PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler
|
|
- Sudirman Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 29 IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap konsumsi ransum disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5.. (gram/ekor) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,50 Jumlah 8.093, , , , ,40 Rataan 2.023, , , , ,85 Keterangan : P1 = Penggunaan litter sampai umur 18 hari P2 = Penggunaan litter sampai umur 21 hari P3 = Penggunaan litter sampai umur 24 hari P4 = Penggunaan litter sampai umur 27 hari P5 = Penggunaan litter sampai umur 30 hari Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa rata-rata konsumsi ransum apabila diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah adalah P5 = 2.178,85; P3 = 2.172,85; P4 = 2.151,83; P2 = 2.101,25, dan P1 = 2.023,43. Guna mengetahui pengaruh perlakuan lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap konsumsi ransum, maka dilakukan analisis ragam (Lampiran 2). Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa lama penggunaan litter pada kandang panggung berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum. Guna mengetahui sejauh mana perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 6.
2 Tabel 6. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler Perlakuan Rataan Signifikansi P ,43 a P ,25 b P ,83 c P ,85 c P ,85 c Keterangan : Huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata 30 Berdasarkan hasil uji Jarak Berganda Duncan pada Tabel 6. diketahui bahwa penggunaan litter pada kandang panggung selama 18 hari (P1), jumlah ransum yang dikonsumsinya nyata lebih rendah (P<0,05) dibanding dengan perlakuan penggunaan litter sampai umur 21 hari (P2), 24 hari (P3), 27 hari (P4), dan 30 hari (P5). Demikian pula penggunaan litter sampai umur 21 hari (P2), konsumsi ransumnya nyata lebih rendah (P<0,05) dibanding dengan penggunaan litter sampai umur 24 hari (P3), 27 hari (P4), dan 30 hari (P5), akan tetapi pengunaan litter sampai 24 hari (P3) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan penggunaan litter sampai umur 27 hari (P4) dan 30 hari (P5). Tinggi rendahnya konsumsi ransum erat kaitannya dengan lama penggunaan litter, hal itu dapat dilihat dari konsumsi ransum pada perlakuan penggunaan litter sampai umur 30 hari (P5) memiliki rata-rata konsumsi ransum paling tinggi yaitu 2178,85 gram, dan pada perlakuan penggunaan litter sampai umur 18 hari (P1) memiliki rata-rat konsumsi ransum paling rendah yaitu sebesar 2023,43 gram. Semakin lama penggunaan litter semakin tinggi ransum yang dikonsumsi, fakta tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2002) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum pada ayam pedaging yang dipeliharan dalam kandang litter lebih tinggi daripada ayam pedaging yang dipeliharan dalam cage.
3 31 Konsumsi ransum yang tinggi pada pemeliharaan ayam dengan lantai menggunakan litter terjadi karena lantai kandang tidak keras sehingga memberikan rasa nyaman pada ayam. Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh suhu lantai kandang tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, meskipun suhu lantai kandang yang menggunakan litter relatif lebih tinggi, terutama pada siang hari dibanding perlakuan yang tidak memakai litter (Lampiran 5). Kondisi suhu yang tinggi namun tidak terjadi penurunan konsumsi ransum terjadi akibat penggunaan ransum yang tinggi kadar lemaknya. Kadar lemak pada ransum yang digunakan adalah lebih dari 5 persen, sementara kebutuhan lemak dalam ransum ayam broiler adalah 3 persen (Steven dan John, 2001). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan konsumsi ransum pada ayam yang dipelihara pada suhu lingkungan tinggi, dapat dilakukan dengan cara mengurangi heat increament, tanpa mengurangi konsumsi energi (Fuller dan Rendon, 1977). Cara paling efektif untuk mengurangi heat increment adalah dengan meningkatkan kadar lemak dalam ransum yang diberikan, sebab lemak merupakan unsur ransum yang memiliki heat increament paling rendah dibandingkan dengan karbohidrat dan protein, sehingga tingginya energi metabolis ransum yang berasal dari lemak, tidak menyebabkan penurunan konsumsi ransum. Heat increment itu sendiri adalah panas yang timbul pada tubuh ayam sebagai akibat dari pencernaan makanan dan metabolism zat-zat makanan (Fuller dan Rendon, 1977). Rendahnya konsumsi ransum pada penggunaan litter yang lebih singkat dikarenakan pada umur ayam yang lebih muda terutama umur 18 hari (P1) dan umur 21 hari (P2) perlakuan pengangkatan litter menyebabkan ayam berada pada lantai slate (bilah bambu) sehingga tingkat stres yang dirasakan oleh ayam lebih
4 32 tinggi. Stres terjadi akibat adanya terpaan angin yang kuat dari bawah lantai kandang sementara bulu ayam belum tumbuh sempurna, selain itu stres timbul akibat dari perubahan lantai kandang dari yang awalnya lembut menjadi keras. Hal ini erat kaitannya denga pernyataan Edjeng dkk. (2005) yang menyatakan pemeliharaan ayam pada kandang sistem lantai slate, mengakibatkan ayam mudah terluka dan telapak kaki mengalami pengerasan (bubulen) sehingga ayam kesakitan dan stres yang dampaknya mempengaruhi konsumsi ransum. Tingkat stres akibat pemeliharaan pada lantai slate tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada perlakuan P3 dan P4, hal ini terjadi karena pada saat ayam berumur 24 hari, bulu ayam telah tumbuh sempurna sehingga melindungi tubuh ayam dari terpaan angin yang berasal dari lantai kandang. Konsumsi ransum umur ke 29 dan 30 pada semua perlakuan meningkat (Lampiran 6), hal ini terjadi karena pada hari ke 29 dan 30 terjadi penurunan suhu pada siang hari menjadi C akibat cuaca hujan. Fakta ini sesuai dengan pernyataan North dan Bell (1990) yang menyatakan ketika suhu lingkungan rendah maka ayam banyak mengonsumsi ransum untuk meningkatkan metabolisme tubuh. 4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap pertambahan bobot badan (PBB) disajikan pada Tabel 7.
5 33 Tabel 7. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5... (gram/ekor) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,70 Jumlah 5.296, , , , ,20 Rataan 1.324, , , , ,30 Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) apabila diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah adalah P3 = 1.414,85; P2 = 1.373,08; P1 =1.324,05; P5 = 1.290,3; dan P4 = 1.276,10. Guna mengetahui pengaruh perlakuan lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap PBB, maka dilakukan analisis ragam (Lampiran 3). Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa lama penggunaan litter pada kandang panggung berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBB. Guna mengetahui sejauh mana perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Perlakuan Rata-rata Signifikansi P ,10 a P ,30 ab P ,05 abc P ,08 bc P ,85 c Keterangan : Huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata
6 34 Berdasarkan hasil uji Jarak Berganda Duncan pada Tabel 8 diketahui bahwa penggunaan litter pada kandang panggung selama 27 hari (P4), pertambahan bobot badan yang dihasilkan nyata lebih rendah (P<0,05) dibanding dengan perlakuan penggunaan litter sampai umur 21 hari (P2) dan 24 hari (P3). Demikian pula penggunaan litter sampai umur 30 hari (P5), pertambahan bobot badan nyata lebih rendah (P<0,05) dibanding dengan penggunaan litter sampai umur 24 hari (P3), akan tetapi pengunaan litter sampai 18 hari (P1) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan penggunaan litter sampai umur 21 hari (P2) dan 24 hari (P3). Pertambahan bobot badan pada perlakuan P1, P2, dan P3 secara statistik memiliki pertambahan bobot badan yang tinggi, hasil ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ransum berhasil dikonversi menjadi daging dengan baik oleh ayam. Hal ini terjadi karena pemeliharaan pada lantai slate dilakukan lebih awal sehingga dapat mengurangi kandungan amonia dan menurunkan suhu. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ayam yang berumur kurang dari 24 hari masih merespon dengan baik suhu yang relatif tinggi akibat adanya litter. Pada perlakuan P5 dan P4 meskipun konsumsi ransumnya cukup tinggi (Tabel 5) tetapi bobot badan yang dihasilkannya rendah. Fakta tersebut memperlihatkan bahwa suhu udara yang relatif tinggi pada lantai yang menggunakan litter menyebabkan pertambahan bobot badan ayam terganggu. Fakta ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Reni dkk. (2011) yang menyatakan bahwa ayam yang dipelihara pada suhu lebih tinggi menghasilkan pertambahan bobot badan yang jauh lebih rendah daripada ayam yang dipelihara pada suhu rendah. Suhu lantai kandang tanpa litter pada siang hari berkisar antara o C, sementara suhu lantai kandang yang menggunakan litter berkisar antara
7 o C (Lampiran 5). Suhu lantai kandang yang menggunakan litter lebih lama menyebabkan suhu lantai kandang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suhu lantai tanpa menggunakan litter, hal ini terjadi karena kurangnya sirkulasi udara, selain itu kenaikan suhu dapat diakibatkan oleh aktifitas mikroba pengurai pada litter. Aktifitas mikroba dalam suatu bahan ditunjukkan dengan naiknya suhu bahan tersebut, bahkan bisa mencapai 40 o C (Poincelot, 1972). Pada saat suhu tinggi, ayam mengalami cekaman panas sehingga terjadi peningkatan frekuensi pernafasan sebagai upaya pengeluaran panas akibat dari meningkatnya metabolisme. Meningkatnya frekuensi pernapasan menurut Fuller dan Rendon (1977) menyebabkan bertambahnya penggunaan energi. Penggunaan energi inilah yang menyebabkan pertambahan bobot ayam berkurang, sebab energi yang seharusnya disimpan dalam otot, terbuang karena digunakan untuk pengeluaran panas melalui pernafasan. Pertambahan bobot badan yang rendah pada pemeliharaan menggunakan litter sampai umur 27 hari dan 30 hari terjadi karena adanya amonia pada kandang, hal itu terindikasi dari mulai terciumnya bau amonia, meskipun dalam penelitian ini tidak diukur seberapa besar kadar amonia namun Saif (2003) menyatakan bahwa apabila sudah tercium bau amonia maka kadar amonia diudara mencapai ppm. Kadar amonia 25 ppm mengakibatkan ayam mengalami pertambahan bobot badan yang rendah, dan penurunan efisiensi ransum (Ritz dkk, 2004) dan diperkuat oleh Ruhyat dan Edjeng (2010) yang menyatakan bahwa apabila kadar amonia mencapai 50 ppm maka akan menurunkan bobot badan sebesar 8%. Pada perlakuan P4 meskipun pada umur 27 hari terjadi penurunan suhu dan berkurangnya kadar amonia akibat penuruna litter, namun tidak memberikan
8 36 pertambahan bobot badan yang optimal, hal ini diakibatkan karena pengangkatan litter pada umur 27 hari mengganggu laju puncak pertumbuhan ayam. Puncak pertumbuhan ayam adalah menjelang akhir minggu ke-4 sampai akhir minggu ke- 5 (Pokhpand, 2013), sementara pertambahan bobot badan ayam membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahan-lahan kemudian pertumbuhan menjadi cepat pada fase puncak dan kembali perlahan bahkan berhenti (Rose, 1997). Pada saat seharusnya ayam mengalami puncak pertumbuhan, tetapi terganggu karena mendapat stres berlebih akibat terjadinya perubahan lantai kandang yang awalnya lunak menjadi keras, sehingga pertambahan bobot badannya tidak maksimal. 4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Ransum Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap konversi ransum disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Ransum Ayam Broiler Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 1 1,510 1,573 1,542 1,625 1, ,514 1,430 1,589 1,645 1, ,540 1,600 1,520 1,767 1, ,549 1,530 1,497 1,716 1,577 Jumlah 6,113 6,133 6,148 6,752 6,771 Rataan 1,528 1,533 1,537 1,688 1,693 Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa nilai konversi ransum apabila diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah adalah P5 = 1,693, P4 = 1,688, P3 =1,537, P2 = 1,533 dan P1 = 1,528. Guna mengetahui pengaruh perlakuan lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap konversi ransum, maka dilakukan analisis ragam (Lampiran 4). Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa lama
9 37 penggunaan litter pada kandang panggung berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konversi ransum. Guna mengetahui sejauh mana perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Ransum Ayam Broiler Perlakuan Rata-rata Hasil Uji P1 1,528 a P2 1,533 a P3 1,537 a P4 1,688 b P5 1,693 b Keterangan : Huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan hasil uji Jarak Berganda Duncan pada Tabel 10. diketahui bahwa penggunaan litter pada kandang panggung selama 18 hari (P1), konversi ransum nyata lebih rendah (P<0,05) dibanding dengan perlakuan penggunaan litter sampai umur 27 hari (P4), dan 30 hari (P5), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan lama penggunaan litter sampai umur 21 hari (P2) dan 24 hari (P3). Demikian pula penggunaan litter sampai umur 21 hari (P2), konversi ransumnya nyata lebih rendah (P<0,05) dibanding dengan penggunaan litter sampai umur, 27 hari (P4), dan 30 hari (P5), akan tetapi pengunaan litter sampai 27 hari (P4) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan penggunaan litter sampai umur 30 hari (P5). Konversi ransum (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu (North dan Bell, 1990). Besar kecilnya nilai konversi ransum sangat dipengaruhi oleh konsumsi ransum yang dibandingkan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Ayam yang memiliki performa produksi bagus akan memiliki nilai konversi ransum yang kecil, karena semakin kecil konversi ransum menunjukkan efisiensi penggunaan ransum ysng semakin baik. Pada penelitian ini konversi
10 38 ransum terkecil diperoleh melalui perlakuan lama penggunaan litter selama 18 hari (P1) dan semakin lama penggunaan litter maka konversi ransum yang dihasilkan semakin besar, hal ini sejalan dengan penelitian Santoso (2002) yang menyatakan bahwa penggunaan lantai litter menghasilkan konversi ransum yang lebih besar dibandingkan dengan pemeliharaan menggunakan cage. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi ransum yang tinggi tidak menjamin menghasilkan konversi ransum yang baik. Pada perlakuan penggunaan litter sampai umur 27 hari (P4) dan 30 hari (P5) meskipun konsumsi ransumnya tinggi (Tabel 5) tetapi pertambahan bobot badannya rendah menyebabkan konversi ransum yang dihasilkan cukup besar. Perlakuan P1, P2, dan P3 nilai konversi ransum yang dihasilkan relatif sama, hal ini menunjukkan efisiensi ransum dari ke tiga perlakuan cukup baik, yang membedakan performa ayam tersebut adalah seberapa besar ransum yang dikonsumsi, semakin banyak konsumsi ransum maka akan menghasilkan bobot badan yang semakin besar pula. Konversi ransum untuk bobot ayam 2 kg adalah 1,6 (Pokhpand, 2013), sementara konversi ransum yang dihasilkan pada penelitian ini untuk P1, P2, dan P3 berturut turut adalah 1,528, 1,533, dan 1,537, sementara untuk perlakuan P4 dan P5 adalah 1,688 dan 1,693 sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan konversi ransum yang baik pemeliharaan pada kandang panggung penggunaan litter maksimal sampai 24 hari.
PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha subsektor peternakan yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) populasi ayam broiler
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. daging baik, serta dada lebih besar dan kulit licin (North dan Bell, 1990). Ayam
9 II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler 2.1.1 Deskripsi Ayam Broiler Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa genetik yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002).
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak
22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler modern tumbuh sangat cepat sehingga dapat di panen pada umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan konsumsi ransum ayam Sentul Warso dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan
27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super
31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super Data nilai rataan bobot bagian edible Ayam Kampung Super yang diberi perlakuan tepung pasak bumi dicantumkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang
21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ayam Broiler Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang memiliki bobot badan 750 ± 50 gram pada umur 18 hari yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh pendidikan yang tepat guna dan pemenuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Ransum Tabel 7. Pengaruh suplementasi L-karnitin dan minyak ikan lemuru terhadap performa burung puyuh Level Minyak Ikan Variabel Lemuru P0 P1 P2 P3 P4 Pr > F *) Konsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Probiotik
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi ransum adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi oleh setiap ekor puyuh selama penelitian. Rataan konsumsi ransum per ekor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan (diantaranya Babcock, Hyline, dan Kimber); tipe medium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Performa Itik Alabio Jantan Umur 1-10 Minggu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe
Lebih terperinciUji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang
52 Lampiran 1 Analisis ragam konsumsi ransum kumulatif Waktu * kandang 71413,000 2 35706,500 1,148,339 Waktu 4959,375 1 4959,375,159,694 Kandang 2078192,333 2 1039096,167 33,405,000 ** Galat 559901,250
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting diperhatikan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Bahan Kering Rataan konsumsi, ekskresi dan retensi bahan kering ransum ayam kampung yang diberi Azolla microphyla fermentasi (AMF) dapat di lihat pada Tabel 8.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap
16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam percobaan adalah DOC ayam sentul sebanyak 100 ekor, yang dipelihara sampai umur 10 minggu. Ayam
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciGambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda
15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Efisiensi Penggunaan Energi pada Ayam Buras Super Umur 3-12 Minggu yang Dipelihara Dikandang
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi dapat merupakan masalah serius pada pengembangan ayam broiler di daerah tropis. Suhu rata-rata
Lebih terperinciPENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan ayam ras pedaging yang waktu pemeliharaannya relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam broiler perlu ditingkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industrialisasi yang sudah dicanangkan dalam program pemerintah. Masyarakat dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan, khususnya subsektor peternakan unggas di Indonesia, maju demikian pesat. Hal ini tercermin dari potensinya sebagai usaha ternak unggas yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi
Lebih terperinci[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan
Lebih terperinciPengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)
Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan
Lebih terperinciTij FK = = = = p.r 3 x 6 18 JK(G) = JK(T) JK(P) = ,50 = ,50
52 Berdasarkan data bobot hidup pada Tabel 2 diperoleh perhitungan analisis ragam sebagai berikut : Tij 2 25.175 633.780.625 FK = = = = 35.210.035 p.r 3 x 6 18 JK(T) = Ʃ (Yij 2 ) FK = (1.425 2 + 1.400
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Broiler Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam Cornish dari Inggris dengan ayam White Play Mounth Rock dari Amerika (Siregar dan Sabrani, 1980).
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar
37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. banyak dan menyebar rata di seluruh daerah Indonesia. Sayang, ayam yang besar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung sudah lama dikenal dan akrab dengan lidah masyarakat Indonesia. Telur dan dagingnya sudah lama digemari orang. Populasinya pun cukup banyak dan menyebar rata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam ras merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Pakan Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan konsumsi pakan ayam kampung super yang diberi
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ternak ayam yang pertumbuhan badannya sangat cepat dengan perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung dikenal sebagai jenis unggas yang mempunyai sifat dwi fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. Wahju (2004) yang menyatakan bahwa Ayam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Broiler Broiler ( Gallus domesticus) merupakan salah satu contoh spesies yang termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan spesies Gallus gallus (Blakely
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada
7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cahaya Untuk Ayam Broiler Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan ayam, karena cahaya mengontrol banyak proses fisiologi dan tingkah laku ayam (Setianto,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari
Lebih terperinciGambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil
Lebih terperinciTingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada peternakan ayam broiler Bagus Farm yang terletak di Desa Semplak Barat, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor dan peternakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak
34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciKOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING
Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016 KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Mardhiyah Hayati Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai bibit harus memenuhi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciEfektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)
Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Effectiveness of Various Probiotics Product on the Growth and Production of Quail (Coturnix
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat. Hal ini seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak kelinci mempunyai beberapa keunggulan sebagai hewan percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan penghasil daging. Selain itu kelinci
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing
37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari
Lebih terperinciPengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (2): 69-74 ISSN 1410-5020 Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan The Effect of Ration with
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi minyak ikan dan L-karnitin pada ransum basal membuat kandungan energi pada ransum meningkat. Meningkatnya kandungan energi pada ransum basal akan mudah di manfaatkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Pengamatan tingkah laku pada ayam broiler di kandang tertutup dengan perlakuan suhu dan warna cahaya yang berbeda dilaksanakan dengan menggunakan metode scan sampling.
Lebih terperinci