POLA TANAM NILAM. Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN
|
|
- Irwan Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POLA TANAM NILAM Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting dalam menghasilkan devisa negara. Minyaknya bernilai ekonomi tinggi, dapat digunakan sebagai fiksatif dalam industri parfum dan kosmetik. Ekspor nilam pada tahun 2009 mencapai 1079 ton ton dengan nilai US$ (Ditjenbun 2011). Luas areal penanaman nilam di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1989 hanya hektar dengan produksi ton, meningkat menjadi hektar dengan produksi ton pada tahun 2007 (Anon 2007) dan tahun 2009 adalah ha dengan hasil minyaknya 1672 ton (Ditjenbun 2011). Namun perkembangan areal pertanaman nilam, belum diikuti oleh peningkatan produktivitas, mutu serta stabilitas harga. Pada tahun 1989 produktivitas nilam 378,7 kg/ha turun menjadi 114,94 kg/ha pada tahun Sedangkan mutu Patchouli Alkohol (PA) nya di bawah 31 % dan harga selalu berfluktuasi. Rendahnya produksi sebagian besar nilam Indonesia salah satunya disebabkan oleh penerapan teknologi yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Selain itu pola penanamannya sangat beragam. Studi yang telah dilakukan ke beberapa lokasi penanaman nilam menunjukkan, sebagian penanaman nilam ditanam di lokasi dengan lahan yang kurang sesuai berdasarkan persyaratan tumbuhnya. Selain itu ada lokasi penanaman nilam yang sesuai namun tidak memperhatikan kaidah konservasi lahan sehingga tanah menjadi tidak subur, terutama penanaman di lahan berlereng dengan kemiringan lebih dari 3%. Sistem pola tanam berpindah disertai kondisi lahan kurang sesuai terutama lokasi yang memiliki bulan kering lebih dari dua bulan menyebabkan tanaman hanya mampu dipanen satu kali dalam setahun. 27
2 Rendahnya kandungan PA dapat disebabkan oleh banyak faktor, selain pengembangan di lahan yang tidak sesuai, juga dapat dikarenakan teknologi yang digunakan belum menyesuaikan dengan kondisi lahan, terutama kebutuhan cahaya. Adanya fluktuasi harga yang tajam di pasar, perlu diantisipasi dengan teknologi budidaya yang mampu memberikan kekuatan bagi petani untuk bertahan dalam menghadapinya. II. PERKEMBANGAN NILAM DI INDONESIA Nilam merupakan salah satu tanaman perdu yang masuk ke Indonesia melalui Singapura pada tahun 1895 (Burkill 1935) dan ditanam di Cultuurtuin, Cimanggu-Bogor (Heyne 1927). Pada masa penjajahan Belanda, nilam belum ditanam secara luas di Indonesia dan penelitian yang dilakukan umumnya mengenai teknik penyulingan dan analisis mutu minyak. Penyulingan daun nilam menjadi minyak nilam mulai dilakukan tahun 1920, sehingga tahun 1921 Indonesia mulai mengekpor minyak nilam sebanyak 387 kg ke Singapura dan Malaysia (Heyne 1927). Pada tahun 1960 an Indonesia merupakan negara pengekspor minyak nilam terbesar di dunia yaitu sebesar 245 ton, sedangkan Malaysia 160 ton (Allen 1969). Namun petani membudidayakan nilam masih secara tradisional dengan sistim budidaya berpindah (Dhalimi et al. 1998). Penanaman nilam terus meluas, namun belum memperhatikan aspek ekologi secara baik. Selain itu petani membudidayakan nilam secara tradisional dan masih banyak yang menggunakan sistem berpindah, teknologi yang digunakan juga masih seadanya. Bagian tanaman nilam yang bernilai ekonomi adalah bagian atasnya, sehingga berpotensi menguras unsur hara yang ada dalam tanah akibatnya tanah menjadi miskin hara. Untuk itu teknologi pemupukan diperlukan untuk mengantisipasi agar tanah di lokasi penanaman nilam tetap dalam keadaan subur. Pada tahun 1973, Adiwiganda et al. (1973) telah melakukan penelitian mengenai pemupukan N, P dan K pada tanaman nilam. Begitu juga Tasma dan Wahid (1988). Namun penerapan hasil penelitian ini 28
3 tampaknya masih mengalami kendala di tingkat petani. Penanaman nilam di tingkat petani hingga saat ini masih banyak belum menggunakan pupuk sesuai kebutuhan bahkan ada yang tidak dipupuk sama sekali. Pada era globalisasi petani dituntut mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing. Oleh karenanya, teknologi budidaya maupun penanganan pasca panen yang efisien dalam berusahatani sangat diperlukan. Efisiensi akan terjadi apabila teknologi yang digunakan tidak banyak membutuhkan biaya. Selain itu dalam berusahatani nilam juga sering mengalami kendala terutama dalam gejolak turunnya harga, sehingga petani tidak mau lagi menanam nilam. Untuk mengantisipasi hal itu diperlukan komoditas lain yang mampu berdampingan bersama nilam sehingga ketika harga minyak nilam turun, petani tetap mampu memanfaatkan hasil pertanian lainnya dan menyimpan minyak nilam sambil menunggu harga nilam naik kembali. Teknologi pola tanam memiliki berpeluang untuk itu, namun dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan nilam apabila akan dilakukan pengaturan pola tanam. III. FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH DALAM MENENTUKAN POLA TANAM NILAM Selama pertumbuhannya tanaman nilam dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu faktor tanah, iklim dan jenis tanaman. Tanah yaitu unsur kimia meliputi terutama ph, N, P, dan K. Unsur fisik tanah adalah tekstur tanah, drainase, dan kedalaman air tanah. Sedangkan unsur iklim yang paling menentukan adalah curah hujan, bulan kering, dan intensitas cahaya. Jenis tanaman yang cocok untuk digunakan dalam kegiatan pola tanam adalah tanaman yang mampu bersinergi dengan nilam. 29
4 3.1. Tanah Tanah dengan ph 5-7 adalah tanah yang terbaik untuk penananamn nilam, dengan tingkat kandungan unsur hara N, P dan K yang optimal sangat diharapkan. N-total sedang sampai tinggi adalah yang terbaik (berkisar antara 0,21-0,75 %). Kandungan P 2 O 5 sedang sampai tinggi (10-25 ppm). K 2 O (lebih dari 0,3 me/100 g). Untuk daerah-daerah yang memiliki ph rendah dibutuhkan kapur sedangkan N, P dan K rendah diperlukan pupuk yang mengandung N, P dan K. Hasil penelitian Trisilawati et al. (2004) menunjukkan bahwa penggunaan kapur pertanian (kaptan) dan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan rendemen minyak dari 3,6% menjadi 4,8%. Pemberian kapur merupakan pula suatu upaya peningkatan kemasaman tanah (ph) yang akan mempengaruhi keseimbangan unsur hara tanah. Selain itu menurut Sufiani dan Hobir (1998) ph yang rendah akan mengakibatkan timbulnya serangan nematoda. Pada sistem pola tanam komoditas yang sesuai dengan kondisi yang dikehendaki tanaman nilam sangat diperlukan. Tanaman yang memiliki daya serap N, P dan K tinggi sebaiknya dianjurkan untuk dilakukan pemupukan sesuai SOP (Standard Operational Procedure) yang telah tersedia. Pada tanaman nilam pemupukan diperlukan apabila kondisi tanah memiliki kandungan hara yang rendah. Pemberian pupuk yang berlebihan akan menjadi budidaya nilam tidak efisien. Pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Adiwiganda et al. 1973). Pupuk di pembibitan dapat diberikan dalam bentuk organik maupun anorganik. Tasma dan Wahid (1988), melaporkan pemupukan 280 kg Urea, 70 kg TSP, dan 140 kg KCl per ha pada tanah Latosol Merah Kecokelatan yang mempunyai ph rendah (4,9) dan kandungan hara rendah dapat meningkatkan produksi terna basah nilam aceh sebesar 64% dan kandungan minyak 77% apabila dibandingkan dengan kontrol. Pemberian pupuk tersebut jika disetarakan dalam bentuk unsur N, P dan K adalah 126 N + 35 P + 70 K kg per hektar. 30
5 Selain unsur kimia, hal yang penting untuk diperhatikan adalah unsur fisik tanah. Pada sistem pola tanam tanaman, tanaman yang akan dipola tanamkan dengan nilam sebaiknya menghendaki kondisi fisik tanah yang sama. Tekstur tanah sangat berpengaruh dalam menyerap unsur hara dan meningkatkan sebaran akar nilam. Tanah dengan tekstur liat berpasir, drainase baik dan kedalaman air tanah lebih dari 75 cm sangat baik bagi tanaman nilam Iklim Iklim dengan curah hujan mm/tahun, bulan kering kurang dari 2 bulan, intensitas cahaya % adalah yang terbaik. Pada sistim pola tanam sebaiknya kondisi juga cocok untuk tanaman yang akan dipolakan dengan nilam. Namun untuk tanaman yang berupa pohon atau yang mampu menutupi/menaungi tanaman nilam, intensitas cahaya dipertahankan tidak kurang dari 75 %. Menurut Mansur dan Tasma (1987), tanaman nilam respon terhadap naungan, nilam yang ditanam di bawah naungan mempunyai rendemen minyak yang rendah, sebaliknya untuk yang ditanam di lahan terbuka, rendemen minyaknya tinggi. Cahaya berpengaruh terhadap tingkat evapotranspirasi yaitu penguapan air baik pada tanah maupun tanaman, sehingga mempengaruhi ketersediaan air dalam tanah. Tingkat pencahayaan yang tinggi disertai adanya bulan kering dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Untuk menekan penguapan pada lahan, penggunaan mulsa merupakan salah satu alternatif konservasi lahan agar tanah tetap subur. Namun pada kondisi curah hujan tinggi sebaiknya menghindari penggunaan mulsa, karena akan berpengaruh terhadap kelembaban tanah. Kelembaban tanah dan air hujan yang berlebihan udara yang lembab dan suhu yang tinggi ( C) akan merangsang bakteri untuk menyerang nilam (Asman et al. 1990). Hasil penelitian penggunaan mulsa menunjukkan bahwa mulsa alangalang nyata meningkatkan produksi daun dan minyak nilam aceh sebesar 159,6% dan 181,7% dibandingkan kontrol, sedangkan mulsa semak belukar sebesar 286,5% dan 344,1% (Tasma dan Wahid 1988). 31
6 3.3. Jenis tanaman Penelitian pengaruh berbagai jenis tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi nilam sangat minim. Nilam dapat dipola tanamkan bersamaan dengan tanaman lainnya. Namun pola penanamannya disesuaikan dengan sifat dan morfologi tanaman. Tanaman yang memiliki sifat rakus akan hara serta akan menjadi inang hama dan penyakit sebaiknya dihindari. Tanaman yang berupa pohon dan kelak akan menanungi nilam diupayakan dipangkas atau dicari tanaman yang masih mampu memberikan intensitas cahaya tidak kurang dari 75 %. Sedangkan untuk tanaman yang tingginya lebih rendah dari nilam atau sama tingginya dengan nilam tidak terlalu bermasalah sejauh ia tidak rakus hara dan tidak merupakan inang penyakit, karena intensitas cahaya yang diterima nilam masih dapat mencapai 75 %, bahkan sampai 100 %. IV. TEKNOLOGI BUDIDAYA POLA TANAM NILAM Untuk mencapai hasil yang diharapkan, teknologi yang diperlukan pada pola tanam nilam sebaiknya berdasar pada persyaratan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam. Faktor-faktor yang akan berpengaruh buruk ditekan sekecil mungkin, sehingga pertumbuhan dan produksi nilam akan tetap optimal. Pola tanam nilam dengan tanaman lain agar memiliki daya hasil nilam yang tinggi mulai dari persiapan lahan hingga panen dan pasca panen sebaiknya mengikuti persyaratan tersebut. Ada beberapa sistem pola tanam yaitu pola tumpangsari, berurutan, rotasi dan sistem lorong Pola tumpang sari Tanaman nilam dapat di pola tanam kan dengan tanaman berupa pohon atau berupa perdu setahun atau tahunan. Di Pasaman, Sumatera Barat nilam ditumpangsarikan dengan kacang-kacangan dan atau cabai. Selain itu, nilam juga dapat ditanam dengan akar wangi. Pada prinsipnya nilam dapat ditanam baik sebagai tanaman sela atau tanaman pokok (Gambar 1). Sebagai tanaman pokok, tanaman nilam ditanam sesuai dengan 32
7 jarak tanam berdasarkan SOP monokultur, sedangkan tanaman lainnya sebagai tanaman sela (Gambar 1). Sebaliknya apabila tanaman nilam sebagai tanaman sela, produksinya akan tidak sebanyak sebagai tanaman pokok, karena populasi tanaman nilam yang ditanam menjadi berkurang. Penanaman nilam (sebagai tanaman pokok) dengan sistem ini bisa bersamaan dengan tanaman selanya atau sebaliknya. Apabila tanaman tanaman nilam sebagai tanaman pokok dan tanaman selanya lebih tinggi seperti jagung, maka sebaiknya jagung ditanam terlebih dahulu, terutama untuk wilayah yang memiliki bulan kering. Hal ini dimaksudkan agar ketika menanam nilam, lahan pada kondisi terlindungi, sehingga evapotranspirasi yang terjadi dapat ditekan. Kondisi kering akan menghambat pertumbuhan tanaman nilam (Kurniasari 2010). Hasil penelitian Rosman (2004), bahwa tanaman nilam ketika masih muda sangat membutuhkan naungan dengan intensitas cahaya 50 %. Pada kondisi ini nilam memiliki pertumbuhan lebih baik dari pada terbuka (100 %). Untuk lahan yang memiliki curah hujan merata sepanjang tahun dapat ditentukan waktu tanam untuk setiap komoditas. Pada Gambar 2 diuraikan bahwa tanaman sela dapat ditanam sebulan sebelum panen nilam atau setelah panen nilam seperti jagung. X J X J X J X J X J X X J X J X J X J X J X X J X J X J X J X J X X J X J X J X J X J X X J X J X J X J X J X X J X J X J X J X J X J J J X J J J X J J J X J J J J J J X J J J X J J J X J J J J J J X J J J X J J J X J J J J J J X J J J X J J J X J J J J J J X J J J X J J J X J J J J J J X J J J X J J J X J J J Gambar 1. Nilam sebagai tanaman pokok (kiri) dan nilam sebagai tanaman sela (kanan) Keterangan: X = Nilam jarak tanan 40 x 60 cm J = Tanaman sela berupa perdu X = Nilam jarak tanan 40 x 120 cm J = Tanaman sela berupa perdu 33
8 Jan Feb Maret Apr Mei Juni Juli Agst Sept Oktob Nov Des Nilam X J J J J Gambar 2. Waktu tanam nilam (di awal musim hujan Oktober) dan tanaman sela setahun Gambar 3. Pola tanam nilam. (A) nilam sebagai tanaman utama ditanam dengan kacang hijau, (B) dengan jagung sebagai tanaman sela, dan (C) tanaman nilam di antara pohon pala Pola tanam berurutan Pada sistem pola tanam berurutan, tanaman nilam tidak selamanya ditanam melainkan setelah panen lahan diberakan atau ditanami dengan tanaman lainnya. Pada lahan yang diperlakukan dengan sistim rotasi, produksi nilam dan penyulingan akan terhenti apabila tidak ada lahan lain yang menanam nilam. Pada sistem ini, nilam tidak ditanam terus menerus, melainkan setelah panen waktu tertentu, bila dianggap tidak lagi menguntungkan karena kondisi lahan dan iklim yang tidak menguntungkan, maka tanaman diganti dengan tanaman lainnya. Sistem ini memiliki keuntungan karena hama atau penyakit tertentu yang tadinya akan 34
9 berkembang menjadi terputus siklus hidupnya. Selain itu bila yang ditanam sebagai rotasi adalah tanaman penyubur tanah, maka tanah akan menjadi subur kembali. Gambar 4 memperlihatkan urutan saat tanam nilam dengan tanaman lainnya. Nilam dipanen pada menjelang akhir musim hujan yaitu Februari atau awal Maret dan setelah itu ditanam tanaman lain sebagai pengganti. Jan Feb Maret Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Nilam J/Tanaman Sela Nilam Gambar 4. Waktu tanam nilam pada sistim berurutan 4.3. Pola rotasi Pada pola rotasi, tanaman nilam tidak ditanami di satu lahan terus menerus. Setelah digunakan untuk menanam tanaman nilam beberapa kali, jenis tanaman diganti dengan tanaman lain selain nilam. Sistem ini dimungkinkan apabila lahan yang ditanami nilam sudah mengalami penurunan tingkat kesuburan karena lahan memiliki unsur N, P, K, Ca, ph dan C/N rasio yang rendah. Seandainya dipaksakan ditanami nilam akan memerlukan biaya perbaikan lahan yang cukup besar. Oleh karenanya untuk menghindari biaya tinggi dilakukan rotasi dengan menghentikan menanam nilam. Lahan diberakan atau ditanami dengan tanaman lain yang mampu meningkatkan kesuburan lahan. Selanjutnya penanaman nilam dilakukan di lahan lain dalam jangka waktu tertentu baru kembali ke lahan yang telah ditinggalkan tersebut Sistim lorong Pada sistim lorong, tanaman ditanam diantara tanaman lain yang biasanya berupa pohon (Gambar 3C). Pada sistem ini yang perlu diperhatikan adalah intensitas cahaya yang masuk ke tanah. Tanaman nilam yang ditanam tidak sebanyak sistem monokultur. Nilam ditanam di antara 35
10 lorong pepohonan. Hasil pengamatan di lapang penanaman nilam di bawah tegakan berupa pohon seperti jati dan mengkudu menyebabkan daun nilam lebih lebar, tipis dan hijau daripada nilam yang ditanam di lahan terbuka. Namun menurut Anon (1975), pada kondisi terlindung kadar minyaknya lebih rendah dibanding terbuka. Hal ini dibuktikan oleh Supadyo dan Tan (1978) yang menyatakan bahwa kandungan minyak atsiri pada pola tanam monokultur tanpa naungan sebesar 5,1%, sedangkan di sela pohon karet dan kelapa sawit lebih rendah yaitu 4,66 %. V. UPAYA PENGEMBANGAN TANAMAN NILAM BERKELANJUTAN MELALUI POLA TANAM Dalam upaya mendukung pengembangan nilam diperlukan teknologi yang tepat agar pengembangan nilam mampu berkelanjutan. Salah satu upaya yang perlu mendapat perhatian adalah dukungan teknologi yang mampu memperkuat posisi petani dalam menghadapi gejolak harga. Selain itu, teknologi yang dimaksud juga mampu meningkatkan produktivitas lahan. Pengembangan nilam dengan dukungan teknologi pola tanam perlu menjadi bahan pertimbangan. Sistem ini akan membantu memecahkan masalah akibat fluktuasi harga. Pemanfaatan lahan di antara nilam atau nilam sebagai tanaman sela menjadikan usahatani nilam lebih kuat melawan kemungkinan jatuhnya harga minyak nilam. Ketika harga minyak nilam jatuh, hasil dari tanaman lain akan membantu kebutuhan petani dan minyak nilam dapat disimpan sambil menunggu harga yang layak untuk dijual. Untuk tercapainya pengembangan nilam melalui pola tanam, sebaiknya ditekankan kepada teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang bertitik tolak pada pendekatan ekologi yang ramah lingkungan. Peta kesesuaian lahan dan iklim untuk nilam yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menentukan teknologi yang diperlukan di suatu lokasi, seperti pemupukan, pola tanam dan teknik konservasi lainnya seperti pemulsaan dan drainase. 36
11 Meskipun penelitian mengenai tanaman yang layak untuk dipola tanamkan dengan nilam masih dirasakan kurang, namun petani telah memulai menanam tanaman nilam dengan tanaman lain, baik secara berurutan maupun bersamaan dengan tanaman nilam (Emmyzar dan Ferry 2004; Soepadyo dan Tan 1978). Teknologi pola tanam yang dilakukan oleh petani tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan pola tanam yang lebih baik. Penanaman tanaman lain di antara nilam (pola tanam nilam), selain dapat meningkatkan pendapatan petani juga menjaga kelestarian lingkungan (Wahid dan Rosman 1998). VI. PENUTUP Pengembangan nilam sering terkendala oleh fluktuasi harga yang berakibat menurunnya keinginan petani dalam berusahatani nilam. Ketika harga jatuh tanaman dibiarkan tidak terpelihara sehingga tanaman menjadi tidak produktif. Untuk mengantisipasi hal tersebut pola tanam merupakan salah satu kunci yang dapat mempertahankan minat petani untuk tetap memelihara tanamannya. Melalui pola tanam, berarti ada tanaman lain yang ditanam sehingga petani tidak hanya mengandalkan kepada hasil nilam. Minyak nilam yang diperoleh dapat disimpan sambil menunggu harga tinggi siap untuk dijual. Adanya tanaman lain berarti juga secara tidak langsung memelihara tanaman nilam juga. Pola tanam juga dapat meningkatkan atau mempertahankan kesuburan tanah apabila ditanam dengan tanaman penyubur tanah seperti kacang-kacangan atau limbah dari tanaman sela bila dikembalikan ke tanah akan membantu memperbaiki kesuburan tanah. Pola tanam nilam dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu pola tumpang sari, berurutan, rotasi atau sistem lorong. Untuk menghindari gagal panen sebaiknya dalam pola tanam perlu diperhatikan kesesuaian persyaratan tumbuh tanamannya. Pola tanam yang digunakan seyogyanya didasarkan juga kepada efisiensi usahatani, mudah dilaksanakan, dan mampu meningkatkan produktivitas tanaman nilam. 37
12 DAFTAR PUSTAKA Anonimous Pedoman bercocok tanam nilam (Patchouli). Circular No 16. LPTI Bogor. Cetakan ke-2. 8 p. Anonimous Statistik perkebunan Indonesia Nilam. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 22 hal. Adiwiganda, Y.T., O. Hutagalung dan P Wibowo Percobaan pemupukan nilam pada podsolik cokelat kemerahan. Buletin BPP Medan 4 : Burkill, I. H A Dictionary of the economic product of the Malay Peninsula. Univ. Press Oxford, Great Bretain, London. Djazuli, M Pengaruh aplikasi kompos limbah penyulingan minyak nilam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.). Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik. 2-3 Juli hal Djazuli, M. dan O. Trisilawati Pemupukan, pemulsaan dan pemanfaatan limbah nilam untuk peningkatan produktivitas nilam. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. Puslitbangbun : 16: Emmyzar dan Y. Ferry Pola budidaya untuk peningkatan produktivitas dan mutu minyak nilam (Pogostemon cablin Benth). Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat, Puslitbangbun. 16: Heyne, K De Nutige Planten Van Nederlanddsch Indie. Departement Van Lanbouw, Nijverheid en Handle, Buitenzorg. Deel II,2c druk, Kurniasari, A.M, Adisyahputra dan R. Rosman Pengaruh kekeringan pada tanah bergaram NaCl terhadap pertumbuhan tanman nilam. Bul. Littro 21: Mansur, M. dan I.M. Tasma Plasma nutfah tanaman nilam. Edsus Littro Balittro, Bogor. 3: Mustika, I., R.S. Djiwanti dan R. Harni Pengaruh agensia hayati, bahan organik dan pestisida nabati terhadap nematoda pada tanaman nilam. Laporan Penyelesaian DIP Bag. Proyek Penel. Tanaman Rempah dan Obat Tahun 1999/2000. hal
13 Rosman, R., Emmyzar dan P Wahid Karakteristik lahan dan iklim untuk pewilayahan pengembangan. Monograf nilam. Balittro Rosman, R., Setyono dan H. Suhaeni Pengaruh naungan dan pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi nilam (Pogostemon cablin Banth). Bul Littro. 15 : Rosman, R Teknologi budidaya nilam berbasis ekologi ramah lingkungan. Makalah disampaikan pada konferensi nasional minyak atsiri Oktober 2010, di Bandung Soepadio dan H.T. Tan Patchouly a profitable cash crops. World Crops. 20: Sufiani, S. dan Hobir Teknik Produksi Bibit. Monograf nilam, Balittro: Tasma, I. dan P. Wahid, Pengaruh mulsa dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil nilam. Pember. Penelitian Tanaman 15 : Trisilawati, O., Hobir dan Emyzar Respon dua nomor harapan tanaman nilam terhadap pemupukan. Laporan Teknis Penelitian Balittro Wahid, P. dan R. Rosman Pola tanam panili. Monograf panili. No 4. Balittro, Bogor
ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor
Lebih terperinciMODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK
MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAN TANAMAN NILAM MELALUI POLA TANAM. R. Rosman, R. Suryadi, M. Djazuli, A Sudiman, dan W Lukman.
Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2011 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAN TANAMAN NILAM MELALUI POLA TANAM R. Rosman, R. Suryadi, M. Djazuli,
Lebih terperinci1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciMETODE PENENTUAN EFISIENSI KEBUTUHAN PUPUK UNTUK TANAMAN BERBASIS DATA PENELITIAN DAN KIMIA TANAH*)
METODE PENENTUAN EFISIENSI KEBUTUHAN PUPUK UNTUK TANAMAN BERBASIS DATA PENELITIAN DAN KIMIA TANAH*) ROSIHAN ROSMAN BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Jl. Tentara Pelajar no. 3, Bogor 16111 Email
Lebih terperinciPOLA BUDIDAYA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIFITAS DAN MUTU MINYAK NILAM (Pogostemon cablin Benth)
POLA BUDIDAYA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIFITAS DAN MUTU MINYAK NILAM (Pogostemon cablin Benth) Emmyzar dan Yulius Ferry Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Tanaman nilam (Pogostemon cablin
Lebih terperinciPEMUPUKAN, PEMULSAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU NILAM
PEMUPUKAN, PEMULSAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU NILAM Djazuli dan O. Trisilawati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam (Pogostemon cablin Benth)
Lebih terperinciUPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda
UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil
Lebih terperinciVI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL
VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua
Lebih terperinciPOLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING
POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang di perdagangkan
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinciTANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl
TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl Growth and Yield Respond of Two Clones of Patchouli Plant to Fertilizer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHATANI DAN AGROINDUSTRI NILAM
KELAYAKAN USAHATANI DAN AGROINDUSTRI NILAM Ermiati 1) dan Chandra Indrawanto 2) Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika 1) Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciAgro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat
Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,
Lebih terperinciREKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor
REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata
Lebih terperinciBUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO
BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL
TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;
Lebih terperinciUSAHA MENGHASILKAN MINYAK NILAM YANG BERMUTU
USAHA MENGHASILKAN MINYAK NILAM YANG BERMUTU Daswir, Indra Kusuma dan Irwandi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Dalam usaha pengelolaan tanaman nilam penting diperhatikan sekali terutama
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam
4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon
Lebih terperinciBUDIDAYA NILAM ORGANIK. Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I.
BUDIDAYA NILAM ORGANIK Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah
Lebih terperinciIV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan
3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia 2.2 Minyak Nilam
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah Tapak Tuan (Aceh) yang kemudian menyebar ke daerah pantai timur Sumatera (Dhalimin et al. 1998).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Dedi Soleh Effendi, S. Taher, dan W. Rumini Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton
Lebih terperinciPola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan
Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga
Lebih terperinciSYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa
SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa 2 SYARAT TUMBUH 3 Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tdk menuntut persyaratan lingkungan yg terlalu ketat, dpt tumbuh pd berbagai macam tanah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar
Lebih terperinciI. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.
I. LATAR BELAKANG MASALAH Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911. Klasifikasi tanaman kelapa sawit berdasarkan taksonominya yaitu tergolong Kelas: Angiospermae, Subkelas:
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani
Lebih terperinciPengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman
Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut
Lebih terperinciMenanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai
Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciVII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN
VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang
2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK
PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK Muhamad Djazuli, Wawan Haryudin, Sukarman dan Sri Suhesti Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Lebih terperinciPENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan
Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran
Lebih terperinciTeknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung
Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)
Lebih terperinciPELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN
PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciFENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM
FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM I. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau dilem wangi (Jawa), merupakan tanaman yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Tanaman nilam banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis
Lebih terperinciProsiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :
Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai
Lebih terperinciINTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN TANAMAN PANGAN JAGUNG DAN UBIKAYU DI LAHAN KERING
INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN TANAMAN PANGAN JAGUNG DAN UBIKAYU DI LAHAN KERING SOETJIPTO PARTOHARDJONO Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jl. Merdeka 147-Bogor 16111 ABSTRAK SOETJIPTO
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan
Lebih terperinciII. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI
II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran
Lebih terperinciTeknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat
Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau sebagai bahan baku rokok kretek merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber pendapatan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)
PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang pesat. Menurut Dewoto (2007), jumlah industri obat tradisional yang terdaftar di Badan Pengawas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN DURIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang
Lebih terperinciPENDAHULLUAN. Latar Belakang
PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi yang cukup
Lebih terperinciJurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN
PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)
Lebih terperinciStudi kasus (lanjutan)
Studi kasus (lanjutan) 25 A. Air drainasi keluar dari kedalaman tanah.8 m Air drainasi (mm) 2 15 1 5 pemupukan urea-n 6 kg ha -1 dan pemangkasan gliricidia tanam kacang tanah dan pemangkasan peltophorum
Lebih terperinci