5 HASIL PEMBAHASAN. 5.1 Identifikasi Sektor Unggulan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 HASIL PEMBAHASAN. 5.1 Identifikasi Sektor Unggulan"

Transkripsi

1 68 5 HASIL PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Sektor Unggulan Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi wilayahnya (Rustiadi et al. 2007). Di Indonesia sektor tersebut secara umum dibagi ke dalam sembilan sektor dan setiap sektor dibagi lagi kedalam sub sektor. Untuk mengembangkan semua sektor tersebut secara serentak diperlukan investasi yang sangat besar. Di era otonomi daerah, terbatasnya dana pembangunan mangharuskan adanya penetapan prioritas pengembangan dan biasnya sektor yang menjadi prioritas tersebut adalah sektor unggulan (Surpito 2003). Oleh sebab itu, penentuan atau identifikasi sektor-sektor unggulan daerah dalam perumusan kebijakan pembangunan daerah menjadi sangat perting, karena sektor ungulan (leader sector) merupakan sektor perekonomian yang diharapkan menjadi penggerak utama (prime mover) perekonomian suatu wilayah. Dengan mengetahui dan mengoptimalkan sektor unggulan yang dimiliki daerah, maka diharapkan mendapat efek positif bagi kemajuan aktifitas perekonomian daerah. Untuk menentukan apakah suatu sektor merupakan merupakan sektor unggulan bagi sutu daerah atau tidaknya, dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA) Sektor Unggulan Komparatif (LQ) Untuk melihat dengan skala yang lebih besar dan oleh karena Kabupaten Ciamis letaknya berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah maka dapat dihitung LQ (Sektor Unggulan) kabupaten dan kota se Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai pembandingnya dengan persamaan LQ cj = (X cj /X c ) / (X btj /X bt ). Pada LQ Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dihitung berdasarkan PDRB kabupaten dan kota tahun 2010, dengan harga konstan tahun 2000 dapat dilihat pada Tabel 19. Terdapat 26 wilayah; 17 Kabupaten dan 9 Kota di provinsi Jawa Barat dan 35 wilayah; 29 Kabupaten dan 6 Kota di provinsi Jawa Tengah. Untuk sektor Pertanian LQ> 1 terdapat pada Kabupaten; Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang dan Kota Banjar (Jawa Barat) serta Kabupaten; Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes (Jawa Tengah). Nilai LQ terbesar sektor Pertanian terdapat pada Kabupaten Blora (Jawa Tengah) sebesar 3,62. Sektor Pertambangan dan Penggalian LQ> 1 terdapat pada Kabupaten; Sukabumi, Majalengka, Indramayu, Subang dan Karawang (Jawa Barat) serta Kabupaten; Kebumen, Magelang, Blora, Tegal (Jawa Tengah). Nilai LQ terbesar sektor Pertambangan dan Penggalian terdapat pada Kabupaten Indramayu (Jawa Barat) sebesar 14,08.

2 Tabel 19 Nilai LQ Kabupaten Ciamis Terhadap Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah tahun 2010 KECAMATAN P PP IP LGA BK PHR PK KPJ J Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang Kab. Bekasi Kab. Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Kebumen Kab. Purworejo Kab. Wonosobo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Pati Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kab. Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal P: Pertanian, PP: Pertambangan/ Penggalian, IP: Industri Pengolahan, LGA: Listrik Gas & Air Bersih, BK: Bangunan/ Konstruksi, PHR: Pedagangan Hotel & Restoran, PK: Pengangkutan Komunikasi, KPJ: Keuangan Persewaan & Jasa Prshn, J: Jasa-jasa Sumber : BPS Pusat (Data Diolah) 69

3 70 Sektor Industri Pengolahan LQ > 1 terdapat pada Kabupaten; Bogor, Bandung, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Bandung Barat dan Kota; Bekasi, Depok, Cimahi (Jawa Barat) serta Kabupaten; Cilacap, Karanganyar, Kudus, Kendal (Jawa Tengah). Nilai LQ> 1 sektor Industri Pengolahan terdapat pada Kabupaten Bekasi (Jawa Barat) sebesar 2,07. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum LQ> 1 terdapat pada Kabupaten; Bogor, Bandung, Cirebon, Sumedang, Purwakarta, Karawang, Bandung Barat dan Kota; Bogor, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi (Jawa Barat) serta Kota; Magelang, Surakarta, Salatiga, Tegal (Jawa Tengah). Nilai LQ terbesar sektor Listrik, Gas dan Air Minum terdapat pada Kabupaten Bandung Barat (Jawa Barat) sebesar 3,94. Sektor Bangunan/ Konstruksi LQ> 1 terdapat pada Kabupaten; Bogor, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka dan Kota; Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya, Banjar (Jawa Barat) serta Kabupaten; Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Purworejo, Magelang, Klaten, Wonogiri, Sragen, Grobogan, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Temanggung, Batang, Pekalongan, Tegal, dan Kota; Magelang, Surakarta, Salatiga, Semarang, Pekalongan, Tegal (Jawa Tengah). Nilai LQ terbesar sektor Bangunan/ Konstruksi terdapat pada Kota Semarang (Jawa Tengah) sebesar 3,6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran LQ> 1 terdapat pada Kabupaten; Cianjur, Garut, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Sumedang, Subang, Purwakarta, Karawang dan Kota; Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Tasikmalaya, Banjar (Jawa Barat) serta Kabupaten; Cilacap, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Kudus, Pemalang, Tegal, dan Kota; Surakarta, Semarang, Pekalongan, Tegal (Jawa Tengah). Nilai LQ terbesar sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran terdapat pada Kota Sukabumi (Jawa Barat) sebesar 2,01. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi LQ> 1 terdapat pada Kabupaten; Sukabumi, Cianjur, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Bandung Barat dan Kota; Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Tasikmalaya, Banjar (Jawa Barat) serta Kabupaten; Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Wonogiri, Rembang, Jepara, Temanggung dan Kota; Magelang, Surakarta, Salatiga, Semarang,Pekalongan, Tegal (Jawa Tengah). Nilai LQ terbesar sektor Pengangkutan dan Komunikasi terdapat pada Kota Magelang (Jawa Tengah) sebesar 3,82. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan LQ> 1 terdapat pada Kabupten; Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Subang, Purwakarta dan Kota; Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Tasikmalaya, Banjar (Jawa Barat) serta Kabupaten; Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Sragen, Grobogan, Blora, Pati, Jepara, Demak, Temanggung, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal dan Kota; Magelang, Surakarta, Salatiga, Pekalongan, Tegal (Jawa Tengah). Nilai LQ terbesar terdapat pada Kota Bogor (Jawa Barat) sebesar 3,96. Sektor Jasa-jasa LQ> 1 terdapat pada Kabupaten; Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka dan Kota; Sukabumi, Bandung, Cirebon, Depok, Tasikmalaya, Banjar (Jawa Barat) sertakabupaten; Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Rembang, Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Batang,

4 71 Pekalongan, Pemalang dan Kota; Magelang, Surakarta, Salatiga, Semarang, Pekalongan, Tegal. Nilai LQ terbesar sektor Jasa-jasa terdapat pada KotaMagelang(Jawa Tengah) sebesar 4,65. Sektor unggulan Kabupaten Ciamis terdapat hampir di semua sektor kecuali sektor Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan serta Listrik, Gas dan Air Minum. Dan sektor Jasa memiliki sektor unggulan yang cukup tinggi sebesar 2,03. Untuk melihat LQ>1 kecamatan di Kabupaten Ciamis relatif terhadap kecamatan-kecamatan di wilayah Jawa-Barat dan Jawa Tengah melalui perkalian berantai antara LQ kecamatan i untuk sektor j dengan referensi kabupaten Ciamis dengan LQ kabupaten Ciamis untuk sektor j dengan wilayah referensi Jawa Barat dan Jawa Tengah: LQ icj = (X ij /X i ) / (X btj /X bt ) dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Nilai LQ kecamatan di Kabupaten Ciamis terhadap kecamatan di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah 2010 Kecamatan P PP IP LGA BK PHR PK KPJ J Panumbangan Panawangan Sukamantri Panjalu Jatinagara Cipaku Lumbung Kawali Cihaurbeuti Sadananya Sindangkasih Ciamis Baregbeg Cijeunjing Cikoneng Sukadana Tambaksari Cisaga Rajadesa Rancah Lakbok Mangunjaya Purwadadi Banjarsari Padaherang Cimaragas Cidolog Langkaplancar Pamarican Kalipucang Pangandaran Cigugur Sidamulih Parigi Cimerak Cijulang P: Pertanian, PP: Pertambangan/ Penggalian, IP: Industri Pengolahan, LGA: Listrik Gas & Air Bersih, BK: Bangunan/ Konstruksi, PHR: Pedagangan Hotel & Restoran, PK: Pengangkutan Komunikasi, KPJ: Keuangan Persewaan & Jasa Prshn, J: Jasa-jasa Sumber : BPS Kab. Ciamis (Data diolah) Terlihat bahwa pada sektor Pertanian hampir seluruh kecamatan di kabupaten Ciamis memiliki nilai LQ> 1 relatif terhadap kecamatan-kecamatan di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah dan sektor ini memiliki sektor yang dapat

5 72 diperdagangkan (tradable) di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah oleh karena potensi pasarnya yang besar. Sektor lain yang memiliki nilai LQ> 1 adalah sektor Jasa dimana terlihat seluruh kecamatan di kabupaten Ciamis merupakan sektor unggulan relatif terhadap kecamatan-kecamatan di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah Penghitungan LQ dalam penelitian ini menggunakan data PDRB harga konstan tahun 2010 per kecamatan berdasarkan sektor-sektor perekonomian tahun (ADHK 2000) dijelaskan pada lampiran 1 nantinya, sedangkan hasil perhitungannya ditunjukan pada Tabel 21 dan 22. Secara keseluruhan berdasarkan penghitungan, kontribusi pada Sektor Pertambangan dan Penggalian di Wilayah Pengembangan (WP) Selatan adalah yang paling besar dengan nilai LQ: 2,23. Penjelasan mengenai nilai LQ per WP terlihat pada Tabel 21. Tabel 21 Nilai LQ per WP di Kabupaten Ciamis tahun 2010 WP Kabupaten Ciamis P PP IP LGA BK PHR PK KPJ J WP Utara WP Tengah WP Selatan P: Pertanian, PP: Pertambangan/ Penggalian, IP: Industri Pengolahan, LGA: Listrik Gas & Air Bersih, BK: Bangunan/ Konstruksi, PHR: Pedagangan Hotel & Restoran, PK: Pengangkutan Komunikasi, KPJ: Keuangan Persewaan & Jasa Prshn, J: Jasa-jasa Sumber : Bappeda Kab. Ciamis (Data diolah) Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 21 terlihat bahwa untuk WP Utara sektor-sektor yang memiliki nilai LQ> 1 adalah sektor: Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Minum; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa. Untuk WP Tengah sektor-sektor yang memiliki nilai LQ> 1 adalah sektor: Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Bangunan/ Konstruksi serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran. Pada WP Selatan sektor-sektor yang memiliki nilai LQ> 1 adalah sektor: Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Listrik, Gas dan Air Minum; Perdagangana, Hotel dan Restauran serta sektor Jasa. Sektor unggulan yang hanya dimiliki oleh satu WP adalah sektor: Industri Pengolahan; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (WP Utara) serta sektor Bangunan/ Konstruksi (WP Tengah). Penjelasan sektor-sektor apa dan dimana saja pada setiap kecamatan yang memiliki nilai LQ> 1 dapat dilihat pada Tabel 22 Berdasarkan hasil analisis penghitungan masing-masing Kecamatan (Tabel 22) terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai LQ> 1 pada WP Utara (Tabel 21) adalah Sektor Industri Pengolahan terlihat pada Kecamatan: Panawangan, Jatinagara, Cihaurbeuti, Sindangkasih, Baregbeg, Cijeunjing, Cikoneng, Rajadesa dan Rancah. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum hanya terlihat pada Kecamatan Ciamis saja dengan nilai LQ: 7,46.

6 73 Tabel 22 Nilai LQ Kecamatan di Kabupaten Ciamis Tahun 2010 KECAMATAN P PP IP LGA BK PHR PK KPJ J Panumbangan Panawangan Sukamantri Panjalu Jatinagara Cipaku Lumbung Kawali Cihaurbeuti Sadananya Sindangkasih Ciamis Baregbeg Cijeunjing Cikoneng Sukadana Tambaksari Cisaga Rajadesa Rancah Lakbok Mangunjaya Purwadadi Banjarsari Padaherang Cimaragas Cidolog Langkaplancar Pamarican Kalipucang Pangandaran Cigugur Sidamulih Parigi Cimerak Cijulang P: Pertanian, PP: Pertambangan/ Penggalian, IP: Industri Pengolahan, LGA: Listrik Gas & Air Bersih, BK: Bangunan/ Konstruksi, PHR: Pedagangan Hotel & Restoran, PK: Pengangkutan Komunikasi, KPJ: Keuangan Persewaan & Jasa Prshn, J: Jasa-jasa Sumber : BPS Kab. Ciamis (Data diolah) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terlihat pada Kecamatan: Panumbangan, Sukamantri, Panjalu, Kawali, Sadananya, Sindangkasih, Ciamis, Baregbeg dan Cikoneng. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terlihat pada Kecamatan: Panumbangan, Sukamantri, Panjalu, Cipaku, Kawali, Cihaurbeuti, Sadananya, Sindangkasih, Ciamis dan Baregbeg. Sektor Jasa terlihat pada Kecamatan: Panumbangan, Panawangan, Sukamantri, Cipaku, Lumbung, Kawali, Sadananya, Sindangkasih, Sukadana dan Rancah. Untuk WP Tengah yang memiliki nilai LQ > 1 adalah sektor Pertanian terlihat pada Kecamatan: Lakbok, Purwadadi, Padaherang, Cimaragas, Cidolog, Langkaplancar dan Pamarican. Sektor Pertambangan dan Penggalian terlihat pada Kecamatan: Purwadadi, Banjarsari dan Padaherang. Sektor Bangunan/ Konstruksi terlihat pada Kecamatan: Lakbok, Mangunjaya, Purwadadi, Banjarsari, Padaherang, Langkaplancar dan Pamarican. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran terlihat pada Kecamatan: Lakbok, Mangunjaya, Bajarsari dan Padaherang.

7 74 Untuk WP Selatan yang memiliki nilai LQ > 1 adalah sektor Pertanian terlihat pada Kecamatan: Kalipucang, Cigugur, Sidamulih, Parigi, Cimerak dan Cijulang. Sektor Pertambangan dan Penggalian terlihat pada Kecamatan: Kalipucang, Sidamulih dan Parigi. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum hanya terlihat pada Kecamatan Pangandaran saja dengan nilai LQ: 5,73. Sektor Perdagangana, Hotel dan Restauran terlihat pada Kecamatan: Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih dan Parigi. Sektor Jasa terlihat pada Kecamatan: Kalipucang, Sidamulih, Parigi dan Cimerak Sektor Unggulan Kompetitif (SSA) Analisis shift share beruna untuk mengindentifikasi sumber atau komponen pertumbuhan berbagai indikator kegiatan ekonomi pada dua titik waktu di wilayah tersebut. Wilayah yang dimaksud bisa berupa provinsi dalam cakupan agregat nasional atau wilayah kabupaten/ kota dalam cakupan wilayah agregat provinsi dan seterusnya. Teknik ini berkembang pada tahun 1960-an dan hingga saat ini masih digunakan secara luas dalam ilmu wilayah (Permodelan Pengembangan Wilayah; Rustiadi et al. 2011) Hasil analisis ini akan diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di wilayah dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah tumbuh lebih cepat atau lambat. Sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat di wilayah/ kecamatan yang bersangkutan dari pada pertumbuhan tingkat wilayah yang lebih luas/ kabupaten, mengindikasikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor unggulan atau sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Analisis ini dapat memperkuat indikasi sektor unggulan dari hasil analisis LQ yang menunjukan keunggulan komparatif. Dalam penelitian ini, analisis shift share dilakukan pada sektor-sektor PDRB kecamatan di Kabupaten Ciamis pada dua titik tahun, yaitu pada tahun 2006 dan Hal ini bertujuan melihat konsistensi keunggulan kompetitif suatu sektor selama kurun waktu tersebut dalam suatu wilayah kecamatan, yang kemudian dipadukan dengan keunggulan komparatifnya pada wilayah kecamatan dan kesemuanya dilihat antar Wilayah Pengembangan (WP) di Kabupaten Ciamis pada tahun ditunjukan pada Tabel 23, 24, 25 dan 26. Hasil tabel tersebut menunjukan bahwa laju pertumbuhan ekonomi/ komponen share Kabupaten Ciamis dalan kurun waktu sebesar 0,2214 atau 22,14%. Sektor-sektor yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi (SSA>1) tidak ada hanya saja nilainya positif. Berikut penjelasan mengenai nilai SSA WP Utara Tabel 23 Nilai SSA WP Utara di Kabupaten Ciamis tahun Lapangan Usaha Komponen Differentiel Proportional Shift Share Shift SSA Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Pershn Jasa-jasa Sumber: BPS Kab. Ciamis (Diolah)

8 75 Pada WP Utara (Tabel 23) dalam kurun waktu tersebut, sektor-sektor yang mempunyai nilai differential shift positif (DS+) adalah sektor: Listrik, Gas dan Air Minum; Bangunan/ Konstruksi; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa. Sementara untuk ke empat sektor yang lain: Pertanian; Pertambangan; Industri Pengolahan serta Perdagangan, Hotel dan Restauran yang memiliki nilai negatif dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Tabel 24 Nilai SSA WP Tengah di Kabupaten Ciamis tahun Lapangan Usaha Komponen Proportional Differential Share Shift Shift SSA Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Pershn Jasa-jasa Sumber : BPS Kab. Ciamis (Diolah) Pada WP Tengah (Tabel 24) dalam kurun waktu tersebut, sektor-sektor yang mempunyai tingkat kompetitif yang masih dapat dikembangkan (DS+) adalah sektor; Pertanian, Pertambangan, Industri Pengolahan, Perdagangan Hotel Restoran dan Pengangkutan Komunikasi. Tabel 25 Nilai SSA WP Selatan di Kabupaten Ciamis tahun Lapangan Usaha Komponen Differential Proportional Shift Share Shift SSA Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Pershn Jasa-jasa Sumber : BPS Kab. Ciamis (Diolah) Pada WP Selatan (Tabel 25) dalam kurun waktu tersebut, sektor-sektor yang mempunyai tingkat kompetitif yang masih dapat dikembangkan atau DS+ adalah sektor; Pertambangan, Pengangkutan Komunikasi dan Keuangan Persewaan Jasa Perusahaan. Lebih lanjut mengenai penghitungannya akan dijelaskan pada lampiran 2. Berdasarkan perincian Tabel 26, maka terlihat dengan lebih jelas lagi mengenai kecamatan mana saja yang aktifitasnya memiliki nilai DS+. Pada sektor

9 76 pertanian yang nilai DS+ terdapat pada kecamatan; Panawangan, Jatinagara, Kawali, Cijeunjing, Sukadana, Tambaksari, Lakbok, Purwadadi, Banjarsari, Padaherang, Codilog, Pangandaran, dan Cimerak.Sektor pertambangan dan penggalian yang nilai DS+ hanya terdapat pada kecamatan; Mangunjaya dan Parigi. Sektor industri pengolahan yang nilai DS+ terdapat pada kecamatan; Sukamantri, Panjalu, Cipaku, Lumbung, Sindangkasih, Ciamis, Baregbeg, Tambaksari, Cisaga, Purwadadi, Padaherang, Cidolog, Langkaplancar, Pamarican, Kalipucang, Sidamulih, Parigi, Cimerak dan Cijulang. Sektor listrik, gas dan air minum yang nilai DS+ hanya ada pada kecamatan Ciamis saja. Sektor bangunan/ konstruksi yang nilai DS+ terdapat pada kecamatan; Sukamantri, Cihaurbeuti, Sindangkasih, Ciamis, Baregbeg, Cijeunjing, Rancah, Pangandaran, Cigugur, Sidamulih dan Parigi. Tabel 26 Nilai Differential Shift Kecamatan di Kabupaten Ciamis Tahun KECAMATAN P PP IP LGA BK PHR PK KPJ J Panumbangan Panawangan Sukamantri Panjalu Jatinagara Cipaku Lumbung Kawali Cihaurbeuti Sadananya Sindangkasih Ciamis Baregbeg Cijeunjing Cikoneng Sukadana Tambaksari Cisaga Rajadesa Rancah Lakbok Mangunjaya Purwadadi Banjarsari Padaherang Cimaragas Cidolog Langkaplancar Pamarican Kalipucang Pangandaran Cigugur Sidamulih Parigi Cimerak Cijulang Propotional Shift Regional Share 0.21 P: Pertanian, PP: Pertambangan/ Penggalian, IP: Industri Pengolahan, LGA: Listrik Gas & Air Bersih, BK: Bangunan/ Konstruksi, PHR: Pedagangan Hotel & Restoran, PK: Pengangkutan Komunikasi, KPJ: Keuangan Persewaan & Jasa Prshn, J: Jasa-jasa Sumber : BPS Kab. Ciamis (Data diolah)

10 77 Sektor perdagangan, hotel dan restaurant yang nilai DS+ terdapat pada kecamatan; Panjalu, Cihaurbeuti, Sindangkasih, Ciamis, Cikoneng, Lakbok, Banjarsari, Cimaragas, Pangandaran dan Cigugur. Sektor pengangkutan dan komunikasi yang nilai DS+ terdapat pada kecamatan; Panumbangan, Lumbung, Ciamis, Cikoneng, Rancah, Mangunjaya, Banjarsari, Cidolog, Langkaplancar, Pamarican, Kalipucang, Pangandaran, Cigugur, Sidamulih, Parigi, Cimerak dan Cijulang. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang nilai DS+ terdapat pada kecamatan; Panumbangan, Sukamantri, Sindangkasih, Ciamis, Baregbeg, Mangunjaya, Cigugur, Sidamulih, Parigi dan Cijulang. Dan sektor jasayang memiliki nilai DS+ terdapat pada kecamatan; Panumbangan, Panawangan, Sukamantri, Jatinagara, Cipaku, Lumbung, Sadananya, Sindangkasih, Ciamis, Baregbeg, Cijeunjing, Tambaksari, Rajadesa, Rancah, Mangunjaya, Purwadadi, Cidolog, Langkaplancar, Pamarican, Kalipucang dan Sidamulih. Kita dapat mengembangkan lagi hasil penghitungan dari SSA, yaitu pemetaan sektor-sektor wilayah ke dalam 4 kelompok: 1. Rising Star (RS) yaitu sektor-sektor yang memiliki nilai Proportional Shift (PS) > 0 dan Differential Shift (DS) > 0; 2. Losing Opportunity (LO) yaitu sektor yang memiliki nilai PS > 0 tetapi DS< 0; 3. Falling Star (FS) yaitu sektor yang memiliki nilai PS < 0 dan DS > 0; 4. Retreat (R) yaitu sektor yang memiliki nilai PS < 0 dan DS < 0. Kriteria 1 (rising star) menjadi yang ideal untuk melengkapi atau di padukan dengan LQ > 1 (LQ Kabupaten Ciamis). Sektor-sektor yang mempunyai nilai (PS) > 0 dan (DS) > 0 atau RS pada WP Utara dalah sektor; Listrik Gas dan Air Bersih, Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Jasa. Pada WP Tengah adalah sektor; Industri pengolahan, Perdagangan Hotel dan Restoran, Pada WP Selatan hanya sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan saja. Kemudian untuk mengklasifikasi/ kategorikan antara LQ dan SSA terdapat 4 klasifikasi/ kategori. Namun yang ideal untuk LQ>1 dan RS masuk klasifikasi/ kategori I terlihat pada Gambar 13. IP LGA PHR KPJ Sindangkasih, Baregbeg, Padaherang, Langkaplancar, Pamarican dan Sidamulih Ciamis J Panjalu, Lakbok, Banjarsari dan Pangandaran Panumbangan, Panawangan, Sukamantri, Cipaku, Lumbung, Sadananya, Sindangkasih, Baregbeg, Cijeunjing, Rancah, Langkaplancar, Pamarican, Kalipucang dan Sidamulih Panumbangan, Sukamantri, Sindangksih, Ciamis, Baregbeg, Mangunjaya dan Parigi IP: Industri Pengolahan, LGA: Listrik, Gas dan Air Bersih,PHR: Perdagangan, Hotel dan Restauran, KPJ: Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa: Jasa-jasa Sumber: BPS Kab Ciamis (Hasil Analisis) Gambar 13 Klasifikasi/ Kategori LQ>1 dan RS

11 78 Secara umum pada setiap sektor dan kecamatan, kategori I (LQ>1 dan RS) hanya ada 5 sektor dan hanya di kecamatan Ciamis saja yang memiliki sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Sektor Jasa adalah yang paling banyak yaitu 14 kecamatan; WP Utara 10 kecamatan, WP Tengah 2 kecamatan dan WP Selatan 2 kecamatan. Sebagai pembanding untuk Shift Share Analisis antara Kabupaten Ciamis dan provinsi Jawa Barat maupun Jawa Tengah, akan dihitung berdasarkan PDRB tahun 2006 dan tahun 2010 wilayah Kabupaten dan Kota provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan harga konstan tahun Berikut hasil agregat antara penghitungan Kabupaten Ciamis dengan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pada Tabel 27 terlihat bahwa nilai RS Kabupaten Ciamis terhadap Provinsi Jawa Barat memiliki 3 sektor:listrik, Gas dan Air Bersih; Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Jasa-jasa. Mengenai RS Kabupaten Ciamis terhadap Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah dijelaskan pada lampiran 4. Tabel 27 Nilai SSA Kabupaten Ciamis terhadap Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun Lapangan Usaha Komponen Share Proportional Shift Differential Shift SSA Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Pershn Jasa-jasa Sumber: BPS Kab. Ciamis dan BPS Pusat (Diolah) 5.2 Identifikasi Tingkat Perkembangan Wilayah Hirarki Wilayah Hasil penghitungan Skalogram dijelaskan dengan menggunakan data Potensi Desa (Podes) tahun 2008 yang dicirikan oleh penyediaan jumlah sarana dan prasarana, jumlah jenis hingga pada jumlah unit dan ditambah jumlah penduduk masing-masing kecamatan. (Tabel Lampiran Skalogram Berbobot). Terlihat bahwa Kecamatan Pangandaran yang berada di WP Selatan masuk dalam kategori/ hirarki 1 dengan jumlah jenis fasilitas sebanyak 22 dan nilai IPK (Indeks Perkembangan Kecamatan) sebesar 171,63 akan dijelaskan pada lampiran 5. Kecamatan Ciamis (WP Utara) yang merupakan pusat pemerintahan memiliki kategori/ hirarki 2 dengan jumlah jenis fasilitas 23 dan nilai IPK 37,52 termasuk Kecamatan Banjar (WP Selatan) masuk dalam hirarki 2 dengan jumlah jenis fasilitas 23 dan nilai IPK 31,90. Untuk WP Utara yang termasuk hirarki 2 adalah Kecamatan Cijeunjing dengan jumlah jenis fasilitas 24 dan nilai IPK 50,18, Kecamatan Kawali dengan jumlah jenis fasilitas 22 dan nilai IPK 48,78 dan Kecamatan Baregbeg dengan jumlah jenis fasilitas 22 dan nilai IPK 43,66 yang penjelasannya terlihat pada Tabel 28.

12 79 Tabel 28 Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) di Kabupaten Ciamis tahun 2008 WP Kecamatan Tahun 2008 IPK Hirarki Utara Panumbangan III Panawangan III Sukamantri II Panjalu II Jatinagara II Cipaku II Lumbung II Kawali II Cihaurbeuti II Sadananya II Sindangkasih II Ciamis II Baregbeg II Cijeungjing II Cikoneng II Sukadana II Tambaksari II Cisaga II Rajadesa II Rancah II Tengah Lakbok II Mangunjaya II Purwadadi II Banjarsari II Padaherang II Cimaragas II Cidolog II Langkaplancar II Pamarican II Selatan Kalipucang II Pangandaran I Cigugur II Sidamulih II Parigi II Cimerak II Cijulang II Rataan Standar Deviasi (St Dev) Sumber: Hasil Analisis Data Podes 2008 Tabel 29 Jumlah tingkat hirarki kecamatan dalam WP di Kabupaten Ciamis tahun 2008 Hirarki WP 2008 Jmlh Kcmtn % I Utara Tengah Selatan Jumah II Utara Tengah Selatan Jumah III Utara Tengah Selatan Jumah Total Jumlah Sumber: Hasil Analisis %= berarti prosentasi terhadap jumlah total kecamatan di Kabupaten Ciamis

13 80 Jumlah hirarki wilayah pada tingkat kecamatan dalam WP di Kabupaten Ciamis pada tahun 2008 menurut ketersediaan sarana dan prasarana serta aksesibilitas ke fasilitas pelayanan umum berdasarkan hasil analisis dengan metode skalogram ditunjukan pada Tabel 29. Tabel diatas menunjukan bahwa kecamatan yang berhirarki I hanya terdapat pada WP Selatan dengan prosentase 2,78 dari total kecamatan. Hal ini menunjukan bahwa kecamatan tersebut memiliki keunggulan dalam hal sektor Perdagangan, hotel dan restoran; sektor Pengangkutan dan komunikasi serta sektor Jasa-jasa (dapat dilihat pada lampiran 6). Berikut penjelasan berdasarkan Gambar 14 mengenai wilayah atau kecamatan mana saja yang masuk dalam kategori hirarki wilayah. Gambar 14 Peta penyebaran kecamatan menurut hirarki wilayah di Kabupaten Ciamis Indeks Keragaman/ Perkembangan Struktur Ekonomi Analisis entropi model merupakan salah satu konsep analisis yang dapat menghitung tingkat keragaman (diversifikasi) komponen aktivitas. Prinsip pengertian indeks entropi ini adalah semakin beragam aktifitas maka semakin tinggi entropi wilayah, yang berarti struktur ekonomi wilayah tersebut semakin berkembang atau semakin maju.

14 81 Tabel 30 Nilai Entropi Kabupaten Ciamis tahun WP Tahun Utara Tengah Selatan Kabupaten Ciamis Sumber: BPS Kab. Ciamis (Diolah) Berdasarkan perhitungan (PDRB ADHK tahun 2000) maka nilai entropi tingkat diversifikasi/ keragaman struktur ekonomi Kabupaten Ciamis pada periode adalah 0,801 0,806 Berdasarkan perhitungan maka nilai entropi tingkat diversifikasi/ keragaman struktur ekonomi WP Utara pada periode adalah 0,841 0,844 Berdasarkan perhitungan maka nilai entropi tingkat diversifikasi/ keragaman struktur ekonomi WP Tengah pada periode adalah 0,713 0,721 Berdasarkan perhitungan maka nilai entropi tingkat diversifikasi/ keragaman struktur ekonomi WP Selatan pada periode adalah 0,711 0,721 Dapat dilihat bahwa nilai Indeks Entropi (IE) Kabupaten Ciamis pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 nilainya terus meningkat namun nilainya masih mendekati 1 yang berarti bahwa telah terjadi diversifikasi sektor-sektor menuju penyebaran antar sektor makin berimbang di Kabupaten Ciamis lihat pada Tabel 30. Namun demikian WP Selatan memiliki nilai IE yang semakin pesat prosentase pertumbuhannya bila dilihat dari Sedangkan hasil penghitungannya akan dijelaskan pada lampiran Tipologi Perkembangan Wilayah Alat analisis Tipologi Klassen (Klassen Typology) dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masingmasing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah seperti yang diutarakan oleh Sjafrizal (2008). PDRB per Kapita Di Atas Ratarata Di Bawah Rata Rata Hasil analisis tabel 33 Di atas Rata-Rata Kuadran I Daerah Maju Kawali, Ciamis, Cikoneng (U), Banjarsari,Padaherang (T), Pangandaran (S) Kuadran III Daerah Berkembang Panawangan (U), Lakbok (T) Laju Pertumbuhan Ekonomi Di Bawah Rata-Rata Kuadran II Daerah Maju Tapi Tertekan Baregbeg, Tambaksari (U), Mangunjaya, Cimaragas (T), Cigugur, Sidamulih, Parigi, Cijulang (S) Kuadran IV Daerah Relatif Terbelakang Panumbangan, Sukamantri, Panjalu, Jatinagara, Cipaku, Lumbung, Cihaurbeuti, Sadananya, Sindangkasih, Cisaga, Cijeunjung, Sukadana, Rajadesa, Rancah (U), Cidolog, Purwadadi, Langkaplancar, Pamarican (T), Kalipucang, Cimerak (S) Gambar 15 Pengelompokan pertumbuhan ekonomi kecamatan berdasarkan tipologi Klassen

15 82 Melalui analisis ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda yaitu daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Berdasarkan Tabel 31 bahwa rata-rata laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Ciamis tahun adalah sebesar 4,99 dan rata-rata PDRB per kapita sebesar Maka berdasarkan tabel tersebut dapat kita klasifikasikan mengenai daerah maju, maju tapi tertekan, berkembang dan daerah relatif terbelakang. Hasilnya terlihat pada Gambar 15. Tabel 31 Rata-rata Laju Pertumbuhan PDRB dan PDRB Perkapita Kab. Ciamis Tahun WP Kecamatan Rata-rata LPE Rata-rata PDRB per (%) Kapita Panumbangan ,643,169 Panawangan ,085,762 Sukamantri ,479,496 Panjalu ,074,068 Jatinagara ,941,287 Cipaku ,204,801 Lumbung ,010,262 Kawali ,875,855 Cihaurbeuti ,374,748 Sadananya ,401,630 Utara Sindangkasih ,162,167 Ciamis ,619,017 Baregbeg ,037,613 Cijeunjing ,456,541 Cikoneng ,781,035 Sukadana ,296,920 Tambaksari ,964,287 Cisaga ,944,035 Rajadesa ,666,997 Rancah ,628,710 Lakbok ,039,425 Mangunjaya ,848,925 Purwadadi ,510,656 Banjarsari ,943,154 Tengah Padaherang ,152,363 Cimaragas ,822,312 Cidolog ,208,553 Langkaplancar ,722,500 Pamarican ,065,827 Kalipucang ,454,946 Pangandaran ,198,309 Cigugur ,002,575 Selatan Sidamulih ,023,424 Parigi ,661,404 Cimerak ,457,066 Cijulang ,576,982 Kabupaten Ciamis ,667,124 Sumber: BPS Kabupaten Ciamis 2011 (Data diolah) LPE: Laju Pertumbuhan Ekonomi

16 Identifikasi Tingkat Kesenjangan Indeks Kesenjangan Indeks Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika dihasilkan sama dengan nol berarti tidak adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah, sedang indeks lebih besar dari nol menunjukan adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar wilayah dalam suatu wilayah yang lebih luas. Analisis ini menggunakan data PDRB dan jumlah penduduk tengah tahun tiap kecamatan di Kabupaten Ciamis pada tahun terlihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil analisis tersebut dari tahun terlihat mengalami peningkatan yaitu 0,24 pada tahun 2006 kemudian menjadi 0,27 pada tahun Akan tetapi pada tahun 2007 meningkat tajam menjadi 0,28 terutama WP Selatan 0,41 dan tahun 2008 turun menjadi 0,25 hingga kemudian naik kembali hingga tahun 2010 menjadi 0,27. Berarti tingkat kesenjangan yang semakin besar baik dalam perincian setiap WP maupun Kabupaten yang tersirat pada Tabel 32 serta Gambar 16. Tabel 32 Indeks Williamson wilayah pengembangan di Kabupaten Ciamis tahun WP Vw Utara Tengah Selatan Kabupaten Sumber: BPS Kab. Ciamis2011 (Diolah) WP Utara WP Tengah WP Selatan Kabupaten Vw (Indeks Williamson) Gambar 16 Diagram indeks Williamson

17 84 Bila dilihat dari wilayah pengembangan (WP) di Kabupaten Ciamis dalam kurun waktu yang sama terlihat bahwa tingkat kesenjangan tertinggi ada pada WP Utara diikuti WP Selatan baru kemudian WP Tengah Pergeseran Lokasi Pemusatan Wilayah Dengan menggunakan software Arc GIS maka peta dalam bentuk SHP kita bisa melihat dan menentukan polygon masing-masing kecamatan serta menentukan titik tengah (mean centre) Xć dan Yć dari kecamatan tersebut yang dilihat pada Gambar 17. Untuk mean centre Kabupaten Ciamis berada pada Kecamatan Cidolog dengan kordinat X c = 22, dan Y c = 89, Berikut mean centre dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Ciamis yang dijelaskan pada Tabel 33. Tabel 33 Mean Centre Kecamatan di Kabupaten Ciamis No Nama Kecamatan Centroid Xć Yć 1 Panumbangan 10, , Panawangan 18, , Sukamantri 13, , Panjalu 13, , Jatinagara 20, , Cipaku 17, , Lumbung 16, , Kawali 16, , Cihaurbeuti 9, , Sadananya 14, , Sindangkasih 10, , Ciamis 16, , Baregbeg 17, , Cijeunjing 20, , Cikoneng 13, , Sukadana 22, , Tambaksari 27, , Cisaga 26, , Rajadesa 22, , Rancah 24, , Lakbok 33, , Mangunjaya 35, , Purwadadi 33, , Banjarsari 28, , Padaherang 35, , Cimaragas 22, , Cidolog 21, , Langkaplancar 22, , Pamarican 26, , Kalipucang 36, , Pangandaran 32, , Cigugur 20, , Sidamulih 30, , Parigi 25, , Cimerak 18, , Cijulang 21, , Sumber: Dinas Tata Ruang Kab. Ciamis (Diolah) Berdasarkan hasil penghitungan atas dasar mean centre (Xć dan Yć) dan variabel yang yang dipakai adalah Penduduk (Z 1 ) dan PDRB (Z 2 ) dari tahun hasil (X m dan Y m ) dapat dilihat pada Tabel 34 dan lampiran 9.

18 85 Gambar 17 Peta Centroid kecamatan di Kabupaten Ciamis Tabel 34 Nilai kordinat X m dan Y m Penduduk dan PDRB Kabupaten Ciamis tahun Tahun WP Titik Kordinat Penduduk (Xm) Penduduk (Ym) PDRB (Xm) PDRB (Ym) Utara 17, , , , Tengah 29, , , , Selatan 27, , , , Kab. Ciamis 22, , , , Utara 17, , , , Tengah 29, , , , Selatan 27, , , , Kab. Ciamis 22, , , , Utara 17, , , , Tengah 29, , , , Selatan 26, , , , Kab. Ciamis 22, , , , Utara 17, , , , Tengah 29, , , , Selatan 26, , , , Kab. Ciamis 22, , , , Utara 17, , , , Tengah 29, , , , Selatan 27, , , , Kab. Ciamis 22, , , , Sumber: Bappeda Kab. Ciamis (Diolah)

19 86 Pada masing-masing nilai X m dan Y m baik untuk Penduduk maupun PDRB Kabupaten Ciamis dari tahun relatif tetap yaitu rata-rata X m = ,64 dany m = ,74 untuk Penduduk serta X m = ,02 dany m = ,88 untuk PDRB berada pada Kecamatan Cimaragas (WP Tengah)yang berarti ke arah utara. Berikut perinciannya: Spatial Mean tahun 2006, untuk Penduduk nilai X m = ,72 dan Y m = ,34 serta untuk PDRB nilai X m = ,71 dan Y m = ,88 Spatial Meantahun 2007, untuk Penduduk nilai X m = ,50 dan Y m = ,41 serta untuk PDRB nilai X m = ,93 dan Y m = ,38 Spatial Mean tahun 2008, untuk Penduduk nilai X m = ,75 dan Y m = ,46serta untuk PDRB nilai X m = ,67 dan Y m = ,96 Spatial Mean tahun 2009, untuk Penduduk nilai X m = ,51 dan Y m = ,03 serta untuk PDRB nilai X m = ,87 dan Y m = ,73 Spatial Meantahun 2010, untuk Penduduk nilai X m = ,73 dan Y m = ,45 serta untuk PDRB nilai X m = ,92 dan Y m = ,45 Untuk melihat letak titik kordinat tersebut lebih jelas dapat kita lihat melalui Gambar 18. Gambar 18 Titik kordinat X m dan Y m pada peta di Kabupaten Ciamis

20 87 Pada WP Utara, centroid WP Utara Kabupaten Ciamis berada pada Kecamatan Cipaku dengan kordinat X c = 18, dan Y c = 100, Kordinat X m dan Y m Penduduk dan PDRB tahun rata-rata juga berada pada Kecamatan Cipaku akan tetapi arah pergerakannya ke arah Barat Daya, seperti terlihat pada Gambar 19. Gambar 19 Titik kordinat X m dan Y m WP Utara pada peta di Kabupaten Ciamis Pada WP Tengah,untuk centroid WP Tengah Kabupaten Ciamis berada pada Kecamatan Banjarsari dengan kordinat X c = 29, dan Y c = 85, Kordinat X m dan Y m Penduduk dan PDRB tahun rata-rata berada pada Kecamatan Banjarsariakan tetapi arah pergerakannya ke arah Utara, seperti terlihat pada Gambar 20. Gambar 20 Titik kordinat X m dan Y m WP Tengah pada peta di Kabupaten Ciamis

21 88 Pada WP Selatan,untuk centroid WP Selatan Kabupaten Ciamis berada pada Kecamatan Cijulang dengan kordinat X c = 22, dan Y c = 75, Kordinat X m dan Y m Penduduk dan PDRB tahun rata-rata berada pada Kecamatan Parigi akan tetapi arahnya ke arah Timur Laut, seperti terlihat pada Gambar 21. Gambar 21 Titik kordinat X m dan Y m WP Selatan pada peta di Kabupaten Ciamis 5.4 Faktor Penyebab Kesenjangan Menurut Iriawan dan Astuti (2006) dalam Rahman (2009), analisis regresi dalam berbagai penelitian sangan berguna untuk mengukur kekuatan hubungan antara variable respon/ penjelas (dependent) dengan variabel penduga (independent). Mengetahui pengaruh suatu atau beberapa variabel penduga terhadap variabel penjelas dan memprediksi pengaruh suatu variabel atau beberapa variabel penduga terhadap variabel penjelas. Dalam pemodelan ekonometrika, terdapat beberapa faktor yang dianggap menjadi sumber kesenjangan. Penjelasan untuk variabel penjelas (Y) adalah Indeks Williamson dengan perincian data mulai tahun (WP; Utara, Tengah dan Selatan). Untuk variabel penduganya/ peubah bebas (X) sebanyak 7 peubah bebas kesenjangan; PDRB per Kapita (X 1i ), Rasio jumlah Penduduk dengan luas wilayah (X 2i ), Rasio bangunan SD dengan penduduk (X 3i ), Rasio bangunan SMP dengan penduduk (X 4i ),Rasio bangunan SMA dengan penduduk (X 5i ),Rasio Puskesmas dengan penduduk (X 6i ),Rasio Pasar dengan penduduk (X 7i ) dengan model regresi sebagai berikut: Y i = β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i + β 4 X 4i + β 5 X 5i + β 6 X 6i + β 7 X 7i + ε i. Tabel 35 merupakan penjelasan variabel-variabel persamaan regresi diatas.

22 89 Tabel 35 Data (Y) dan (X) Wilayah Pengembangan (WP) Kabupaten Ciamis tahun Tahun WP Vw PDRB/ Kapita Pddk dgn Luas Wlyh (Jiwa/KM2) Rasio SD dgn pddk Rasio SMP dgn pddk Rasio SMA dgn pddk Rasio Puskesmas dgn pddk Rasio Pasar dgn pddk 2006 Utara Tengah Selatan Utara Tengah Selatan Utara Tengah Selatan Utara Tengah Selatan Utara Tengah Selatan Sumber: Bappeda Kab. Ciamis 2011 (Diolah) Hasil analisis regresi berganda mengenai faktor penyebab kesenjangan pembangunan antara wilayah pengembangan di Kabupaten Ciamis akan dijelaskan pada Tabel 36, sedangkan hasil analisis secara rinci ditunjukkan pada lampiran 10. Tabel 36 Analisis regresi berganda faktor kesenjangan pembangunan antar WP di Kabupaten Ciamis Variabel Koefisien t-stat Prob (t-stat) Constant PDRB per Kapita Rasio Pddk dgn Luas Wlyh Rasio SD dgn Pddk Rasio SMP dgn Pddk Rasio SMA dgn Pddk Rasio Puskes dgn Pddk Rasio Pasar dgn Pddk R F-stat 12.7 Prob (F-stat) Sumber: Hasil Perhitungan 2012

Sekapur Sirih. Ciamis, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. Ir. Gandjar Rachman

Sekapur Sirih. Ciamis, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. Ir. Gandjar Rachman Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

bahwa penataan daerah pemilihan pada kabupaten induk dan pembentukan daerah pemilihan pada kabupaten pemekaran dalam penataan keanggotaan

bahwa penataan daerah pemilihan pada kabupaten induk dan pembentukan daerah pemilihan pada kabupaten pemekaran dalam penataan keanggotaan KOMIS! PEtfllLlllAN utiluh KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 61 1/Kpts/KPU/TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR: 104/Kpts/KPU/TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Wilayah Perkembangan wilayah merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI, KESEMPATAN KERJA DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

STRUKTUR EKONOMI, KESEMPATAN KERJA DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH STRUKTUR EKONOMI, KESEMPATAN KERJA DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Suhartono (tono@ut.ac.id) Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka ABSTRACT The purpose of article is to analyze the potential

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Perubahan penutupan/penggunaan lahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan dalam proses pembangunan, dimana kebutuhan akan lahan selalu meningkat setiap tahunnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Matrik Kebutuhan Data, Metode, Jenis dan Sumber Data

LAMPIRAN. Lampiran 1. Matrik Kebutuhan Data, Metode, Jenis dan Sumber Data LAMPIRAN Lampiran 1. Matrik Kebutuhan Data, Metode, Jenis dan Sumber Data No Kebutuhan Data Metode Jenis Data Sumber Data 1 Konteks Umum Lokasi Studi Dokumen, Interview, Pengamatan Lapang Primer, Sekunder

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah 44 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah Kesenjangan ekonomi antar wilayah dapat ditentukan menggunakan indeks Williamson yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 46 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kabupaten Ciamis Posisi geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20 sampai dengan 108 40 Bujur Timur dan 7 40 20 sampai dengan 7 o 41 20

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pendapatan suatu pembangunan perekonomian di Indonesia, tentunya diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09

Lebih terperinci

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : 2011-2012 No. Provinces and Groups of Participants Training Dates and Places Number and Origins of Participants Remarks

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat 13.000 Kota. Jakarta Pusat Jakarta Pusat 13.000 Tidak Ada Other Kota. Jakarta Selatan Jakarta

Lebih terperinci

Short Quiz. TIME LIMIT: 10 minutes

Short Quiz. TIME LIMIT: 10 minutes Short Quiz 1. Sebutkan minimum 5 informasi yg Anda peroleh dari gambar di samping? 2. Sebutkan peubah apa saja yg diamati pada kasus ini? 3. Sebutkan skala pengukurannya. 4. Berikan komentar Anda secara

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 1 (1) (2012) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN DALAM KAWASAN BARLINGMASCAKEB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota eranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Batasan Kawasan Joglosemar Joglosemar (Yogyakarta-Solo-Semarang) yang dikembangkan selama ini hanya meliputi dua kota besar di Provinsi Jawa Tengah dan satu kota di Provinsi DIY. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi mengharuskan Indonesia dituntut untuk siap bersaing dengan negara-negara lain. Agar mampu bersaing Indonesia harus memantapkan terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Pertemuan III Statistika Dasar (Basic Statistics)

Pertemuan III Statistika Dasar (Basic Statistics) Pertemuan III Statistika Dasar (Basic Statistics) Jika punya data mengenai daya hidup dari baterai HP merk XXX Dimana lokasi atau pusat dari data? ukuran pemusatan Seberapa besar variasi dari data ukuran

Lebih terperinci

Jumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548

Jumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548 4. Kota Bekasi 23 109 5. Kota Bekasi 10 110 6. Kabupaten Purwakarta 17 111 7. Kabupaten Bandung 43 112 8. Kodya Cimahi 3 113 9. Kabupaten Sumedang 26 114 10. Kabupaten Garut 39 115 11. Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

Metode Statistika STK211/ 3(2-3)

Metode Statistika STK211/ 3(2-3) Metode Statistika STK211/ 3(2-3) Pertemuan III Statistika Deskripsi dan Eksplorasi (2) Septian Rahardiantoro - STK IPB 1 Misalkan diketahui data sebagai berikut Data 1 No Jenis Kelamin Tinggi Berat Agama

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 70 HASIL DAN PEMBAHASAN Dinamika Pertumbuhan Penduduk dan Ekonomi Pulau Jawa serta Share-nya dalam Konteks Nasional dari Waktu ke Waktu Dinamika Pertumbuhan Penduduk Pulau Jawa Pertumbuhan penduduk dianggap

Lebih terperinci

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah, No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab analisis dan pembahasan ini akan jelaskan tentang pola persebaran jumlah penderita kusta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian dilanjutkan dengan pemodelan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Penghitungan kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013 yang seluruh data keuangannya telah di terbitkan dan dilaporkan kepada

Lebih terperinci

Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Energi dan Sumberdaya Mineral. Sekretariat. Bidang Bina Marga. Bidang PSDA Bidang Geologi Sumber Daya Mineral

Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Energi dan Sumberdaya Mineral. Sekretariat. Bidang Bina Marga. Bidang PSDA Bidang Geologi Sumber Daya Mineral Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Energi dan Sumberdaya Mineral Sekretariat Bidang Bina Marga Bidang PSDA Bidang Geologi Sumber Daya Mineral Bidang Energi & Ketenagalistrikan UPTD : 1. UPTD Wilayah Ciamis

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh 3) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh.

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh 3) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh. ANALISIS PEMASARAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Kridamulya Desa Sukamulya Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis) Oleh: Iyan Maulana 1, Dini Rochdiani 2, Djafar Shiddiq

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S -- BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Letak dan Luas Wilayah Jawa Tengah terletak di antara 108 30 B.T -- 111 30 B.T dan 6 30 L.S -- 8 30 L.S. Propinsi ini terletak di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN KESENJANGAN PEMBANGUNAN DALAM WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT PUJI WIJANARKO

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN KESENJANGAN PEMBANGUNAN DALAM WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT PUJI WIJANARKO ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN KESENJANGAN PEMBANGUNAN DALAM WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT PUJI WIJANARKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Pendapat Sukmadinata (2012: 56) penelitian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Profil Wilayah Kabupaten Ciamis 1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dan memiliki luas sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

-1- BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

-1- BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH -1- BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang :

Lebih terperinci

25/09/2013. Metode Statistika (STK211) Pertanyaan. Modus (Mode) Ukuran Pemusatan. Median. Cara menghitung median contoh

25/09/2013. Metode Statistika (STK211) Pertanyaan. Modus (Mode) Ukuran Pemusatan. Median. Cara menghitung median contoh Metode Statistika (STK11) Pertanyaan Jika punya data mengenai daya Pertemuan III Statistika ti tik Dasar (Basic Statistics) ti ti hidup dari baterai HP merk XXX Dimana lokasi atau pusat dari data? ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PAKAN DI KABUPATEN CIAMIS

PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PAKAN DI KABUPATEN CIAMIS Jurnal Pengelolaan Alam dan Lingkungan Vol. 5 No. 1 (Juli 2015): 42-50 PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PAKAN DI KABUPATEN CIAMIS Maize Cluster Development Planning As

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

Metode Statistika (STK211) Statistika Deskriptif (2) Dr. Ir. Kusman Sadik Dept. Statistika IPB, 2015

Metode Statistika (STK211) Statistika Deskriptif (2) Dr. Ir. Kusman Sadik Dept. Statistika IPB, 2015 Metode Statistika (STK211) Statistika Deskriptif (2) Dr. Ir. Kusman Sadik Dept. Statistika IPB, 2015 1 Pertanyaan Jika kita punya data mengenai daya hidup dari baterai Laptop merk XXX Dimana lokasi atau

Lebih terperinci

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015 KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan

Lebih terperinci

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN

Lebih terperinci

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang

Lebih terperinci