SISTEM PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK PELUMAS BEKAS SEBAGAI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN, JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK PELUMAS BEKAS SEBAGAI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN, JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 LAPORAN KHUSUS SISTEM PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK PELUMAS BEKAS SEBAGAI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN, JAWA TIMUR Rosana Angga Kusuma R PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit Surakarta to user 2011 i

2 ii

3 iii

4 ABSTRAK SISTEM PENGUMPULAN DAN PENYIMPANAN MINYAK PELUMAS BEKAS SEBAGAI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. INKA (Persero) MADIUN Rosana Angga Kusuma 1, Ipop Sjarifah 2, dan Lusi Ismayenti 3 Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang sistem pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT, INKA (Persero) dan apakah sudah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif, yaitu gambaran secara jelas tentang cara pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas sebagai limbah B3 dengan cara mengadakan observasi langsung ke lapangan, wawancara dan studi pustaka di PT. INKA (Persero). Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan membandingkan dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. Hasil : Hasil penelitian yang diperoleh di PT. INKA (Persero) adalah sumber minyakpelumas bekas, lama penyimpanan minyakpelumas bekas, izin penyimpanan minyak pelumas bekas, tata cara penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas dan pemenuhan baku mutu air limbah. Simpulan: Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP- 225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. Kata Kunci : Minyak Pelumas Bekas, Penyimpanan B Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul Sistem Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas Sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA(PERSERO) Madiun Jawa Timur. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Disamping itumagang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan dan pengalaman guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta problematika dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.Pd-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ipop Syarifah Dra. M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 4. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 5. Bapak Ir. Roos Diatmoko, selaku Direktur Utama PT. INKA (Persero). 6. Bapak Herlambang Eko Adi, selaku Manajer Personalia dan Umum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di PT. INKA (Persero). 7. Bapak Drs. Suharyoko, selaku Manager Pemeliharaan dan K3LH. 8. Bapak Syafril Syafar, selaku Assisten Manager Rendal dan K3LH. 9. Ibu Ana Retnowati selaku staf dan pembimbing yang berkenan hati untuk memberikan pengarahan dan banyak membantu penulis dalam penyusunan laporan. 10. Bapak Sugeng Budi dan Bapak Suyanto, selaku Tim K3LH di PT. INKA (Persero) yang banyak membantu dalam pengambilan data yang dibutuhkan dalam penulisan. 11. Ibu Yuli Whirdawati, selaku tim Rendal yang banyak membantu dalam pengerjaan tulisan ini. 12. Seluruh personil di Unit K3LH yang banyak membantu dalam pengerjaan tulisan ini. 13. Bapak Hariyadi dan Ibu Sri Hartini yang selama ini memberikan doa yang tidak pernah putus dan dukungan bagi penulis. I Love my Parents 14. Kedua kakakku Rika Puspitasari, dan Resky Adhista Dian Pratiwi, kakak iparku Hariyanes Robiyantoro dan keponakanku Izzar Rayhan Raditya Pratama yang selama ini memberikan doa dan commit dukungan to user bagi penulis. v

6 15. Mas Hafidh Indra Permana yang selama ini memberi doa, dukungan dan pinjaman printer bagi penulis. 16. Sahabatku Ambar Dwi Hardiyanti yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam penyusunan laporan ini. 17. Teman seperjuanganku magang di PT. INKA (Persero) Lia, Ella, Ocha yang selama ini memberikan masukan dan dukungan penulis. 18. Teman setim Lia, Ella, Ocha, Dian, Dinar dan May, terimakasih untuk persahabatan, kebersamaan kita. 19. Teman-teman seperjuangan Nisa, Septia, Endah, Riska, Roy, Dian Ratna, Hadi, dan Maylani, terimakasih untuk kebersamaan ini disaat kita berjuang bersama. 20. Teman-teman Kostku Mbak. Mita, Mbak. Kiki, Rosi, Riri, Citra dan Tika yang selalu memberi dukungan untuk penyelesaian laporan ini. 21. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008, terimakasih untuk tiga tahun yang indah, nasihat, dan doa dari kalian semua. Penulis menyadari tidak akan bisa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak dan semoga Allah SWT membalas semua budi baik dan bantuan yang telah diberikan, AMIN. Akhir kata penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat dikemudian hari. Surakarta, 14 Juni 2011 Penulis, Rosana Angga Kusuma vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii x xi xii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II. LANDASAN TEORI... 6 A. Tinjauan Pustaka... 6 B. Kerangka Pemikiran BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Lokasi Penelitian vii

8 C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian D. Sumber Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Pelaksanaan G. Analisa Data BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Minyak Pelumas termasuk daftar limbah bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber yang tidak spesifik. 12 ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pola Penyimpanan Kemasan Drum 18 Gambar 2. Kemasan Untuk Menyimpan Limbah Cair Gambar 4. Simbol Limbah B3 Klasifikasi Mudah Terbakar. 20 Gambar 5. Kerangka Pemikiran Sistem Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas di PT. INKA (Persero) x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Surat Keterangan Ijin Magang. Surat Keterangan Selesai Magang. Jadwal Kegiatan Magang. Daftar Pertanyaan tentang Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Label yang di pasang di drum minyak pelumas bekas. Bagan Penanganan Limbah. Laporan Hasil Pengujian Berita Acara Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup. xi

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor Industri dewasa ini telah tumbuh dan berkembang dengan pesat, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor industri merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam setiap proses operasional suatu perusahaan. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan di sektor industri ini tentunya akan membawa dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat. Salah satu dampak negatifnya adalah pencemaran yang disebabkan oleh limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Suma mur, 2009). Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diharuskan dengan penanganan khusus sebelum dibuang ke lingkungan, karena limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) memiliki karakteriatik dan sifat yang berbeda dengan limbah umumnya. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bersifat reaktif, eksplosif, flammable atau sifat toksisnya Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri dapat menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang seminimal mungkin dan mencegah masuknya limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ke lingkungan kerja (PP 85 tahun 1999). Menurut Apri (2008) Salah satu limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang perlu mendapatkan penanganan khusus karena dihasilkan dalam jumlah yang tinggi adalah minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah terbakar sehingga bila 1

13 2 tidak ditangani pengelolaan dan pembuangannya akan membahayakan kesehatan mausia dan lingkungan. Pengelolaan minyak pelumas bekas ini berupaya agar minyak pelumas bekas yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan dan sifat minyak pelumas bekas menjadi lebih tidak berbahaya. Selain itu, pengelolaan minyak pelumas bekas bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat. Menurut Apri (2008) Penyimpanan limbah minyak pelumas sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus dilakukan jika limbah tersebut belum dapat diolah dengan segera. Penyimpanan limbah minyak pelumas sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dimaksudkan untuk mencegah pembuangan limbah minyak pelumas tersebut ke lingkungan, sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. PT. INKA (Persero) merupakan industri manufaktur yang bergerak dalam bidang industri perkretaapian, dimana proses produksinya menggunakan bahan pendukung berupa minyak pelumas untuk kelancaran mesin produksinya. PT. INKA (Persero) menghasilkan minyak pelumas bekas kurang lebih sebanyak 22 drum atau 4400 liter per tahun. Limbah minyak pelumas tersebut disimpan dahulu sebelum dijual kepihak ketiga. Tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut belum memiliki izin dari walikota kota Madiun, lokasi bangunan tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut mudah diakses oleh orang yang tidak berkepentingan karena letaknya dekat dengan jangkauan manusia, tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut juga belum mencukupi untuk menyimpan seluruh minyak pelumas bekas yang dihasilkan dari proses produksi,

14 3 dan pada tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut belum memiliki bak penampung untuk menampung ceceran minyak pelumas bekas, hal ini dapat mengakibatkan terlepasnya minyak pelumas bekas ke lingkungan sehingga dapat menimbulkan bahaya pencemaran pada lingkungan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlunya dilakukan penelitian terhadap sistem pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero). Dalam hal ini peraturan yang dijadikan rujukan peneliti adalah Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. 225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana Sistem Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas Sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero)?. C. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian di PT. INKA (Persero) adalah Untuk mengetahui tentang bagaimana sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero).

15 4 D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian tentang penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero), peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan peraturan yang berlaku dalam hal ini peraturan yang dijadikan acuan adalah Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. 2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar dan memberikan sumbangan wacana terkait materi informasi mengenai sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero) dan diharapkan berguna bagi pengembangan materi perkuliahan tentang limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 3. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan

16 5 Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). Serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di perkuliahan ke lapangan.

17 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) a. Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001). Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/ atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No : 02 Tahun 2008). b. Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut sumbernya (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 7), sebagai berikut : 6

18 7 1) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber tidak spesifik Limbah yang berasal dari sumber tidak spesifik adalah berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan (inhibitor) korosi, pelarut kerak, pengemasan dan kegiatan lain seperti; pelarut terhalogenisasi (metilen klorida, klorobenzene, karbatetraklorida), pelarut tidak terhalogenisasi (methanol, toluen), asam atau basa (HCl, H 2 SO 4, HNO 3 ), lainnya (pelumas bekas, fiber asbes, scrab Pb) 2) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber spesifik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber spesifik adalah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kegiatan ilmiah yaitu; jenis industri A (electroplating, pertambangan, pestisida, dan sebagainya) dan jenis kegiatan B (Iindustri Penanganan Air Limbah (IPAL) industri, pengoperasian, incinerator limbah, chemical cleaning, dan sebagainya), 3) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali maka suatu produk menjadi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) lainnya. Hal ini

19 8 berlaku juga untuk sisa kemasan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa. c. Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 7 adalah sebagai berikut: 1) Mudah meledak (explosive) Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (250ºC, 1 atm) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar. 2) Mudah menyala (flammable) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mempunyai sifat sifat sebagai berikut: a) Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24 % volume dan atau pada titik nyala lebih dari 600ºC, akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 1 atm. b) Limbah bukan berupa cairan yang temperatur dan tekanan standar (250ºC, 1 atm), dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran secara terus menerus; merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar; dan merupakan limbah pengoksidasi.

20 9 3) Menyebabkan infeksi (toxic) Limbah yang menyebabkan adanya infeksi, berasal dari bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya dan mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat disekitar lokasi pembuangan limbah. 4) Beracun (poison) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mengandung pencemar bersifat racun yang membahayakan manusia dan lingkungan, yang menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit dan mulut. 5) Korosif (corrosive) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut; menyebabkan iritasi atau terbakar pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C, serta mempunyai ph 2 untuk limbah bersifat asam dan 12,5 untuk basa. 6) Bersifat iritasi (irritant) Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) baik berupa padatan maupun cairan yang tidak terjadi kontak secara langsung dan apabila kontak

21 10 tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat terjadi peradangan. 7) Karsinogenik (carsinogenic) Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni terjadinya deferensiasi sel dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. 8) Mutagenik (mutagenic) Sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang dapat merubah selsel genetik dalam tubuh. 9) Reaktif Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut: limbah yang dalam keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan; limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air; limbah yang apabila bereaksi dengan air akan menyebabkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dengan jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan; mempunyai limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi ph antara 2,1 dan 2,5 dapat menghasilkan uap atau gas racun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan; limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar; limbah yang menyebabkna kebakaran karena terlepasnya atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. 2. Minyak Pelumas a. Definisi Minyak Pelumas Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996, Oli bekas atau selanjutnya

22 11 disebut Minyak Pelumas Bekas adalah sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi. Minyak pelumas merupakan sejenis cairan kental yang berfungsi sebagai pelicin, pelindung, dan pembersih bagi bagian dalam mesin. Kode pengenal minyak pelumas adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers. Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat kekentalan minyak pelumas tersebut. SAE 40 atau SAE 15W-50, semakin besar angka yang mengikuti Kode minyak pelumas menandakan semakin kentalnya minyak pelumas tersebut (Apri, 2008). b. Fungsi Minyak Pelumas Minyak pelumas berfungsi sebagai bahan pelumas agar mesin berjalan mulus dan bebas dari gangguan. Sekaligus minyak pelumas berfungsi sebagai pendingin dan penyekat. Minyak pelumas mengandung lapisanlapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya benturan antar logam dengan logam komponen mesin seminimal mungkin, mencegah goresan atau keausan (Apri, 2008). c. Jenis Minyak Pelumas Adapun jenis dari minyak pelumas menurut Apri (2008) adalah 1) Minyak pelumas Sintetis Minyak pelumas Sintetis biasanya datang dari bagian terbersih dari pemilahan dari minyak pelumas mineral, yakni gas. Senyawa ini kemudian dicampur dengan minyak pelumas mineral. Pada dasarnya, minyak pelumas sintetis didesain untuk menghasilkan kinerja yang lebih efektif dibandingkan dengan minyak pelumas mineral.

23 12 2) Minyak Pelumas Mineral Minyak pelumas mineral berbahan bakar minyak pelumas dasar (base oil) yang diambil dari minyak bumi yang telah diolah dan disempurnakan. d. Minyak Pelumas termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Meski minyak pelumas bekas masih bisa dimanfaatkan, tetapi apabila tidak dikelola dengan baik, minyak pelumas tersebut dapat membahayakan lingkungan, oleh karena itu minyak pelumas bekas termasuk limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3) (Apri, 2008). Telah disebutkan bahwa minyak pelumas bekas termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada Lampiran I Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tanggal 7 Oktober 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tabel 1. Daftar limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Sumber Yang Tidak Spesifik. Tabel 1. Minyak Pelumas termasuk daftar limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber yang tidak spesifik. KODE LIMBAH BAHAN PENCEMAR D1003d Limbah minyak diesel industry D1005d Pelumas bekas Sumber : Lampiran I Peraturan Pemerintah no. 85 tahun 1999 tanggal 7 Oktober 1999 e. Karakteristik Minyak Pelumas Bekas Minyak pelumas bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa digunakan kembali. Padahal, jika asal dibuang dapat menambah pencemaran. Jumlah minyak pelumas bekas yang dihasilkan pastinya sangat

24 13 besar. Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, minyak pelumas adalah campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia aditif. Minyak pelumas bekas lebih dari itu, dalam minyak pelumas bekas terkandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan logam berat yang bersifat karsinogenik (Laginge, 2007). f. Bahaya Pembuangan Minyak Pelumas Bekas Jika kita bicara material minyak pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan dengan minyak pelumasnya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan minyak pelumas. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Bahaya dari pembuangan minyak pelumas bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek tumpahan minyak mentah biasa. Minyak pelumas bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Minyak pelumas bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter minyak pelumas bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah (Adhimas Wijaya, 2010). g. Dampak Minyak Pelumas Bekas Menurut MSDS minyak pelumas bekas dari PT. TIMAS, Minyak pelumas bekas mempunyai dampak bagi kesehatan dan lingkungan, yaitu : 1) Dampak Bagi Kesehatan a) Pernapasan Konsentrasi uap yang tinggi dapat berbahaya jika dihirup. Konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu saluran pernafasan (hidung, tenggorokan, dan paru-paru). Juga dapat menyebabkan mual, muntah,

25 14 sakit kepala, pusing, kehilangan koordinasi, rasa, dan gangguan saraf lainnyapaparan dengan konsentrasiakutdapat menyebabkan depresi sistem saraf, pingsan, koma, dan / atau kematian. b) Mata: menyebabkan iritasi c) Kulit Dapat menyebabkan dermatitis atau meresap ke dalam kulit dan menimbulkan dampak seperti pada pernapasan. d) Pencernaan Dapat berbahaya jika tertelan. Menyebabkan mual, muntah, dan gangguan saraf lainnya. Jika produk terhirup ketika sedang menelan atau muntah, dapat menyebabkan kanker paru-paru ataupun kematian. e) Kondisi medis yang diperparah oleh paparan : gangguan terhadap jantung, hati, ginjal, saluran pernapasan(hidung, tenggorokan, paruparu), sistem saraf pusat, mata, kulit, dapat semakin diperparah dengan konsentrasi paparan yang tinggi. 2) Dampak terhadap lingkungan Lapisan atas tanah dan vegetasi alami biasanya akan menyaring banyak dari polutan keluar, tetapi lapisan kedap air yang menutupi sebagian besar permukaan di mana polutan tersebut berasal membawanya tepat ke badan saluran air dan ke sungai, danau, dan laut, yang dapat meracuni biota laut dan ikan yang kita makan-serta ekosistem. Pencemaran oli bekas ini juga menemukan jalan ke dalam akifer bawah tanah menuju pasokan air minum kita, sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia. Minyak pelumas bekas juga dapat

26 15 menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Adhimas, 2010). h. Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas 1) Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 30 tahun 2009 menyebutkan bahwa Penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan menyimpan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan maksud menyimpan sementara. Setiap penghasil limbah minyak pelumas wajib memiliki izin penyimpanan dari kepala daerah. Hal ini telah diatur di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009 pasal 5 ayat (1) b dan ayat 2, menyebutkan bahwa : (1) Badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib mengajukan permohonan izin kepada: b. Bupati/walikota untuk izin penyimpanan sementara dan izin pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) skala kabupaten/kota. (2) Permohonan izin penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagaimana dimaksud

27 16 pada ayat (1) diajukan oleh pemohon dengan mengisi dan melengkapi formulir permohonan izin serta persyaratan administrasi dan teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 2) Lama Penyimpanan Limbah Minyak Pelumas Penghasil limbah minyak pelumas dapat menyimpan limbah minyak pelumas yang dihasilkannya paling lama 90 hari sebelum menyerahkan kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (PP No. 85 tahun 1999). Bila limbah minyak pelumas yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil limbah minyak pelumas dapat menyimpan limbah minyak pelumas yang dihasilkannya lebih dari 90 (sembilan puluh) hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah minyak pelumas, dengan persetujuan instansi yang bertanggung jawab (PP No. 85 tahun 1999). 3) Tata Cara Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, adalah sebagai berikut : a). Karakteristik pelumas bekas yang disimpan.

28 17 b). Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum atau tangki. c). Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan apabila terjadi kecelakaan dapat segera ditangani. d). Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk lalu lintas manusia minimal 60 m, dan kendaraan pengangkut (forklift). e). Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi dengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dan plastik, maka harus dipergunakan rak. f). Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnva dan dilengkapi dengan saluran pembuangan meriuju bak penampungan yang kedap air. Bak penampungan dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum atau tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangtki harus diatur sedemikian sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain. g). Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang kedap air.

29 18 Gambar 1. Pola penyimpanan kemasan drum. Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan Dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) 4) Persyaratan Pengemasan Limbah Minyak Pelumas Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun maka kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan untuk menyimpan minyak pelumas bekas adalah sebagai berikut: a). Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak. b). Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan. c). Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya. d). Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan pemindahan commit atau to user pengangkutan.

30 19 Gambar 2. Kemasan untuk Menyimpan Limbah Cair Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan Dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). 5) Simbol Limbah Minyak Pelumas Simbol limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib ada pada Setiap kemasan atau tempat/ wadah untuk kegiatan penyimpanan/ pengumpulan minyak pelumas bekas dan kegiatan pengangkutan limbah minyak pelumas bekas. Simbol ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik minyak pelumas bekas. Gambar 3. Simbol Limbah B3 Klasifikasi Mudah Terbakar Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 05 /Bapedal/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

31 20 6) Persyaratan Bangunanan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, maka Pengumpul minyak pelumas bekas wajib memenuhi persyaratan : a). Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kebakaran, dan peralatan komunikasi. b). Konstruksi bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik pelumas bekas. c). Lokasi tempat pengumpulan bebas banjir. Dan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, maka Persyaratan bangunan pengumpulan minyak pelumas bekas harus memperhatikan : a). Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. b). Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1 %. c). Rancang bangun untuk penyimpanan/ pengumpulan dibuat beratap yang dapat mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau pengumpulan.

32 21 d). Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas bekas. e). Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila bangunan diberi dinding bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah didobrak. 7) Dokumen Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 02 /Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyatakan bahwa setiap badan usaha yang melakukan pengolahan dan badan usaha yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan untuk mendapatkan nomor registrasi terlebih dahulu sebelum dokumen limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dipergunakan, dengan melampirkan izin pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) digunakan pada setiap pengangkutan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 8) Pelaporan Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996, setiap badan usaha yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib melaporkan kegiatan yang dilakukannya kepada Badan Pengendalian Dampak lingkungan dengan tembusan

33 22 Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan. 9) Pihak Ketiga Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995, Pihak ketiga adalah pihak yang mengadakan kegiatan pengangkutan limbah B3 dari penghasil atau dari pengumpul atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3 dan wajib memiliki izin dari Bapedal.

34 23 B. Kerangka Pemikiran Bahan Baku Tambahan (Minyak Pelumas) Proses Produksi Minyak Pelumas Bekas Penyimpanan Sementara Sesuai dengan KepBapedal No 255 Tahun 1996 Tidak Sesuai dengan KepBapedal No 255 Tahun 1996 Bahaya Terkendali Bahaya Tidak Terkendali Lingkungan Bersih Lingkungan Tercemar Gambar 4. Kerangka Pemikiran Sistem Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas di PT. INKA (Persero)

35 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode diskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu individu, keadaan dan gejala kelompok tertentu. Untuk kemudian dari data yang diperoleh, akan digunakan sebagai bahan penulisan laporan. Maksud dari tujuan penelitian ini yaitu dimana peneliti berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). B. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah di PT. INKA (Persero), yang terletak di Madiun, Jawa Timur. C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dari penulisan laporan ini adalah pemeriksaan tempat pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). Ruang lingkup penelitian hanya disekitar workshop dan di tempat penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun commit (B3) to user DI PT. INKA (Persero). 24

36 25 D. Sumber Data Data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti didalam melakukan penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer ini diperoleh dari observasi tempat penyimpanan minyak pelumas bekas, wawancara dengan tenaga kerja di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas, serta diskusi dengan pembimbing perusahaan tentang penyimpanan minyak pelumas bekas. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen record perusahan dan referensi pendukung sumber terkait yang masih ada relevansinya terhadap sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas. E. Teknik Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan ikut serta dalam kegiatan penyimpanan minyak pelumas bekas. 2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan tenaga kerja tentang penyimpanan minyak pelumas bekas.

37 26 3. Studi Kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan obyek permasalahan yang diteliti, yaitu tentang tata cara dan persyaratan penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas. Adapun studi kepustakaan dalam penelitian ini meliputi: a. Dokumen Perusahaan, berupa data tentang Berita Acara Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup. b. Buku referensi dan literatur sumber kepustakaan yang berisi materi tentang tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas. c. Kumpulan jurnal publik, artikel, maupun informasi dari media elektronik tentang tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas. F. Pelaksanaan Program penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2011 sampai dengan tanggal 18 April 2011, adapun kegiatan peneliti selama melakukan penelitian adalah sebagai berikut: 1 Konsultasi Pada kegiatan ini mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing perusahaan dari bagian staf K3LH dan tenaga kerja di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas untuk mendapatkan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan kegiatan penelitian tentang tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas.

38 27 2. Kegiatan Penelitian Kegiatan penelitian yang dilakukan di PT. INKA (Persero) adalah sebagai berikut : a. Observasi secara umum mengenai profil perusahaan dan proses produksi yang berjalan di perusahaan. b. Observasi secara umum mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT.INKA (Persero). c. Pelaksanaan magang yang dimulai observasi pendahuluan berdasarkan wawancara dengan pembimbing tentang Pengumpulan dan Penyimpnan limbah minyak pelumas bekas. d. Pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data tentang Pengumpulan dan Penyimpanan limbah minyak pelumas bekas sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). e. Pencarian data pelengkap yang menunjang topik penelitian tentang Pengumpulan dan Penyimpnan limbah minyak pelumas bekas melalui arsiparsip perusahaan, buku-buku referensi yang terkait dan materi-materi yang ada di internet. G. Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dengan pedomanpedoman dan standar yang ada mengenai pikiran logis dalam pemecahan masalah yang ada, sehingga mampu memberikan gambaran dengan jelas mengenai sistem pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas

39 28 sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.

40 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Sumber Minyak Pelumas Bekas Sumber minyak pelumas bekas berasal dari area produksi di PT. INKA (Persero), minyak pelumas digunakan sebagai bahan pendukung pada proses industri yaitu untuk melumasi mesin produksi supaya mesin dapat berjalan dengan mulus dan bebas dari gangguan. Penggunaan minyak pelumas pada mesin produksi menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berupa minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas berasal dari beberapa jenis minyak pelumas yang digunakan untuk kegiatan proses produksi di PT. INKA (Persero). Adapun jenis-jenis minyak pelumas yang digunakan di PT. INKA (Persero) adalah sebagai berikut : a Idematsu 68 b Idematsu 32 c Turalic 68 d Meditran SAE 40 e Shell Tell Us 37 f Tonna 220 g Omala 150 Dalam satu hari area produksi dapat menghasilkan kira-kira liter minyak pelumas bekas, dan dalam satu bulan menghasilkan minyak pelumas 29

41 30 bekas kira-kira 400 liter atau 2 drum dan dalam satu tahun PT. INKA (Persero) menghasilkan kira-kira 4400 liter atau 22 drum. Setiap hari minyak pelumas bekas yang dihasilkan dikumpulkan dalam jrigen yang nantinya akan diambil oleh petugas yang berasal dari bagian logistik untuk dikumpulkan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas. Dalam satu jrigen terdapat bermacammacam jenis minyak pelumas bekas, karena pada pengumpulannya minyak pelumas bekas langsung dicampur. 2. Lama Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Minyak pelumas bekas yang telah ditampung di drum kemudian disimpan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas yang telah disimpan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas sudah lebih dari enam bulan. Di PT. INKA (Persero) penyimpanan minyak pelumas bekas paling lama disimpan selama satu tahun. 3. Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas PT. INKA (Persero) sebagai penghasil minyak pelumas bekas, telah melaksanakan kegiatan pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut. Kegiatan pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas tersebut berskala kota, karena minyak pelumas bekas yang dikumpulkan berasal dari lingkungan produksi yang berada di PT. INKA (Persero), maka wajib memiliki izin dari walikota untuk kegiatan penyimpanan minyak pelumas bekas. PT. INKA (Persero) telah mengajukan izin ke walikota kota Madiun, tetapi izin tersebut belum dikeluarkan karena belum adanya Peraturan Daerah (Perda) kota Madiun yang mengatur tentang izin penyimpanan minyak pelumas bekas.

42 31 4. Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas di PT. INKA (Persero) a. Pengemasan Minyak Pelumas Bekas Minyak pelumas bekas yang dikumpulkan berasal dari semua workshop. Awalnya pada setiap workshop dikumpulkan di jrigen, kemudian dikumpulkan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dan dijadikan satu ke dalam drum. Di PT. INKA (Persero) penyimpanan minyak pelumas bekas menggunakan drum. Drum sebagai tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut terbuat dari besi, dan drum tersebut berkapasitas isi 200 liter. b. Simbol dan Label Minyak Pelumas Bekas Terhadap kemasan yang telah berisi limbah minyak pelumas bekas harus diberi tanda sesuai dengan ketentuan yang berlaku hal ini dimaksudkan untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan. Tanda ini berupa simbol yang disesuaikan dengan karakteristik minyak pelumas bekas yaitu simbol mudah terbakar. Pada drum yang berada di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas sudah di pasang label untuk menunjukkan bahwa drum yang ditempel ini merupakan termasuk limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3), label ini disebut dengan operasi label merah, dan juga pada drum diberi tanda berupa label yang menyatakan bahwa barang ini akan dibuang. Label yang di tempel dapat di lihat di lampiran 5.

43 32 c. Bangunan Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Bangunan Penyimpanan digunakan sebagai tempat penyimpanan minyak pelumas bekas. Di PT. INKA (Persero) tempat penyimpanan limbah minyak pelumas bekas berbentuk bangunan tanpa dinding dengan luas bangunan 4m x 5m dan memiliki atap yang terbuat dari seng, bangunan tersebut belum dapat menampung semua limbah minyak pelumas bekas. Pada bangunan tersebut sudah memiliki papan nama dan lantai bangunan tersebut terbuat dari paving, tidak bergelombang dan kuat. Pada bagian luar bangunan, lantai dibuat kemiringan 1% dengan tujuan air hujan dapat mengalir menjauhi bangunan penyimpanan. Pada tempat penyimpanan minyak pelumas ini belum ada kolam penampung untuk menampung ceceran minyak pelumas yang tumpah. Penerangan pada bangunan penyimpanan minyak pelumas tersebut menggunakan penerangan alami saat siang hari dan saat malam hari menggunakan penerangan buatan berupa lampu. Pada bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas tidak menggunakan ventilasi buatan dikarenakan bangunan tersebut berbentuk bangunan terbuka yang tidak memiliki dinding. d. Pola Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Bagian dalam bangunan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas pola penyimpanannya tidak beraturan, sehingga sulit dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan, pemeriksaan digunakan untuk mengetahui keadaan fisik dari drum. Drum minyak pelumas bekas

44 33 diletakkan di atas palet, setiap palet berisi 4 drum. Tidak ada jarak antar palet karena palet diletakkan saling berdempetan, dan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dapat diakses oleh tenaga kerja, tetapi tidak dapat diakses untuk lalulintas kendaraan forklift. e. Lokasi Bangunan Minyak Pelumas Bekas Lokasi bangunan sebagai tempat penyimpanan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) terletak dekat jalur lalu lintas kendaraan produksi misalnya forklift, dan jalur lalu lintas manusia. Lokasi bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut bebas dari banjir. Lokasi bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas ini belum dapat dikatakan aman karena tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut terletak di samping area produksi tepatnya di samping area PRKB, hal ini yang menyebabkan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dapat diakses oleh tenaga kerja yang tidak berkepentingan. f. Sarana Pendukung di Tempat Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Sarana pendukung memiliki kegunaan sebagai sistem proteksi terjadinya bahaya misal terjadinya bahaya kebakaran. Pada tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut memiliki sistem proteksi kebakaran meliputi, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), pemasangan label dan simbol. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang digunakan adalah APAR jenis powder 9kg. Pada tempat penyimpanan tersebut tidak ditemukan sarana pendukung lainnya misalnya kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK), alat komunikasi, pagar pengaman dan alarm pendeteksi kebakaran.

45 34 g. Pengangkutan Minyak Pelumas Bekas Pengangkutan minyak pelumas bekas bertujuan untuk mengirim minyak pelumas tersebut ke pemanfaat minyak pelumas bekas. Pada kendaraan yang digunakan untuk mengangkut sudah ada simbol tanda bahaya kebakaran tetapi belum dilengkapi dengan dokumen. Dokumen adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) untuk diangkut dari lokasi kegiatan penghasil ke tempat penyimpanan di luar lokasi kegiatan, dan atau pengumpulan dan atau pengangkutan dan atau pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan atau pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta penimbunan hasil pengolahan. Disetiap badan usaha atau industri yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diwajibkan mempunyai nomor registrasi dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) yang digunakan untuk pengisian dokumen limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3). Saat ini PT. INKA (Persero) belum mengajukan permohonan kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan untuk mendapatkan nomor registrasi karena belum keluarnya izin penyimpanan sementara untuk limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3) berupa minyak pelumas bekas dari walikota kota Madiun, sehingga pengangkutan minyak pelumas bekas kepada pihak ketiga tidak disertai dengan dokumen, dan pengangkutan limbah minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum memiliki izin operasi dari dinas perhubungan.

46 35 h. Pihak Ketiga Pihak ketiga disini adalah pembeli atau pemanfaat yang akan membeli minyak pelumas bekas untuk digunakan kembali. Pembeli ini dapat ditentukan dari lelang atau rekanan lama yang sudah pernah membeli minyak pelumas bekas tersebut. Salah satu perusahaan yang pernah membeli minyak pelumas bekas adalah pabrik pembuatan gamping dan perusahaan perkapalan di Surabaya, minyak pelumas bekas tersebut digunakan kembali untuk bahan bakar boiler. Pada pihak ketiga ini belum memiliki izin Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) untuk pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) khususnya minyak pelumas bekas. i. Pelaporan Setiap penghasil limbah minyak pelumas bekas wajib melaporkan kegiatan pengolahan limbah minyak pelumas bekas seperti penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas. PT. INKA (Persero) belum melaporkan kegiatan tersebut kepada walikota maupun kepada dinas BAPEDAL. 5. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL) Pelaksanaan untuk pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL) merupakan salah satu penilaian PROPER yang wajib ada pada setiap industry yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). PT. INKA (Perseo) telah melaksanakan pemantauan air limbah. Pemantauan air limbah dilakukan 1 (satu) tahun sekali oleh Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan

47 36 dan Pemberantasan Penyakit Menular Surabaya. Pemantauan air limbah ini dilaksanakan guna mengetahui apakah air limbah dan air tanah mengandung minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3), karena pada ruang kompresor ditemukan ceceran minyak yang terbawa ke saluran air hujan. Hasil dari pengujian tersebut menyatakan bahwa semua parameter memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian di lampiran 7. B. Pembahasan 1. Lama Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas Minyak pelumas bekas yang telah disimpan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas sudah lebih dari enam bulan, paling lama minyak pelumas bekas disimpan selama satu tahun. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 pasal 10 ayat 1 dinyatakan bahwa Penghasil limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dapat menyimpan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkannya paling lama 90 hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 2. Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas PT. INKA (Persero) telah mengajukan ke walikota Madiun, tetapi izin tersebut belum dikeluarkan karena masih terganjal dengan Peraturan Daerah (Perda) kota Madiun yang belum mengatur tentang izin penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Hal ini

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-255/BAPEDAL/08/1996 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK PELUMAS BEKAS KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Menimbang Mengingat BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI WILAYAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995 Salinan BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN ( BAPEDAL ) KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999). BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan

Lebih terperinci

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Lampiran : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-01/Bapedal/09/1995 Tanggal : 5 September 1995 TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2008 Tanggal : 5 Maret 2008 TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN I. PENDAHULUAN Pengelolaan B3 yang mencakup

Lebih terperinci

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Oleh : KEPALA BAPEDAL Nomor : 1 TAHUN 1995 Tanggal :

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UMUM Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 Bidakara, 20 November 2014 Penyimpanan & Pengumpulan LB3 Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UMUM Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. TRI POLYTA INDONESIA Tbk CILEGON, BANTEN

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. TRI POLYTA INDONESIA Tbk CILEGON, BANTEN LAPORAN KHUSUS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. TRI POLYTA INDONESIA Tbk CILEGON, BANTEN OLEH: VIVIN FITRIA SARI NIM. R0006156 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 45 BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 A. Pengertian Limbah Di dalam pasal 1 butir 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 06 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana utama untuk menunjang dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3) UUD 1945 bahwa Negara bertanggung

Lebih terperinci

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 Oleh: Aep Purnama Kabid Prasarana Jasa dan Non Institusi Asdep Pengelolaan LB3 dan Kontaminasi LB3 DEFINISI UU No. 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Halaman : 2 dari 6 1. TUJUAN 1.1 Memberikan panduan dalam hal penanganan Limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta Kridatama. 1.2 Memastikan bahwa semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016 PENYAMPAIAN RANCANGAN PERATURAN MENLHK TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH B3; DAN PENGEMASAN LIMBAH B3 DALAM RANGKA REVISI KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NOMOR 01/BAPEDAL/09/1995 DAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) Definisi Limbah B3 (PP no.18/1999) Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya da/atau beracun yang karena

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN VI BAHAN BERACUN BERBAHAYA

PEMBELAJARAN VI BAHAN BERACUN BERBAHAYA PEMBELAJARAN VI BAHAN BERACUN BERBAHAYA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai jenis bahan beracun dan berbahaya dan cara pengendaliannya 2. Menguasai jenis-jenis limbah dan cara pengolahannya

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 Oleh : Iyan Suwargana Mekanisme Pengelolaan Limbah B3 CRADLE TO GRAVE PENGHASIL LIMBAH B3 (Generator) Identifikasi LB3 yg dihasilkan PENGELOLAAN LANJUTAN DIMANFAATKAN/DIOLAH/

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Lambda-cyhalothrin 25 g/l : Taekwando 25 EC : (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS) asia, asia panel, pr omat, eterpan, intumex, asia pacific, chi na, fire protec tion, fiber c ement, panel, mor tar, eter nit, eterni t asia panel, Promat, Promatech, Pr omatect Fax: Diterbitkan Tanggal:

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 27/07/2010. Efek Limbah Batubara. Pencemaran Logam Berat (Pb, Cr, Ar) Pencemaran lindi limbah batubara

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 27/07/2010. Efek Limbah Batubara. Pencemaran Logam Berat (Pb, Cr, Ar) Pencemaran lindi limbah batubara DACHLIANA SARASWATI 3306.100.052 Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD Latar Belakang Limbah PT. SRC Limbah Sisa dan Ceceran Lem Limbah Sisa dan Ceceran Tinta Limbah Batubara Wastewater Treatment

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pengukuran Emisi Pencemaran Udara PT. Arkananta Apta Pratista telah melakukan pengukuran sesuai perintah PT. Adimitra Baratama Nusantara untuk mendukung pelaksanaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA) PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA) Rizky Widya Pratiwi 1*, Adhi Setiawan 2, Ahmad Erlan Afiuddin 3 Program Studi Teknik Keselamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : c. d. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA 1417031006 Tabel Bahan Kimia Berbahaya No Nama Bahan Kimia Simbol Keterangan 1 Natrium Peroxide Oksidasi Korosif 2 Acrylamide 3 Sodium Hidroxide Korosif 4 Napthalene

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PAINT REMOVER 40 05 Januari 2015 1. Pengantar PAINT REMOVER 40 adalah bahan kimia yang bersifat asam yang sangat efektif untuk menghilangkan cat 2. Penggunaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pengelolaan limbah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 SERI E TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-IND/PER/4/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 87/M-IND/PER/9/2009 TENTANG SISTEM HARMONISASI GLOBAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Identifikasi Limbah B3 PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan perusahaan di Indonesia yang mengeksplorasi minyak bumi yang terletak di Cepu, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU TUGAS AKHIR EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Fitri Apriliyanti R0010042 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Imidacloprid 10% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kimida 10 WP Nama Kimia : (E)-1-(6-chloro-3-pyridylmethyl)-N-nitroimidazolidin-2-

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun 2011. TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja. Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign)

Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja. Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign) Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign) Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja Contoh Penerapan Pengendalian Visual 5R di Tempat Kerja Label

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI INDUSTRI ATAU USAHA SUATU KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

Nama : Irritant. Lambang : Xi. Contoh : NaOH, C 6 H 5 OH, Cl 2. Nama : Harmful. Lambang : Xn

Nama : Irritant. Lambang : Xi. Contoh : NaOH, C 6 H 5 OH, Cl 2. Nama : Harmful. Lambang : Xn Seperti yang telah kita ketahui, bahan-bahan kimia yang biasa terdapat di laboratorium kimia banyak yang bersifat berbahaya bagi manusia maupun bagi lingkungan sekitar. Ada yang bersifat mudah terbakar,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Fipronil 50 g/l : Ken-Pronil 50 SC : 5-amino-1-(2, 6-dichloro-4-(trifluoromethyl)phenyl)-4-

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap

Lebih terperinci

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun Limbah Sisa suatu usaha dan atau kegiatan Limbah B3 Sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun Sifat, konsentrasi, dan

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 19-1994::PP 12-1995 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 31, 1999 LINGKUNGAN HIDUP. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN. Dampak Lingkungan.

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap

Lebih terperinci

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9 Keselamatan Penanganan Bahan Kimia Kuliah 9 Bahan Kimia & Kesehatan Mengetahui apakah suatu gangguan kesehatan berkaitan dengan pekerjaan tidaklah selalu mudah. Jangan mengabaikan pusing-pusing, flu dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Cosi Andiyanto R0010027 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1057, 2016 KEMHAN. Dampak Bahaya Bahan Kimia. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN DAMPAK BAHAYA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani

Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya

Lebih terperinci

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN Tanggal Revisi 02.07.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Bahan baku kosmetik Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN DAFTAR ISI 1. Apakah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun itu? 2. Bahaya Limbah Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC)

SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC) SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC) KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN OLEH : Kelompok 2 (I KC) 1. Julian Irawan (NIM 061430401226)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Alpha-Cypermethrin 100 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Ken-Fas 100 EC Nama Kimia : (S)-α-cyano-3-phenoxy

Lebih terperinci