BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Definisi pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Soetriono (2007) pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak, maupun untuk mengatur perilakunya sendiri. Selain itu menurut Fitriani (2011) dalam Hariati (2013), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Dari beberapa definisi pengetahuan diatas, pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil pemikiran seseorang tentang suatu objek (benda, sifat, maupun harapan) yang diperoleh dari pengindraan seseorang terhadap objek tertentu (pengalaman indrawi), maupun kegiatan lain yang dilakukan orang tersebut yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak (2011) dalam Hariati (2013), ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

2 a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak pula. Menurut Amelia (2011) dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan, bila seseorang mempunyai pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, maka akan mempercepat penerimaan pesan-pesan, informasi yang disampaikan tentang manfaat dan jenis pelayanan yang disediakan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut penelitian Hariati (2013) seorang ibu yang bekerja memiliki pergaulan, informasi dan memiliki pengetahuan yang lebih baik. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain akan memiliki lebih banyak pengetahuan bila dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan tanpa ada interaksi dengan orang lain c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang maka orang tersebut akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Perubahan aspek psikologis atau mental seseorang akan membuat tarif berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik.

3 d. Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jika seseorang memiliki pengalaman menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupan seseorang. Pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan seseorang. Semakin tinggi pendidikan dan usia seseorang, maka pengalaman yang diperolehnya semakin luas dan banyak, sehingga tingkat pengetahuannya akan semakin baik pula. f. Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat hidup seseorang dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap orang tersebut. Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Kusumastuti (2010), kultur budaya dalam lingkungan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena berperan dalam menyaring informasi baru agar sesuai dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. g. Informasi. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh seseorang akan merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah pengetahuan. Sehingga semakin mudah dan semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang

4 maka pengetahuan seseorang akan suatu hal akan semakin banyak. Menurut penelitian Hariati (2013) menunjukan bahwa adanya pengaruh informasi dari tenaga kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang penggunaan IUD Post Plasenta. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Mubarak (2011), bahwa kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh seseorang akan merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah pengetahuan. 2.2 Persepsi Definisi persepsi Menurut Wenburg dan Wilmot dalam Riswandi (2009) persepsi didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna. Selain itu menurut Bimo Welgito (2004) dalam Nurmeilita (2010) persepsi adalah suatu proses yang didahuluai dengan proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi juga diartikan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) merupakan inti persepsi, yang identik dengan penyandingan balik atau decoding (Riswandi, 2009). Dan menurut beberapa ahli menyatakan bahwa persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Dari beberapa definisi persepsi atas, persepsi dapat diartikan sebagai kegiatan individu dalam menafsirkan suatu subyek, obyek ataupun peristiwa karena adanya stimulus yang diterima oleh panca indra yang dipengaruhi oleh faktor intern ataupun ekstern dari individu tersebut.

5 2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut Riswandi (2009), faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek, terdiri dari: 1. Latar belakang pengalaman Pengalaman merupakan suatu peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang. Selain mempengaruhi pengetahuan, pengalaman juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu obyek atau stimulus yang diterimanya. 2. Latar belakang budaya Budaya yang melekat pada diri seseorang seringkali mempengaruhi pola pikir serta cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Umumnya, seseorang menganggap budaya yang selama ini diketahui dan dijalani sebagai pedoman dalam memandang hal baru yang ditemui. 3. Latar belakang psikologis Kondisi psikologis merupakan faktor internal dari diri individu yang mempengaruhi persepsi. Persepsi dari individu yang sama dapat berbeda dalam kondisi psikologis yang berbeda. 4. Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan Nilai, keyakinan, dan harapan merupakan 3 (tiga) hal yang mendasari seseorang dalam menafsirkan atau memandang sesuatu. Ketiga hal tersebut dapat menyebabkan seseorang memiliki persepsi yang positif da dapat juga negatif. 5. Kondisi faktual alat-alat panca indera Kondisi faktual yang diterima melalui panca indera menjadi dasar kuat bagi seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.

6 2.3 Jaminan Kesehatan Krama Badung (JKKB) Manguwaras Definisi JKKB Manguwaras Jaminan Kesehatan Karma Badung (JKKB) Manguwaras adalah jaminan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat Badung diluar tanggungan JKBM (Pemerintah Kabupaten Badung,2013). Dengan kata lain JKKB Manguwaras merupakan jaminan tambahan (komplementer) yang diberikan khusus bagi masyarakat yang memiliki KTP Badung, yang sebelumnya telah menggunakan pelayanan JKBM (lolos administrasi JKBM) Pembiayaan JKKB Manguwaras Pembiayaan pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Krama Badung (JKKB) Manguwaras dibayarkan sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten Badung yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Badung. 2.4 Jaminan Kesehatan Nasional Definisi jaminan kesehatan nasional Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, menyatakan jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan yang diberikan kepada seluruh penduduk termasuk orang asing yang bekerja lebih dari enam bulan dan wajib diikuti agar dapat memenuhi

7 kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib Sasaran jaminan kesehatan nasional Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pasal 2, disebutkan bahwa peserta jaminan kesehatan terdiri dari: Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan bukan PBI jaminan kesehatan. Adapun rincian dari kepesertaan JKN, meliputi: 1. Peserta PBI yaitu orang yang tergolong dalam fakir miskin dan orang yang tidak mampu. 2. Pesserta non PBI yaitu peserta JKN yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu termasuk juga WNA yang bekerja paling singkat selama 6 bulan yang terdiri atas : 1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya. 2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya 3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya 4. Penerima pensiun Anggota keluarga yang dimaksud diatas meliputi istri atau suami serta anak yang sah dengan kriteria belum pernah menikah, tidak mempunyai penghasilan sendiri, belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal dengan batas maksimal anggota keluarga yang ditanggung adalah 5 orang. Namun peserta yang bukan PBI dapat juga mendaftarkan anggota keluarga lain seperti ayah, ibu, anak ke empat, dll dengan membayar iuran tambahan (Kemenkes,2013).

8 2.4.3 Persyaratan pendaftaran jaminan kesehatan nasional Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS telah dijelaskan persyaratan untuk menjadi peserta JKN yaitu dengan memberikan data mengenai diri sendiri serta anggota keluarga secara lengkap dan benar baik untuk penduduk yang tergolong PBI maupun bukan PBI. Data yang dimaksud paling sedikit berupa asli/fotokopi KTP, asli/fotokopi KK, serta foto ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar (Kemenkes, 2013). Sementara untuk WNA, menurut BPJS Kesehatan (2013) data yang dimaksud paling sedikit berupa Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/KITAP) serta foto ukuran 3x4. Namun untuk peserta bukan PBI, terdapat beberapa data tambahan harus yang dipenuhi peserta sesuai dengan masing-masing kelompok peserta yang diatur lebih lanjut dalam buku panduan layanan bagi peserta BPJS Kesehatan Prosedur pendaftaran jaminan kesehatan nasional Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) terkait tingkat pengetahuan masyarakat mengenai JKN, aspek prosedur pendaftaran merupakan salah satu dari dua aspek JKN yang tidak dipahami oleh masyarakat. Dimana sebanyak 99 responden (93,40%) memiliki tingkat pengetahuan kurang terkait prosedur pendaftaran JKN. Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, telah diatur prosedur pendaftaran dalam JKN yang disesuaikan dengan kelompok peserta, yaitu : a. Pemerintah mendaftarkan penduduk yang tergolong PBI sebagai peserta JKN kepada BPJS Kesehatan. b. Bagi masyarakat yang tergolong bukan PBI tetapi merupakan pekerja penerima upah, pekerja didaftarkan oleh pemberi kerja. Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 bila pemberi kerja tidak mendaftarkan

9 pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, pekerja yang bersangkutan dapat mendaftarkan dirinya sebagai peserta jaminan kesehatan. c. Bagi pekerja bukan penerima upah wajib mendaftarkan diri dan keluarganya secara sendiri-sendiri atau berkelompok sebagai peserta JKN kepada BPJS Kesehatan dengan membayar iuran; Menurut Kemenkes (2013), prosedur pendaftaran untuk yang mendaftar secara mandiri dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Datang ke kantor BPJS terdekat kemudian mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan menunjukkan persyaratan pendaftaran yang diperlukan kepada petugas. 2. Setelah itu peserta akan mendapatkan nomor kode pendaftaran (virtual account) dan melakukan pembayaran tahap awal sesuai dengan besar iuran yang ditentukan di kantor pos, ATM atau Bank (BNI, BRI, dan Mandiri) 3. Selanjutnya peserta menyetorkan bukti pembayaran diperoleh ke BPJS Kesehatan baru kemudian peserta mendapatkan kartu JKN sebagai identitas kepesertaan Besaran iuran jaminan kesehatan nasional Iuran merupakan sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013, besaran JKN juga disesuaikan dengan golongan kepesertaan dengan perincian sebagai berikut: 1. Untuk iuran PBI yang dibayarkan oleh pemerintah yaitu sebesar Rp ,00 (sembilan belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) per bulan per orang.

10 2. Untuk peserta bukan PBI yang masuk golongan pekerja penerima upah di instansi pemerintah beserta anggota keluarga yang ditanggung, iuran yang ditetapkan ialah sebesar 5% dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan 3% dibayar oleh pemberi kerja (pemerintah) dan 2% dibayar oleh peserta. Kemudian untuk pekerja penerima upah di instansi swasta beserta anggota keluarga yang ditanggung, iuran yang ditetapkan ialah sebesar 4,5% dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 0,5% dibayar oleh peserta pada periode 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni Namun, mulai tanggal 1 Juli 2015 iuran dirubah menjadi 5% dengan ketentuan 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1% dibayar oleh peserta. Sementara untuk pekerja penerima upah yang mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, iuran yang ditetapkan ialah sebesar 1% dari gaji atau upah peserta pekerja penerima upah per orang per bulan yang dibayar oleh peserta. 3. Untuk iuran peserta bukan PBI yang tergolong bukan penerima upah dan bukan pekerja (kecuali penerima pensiun pemerintah, veteran dan perintis kemerdekaan) yang dibayar oleh yang bersangkutan. Besarnya iuran yang dibayarkan digolongkan dalam 3 (tiga) kategori yang disesuaikan dengan kemampuan peserta membayar, yang terdiri dari: a. Sebesar Rp ,00 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III. b. Sebesar Rp ,00 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II. c. Sebesar Rp ,00 (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.

11 4. Untuk peserta bukan PBI yang tergolong bukan pekerja (penerima pensiun pemerintahan), iuran yang ditetapkan adalah sebesar 5% dari besaran pensiun pokok dan tunjangan keluarga yang diterima per bulan dengan kententuan 3% dibayar oleh pemerintah dan 2% dibayar oleh penerima pensiun. Sementara untuk bukan pekerja (veteran dan perintis kemerdekaan) iurannya adalah sebesar 5% dari 45% gaji pokok PNS golongan ruang III/a dengan masa kerja empat belas tahun per bulan yang dibayar oleh pemerintah Prosedur pembayaran iuran jaminan kesehatan nasional Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) terkait tingkat pengetahuan masyarakat mengenai JKN, aspek prosedur pembayaran iuran merupakan salah satu dari dua aspek JKN yang diteliti yang paling banyak tidak diketahui oleh responden. Dimana sebanyak 100 orang (94,34%) responden memiliki tingkat pengetahuan kurang. Untuk Prosedur pembayaran iuran Jaminan Kesehatan Nasional telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 111 Tahun Dimana dalam melakukan pembayaran iuran terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan, yaitu: a. Iuran untuk peserta bukan PBI golongan pekerja penerima upah, pembayaran dilakukan dengan melakukan pemotongan gaji pekerja oleh pemberi kerja sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, membayar iuran yang menjadi tanggung jawabnya dan menyetorkan iuran tersebut ke BPJS paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. b. Iuran untuk peserta bukan PBI golongan pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja, pembayaran dilakukan dengan menyetorkan iuran paling lambat tanggal 10 setiap bulannya kepada BPJS Kesehatan dan dapat dilakukan diawal untuk lebih dari satu bulan.

12 2.4.7 Tempat memproleh pelayanan kesehatan jaminan kesehatan nasional Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing. Menurut BPJS Kesehatan (2013), fasilitas kesehatan tersebut terdiri dari: a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang terdiri dari puskesmas, fasilitas kesehatan milik TNI/PORLI, praktek dokter umum bersama/pribadi, klinik umum, praktek dokter gigi. b. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat lanjut dari fasilitas tingkat pertama yang terdiri dari RSU, RSUP, RSUD, RS Umum TNI/PORLI, RS Umum Swasta, RS Khusus (jantung, kanker, paru, mata, bersalin, kusta, jiwa, dan lainnya yang telah terakreditasi), RS Bergerak, RS Lapangan dan balai kesehatan khusus (paru, mata, KIA, dan jiwa). c. Fasilitas kesehatan penunjang yang merupakan jejaring dari fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan untuk mendapat pelayanan kesehatan tingkat pertama ataupun tingkat lanjut yang terdiri dari laboratorium kesehatan, apotek, unit transfusi darah, serta optik Paket manfaat jaminan kesehatan nasional Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, terdapat 2 (dua) jenis pelayanan yang diterima oleh peserta JKN, yaitu manfaat medis dan manfaat non medis.

13 1) Pelayanan Medis Adalah pelayanan kesehatan yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Terdiri dar: a. Pelayanan kesehatan pertama di fasilitas kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup: 1. Administrasi pelayanan 2. Pelayanan promotif dan preventif yang terdiri dari: a) Penyuluhan kesehatan perorangan b) Imunisasi dasar c) Keluarga Berencana d) Skrining kesehatan. 3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis, serta tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif 4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis 5. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium serta rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi b. Pelayanan kesehatan rujukan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup: 1. Rawat jalan yang meliputi : a) Administrasi pelayanan, serta pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis b) Tindakan medis spesialistik (bedah maupun non bedah) sesuai dengan indikasi medis c) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.

14 d) Pelayanan alat kesehatan implan serta pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai indikasi medis. e) Rehabilitasi medis, pelayanan darah dan kedokteran forensic, serta Pelayanan jenazah difasilitas kesehatan 2. Rawat inap yang meliputi : a) Perawatan inap non intensif. b) Perawatan inap di ruang intensif c. Persalinan sampai dengan anak ketiga serta pelayanan berupa alat bantu kesehatan (kursi roda, kacamata, dan alat bantu kesehatan lain yang diperlukan peserta dalam pelayanan kesehatan yang dijamin) 2) Pelayanan Non Medis Manfaat non medis terdiri dari manfaat akomodasi dan ambulan, yaitu: a. Manfaat akomodasi Adalah manfaat berupa layanan rawat inap yang ditentukan berdasarkan skala iuran yang dibayarkan serta golongan kepesertaan yang terdiri dari: 1. Ruang perawatan kelas III bagi peserta PBI jaminan kesehatan serta pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III. 2. Ruang perawatan kelas II bagi: a) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya b) Anggota TNI penerima pensiun anggota TNI yang setara PNS ruangan I dan golongan II beserta angota keluarganya.

15 c) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara PNS golongan ruangan I dan golongan ruangan II beserta anggota keluarganya. d) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya e) Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya f) Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan ruang perawatan kelas II. 3. Ruang perawatan kelas I bagi: a) Pejabat negara, PNS dan penerima pensiun PNS golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya. b) Anggota TNI dan penerima pensiun anggota TNI yang setara PNS golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya. c) Anggota Polri dan penerima pensiun anggota Polri yang setara PNS golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya. d) Veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya maupun janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan.

16 e) Peserta pekerja penerima upah bulanan dan pegawai pemerintah non pegawai negeri dengan gaji atau upah diatas 1,5 sampai dengan 2 kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 anak beserta anggota keluarganya. f) Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I. b. Manfaat ambulan Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, selain paket manfaat diatas disebutkan juga pelayanan kesehatan yang tidak dijamin dalam JKN, yaitu: 1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur serta yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat. 2. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja. 3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas 4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri serta pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik, untuk mengatasi infertilitas dan meratakan gigi.

17 5. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol serta akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri 6. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan. 7. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen) serta pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah. 8. Perbekalan kesehatan rumah tangga serta alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu. 9. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah dan pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan Prosedur memperoleh pelayanan jaminan kesehatan nasional Menurut BPJS Kesehatan (2013), beberapa prosedur yang wajib diikuti oleh peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan ialah: a. Dalam memperoleh pelayanan, pertama-tama harus memanfaatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama bekerjasama dengan BPJS Kesehatan tempat peserta terdaftar dengan menunjukkan kartu JKN untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. b. Selanjutnya apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama mendiagnosis peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka peserta dapat menuju ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dengan menunjukkan kartu JKN dan surat rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke BPJS Center

18 rumah sakit untuk mendapatkan Surat Eligibilitas Peserta (SEP) agar dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS. c. Namun dalam keadaan gawat darurat, maka peserta dapat langsung memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan baik yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan ataupun tidak meskipun tanpa surat rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama. Dimana jika keadaan gawat darurat telah teratasi, maka peserta yang memperoleh pelayan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dan segera melengkapi persyaratan yang ditentukan.

19 2.5 Penelitian Terdahulu Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai gambaran pelaksanaan jaminan kesehatan nasional belum pernah dilakukan di Kabupaten Badung. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah : Tabel 2. 1 Daftar Penelitian Terdahulu Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil Ni Made Devi Fridayanti Irama, (2014) Putu Gian Minarti, (2014) Persepsi Tenaga Kerja Sektor Informal Mangenai Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Denpasar Gambaran Pelaksanaan Kebijakan Program Jaminan Kesehatan Krama Badung Manguwaras Ditinjau dari Persepsi Pengguna dan Penyedia Layanan Persepsi tenaga kerja sektor informal : 1. Penyelenggaraan JKN 2. Besaran iuran 3. Manfaat pelayanan 4. Sosialisasi 5. Prosedur pendaftaran 6. Pembayaran iuran dalam JKN. 1. Persepsi penyedia pelayanan terhadap JKKB Manguwaras 2. Pelaksanaan JKKB Manguwaras 1. Beberapa responden menyatakan tidak setuju dengan penyelenggaraan JKN dikarenakan masih berlakunya jaminan social yang bersifat gratis. 2. Terdapat responden yang tidak bersedia membayar iuran, dan beberapa responden hanya mampu menjangkau besaran iuran untuk pelayanan kelas III. 3. Responden menyatakan tertarik untuk menjadi peserta JKN, namun banyak yang belum mengetahui JKN dengan jelas. 1. Persepsi dari penyedia layanan dan pengguna layanan menunjukan persepsi yang baik. 2. Terdapat masalah pada fungsi perencanaan anggaran, over utilization oleh masyarakat,

20 Lanjutan Tabel 2.1 Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil Made Dian Kusuma Dewi (2014) di RSUD Kabupaten Badung Tahun 2013 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara di Kota Denpasar mengenai Jaminan Kesehatan Nasional tahun Sustainabilitas program JKKB Manguwaras 4. Equity/ keadilan pelayanan JKKB Manguwaras 5. Quality/ kualitas pelayanan JKKB Manguwaras 1. Definisi JKN 2. Sasaran JKN 3. Persyaratan pendaftaran peserta JKN 4. Prosedur pendaftaran peserta JKN 5. Besaran iuran JKN 6. Prosedur pembayaran iuran 7. Tempat memperoleh pelayanan kesehatan JKN 8. Paket manfaat dalam JKN 9. Prosedur memperoleh pelayanan kesehatan JKN sosialisasi belum menyeluruh, dan pengawasan belum optimal 1. Tingkat pengetahuan peserta JKBM mengenai JKN sebagian besar berada pada katagori kurang yaitu sebanyak 90 responden (84,91%). Sementara yang berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 16 orang (15,09%) dan tidak ada yang berpengetahuan baik. 2. Sementara itu, sebagian besar responden (>50%) memiliki tingkat pengetahuan kurang pada masingmasing aspek mengenai JKN.

21 Lanjutan Tabel 2.1 Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil Ni Nyoman Puspadewi (2013) Hubungan tingkat pengetahuan ibu bersalin pengguna jampersal dengan sikap tentang program jampersal di unit pelaksanaan teknis kesehatan masyarakat UBUD I 1. Tingkat Pengetahuan Ibu bersalin pengguna Jampersal 2. Sikap tentang Jampersal 1. Terdapa hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu bersalin pengguna Jampersal dengan sikap tentang jampersal. 2. Persentase tingkat pengetahuan tertinggi yaitu pada responden yang berusia 20 sampai 35 tahun yaitu sebesar 21,43% dengan tingkat pendidikan terakhir diploma/sarjana 85,71%. 3. Sikap tentang program Jampersal dengan kategori cukup 50 orang (78,13%), dan kurang 14 orang (21,88%)

22

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN Oleh dr. Kalsum Komaryani, MPPM Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 1.

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK Kepala Dep. Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih Jakarta

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK Kepala Dep. Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK. Kepala Departemen Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Tanya-Jawab Lengkap. BPJS Kesehatan. e-book gratis KOMPILASI OLEH: MAJALAHKESEHATAN.COM

Tanya-Jawab Lengkap. BPJS Kesehatan. e-book gratis KOMPILASI OLEH: MAJALAHKESEHATAN.COM Tanya-Jawab Lengkap BPJS Kesehatan KOMPILASI OLEH: MAJALAHKESEHATAN.COM e-book gratis D A F T A R I S I Tentang BPJS Kesehatan... hal. 2 Peserta BPJS Kesehatan... hal. 2 Iuran BPJS Kesehatan... hal. 8

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan BPJS_card_6.indd 1 3/8/2013 4:51:26 PM BPJS Kesehatan Buku saku FAQ (Frequently Asked Questions) Kementerian Kesehatan RI Cetakan Pertama, Maret

Lebih terperinci

ANALISIS BPJS KESEHATAN

ANALISIS BPJS KESEHATAN ANALISIS BPJS KESEHATAN ANALISIS MENGENAI BPJS KESEHATAN Memiliki asuransi kesehatan mutlak perlunya. Karena tidak ada yang bisa memprediksi kapan jatuh sakit, seberapa parah kesakitan yang diderita, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jaminan Kesehatan 3.2 Prinsip Prinsip Jaminan Kesehatan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jaminan Kesehatan 3.2 Prinsip Prinsip Jaminan Kesehatan BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jaminan Kesehatan Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.42, 2016 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan BPJS_card_6.indd 1 3/8/2013 4:51:26 PM BPJS Kesehatan Buku saku FAQ (Frequently Asked Questions) Kementerian Kesehatan RI Cetakan Pertama, Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN 1) BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan) Jaminan Ksehatan menurut Undang-Undang SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN 2016 016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS 1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya? JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.509 2014 KEMENHAN. Luar Tanggungan. BPJS. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI LUAR TANGGUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa beberapa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 15 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 15 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ialah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. ialah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPJS. Jaminan Kesehatan. Penyelenggaraan Pedoman. PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.39,2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul; Petunjuk pelaksanaan, Peraturan Daerah,Kabupaten Bantul, sistem, jaminan kesehatan,daerah BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN Tanggal 17 Juli 2014 Prosedur Pendaftaran Peserta JKN Bagaimana prosedur pendaftaran peserta JKN? Pendaftaran peserta JKN ditentukan berdasarkan kategori peserta. A. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN

Lebih terperinci

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun 204-205 Divisi Regional VIII Banjarmasin, 4 Agustus 205 Desiminasi/Komunikasi Publik Kepada Pemimpin Redaksi dan Pra Jurnalis Sistem Jaminan Sosial

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi akibat adanya pengindraan terhadap objek tertentu

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat -1- Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANAA DINAS KESEHATAN. Alamat : Jln. Surapati No.1 lantai III, Telp (0365) Ext.3330 NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANAA DINAS KESEHATAN. Alamat : Jln. Surapati No.1 lantai III, Telp (0365) Ext.3330 NEGARA PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANAA DINAS KESEHATAN Alamat : Jln. Surapati No.1 lantai III, Telp (0365) 41210 Ext.3330 NEGARA Negara, 16 Januari 2014 Nomor : 400/222/Diskes/2014 Kepada Lampiran : - Yth. 1.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan hasil BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan hasil tangkapan panca

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DINAS KESEHATAN. Alamat : Jln. Surapati No.1 lantai III, Telp (0365) Ext NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DINAS KESEHATAN. Alamat : Jln. Surapati No.1 lantai III, Telp (0365) Ext NEGARA PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DINAS KESEHATAN Alamat : Jln. Surapati No.1 lantai III, Telp (0365) 41210 Ext..3330 NEGARA Negara, 16 Januari 2014 Nomor : 400/222/Diskes/2014 Lampiran : - Perihal : Sosialisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2016 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia AHMAD ANSYORI Dewan Jaminan Sosial Nasional Padang, 26 Juni 2015 1 SJSN SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk kepastian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2015 KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714). PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 1. Pengertian BPJS Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 20 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 3.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1.1. SEJARAH PERUSAHAAN BUMN menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan hukum privat yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaminan Kesehatan Nasional 2.1.1. Definisi Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demand atau Permintaan 2.1.1. Pengertian Grossman (1972) dalam Trisnantoro (2009) penelitian yang sangat berpengaruh dalam khasanah ekonomi kesehatan menggunakan teori modal

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.02/2009 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.02/2009 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.02/2009 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASIEN PENERIMA BANTUAN IURAN 2.1.1.Pengertian pasien penerima bantuan iuran Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyebutkan bahwa pasien

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIS TENTANG KEPESERTAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH BPJS KESEHATAN BERDASARKAN REGULASI YANG SUDAH TERBIT

PANDUAN PRAKTIS TENTANG KEPESERTAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH BPJS KESEHATAN BERDASARKAN REGULASI YANG SUDAH TERBIT PANDUAN PRAKTIS TENTANG KEPESERTAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH BPJS KESEHATAN BERDASARKAN REGULASI YANG SUDAH TERBIT KATA PENGANTAR Kebijakan pemerintah tentang Jaminan Kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN KRAMA BADUNG MANGUWARAS KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN KRAMA BADUNG MANGUWARAS KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN KRAMA BADUNG MANGUWARAS KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DR.Dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XXI dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta. Oktober 2012 **Ketua Umum PERSI Pusat

DR.Dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XXI dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta. Oktober 2012 **Ketua Umum PERSI Pusat DR.Dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XXI dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta. Oktober 2012 **Ketua Umum PERSI Pusat Curiculum Vitae: Dr.dr.Sutoto,MKes Tempat/Tgl lahir :Purwokerto, 21 Juli 1952

Lebih terperinci

Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional

Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Andri Nurcahyanto, SKM, AAK Kepala Pemasaran BPJS Kesehatan Cabang Utama Semarang Semarang, 17 Januari 2014 BPJS Kesehatan Cab. Utama Semarang Jl. Sultan Agung 144

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Menurut Slameto (2010) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN GRATIS TINGKAT LANJUT DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG - 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pembahasan KemenKes RI (7 Sep 2012)

Pembahasan KemenKes RI (7 Sep 2012) Pembahasan KemenKes RI (7 Sep 2012) RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI 0 PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG TARIF DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BAGI PESERTA PT ASKES (PERSERO) DAN KELUARGANYA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1400, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Jaminan Kesehatan Nasional. Pelayanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN

Lebih terperinci

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

Perluasan Cakupan Peserta & Peningkatan Kolektabilitas Iuran Jaminan Sosial Bidang Kesehatan

Perluasan Cakupan Peserta & Peningkatan Kolektabilitas Iuran Jaminan Sosial Bidang Kesehatan Perluasan Cakupan Peserta & Peningkatan Kolektabilitas Iuran Jaminan Sosial Bidang Kesehatan dr. Muhammad Fakhriza Kepala BPJS Kesehatan Cabang Banjarmasin BPJS KESEHATAN CABANG BANJARMASIN Banjarmasin,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KARTU KALTENG BERKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN TENTANG BUPATI LAMONGAN, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten

BUPATI LAMONGAN TENTANG BUPATI LAMONGAN, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR I TAHUN 2Or4 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN SISTEM KAPITASI BAGI PESERTA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PEMBIAYAAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM ASURANSI KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN BUPATI NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN DANA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 6 Tahun 2009

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Rujukan 2.1.1 Pengertian Sistem Rujukan Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab

Lebih terperinci

7. Apa yang dimaksud dengan PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan?... 6

7. Apa yang dimaksud dengan PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan?... 6 BPJS KESEHATAN Daftar Isi: I. SEPUTAR BPJS... 5 1. Apa itu BPJS?... 5 2. Apa itu BPJS Kesehatan?... 5 3. Kapan BPJS Kesehatan mulai operasional?... 5 4. Apa itu Jaminan Kesehatan?... 5 II. PESERTA... 5

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 19 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2009

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA ASKES PADA PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

Lebih terperinci

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa 40 BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL, ORGAN, FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN DAN PENGELOLAAN DANA INVESTASI A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang

Lebih terperinci

SEKILAS MENGENAI BPJS KESEHATAN

SEKILAS MENGENAI BPJS KESEHATAN SEKILAS MENGENAI BPJS KESEHATAN Pembentukan BPJS Pendirian BPJS adalah dalam rangka memperluas cakupan pemberian jaminan sosial kepada segenap lapisan rakyat Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA RUMAH SAKIT REHABILITASI MEDIK KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1 of 5 18/12/ :36

1 of 5 18/12/ :36 1 of 5 18/12/2015 14:36 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN

Lebih terperinci