BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya masa kehamilan, tidak tergantung dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya masa kehamilan, tidak tergantung dari"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kematian Maternal Defenisi Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya masa kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya. (Winkjosastro (Ed), 2002) Tingkat Kematian Maternal Berdasarkan kesepakatan Internasional, tingkat kematian maternal didefenisikan sebagai jumlah kematian maternal selama 1 tahun dalam kelahiran hidup. Sesungguhnya kematian ini lebih tepat disebut Maternal Mortality Ratio, sebab denominator untuk Maternal Mortality Rate seharusnya population at risk untuk kehamilan dan persalinan yaitu jumlah wanita usia reproduksi (15-44 tahun). (Winkjosastro (Ed), 2002) Data kematian maternal di Indonesia pada saat ini belum ada yang tepat. Hal ini disebabkan oleh belum adanya sistem pendaftaran wajib untuk kelahiran kematian, menurut perkiraan kasar angka kematian maternal adalah 6-8 per 100 kelahiran hidup.

2 Angka-angka yang dewasa ini tersedia dari angka-angka dari rumah sakit dibeberapa daerah, selain menerima wanita untuk persalinan yang telah mendaftarkan diri terlebih dahulu, menerima pula penderita-penderita yang dikirim dari daerah sekitarnya karena kesukaran dalam persalinan. (Winkjosastro (Ed), 2002) Penyebab Kematian Maternal Secara garis besar penyebab kematian ibu dapat dikategorikan dalam penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. 1. Penyebab Langsung Terjadi pada kehamilan yang dikehendaki atau tidak, terdapat komplikasi kehamilan dan persalinan seperti perdarahan, preeklampsia dan eklampsia serta infeksi. 2. Penyebab Tidak Langsung Jangkauan daerah Indonesia yang terlalu luas, kemiskinan, status gizi, anemia, keterlambatan memberi pertolongan yang adekuat. (Manuaba, 2001) 2.2. Perdarahan Perdarahan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih.

3 Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga. Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut : 1. Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan a. Plasenta previa b. Solusi plasenta c. Perdarahan pada plasenta letak rendah d. Pecahnya sinus marginalis dan vasa previa 2. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan a. Pecahnya varices vagina b. Perdarahan polip serviks c. Perdarahan perlukan seviks d. Perdarahan karena keganasan serviks a. Plasenta Previa Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. Secara teoritis plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis : 1. Plasenta pervia totalis Menutupi seluruh osteum uteri pada pembukaan 4 cm. 2. Plasenta previa partialis Menutupi sebagian osteum uteri internum. 3. Plasenta previa marginalis Apabila tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum uteri internum.

4 Diagnosis plasenta previa 1. Anamnese plasenta previa a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu. b. Sifat perdarahan - Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba - Tanpa sebab yang jelas - Dapat berulang c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin. 2. Pada inspeksi dijumpai : a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal. b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. 3. Pemeriksaan fisik ibu a. Keadaan normal-syok b. Kesadaran baik-koma c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai : - Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal - Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat - Daerah ujung menjadi dingin - Tampak anemis 4. Pemeriksaan khusus kebidanan a. Pemeriksaan palpasi abdomen b. Pemeriksaan denyut jantung janin c. Pemeriksaan dalam d. Pemeriksaan penunjang

5 Penatalaksanaan plasenta previa Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah : 1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian. 2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut. 3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup. Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan : 1. Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan. 2. Sedapat mungkin diantar oleh petugas. 3. Dilengkapi dengan keterangan secukupnya. 4. Persiapan donor darah untuk transfusi darah. Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan pertolongan yang paling banyak dilakukan bentuk operasi lainnya seperti : a. Cunam Willet Gausz b. Versi Braxton Hicks c. Pemasangan kantong karet. (Manuaba, 1998) b. Solusio Plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga.

6 Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin. Gambaran klinik solusio plasenta Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang terlepas : 1. Solusio plasenta ringan a. Terlepasnya plasenta kurang dasri 1/4 bagian. b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan. c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan. d. Persalinan berjalan dengan lancer pervaginam. 2. Solusio plasenta sedang a. Terlepasnya plasenta lebih dari 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian. b. Dapat menimbulkan gejala klinik : - Perdarahan dengan rasa sakit. - Perut terasa tegang. - Gerak janin kurang. - Palpasi bagian janin sulit diraba. - Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang. - Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol. - Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.

7 3. Solusio plasenta berat a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian. b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri. c. Penyulit pada ibu. - Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat. - Dapat terjadi gangguan pembekuan darah. - Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan perdsarahan dan penderita tampak anemis. - Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut terasa sakit dan janin telah meninggal dalam rahim. - Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol. - Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan : 1. Anamnese a. Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri. b. Terjadi spontan atau karena trauma. c. Perut terasa nyeri. d. Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin. 2. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan fisik umum. b. Pemeriksaan fisik khusus - Palpasi abdomen

8 - Auskultasi - Pemeriksaan dalam 3. Pemeriksaan penunjang Penanganan solusio plasenta 1. Solusi plasenta ringan - Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak. - Keadaan janin masih baik daspat dilakukan penanganan secara konserfatif. - Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang masih baik dilakukan seksio sesarea. - Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan rawat inap. 2. Solusi plasenta tingkat sedang dan berat Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderitanya. Tatalaksananya adalah : - Pemasangan infus dan transfusi darah - Memecahkan ketuban - Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea oleh karena itu, penanganan solusi plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas mencukupi. 3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan atau kematian ibu maupun perinatal.

9 Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan kerumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat : - Pemasangan infus - Tanpa melakukan pemeriksaan dalam. - Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan. - Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat. - Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama. c. Perdarahan pada plasenta letak rendah Plasenta rendah dimaksudkan bila pada pemeriksaan dalam jari tangan yang dimasukkan dapat mencapai tepi bawah plasenta, perdarahan pada plasenta letak rendah baru terjadi bila pembukaan mendekati lengkap. Tindakan yang dapat dilakukan adalah : 1. Memecahkan ketuban yang diikuti oleh induksi persalinan untuk mempercepat proses persalinan. 2. Dilakukan tindakan mengakhiri persalinan dengan indikasi. 3. Untuk bidan segera melakukan konsultasi atau merujuk. d. Pecahnya sinus marginalis Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru dapat diketahui setelah persalinan. Pada waktu persalinan perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap, perlu diperkirakan kemungkinan perdarahan karena sinus marginalis yang pecah.

10 e. Perdarahan karena pecahnya vasa previa Vasa previa adalah menyilangnya pembuluh darah plasenta yang berasal dari insersio vilamentosa pada kanlis servikalis, dan agak sukar untuk menegakkan diagnosa. Gejala klinik yang perlu diperhatikan adalah ketuban pecah diikuti perdarahan dan terjadi asfiksia janin dalam kandungan. Sikap yang harus dilakukan adalah mengirim penderita kerumah sakit untuk persalinan dengan primer seksio. (Manuaba, 1998) Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung, perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan postpartum primer dan sekunder. 1. Perdarahan postpartum primer Terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab utama adalah atoni uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama. 2. Perdarahan postpartum sekunder Terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran. Perdarahan postpartum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di negara berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah : - Grandemultipara - Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun. - Persalinan yang dilakukan dengan tindakan.

11 a. Atonia Uteri Atonia uteri adalah tidak adanya kontraksi uterus setelah proses persalinan. Penyebab dari atonia uteri adalah : 1. Tindakan persalinan - Partus lama/persalinan terlantar. - Trauma persalinan, robekan vagina. 2. Faktor predisposisi - Anemia - Grandemultipara - Jarak hamil kurang dari 2 tahun - Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil kembar Untuk meningkatkan kontraksi otot rahim dan menghentikan perdarahan dapat dilakukan dengan jalan : - Masase fundus uteri - Memberikan uterotonika dengan penyuntikan oksitoksin dan sejenisnya, memberikan prostaglandin, melakukan tampone uterus dan vagina. - Menghentikan atau menghilangkan sumber perdsarahan, dengan liglasi arteri hipogastrika interna dan melakukan histerektomi. Sikap bidan dalam menghadapi atonia uteri 1. Bidan dapat mengambil langkah-langkah untuk menangani perdarahan atonia uteri sebagai berikut : - Meningkatkan upaya preventif - Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana.

12 - Melakukan konsultasi atau merujuk pasien dengan overdistensi. - Mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun. 2. Bidan dapat segera melakukan rujukan penderita dengan didahului tindakan-tindakan ringan : - Memasang infus dan memberikan cairan pengganti. - Memberikan uterotonika - Melakukan masase uterus - Kompresi bimanual eksternal dan internal - Kompresi aorta abdominalis - Penderita diantar b. Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan : - Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta dan perkreta. - Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan. - Retensio plasenta tanpa perdarahan. - Plasenta manual dengan segera dilakukan. Sikap bidan dalam menghadapi retensio plasenta 1. Sikap umum bidan a. Memperhatikan keadaan umum penderita - Anemis

13 - Jumlah perdarahan - Tekanan darah, nadi dan suhu - Kontraksi dan tinggi fundus uteri b. Mengetahui keadaan plasenta - Apakah plasenta inkaserata - Melakukan pelepasan plasenta c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti 2. Sikap khusus bidan a. Retensio plasenta dengan perdarahan : - Langsung lakukan plasenta manual b. Retensio plasenta tanpa perdarahan. - Pastikan keadaan umum penderita, segera pasang infus dan berikan cairan pengganti. - Merujuk penderita. - Memberikan transfusi. - Proteksi dengan antibiotika - Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis. 3. Upaya preventif retensio plasenta oleh bidan a. Meningkatkan usaha penerimaan keluarga berencana. b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. c. Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta.

14 c. Inversio Uteri Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian inversio uteri sebagian besar disebabkan kurang legeartisnya pertolongan persalinan saat melakukan persalinan plasenta secara crede, dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik. Sikap bidan dalam menghadapi inversio uteri : 1. Sikap umum bidan - Memasang infus dan memberikan cairan pengganti 2. Sikap khusus bidan a. Reposisi inversio uteri - Masukan tangan ke vagina - Fundus didorong keatas - Berikan uterotonika - Lakukan plasenta manual Upaya preventif inversio plasenta oleh bidan a. Persalinan legeartis b. Perhatikan tanda plasenta telah lepas c. Tes plasenta telah lepas d. Dorong fundus uteri e. Meningkatkan penerimaan keluarga berencana.

15 d. Perdarahan robekan jalan lahir Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks dan robekan uterus (ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arteri atau pecahnya pembuluh darah vena. Sikap bidan daslam menghadapi perdarahan robekan jalan lahir : 1. Evaluasi sumber perdarahan. 2. Melakukan ligasi sumber perdarahan. Selain perdarahan antepartum dan postpartum, perdarahan yang masih berhubungan dengan kehamilan adalah perdarahan yang disebabkan oleh kehamilam ektopik terganggu (KET) dan juga keguguran atau abortus. a. Kehamilan ektopik terganggu (KET) Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang berimplantasi di luar endometrium normal dan sudah menimbulkan gangguan. Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik dapat terjadi di : -Pars interstisial tuba -Pars ismika tuba -Pars ampularis tuba -kehamilan infundibulum tuba -Kehamilan abdominal

16 Penyebab kehamilan ektopik a. Gangguan pada lumen tuba b. Gangguan di luar tuba Dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan : 1. Hasil konsepsi mati dini, tempatnya tidak mungkun memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang 2. Terjadi abortus, kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas dalam lumen, lepasnya hasil konsepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen serta membentuk timbunan darah. 3. Tuba falopi pecah, karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah sehingga terjadi ruptura yang menimbulkan timbunan darah kedalam rongga abdomen. Gejala Klinik Kehamilan Ektopik : Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya kedalam rongga abdomen, jumlah darah yang terdapat dalam rongga abdomen, dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan terjadi. Dengan demikian trias gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai berikut : 1. Terjadinya amenerhoe, lamanya bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan dan dengan amenerhoen dapat di jumpai tanda-tanda hamil muda. 2. Terjadinya nyeri abdomen, disebabkan kehamilan tuba yang pecah. 3. Perdarahan, terjadi abortus atau ruptura kehamilan tuba terdapat perdarahan ke dalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi.

17 Diagnosis Hamil Ektopik Yang Terganggu : 1. Anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu: amenerhoe, rasa nyeri yang mendadak, perdarahan. 2. Pemeriksaan fisik. a. Fisik umum : tampak anemis, daerah ujung dingin, nadi meningkat, tekanan darah turun sampai syok, nyeri pada saat perabaan. b. Pemeriksaan khusus melalui vagina : nyeri goyang pada pemeriksaan vaginal, mungkin terasa tumor di samping uterus. 3. Kehamilan abdominal Kehamilan abdominal dapat berlanjut sampai mencapai besar tertentu. Dalam perkembangan kadang-kadang mencapai aterm, atau mati karena kekurangan nutrisi yang disebabkan plasenta tidak mencapai tempat yang baik. Sikap Bidan Dalam Menghadapi Kehamilan Ektopik Terganggu : - Menetapkan diagnosa - Persiapan mengirim penderita ke puskesmas, dokter/rumah sakit. - Pasang infus cairan pengganti - Siapkan donor keluarga - Sedapat mungkin di antar b. Keguguran (Abortus) Keguguran adalah dikeluarkanya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur hamil kurang dari 28 minggu.

18 Kejadian abortus sulit diketahui, karena sebagian besar tidak dilaporkan dan banyak dilakukan atas permintaan. Keguguran spontan diperkirakan sebesar 10% -15%. Keguguran atau abortus dapat dibagi menjadi : a. Berdasarkan Kejadiannya 1. Keguguran spontan 2. Keguguran buatan atas indikasi medis, indikasi sosial b. Berdasarkan Pelaksanaannya 1. Keguguran buatan terapeutik 2. Keguguran buatan ilegal c. Berdasarkan Gambaran Klinisnya 1. Keguguran lengkap 2. Keguguran tidak lengkap 3. Keguguran mengancam 4. Keguguran tak terhalangi 5. Keguguran habitualis 6. Keguguran dengan infeksi 7. Missed abortion Penyebab keguguran sebagian besar belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor : 1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi : faktor kromosom, faktor lingkungan endometrium.

19 2. Kelainan pada plasenta : infeksi pada plasenta, gangguan pembuluh darah plasenta, hipertensi yang menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta. 3. Penyakit ibu : penyakit infeksi, anemia ibu, penyakit menahun ibu. 4. Kelainan yang terdapat pada rahim Dasar Diagnosis Keguguran Dugaan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut : a. Terdapat keterlambatan datang bulan b. Terjadi perdarahan c. Disertai sakit perut d. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi e. Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi : 1. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan 2. Pemeriksaan fundus uteri 3. Pemeriksaan dalam Dengan hasil pemeriksaan demikian tatalaksana penanganan keguguran disesuaikan dengan diagnosis klinik. a. Abortus imminen (keguguran mengancam) Terdapat keterlambatan datang bulan, terdapat perdarahan disertai perut sakit, Besar rahim sesuai dengan usia kehamilan, ada kontraksi uterus, hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis.

20 Penanganan Abortus Imminen : a. Istirahat total ditempat tidur b. Memberikan obat-obatan seperti penenang (penobarbita 3 x 30 mgrl, valium), anti perdarahan (adona, transamin), Vitamin, hormonal (progsrteron), penguat palsenta (gestanon, duphaston), anti kontraksi (duvadilan, papaverin). c. Evaluasi perdarahan dan jumlahnya, tes kehamilan dapat diulangi, konsultasi denga doter spesialis kandungan untuk penanganan lebih lanjut dan pemeriksaan ultrasonografi (USG). b. Abortus insipien (keguguran membakat) Keguguran membakat ini tidak dapat dihentikan, karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi. Keguguran membakat ditandai dengan perdarahan lebih banyak, perut mules lebih hebat, pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka. Penanganan Keguguran Membakat : a. Pada hamil kurang dari 14 minggu, dapat segera dilakukan kuretase, sehingga hasil konsepsi seluruhnya dapat dikeluarkan. b. Pada kasus dengan perdarahan banyak, dikeluarkan secara digital. Apabila bidan menghadapi keguguran membakat, segera berkonsultasi dengan dokter, sehingga penderita mendapat penanganan yang tepat dan cepat.

21 c. Abortus inkompletus (keguguran tak lengkap) Keguguran tak lengkap ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi darim uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis : perdarahan memanjang sampai keadaan anemis, perdarahan mendadak, terjadi infeksi, pada pemeriksaan dijumpai gambaran kanalis servikalis terbuka, dapat diraba jaringan dalam rahim. Penanganan Keguguran Tak Lengkap : a. Dalam keadaan gawat karena kekurangan darah, dapat dipasang infus dan tranfusi darah untuk memulihkan keadaan umum. b. Diikuti kerokan langsung pada umur hamil kurang dari 14 minggu dan dengan induksi pada umur hamil di atas 14 minggu. c. Pengobatan, memberikan uterotonika, antibiotik untuk menghindari infeksi. c. Abortus kompletus (keguguran lengkap) Keguguran lengkap berarti seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gambaran klinisnya adalah uterus telah mengecil, perdarahan sedikit, dan kanalis servikalis telah tertutup. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang keguguran lengkap, bidan dapt berkonsultasi dengan dokter kandungan, sehingga tidak merugikan penderita.

22 d. Abortus infeksiosus (keguguran disertai infeksi) Keguguran disertai infeksi sebagian dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis. Keguguran dengan infeksi memerlukan tindakan medis khusus, sehingga bidan perlu berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk penanganan. Disamping itu penatalaksanaan khusus diperlukan pada keguguran habitualis dan missed abortion. Tugas bidan adalah mengirimkan penderita kepusat pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pertolongan. (Manuaba, 1998) 2.3. Bidan PTT Departemen kesehatan melakukan upaya terobosan untuk mempercepat penurunan AKI dengan menempatkan bidan di desa. Kebijakan tersebut dijelaskan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 871/Menkes/SK/VII/1994.Untuk mewujudkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan itu, maka diselenggarakanlah Program Pendidikan Bidan satu tahun bagi mereka yang telah lulus SPK. Lulusan Pendidikan Bidan tersebut akan ditempatkan di desa-desa. Bidan adalah merupakan tenaga profesional yang strategis untuk ditempatkan dan bertugas di desa mempunyai wilayah kerja 1-2 dan dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya, bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. (Depkes RI, 2000)

23 Tujuan Penempatan Bidan PTT di Desa Tujuan Umum Secara umum tujuan penempatan bidan di desa adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan melalui Puskesmas dan Posyandu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Tujuan Khusus 1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat. 2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program prioritas di desa. 3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi. 4. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan persalinan dan perinatal. 5. Menurunkan jumlah balita dengan gizi buruk dan diare. 6. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan kesehatan kelompok dasawisma Tugas Pokok dan Fungsi Bidan PTT di Desa Tugas pokok bidan PTT di desa adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan kegiatan pokok Puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan.

24 b. Menggerakkan dan membina masyarakat di desa wilayah kerjanya agar tumbuh kesadaran untuk dapat berperilaku hidup sehat. Fungsi Bidan di desa antara lain : Bidan PTT di desa berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan KIA termasuk KB di wilayah desa tempat tinggalnya. Dalam menjalankan fungsinya bidan di wajibkan tinggal di desa tempat tinggalnya dan memberikan pelayanan secara aktif. Pelayanan kesehatan yang diberikan bidan di desa antara lain : a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah penduduk, menangani persalinan dan pelayanan keluarga berencana. b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan permasalahan setempat. c. Membina dasn memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. d. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan. e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat. f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke Puskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus di rujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan. (Depkes RI, 2002)

25 Status Kepegawaian Bidan PTT di Desa Status kepegawaian bidan di desa adalah sebagai Pengatur Muda (Golongan II/a) Kewajiban dan Hak Pegawai Tidak Tetap Pada umumnya kewajiban dan hak bidan sebagai pegawai tidak tetap hampir sama dengan Bidan Pegawai Negeri Sipil. Dalam lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.871/Menkes/VII/1994 tanggal 26 Agustus 1994 diuraikan dengan jelas kewajiban dan hak Bidan Pegawai Negeri tidak tetap yaitu : Kewajiban Bidan PTT 1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. 2. Menyimpan rahasia Negara dan rahasia jabatan. 3. Menaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk ketentuan kedinasan bagi Pegawai Negeri Sipil. 4. Melaksanakan masa bakti sekurang-kurangnya selama 3 tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 kali selama 3 tahun. 5. Melaksanakan tugas bidan sebagai bidan sesuai program pemerintah di bidang kesehatan. 6. Menjadi peserta PT. ASKES dan wajib membayar iuran 2% dari gaji pokok. 7. Membayar pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 8. Mengikuti latihan pra tugas untuk menunjang pelaksanaan tugas bidan PTT pada wilayah kerjanya.

26 9. Menjadi anggota Kopri selaku Pegawai Republik Indonesia. 10. Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaannya kepada kepala Puskesmas sesuai ketentuan yang berlaku Hak Bidan PTT 1. Bidan PTT memperoleh penghasilan berupa : a. Gaji pokok b. Tunjangan pegawai tidak tetap c. Tunjangan khusus d. Tunjangan pajak penghasilan 2.Bidan PTT memperoleh biaya perjalanan dari ibu kota kabupaten tempat pendidikan kebidanan ke tempat tugas. 3. Bidan PTT memperoleh biaya perjalanan setelah selesai masa bakti ke ibukota provinsi setempat. 4. Bidan PTT memperoleh perjalanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagian Pegawai Negeri Sipil Golongan II. 5. Bidan PTT apabila meninggal dunia pada waktu/karena dan dalam melaksanakan tugas memperoleh biaya pemakaman sesuai ketentuan yang berlaku. 6. Bidan PTT yang meninggal dunia pada waktu menjalankan tugas kepada ahli warisnya diberikan uang duka wafat sebesar 6 kali penghasilan terakhir. 7. Bidan PTT apabila memerlukan pemeliharaan kesehatan memperoleh pelayanan berdasarkan uang duka tewas sebesar 12 kali penghasilan terakhir.

27 8. Bidan PTT apabila memerlukan pemeliharaan kesehatan memperoleh pelayanan berdasarkan ketentuan yang berlaku terhadap peserta PT. ASKES. 9. Bidan PTT memperoleh cuti : a. 12 hari kerja setelah melaksanakan tugas selama 1 tahun. b. Paling lama 14 hari kerja dalam satu tahun apabila sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter atau. c. Tiga bulan termasuk hari libur apabila yang bersangkutan bersalin. 10. Bidan PTT berhak mendapat lisensi yaitu kewenangan untuk melakukan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan, serta sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka untuk melaksanakan kegiatannya, bidan di desa memperoleh peralatan antara lain : - Puskesmas KIT (PHN KIT dengan tensi meter dengan alat pertolongan persalinan). - Steteskop monoral - IUD KIT - Alat dan obat kontrasepsi - Vit. A dosis tinggi - Oralit - Vaksinasi KIT dan vaksin

28 2.4. Pengtahuan Pengertian Pengetahuan Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui penginderaan manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Tingkatan Pengetahuan a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaginya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

29 Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalm konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatun struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi baru yang ada. e. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-panilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkattingkat tersebut diatas.

30 2.5. Tindakan Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antar lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas diperlukan juga faktor dukungan (support) dari pihak lain. Tingkat-tingkat tindakan, yaitu: 1. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (guide respon) Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai denagn contoh. 3. Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan. 4. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

JADWAL KEGIATAN (TIME TABLE) PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK. USU TA

JADWAL KEGIATAN (TIME TABLE) PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK. USU TA JADWAL KEGIATAN (TIME TABLE) PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK. USU TA. 2007 2008 NO Kegiatan 1 Searching Judul Pengajuan Judul 2 Searching Proposal Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian 1. ATONIA UTERI A. Pengertian Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah Kehamilan aterm aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

Patologi persalinan (2)

Patologi persalinan (2) Patologi persalinan (2) Mampu membuat diagnosis klinis, terapi pendahuluan, dan merujuk pada kasus-kasus terkait patologi persalinan Dapat menentukan diagnosis banding dan mengusulkan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian Maternal merupakan kematian seorang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus 1. Pengertian Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2 TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Klasifikasi Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium uteri internum.

Lebih terperinci

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA For better health Oleh Ni Ketut Alit Armini School Of Nursing Faculty Of Medicine Airlangga University MOLA HIDATIDOSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 99 persen kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang. Hal ini terungkap

BAB I PENDAHULUAN. 99 persen kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang. Hal ini terungkap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pudiastuti (2011:24), mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang. Diperkirakan setiap tahunnya 300.000

Lebih terperinci

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas SELAMA KEHAMILAN Ada 6 (enam) tanda bahaya dalam masa periode antenatal 1. Perdarahan pervagina 2. Sakit kepala

Lebih terperinci

ABORSI / ABORTUS KATA PENGANTAR. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya)

ABORSI / ABORTUS KATA PENGANTAR. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya) ABORSI / ABORTUS Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan Karunia-Nya kami dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu hal yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Kehamilan sebagai hal yang fisiologis akan dapat menjadi patologis jika terdapat kelainankelainan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM RUJUKAN 1. Definisi Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 2.1 Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum ialah perdarahan yang masif berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan dari

Lebih terperinci

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK BIDAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada saat hamil, seorang wanita merasakan proses menjadi wanita sesungguhnya yaitu bisa memberi keturunan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan Persalinan atau Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui jalan lahir vagina ke dunia luar ( Wiknjosastro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Indonesia, diantara negara

Lebih terperinci

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh 1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi

Lebih terperinci

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya A. Wewenang bidan Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Diajukan oleh: Endang Setyorini

Lebih terperinci

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila : 4 Oksigen / Cairan & Elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Rekreasi / Aman & 5 Promotif / Preventif/ Kuratif/Rehabilitatif 6 Pengkajian/Penentuan Diagnosis/Perencanaan/ Implementasi/Evaluasi/Lainlain 7 Maternitas/Anak/KMB/Gadar/Jiwa/Keluarga/Komunitas/Gerontik/Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut definisi WHO, kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perdarahan Post Partum 1. Definisi Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 cc. 4 Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persalinan Sectio caesaria Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).(william,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian maternal menurut WHO (World Health Organization) seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) maupun masih rendahnya jumlah ibu yang melakukan persalinan di fasilitasi kesehatan disebabkan kendala biaya sehingga diperlukan

Lebih terperinci

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium ATONIA UTERI Atonia Uteri Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium Kontraksi & retraksi menyebabkan terjadinya pembuluh darah shg aliran darah ketempat

Lebih terperinci

PERDARAHAN ANTEPARTUM

PERDARAHAN ANTEPARTUM PERDARAHAN ANTEPARTUM Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu PLASENTA PREVIA Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen bawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan kebidanan meliputi Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada kehamilan muda (TM 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu yang berasal dari kegiatan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) merupakan angka nasional. SDKI terakhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat (Pantikawati dan Saryono,2010:1). Namun, dalam prosesnya terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat (Pantikawati dan Saryono,2010:1). Namun, dalam prosesnya terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat (Pantikawati dan Saryono,2010:1). Namun, dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) Pengertian Bagian kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo masih mengenal kala IV, yaitu satu jam setelah placenta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) terendah pada tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) terendah pada tahun 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) terendah pada tahun 2011 di kawasan ASEAN adalah Singapura, yakni 3 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan 5 negara lain yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seseorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 359 kematian ibu per kelahiran hidup. AKI kembali. hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 359 kematian ibu per kelahiran hidup. AKI kembali. hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI ) pada tahun 1991 sampai dengan 2007 mengalami penurunan AKI, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun pada tahun 2012

Lebih terperinci

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia Pendahuluan Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu : 1. Perdarahan pasca persalinan 2. Eklampsia 3. Sepsis 4. Keguguran 5. Hipotermia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Perdarahan dari saluaran genitelia diakhir kehamilan setelah usia gestasi 24

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Perdarahan dari saluaran genitelia diakhir kehamilan setelah usia gestasi 24 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdarahan dari saluaran genitelia diakhir kehamilan setelah usia gestasi 24 minggu dan sebelum awitan persalinan disebut perdarahan antepartum. Perdarahan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di mulai dari kehamilan, persalinan bayi baru lahir dan nifas yaang secara berurutan berlangsung secara fisisologis dan diharapkan ibu pasca melahirkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan berdasarkan angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari pada tahun 2010, sekitar 800 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, termasuk

Lebih terperinci

SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST

SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST SOAL OPTION SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST 1. Ny. F usia 29 tahun G2P1A0 bersalin di tempat Bidan Nina dengan lama persalinan Kala I dan II selama 20 jam, Kala I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai dari setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira

Lebih terperinci

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya kematian ibu dan perinatal menjadi ukuran kemampuan pelayanan obstetri suatu negara. Di Indonesia, pada tahun 2008 penyebab langsung kematian

Lebih terperinci

Perdarahan Post Partum. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Perdarahan Post Partum. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Perdarahan Post Partum Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Perdarahan Pascasalin adalah kehilangan darah lebih dari 500 cc pada persalinan per vaginam ataupun 1000 cc

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999) Abortus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan dan telah ditetapkan dalam tujuan pembangunan Millenium Developmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan

BAB I PENDAHULUAN. minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut federasi obstetri internasional, Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatpozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau impalntasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat pada suatu negara. Angka kematian ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendarahan Postpartum 1. Defenisi Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 cc yang dibagi menjadi 2 bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa Latin dari kata Caedera yang artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa Latin dari kata Caedera yang artinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seksio Sesarea 1. Definisi Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa Latin dari kata Caedera yang artinya memotong. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita yang ada didunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapatkan penetalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu indikator terpenting untuk menilai keberhasilan kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi dapat tercermin dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan sebelum janin dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan masa konsepsi sampai dengan lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari mulai hari pertama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting

Lebih terperinci

PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER

PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER A. Pengertian Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

Oleh : Devi Setiyana P

Oleh : Devi Setiyana P Oleh : Devi Setiyana P2.06.20.2.10.008 Pengertian Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. Solusio plasenta (abruptio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan secara fleksibel, kreatif, suportif, membimbing dan memonitoring yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan utama

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010 Nur Hasanah* Faridatul Utrifah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plasenta Previa 2.1.1. Definisi Plasenta Previa Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN Disusun Oleh : MUHAMMAD JAMAL MISHBAH 6143027 STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS S1 Keperawatan 3A Tahun

Lebih terperinci

15, Plasenta Previa. Plasenta Previa

15, Plasenta Previa. Plasenta Previa 15, 2012 Plasenta Previa Plasenta Previa Postingan ini sangat penting Soalnya kasus ini dialami sediri oleh istri saya, yang pada tanggal 14 Maret kemarin sudah terminasi dan Alhamdulillah bayi dan ibunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu masih tinggi di Negara Indonesia dibandingkan di ASEAN. Data AKI menurut survey demografi kesehatan

Lebih terperinci

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan. EMBOLI AIR KETUBAN A. Pengertian Emboli air ketuban adalah terdapatnya air ketuban dalam aliran darah ibu (Maclean,2003:25). Emboli air ketuban merupakan komplikasi tidak dapat diduga,sangat berbahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan dalam suatu Negara atau daerah ialah kematian maternal. Menurut definisi WHO kematian maternal ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses persalinan hampir 90% yang mengalami robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi. Biasanya penyembuhan luka pada robekan perineum ini akan sembuh bervariasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan

Lebih terperinci