BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pengertian Manajemen Menurut Pamela S. Lewis, Stephan H. Goodman, dan Patricia M. Fandt dalam bukunya yang berjudul Management Challenges For Tomorrow s Leaders (2004) Manajemen adalah: Management is defined as the process of administering and coordinating resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the organization. Yang artinya: Manajemen didefinisikan sebagai proses dari mengadministrasikan dan mengkoordinasi sumber daya secara efektif, efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Stephen P. Robbins dan Mary Coulter dalam buku Management (2003), mendefinisikan Manajemen sebagai berikut: Management is the process of coordinating work activities so that they are completed efficiently and effectively with and through other people. Yang berarti: 8

2 9 Manajemen adalah proses pengkoordinasian aktivitas-aktivitas kerja sehingga dapat diselesaikan secara efisien dan efektif baik bersama maupun melalui orang lain. Sedangkan pengertian Manajemen menurut James AF Stoner, yang dialih bahasakan oleh T. Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen (2003) adalah sebagai berikut: Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber dayasumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), pengarahan (leading) dan pengawasan (controlling) usaha-usaha aktivitas para anggota organisasi dan mengkoordinasikan sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien secara bersama ataupun melalui organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3 Pengertian Manajemen Operasi Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam bukunya yang berjudul Operation and Supply Management (2009), Manajemen Operasi adalah: Operation Management (OM) is defined as the design, operation and improvement of the system that create and deliver the firm s primary products and services. Yang artinya: Manajemen Operasi didefinisikan sebagai desain, operasi dan pelaksanaan sistem pembuatan dan pengiriman produk utama suatu perusahaan dan jasa. Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render dalam buku Operation Management (2006) mendefinisikan Manajemen Operasi sebagai berikut: Operation Management is the set of the activities that creates goods and services by transforming inputs into outputs. Yang berarti: Manajemen Operasi adalah serangkaian aktivitas menciptakan suatu barang dan jasa dengan merubah input menjadi ouput. Jadi dapat disimpulkan Manajemen Operasi adalah serangkaian aktivitas desain, operasi dan pelaksanaan sistem untuk menciptakan suatu barang dan jasa dengan merubah input menjadi output.

4 Persediaan Pengertian Persediaan Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam bukunya yang berjudul Operations and Supply Management (2009), Persediaan adalah: Yang artinya: Inventory is the stock of any item or resources used in an organization. Inventory adalah persediaan berbagai jenis barang atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis (2004), Persediaan adalah: Persediaan merupakan bahan-bahan yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barangbarang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Jadi dapat disimpulkan persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu yang disimpan

5 12 dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam bentuk buku perusahaan Jenis Persediaan Menurut Jay Heizer dan Barry Render dalam bukunya yang berjudul Operation Management (2006) mengemukakan bahwa ada 4 (empat) Jenis Persediaan, yaitu: 1. Persediaan Bahan Baku (raw material). 2. Persediaan Barang dalam Proses (work-in-process). 3. Persediaan Barang Sparepart (purchase parts/components). 4. Persediaan Barang Jadi (finished goods). Sedangkan menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis (2004) ada 5 (lima) Jenis Persediaan, yaitu: 1. Persediaan Bahan Mentah (raw material). 2. Persediaan Komponen Rakitan (purchased parts/components). 3. Pesediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies). 4. Persediaan Barang dalam Proses (work-in-process). 5. Persediaan Barang Jadi (finished goods).

6 Fungsi Persediaan Menurut Freddy Rangkuti dalam buku yang berjudul Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis (2004) menyebutkan bahwa Fungsi Persediaan adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Decoupling Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. 2. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko dan sebagainya). 3. Fungsi Antisipasi Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data historis, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan

7 14 permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan lebih yang disebut persediaan pangaman (safety stock) Biaya Persediaan Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam bukunya yang berjudul Operations and Supply Management (2009) ada 4 (empat) jenis Biaya Persediaan (inventory cost), yaitu: 1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost), yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya). Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan. Biaya keusangan/kadaluarsa. Biaya perhitungan fisik. Biaya asuransi persediaan. Biaya pajak persediaan.

8 15 Biaya pencurian, perusakan atau perampokan. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya. 2. Biaya Pemesanan atau Pembelian (ordering cost atau procurement cost). Biaya-biaya ini meliputi: Proses pemesanan dan biaya pengiriman/ekspedisi. Upah. Biaya telepon. Pengeluaran surat menyurat. Biaya pengepakan dan penimbangan. Biaya pemeriksanaan (inspeksi) penerimaan. Biaya pengiriman ke gudang. Biaya utang lancar dan sebagainya. Pada umumnya, biaya pemesanan (diluar biaya bahan dan potongan kuantitas (discount)) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pemesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

9 16 3. Biaya Penyiapan (setup cost) Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari: Biaya mesin-mesin menganggur. Biaya penyiapan tenaga kerja langsung. Biaya penjadwalan. Biaya ekspedisi dan sebagainya. 4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan (shortage cost) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut: Kehilangan penjualan. Kehilangan pelanggan. Biaya pemesanan khusus. Biaya ekspedisi. Selisih harga. Terganggunya operasi. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

10 Pengawasan Persediaan Adapun tujuan dari Pengawasan Persediaan adalah sebagai berikut: Menjaga agar jangan sampai terjadi kehabisan persediaan (stock out). Supaya pembentukan persediaan stabil. Menghindari pembelian kecil-kecilan. Terjadi pemesanan yang ekonomis. 2.3 Q-Model (Fixed-Order Quantity Model) Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam bukunya yang berjudul Operations and Supply Management (2009), jumlah pemesanan yang meminimalkan total biaya persediaan disebut Economic Order Quantity (EOQ). Secara klasik model persediaan yang dianggap ideal adalah seperti diperlihatkan Gambar 2.1

11 18 Gambar 2.1 Gambar Q-Model Q-Model Inventory On hand Q Q Q R L L L TIME Sumber : F. Robert Jacobs, Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, Operation and Supply Management, 12 th ed. (McGraw-Hill International Edition), p.556 (quantity) adalah jumlah pembelian dan ketika pesanan diterima jumlah persediaan sama dengan. Dengan tingkat penggunaan tetap, persediaan akan habis dalam waktu tertentu dan ketika persediaan hanya tinggal sebanyak kebutuhan selama tenggang waktu (lead time) pemesanan kembali (Reorder Point = ROP) harus dilakukan. Jika tidak terjadi kekurang persediaan (stock out), maka total biaya persediaan per tahun dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

12 19 Dimana: = Total Biaya (total cost). = Jumlah Kebutuhan (demand) (dalam unit). = Biaya Pembelian per unit (cost per unit) (dalam unit). = EOQ (quantity) (dalam unit). = Biaya Pemesanan (cost of placing an order) per pesan. = Biaya Penyimpanan (holding cost) per unit dan per tahun. Untuk memperoleh jumlah pemesanan optimal untuk setiap kali pesan, dapat digunakan rumus EOQ sebagai berikut: Dimana: = Jumlah Kebutuhan (demand) (dalam unit). = Biaya Pemesanan (cost of placing an order) per pesan. = Biaya Penyimpanan (holding cost) per unit dan per tahun. Pemesanan kembali (ROP) ditentukan berdasarkan kebutuhan selama waktu tenggang (lead time), maka pemesanan kembali harus dilakukan sebanyak Qopt atau

13 20 EOQ. Untuk memperoleh jumlah unit untuk melakukan pemesanan kembali (ROP) dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana: = ROP (dalam unit). = Rata-rata Permintaan dalam setahun (dalam unit). = Tenggang Waktu (lead time) (dalam hari/minggu/bulan/tahun). berikut: Model EOQ tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai 1. Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap dan terus-menerus. 2. Tenggang waktu (lead time) pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap. 3. Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan, artinya setelah kebutuhan dan tenggang waktu (lead time) dapat ditentukan secara pasti berarti kekurangan persediaan dapat dihindari. 4. Pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan. 5. Struktur biaya tidak berubah, biaya pemesanan atau penyimpanan sama tanpa memperhatikan jumlah yang dipesan, biaya simpan adalah berdasarkan fungsi linear terhadap rata-rata persediaan dan harga beli atau biaya pembelian per unit adalah konstan (tidak ada potongan (discount)).

14 21 6. Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan. 7. Pembelian adalah satu jenis item. 2.4 P-Model (Fixed-Time Period Model) Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam bukunya yang berjudul Operations and Supply Management (2009), mengemukakan sistem pemesanan interval tetap (Economic Order Interval = EOI) sebagai berikut: Metode P-Model (Fixed-Time Period Model) digunakan dalam menentukan jumlah pemesanan per periode tertentu (dalam mingguan atau bulanan). Menghitung persediaan dan melakukan pemesanan secara periodik berdasarkan kepada situasi seperti ketika vendor membuat rutinitas melakukan kunjungan kepada klien atau pelanggannya dan mengambil pesanan untuk memenuhi kebutuhan produksinya atau ketika pembeli ingin melakukan kombinasi pemesanan untuk memotong biaya transportasi. Tipe sistem pemesanan interval tetap dapat dilihat dalam Gambar 2.2 seperti berikut ini.

15 22 Gambar 2.2 Gambar P-Model Inventory On hand R Q Range of demand Safety Stock L Stockout Sumber : F. Robert Jacobs, Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, Operation and Supply Management, 12 th ed. (McGraw-Hill International Edition), p.560 Time Untuk menghitung jumlah barang yang akan dipesan menggunakan EOI dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana: = Jumlah Pemesanan (quantity) (dalam unit). = Rata-rata Permintaan (dalam unit). = Waktu Tinjauan. = Tenggang Waktu (lead time) (dalam hari/minggu/bulan/tahun).

16 23 = Tingkat Kepercayaan/Probabilitas Standart Deviasi. = Standart Deviasi. = Tingkat Persediaan Sekarang. 2.5 Perbedaan P-Model dan Q-Model Dalam mengoptimalkan persediaan barang-barang bebas digunakan Order Point System, yang dapat dibagi dalam dua model, yaitu Quantity-based System, yang sering disebut juga dengan Q-Model (Fixed-Order Quantity Models) yaitu pemesanan dilakukan pada saat tingkat pemesan kembali dan Period-Based System, yang sering disebut juga dengan P-Model (Fixed-Time Period Models) dimana pemesanan akan dilakukan ketika sisa stok jatuh sebelum titik pesannya. antara lain: Beberapa perbedaan yang mempengaruhi dalam pemilihan model tersebut, 1. P-Model memiliki rata-rata persediaan yang lebih besar karena pada model ini harus mempertimbangkan dan mengantisipasi kekurangan barang (stockout) selama periode peninjauan. Sedangkan pada Q-Model tidak ada periode tinjauan. 2. Q-Model lebih banyak digunakan untuk barang-barang yang cukup mahal karena rata-rata persediaan yang dibutuhkan rendah.

17 24 3. Q-Model dibutuhkan pengawasan yang terus menerus, sehingga akan cepat tanggap terhadap kekurangan stok yang terjadi. 4. Pada Q-Model dibutuhkan lebih banyak waktu untuk menjaga tingkat persediaan karena setiap penambahan ataupun penarikan dilakukan secara logged (bergelondongan). Tabel 2.1 dibawah ini memberikan ilustrasi singkat mengenai perbedaan yang signifikan antara Model P dan Model Q

18 25 Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Q-Model dan P-Model Q-Model Fixed-Order Quantity P-Model Fixed-Time Period Model Model Jumlah pemesanan Constant. Variable. Waktu pemesanan ketika posisi pada saat periode persediaan jatuh kepada waktu tinjauan. titik reorder point. Recordkeeping Setiap kali ada penarikan atau penambahan. Hanya pada saat waktu tinjauan. Ukuran persediaan Lebih kecil daripada Lebih besar daripada Fixed-Time Period Fixed-Order Quantity Model. model. Waktu maintain Lebih tinggi karena adanya recordkeeping yang terus menerus. Jenis barang Harga barang yang mahal, kritis dan penting. Sumber : F. Robert Jacobs, Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, Operation and Supply Management, 12 th ed. (McGraw-Hill International Edition), p.554 Pada Gambar 2.3 dibawah ini memberikan ilustrasi perbedaan sistem Reordering Point (ROP) pada persediaan antara Fixed-Order Quantity dan Fixed- Time Period.

19 26 Gambar 2.3 Gambar Perbedaan antara Fixed-Order Quantity dan Fixed-Time Period pada Reordering Point (ROP) Inventory System Q-Model Fixed-Order Quantity System P-Model Fixed-Time Period Reordering System Waktu Menunggu Menunggu untuk permintaan Waktu Menunggu Menunggu untuk permintaan Adanya Permintaan Barang diambil dari persediaan atau pemesanan kembali Menghitung Posisi Persediaan Persediaan = barang yang tersedia pemesanan kembali Tidak Adanya Permintaan Barang diambil dari persediaan atau pemesanan kembali Tidak Persediaan titik pemesanan? Iya Waktu tinjauan telah tiba? Iy Iya Menghitung Posisi Persediaan Persediaan = barang yang tersedia pemesanan kembali Membuat pemesanan sejumlah Q unit Menghitung jumlah pemesanan untuk memenuhi tingkat persediaan tertentu Membuat pemesanan sejumlah Q unit Sumber : F. Robert Jacobs, Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, Operation and Supply Management, 12 th ed. (McGraw-Hill International Edition), p.555

20 Perencanaan Pengertian Perencanaan Perencanaan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu. Perencanaan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang. Pada hakekatnya perencanaan hanya merupakan suatu perkiraan, tetapi dengan menggunakan teknikteknik tertentu, maka peramalan menjadi lebih sekedar perkiraan. Perencanaan dapat dikatakan perkiraan yang ilmiah (educated guess). Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan dimasa yang akan datang, maka pasti ada perencanaan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut. Dalam kegiatan produksi, perencanaan dilakukan untuk menentukan jumlah permintaan terhadap suatu produk dan merupakan langkah awal dari proses perencanaan dan pengendalian produksi. Dalam perencanaan ditetapkan jenis produk apa yang diperlukan (what), jumlahnya (how many), dan kapan dibutuhkan (when). Tujuan perencanaan dalam kegiatan produksi adalah untuk meredam ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Suatu perusahaan biasanya menggunakan prosedur 3 (tiga) tahap untuk sampai pada perencanaan penjualan, yaitu diawali dengan melakukan peramalan lingkungan, diikuti dengan peramalan penjualan industri, dan diakhiri dengan perencanaan penjualan perusahaan.

21 28 Peramalan lingkungan dilakukan untuk meramalkan inflasi, pengangguran, tingkat suku bunga, kecenderungan konsumsi dan menabung, iklim investasi, belanja pemerintah, ekspor dan berbagai ukuran lingkungan yang penting bagi perusahaan. Hasil akhirnya adalah proyeksi Produk Nasional Bruto, yang digunakan bersama indikator lingkungan lainnya untuk meramalkan penjualan industri. Kemudian, perusahaan melakukan perencanaan penjualan dengan asumsi tingkat pangsa tertentu akan tercapai Definisi Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan dilihat dengan waktu: 1. Jangka pendek (Short Term) Menentukan kuantitas dan waktu dari item dijadikan produksi. Biasanya bersifat harian ataupun mingguan dan ditentukan oleh Low Management. 2. Jangka Menengah (Medium Term) Menentukan kuantitas dan waktu dari kapasitas produksi. Biasanya bersifat bulanan ataupun kuartal dan ditentukan oleh Middle Management. 3. Jangka Panjang (Long Term) Merencanakan kuantitas dan waktu dari fasilitas produksi. Biasanya bersifat tahunan, 5 (lima) tahun, 10 (sepuluh) tahun, ataupun 20 (dua puluh) tahun dan ditentukan oleh Top Management.

22 Karakteristik Perencanaan yang Baik Perencanaan sebenarnya upaya untuk memperkecil resiko yang timbul akibat pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan produksi. Semakin besar upaya yang dikeluarkan tentu resiko yang dapat dihindari semakin besar pula. Namun upaya memperkecil resiko tersebut dibatasi oleh biaya yang dikeluarkan akibat mengupayakan hal tersebut. 1. Horison Waktu Ada 2 (dua) aspek dari horison waktu yang berhubungan dengan masingmasing metode perencanaan, yaitu: Cakupan waktu dimasa yang akan datang Untuk mana perbedaan dari metode perencanaan yang digunakan sebaiknya disesuaikan. Jumlah periode untuk mana rencana diinginkan Beberapa teknik dan metode hanya dapat disesuaikan untuk perencanaan satu atau dua periode dimuka, sedangkan teknik dan metode lain dapat dipergunakan untuk peramalan beberapa periode dimasa mendatang. 2. Tingkat Ketelitian Tingkat ketelitian yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan. Untuk beberapa pengambilan keputusan mengharapkan variasi atau penyimpangan atas rencana yang dilakukan antara 10 (sepuluh) persen

23 30 sampai dengan 15 (lima belas) persen bagi maksud-maksud yang mereka harapkan, sedangkan untuk hal atau kasus lain mungkin menganggap bahwa adanya variasi atau penyimpangan atas rencana sebesar 5 (lima) persen adalah cukup berbahaya. 3. Ketersediaan Data Metode yang dipergunakan sangat besar manfaatnya, apabila dikaitkan dengan keadaan atau informasi yang ada atau data yang dipunyai. Apabila dari data yang lalu diketahui adanya pola musiman, maka untuk perencanaan satu tahun ke depan sebaiknya digunakan metode variasi musim. Sedangkan apabila dari data yang lalu diketahui adanya pola hubungan antara variabel-variabel yang saling mempengaruhi, maka sebaiknya dipergunakan metode sebab-akibat (causal) atau korelasi (correlation). 4. Bentuk Pola Data Dasar utama dari metode perencanaan adalah anggapan bahwa macam dari pola yang didapati data yang diramalkan akan berkelanjutan. Sebagai contoh, beberapa deret yang melukiskan suatu pola musiman, demikian pula halnya dengan suatu pola tren. Metode perencanaan yang lain mungkin lebih sederhana, terdiri dari suatu nilai rata-rata, dengan fluktuasi yang acakan atau random yang terkandung. Oleh karena adanya perbedaan kemampuan metode perencanaan untuk mengidentifikasi polapola data, maka perlu adanya usaha penyesuaian antara pola data yang

24 31 telah diperkirakan terlebih dahulu dengan teknik dan metode perencanaan yang akan digunakan. 5. Biaya Umumnya ada 4 (empat) unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu prosedur perencanaan, yaitu biaya-biaya pengembangan, penyimpanan (storage) data, operasi pelaksanaan dan kesempatan penggunaan teknik-teknik dan metode lainnya. Adanya perbedaan yang nyata dalam jumlah biaya, mempunyai pengaruh atas dapat menarik tidaknya penggunaan metode tertentu untuk suatu keadaan yang dihadapi. 6. Jenis dari Model Sebagai tambahan perlu diperhatikan anggapan beberapa pola dasar yang penting dalam data. Banyak metode perencanaan telah menganggap adanya beberapa model dari keadaan yang direncanakan. Model-model ini merupakan suatu deret dimana waktu digambarkan sebagai unsur penting untuk menentukan perubahan-perubahan dalam pola, yang mungkin secara sistematik dapat dijelaskan dengan analisis regresi atau korelasi. Model yang lain adalah model sebab-akibat atau causal model, yang menggambarkan bahwa ramalan yang dilakukan sangat tergantung pada terjadinya sejumlah peristiwa yang lain, atau sifatnya merupakan campuran dari model-model yang telah disebutkan diatas. Model-model tesebut sangat penting diperhatikan, karena masing-masing model tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam analisis keadaan untuk pengambilan keputusan.

25 32 7. Mudah tidaknya Penggunaan dan Aplikasinya Satu prinsip umum dalam penggunaan metode ilmiah dari perencanaan untuk management dan analisis adalah metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan yang akan dipergunakan dalam pengambilan keputusan dan analisa. Prinsip ini didasarkan pada alasan bahwa, bila seorang manajer atau analisa yang dilakukan, maka manajer sudah tentu tidak menggunakan dasar yang tidak diketahuinya atau tidak diyakininya. Jadi, sebagai ciri tambahan dari teknik dan metode perencanaan adalah bahwa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dari keadaan ialah teknik dan metode perencanaan yang dapat disesuaikan dengan kemampuan dari manajer atau analisis yang akan menggunakan metode perencanaan tersebut Jenis Perencanaan Jenis peramalan dibagi menjadi 2 (dua) model, yaitu: 1. Model kualitatif. 2. Model kuantitatif. Model kualitatif dibagi menjadi 4 (empat) model, yaitu: 1. Dugaan Manajemen (management estimate) atau Panel Consensus. 2. Metode Delphi.

26 33 3. Metode Kelompok Terstruktur (structured group methods). 4. Riset Pasar (market research). Sedangkan Metode kuantitatif dibagi menjadi 2 (dua) model, yaitu: 1. Time Series. 2. Kausal. Metode Time-Series dibagai menjadi 5 (lima) model, yaitu: 1. Metode Rata-rata Bergerak (Simpel Moving Average), 2. Rata-rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average), 3. Metode Penghalusan secara Eksponential (Exponential Smoothing), 4. Metode Linear Regression. 5. Metode Dekomposisi. Analysis. Sedangkan Metode Kausal hanya dibagi menjadi Multiple Regression Metode Time-Series adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data historis dari serial itu. Dengan analisis deret waktu dapat ditunjukkan bagaimana permintaan terhadap suatu produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Sifat dari perubahan permintaan dari tahun ke tahun dirumuskan untuk merencanakan penjualan pada

27 34 masa yang akan datang. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Time- Series. Metode Time-Series dibagi menjadi: 1. Model Rata-rata Bergerak (Moving Average) Perencanaan rata-rata bergerak atau moving average menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk dapat menghasilkan peramalan. Moving average berguna jika dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang diramalkan. Secara matematis, simple moving average (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai: Dimana: = Peramalan untuk Periode Mendatang. = Jumlah Periode Rata-rata. = Data Aktual pada Periode yang Lalu. = Data aktual pada dua, tiga sampai n Periode. Saat ada tren atau pola terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktek ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada

28 35 rumus untuk menempatkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang mana yang digunakan, membutuhkan pengalaman. Model Weighted moving Average atau rata-rata bergerak dengan pembobotan dapat digambarkan secara matematis sebagai berikut: Dimana: = Bobot yang diberikan untuk Data Aktual pada Periode. = Bobot yang diberikan untuk Data Aktual pada Periode. = Bobot yang diberikan untuk Data Aktual pada Periode. = Jumlah Total Periode yang diramalkan. Dimana bobot yang diberikan harus sama dengan 1. Baik model simple moving average maupun model weighted moving average sangat efektif dalam meredam fluktuasi pada pola permintaan untuk menghasilkan prediksi yang stabil. Moving average mempunyai 3 (tiga) masalah: 1. Bertambahnya jumlah (jumlah periode yang dirata-rata) memang meredam fluktuasi dengan lebih baik, tetapi membuat metode ini kurang sensitif terhadap perubahan nyata pada data.

29 36 2. Model moving average tidak dapat menggambarkan tren dengan baik. Karena merupakan rata-rata, mereka akan selalu berada dalam tingkat yang sebelumnya dan tidak akan memprediksikan perubahan ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah, yang merupakan nilai aktual sesungguhnya. 3. Model moving average membutuhkan data masa lalu yang ekstensif. 2. Model Penghalusan secara Eksponensial (Exponential Smoothing) Model Exponential Smoothing atau penghalusan secara eksponensial merupakan salah satu dari beberapa teknik matematika yang secara langsung dapat diterapkan pada sistem peramalan. Prosedur peramalan ini memiliki semua sifat dari model moving average, dan peramalan dengan model exponential smoothing tidak memerlukan data historis dalam jumlah besar. model exponential smoothing memberikan bobot yang semakin menurun pada setiap data historis dimana penurunan bobot ini mengikuti pola eksponensial. Peramalan dengan menggunakan model exponential smoothing ini akan dipengaruhi oleh faktor pemulusan yang disimbolkan dengan variable α. Biasanya nilai dari α berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Apabila rata-rata permintaan masa yang akan datang diinginkan lebih reaktif terhadap permintaan masa lalunya, maka nilai dari α harus semakin besar dan apabila diinginkan yang sebaliknya maka nilai dari α harus semakin kecil. Bentuk umum yang dapat digunakan untuk menghitung peramalan dengan metode ini adalah sebagai berikut:

30 37 Dimana: = Peramalan exponential smoothing untuk periode t. = Peramalan exponential smoothing pada periode sebelumnya. = Permintaan aktual pada periode sebelumnya. = Konstanta smoothing. Model ini banyak mengurangi masalah penumpukan data, karena tidak perlu lagi menyimpan semua data historis atau sebagian daripadanya (seperti dalam model moving average). Sepertinya yang harus disimpan hanyalah pengamatan terakhir, ramalan terakhir dan suatu nilai α. 3. Model Regresi Linear (Linear Regression) Salah satu bentuk perencanaan yang paling sederhana adalah model linear regression. Dalam aplikasi model linear regression diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara variable yang ingin direncanakan (variable dependent) dengan variable lain (variable independent). Selanjutnya, perencanaan ini didasarkan pada asumsi bahwa pola pertumbuhan dari data historis bersifat linier (walaupun pada kenyataannya tidak selalu demikian). Pola pertumbuhan ini didekati dengan suatu model yang menggambarkan hubungan yang terkait dalam suatu keadaan. Model tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut

31 38 Dimana adalah fungsi terhadap waktu. Sehingga variabel dan adalah parameter yang akan ditentukan dalam perhitungan. Rumus yang dapat digunakan dalam menghitung variable dan adalah sebagai berikut: Dimana: = Intercept. = Kemiringan Garis. = Rata-rata Semua. = Rata-rata Semua. = Nilai dari Setiap Data. = Nilai dari Setiap Data. = Jumlah Data. = Nilai Variable Dependent dihitung dengan Perhitungan Regresi.

32 ABC Inventory System Identifikasi Material Menggunakan ABC Inventory System Klasifikasi ABC atau sering juga disebut sebagai ABC Inventory System merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurut berdasarkan biaya penggunaan material itu per periode waktu (harga per unit dikalikan volume penggunaan dari material itu selama periode tertentu). Periode waktu yang umum digunakan adalah satu tahun. ABC Inventory System juga dapat ditetapkan menggunakan kriteria lain dan bukan semata-mata berdasarkan kriteria biaya tergantung pada faktor faktor penting apa saja yang menentukan material tersebut. ABC Inventory System umum dipergunakan dalam pengendalian inventory (inventory control). Beberapa contoh penerapan seperti: pengendalian inventory material pada pabrik, inventory product akhir pada gudang barang jadi, inventory obat-obatan pada apotek, inventory suku cadang pada bengkel atau toko, inventory product pada supermarket atau toko serba ada (toserba), dan sebagainya. Pada dasarnya terdapat sejumlah faktor yang menentukan kepentingan suatu material, yaitu: 1. Nilai total biaya dari material. 2. Biaya per unit dari material. 3. Kelangkaan atau kesulitan memperoleh material.

33 40 4. Ketersediaan sumber daya, tenaga kerja, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk membuat material. 5. Panjang dan variasi tenggang waktu (lead time) dari material, sejak pemesanan material itu pertama kali sampai kedatangannya. 6. Ruang yang dibutuhkan untuk menyimpan material itu. 7. Resiko penyerobotan atau pencurian material itu. 8. Biaya kehabisan stok atau persediaan (stock out) dari material itu. 9. Kepekaan material terhadap perubahan desain Penggunaan ABC Inventory System Penggunaan ABC Inventory System adalah untuk menetapkan: 1. Frekuensi perhitungan inventory (cycle inventory), dimana materialmaterial kelas A harus diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan (recordkeeping) inventory dibandingkan material-material kelas B atau C. 2. Prioritas engineering, dimana material-material kelas A dan B memberikan petunjuk pada Department Engineering dalam peningkatan program reduksi biaya ketika mencari material-material tertentu yang perlu difokuskan. 3. Prioritas pembelian, dimana aktivitas pembelian seharusnya difokuskan pada bahan-bahan baku yang bernilai tinggi (high usage). Fokus pada material-material kelas A untuk pemasokan (sourcing) dan negosiasi.

34 41 4. Keamanan: meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun ABC Inventory System boleh digunakan sebagai indikator dari material-material mana (kelas A dan B) yang seharusnya aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah kehilangan, kerusakan atau pencurian. 5. Sistem pengisian kembali (replenishment systems), dimana ABC Inventory System akan membantu mengindentifikasi metode pengendalian yang digunakan. Akan lebih ekonomis apabila mengendalikan material kelas C dengan two-bin system of replenishment dan metode-metode yang lebih canggih untuk material-material kelas A dan B. 6. Keputusan investasi: karena material-material kelas A menggambarkan investasi yang besar dalam inventory, maka perlu berhati-hati dalam membuat keputusan tentang kuantitas pemesanan dan stok pengaman (safety stock) material-material kelas A dibandingkan terhadap materialmaterial kelas B dan C. setidaknya implentasi Just-In-Time (JIT) pada Department Purchasing diterapkan pertama kali dalam pembelian material-material kelas A, kemudian material-material kelas B, dan pada akhirnya pada material-material kelas C.

35 Pengendalian Persediaan dengan Sistem ABC Inventory System Pengendalian Item Kelas A Pengendalian terdekat dibutuhkan untuk persediaan yang mempunyai harga pengeluaran stok dimana item dihitung untuk fraksi yang luas dari persediaan total. Pengendalian terdekat mungkin dilakukan untuk bahan baku yang digunakan secara terus-menerus dalam volume yang sangat berbeda. Department Purchasing boleh melakukan kontrak dengan supplier untuk kesinambungan supplier bahan baku pada laju pemakaian bahan. Seperti dalam hal ini, membeli bahan baku tidak berpedoman pada jumlah ekonomis atau siklus ekonomi. Menggantikan laju aliran dibuat secara periodik sesuai permintaan dan penggantian posisi persediaan. Pasokan minimum dari pemeliharaan untuk menjaga fluktuasi permintaan dan kemungkinan berhentinya supplier. Untuk keseimbangan item kelas A, pesanan periodik diharapkan pada tiap minggu, mengadakan pengawasan ketat tingkat persediaan yang melebihi. Variasi laju pemakaian diserap secara tepat oleh ukuran pemesanan tiap minggu, menurut sistem periodik atau sistem pilihan yang dibicarakan sebelumnya. Juga karena pengawasan ketat, resiko sebuah perpanjangan pengeluaran stok lebih kecil. Walau begitu, safety stock menyediakan tingkat pelayanan persediaan yang baik akan dibenarkan untuk item-item yang mempunyai biaya pengeluaran stok yang besar.

36 43 Pengendalian Item Kelas B Item ini seharusnya dimonitor oleh sistem komputer, dengan tampilan periodik oleh manajemen. Biaya pengeluaran stok kelas B sedikit untuk peraturan dan safety stock menyediakan pengawasan yang cukup untuk pengeluaran, bahkan pemesanan terjadi sekurang mungkin. Pengendalian Item Kelas C Perhitungan item kelas C merupakan bagian terbesar dari item inventory dan memodelkan secara hati-hati, tetapi pengawasan rutin harus memadai. Sistem reorder point (ROP) tidak membutuhkan evaluasi fisik stok, seperti pada sistem two bin yang mencukupi seperti biasa. Untuk tiap item, tindakan dicetuskan ketika persediaan tepat reorder point (ROP). Jika penggunaan dirubah, pesanan akan dilaksanakan lebih awal atau lebih lambat dari waktu rata-rata, menyediakan kompensasi kebutuhan. Semi annual atau tampilan annual dari tiap parameter sistem harus dilaksanakan tepat waktu, memperkirakan tenggang waktu (lead time) memastikan dan biaya hasil yang mungkin pada perubahan dalam EOQ. Secara periodik ditunjukkan pada interval panjang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Atau Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Suatu perusahaan terdiri dari banyak fungsi, yaitu produksi operasional, keuangan, pemasaran, dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Pendistribusian merupakan salah satu bagian daripada manajemen logistik. Manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai suatu bagian dari proses rantai penyediaan yang berupa rencana,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Oleh : Henny Wunas, I Nyoman Pujawan Wunas_henny@yahoo.com, pujawan@ie.its.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

INVENTORY. (Manajemen Persediaan) INVENTORY (Manajemen Persediaan) Pendahuluan Yaitu: Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan Sekumpulan produk phisikal pada berbagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut beberapa ahli antara lain dijelaskan sebagai berikut, menurut Assauri (2005) adalah suatu aktiva lancar yang meliputi barang-barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Produksi, diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

EMA302 Manajemen Operasional

EMA302 Manajemen Operasional 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information that is available now. (Peramalan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #3 Ganjil 2015/2016. EMA302 Manajemen Operasional

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #3 Ganjil 2015/2016. EMA302 Manajemen Operasional Materi #3 EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1/2) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information that is available now. (Peramalan adalah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Semua jenis perusahaan memiliki persediaan, baik itu perusahaan jasa, dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik terhadap seluruh kegiatan atau fungsi yang kegiatannya ada dalam

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN #12 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 12 Pokok Bahasan : Perencanaan Persediaan Dosen :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA ejournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (1): 15-27 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2018 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Iventory) Persedian (Iventory) merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki persediaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4 Manajemen Produksi dan Operasi Inventory M-4 1 2 PENGERTIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam situasi perekonomian yang masih dilanda krisis ekonomi seperti di Indonesia ini, maka setiap perusahaan harus dapat menentukan strategi operasi perusahaannya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T MANAJEMEN PERSEDIAAN Asti Widayanti S.Si M.T Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci