BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Leony Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Transportasi merupakan sebuah kegiatan untuk melakukan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain, seiring dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, peningkatan kebutuhan akan transportasi pun bertambah. Di sisi lain, perubahan pola gaya hidup masyarakat menuntut adanya aktifitas yang serba cepat di tengah kesibukan kota sehingga memicu semakin banyaknya masyarakat yang beralih dan meilih akses transportasi penerbangan sebagai sarana transportasi terbaik masyarakat. Salah satu bandara yang ada di Indonesia adalah Bandara Udara Juanda Surabaya yang berbasis bandara internasional memiliki berbagai aktifitas dengan jumlah penerbangan yang sangat padat seperti keberangkatan dan penerbangan pesawat dalam negeri dan luar negeri dan jumlah transit pesawat terpadat kedua di Indonesia setelah Bandara Udara Sultan Hasanuddin Makassar. Tingkat frekuensi penerbangan di bandara Juanda Surabaya yang semakin banyak menyebabkan adanya aktifitas yang padat di bandara. Aktifitas yang terjadi di bandara Juanda antara lain keberangkatan dan kedatangan pesawat, pergantian rute pesawat dari internasional ke domestik dan sebaliknya, dan transit pesawat untuk pengisian bahan bakar dan perbaikan pesawat. Khusus untuk transit, aktifitas yang dilakukan penumpang yaitu menunggu selama 2 3 jam untuk pergantian rute penerbangan dan pengisian bahan bakar bahkan tertunda 2 hari apabila pesawat mengalami kerusakan. Adanya arus pergerakan pesawat dan mobilitas manusia ini menimbulkan tuntutan penyediaan fasilitas lainnya seperti sarana akomodasi, sarana komunikasi, sarana hiburan dan rekreasi, dan sarana lainnya yang mampu memberikan hiburan dan mengurangi ketegangan dari kesibukan akivitas yang ada di bandara Juanda Surabaya. Akomodasi dalam pengertian dasar adalah, suatu ruangan/kamar atau tempat dimana pengunjung dapat tidur/menginap. Dalam perkembangan selanjutnya, karena setiap orang yang menginap itu juga memerlukan fasilitas lain seperti makan dan minum, walaupun sekedarnya lambat laun istilah akomodasi dikenal orang bukan hanya sekedar tempat menginap, namun telah berkembang dalam arti luas yaitu sebagai tempat dimana seseorang dapat beristirahat atau menginap untuk sementara waktu, serta mendapatkan makan dan minum, tetapi
2 juga terpenuhi kebutuhan lainnya. Salah satu penyediaan sarana akomodasi untuk pelayanan pengguna transportasi udara di bandara yaitu Airport Hotel. Menurut The Architect s Journal (1974:9) prinsip pendirian hotel selalu didasarkan atas adanya kebutuhan yang terjadi akibat pengaruh perkembangan arus dan volume wisatawan, perkembangan sarana transportasi, perkembangan pelayanan perjalanan atau perkembangan dunia usaha. Berdasarkan pengaruh perkembangan arus dan volume wisatawan, serta sarana transportasi udara tersebut, maka bandara Juanda Surabaya sebagai salah satu bandara Internasional Indonesia memerlukan adanya kelengkapan sarana akomodasi, dalam hal ini Airport Hotel, yang mampu menunjang aktifitas dan keberadaan bandara bandara Juanda serta pemenuhan kebutuhan para wisatawan yang mengalami transit penerbangan (wisatawan mancanegara, wisatawan domestik, dan pengusaha serta awak pesawat). Perencanaan Airport Hotel ini diharapkan mampu mengantisipasi tuntutan akan sarana akomodasi di dalam kawasan bandara Juanda. Kawasan bandara Juanda menurut para investor juga berpotensi untuk menciptakan komunitas ekonomi. Menurut Chin (1996), penumpang pesawat tersebut memilih airort hotel karena memiliki lokasi yang menguntungkan dari bandara. Para penumpang ini memanfaatkan hotel ini untuk dapat beristirahat dan memastikan ketepatan waktu penerbangannya. Airport hotel juga dimanfaatkan oleh penumpang pesawat yang jadwal penerbangannya transit sampai keesokan harinya. Bahkan apabila dari pihak perusahaan penerbangan terjadi overbooked flight, dimana jumlah penumpang yang reservasi melebihi jumlah tempat duduk dalam sebuah penerbangan, yang menyebabkan para calon penumpang ini harus tertolak untuk melakukan penerbangan, maka perusahaan penerbangan wajib menyediakan ganti kerugian berupa penginapan dan makanan kepada tamu (dalam Li, 1996, p.2). Dinyatakan pula oleh Lin (1996) dalam mem pertahankan tarif rata-rata occupancy, airport hotel menawarkan tarif diskon spesial kepada repea guests. Bagi walk-in huests, tamu yang datang ke hotel tanpa melakukan reservasi telebih dahulu harus membayar tarif normal (dalm Li, 1996, p.2). Bandara Juanda merupakan bandara undara yang berada sekitar 20 kilometer selatan Surabaya menuju kota Sidoarjo. Bandara Juanda merupakan satu-satunya bandara internasional dan domestik yang berada di Provinsi Jawa Timur. Bila
3 seseorang ingin bepergian atau berkunjung ke Jawa Timur dengan menggunakan peswat terbang, harus melalui bandara ini. Dikutip dati dengan 300 pergerakan pesawat perhari, Juanda menempatkan dirinya pada urutan nomoer kedua setelah gerbang utama Indonesia, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Bandara Juanda Surabaya merupakan pintu gerbang utama menuju provinsi Jawa Timur melalui udara, baik dengan menggunakan penerbangan internasional maupun domestik. Berikut adalah data menunjukkan arus lalu lintas penumpang domestik dan internasional di bandara Juanda : Tabel 1.1. Data Statistik Jumlah penumpang di Bandara Juanda Tahun Jumlah Penumpang Datang Berangkat Jumlah Pertumbuhan (%) , , , ,99 Sumber : (Oktober,2014) Selain itu terdapat data statistik yang menyatakana Bandara Juanda sebagai Bandar udara dengan Jumlah penumpang transit terbesar setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Berikut adalah data statistik jumlah penumpang transit dibandara Juanda : Tabel 1.2. Data Statistik Jumlah penumpang transit di Bandara Juanda Tahun Penumpang Transit Pertumbuhan (%) , , , ,14 Sumber : (Oktober,2014)
4 Berdasarakan data tersebut maka dapat dilihat tingkat aktifitas bandara yang tinggi dari tahun ke tahun. Sleain itu, dikutip dari Surabaya Post, Senin 22/1/1996 indepth news, Asikin SH, Direktur Inn Group Hotelsekaligus pemilik Hotel Utami, menyatakan bahwa: Penumpang dari Jakarta yang menuju Irian, Ambon, Kupang, Nusa Tenggara Barat, Bali, atau wilayah timur lainnya sebagian besar transit di Juanda. Sebgai bandara transit di mata pengusaha hotel tentunya ada gambaran peluang-peluang yang bisa dimanfaatkannya. Caranya dengan memanfaatkan waktu tranit untuk mengajak penumpang pesawat jalan-jalan menuju layanan umum. Untuk menciptakan layanan umum yang lengkap dan seuai selera penumpang, caranya dengan meningkatkan layanan umum itu sendiri. Dinyatakan juga oleh Asikin SH bahwa hotel yang berada disekitar bandara Juanda masih relatif kurang memadai, karena belum dilengkapi tampat hiburan, supermarket, pasar souvenir, hotel bintang, hotel dengan fasilits meeting room, rumah makan khas Jatim, Cina, Singapura, Hongkong, dan lainnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2007, saat ini bandara Juanda terdapat 5 hotel dan beberapa losmen, penginapan kecil lainnya yang menyediakan layanan jasa dan akomododasi bagi penumpang pesawat terbang. Berikut adalah daftar 5 hotel yang berada disekitar bandara Juanda: Tabel 1.3. Hotel disekitar Bandara Juanda Nama Hotel Jumlah Kamar Ibis Airport Hotel 144 Halogen Hotel 91 Hotel Sinar Hotel Utami 137 The Square 120 Rata Rata 128,4 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Adanya peningkatan jumlah penumpnag pesawat di bandara Juanda dari tahun ke tahun yang semakin meningat, meruoakan sebuah peluang bagi pelaku bisnis, seperti yang dinyatakan oleh Smith (2004). Dinyatakan bahwa kondisi hotel disekitar bandara Juanda yang tidak menawarkan fasilitas menginap yang dihitung dengan jam, tidak adanya jaminan kelengkapan dalam kamar hotel, jaraknya dari fasilitas umum, tidak adanya free pick-up service dari atau menuju bandara yang
5 sebenarnya hal ini berlawanan dengan kebutuhan penumpang pesawat terhadap airport hotel yang telah dinyatakan oleh Smith (2004) Perumusan Masalah 1. Mampu mengintegrasikan antar fungsi bangunan bandara dengan fungsi Airport Hotel dan persyaratan yang diperlukan pada bangunan bandara integrsi tersebut. 2. Jumlah penumpang pesawat yang transit di Bandara Udara Juanda yang semakin meningkat sehingga kebutuhan akan akomodasi tambahan pada Bandara Udara berupa Airport Hotel. 3. Meningkatnya kebutuhan akan hotel sebagai tempat berlibur dan rekreasi dari kebisingan bandara, perkotaan dan tekanan pekerjaan. 4. Mampu menghadirkan perancangan Airport Hotel yang menarik dan dapat memfasilitasi kabutuhan pengunjung. 5. Menerapkan konsep arsitektur Regionalisme terhadap bangunan Airport Hotel yang terintegrasi dengan bandara Tujuan Dan Sasaran Tujuan umum yang ingin dicapai pada penulisan adalah mendapatkan landasan konseptual dalam merancang fasilitas akomodasi untuk memenuhi kebutuhan di Bandar Udara Juanda berupa Airport Hotel dengan menggunakan Analisis teori Arsitektur Regionalisme. Tujuan khusus penulisan adalah untuk mengembangkan dan memanfaatkan bangunan bandara yang telah ada dengan menggabungkan bangunan yang memiliki fungsi tambah seperti Airport Hotel, serta mengintregasikannya dengan lingkungan sekitar. Sasaran yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain: 1. Memahami kebutuhan ruang dari hotel yang mengambil konsep Airport Hotel. 2. Memahami teori arsitektur Regionalisme sebagai bentuk integrasi dengan Memahami proses perancangan dengan menggabungkan bangunan bandara dengan bangunan berfungsi tambahan seperti Airport Hotel Metodologi Pembahasan. Pada proses penulisan ini metedologi pembahasan yang dilakukan antara lain: 1. Studi Literatur. Studi literatur ini dilakukan untuk mengetahui teori arsitektur modern, kebutuhan-kebutuhan ruang hotel transit, serta prinsip-prinsip perancangan Airport Hotel.
6 2. Observasi. Proses observasi ini dilakukan dalam melihat potensi Bandar udara Juanda sebagai kawasan strategis yang ingin dikembangkan. Pencarian data-data tentang bangunan Bandar Udara Juanda dengan lebih mendetail dan menyeluruh. 3. Studi kasus. Mempelajari contoh bangunan-bangunan yang menerapkan teori arsitektur modern pada proses perancangannya. Serta mempelajari contoh- contoh hotel transit yang sudah ada baik dari segi arsitektural, pemenuhan prinsipprinsip Airport Hotel serta intregrasi perancangan dengan lingkungan sekitar Lingkup Pembahasan Arsitektural Mempelajari elemen-elemen arsitektural sebagai konfigurasi massa bangunan, image bangunan, sistem peruangan, sirkulasi dan elemn arsitektural lain yang berpengaruh dalam perancangan banugnan bandara integrasi dengan Airport Hotel. Non-arsitektural Mempelajari aspek sosial, budaya, lingkungan yang berpengaruh dalam perancangan banguan bandara integrasi dengan Airport Hotel Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian tentang latar belakang, tujuan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika penulisan laporan studi perancangan. BAB II TINJAUAN TEORITIS Berisi teori, data, literatur yang berkaitan dan studi kasus bangunan bandara berintegrasi dengan Airport Hotel, tinjauan bandara, dan teori tentang konsep arsitektur Regionalisme. BAB III KONDISI EKSISTING KAWASAN BANDARA UNDARA JUANDA Berisi tinjauan mengenai wilayah Surabaya yang meliputi kondisi geografis wilyaah, keadaan penduduk, rencana pemerintah dalam pengembangan wilayah, potensi yang dimiliki kawasan, serta penetuan area yang akan digunakan sebagai lokasi Airport Hotel. BAB IV ANALISIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Bab ini berisi Analisis konsep perancangan, analisis teori konsep perancangan dikaitkan dengan kondisi eksisting bandara Juanda. Analisis konsep yang dibahas antara lain : Analisis konsep makro, messo dan mikro, lokas, luasan site, orientasi
7 bangunan. BAB V KONSEP PERANCANGAN Membahas rumusan konsep dasar perencanaan dan perancangan arsitektur Airport Hotel pada kawasan Bandara Juanda sebagai penunjang Airport City Kerangka Pemikiran
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Bandara Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara udara baru untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara
Lebih terperinciHOTEL TRANSIT DI KAWASAN BANDARA SOEKARNO - HATTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL TRANSIT DI KAWASAN BANDARA SOEKARNO - HATTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. Kurangnya Jumlah Hotel di Kabupaten Kulon Progo Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang belum memiliki
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar Udara Internasional Kuala Namu merupakan sebuah bandar udara Internasional yang terletak di kawasan Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Bandara ini menggantikan
Lebih terperinciLINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA
Tugas Akhir 110 Periode Februari Juni 2010 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA Diajukan untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandar Udara sebagai prasarana pokok sektor transportasi udara dalam penyelenggaraan penerbangan merupakan tempat untuk pelayanan jasa angkutan udara harus ditata secara
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN
No. 52/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciHILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API SOLO- BALAPAN DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL DAN HOTEL BINTANG TIGA DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan wisata Indonesia berkembang dengan sangat cepat, begitu banyaknya penginapan dan tempat wisata baru dapat dijumpai tersebar hampir di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DI MEDAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan yang terletak dibagian utara pulau Sumatera, tepatnya terletak di provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar udara merupakan tempat moda pemrosesan penumpang dan bagasi, untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Sebagai instansi yang memberikan fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kebutuhan manusia akan bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain sudah ada sejak dahulu kala, dapat dikatakan bahwa transportasi berumur setua manusia. Namun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 87/12/Th. XVI, 2 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA OKTOBER MENCAPAI 719,9 RIBU
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 50,80 PERSEN
No. 14/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 50,80 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 59,63 PERSEN
No. 56/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 59,63 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciREDESAIN TERMINAL PENUMPANG MINANGKABAU INTERNATIONAL AIRPORT
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN TERMINAL PENUMPANG MINANGKABAU INTERNATIONAL AIRPORT Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang mempunyai potensi sebagai pusat ekonomi dan bisnis di Indonesia karena mempunyai beberapa fasilitas penunjang yang memadahi sehingga dapat memudahkan
Lebih terperinciBandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, kota Semarang strategis untuk dijadikan sebagai transit point dalam berbagai penyelenggaraan kegiatan yang berskala lokal, regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity, yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Pada konsep aerotropolis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang 1.1.1 Transportasi Udara sebagai Pilihan Moda Transportasi yang Paling Efektif di Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang area daratannya dipisahkan oleh
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009
BADAN PUSAT STATISTIK No. 03/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 61,03 PERSEN
No. 70/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 61,03 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciPERANCANGAN FURNITUR DAN AKSESORIS HOTEL TRANSIT BANDARA SOEKARNO-HATTA
PERANCANGAN FURNITUR DAN AKSESORIS HOTEL TRANSIT BANDARA SOEKARNO-HATTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR SYLVANI LAURENCIA 1501144856 SCHOOL OF DESIGN DESAIN INTERIOR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bandara kualanamu adalah salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan kapasitas sekitar 22 juta penumpang pertahunnya. Bandara ini berlokasi di kecamatan beringin
Lebih terperinciyang lebih luas1 Dari sarana transportasi udara tersebut, komunikasi dengan bangsa lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan bagian dari negara-negara di dunia yang tersusun dari banyak pulau yang tersebar. Untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut, transportasi udara merupakan
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 SEBESAR 67,11 PERSEN
No. 07/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 SEBESAR 67,11 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN MEI 2014 SEBESAR 63,02 PERSEN
No. 36/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN MEI 2014 SEBESAR 63,02 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara rata-rata
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 52,00 PERSEN
No. 19/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 52,00 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2009 MENGALAMI PENURUNAN SEBESAR 3,08 PERSEN
No. 23/06/34/TH.XI, 01 Juni 2009 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2009 MENGALAMI PENURUNAN SEBESAR 3,08 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,30 PERSEN
No. 03/01/34/Th.XVI, 02 Januari 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2013 61,30 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 62,29 PERSEN
No. 69/12/34/Th.XVI, 1 Desember 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 62,29 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandar udara baru untuk kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Bandara Kuala Namu ini dimaksudkan untuk mengganti
Lebih terperinciHOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TUGAS AKHIR - 36 Periode Januari Juni 2011 HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG Diajukan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 01 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan infrastruktur transportasi udara, pada beberapa tahun belakang gencar dilakukan pemerintah. Program pemerintah untuk melakukan pemerataan infrastruktur
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 57,44 PERSEN
No. 43/08/34/Th.XVII, 3 Agustus 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 57,44 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2014 SEBESAR 65,26 PERSEN
No. 03/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2014 SEBESAR 65,26 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 49,84 PERSEN
No. 26/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 49,84 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciPerkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017
Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, us No. 54/10/16/Th.XIX, 02 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan us
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN JULI 2015 SEBESAR 52,11 PERSEN
No. 51/09/34/Th.XVII, 1 September 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN JULI 2015 SEBESAR 52,11 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN
No. 03/01/34/Th.XV, 2 Januari 2013 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2012 60,79 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I. Yogyakarta
Lebih terperincicxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Kelayakan Proyek Kemudahan terjadinya mobilisasi dengan menggunakan pesawat terbang saat ini sedang diupayakan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 53,16 PERSEN
No. 34/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 53,16 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 23/05/16/Th.XIX, 02 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI ,10 PERSEN
No. 18/04/34/Th.XV, 1 April 2013 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2013 47,10 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.04/02/72/Th.XIII, 01 Pebruari 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA DESEMBER Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, yang disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.69/12/16/Th.XVIII, 01 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT
BINNG EMPAT HOTEL BISNIS DI KO MEDAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan yang terletak dibagian utara pulau Sumatera, tepatnya terletak di provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN
No. 15/03/34/Th.XVI, 3 Maret 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul REDESAIN TERMINAL BANDARA ATAMBUA SEBAGAI AKSES PENERBANGAN INTERNASIONAL INDONESIA - TIMOR LESTE, dari judul diatas dapat diartikan perkata sebagai berikut: Sumber:
Lebih terperinciPengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bandar Udara Tunggul Wulung ini merupakan satu-satunya Bandar Udara diwilayah eks Karesidenan Banyumas yang sangat berpotensi dengan para penumpang kalangan pebisnis
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 57,61
No. 15/03/34/Th.XIX, 1 Maret 2017 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 57,61 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara rata-rata
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 51,99 PERSEN
No. 24/05/34/Th.XVI, 2 Mei 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 51,99 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki sifat dasar yaitu sebagai mahluk sosial artinya mahluk yang selalu tergantung dengan manusia lainnya, saling membutuhkan, senantiasa berhubungan satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini, dimana manusia dituntut untuk dapat berpindah tempat berbeda beberapa kilometer jauhnya dalam waktu yang cepat guna menyelesaikan berbagai aktivitasnya,
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2015 SEBESAR 63,17 PERSEN
No. 61/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2015 SEBESAR 63,17 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2017 SEBESAR 61,48
No. 50/09/34/Th.XIX, 4 September 2017 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2017 SEBESAR 61,48 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara rata-rata
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 47,66 PERSEN
No. 22/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 47,66 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR 48,21 PERSEN
No. 16/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR 48,21 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinci1Aan Surachlan Dimyati, Pengetahuan Dasar Perhotelan, (Jakarta: CV. Deviri Ganan, 1992), hal 30 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN DAN BATASAN JUDUL Pengertian Hotel Secara harfiah, kata Hotel dahulunya berasa! dari kata Hospitium (bahasa Latin), artinya ruangan tamu yang berada dalam suatu monastery,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 42/08/16/Th.XVIII, 01 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.18/09/72/Th.XIII, 01 September 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA JULI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 54/10/73/Th. X, 3 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta atau Soekarno-Hatta International Airport (SHIA) merupakan bandara terbesar dan utama Indonesia. Secara administratif bandara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 52/09/16/Th.XVIII, 01 September PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 59,39
No. 68/12/34/Th.XVIII,1 Desember 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 59,39 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR 43,57
No. 43/08/34/Th.XIX, 1 Agustus 2017 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR 43,57 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 61,16 PERSEN
No. 35/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 61,16 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 35/06/73/Th. VIII, 1 Juli PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 31/06/73/Th. VIII, 2 Juni PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,94 PERSEN
No. 08/02/34/Th.XVI, 3 Februari 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2013 63,94 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.22/11/72/Th.XIV, 01 Nopember 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA SEPTEMBER 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah, sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Sebagai
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN
No. 06/02/34/TH.XII, 01 Februari 2010 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 63,66
No. 33/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 63,66 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara rata-rata
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 40/07/73/Th. IX, 1 Juli PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 31/06/73/Th. X, 1 Juni PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 18/03/73/Th. IX, 2 Maret PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Proyek Kawasan Candi Prambanan dan sekitarnya adalah salah satu cagar budaya di Indonesia yang merupakan situs warisan budaya dunia yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek.kondisi dunia pariwisata saat ini pun makin berkembang cepat sehingga kepariwisataan dapat digunakan
Lebih terperinciHOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.08/04/72/Th.XIII, 01 April 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA PEBRUARI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang
Lebih terperinciTERMINAL BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ANANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan merupakan suatu industri yang berkembang pesat di seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk mengembangkan industri kepariwisataannya
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.06/03/72/Th.XIII, 01 Maret 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA JANUARI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 19/04/73/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciTabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 23/05/73/Th. X, 2 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2014 SEBESAR 62,77 PERSEN
No. 60/11/34/Th.XVI, 3 November 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2014 SEBESAR 62,77 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta
Lebih terperinci