*PEMUTARAN PERDANA THE ACT OF KILLING Di LONDON *
|
|
- Benny Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 *Kolom IBRAHIM ISA Sabtu, 16 Maret * *PEMUTARAN PERDANA THE ACT OF KILLING Di LONDON * Maret 2013, adalah peiode yang sarat dengan acara sekitar *Peristiwa 1965*. Reaksi yang telah melihatnya adalah positif; ada juga yang terkejut, marah, atau reaktif-negatif. Perkembangan perhatian masyarakat dalam dan luar negeri terhadap Peristiwa 1965 semakin menonjol. Jelas fokusnya. Bukan lagi cerita-cerita sekitar krisis ekonomi Indonesia pada periode itu. Juga bukan demo-demo anti-presiden Sukarno oleh organisasi pemuda-pelajar KAMI dan KAPPI dengan dukungan militer. Fokus dewasa ini dan perhatian umumnya tertuju pada GENOSIDA di sekitar Peristiwa Pembunuhan masal ekstra-judisial oleh penguasa militer Indonesia beserta para pendukungnya dari kalangan sipil dan kolabarator mereka di pelbagai parpol. * * * Jumlah korban dalam Peristiwa 1965 jauh melebihi genosida yang terjadi, misalnya di Kambodja. Namun, ketika itu media mancanegara Barat, -- di satu fihak mengangkat dan memfokuskan perhatian pada pelanggaran HAM di Kambodja. Tapi bngkam terhadap apa yang terjadi di Indonesia ketika terjadi pembantaian masal oleh Jendral Suharto dan kawan-kawannya, terhadap warga yang tidak bersalah. Mengapa bisa terjadi yang demikian? Banyak pendapat tidak keliru memahaminya. Tidak salah mengatakan bahwa media Barat menggunakan DUA UKURAN melihat apa yang terjadi di depan matanya. Mereka beranggap bahwa di Kambodja yang menjadi pelaku genosida adalah sebuah rezim Komunis. Yang mereka haramkan! Sedangkan dalam Peristiwa 1965, KORBANNYA ADALAH KOMUNIS dan yang dituduh Komunis -- SEDANG PALAKUNYA adalah militer dan pendukungnya, yang ANTI-KOMUNIS. Yang mereka dukung dan bantu, secara politik, materil, finansil, ekonomi dan senjata.! Mereka berpendirian membunuh sebanyak mungkin Komunis dan
2 simpatisannya, adalah sesuatu yang wajar dan keharusan!! Jangan heran bila menemukan bahwa sampai dewasa ini tidak sedikit orang di Indonesia terutama elite dan kalangan berkuasa militer dan sipil, dimana rezim otoriter Orba sudah diakhiri, namun, masih punya pendirian seperti itu. Sekarang memandang dengan dua ukuran seperti tsb di atas, -- rupanya sudah mulai ditinggalkan. Mudah-mudahan! Dewasa ini tampaknya *Fokusnya dalah pada pelanggara HAM yang dilakukan dimana terlibat aparat keamanan negara.* Fokusnya mulai pada *MENGUNGKAPKAN FAKTA! Mengungkap pelaku dan memberlakukan keadilan bagi korban!* ** * ** Film "The Act of Killing" adalah salah satu usaha positif untuk MENGUNGKAP FAKTA! Film dokumenter ini telah diputar di Canada, Amerika, Berlin, Stsockholm, dll tempat. Masih akan diputar di Den Haag, Amsterdam, Diemen, Leiden, dan tempat-tempat lainnya. Di Indonesia sudah juga diputar di beberapa kota dan lingkungan. Sambutan publik luar biasa! *Lampiran:* *Joshua Oppenheimer:* -- *"Kami sudah memulai proyek ini sekitar satu dekade lalu* - *Setiap merekam gambar selalu didatangi polisi, tentara, maupun pejabat* *pemerintah lokal"* *Anwar Congo belakangan mengatakan dia merasa tertipu oleh Joshua. Joshua membantah tuduhan itu -- Semua pengambilan gambar diambil secara terbuka dengan sepengetahuan peserta film* * * * **Pemutaran perdana The Act of Killing di London** < menggunakan gaya bercerita film di dalam film> BBC - 15 Maret :45 WIB The Act of Killing Menggunakan teknik bercerita film dalam film untuk pembunuhan masa Film dokumenter yang kontroversial tentang Indonesa, The Act of Killing, mulai ditayangkan di Inggris dengan pemutaran perdana di Universitas Westminster, London.
3 Sekitar 200 penonton -sebagian kecil di antaranya warga Indonesia- memadati gedung teater universitas yang dijadikan tempat pemutaran film yang mengangkat pembunuhan pada masa pemberantasan Komunis Indonesia tahun Saat mengantarkan filmnya, sutradara Joshua Oppenheimer -yang lancar berbahasa Indonesia- mengatakan film dimaksudkan untuk membuka kebisuan tentang pembunuhan atas orang-orang yang dituduh anggota maupun pendukung PKI. "Kalau kami tidak memfilmkannya, maka para korban akan meninggal dan tidak pernah akan terungkap kekerasan tersebut," tutur Joshua di depan panggung, Kamis 14 Maret malam waktu London. Setelah pemutaran perdana, //The Act of Killing// juga akan diputar di Goldsmith University, London tenggara, dan Curzon Soho, bioskop di pusat kota London yang sering menayangkan film-film alternatif dan dokumenter. Diskusi dengan pegiat HAM --"Saya mengucapkan terima kasih kepada semua awak di Indonesia yang tidak bisa saya sebutkan namanya." Di Universitas Westminser, yang ditayangkan adalah versi lengkap dengan durasi 157 menit, jauh lebih panjang dari versi untuk khalayak umum berdurasi 115 menit. "Kami sudah memulai proyek ini sekitar satu dekade lalu namun setiap merekam gambar selalu didatangi polisi, tentara, maupun pejabat pemerintah lokal," tambah Joshua. Dia kemudian berdiskusi dengan para pegiat hak asasi manusia dan memutuskan untuk meneruskannya dengan memusatkan perhatian pada pelaku pembunuhan. "Seseorang dari pegiat HAM itu mengatakan harus bisa." Dngan bantuan para awak Indonesia -yang dirahasiakan namanya sebagai //anonymous// dalam kredit film- Joshua membuatnya dengan lokasi di Medan, perkebunan Sumatera Utara, maupun di Jakarta. Kisahnya didasarkan pada pengakuan Anwar Congo dan beberapa orang lain yang terlibat dalam pembunuhan massal itu. Joshua Oppenheimer membuat filmnya di Medan dan perkebunan Sumatera Utara. "Saya mengucapkan terima kasih kepada semua awak di Indonesia yang tidak bisa saya sebutkan namanya."
4 Rekonstruksi pembunuhan //The act of Killing// -yang diproduksi tahun menggunakan gaya bercerita film di dalam film. Tokoh Anwar Congo -yang memerankan diri sendiri dan mengaku sebagai preman Medanmencoba merekonstruksi pembunuhan yang dia lakukan setelah 30 September 1965.Rekaman rekonstruksi dilengkapi dengan wawancara para pemain maupun adegan mengikuti kehidupan sehari-hari mereka, antara lain ketika Anwar memberi makan bebek bersama kedua cucunya. Saat merekonstruksi pembunuhan, Anwar dibantu dengan beberapa temannya, antara lain Herman Koto, Ibrahim Sinik, maupun Adi Zulkadry. Beberapa pemimpin maupun anggota organisasi Pemuda Pancasila juga muncul dalam film ini, seperti Yapto Soerjosoemarno. Anwar Congo -seperti dilaporkan berbagai media di Indonesia- belakangan mengatakan dia merasa tertipu oleh Joshua. Namun Joshua membantah tuduhan itu dengan alasan semua pengambilan gambar diambil secara terbuka dengan sepengetahuan peserta film. * * * Kesan D. Lusi Setelah melihat film The Act Of Killing Para sahabat yb. Setelah melihat film "The Act of Killing" yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer, betul-betul bisa kita gambarkan dengan nyata betapa kekejaman dan kengerian yang menimpa para korban dan rakyat yang tidak tahu-menahu di tanahair kita - Indonesia pada tahun-tahun 1965-an. Yang digambarkan si jagal itu baru yang terjadi di Medan. Jangan lupa kejadian ini tidak hanya di Sumatra Utara, namun meliputi seluruh wilayah Indonesia, apakah di Jawa Tengah, di Jawa Timur, di Bali maupun di wilayah tanah air lainnya. Berdasarkan pengakuan Jendral Sarwo Edi yang memimpin pelaksanaan penjagalan ini telah memakan korban sampai tiga juta orang. Semua perbuatan itu adalah atas perintah Jendral fasis Soeharto. Joshua juga menjelaskan bahwa si pelaku yang di Medan itu senantiasa
5 berhubungan dengan perwakilan US di Medan. Berikut saya turunkan terjemahan dari bahasa Jerman wawancara Joshua Oppenheimer dengan Anett Keller yang di muat dalam majalah Der Spiegel yang lalu. Dari tanya-jawab pada wawancara ini bisa kita ikuti betapa luarbiasa sadisnya perbuatan si jagal-jagal itu. Dan jangan dilupakan, klas penguasa sekarang ini adalah juga satu klas dengan pelaku sadisme ini. Masihkah kita diam seribu basa di tengah-tengah pesta-pora kanibalisme ini? Salam Lusi.- Wawancara dengan Anett Keller: Doku "The Act of Killing": Kita menjadi tamu suatu pesta-pora kanibalisme Bagaimana orang membunuh manusia? Dengan Film Dokumentasi "The Act of Killing" pada Festival-film Berlinale mantan paramiliter dari Indonesia membanggakan pembunuhan massal di tahun enam puluhan. Sutradara Joshua Oppenheimer menjelaskan dalam wawancara, mengapa kita semua jauh lebih dekat pada pembunuh itu dibanding dengan yang kita sangka? SPIEGEL ONLINE: Tuan Oppenheimer, film Anda "The Act of Killing" menceritakan tentang kelompok paramiliter Pemuda Pancasila di Indonesia, yang setelah terjadinya kudeta Jendral Suharto 1965 ikut melakukan pembunuhan antara limaratus ribu sampai tiga juta manusia, suatu skala pembunuhan massal yang sampai hari ini tidak pernah dibenahi. Bagaimana di depan kamera para pembunuh yang lalu itu bisa membangga-banggakan diri mereka dengan perbuatannya itu. Bagaimana itu bisa terjadi? Oppenheimer: Setelah terjadi pembunuhan massal, orang-orang itu masih tetap berada pada posisi sebagai penguasa. Tetap masih ada sejumlah besar orang yang memandang mereka sebagai pahlawan. Kebanggaan mereka mempunyai tiga alasan. Pertama: Mengurangi perasaan bersalah. Kedua: Membantu menakut-nakuti masyarakat diluar itu terutama bagi mereka yang terhindar dari pembunuhan untuk membungkam mulut mereka. Ketiga: Mitos kepahlawan dijadikan dasar untuk menulis sejarah yang terlepas dari masalah moral, karena para pembunuh
6 massal itu menikmati privilese. Pembunuhan massal dirayakan bagaikan sesuatu yang mengandung mitos kepahlawanan dan menjadi alasan kebal hukum. SPIEGEL ONLINE: Bagaimana Anda telah berhasil mendekati para tokoh utamanya? Apakah mereka tidak tahu, kalau dalam film Anda mereka itu tidak bisa melepaskan diri sebagai manusia yang tidak baik? Oppenheimer: Ketika saya bertemu mereka, mereka menekankan, kalau mereka dielu-elukan orang sebagai pahlawan. Mereka beranggapan, bahwa saya berada di pihak mereka. Bagaimanapun USA telah mendukung pembunuhan massal setelah kudeta militer melawan kaum komunis pada tahun Teman-teman dan tokoh pimpinan saya selama terjadinya pembunuhan mandi darah itu, selalu mengadakan hubungan secara teratur dengan Konsulat US di Medan. Mereka beranggapan, bahwa sebagai pembuat film dari US-Amerika, mestinya saya memihak kepada mereka. SPIEGEL ONLINE: Anda mempersilahkan tokoh utamanya menampilkan kembali perbuatan mereka. Apakah yang menjadi tantangan terbesar bagi Anda selama pembuatan film? Oppenheimer: Menekan rasa kengerian. Saya dibesarkan di lingkungan suatu keluarga, yang banyak kehilangan anggota keluarganya melalui peristiwa Holocaus. Keluarga ayah saya datang dari Berlin dan Frankfurt, famili fihak ibu tiri dari Wina. Sedangkan keluarga, yang tidak berhasil ke USA, sebagian besar dibunuh. Bagi saya, pandangan politik dan moral terpenting selama periode pendewasaan: Bagaimana kita bisa menghindarkan, hal semacam ini tidak terulang? Di kalangan umat Yahudi mantra "tidak akan terulang" terlalu sering dibatasi menjadi hal "tidak akan terulang pada kita" SPIEGEL ONLINE: Persisnya apa yang Anda maksud? Oppenheimer: Apabila kita betul bersungguh-sungguh dengan "Tidak akan terulang", artinya yang kita maksud adalah Tidak akan terulang pada siapapun. Untuk itu kita harus mengerti, mengapa insan manusia saling melakukan sesuatu terhadap yang lain. Adalah suatu tantangan untuk mengakui, bahwa pelakunya adalah manusia juga, kalau tokh kita dikonfrontasi dengan pelaku kekerasan yang paling ganaspun. Hitler itu bukannya belum berpengalaman, bukan bersisik-melik dan tidak punya gigi tajam. Dia adalah suatu machluk manusia. Kita cenderung untuk
7 menstempel dia sebagai raksasa yang mengerikan. Namun kalau kita beranggapan demikian, kita memastikan diri, bahwa kita tidak seperti dia. Kendati dengan kekejamannya, bagaimanapun pelaku utama saya yang memperagakan perbuatannya di depan kamera, selalu dipandang sebagai manusia, disinilah yang menjadi tantangan terberat bagi saya. SPIEGEL ONLINE: Dari sudut pandang Anda, berhasilkah itu? Oppenheimer: Bagi pemirsa Indonesia yang melihat film kami, telah menimbulkan pertanyaan yang mendalam mengenai masyarakat mereka. Apa yang telah terjadi di Indonesia itu merupakan suatu metafora atas kekebalan hukum dimanapun di dunia, termasuk tanahair saya sendiri. Kita masih beranggapan, bahwa sebagian besar kejahatan terhadap kemanusiaan seperti di Ruanda, Kamboja atau Jerman telah ditebus. Bahwa suatu perubahan total kekuasaan menuju ke pemerintahan baru, yang menafsirkan pembunuhan itu salah. Tetapi pesan yang lebih dalam dari film, bahwa Ruanda, Kamboja dan Jerman sesungguhnya merupakan perkecualian dari hukum. Semua masyarakat dibangun oleh kekuasaan massa. Amerika, Britania Raya, Belanda, Rusia, Tiongkok. Pada umumnya si pelaku tidak dituntut untuk bertanggungjawab. SPIEGEL ONLINE: Mengapa Anda tidak membuat film tentang para korban? Oppenheimer: Karena kami lebih dekat dengan si pelaku saat kami ingin memperkenalkan diri. Tentu saja sejarah mereka yang masih hidup sangatlah penting. Dalam film kami yang berikutnya, saya akan membuat dokumentasi perjuangan satu keluarga yang berusaha menggugat, mengapa si pembunuh anak lelaki mereka tidak dihukum. SPIEGEL ONLINE: Namun demikian Anda sekarang betul-betul dengan si pelaku... Oppenheimer: Sampai sekarang film-film dokumenter memusatkan pada para korban, karena mereka ingin menunjukkan kepada kita, bahwa sikap moral dan politik kita dekat dengan para korban. Tetapi setiap hari saya menulis di suatu computer yang dibuat di suatu pabrik, yang syarat-syarat hidup kaum buruhnya jelek, bahwa di balkon asrama tempat tinggal mereka ada jerat, yang melindungi loncatan ke kematian. Dan syarat-syarat mereka begitu jelek, karena ada orang-orang semacam paramiliter yang saya tampilkan itu yang mengancam mereka dengan paksa, manakala mereka ingin berjuang untuk perbaikan nasibnya.
8 SPIEGEL ONLINE: Tapi apa artinya buat kita? Oppenheimer: Kita semua ini adalah tamu di suatu pesta pora kanibalisme. Dan kita menyadarinya karena itu kita merasa bersalah, namun demikian kita masih terus saja melakukannya, hidup, belanja, melahapnya. Bukankah kita lebih dekat dengan pelaku dari pada yang kita sangka?
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa
Lebih terperinciMeninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu
Wawancara dengan Soe Tjen: Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu Tak ada yang memberitahu Soe Tjen tentang nasib ayahnya dan genosida anti-komunis. Sampai ia mendengar kisah itu dari ibunya, setelah
Lebih terperinciPembantaian Massal Pernah Terjadi
Pembantaian Massal 1965-1966 Pernah Terjadi Penulis : Donny Andhika http://www.mediaindonesia.com/read/2012/10/10/352566/284/1/pembantaian_massal_196 5-1966_Pernah_Terjadi_Bagian_1 Senin, 01 Oktober 2012
Lebih terperinci"THE ACT O F KILLING JAGAL
Kolom IBRAHIM ISA Sabtu, 18 Januari 2014 ------------------- Sekitar NOMINASI OSCAR Film "THE ACT O F KILLING JAGAL Tadi malam aku share artikel yang ditulis sahabat karibku Max Lane di Facebook, sekitar
Lebih terperinciNegara Jangan Cuci Tangan
Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)
Lebih terperinciBuku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965
Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965 Tulisan ini bukanlah resensi buku. Melainkan seruan atau anjuran kepada orang-orang yang mempunyai hati nurani dan berperkemanusiaan, atau yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.komunikasi massa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu perilaku interaksi yang terjadi di dalam diri seseorang atau di antara
Lebih terperinciAdalah Gerakan 1 Oktober ( GESTOK )... dan Keadilan.. Sekitar Peristiwa '65
Kolom IBRAHIM ISA Senin, 30 September 2013 ------------------------------------ -- Gerakan 30 September, G30S Adalah Gerakan 1 Oktober ( GESTOK )... -- Meningkatnya Kesedaran Mengungkap Kebenaran dan Keadilan..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan karsa yang merdeka sendiri. Semua
Lebih terperinci* * * II. Angan-angan Jendral Pangkostrad Mau KEMBALI * * *
Kolom IBRAHIM ISA Rabu, 06 November 2013 --------------------- I. Buku Baru Prof Salim Said.... II. Angan-angan Jendral Pangkostrad Mau KEMBALI Ke DWIFUNGSI-ABRI I. Senin 04 November 2013 y.l, ketika membuka
Lebih terperinciKeterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65
Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/
Lebih terperinciGus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66
Gus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66 (Oleh : A. Umar Said ) Renungan tentang HAM dan demokrasi di Indonesia (pamflet, gaya bebas berfikir) Agaknya, bagi banyak orang, pernyataan Gus Dur dalam
Lebih terperinciGerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para
BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal
Lebih terperinciLaporan akhir IPT, 8 Juni, 2016
Laporan akhir IPT, 8 Juni, 2016 DAFTAR ISI Catatan editorial Ucapan terima kasih Daftar istilah dan singkatan A SIDANG IPT A1 PENGANTAR IPT A2 KATA PEMBUKAAN PANEL HAKIM, 10 NOVEMBER 2015 A3 KATA PENUTUP
Lebih terperinciAKAR DAN DALANG PEMBANTAIAN MANUSIA TAK BERDOSA. dan PENGGULINGAN BUNG KARNO
Kolom IBRAHIM ISA Minggu, 15 Desember 2013 ----------------------- Menyambut Hangat Karya Penting SUAR SUROSO: AKAR DAN DALANG PEMBANTAIAN MANUSIA TAK BERDOSA dan PENGGULINGAN BUNG KARNO Senin, 16 Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film pertama kali dipertontonkan di Paris, Perancis pada tahun1895. Dari waktu ke waktu film mengalami perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan maupun
Lebih terperinciIni Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI
Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki
Lebih terperinciAPA SEBAB JENDRAL SUHARTO TIDAK PUNYA SYARAT UNTUK DIBENUM -- JADI PAHLAWAN NASIONAL * * *
Kolom IBRAHIM ISA Selasa Sore, 30 Juni 2015 ---------------------- APA SEBAB JENDRAL SUHARTO TIDAK PUNYA SYARAT UNTUK DIBENUM -- JADI PAHLAWAN NASIONAL Entah disebabkan mimpi buruk (nightmare) apa Dua
Lebih terperinciKEKERASAN DAN KEBIADABAN
Kolom IBRAHIM ISA Senin Malam, 15 Desember 2014 --------------------------- KEKERASAN DAN KEBIADABAN YANG MENYESAKKAN DENYUT HATI-NURANI Kemarin sore, hari Minggu, 14 Desember 2014, antara jam 16.00 s/d
Lebih terperinciKASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965*
MASALAH IMPUNITAS DAN KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965* Oleh MD Kartaprawira Bahwasanya Indonesia adalah Negara Hukum, dengan jelas tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Siapa pun tidak bisa mengingkari.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) mengeluarkan keputusan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak 15 april 1969 pemerintah melalui militer mulai memahami kekuatan film sebagai alat propaganda dan kampanye, baik itu propaganda demi kepentingan politik dan kampanye
Lebih terperinci*BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT INDONESIA CINDY ADAMS* *<EDISI ASLI: SUKARNO AN AUTOBIOGRAPHY, AS TOLD TO CINDY ADAMS>*
*Kolom IBRAHIM ISA* *Minggu, 28 Agustus, 2011* *------------------------------* *BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT INDONESIA CINDY ADAMS* **
Lebih terperinciWAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA
WAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA Pada 11 September 2001, saya melihat wajah Islam yang sebenarnya. Saya melihat kegembiraan di wajah bangsa kami karena ada begitu banyak orang kafir yang dibantai dengan mudahnya...saya
Lebih terperinciREPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI
REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI Bangga Pramesti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI bangga_108@yahoo.com
Lebih terperinciG30S dan Kejahatan Negara
Telah terbit Buku: G30S dan Kejahatan Negara Catatan Penyunting Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7 pagi, saya bermain catur dengan ayah saya, Siauw Giok Tjhan di beranda depan rumah. Sebuah kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat
Lebih terperinciHUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT...
Kolom IBRAHIM ISA Kemis, 03 Oktober 2013 -------------------- HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT... Hubungan dua negeri Asia: -- Indonesia dan Tiongkok--, Yang satu negeri kepulauan terbesar
Lebih terperinciAkui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf
Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf BY WEBMASTER OCTOBER 27, 2015 HTTP://1965TRIBUNAL.ORG/ID/AKUI-DULU-PEMBANTAIAN-BARU-MINTA-MAAF/ Menolak lupa, menjadi saksi (selama hayat di kandung badan). Galeri
Lebih terperinciBahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI
Bahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI Menjelang tanggal 30 September 2011 dalam website http://umarsaid.free.fr/ akan diusahakan penyajian secara berturut-turut tulisan atau artikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan
Lebih terperincipesan yang tersirat di setiap scene-scene dalam film untuk menyampaikan maksud dan pengertian kepada khalayak. Secara umum, film dipandang sebagai med
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan komunikasi saat ini tidak lagi dianggap hanya sebagai kegiatan penyampaian pesan anatara komunikator dengan komunikan.komunikasi saat ini i telah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Melalui analisis, dapat terlihat berbagai kritik sosial yang diungkapkan oleh SGA dalam Kalatidha. Kritik dalam Kalatidha dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjamin perlindungan hak azasi manusia dan agar para aparat penegak hukum menjalankan tugasnya secara konsekuen, maka KUHAP membentuk suatu lembaga baru yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah
Lebih terperinciSebuah Upaya Meluruskan Sejarah
Resensi buku Talangsari 1989, Kesaksian Korban Pelanggaran HAM Peristiwa Lampung (Dimuat di harian Lampung Post, Sabtu 28 April 2007) Sebuah Upaya Meluruskan Sejarah Judul buku : Talangsari 1989, Kesaksian
Lebih terperinciUni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan
Mikhail Gorbachev: Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan 15 Desember 2016 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-38311912 Image captionmikhail Gorbachev, 85 tahun, kini jarang tampil untuk wawancara. Mantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena anak hidup dijalan sudah mulai menjadi perbincangan sejak awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari keluarga, dan menempati
Lebih terperinciPERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN
PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A
Lebih terperinciTragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik
Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik Sastra dan Politik: Tragedi 1965 dalam Negara Orde Baru Buku Yoseph Yapi Taum Eva Yenita Syam 1 evanys99@gmail.com Pengantar Persoalan kesastraan tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, penikmat sastra ataupun masyarakat Indonesia secara umum, adalah membaca, mempelajari, bahkan menulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film dokumenter Jagal (The Act of Killing) ini mengungkapkan realita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film dokumenter Jagal (The Act of Killing) ini mengungkapkan realita kekejaman pada tahun 1965 terhadap anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) yang ada di Medan,
Lebih terperinciBACAAN UNTUK HARI " SEBELAS MARET" HARI "SUPERSEMAR"
Kolom IBRAHIM ISA Rabu Sore, 11 Maret 2015 ---------------------- BACAAN UNTUK HARI " SEBELAS MARET" HARI "SUPERSEMAR" SUPERSEMAR Di Satu Tangan, B E D I L Di Tangan Satunya KUDETA Paling CANGGIH, Paling
Lebih terperinciTelah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?
Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus beraksi dalam beberapa bulan terakhir di Papua. Aparat keamanan dan kepolisian jadi sasaran, termasuk warga sipil. Sudah banyak korban yang tewas karenanya, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam biografi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adams pada tahun 1965
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam biografi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adams pada tahun 1965 ketika terjadi perubahan besar politik Indonesia, buku ini mendapat respon positif dari
Lebih terperinciRepresentasi Banalitas Kejahatan dalam Film The Act of Killing
JURNAL E- KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA Representasi Banalitas Kejahatan dalam Film The Act of Killing Patricia Evangeline Setiawan, Prodi Ilmu Komunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis dengan konsep mitologi Roland Barthes. Ia menggunakannya sebagai alat untuk mengkritik ideologi
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia
68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dokumenter. Didirikan di Denmark pada tahun 1993 oleh Thomas Stenderup dan
45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Final Cut For Real Film Final Cut For Real adalah perusahaan Film yang memproduksi Film-film dokumenter. Didirikan di Denmark pada tahun 1993 oleh Thomas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia
Lebih terperinciKAUM EKSIL INDONESIA MEMPERTAHANKAN PERJUANGAN DEMI REFORMASI, DEMOKRASI DAN HAM DI INDONESIA
Kolom IBRAHIM ISA Minggu, 09 Maret 2014 -------------------- KAUM EKSIL INDONESIA MEMPERTAHANKAN PERJUANGAN DEMI REFORMASI, DEMOKRASI DAN HAM DI INDONESIA Tulisan penulis Singapura, May Swan, disiarkan
Lebih terperinciMasyarakat Bersikap Masih Seperti 1965
Wawancara Khusus Agus Widjojo: Masyarakat Bersikap Masih Seperti 1965 Prima Gumilang & Suriyanto, CNN Indonesia Sabtu, 01/10/2016 20:55 WIB http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161001191440-75-162627/agus-widjojo-masyarakat-bersikap-masih-seperti-1965/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu komunikasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu komunikasi dan teknologi dalam kehidupan juga turut berkembang. Media komunikasi yang paling banyak digunakan oleh
Lebih terperinciIndonesia Lakukan Genosida
Putusan Pengadilan Rakyat 1965: Indonesia Lakukan Genosida Yuliawati, Trifitri Muhammaditta & Prima Gumilang, CNN Indonesia Rabu, 20/07/2016 14:17 WIB http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160720141601-12-145854/putusan-pengadilan-rakyat-1965-indonesia-lakukan-genosida/
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPartai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.
Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. BY HANDOKO WIZAYA ON OCTOBER 4, 2017POLITIK https://seword.com/politik/partai-pdip-dan-pembasmian-pki-melalui-supersemar/ Menurut Sekretaris Jenderal
Lebih terperinciKesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965
Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965 Hasan Kurniawan http://daerah.sindonews.com/read/1057848/29/kesaksian-siauw-giok-tjhan-dalam-gestapu-1965-1446312109/ Senin, 2 November 2015 05:05 WIB Siauw
Lebih terperinciSecara umum, berita-berita yang mereka tampilkan membawa pesan seperti yang disampaikan dalam muktamar.
Secara umum, berita-berita yang mereka tampilkan membawa pesan seperti yang disampaikan dalam muktamar. Muktamar Khilafah 2013 berlangsung di seluruh Indonesia. Muktamar bergulir sejak 5 Mei hingga 2 Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, perkembangan teknologi sudah berkembang semakin pesat. Dalam dunia pendidikan pun sudah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mempermudah dan memperlancar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya alam dan sumber daya manusia harus maksimal agar bisa menyejahterakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek Dalam era pembangunan seperti sekarang ini, sebuah negara diharuskan untuk bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, pengelolaan sumber daya alam dan
Lebih terperinciPERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )
PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda
Lebih terperincipengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965
'Dicina-cinakan' di jalan: pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 Endang NurdinBBC Indonesia 27 Oktober 2017 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41738253?ocid=wsindonesia.chat-apps.in-app-msg.whatsapp.trial.link1_.auin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia
Lebih terperinciTENTANG Orang Pertama PKI D.N. AIDIT
Kolom IBRAHIM ISA Jum'at, 06 September 2013 ---------------------------------- SEJARAWAN HOESEIN RUSDHY: TENTANG Orang Pertama PKI D.N. AIDIT Suatu gejala positif dan patut disambut adalah tulisan sejarawan
Lebih terperinci"MINI-SEMINAR" --- KASUS SEJARAH TERPENTING INDONESIA
Kolom IBRAHIM ISA Selasa Malam, 21 April 2015 ------------------------ "MINI-SEMINAR" --- KASUS SEJARAH TERPENTING INDONESIA Sepertinya, --- seakan-akan,... kejadian itu, sebagai sesuatu yang 'kebetulan'
Lebih terperinciRibuan massa turun ke jalan pada 9 Desember memperingati Hari Anti Korupsi se-dunia. Apakah aksi tersebut berdampak pada perubahan?
{mosimage} M Ismail Yusanto Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Desakan masyarakat bagi pengungkapan kasus skandal Bank Century ini sangat kuat. Skandal ini seolah telah menjadi milik publik dan tak bisa
Lebih terperinciPENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001
PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Film sebagai media komunikasi massa pandangdengar mempunyai
Lebih terperinci*SEKITAR TERORIS-KANAN ANDREAS BREIVIK*
*Kolom IBRAHIM ISA* *Kemis, 18 Agustus 2011* ------------------------ *SEKITAR TERORIS-KANAN ANDREAS BREIVIK* ** Setelah kejadian aksi-teror Andreas
Lebih terperinciSambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011
Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SIDANG KABINET PARIPURNA DI GEDUNG
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah
Lebih terperinciCari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah
Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah Selasa, 26 April 2016 01:43 http://www.beritametro.co.id/feature/cari-kuburan-massal-untuk-pelurusan-sejarah Aktivis HAM menemukan kuburan massal yang diduga
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Ip Man III Dikisahkan kehidupan seorang guru besar bela diri aliran Wing Chun yang sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah itu bernama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berusaha melihat bagaimana konstruksi dalam film Samin VS Semen dan film Sikep Samin Semen bekerja. Konstruksi ini dilihat melalui konsep yang ada di dalam film
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak
BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Dunia adalah panggung sandiwara merupakan pemikiran yang relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dengan sebuah peran, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami
Lebih terperinciMencari Pendekar Anti-Korupsi di Sekolah (Sejarah Pemberantasan Korupsi di Italia)
Mencari Pendekar Anti-Korupsi di Sekolah (Sejarah Pemberantasan Korupsi di Italia) Oleh Suradi Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Palembang Ringkasan Program pendidikan etika yang dilaksanakan oleh
Lebih terperinciKebencian pada Keturunan PKI Belum Hilang, Negara Harus Minta Maaf
Komunitas Merah Putih: Kebencian pada Keturunan PKI Belum Hilang, Selasa, 11 Agustus 2015 16:30 Negara Harus Minta Maaf http://sp.beritasatu.com/home/kebencian-pada-keturunan-pki-belum-hilang-negara-harus-minta-maaf/93433
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan
Lebih terperinciBAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar
BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita
Lebih terperinciAKTA TUNTUTAN KESALAHAN
AKTA TUNTUTAN KESALAHAN PERDATA OLEH PIHAK ASING (Alien Tort Claims Act) Exxon Mobil dan PT Arun Nicola Colbran Norwegian Centre for Human Rights Disampaikan pada Workshop Pertanggungjawaban sosial Disampaikan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film AWAL: Nasib Manusia mengangkat potongan kisah hidup seorang pria bernama
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Film AWAL: Nasib Manusia mengangkat potongan kisah hidup seorang pria bernama Awal Uzhara, seorang mantan eksil. Judul film AWAL sengaja dipilih karena mengambil dari
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan
Lebih terperinciBAB VI PERSEPSI REMAJA TERHADAP UNSUR KEKERASAN DALAM SINETRON DI TELEVISI
BAB VI PERSEPSI REMAJA TERHADAP UNSUR KEKERASAN DALAM SINETRON DI TELEVISI 6.1. Persepsi Remaja terhadap Unsur Kekerasan dalam Sinetron di Televisi Remaja yang menjadi responden dalam penelitian sebagian
Lebih terperinci