Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan"

Transkripsi

1 PENERAPAN METODE GEOMAGNET UNTUK MENGETAHUI NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK LAPISAN TANAH DIBANDINGKAN DENGAN PENGUKURAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK SECARA LANGSUNG STUDI KASUS: LAPISAN TANAH DI DESA PANDENSARI PUJON, MALANG Solikha Diah Eksanti 1, Siti Zulaikah 2, Abdullah Fuad 3 1 Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 3 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Alamat Solikha.diah@gmail.com Abstrak Penelitian bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran suseptibilitas magnetik antara pengukuran menggunakan metode geomagnet dengan pengukuran suseptibilitas magnetik secara langsung. Proses penentuan nilai suseptibilitas magnetik menggunakan metode geomagnet dimulai dengan pengambilan data menggunakan Magnetometer G-856. Analisis dan interpretasi data menggunakan software surfer 9, software Magpick dan Software Mag2DC untuk mengetahui nilai suseptibilitas magnetik dari lapisan tanah. Dari pengukuran metode geomagnet didapatkan nilai suseptibilitas magnetik sebesar -0,168 pada kedalaman 0 sampai 2 meter dari titik nol (permukaan bumi) yang termasuk tergolong benda diamagnetik karena nilai suseptibilitasnya kecil dan negatif, Pada kedalaman 2,5 6,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar 0,106933, yang termasuk tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai suseptibilitas magnetik kecil dan positif. Diduga mengandung gamping dan batu pasir. Pada kedalaman 7 7,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar 0,2608 yang termasuk tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai suseptibilitas magnetik kecil dan positif. Diduga mengandung gamping dan batu pasir. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data diperoleh kesimpulan bahwa Perbandingan antara pola grafik dari nilai suseptibilitas magnetik tanah menggunakan metode geomagnet dengan pengukuran suseptibilitas magnetik tanah menggunakan susceptibilitymeter terdapat kesamaan pola yang artinya kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara nilai suseptibilitas magnetik hasil pengukuran dengan metode geomagnet dan pengukuran suseptibilitas magnetik secara langsung secara garis besar mempunyai kandungan magnetik yang hampir sama pada setiap lapisan tanah yang sama. Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan I. Pendahuluan Metode Geomagnet adalah metode geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan bumi (Nuha,2012). Metode geomagnet didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnet di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi atau disebut juga suseptibilitas magnetik. Metode geomagnet banyak digunakan dalam eksplorasi panas bumi, pencarian mineral dalam bumi, mencari nilai suseptibilitas magnetik tanah dan lain sebagainya. Kelebihan dari metode geomagnet salah satunya adalah penerapan dan penggunaan alat yang relatif mudah, sehingga banyak digunakan untuk proses eksplorasi bumi. Sedangkan pada hasil penelitian metode geomagnet masih dirasa kurang, karena memerlukan proses pengolahan data yang cukup banyak dan perlu ketelitian yang sangat tinggi. Sehingga masih diperlukan metode geofisika lain untuk mendukung hasil dari penelitian metode geomagnet. Survei geologi yang pernah dilakukan oleh Rosanti (2012) di Desa Pandensari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang adalah mencari nilai suseptibilitas magnetik lapisan tanah yang diukur dengan menggunakan uji laboratorium yaitu susceptibility meter. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Penerapan Metode Geomagnet untuk Mengetahui Nilai Suseptibilitas Magnetik Lapisan Tanah dibandingkan dengan Pengukuran Suseptibilitas Magnetik Secara Langsung Studi Kasus: lapisan tanah di desa pandensari Pujon Malang. Penerapan metode geomagnet yang dilakukan untuk mengetahui nilai suseptibilitas magnetik tersebut adalah dengan menggunakan alat Magnetometer. Dari pengukuran menggunakan magnetometer akan didapatkan data magnetik berupa anomali medan magnet total. Pada data magnetik yang diperoleh, dilakukan pengolahan dan analisis sehingga didapatkan nilai suseptibiltas magnetik setiap lapisan tanah pada lokasi penelitian. Data suseptibilitas magnetik yang diperoleh dibuat grafik dan dibandingkan pola bentuk grafiknya terhadap hasil pengukuran suseptibilitas magnetik dari susceptibility meter. Dari perbandingan pola grafik dapat diketahui kecenderungan antara kedua metode tersebut.

2 II. Kajian Pustaka Dasar teori dari metode geomagnetik adalah Gaya Coulomb (Nuha,2012). Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1 dan m 2, maka gaya magnetik yang dihasilkan adalah (Rusli,2007): F = Dimana : F adalah gaya yang bekerja diantara dua magnet dengan kuat medan magnet m 1 dan m 2. μ adalah permeabilitas medium yang melingkupi kedua magnet. r adalah jarak kedua magnet. m 1 adalah kuat kutub magnet 1. m 2 adalah kuat kutub magnet 2 Kuat Medan Magnetik Kuat medan magnetik pada suatu titik dengan jarak r dari muatannya dapat dinyatakan sebagai (Syirojudin,2010): H = Intensitas magnetik. Suatu benda magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet dengan kuat medan H, maka akan terjadi polarisasi atau intensitas magnetik pada benda tersebut yang besarnya adalah (Syirojudin,2010): M = χ H Dimana : M adalah intensitas magnetik. χ adalah suseptibilitas magnetik. H adalah kuat medan magnetik Induksi Magnetik Adanya medan magnetik regional yang berasal dari bumi dapat menyebabkan terjadinya induksi magnetik pada batuan yang mempunyai suseptibilitas baik. Total medan magnetik yang dihasilkan pada batuan ini dinyatakan sebagai induksi magnetik(syirojudin,2010). Apabila suatu benda magnetik diletakkan dalam suatu medan magnetik H maka benda tersebut akan termagnetisasi dan menghasilkan medan sendiri H, sehingga medan magnet total yang terukur oleh magnetometer disebut sebagai Induksi Magnetik B yang merupakan jumlah dari medan magnetik pada benda dengan medan magnet utama, yang dinyatakan sebagai: B = H+H = μ 0 (H + M) = μ 0 (1+ χ ) H Dimana : μ 0 adalah permeabilitas magnetik ruang hampa. μ 0 = (1+ χ ) adalah permeabilitas magnetik relatif, sehingga persamaan tersebut dapat ditulis: B = μ 0 μ H Persamaan ini menunjukkan bahwa jika medan magnetik remanen dan luar bumi diabaikan, medan magnet total yang terukur oleh magnetometer di permukaan bumi adalah penjumlahan dari medan bumi utama H dan variasinya (M). M adalah anomali magnet dalam eksplorasi magnetik (Syirojudin,2010). Dalam satuan CGS induksi magnetik B dinyatakan dalam Gauss. Namun dalam prakteknya terukur dalam satuan Gamma (γ) dengan 1 γ setara dengan 1 nano tesla setara dengan 10 Gauss. Suseptibilitas Kemagnetan Kemudahan suatu benda magnetik untuk termagnetisasi ditentukan oleh suseptibitas kemagnetan χ (Kahfi,2008) yang dirumuskan dengan persamaan: M = χ H Suseptibilitas dalam satuan SI dan emu dinyatakan dengan persamaan : χ = 4π χ χ adalah suseptibilitas magnetik dalam satuan SI dan χ adalah suseptibilitas magnetik dalam satuan emu(syirojudin,2010). Suseptibilitas magnetik dapat diartikan sebagai derajat kemagnetan suatu benda. Nilai suseptibilitas magnetik untuk setiap bahan berbeda-beda, hal ini bergantung dengan jenis bahan. Suseptibilitas magnetik ini akan menentukan sifat magnetik pada setiap bahan. Harga χ pada batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Berdasarkan harga suseptibilitas χ, benda-benda magnetik dapat digolongkan menjadi diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetic, antiferomagnetic, dan ferromagnetic(rosanti,2012). 1. Diamagnetik adalah benda yang mempunyai niai χ kecil dan negatif. 2. Paramagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ kecil dan positif. 3. Ferromagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ positif dan besar. 4. Antiferromagnetik adalah benda magnetic yang mempunyai nilai χ sangat kecil, yaitu mendekati nilai χ pada benda paramagnetik. 5. ferrimagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai χ tinggi tetapi jauh lebih rendah dari bahan ferromagnetik. Beberapa jenis material dan beberapa jenis mineral jika dihubungkan dengan suseptibilitas magnetiknya dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Hubungan antara sifat magnetik dan suseptibilitas magnetik (Dearing, 1999 dalam Dian,2012) Sifat Magnetik ferromagnetik Ferrimagnetik Suseptibilitas Magnetik Suseptibilitas magnetik tinggi dan berharga positif Contoh : Besi (Fe), Nike( Ni), Khrom (Cr) Suseptibilitas magnetik tinggi dan berharga positif Contoh:Fe 2 S(magnetite, pyrotite,maghmemite,gregeite) Antiferromagnetik Suseptibilitas sedang dan berharga positif Contoh : Fe 2 O 3 (hematite, geothite)

3 Parramagnetik Suseptibilitas rendah dan berharga positif Contoh :biotite, olivine Diamagnetik Suseptibilitas rendah dan berharga negatif Contoh : air, material organik Pujon adalah kecamatan yang termasuk bagian dari kabupaten Malang, Jawa Timur. Dengan Batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Mojokerto Sebelah Timur : Kota Batu Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar Sebelah Barat : Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Daerah Kecamatan Pujon dilewati oleh gunung Anjasmoro dan diapit beberapa pegunungan lainnya seperti gunung Panderman, dan gunung Kitiran. Luas wilayah Kecamatan Pujon sebesar ,144 Ha / km 2. Suhu udara didaerah Pujon tergolong sedang atau sejuk dengan suhu rata-rata 23 0 C yang merata sepanjang tahun. Curah hujan didaerah ini berkisar antara 1620 mm-2756 mm per tahun (Rosanti,2012). Di desa Pandensari Pujon Malang, banyak dijumpai tanah yang berbukit dan lembah yang terbentuk secara alami. Pembentukan tanah tersebut terjadi secara alami, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah iklim, mahluk hidup,faktor waktu dan topografi. Desa Pandensari Pujon Malang terletak pada titik koordinat LS, BT. Sebelumnya, di Desa Pandensari Pujon Malang pernah diteliti besarnya suseptibilitas per lapisan struktur tanah. Sehingga, penelitian tersebut dapat menjadi referensi pada penelitian yang akan dilakukan ini. III. Metode Penelitian Penelitian dilakukan karena adanya singkapan tanah di Desa Pandensari Pujon Malang yang sudah di ukur nilai suseptibilitas magnetiknya dengan menggunakan suseptibilitymeter sehingga akan dilakukan perbandingan dengan pengukuran suseptibilitas magnetik menggunakan metode geomagnet. Penelitian ini diawali dengan studi pustaka mengenai aplikasi metode geomagnet batuan pada lingkungan dengan merujuk beberapa hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para peneliti. Setelah didapatkan konsep yang matang, penelitian ini dilanjutkan dengan mensurvei lokasi yang tepat untuk dijadikan objek penelitian dan proses perijinan kepada pihak setempat. Tahapan yang pertama dalam penelitian ini adalah menentukan titik pengukuran sesuai dengan tata cara dan skema yang sudah diibuat. Tahap yang kedua adalah persiapan alat yang akan digunakan untuk pengukuran pada titik yang sudah dibuat di lokasi penelitian dan selanjutnya adalah tahap pengambilan data di lokasi penelitian berdasarkan titik-titik yang sudah dibuat. Tahap yang berikutnya adalah proses pengolahan data dan analisis data berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengukuran di lokasi penelitian. Dari data yang ada selanjutnya dilakukan interpretasi yaitu dibuat grafik hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik dengan kedalaman tanah. Bentuk dan pola grafik dibandingkan dan dilihat kecocokan polanya. Analisis yang ada kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang menggunakan alat suseptibility meter. IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil pengolahan data geomagnet yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan software Surfer 9, Software Magpick dan Software Mag2DC. Berdasarkan hasil interpretasi data diperoleh 2 macam peta kontur yaitu peta kontur topografi dan peta kontur anomaly medan magnet lokal dengan menggunakan software Surfer 9.0 seperti : Gb.1 peta kontur topografi lokasi penelitian Lokasi penelitian terletak pada ketinggian antara 1203 meter 1207,2 meter dari permukaan laut yang diketahui dari GPS (Global Positioning System). Nilai suseptibilitas magnetik yang dicari dari ketinggian topografi adalah kedalaman 7,5 meter dari ketinggian yang paling besar. Karena dilokasi penelitian ketinggian topografi tidak rata, maka suseptibilitas diukur dari ketinggian yang paling besar yaitu 1207 meter dari permukaan laut. Gb. 2 Peta kontur anomali medan magnet lokal Nilai anomali medan magnet lokal pada gambar 2 nilai anomali medan magnet daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga kelompok anomali medan magnet, yaitu anomali medan

4 magnet rendah pada skala warna biru sampai warna hijau tua dengan nilai antara 2200 nt sampai nt. Anomali medan magnet sedang pada skala warna hijau sampai warna orange yaitu dengan nilai antara nt sampai 0 nt. Anomali medan magnet tinggi pada skala warna orange sampai warna merah yaitu dengan nilai antara 0 nt sampai 1000 nt. Berdasarkan tiga kelompok nilai anomali medan magnet daerah penelitian didominasi oleh nilai anomali medan magnet tinggi yang tersebar ditengah daerah penelitian yang membujur dari utara ke selatan. Sedangkan anomali medan magnet sedang berada di sebelah timur, barat dan tengah daerah penelitian. Dan anomali medan magnet rendah berada disebelah barat,tengah dan timur daerah penelitian. Interpretasi kualitatif bertujuan untuk menunjukkan bentuk atau model dan kedalaman benda anomali atau struktur geologi melalui pemodelan matematis. Prinsip kerja dari software Mag2DC adalah menyamakan bentuk dari anomali medan magnet penelitian (yang berupa garis putusputus) dengan anomali pehitungan (yang berupa garis tegas). Interpretasi kualitatif dilakukan berdasarkan hasil penafsiran kuantitatif, sehingga dapat menentukan bagian-bagian penampang anomali medan magnet yang menarik untuk memperkirakan truktur geologi bawah permukaan. Namun dalam interpretasi kuantitatif terdapat ambiguitas karena beragam model dapat dihasilkan karena adanya parameter suseptibilitas dan kedalaman yang tidak pasti, sehingga diperlukan data pendukung berupa data geologi daerah penelitian, data suseptibilitas magnetik dan data geofisika yang lain. Peta kontur dari anomali medan magnet lokal yang di slicing yang bertujuan untuk dibuat model anomali medan magnetnya dengan menggunakan software Mag2 DC. Yang menjadi parameter inputnya adalah inklinasi, Deklinasi dan IGRF (Medan magnet utama bumi). Pada daerah penelitian ini nilai inklinasinya adalah -33,21 o dan nilai deklinasinya adalah 1,28 o. sedangkan harga IGRF daerah penelitian adalah 44977,9 nt. Gb. 3 Hasil dari pengolahan data slicing lintasan A-B dengan menggunakan software Mag2DC. Besarnya nilai suseptibilitas magnetik pada kedalaman 0 sampai 2 meter sebesar -0,168 pada lintasan 0 sampai 10 meter. Pada lintasan 10 sampai 27,5 meter sebesar 0,0280. Pada lintasan 25 sampai 27,5 meter sebesar 0,0244 dan pada lintasan 27,5 sampai 35 meter sebesar 0,1536. Pada kedalaman 2 sampai 4 meter sebesar 0,0430 pada lintasan 2,5 sampai 10 meter. Pada lintasan 12,5 sampai 22,5 meter sebesar 0,1242. Dan pada lintasan 27,5 sampai 35 meter sebesar 0,1536. Pada kedalaman 4 sampai 6 meter sebesar 0,0430 pada lintasan 2,5 sampai 10 meter. Pada kedalaman 6 sampai 10 meter sebesar 0,2608 pada lintasan 0 sampai 10 meter. Dari data yang sudah didapatkan, untuk melihat perbandingannya maka perlu dibuat grafik agar lebih terlihat jelas perbandingannya. (a) (b) (c) Gambar 4.5 (a) pola grafik nilai suseptibilitas magnetik hasil pengukuran menggunakan metode geomagnet. (b) pola grafik nilai suseptibilitas magnetik hasil pengukuran secara langsung menggunakan susceptibility meter. (c) pola lapisan tanah yang diukur suseptibilitasnya. Dari kedua pola grafik hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik terhadap kedalaman pada kedua penelitian yaitu metode geomagnet dan pengukuran suseptibilitas secara langsung memiliki bentuk pola yang cenderung hampir sama (mirip). Pada kedua grafik tersebut cenderung linier terhadap kedalaman, dimana semakin besar kedalamannya, nilai suseptibilitas magnetiknya juga semakin besar. Berdasarkan hasil kedua data tersebut pula dapat diperoleh dugaan kandungan yang hampir sama, dimana kandungan utama pada lapisan tanah tersebut secara berurutan adalah lempung, pasir, batu pasir dan gamping. Penentuan kandungan lapisan tanah tersebut dicocokkan dengan hasil pengerukan lapisan tanah di daerah penelitian yaitu gambar (c). Penentuan kandungan lapisan tanah sebenarnya tidak bisa hanya menggunakan satu metode saja, karena jika menggunakan satu metode hasil yang diinginkan tidak dapat ditentukan

5 dengan pasti. Misalnya saja didapatkan nilai suseptibilitas magnetik pada lapisan tanah dengan kedalaman tertentu sebesar 0,2 tanpa adanya pembanding peneliti tidak dapat menentukan kandungan apa yang terdapat pada lapisan tanah tersebut, karena berdasarkan tabel harga nilai suseptibilitas magnetik yang diketahui seperti pada tabel suseptibilitas magnetik telford (1990), ada banyak material dengan nilai suseptibilitas magnetik sebesar 0,2. Tetapi karena adanya pembanding seperti hasil dari pengukuran suseptibilitas secara langsung dan hasil singkapan yaitu hasil pengerukan pada lapisan tanah tersebut seperti penelitian harga suseptibilitas magnetik secara langsung yang dilakukan oleh Rosanti (2012), sehingga dapat diketahui secara pasti material apa saja yang terkandung pada lapisan tanah tersebut. Berdasarkan pengukuran metode geomagnet didapatkan nilai suseptibilitas magnetik : 1. Pada kedalaman 0 sampai 2 meter dari titik nol (permukaan bumi) sebesar -0,168 pada lintasan 0 sampai 10 meter yang termasuk tergolong benda Diamagnetik karena nilai suseptibilitasnya kecil dan negatif. 2. Pada kedalaman 2,5 6,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar 0,106933, yang termasuk tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai suseptibilitas magnetik kecil dan positif. Diduga mengandung gamping dan batu pasir. 3. Pada kedalaman 7 7,5 meter dari titik nol (permukaan tanah) sebesar 0,2608 yang termasuk tergolong benda paramagnetik karena memiliki nilai suseptibilitas magnetik kecil dan positif. Diduga mengandung gamping dan batu pasir. Perbandingan antara pola grafik hasil pengukuran metode geomagnet dengan pengukuran suseptibilitas secara langsung terdapat kesamaan pola, karena kedua metode tersebut sama-sama mengukur suseptibilitas magnetiknya. Namun, ada perbedaan dalam mendapatkan nilai suseptibilitas magnetik yaitu pada kedalaman 0 sampai 2 meter dari titik nol (permukaan bumi) sebesar -0,168 yang termasuk tergolong benda Diamagnetik karena nilai suseptibilitasnya kecil dan negatif. Padahal pada struktur lapisan tanah yang sesungguhnya, pada kedalaman tersebut termasuk jenis tanah lempung yang mempunyai nilai suseptibilitas magnetik ratarata sebesar 0,02 berdasarkan tabel Daftar suseptibilitas magnetik batuan dan mineral (Tellford,1990). Akan tetapi hasil dari pengukuran suseptibilitas magnetik secara langsung sudah sesuai dengan kondisi struktur lapisan tanah yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena pada metode pengukuran suseptibilitas secara langsung tidak ada pengaruh apapun dari bumi, karena pada pengukuran suseptibilitas magnetik secara langsung kita mengambil sampel langsung yang berupa tanah pada setiap lapisan tanah dan mengukurnya pada susceptibilitymeter. Sedangkan pada metode geomagnet untuk mengetahui nilai suseptibilitas magnetik lapisan tanah harus melalui beberapa tahapan. Yang pertama mengukur medan magnet bumi pada lokasi penelitian dengan menggunakan alat magnetometer G 856. Kedua melakukan koreksi pada data yang diperoleh, yaitu koreksi harian (Diurnal) dan koreksi IGRF (The International Geomagnetic Reference Field) yang merupakan medan acuan geomagnetik internasional. Nilai IGRF adalah nilai kuat medan magnet utama bumi. Ketiga, dilakukan proses pengangkatan ke atas atau upward continuation yaitu proses transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Selanjutnya, Interpretasi data dilakukan dengan cara membuat bentuk atau model kedalaman tanah dengan menggunakan software Mag2DC untuk mengetahui nilai suseptibilitas magnetik. Hal tersebut juga disebabkan oleh adanya banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah struktur bumi itu sendiri dan kurang ketelitian pada saat proses pengambilan data, koreksi yang dilakukan kurang sesuai atau kurang tepat dan pada saat mencari nilai suseptibilitas magnetik pada software Mag2DC kurang tepat sehingga mempengaruhi nilai yang diperoleh. Seharusnya pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan sangat teliti, karena dapat mempengaruhi hasil akhir dari proses pengolahan data yaitu nilai suseptibilitas magnetiknya. V. Penutup V.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Perbandingan antara pola grafik dari nilai suseptibilitas magnetik tanah menggunakan metode geomagnet dengan pengukuran suseptibilitas magnetik tanah menggunakan susceptibilitymeter terdapat kesamaan pola yang artinya kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara nilai suseptibilitas magnetik hasil pengukuran dengan metode geomagnet dan pengukuran suseptibilitas magnetik secara langsung secara garis besar mempunyai kandungan magnetik yang hampir sama pada setiap lapisan tanah yang sama. V.2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan menggunakan metode geofisika lain sebagai pembanding data. 2. Dalam melakukan penelitian diperlukan banyak metode, misalnya metode Gravitasi, metode Resistivitas yang berfungsi sebagai pembanding

6 agar hasil yang didapatkan dari penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 3. Dalam pengukuran harus diperhatikan faktorfaktor kesensitifan alat penelitian yang dapat mempengaruhi pembacaan data pada alat penelitian. 4. Ketelitian dalam pembacaan alat dan penentuan titik serta penentuan arah sensor magnetik sangat diperlukan. VI. Daftar Rujukan [1] Candra, Rotua Menentukan Derah Prospek Biji Besi Menggunakan Metode Geolistrik di Daerah C dengan Data PendukungGeomagnet.(Online), ( ac.id/file%3ffile%3ddigital/ s42035 Rotua%2520Chandra.pdf&sa=U&ei=cHXSUZ uqboq8rafrqihadg&ved=0cboqfjaa&usg =AFQjCNFHi4zONN22ImR9XTDJgvKjoxW 5nA) di akses 10 Juni [2] Ismail Metode Geomagnetik. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.(online) ( DE-GEOMAGNETIK) diakses, 11 februari [3] Kahfi, Rian Arifan,dkk Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat. Hlm , (Online), dalam jurnal Berkala Fisika Vol.11. No.4 Oktober 2008.( id/index.php/berkalafisika/artikel/download/p df), diakses 22 Maret [4] Nuha,Dafiqiy ya lu ulin Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Sumber Air Panas Songgoriti Kota Batu Berdasarkan Data Geomagnetik.(Online) dalam Jurnal Neutrino Vol.4. No.2 april ( UTRINO/article/download/1933/pdf), diakses 28 februari [5] Prouty, Mark. Geometrics, Operation Manual, G-856 Memory-Mag TM Proton Precession Magnetometer, P/N Rev.A. San Jose, CA, USA. [6] Rusli, Muhammad Penelitian Potensi Bahan Magnet Alam Di Desa Uekuli Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Unauna Provinsi Sulawesi Tengah. Hlm 14-19,(Online). dalam jurnal Sains Materi Indonesia Edisi Khusus Desember Diakses 22 juli [7] Rosanti, Dian farida Korelasi antara Suseptibilitas Magnetk dengan Unsur Logam Berat pada Sekuensi Tanah di Pujon Malang. skripsi: Universitas Negeri Malang. [8] Siahaan, Barita Uli Basa Penentuan Struktur pada Zona Hydrokarbon Daerah X menggunakan Metode Magnetik. Skripsi: Universitas Indonesia. [9] Syirojudin, Muhamad Penentuan Karakteristik Sesar Cimandiri Segmen Pelabuhan Ratu-Citarik Dengan Metode Magnet Bumi. Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. [10] Telford, W.M, Geldart, L.P, Sheriff, R.E, 1990, Apllied Geophysics, second edition, pp , Australian and New York : Cambridge University Press, USA.

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT Tris Armando Hidayati 1, Ibrahim Sota 1, Sudarningsih 1 Abstrak. Sumber daya mineral merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK Oleh: Dafiqiy Ya lu Ulin Nuha 1, Novi Avisena 2 ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian dengan metode

Lebih terperinci

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2 GEOMAGNETIK Metoda magnetik merupakan metoda pengolahan data potensial untuk memperoleh gambaran bawah permukaan bumi atau berdasarkan karakteristik magnetiknya. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas

Lebih terperinci

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK Oleh: Khoiri Zamroni NRP: 1110100022 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat Rian Arifan Kahfi dan Tony Yulianto Jurusan Fisika Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan PENDUGAAN JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH BENDUNGAN KARANGKATES MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNETIK Faisol Mohammad Abdullah 1, Sunaryo 2, Adi Susilo 3 1) Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Univ. Brawijaya

Lebih terperinci

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada diagram alir survei mineral (bijih besi) pada tahap pendahuluan pada Gambar IV.1 yang meliputi ; Akuisisi data Geologi

Lebih terperinci

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. GEOMAGNETIK Metoda magnetik merupakan metoda pengolahan data potensial untuk memperoleh gambaran bawah permukaan bumi atau berdasarkan karakteristik magnetiknya. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas

Lebih terperinci

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul.... i Lembar Pengesahan.... ii Abstrak.... iii Kata Pengantar.... v Daftar Isi. vii Daftar Gambar.... ix Daftar Tabel.... xi BAB 1 : PENDAHULUAN.... 1 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated. IDENTIFIKASI SEBARAN MINERAL SULFIDA (PIRIT) MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH LIBURENG KABUPATEN BONE Muh. Zulfitrah 1, Dr. Lantu, M. Eng. Sc, DESS 2, Syamsuddin, S.Si, MT 3 e-mail: fitrafisikaunhas@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG 1 La Ode Marzujriban, 2 Sabriabto Aswad 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 4 No.3, Juli 2001, hal 63 68 PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK Yuliyanto, G 1 ; Hartantyo, E

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN : Identifikasi Sebaran Bijih Besi di Daerah Gurun Datar Kabupaten Solok Sumatera Barat Menggunakan Metode Geomagnet Muh. Ishak Jumarang 1)*, Zulfian 1) 1) Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (04), Hal. 74 78 ISSN : 337-804 Pendugaan Potensi Bijih Besi di Dusun Sepoteng Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang Dengan Metode Geomagnet Apriyanto Ramadhan * ),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Data geomagnet yang dihasilkan dari proses akusisi data di lapangan merupakan data magnetik bumi yang dipengaruhi oleh banyak hal. Setidaknya

Lebih terperinci

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan) Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan) Zainul Arif 1, Piter Lepong 2, 1 Laboratorium Geofisika, Program Studi

Lebih terperinci

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik Arif Ismul Hadi, Refrizon, dan Suhendra Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah Fauzia Rizky Wijaya 1, Widodo Putra 2, Muhammad Bagus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan ribu pulau besar dan kecil. Dengan begitu cukup sedikit potensi lahan bisa termanfaatkan karena

Lebih terperinci

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto 115060405111005 115060407111033 115060407111025 115060407111005 Sejarah Perkembangan Metode Magnetik Sejarah

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK Yeremias K. L. Killo 1, Rian Jonathan 2, Sarwo Edy Lewier 3, Yusias Andrie 4 2 Mahasiswa Teknik Pertambangan Upn Veteran Yogyakarta 1,3,4

Lebih terperinci

Pengolahan awal metode magnetik

Pengolahan awal metode magnetik Modul 10 Pengolahan awal metode magnetik 1. Dasar Teori Tujuan praktikum kali ini adalah untuk melakukan pengolahan data magnetik, dengan menggunakan data lapangan sampai mendapatkan anomali medan magnet

Lebih terperinci

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG Youngster Physics Journal ISSN : 2302-2302 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015, Hal 285-290 INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran struktur geologi Dasar Laut

Lebih terperinci

Pemodelan 2D Reservoar Geotermal Menggunakan Metode Geomagnet Pada Lapangan Panasbumi Mapane Tambu

Pemodelan 2D Reservoar Geotermal Menggunakan Metode Geomagnet Pada Lapangan Panasbumi Mapane Tambu Pemodelan 2D Reservoar Geotermal Menggunakan Metode Geomagnet Pada Lapangan (The 2D modeling of geotermal reservoir using geomagnetic methodson Geothermal Field- Mapane Tambu) Fatmawati Rafmin *), Rustan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah provinsi Lampung. Secara geografis daerah penelitian terletak diantara 103 40-105 50 BT dan 5 00-6 00 LS. Secara umum

Lebih terperinci

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik Arif Ismul Hadi, Refrizon, dan Suhendra Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub Puguh Hiskiawan 1 1 Department of Physics, University of Jember Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember

Lebih terperinci

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a* PRISM FISIK, Vol. V, No. 3 (2017), Hal. 83-87 ISSN : 2337-8204 Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua arat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN TANAH DAERAH POTENSI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOMAGNETIK

Lebih terperinci

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang TAHUN 26, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA Eddy Sumardi, Timor Situmorang Kelompok Program Penelitian Panas Bumi ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA ISSN : 2579-5821 (Cetak) ISSN : 2579-5546 (Online) Alamat URL : http://journal.unhas.ac.id/index.php/geocelebes Jurnal Geocelebes Vol. 1 No. 1, April 2017, Hal 17-22 IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET Identifikasi Jalur Sesar Minor Grindulu (Aryo Seno Nurrohman) 116 IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET IDENTIFICATION OF GRINDULU MINOR FAULT LINES BASED ON MAGNETIC

Lebih terperinci

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka Penentuan Pola Resistivitas Struktur Lapisan Tanah dengan Metode Geolistrik dan Perbandingannya dengan Pengukuran Suseptibilitas Menggunakan Metode Geomagnet Siti Qomariyah 1, Siti Zulaikah 2, Burhan Indriawan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk dapat menginterpretasi daerah potensi bijih besi di daerah penelitian, maka data

Lebih terperinci

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO Study of the zones of gold mineralization in Siliwanga village, Lore Peore district, Poso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Harga komoditi untuk mineral-mineral saat ini telah mendekati rekor harga tertingginya, seperti Logam-logam industri (bijih besi, tembaga, alumunium, timbal, nikel

Lebih terperinci

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN KARAKTERISASI PANAS BUMI DI SUMBER AIR PANAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET (STUDI KASUS SUMBER AIR PANAS PANGGO KABUPATEN SINJAI) Oleh : Nurfadhilah Arif 1, Drs. Lantu, M.Eng.Sc, DESS 2, SabriantoAswad,

Lebih terperinci

EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI Eksplorasi Geomagnetik untuk... EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI Widya Utama, Dwa Desa Warnana, Anik Hilyah, Syaeful Bahri, Firman Syaifuddin, Hasibatul

Lebih terperinci

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan 37 V. HASIL DAN INTERPRETASI A. Pengolahan Data Proses pengolahan yaitu berawal dari pengambilan data di daerah prospek panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB Puguh Hiskiawan 1* 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember, Indonesia Abstrak: Metode geomagnetik adalah salah

Lebih terperinci

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso Identification of Megalith Objects Using Geomagnetic Method in the Pokekea Site,

Lebih terperinci

Physics Communication

Physics Communication Physics Communication 1 (1) (2016) Physics Communication http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pc IDENTIFIKASI SEBARAN ANOMALI MAGNETIK DI PERAIRAN KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Unnes Physics Journal

Unnes Physics Journal UPJ 4 (1) (2015) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SESAR KALI KREO BERDASARKAN DATA MAGNETIK Retno Purwaningsih, Khumaedi, Hadi Susanto

Lebih terperinci

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT Rustan Efendi 1, Fajrah Lamangkona 1, Sandra 1 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai) Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai) Nurfadhilah Arif, Lantu, Sabrianto Aswad, Maria Program Studi Geofisika

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH Muhammad Hasan Basri 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1 Abstrak. Bijih besi adalah

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Sub Pokok Bahasan : Magnet Bumi Medan Magnet Luar Akuisisi dan Reduksi Data Pengolahan Data MetodaInterpretasi Metode Geomagnetik didasarkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014 IDENTIFIKASI CEKUNGAN DARI POLA ANOMALI MAGNET TOTAL DAN NILAI SUSCEPTIBILITAS DARI BATUAN DASAR DI PERAIRAN TELUK BONE SULAWESI SELATAN Oleh Delyuzar Ilahude (*) dan Dicky Muslim (**) *) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA Oleh Liliek Rihardiana Rosli SARI Penyelidikan geofisika dengan cara magnet telah dilakukan di daerah panas bumi Akesahu.

Lebih terperinci

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2014) Vol.4 No.2 halaman 192 Oktober 2014 Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

Lebih terperinci

Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Panas Bumi Parang Tritis Kabupaten Bantul DIY Dengan Metode Magnetik

Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Panas Bumi Parang Tritis Kabupaten Bantul DIY Dengan Metode Magnetik Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 12, No. 4, Oktober 2009, hal 153-160 Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Panas Bumi Parang Tritis Kabupaten Bantul DIY Dengan Metode Magnetik Putut Indratmoko,

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR Oleh: Dina Wulan Kencana 1, Abdul Basid 2 ABSTRAK: Arkeologi mengarahkan kajian pada benda-benda peninggalan manusia

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Dwi Aulia Safitri NIM 061810201035 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Analisis Data. (Desi Hanisa Putri) 120

Analisis Data. (Desi Hanisa Putri) 120 ANALISIS DATA MAGNETIK UNTUK MENGETAHUI POSISI BATUAN SEDIMEN TERHADAP BATUAN BEKU DAN BATUAN METAMORF DI DAERAH WATUPERAHU PERBUKITAN JIWO TIMUR BAYAT KLATEN Desy Hanisa Putri Program Studi Fisika FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penerapan ilmu geofisika, geologi, maupun hidrografi dalam survey bawah laut menjadi suatu yang sangat krusial dalam menggambarkan keadaan, detail objek,

Lebih terperinci

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK Samsul Irsyad 1 * ; Mimin Iryanti, 2 * ; Dadan Dani Wardhana 3 * 1,2 Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan variasi kerentanan magnet batuan, dilakukan pemisahan atau koreksi terhadap medan magnet bumi utama, dan

Lebih terperinci

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet ISSN:2089-0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2016) Vol. No. Halaman 31 April 2016 Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet Khafidh Nur Aziz 1, Yosaphat

Lebih terperinci

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU Oleh : Subarsyah dan I Ketut Gede Aryawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI SKRIPSI... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU Gazali Rachman 1, Jufri 2 1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon 2) Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan kemajuan suatu negara, bilamana suatu negara kekurangan energi maka akan memperlambat perkembangan kemajuan

Lebih terperinci

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber Daya Geologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur - 100 Bujur Timur. Provinsi Sumatera memiliki luas total sebesar

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN : IDENTIFIKASI STRUKTUR LAPISAN TANAH GAMBUT SEBAGAI INFORMASI AWAL RANCANG BANGUNAN DENGAN METODE GEOLISTRIK 3D Firmansyah Sirait 1), Andi Ihwan 1)* 1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT Siti Rusita 1, Simon Sadok Siregar 1, Ibrahim Sota 1 ABSTRAK. Bijih besi merupakan unsur utama dalam industri

Lebih terperinci

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BENDUNGAN SUTAMI DAN SEKITARNYA BERDASARKAN ANOMALI GAYABERAT Elwin Purwanto 1), Sunaryo 1), Wasis 1) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Lebih terperinci

Unnes Physics Journal

Unnes Physics Journal UPJ 4 (1) (2015) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj KAJIAN PANAS BUMI DAERAH MEDINI GONOHARJO BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK Endar Widi Sugiyo, Supriyadi, dan Agus Yulianto

Lebih terperinci

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH 1. Tutik Annisa (H1E007005) 2. Desi Ari (H1E00700 ) 3. Fatwa Aji Kurniawan (H1E007015) 4. Eri Widianto (H1E007024) 5. Puzi Anigrahawati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian Keseluruhan negeri Terengganu terletak dalam Jalur Timur. Batuan yang paling dominan ialah batuan sedimen (termasuk metasedimen) berusia Karbon

Lebih terperinci

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK Sasmita Fidyaningrum 1, Adi Susilo 1, Yasa Suparman 2, 1) Jurusan Fisika FMIPAUniversitas Brawijaya,

Lebih terperinci

MONITORING GUNUNG API DENGAN METODE MAGNETIK

MONITORING GUNUNG API DENGAN METODE MAGNETIK MONITORING GUNUNG API DENGAN METODE MAGNETIK 1. Pendahuluan Monitoring gunung api merupakan serangkaian kegiatan pengukuran, analisa, dan interpretasi data Gunung Api dengan tujuan untuk dapat memprediksi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA Muhammad Altin Massinai, Syahwan Tolleng, Lantu, Maria *) *) Prodi Geofisika FMIPA UNHAS Makassar muhammad_altin@yahoo.co.id

Lebih terperinci

3. HASIL PENYELIDIKAN

3. HASIL PENYELIDIKAN Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Ulusuiti dan Tanjung Lima Kapas, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Pengambilan Data Koreksi Variasi Harian Koreksi IGRF Anomali magnet Total Pemisahan Anomali Magnet Total Anomali Regional menggunakan Metode Trend Surface

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal ANALISIS STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH HARJOSARI KABUPATEN SEMARANG MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DENGAN PEMODELAN 2D DAN 3D Mars Widodo 1), Tony Yulianto 1), Udi Harmoko 1), Gatot Yulianto 1), Sugeng

Lebih terperinci

Kata kunci: anomali magnet, filter, sesar, intrusi

Kata kunci: anomali magnet, filter, sesar, intrusi IDENTIFIKASI DAERAH SESAR DAN INTRUSI ERDASARKAN PERANDINGAN ANTARA FILTER( RTP,UPWARD,DOWNWARD, dan ANILTIC SIGNAL ) DATA MAPPING REGIONAL MAGNETIK DAERAH GARUT, JAWA ARAT A Lathief Fashihullisan 1)*,

Lebih terperinci

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN: Pemrosesan Anomali Magnetik Menggunakan Filter Upward Continuation Dan First Vertical Derivative (Lokasi Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan) Albert Wenanta 1, Piter Lepong 1 Laboratorium

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yudi Aziz. M., A.Md., Reza Marza. D., ST. Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya

Lebih terperinci

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI MUARA SUNGAI PROGO MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI MUARA SUNGAI PROGO MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal. 409-416 INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI MUARA SUNGAI PROGO MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK Dewi Andri 1), Muhammad Irham

Lebih terperinci

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut : GEOMAGNET AKUSISI DATA Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut : Menentukan posisi setiap lokasi pengukuran (lintang dan bujur), dan diplotkan pada

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RESERVOAR DAERAH PANASBUMI DENGAN METODE GEOMAGNETIK DAERAH BLAWAN KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO

IDENTIFIKASI RESERVOAR DAERAH PANASBUMI DENGAN METODE GEOMAGNETIK DAERAH BLAWAN KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO IDENTIFIKASI RESERVOAR DAERAH PANASBUMI DENGAN METODE GEOMAGNETIK DAERAH BLAWAN KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO Oleh: Akhmad Afandi 1, Sukir Maryanto 2, Arief Rachmansyah 3 ABSTRAK: Telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia memiliki kandungan sumber daya alam berupa mineral dan energi yang cukup tinggi, salah satunya adalah panas bumi. Sumber energi panas bumi Indonesia

Lebih terperinci

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta Dian Novita Sari, M.Sc Abstrak Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode gravity di daerah Dlingo, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI EMAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DI DAERAH GARUT JAWA BARAT

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI EMAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DI DAERAH GARUT JAWA BARAT INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI EMAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DI DAERAH GARUT JAWA BARAT Disusun oleh: DIDI HERYANTO M0209015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC Pendugaan Bijih Besi Dengan Geolistrik Resistivity -2D dan Geomagnet di Daerah Sebayur, Desa Maroktuah, Kec. Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Propinsi Kepulauan Riau 183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK

Lebih terperinci

PENDUGAAN MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DESA DARMAKRADENAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS

PENDUGAAN MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DESA DARMAKRADENAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS Berkala Fisika ISSN : 1410 9662 Vol. 16, No. 3, Juli 2013, hal 85-94 PENDUGAAN MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DESA DARMAKRADENAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS Sehah dan Sukmaji Anom

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI Hasil pengolahan data yang didapat akan dibahas dan dianalisis pada bab ini. Analisis dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan secara geometri yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan desain penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian geomagnet ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA Oleh : B. Nhirwana dan Subarsyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr.

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN: Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 111 119 ISSN: 2085 1227 Penyebaran Batuan Situs Purbakala Candi Palgading di Dusun Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik,

Lebih terperinci

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS DIWAK-DEREKAN BERDASARKAN DATA MAGNETIK

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS DIWAK-DEREKAN BERDASARKAN DATA MAGNETIK Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 2, April 2014, Hal 129-134 INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS DIWAK-DEREKAN BERDASARKAN DATA MAGNETIK Muhammad Ulin Nuha ABA, Tony

Lebih terperinci

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG Andi Agus Noor Laboratorium Geofisika, Fakutas Teknik Geologi, UNPAD ABSTRACT

Lebih terperinci

TEORI DASAR. batuan, yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung

TEORI DASAR. batuan, yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung 14 III. TEORI DASAR Metode geomagnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan magnet) batuan, yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung kepada kontras magnetik di bawah

Lebih terperinci

INTERPRETASI MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DI AREA PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DESA CIHONJE, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS

INTERPRETASI MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DI AREA PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DESA CIHONJE, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 2, April 2015, hal 51-58 INTERPRETASI MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DI AREA PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DESA CIHONJE, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan terus tumbuhnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan konsumsi listrik juga mengalami pertumbuhan pesat. Pembangunan sistem kelistrikan saat ini sudah tidak

Lebih terperinci

Journal of Creativity Students

Journal of Creativity Students Journal of Creativity Students 1 (1) (2016) Journal of Creativity Students http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jcs Identifikasi Panasbumi Krakal dengan Menggunakan Metode Geomagnetik sebagai Informasi

Lebih terperinci

APLIKASI METODE MAGNETIK UNTUK MELOKALISASI TARGET ZONA MINERALISASI EMAS DI DAERAH X

APLIKASI METODE MAGNETIK UNTUK MELOKALISASI TARGET ZONA MINERALISASI EMAS DI DAERAH X Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 1-6 APLIKASI METODE MAGNETIK UNTUK MELOKALISASI TARGET ZONA MINERALISASI EMAS DI DAERAH X Seftyand S Briyantara dan Tony Yulianto

Lebih terperinci