kehidupan. Berbagai simbol digunakan untuk membantu perhitungan, pengukuran, penilaian,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan Kaidah Fiqh ي ن س ب ال و ل د إ ل أ ب ي ه ش ر ع ا و إ ل أ م ه و ض ع ا Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan Publication:

Lebih terperinci

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA Jama ah Jum at rahimakumullah Setiap muslim pasti bersaksi, mengakui bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasulullah, tapi tidak semua muslim memahami hakikat yang

Lebih terperinci