A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. LATAR BELAKANG PENELITIAN"

Transkripsi

1 ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Maret 2010 Nama : Vina Luthfiana Npm : Judul : Kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Bibliografi 39 ( ) Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk memperoleh mata pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Dalam bekerja setiap individu pasti akan melakukan suatu usaha agar dapat terus bersaing dalam berkarir, maka seorang pekerja dituntut untuk lebih efisien, dan efektif demi meningkatkan produktivitas kerjanya. Pada bidang jurnalistik produktivitas kerja yang tinggi juga merupakan hal penting yang wajib dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan. Manajemen waktu merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam jenis pekerjaan jurnalistik dengan waktu kerja yang fleksibel, karena dengan melakukan manajemen waktu tersebut dapat mengontrol diri terhadap kekurangan-kekurangan seorang wartawan dalam bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi sederhana. Subjek dalam penelitian ini adalah wartawan harian redaksi Radar Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur skala manajemen waktu dan form penilaian produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang diperoleh selama 1 bulan dari redaksi untuk mengukur produktivitas kerja. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Peran manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan ditemukan hanya 3% sedangkan 97% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain, kemudian dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa manajemen waktu subjek dalam penelitian berada pada kategori tinggi. Kata Kunci : manajemen waktu, produktivitas kerja, wartawan. A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian pada era globalisasi, maka meningkat pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia dalam setiap aspek kehidupannya. Kebutuhan terpenting dan utama bagi manusia adalah kebutuhan untuk bertahan hidup (Herimanto dan Winarno, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam mempertahankan hidupnya, manusia berusaha untuk mengaktualisasikan segenap potensi yang ada dalam dirinya dan berupaya melakukan berbagai macam aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu cara untuk memenuhi setiap kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan bekerja. Bekerja merupakan cara yang digunakan bagi individu untuk 1

2 memperoleh mata pencaharian demi kelangsungan hidupnya. Braude (dalam Suwandi, 1997) mengatakan bahwa bekerja merupakan apa yang dilakukan setiap individu untuk dapat bertahan hidup. Dalam bekerja setiap individu pasti akan melakukan suatu usaha untuk bertahan dan meningkatkan kinerja di dalam pekerjaannya. Forsyth (2009) memaparkan bahwa agar dapat bertahan dan terus bersaing dalam berkarir (bekerja), maka setiap individu dituntut untuk lebih produktif, efisien, dan efektif dalam suatu bidang yang ditekuni. Hal ini disebabkan karena pada tiap aspek pekerjaan menuntut individu untuk bekerja dengan giat guna menghasilkan kinerja yang maksimal dalam memperoleh suatu keluaran (output) baik itu berupa barang atau jasa (Forsyth, 2009). Bekerja secara produktif, efisien dan efektif, maka individu dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sarana dan prasarana yang telah disediakan serta menghasilkan kinerja yang optimal dan dengan demikian dapat tercapailah tingkat produktivitas yang tinggi. Menurut Siagian (dalam Anoraga, 2005) produktivitas kerja dapat diartikan sebagai kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal. Oleh karena itu produktivitas dapat tercapai apabila seorang individu dapat melakukan suatu pekerjaan dengan maksimal dan memiliki kemampuan yang baik dalam memanfaatkan fasilitas yang diberikan untuk memperoleh suatu hasil yang optimal. Peningkatan produktivitas kerja dapat terjadi di setiap bidang pekerjaan dan organisasi, baik yang berhubungan dengan bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, organisasi bisnis, nirlaba, keagamaan dan kenegaraan (Siagian, 2002). Seperti bidang-bidang lain yang telah disebutkan, dalam bidang jurnalistik produktivitas kerja yang baik juga merupakan hal penting yang wajib dimiliki oleh para jurnalis atau wartawan. Mc Dougall (dalam Mondry, 2008) mengemukakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan berita secara akurat. Individu yang bekerja dalam bidang jurnalistik disebut dengan jurnalis atau wartawan. Tugas seorang jurnalis atau wartawan adalah untuk memunculkan informasi berita bagi masyarakat melalui media cetak atau elektronik (Mondry,2008). Berbeda dengan jenis pekerjaan di bidang lain yang sifatnya monoton dan memiliki batasan baik dari segi waktu kerja maupun tugas kerjanya seperti pekerja di bidang perkantoran, para pekerja di bidang jurnalistik tidak memiliki batasan waktu kerja yang pasti (Mondry, 2008). Dengan memiliki tingkat fleksibilitas waktu kerja yang tinggi tersebut, mereka dituntut untuk selalu dinamis dalam bekerja. Karena bagi wartawan, dalam menghasilkan berita-berita yang akurat, terbaru dan menarik bagi penerima informasinya 2

3 mereka harus bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Waktu kerja yang tidak menentu tersebut dapat menimbulkan dampak yang baik dan buruk bagi pekerja, seperti dikatakan Raharyanti (2008) bahwa dampak positif yang ditimbulkan dari cara kerja dengan waktu yang fleksibel antara lain dapat merekrut anggota yang berkualitas yang tidak terikat dengan jam kerja, dapat berimprovisasi diri untuk mengefektifkan waktu sehingga sangat mengurangi masalah dengan keterlambatan dan ketidakhadiran. Selain itu dampak positif lain yang timbul adalah rasa komitmen dan tanggung jawab yang lebih baik, serta anggota dapat membuka jaringan yang lebih luas untuk kepentingan organisasi sehingga mereka menjadi lebih produktif. Sedangkan dampak negatif yang timbul akibat adanya waktu kerja yang fleksibel adalah jika skema perencanaan tidak dikuasai secara sensitif, maka akan menjadi beban dan terjebak dengan masalah pengaturan waktu, sehingga ia tidak bisa membatasi kapan waktu untuk libur dan kapan untuk bekerja (Raharyanti, 2008). Maka untuk menghindari dampak negatif yang terjadi diperlukan manajemen waktu yang baik. Menurut Forsyth (2009) manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga produktivitas. Dengan manajemen waktu, individu dapat memprioritaskan kegiatan yang sebenarnya memiliki konsekuensi tinggi untuk dituntaskan tetapi cenderung ditunda-tunda penyelesaiaannya. Selain itu dengan belajar mengatur waktu secara baik individu dapat belajar mengesampingkan kegiatan-kegiatan yang memiliki tingkat tanggung jawab kecil namun seringkali menarik untuk dituntaskan terlebih dahulu. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Forsyth (2009) dapat dikatakan manajemen waktu sangat dibutuhkan dalam bidang pekerjaan jurnalistik, karena bidang jurnalistik sangat terkait dengan waktu pemberitaan (deadline) yang harus diterima redaksi untuk disampaikan kepada masyarakat. Wartawan yang memiliki kemampuan mengelola waktu dengan baik dapat mengoptimalkan cara kerjanya dengan waktu yang diberikan untuk mencari berita dengan akurat, mereka tidak akan melewatkan sumber informasi penting, mencari kepastian dan kebenaran tentang suatu informasi secara cepat dan kemudian diolah untuk diserahkan pada redaksi untuk diterbitkan. Hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi pada wartawan juga dapat memberikan keuntungan yang besar bagi redaksi yang mencetak berita (Mondry, 2008). Cara kerja yang cepat, tepat dan akurat dapat memberikan suatu keuntungan bagi kedua belah pihak antara perusahaan dan pekerja sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang baik pula (Anoraga, 2005). Lain halnya dengan wartawan yang tidak memiliki kemampuan dalam melakukan manajemen waktu, mereka akan bekerja dengan santai tanpa memilah mana pekerjaan yang 3

4 harus diselesaikan dengan segera dan pekerjaan yang memiliki kualitas yang rendah untuk diselesaikan. Sikap seperti tak acuh tersebut akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi pekerjaannya, pemberitaan yang seharusnya sampai kepada masyarakat dengan tepat waktu menjadi terlambat sehingga dapat merugikan pihak perusahaan (kantor redaksi). Hal itu berarti kinerja seorang wartawan buruk yang akan mengakibatkan produktivitas kerjanyanya menurun. Pekerjaan yang sangat fleksibel tersebut dapat mempengaruhi hasil kerja yang diperoleh seorang wartawan. Wartawan yang memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik maka ia akan berusaha menyusun dan menjalankan tugasnya sesuai dengan arah yang telah dibuat, sehingga pekerjaan tidak terlantar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Begitu pula sebaliknya wartawan yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, setiap pekerjaan yang dikerjakan akan terbengkalai karena individu tersebut tidak dapat mengatur pekerjaan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu dan mana yang dikerjakan kemudian. Oleh karena itu dengan memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja wartawan itu sendiri. Melihat latar belakang dari cara kerja wartawan yang fleksibel dengan segala tuntutan kerjanya maka manajemen waktu sangat diperlukan dalam bidang pekerjaan jurnalistik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar sumbangan manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris peran manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi perkembangan ilmu Psikologi Industri dan Organisasi dengan memberikan data empiris mengenai peran manajemen waktu terhadap produktifitas kerja. Disamping itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang jurnalistik dalam merekrut karyawan. Demikian pula bagi wartawan yang memiliki fleksibilitas waktu kerja untuk memanfaatkan waktu 4

5 agar lebih efektif dengan melakukan manajemen waktu sehingga memberikan produktivitas kerja yang baik. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Produktivitas Kerja Menurut Sedarmayanti (2004) produktivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu product : result, outcome kemudian berkembang menjadi productive yang berarti menghasilkan, maka produktivitas dapat diartikan sebagai kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu. Produktivitas sendiri dapat berhubungan dengan sesuatu yang bersifat material dan non material, baik yang dapat dinilai maupun yang tidak dapat dinilai dengan uang. Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep, menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk (barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja. Istilah produktivitas identik dengan istilah lain seperti kinerja dan efektivitas, serta memberi label atau indikator terhadap istilah produktivitas dengan output, kualitas, dan lain-lain. Produktivitas kerja merupakan ukuran dari keluaran (output) seperti hasil kerja yang berkualitas baik dan berhubungan dengan masukan (input) dari bawahan, material dan peralatan (Cascio, 1998). Produktivitas didefinisikan sebagai fungsi ekonomis yang berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya (Anoraga, 2005). Sedangkan Siagian (dalam Anoraga, 1995) mengemukakan produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal. Menurut Robbins (1993) produktivitas kerja adalah keluaran tiap jam kerja dengan memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan. Produktivitas bukan hanya sebagai hasil usaha manusia saja tetapi merupakan hasil kerja sama semua faktor yang digunakan dalam proses produksi yaitu modal, manusia, teknologi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah hasil keluaran tiap jam kerja yang menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk (barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja. 5

6 2. Dimensi Produktivitas Kerja Beberapa pakar yang meneliti tentang produktivitas kerja mengemukakan pandangan tentang beberapa dimensi yang menunjang tingkat produktivitas kerja. Hendrojuwono (1996) mengemukakan bahwa dimensi tersebut harus selalu dikaitkan dengan keefektifan dan keefisienan tampilan kerja, dalam hal ini tentunya dimensi efektifitas dan efisiensi saling berhubungan. Sehinggga secara ideal dapat dikatakan produktivitas kerja dapat dicapai melalui tampilan kerja yang tinggi (efektivitas) dan disertai rasa puas pada orang yang melaksanakan kerjanya (efisiensi). Menurut Sedarmayanti (2004) mengemukakan dimensi produktivitas kerja terdiri atas : a. Efektivitas adalah seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dan masukan sumber daya yang ada, dengan kata lain seberapa efektif sumber daya yang ada digunakan untuk menghasilkan keluaran yang optimal. Efektivitas berfokus pada keluaran. b. Efisiensi adalah seberapa hemat masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan. Efisiensi berfokus pada masukan. Hasil yang diperoleh (output) dapat berupa barang, jasa, dan kepuasan. Sedangkan sumber kerja yang digunakan (input) dapat berupa tenaga, mesin, bahan, tempat kerja, perlengkapan, tanah, dan gedung. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja memiliki dua dimensi yang dapat menunjang tingkat produktivitas kerja, yaitu dimensi efektivitas dan dimensi efisiensi yang saling berhubungan. Efisiensi adalah seberapa hemat masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan, kemudian efektivitas adalah seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dan masukan sumber daya yang ada untuk menghasilkan keluaran yang optimal. 3. Aspek-aspek produktivitas kerja Menurut Siagian (2002) aspek-aspek produktivitas kerja antara lain yaitu : a. Perbaikan terus-menerus Dalam upaya pencapaian produktivitas kerja, salah satu implikasinya adalah bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terusmenerus. Hal tersebut dikarenakan suatu pekerjaan selalu dihadapkan pada tuntutan yang terus-menerus berubah seiring dengan perkembangan zaman. 6

7 b. Peningkatan mutu hasil pekerjaan Peningkatan mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan, baik berupa barang maupun jasa akan tetapi menyangkut segala jenis kegiatan di mana organisasi terlibat. Hal tersebut mengandung arti, mutu menyangkut semua jenis kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksana tugas pokok maupun pelaksana tugas penunjang dalam organisasi. c. Tugas pekerjaan yang menantang Harus diakui bahwa tidak semua orang dalam bekerja bersedia menerima tugas yang penuh tantangan. Artinya, dalam jenis pekerjaan apapun akan selalu terdapat pekerja yang menganut prinsip minimalis, yang berarti sudah puas jika melaksanakan tugasnya dengan hasil yang sekedar memenuhi standar minimal. Akan tetapi tidak sedikit orang yang justru menginginkan tugas yang penuh tantangan. Tugas-tugas yang bersifat rutinistik dan mekanistik akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan yang pada gilirannya berakibat pada sering terjadinya kesalahan, mutu hasil pekerjaan rendah. d. Kondisi fisik tempat bekerja Telah umum diakui baik oleh para pakar maupun oleh para praktisi manajemen bahwa kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan diperlukan dan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan produktivitas kerja. Sedangkan Amrun (2008) mengemukakan aspek-aspek produktivitas kerja meliputi : a. Pemahaman substansi dasar tentang bekerja. b. Sikap terhadap karyawan. c. Perilaku ketika bekerja. d. Etos kerja. e. Sikap terhadap waktu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek produktivitas kerja mencakup perbaikan yang terus-menerus dalam bekerja, peningkatan mutu hasil pekerjaan, sikap terhadap karyawan, pemahaman substansi dasar tentang bekerja, etos kerja, perilaku ketika bekerja, menyelesaikan tugas yang menantang, kondisi fisik tempat bekerja, dan sikap terhadap waktu. 7

8 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja Menurut Simanjuntak (dalam Ndraha, 1999) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah : a. Kemampuan dan kualitas kerja karyawan : kemampuan dan kualitas kerja karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman kerja, usia, gender, kepribadian atau kemampuan mental dan kemampuan fisik karyawan. b. Sarana pendukung : meliputi alat-alat dan perlengkapan kerja, seperti mesin-mesin produksi, alat-alat tulis, sampai dengan kacamata, kursi roda, dan tongkat bagi karyawan tertentu yang membutuhkannya. c. Supra sarana : meliputi hal-hal yang berhubungan dengan peraturan pemerintah, undang-undang, perpajakan, status hukum suatu pekerjaan. Sedangkan Anoraga (2005) mengemukakan bahwa terdapat 10 faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, yaitu : a. Pekerjaan yang menarik : apabila seorang karyawan mengerjakan suatu pekerjaan dengan senang atau menarik bagi dirinya, maka hasil pekerjaannya akan memuaskan dikarenakan karyawan tersebut dapat menikmati pekerjaannya. b. Upah yang baik : pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dengan terpenuhinya upah yang baik maka rasa kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan semakin terasa, sehingga ada rasa timbal balik yang selaras terhadap pekerjaannya. c. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan : untuk pekerjaan tertentu yang berhubungan langsung dengan fisik sangat diperlukan keamanan dan perlindungan dalam bekerja, sehingga dapat mengurangi rasa kekhawatiran dalam bekerja. Dengan terpenuhinya jaminan atas pekerjaan maka dalam bekerja tidak akan ada lagi peragaan ragu dan karyawan pun dapat bekerja dengan maksimal. d. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan : dengan memberitahu betapa sangat pentingnya pekerjaan tersebut dan kegunaan dari hasil produk yang dikerjakannya baik dengan cara langsung menunjukan kegunaannya ataupun dengan cara memberikan contoh, maka dalam mengerjakan pekerjaannya seorang karyawan akan lebih meningkatkan produktivitas kerjanya karena terciptanya rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya. e. Lingkungan atau suasana kerja yang baik : lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak, baik pada para pekerja, pimpinan ataupun pada hasil pekerjaannya. 8

9 f. Promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan perkembangan perusahaan: seorang pekerja akan merasa bangga bila perusahaan dimana ia bekerja mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga seorang pekerja akan menjaga citra baik di dalam perusahaan atau diluar pekerjaannya. g. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi : dengan adanya keterlibatan dalam organisasi dimana para pekerja tetap itu bekerja, maka seorang pekerja akan merasakan bahwa dirinya bener-benar dibutuhkan dalam perusahaan. Oleh karena itu dengan timbulnya rasa tersebut seorang pekerja akan lebih meningkatkan produktivitas kerjanya karena jika produktivitasnya menurun akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, dengan ruginya perusahaan seorang pekerja pun akan merasakan dampak kerugiannya. h. Pengertian dan simpati atas persoalan pribadi : dengan adanya rasa pengertian dan perhatian dari pemimpin terhadap karyawannya, maka hal tersebut akan mendorong motivasi pekerja untuk lebih giat lagi dalam bekerja karena terciptanya rasa kekeluargaan antara pemimpin dan pekerja. i. Kesetiaan pimpinan pada diri pekerja : kesetiaan pimpinan pada diri pekerja merupakan dasar rasa kepercayaan pekerja terhadap perusahaan dimana ia bekerja. Kesetiaan pimpinan merupakan suatu wibawa dari perusahaan. j. Disiplin kerja yang keras : disiplin kerja yang terlalu keras akan mengakibatkan seorang pekerja terkekang dan tidak merasakan kenyamanan dalam bekerja. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (dalam Sedarmayanti, 2001) terdapat 6 faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja, antara lain : a. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas, dan bekerja dalam satu tim. b. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterempilan dalam teknik industri. c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan panitia mengenai kerja unggul. d. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. e. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. 9

10 f. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam usaha Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan dan kualitas kerja karyawan, sarana pendukung, supra sarana, pekerjaan yang menarik, upah yang baik, keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan, suasana kerja yang baik, promosi dan perkembangan diri pekerja sejalan dengan perkembangan perusahaan, merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi, pengertian dan simpati atas persoalan pribadi, disiplin kerja yang keras, tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri, hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi, manajemen produktivitas kerja, efisiensi tenaga kerja, dan kewiraswastaan. 5. Metode pengukuran produktivitas kerja Ghiselli & Brown (1955) mengemukakan bahwa pengukuran produktivitas kerja menyangkut (output) yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, alat untuk mengukur produktivitas kerja yaitu : a. Pengukuran kuantitas dan kualitas, yang didasari pada jumlah produksi dan mutu serta keahlian kerja. b. Tes contoh pekerjaan yang digunakan untuk mengukur hambatan-hambatan dalam produksi. Tujuan penggunaan alat ini untuk mempertimbangkan secara tepat bagaimana agar pekerjaan itu dapat dilakukan sebaik-baiknya. c. Lamanya jabatan, diukur berdasarkan lamanya seseorang memegang suatu jabatan untuk mengukur kemampuan kerjanya. d. Lamanya latihan yang dibutuhkan, diukur dengan membandingkan penyelesaian tugas dalam waktu jangka pendek dan dalam waktu jangka panjang. e. Penilaian pengawasan (rating by supervisor), pengukuran dengan menunjuk seorang pengawas (supervisor). Sedangkan dalam hal pengukuran produktivitas menurut Sedarmayanti (2004) dapat diukur dari dua hal, yaitu : a. Produktivitas yang diukur dengan nilai uang Produktivitas dapat dikatakan akan lebih tinggi apabila : pertama hasil yang diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang dipergunakan atau 10

11 output lebih banyak, sedangkan biaya tetap atau sama atau berkurang. Kemudian yang kedua output tetap atau sama sedangkan biaya berkurang. Sebaliknya produktivitas dikatakan berkurang apabila hasil yang diperoleh lebih kecil daripada sumber kerja yang dipergunakan. Oleh karena itu tolak ukurnya adalah uang. Selanjutnya hasil yang dicapai tidak sekedar dihitung dari jumlah dan mutu sesuatu yang dihasilkan, tetapi dari segi banyaknya yang dimanfaatkan oleh konsumen. Dengan demikian produktivitas kerja dipengaruhi oleh pemasaran hasil yang dicapai atau tingkat pemanfaatan sesuatu yang dihasilkan harus bernilai ekonomis dalam arti dapat dipasarkan pada masyarakat. b. Produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel sebagai tenaga kerja. Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan metode atau cara kerja dan alat yang tersedia, sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Hasil yang diperoleh bersifat non material yang tidak dapat dinilai dengan uang, sehingga produktivitas hanya dapat digambarkan melalui efisiensi personel dalam melaksanakan tugas pokoknya. Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa metode pengukuran produktivitas kerja dapat diukur menggunakan lamanya latihan yang dibutuhkan, lamanya jabatan, pengukuran kuantitas dan kualitas yang didasari pada jumlah produksi dan mutu serta keahlian kerja, tes contoh pekerjaan yang digunakan untuk mengukur hambatan-hambatan dalam produksi, produktivitas yang diukur dengan nilai uang, produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi) penggunaan personel sebagai tenaga kerja 6. Penilaian Produktivitas Kerja Untuk melihat tingkat produktivitas kerja karyawan dibutuhkan penilaian khusus terhadap hasil kerja yang diperoleh seorang karyawan, penilaian tersebut dapat dilakukan oleh atasan dan rekan kerja. Miner (1992) menyatakan bahwa terdapat dua penilaian produktivitas kerja yang digunakan untuk menilai produktivitas kerja karyawan. Pertama penilaian dari atasan (appraisal by superior), penilaian ini dilakukan oleh atasannya langsung dimana atasan mengobservasi dan melakukan penilaian langsung. Kedua adalah penilaian dari teman kerja (appraisal by peers or 11

12 sub ordinates) dimana karyawan menilai teman kerjanya. Lebih lanjut Robbins (1993) mengemukakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui produktivitas kerja karyawan antara lain, individual task outcomes (penilaian yang dilakukan atasan untuk mengetahui jumlah yang dihasilkan), behaviors (perilaku karyawan dalam bekerja), traits (berhubungan dengan perilaku yang baik, berinisiatif). Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa penilaian produktivitas dapat dilakukan oleh atasan yang disebut dengan appraisal by superior (penilaian yang dilakukan oleh atasan), individual task outcomes (penilaian yang dilakukan atasan untuk mengetahui jumlah yang dihasilkan), appraisal by peers or sub ordinates (penilaian dari teman kerja) dimana karyawan menilai teman kerjanya. B. Manajemen Waktu 1. Pengertian Manajemen Waktu Manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan secara terencana agar individu dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya (Atkinson, 1994). Orr (dalam Atkinson, 1994) mengemukakan bahwa manajemen waktu sebagai kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh manfaat yang maksimal. Lebih lanjut Haynes (1994) menyatakan bahwa manajemen waktu adalah suatu proses pribadi dengan memanfaatkan analisis dan perencanaan dalam menggunakan waktu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Higgins (dalam Atkinson, 1994) mendefinisikan manajemen waktu sebagai proses untuk menjadikan waktu lebih produktif, dengan cara mengatur apa yang dilakukan dalam waktu tersebut. Hal serupa juga dikemukakan oleh Forsyth (2009) mengatakan bahwa manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga produktivitas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu adalah suatu kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal. 12

13 2. Aspek-aspek Manajemen Waktu Menurut Atkinson dkk. (1990), aspek-aspek dalam manajemen waktu mencakup adanya usaha untuk : a. Menetapkan tujuan Bagian utama dari pengelolaan waktu adalah menetapkan tujuan dari hal-hal yang ingin dicapai atau yang akan dikerjakan. Keenan (1995) mengatakan bahwa dengan menetapkan tujuan dapat membantu individu untuk memfokuskan perhatian ke arah tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan merencanakan sesuatu yang harus dikerjakan dalam batasan waktu yang tersedia sehingga dapat mencapai target yang diinginkan. b. Menyusun prioritas Sebelum mengerjakan sesuatu, perlu disusun terlebih dahulu urutan prioritas yang akan dilakukan. Hal tersebut dikarenakan waktu yang tersedia terbatas dan tidak semua pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang sama. Urutan prioritas dibuat berdasarkan peringkat, yaitu dari prioritas yang tertinggi sampai dengan prioritas yang terendah. Urutan prioritas dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal mana yang dirasakan penting, mendesak, dan seharusnya dikerjakan terlebih dahulu sehingga target dapat tercapai sesuai dengan keinginan dalam batas waktu yang ditentukan. Menurut Atkinson (1990), dalam menyusun prioritas dibutuhkan ketelitian tinggi dan kemampuan menyusun strategi agar hasil pokok dan penggunaan waktu dapat tercapai secara maksimal. c. Menyusun jadwal Jadwal adalah daftar kegiatan yang akan dilakukan beserta urutan waktu dalam suatu periode tertentu. Kegiatan dalam menyusun jadwal tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu kegiatan yang bersifat rutin dan kegiatan yang bersifat sementara. Menurut Taylor (1990) fungsi dari pembuatan jadwal adalah agar individu dapat menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kealpaan, dan mengurangi ketergesaan. d. Bersikap asertif Bersikap asertif dapat didefinisikan sebagai ekspresi yang bertanggung jawab dari perasaan dan pikiran seseorang terhadap orang tertentu pada waktu yang tepat (Orr, dalam Haynes 1994). Lebih lanjut Atkinson (1990) menjelaskan bahwa sikap asertif dapat diartikan sebagai suatu sikap tegas untuk berkata, Tidak! atau menolak suatu permintaan maupun tugas dari orang lain dengan cara yang positif 13

14 tanpa harus merasa bersalah atau menjadi agresif. Bersikap tegas dalam hal ini merupakan strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran hak dan memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektifitas penggunaan waktu. Dalam bersikap asertif tetap dibutuhkan suatu pertimbangan yang matang dari segi konsekuensi atau besar kecilnya dampak positif dan negatif yang akan diterima oleh individu. e. Menghindari penundaan Penundaan adalah penangguhan sesuatu hal hingga terlambat dikerjakan, dimana pekerjaan tersebut seharusnya diselesaikan sekarang atau lebih dini lagi (Orr, dalam Haynes 1994). Penundaan dalam melaksanakan tugas dapat menyebabkan ketidakberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, kemudian merusak jadwal kegiatan yang telah disusun dan mengganggu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa hal untuk menghindari penundaan adalah menetapkan apa saja pekerjaan yang lebih utama yang harus dikerjakan, kejelasan sasaran yang ingin dicapai, meningkatkan motivasi diri, adanya rasa percaya diri, dan disiplin dalam mengerjakan tugas (Atkinson, 1990). f. Meminimumkan waktu yang terbuang Pemborosan waktu mencakup segala kegiatan yang menyita waktu dan kurang memberikan manfaat yang maksimal. Hal tersebut sering menjadi penghalang bagi individu untuk mencapai keberhasilannya karena sering membuat individu menunda melakukan kegiatan yang penting, sumber-sumber pemborosan waktu antara lain; menonton televisi, menelepon, perjalanan pulang pergi, melamun, menunggu, dan melayani tamu tak diundang, mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakan orang lain. Kegiatan-kegiatan yang memboros waktu merupakan segala bentuk kegiatan baik pasif maupun aktif yang dilakukan secara berlebihan serta diluar jadwal dan perencanaan. Untuk dapat meminimumkan waktu yang terbuang, pertama-tama individu perlu mengidentifikasikan sumber-sumber pemborosan waktu dan memperkirakan berapa persen waktu dalam sehari yang terbuang untuk kemudian mengambil tindakan guna mengendalikan kegiatan-kegiatan yang menyita waktu (Orr & Tracy, 1997). Menurut Atkinson (1990) peminimuman waktu harus didukung oleh sikap positif serta keinginan untuk mengubah kebiasaan, mempunyai rencana yang tepat, dan membina disiplin pribadi. 14

15 Canfield (1987) dalam teorinya mengemukakan aspek-aspek manajemen waktu mencakup : a. Perencanaan Canfield (1987) mengemukakan bahwa perencanaan diperlukan untuk membuat seseorang tetap pada pilihannya untuk menyeleksi pekerjaan yang ada dengan didorong oleh tekad yang kuat untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Aspek penetapan tujuan ini akan sangat membantu sebagai usaha untuk mencapai sasaran hidup, sasaran hidup yang ingin dicapai tentu saja mencakup kepuasaan dalam bekerja dan peran dalam kehidupan sehari-hari. b. Menetapkan prioritas Menentukan prioritas berarti seseorang berusaha untuk menentukan dari sekian banyak hal yang harus dikerjakan dan mana yang perlu didahulukan berdasarkan tingkat kepentingannya. Sejalan dengan Canfield (1987), Martin & Osborne (1989) mengemukakan bahwa menetapkan prioritas berarti mengidentifikasi sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan mana yang penting yang harus dituntaskan, selain itu penetapan prioritas diperlukan untuk meminimumkan kecenderungan untuk membuang-buang waktu pada kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat. c. Melakukan delegasi Martin & Osborne (1989) mengemukakan delegesi artinya menyerahkan suatu pekerjaan kepada orang lain yang dinilai lebih tepat dan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut. Sehingga waktu yang kita miliki akan lebih efisien, kemudian kita akan lebih dimudahkan untuk melakukan pekerjaan lain yang lebih penting dan perlu dikerjakan dengan menjadikan waktu lebih berproduktif. d. Disiplin diri Disipin diri akan mengarahkan individu untuk berorientasi pada tugasnya sendiri dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menghambat penyelesaian tugas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek manajemen waktu mencakup adanya perencanaan, menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menghindari penundaan, menyusun jadwal, bersikap asertif, meminimumkan waktu yang terbuang, melakukan delegasi, kemudian adanya disiplin diri. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Waktu Macan dkk (dalam Taylor, 1990) mengemukakan bahwa manajemen waktu tiap individu berbeda dengan individu lainnya, hal tersebut dikarenakan adanya faktor- 15

16 faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut : a. Usia Hasil penelitian Macan dkk. (dalam Taylor, 1990) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan manajemen waktu. Semakin tinggi usia seseorang maka semakin baik pula kemampuan manajemen waktunya, sebaliknya semakin rendahnya usia seseorang maka semakin kurang kemampuan manajemen waktunya. b. Jenis kelamin Macan, dkk (Taylor, 1990) juga berpendapat bahwa apabila wanita mempunyai waktu luang, maka wanita lebih suka mengisi waktu luang tersebut dengan melakukan pekerjaan yang ringan daripada bersantai-santai. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hampir seluruh waktunya cenderung digunakan untuk diisi dengan berbagai macam aktivitas. Lebih lanjut Srijanti (2007) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu yaitu : a. Adanya target yang jelas Dengan adanya target pencapaian maka hidup akan lebih terarah dan waktupun dapat diatur dengan sebaik-baiknya. b. Adanya prioritas kerja Individu dapat menjalankan manajemen waktu dengan baik akan mencurahkan seluruh konsentrasi dan energinya untuk mencapai prioritas yang telah ditetapkannya. Adanya prioritas dalam bekerja merupakan salah satu faktor utama yang membuat individu berhasil melakukan pekerjaan dengan baik. c. Penundaan pekerjaan Kebiasaan menunda pekerjaan seringkali menyebabkan kehabisan waktu dan tenaga saat akan mengerjakannya. Sehingga bila dipaksakan melaksanakannya maka hasilnya bukanlah yang terbaik karena dilakukan dengan sia-sia d. Pendelegasian tugas Sifat kurang percaya pada orang lain dan ingin semua pekerjaan selesai dengan sempurna seringkali membuat tersitanya waktu yang kita miliki. Perlu kiranya di ingat bahwa pekerjaan yang dilakukan orang lain mungkin tidak sebaik jika di lakukan sendiri, akan tetapi jika pekerjaan tersebut tidak yang utama kenapa tidak didelegasikan saja pada orang lain dengan tetap diawasi. Hal itu dapat lebih 16

17 meringankan pekerjaan, waktu yang ada dapat di gunakan melakukan pekerjaan lain yang lebih berkualitas disamping dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebahagiaan dan rasa hormat dari orang yang kita kasih tugas. e. Penataan ruang kerja Ruang kerja yang membosankan dapat membuat pekerja kurang merasa nyaman dalam melakukan suatu pekerjaannya sehingga dapat mengakibatkan sulitnya mendapat hasil kerja yang baik. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, adanya target yang jelas, adanya prioritas kerja, penundaan pekerjaan, pendelegasian tugas, penataan ruang kerja. 4. Efek-efek Manajemen Waktu Orr dan Tracy (1997) mengatakan bahwa efek-efek dari manajemen waktu terbagi menjadi 10 macam yaitu : a. Dapat meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin. b. Dapat meningkatkan kualitas kehidupan diluar jam kerja. c. Dapat meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu. d. Dapat meningkatnya kepuasan kerja pada individu. e. Dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan. f. Dapat mengurangi jumlah krisis yang dihadapi individu. g. Menurunnya tingkat stress pada individu. h. Dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan diperolehnya prestasi kerja yang baik. Dapat meningkatkan kecepatan kerja. i. Dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja. Sedangkan Forsyth (2009) mengemukakan bahwa dampak dari penggunaan manajemen waktu, antara lain : a. Memiliki prioritas yang jelas dalam bekerja. b. Dapat mengurangi keterlambatan dan kasalahan dalam bekerja. c. Dapat tepat waktu dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja. d. Memiliki kemampuan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang baik. 17

18 e. Dapat melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang berhubungan dengan waktu sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa begitu banyak efek-efek yang dihasilkan dari penggunaan manajemen waktu antara lain, individu dapat meningkatkan keteraturan hidup, percaya diri dan disiplin, meningkatkan kualitas kehidupan diluar jam kerja, meningkatkan penghasilan (gaji) pada tiap individu, meningkatnya kepuasan kerja pada individu, dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan diperolehnya prestasi kerja yang baik, dapat meningkatkan kecepatan kerja, dapat mengurangi kesalahan yang dibuat dalam pekerjaan, mengurangi jumlah krisis yang dihadapi individu, menurunnya tingkat stress pada individu, memiliki prioritas yang jelas dalam bekerja, memiliki kemampuan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang baik, dapat melatih kebiasaan disiplin untuk hal-hal yang berhubungan dengan waktu sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien. C. Wartawan 1. Pengertian Wartawan Jurnalistik (journalistic) secara harfiah memiliki arti kewartawanan atau kepenulisan. Kata jurnalistik berasal dari kata Latin : diurnalis (Latin), journal (Inggris) atau du jour (Prancis) yang memiliki arti informasi atau peristiwa yang terjadi sehari-hari. Sedangkan jurnalis (wartawan) merupakan seorang pers yang bertugas mencari informasi guna menjadi bahan berita (Mondry, 2008). Jurnalis atau wartawan adalah orang pers memiliki aktivitas mencari, mengolah, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa (Romli, 2004). Nurudin (2009) mengemukakan bahwa wartawan adalah individu-individu yang bekerja mencari, mengolah, mengedit, dan menyiarkan informasi untuk diberitakan pada masyarakat. Wartawan atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita berupa laporan dan tulisannya dikirimkan atau dimuat di media massa secara teratur. Laporan tersebut kemudian dapat dipublikasi dalam media masa seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet ( 18

19 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan jurnalis atau wartawan adalah individu yang bekerja untuk mencari, mengolah, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat melalui media massa. 2. Kode etik Wartawan Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu landasan moral atau etika profesi yang dapat menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan (Nurudin, 2009). Atas dasar tersebut Wartawan Indonesia menetapkan Kode Etik, sebagai berikut : a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. b. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yag etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat. d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan asusila. e. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahkan profesi. f. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan. g. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wartawan memiliki kode etik dalam bekerja yang mencakup menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, menempuh tata cara yag etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi, menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat, tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan asusila, tidak menerima suap, dan tidak menyalahkan profesi, wartawan memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan, kemudian wartawan 19

20 Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab. 3. Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam pembuatan berita Unsur-unsur berita biasanya tidak berdiri sendiri dalam sebuah berita, tetapi dapat lebih dari satu. Semakin banyak unsur yang terdapat dalam berita, tentu berita tersebut semakin baik dan akan semakin menarik (Mondry, 2008). Unsur-unsur tersebut meliputi : a. Akurat atau cermat Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data, seperti angka, nama, maupun pernyataan. Karenanya, seorang wartawan perlu melakukan check dan recheck sebelum menulis berita. b. Lengkap Penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya dengan benar, tetapi bukan berarti menulis berita harus dipanjang-panjangkan karena hal itu tidak efisien. c. Kronologis Berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan lancar, tidak membingungkan pembaca. d. Magnitude (daya tarik) Penulisan berita harus mempertimbangkan daya tariknya. Bila daya tarik informasi yang diperoleh tidak ada, artinya informasi tersebut tidak layak jadi berita. e. Balance (berimbang) Penulisan berita harus berimbang yang diistilahkan cover both side. Artinya, dalam menulis tidak boleh ada pemihakan bila terdapat para pihak yang berbeda. Tidak dibenarkan wartawan menulis berita hanya berdasarkan informasi dari satu pihak saja. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam membuat berita yaitu suatu berita harus ditulis dengan cermat atau akurat, penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya dengan benar, berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan lancar, penulisan berita harus mempertimbangkan daya tariknya, penulisan berita harus berimbang. 20

21 4. Tugas-tugas Wartawan Wartawan adalah orang yang bekerja dan mendapat nafkah sepenuhnya dari media massa. Oleh karena itu seorang wartawan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memproses sebuah berita, tugas dan kewajiban wartawan adalah menyampaikan serta meneruskan informasi atau kebenaran kepada publik tentang apa saja yang perlu diketahui publik. Romli (2004) mengemukakan bahwa tugas-tugas wartawan, sebagai berikut : a. Peliput Seorang wartawan bertugas meliput setiap peristiwa yang terjadi untuk menjadi bahan berita. b. Penyusun Peristiwa yang telah diliput akan disusun menjadi suatu berita yang menarik buat publik. c. Penyebar informasi Berita yang telah disusun akan disampaikan kepada publik, berita itu menjadi informasi untuk khalayak. Kemudian Rentjoko (2008) menyatakan bahwa tugas wartawan adalah sebagai berikut : a. Mencari berita. b. Mengolah berita. c. Menyimpan berita. d. Menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas wartawan dalam menjalankan pekerjaannya yaitu sebagai peliput suatu informasi, menyusun atau mengolah berita, menyimpan informasi kemudian menyampaikan atau menyebarkan informasi kepada masyarakat. D. Kontribusi Manajemen Waktu terhadap Produktivitas Kerja pada Wartawan Di setiap jenis pekerjaan pasti dibutuhkan peningkatan produktivitas kerja. Produktivitas kerja diartikan sebagai suatu hasil keluaran yang dihasilkan pada fungsi atau aktivitas kerja tertentu selama periode tertentu, dengan kata lain produktivitas identik dengan hasil upaya dalam menjalankan tugasnya (Benardin dalam Moeljono, 2003). Kusriyanto (1993) mengemukakan produktivitas kerja juga merupakan indikator yang paling peka bagi 21

22 proses ekonomisasi dan merupakan tolak ukur utama bagi kemajuan ekonomis yang dicapai. Oleh karena itu peningkatan produktivitas kerja tidak hanya diperlukan pada pekerjaan tertentu saja tetapi semua jenis pekerjaan membutuhkan produktivitas yang baik, begitu pula halnya dengan jenis pekerjaan bidang jurnalistik, produktivitas kerja merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki seorang jurnalis atau wartawan. McDougall (dalam Mondry, 2008) mengatakan bahwa wartawan adalah individu yang bekerja dalam pers yang memiliki tugas untuk menghimpun berita, mencari fakta, melaporkan berita menjadi sebuah informasi untuk disebarluaskan pada khalayak melalui media massa. Pada bidang jurnalistik tidak memiliki batasan waktu kerja yang pasti, sangat berbeda dengan jenis pekerjaan di bidang lain yang sifatnya rutin (monoton) dan memiliki batasan baik dari segi waktu kerja maupun tugas kerjanya. Dengan memiliki waktu kerja yang tidak menentu dapat memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri dalam suatu pekerjaan, kelebihan yang didapat dari cara kerja yang fleksibel adalah wartawan dapat mencari berita dengan komprehensip sehingga informasi yang diperoleh dapat dipercaya. Kemudian kekurangan yang didapat adalah karena tidak adanya waktu kerja yang pasti sehingga menyebabkan wartawan terjebak dalam pengaturan waktu dan jika hal tersebut tidak segera diatasi, maka akan mengalami banyak kerugian tidak hanya perusahaan tetapi juga wartawan itu sendiri. Melihat cara kerja wartawan yang tak kenal waktu maka dibutuhkan kemampuan manajemen waktu yang baik untuk dapat meningkatkan hasil kerjanya (Stanley, 2008). Wartawan yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, akan memiliki hambatan dalam menjalankan setiap pekerjaan yang dikerjakannya dimana ia harus menyelesaikan tugasnya dengan batasan waktu pemberitaan agar sampai tepat waktu pada pembaca, apabila seorang wartawan gagal dalam melakukannya maka penerbit (redaksi) akan mengalami kerugian hal tersebut mengartikan bahwa produktivitas wartawan menurun. Sebaliknya jika seorang wartawan mampu mengelola waktu dengan baik, akan berusaha menjalankan tugasnya sesuai dengan arah yang telah disusun dengan cara memilah pekerjaan yang penting untuk segera diselesaikan dan pekerjaan yang tidak terlalu penting untuk segera diselesaikan, sehingga pekerjaan tidak terlantar dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam memperoleh berita. Dengan demikian produktivitas seorang wartawan pun akan meningkat. E. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah terdapat kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. 22

23 F. METODE PENELITIAN 1. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti adalah : 1. Variabel bebas : Manajemen waktu 2. Variabel terikat : Produktivitas kerja 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : a. Manajemen waktu Manajemen waktu adalah suatu kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal. Manajemen waktu dalam penelitian ini diukur dengan skala manajemen waktu yang disusun berdasarkan aspekaspek manajemen waktu (dalam Atkinson, 1990) yaitu menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menyusun jadwal, bersikap asertif, menghindari penundaan, meminimumkan waktu yang terbuang. b. Produktivitas kerja Produktivitas kerja adalah hasil keluaran tiap jam kerja yang menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk (barang dan jasa) dari seorang tenaga kerja. Produktivitas kerja dalam penelitian ini diukur berdasarkan penilaian dari atasan (appraisal by superior) dengan menggunakan form penilaian produktivitas kerja wartawan berdasarkan jumlah berita yang didapat selama 1 bulan dari redaksi. wanita. 3. Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah wartawan media cetak Radar Bogor baik pria maupun 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner. Untuk mengukur skala manajemen waktu disusun berdasarkan aspek-aspek manajemen waktu yaitu menetapkan tujuan, menyusun prioritas, menyusun jadwal, bersifat asertif, menghindari penundaan dan meminimumkan penundaan 23

Time management contribution to journalist productivity

Time management contribution to journalist productivity Time management contribution to journalist productivity Tya Anggreini, Retnaningsih Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: journalist,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. MAHASISWA 1. Pengertian Mahasiswa Menurut Ismunandar (2016) Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran,

Lebih terperinci

KODE ETIK JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK KODE ETIK JURNALISTIK APA ITU KODE ETIK JURNALISTIK? Acuan moral yang mengatur tindak tanduk seorang wartawan. Kode etik jurnalistik bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi yang lain, dari koran

Lebih terperinci

Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik KEPRIBADIAN WARTAWAN INDONESIA Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak bertindak buruk. Penafsiran a. Independen berarti

Lebih terperinci

Etika Jurnalistik dan UU Pers

Etika Jurnalistik dan UU Pers Etika Jurnalistik dan UU Pers 1 KHOLID A.HARRAS Kontrol Hukum Formal: KUHP, UU Pers, UU Penyiaran Tidak Formal: Kode Etik Wartawan Indonesia 2 Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik dikembangkan sebagai

Lebih terperinci

SALESMANSHIP MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

SALESMANSHIP MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen SALESMANSHIP Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Program Studi S1 Manajemen Pengertian manajemen waktu (Time Management) lainnya

Lebih terperinci

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism National Press Photographers Association, founded in 1947. The organization is based in Durham, North Carolina and is mostly made up of still photographers, television videographers, editors, and students

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Tenaga Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tenaga kerja adalah salah satu komponen dari perusahaan dan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam operasional perusahaan. Menurut Biro Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan manusia dalam berbagai hal, salah satunya kebutuhan akan informasi. Informasi adalah data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers Media Siber Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers 2013-2016 Bagian 1 Platform Pers Cetak Radio Televisi Online UU 40/1999 tentang Pers Kode Etik Jurnalistik Pedoman Pemberitaan Media Siber Media Siber Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF 1 Haris Jauhari IKN (Institut Komunikasi Nasional) Materi Internal Pelatihan Jurnalistik IJTI JURNALISTIK TV Jurnalistik ialah kegiatan meliput, mengolah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu sistem, dimana bagian yang satu dengan bagian yang lain berinteraksi di dalam menjalankan kegiatannya untuk mencapai berbagai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di jaman globalisasi telah mengalami berbagai perkembangan yang begitu cepat. Salah satu hal yang mengalami perkembangan dengan cepat adalah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam menyelaraskan perimbangan daerah. Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia SDM dapat juga disebut sebagai personil. Tenaga kerja, pekerja, karyawan, potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Doli Nirwansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Doli Nirwansyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan jurnalistik sebenarnya sudah lama dikenal manusia di dunia ini, karena selalu hadir di tengah-tengah kita. Seiring dengan kegiatan kegiatan hidup manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga. kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga. kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Organisasi dengan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Organisasi dengan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan di era globalisasi ini menuntut setiap perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif. Hal tersebut akan tercapai jika didukung oleh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penilitian Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

Lebih terperinci

PSIKOGRAM. Nama : A Level Tes : Supervisor Tanggal Tes : 29 Juli 2010 Pengirim : PT. X Tujuan Tes : Seleksi Calon Supervisor Gudang Bahan.

PSIKOGRAM. Nama : A Level Tes : Supervisor Tanggal Tes : 29 Juli 2010 Pengirim : PT. X Tujuan Tes : Seleksi Calon Supervisor Gudang Bahan. PSIKOGRAM Nama : A Level Tes : Supervisor Tanggal Tes : 29 Juli 2010 Pengirim : Tujuan Tes : Seleksi Calon Supervisor Gudang Bahan Sidoarjo Aspek SR R S T ST Inteligensi Umum (Taraf Kecerdasan) Taraf kemampuan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2016 A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Ketika media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi saat ini mengalami kelangkaan sumber daya berkualitas dan persaingan yang terus meningkat. Efektifitas organisasi tidak terlepas dari efektifitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-kebijakan perusahaan, maka diharapkan

I. PENDAHULUAN. adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-kebijakan perusahaan, maka diharapkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan sesuatu yang pasti ada dalam suatu kelompok manusia atau organisasi. Kebudayaan yang kita miliki, secara sadar atau tidak akan mempengaruhi sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini adalah perusahaan jasa di bidang transportasi. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini adalah perusahaan jasa di bidang transportasi. Sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bidang usaha perekonomian yang mengalami persaingan ketat akhir-akhir ini adalah perusahaan jasa di bidang transportasi. Sektor transportasi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berhenti maka perusahaan akan mengalami kerugian dan kerugian tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berhenti maka perusahaan akan mengalami kerugian dan kerugian tersebut tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi merupakan pusat pelaksanaan kegiatan yang konkrit bagi pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses produksi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya organisasi pada bidang industri. Setiap hari manusia melakukan berbagai kegiatan, bergabung dan

Lebih terperinci

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (Presenter Tv One keceplosan bilang Golkar-nya gak usah di sebut saat breaking news) Oleh : Putu Dea Chessa Lana Sari 201311018 Televisi dan Film Fakultas Seni Rupa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di era globalisasi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di era globalisasi saat ini dirasakan sangat pesat. Pertumbuhan dan perkembangan ini juga berjalan seirama dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung LAMPIRAN 1 Alat Ukur KATA PENGANTAR Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung sedang melakukan penelitian mengenai Model Kompetensi pada reporter. Kuesioner ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah untuk diakses dan dibaca oleh masyarakat luas. Dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah untuk diakses dan dibaca oleh masyarakat luas. Dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran penting di era yang serba modern dan global saat ini. Segala macam pemberitaan, baik dari dalam maupun luar negeri akan sangat mudah

Lebih terperinci

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak karyawan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Banyak ahli mendefinisikan motivasi dengan cara dan gaya yang berbeda, namun esensinya menuju kepada maksud yang sama. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah sarana untuk membangun kepribadian dan sisi

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah sarana untuk membangun kepribadian dan sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja adalah sarana untuk membangun kepribadian dan sisi kemanusiaan bagi seseorang. Selain itu, kerja merupakan cara alami manusia untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Adapun pengertian kompensasi menurut para ahli sebagai berikut: a. Menurut Handoko dalam Septawan (2014:5) adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan pada setiap organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Satu ungkapan yang dapat menggambarkan seluruh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Satu ungkapan yang dapat menggambarkan seluruh aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Satu ungkapan yang dapat menggambarkan seluruh aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia adalah mendapatkan orang-orang terbaik dan mempertahankannya. Pemilik atau pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara demokrasi, yang mana kebebasan berpendapat dijunjung tinggi. Masyarakat bebas untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang bergerak pada industri yang sejenis semakin meningkat. Hal ini salah satunya disebabkan oleh konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga pendidikan menjadi semakin kuat. Universitas-universitas swasta harus dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, sumber daya manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Perlu dilakukan perubahan internal organisasi untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Perlu dilakukan perubahan internal organisasi untuk mengimbangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menuntut kinerja organisasi yang lebih tinggi untuk dapat bertahan hidup di tengah-tengah persaingan yang sangat ketat antar organisasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk I. PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan membahas beberapa hal mengenai: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk memahami kebermaknaan penelitian ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu dari dinas daerah dan menjadi bagian dari Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Dinas daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. untuk mengetahui pengaruh motivasi dan lingkungan kerja non fisik terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. untuk mengetahui pengaruh motivasi dan lingkungan kerja non fisik terhadap 160 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui pengaruh motivasi dan lingkungan kerja non fisik terhadap kinerja pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasinya. Sumber daya yang dibutuhkan itu terdiri dari sumber daya fisik (man,

BAB 1 PENDAHULUAN. operasinya. Sumber daya yang dibutuhkan itu terdiri dari sumber daya fisik (man, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi yang menghasilkan produk baik itu berupa barang atau jasa sangat membutuhkan sumber daya bagi kegiatan operasinya. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sekarang ini, perusahaan dituntut untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerja dan kuantitas kerja pelayanannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi. PT. INTI (Persero) Bandung selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi saat ini adalah berkaitan dengan motivasi kerja karyawan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi saat ini adalah berkaitan dengan motivasi kerja karyawan. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji pada semua perusahaan di era globalisasi saat ini adalah berkaitan dengan motivasi kerja karyawan. Dalam era globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan sebuah intitusi pendidikan yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen tersebut ialah kepala

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang sangat dikenal oleh seluruh masyarakat di Indonesia maupun di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang sangat dikenal oleh seluruh masyarakat di Indonesia maupun di dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Surat kabar atau yang biasa disebut koran merupakan salah satu media informasi yang sangat dikenal oleh seluruh masyarakat di Indonesia maupun di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Budaya orgnanisasi berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, mengakibatkan krisis global yang berdampak pula pada Indonesia. Krisis ekonomi global di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan perkembangan suatu perusahaan atau organisasi, karena dengan kualitas sumber daya yang kurang cukup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Asalmuasalnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki era globalisasi ini, perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif yang dapat menunjukan kelebihan atau keunggulan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif yang dapat menunjukan kelebihan atau keunggulan yang ada pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang menunjukan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan menuntut setiap individu untuk dapat mempunyai kemampuan dan kecakapan dalam mengimbangi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG PENILAIAN PRIBADI SANDIMAN DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan pada persaingan yang semakin kompetitif. Tidak sedikit perusahaan yang tidak

Lebih terperinci

Oleh : Litbang Wartapala

Oleh : Litbang Wartapala KEWARTAWANAN Oleh : Litbang Wartapala Daftar Isi : 1. Abstract 2. Kode Etik Jurnalistik 3. Syarat Menjadi Wartawan 1. Abstract Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal), artinya catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bersaing menunjukan yang terbaik, karena yang terbaiklah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bersaing menunjukan yang terbaik, karena yang terbaiklah yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan salah satu modal dasar untuk pembangunan nasional. Dalam era globalisasi saat ini, segala aspek kehidupan dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi Pendidikan dan pengajaran diakui oleh masyarakat sebagai sarana pencerahan bangsa dan berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus seiring perkembangan zaman. Saat ini baik perusahaan swasta

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus seiring perkembangan zaman. Saat ini baik perusahaan swasta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha merupakan dunia yang bersifat dinamis, selalu berkembang terus-menerus seiring perkembangan zaman. Saat ini baik perusahaan swasta maupun perusahaan

Lebih terperinci

KODE ETIK JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK KODE ETIK JURNALISTIK Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut Kaswan (2012) manajemen sumber daya manusia (MSDM)

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut Kaswan (2012) manajemen sumber daya manusia (MSDM) 9 II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Kaswan (2012) manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan suatu sumber daya yang tidak dapat diikuti oleh

Lebih terperinci

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN S K R I P S I Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menghadapi semakin beratnya tugas dan tanggung jawab, Bagian Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan.

BAB II LANDASAN TEORITIS. organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan. BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pemberdayaan Pegawai Setiap instansi memerlukan tenaga kerja dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja, yang mana aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia mempunyai beberapa tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produksi merupakan pusat pelaksanaan kegiatan yang konkrit bagi pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses produksi tersebut merupakan

Lebih terperinci