DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Permasalahan...4

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Permasalahan...4"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Permasalahan...4 II. SISTEM REPRODUKSI A. Reproduksi Manusia Menurut Al-Quran...5 B. Reproduksi Manusia Melalui Teknologi Kloning...7 III. KLONING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM...12 IV. KESIMPULAN DAN SARAN...16 DAFTAR PUSTAKA

3 KLONING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sempurna apabila dilihat dari kejadiannya. Hal ini tercermin dalam Al Qur'an, seperti dalam surah At Tin : 4, berbunyi: l Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Selain itu, dapat juga dilihat pada surah Al Isra : 70, yang berbunyi : 2 Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Serta dalam surah Al-Hijr : : 3 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. (ayat : 28) Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dana telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (sebagai suatu bentuk penghormatan) (ayat : 29) Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. (ayat : 30) Berdasarkan pada ayat-ayat yang telah disebutkan di atas, menunjukkan bahwa manusia itu mempunyai keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk lainnya. Dan Allah sendiri telah pula berkenan untuk memuliakan manusia. Oleh sebab itulah, adalah merupakan suatu keharusan bagi manusia itu sendiri untuk menghormati martabat sesama manusia. Taraf penghormatan terhadap martabat sesama manusia ini akan mengimplementasi menjadi suatu nilai moral yang mulia. Adapun nilai moral yang mulia ini akan berefleksi dalam suatu bentuk kewajiban hidup. Misal dalam kehidupan 1 Choli Uman, Agama Menjawab tentang Berbagai Masalah Abad Modern, Ampel Suci, Surabaya, Hlm: 45 2 Ibid 3 Lih Al Qur an dan Terjemahannya 1

4 berumah tangga, nilai moral ini akan tercermin dalam perilaku seorang laki-laki sebagai seorang ayah, anak atau suami untuk memenuhi kepentingan hajat hidup anak, istri, ibu ataupun saudara perempuannya. 4 Oleh karena itulah, nilai moral mulia yang hendak dicapai dalam kehidupan manusia ini sedikit terusik dengan terciptanya teknologi-teknologi baru yang diciptakan oleh manusia, yang sedikit banyak telah merusak tatanan moral kehidupan manusia, seperti dalam hal terciptanya teknologi kloning pada manusia untuk menghasilkan manusia dengan jalan pintas yaitu tanpa melalui proses hubungan seks (yang halal) antara laki-laki dan perempuan. Teknologi kloning ini sedikit banyak telah mempengaruhi tujuan utama dari perkawinan menurut syariah Islam, yang menegaskan bahwa perkawinan dalam Islam itu bertujuan untuk : 1. Menyalurkan naluri seksual secara halal dan sah ; 2. Melestarikan keturunan dan terpeliharanya nasab dengan jelas ; 3. Menimbulkan rasa cinta, kasih sayang dan ramah tamah di antara kelompok keluarga dalam rumah tangga ; 4. Mendorong adanya rasa tanggung jawab untuk membiayai dan memelihara anggota keluarga ; 5. Timbulnya sikap tolong-menolong, toleransi, dan saling menghargai di antara anggota keluarga kedua belah pihak 6. Timbulnya pembagian tugas-tugas di antara suami dan isteri. Dengan demikian terlihat bahwa dalam Islam, aspek dari suatu perkawinan yang hendak dijaga adalah dengan pemeliharaan moral dan kesucian serta cinta dan kasih 4 Muhammad Al-Bani, Langkah Wanita Islam Masa Kini: Gejala-gejala dan sejumlah Jawaban, Gema Insani Press. Jakarta, Hlm: 39 2

5 B. Permasalahan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli reproduksi genetik, di dapat suatu pandangan umum tentang pengertian atau defenisi dari kloning. Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang jika dilihat secara genetik akan identik 5 Dan pengertian yang diuraikan di atas, maka secara logika, upaya kloning adalah suatu upaya menciptakan makhluk atau individu yang persis sama dengan makhluk atau individu yang pernah ada sebelumnya. Melihat pada kenyataan bahwa kloning adalah sebagai suatu upaya penciptaan manusia melalui teknologi yang dirancang oleh manusia, maka dalam hal ini satu hal yang perlu dikaji adalah bagaimana pandangan Islam tentang teknologi kloning ini, sehingga tidak akan menimbulkan kesalahpahaman dalam menerapkan teknologi kloning sebagai suatu ikhtiar dalam mendapatkan keturunan dan juga sebagai suatu upaya untuk mencapai suatu solusi yang baik dalam menyikapi eksistensi kloning pada masyarakat Muslim. 5 Http :// 3

6 II. SISTEM REPRODUKSI A. Reproduksi Manusia Menurut Al Qur an Al Qur an dalam beberapa ayat-ayatnya telah menuliskan dan melukiskan secara umum tentang reproduksi manusia. Dalam surat Al Faathir : 11, disebutkan : 6 Dan Allah menciptakan kamu dari tanah. kemudian dari air mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan ( laki-laki dan perempuan ). Dan tidak ada seorang perempuan yang mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-nya..., sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Dari ayat ini terlihat bahwa manusia itu lahir dari setitik mani atau nuftah, yang bisa diartikan sebagai spermatozoa atau sperma, atau bisa diartikan sebagai hasil dari pembuahan atau zygote. 7 Dalam surah lain, yaitu surah Al-Mu minum: 14, diuraikan tentang kejadian manusia yang berdasarkan pada tingkatan-tingkatan perkembangannya, yaitu yang diawali dengan setitik nuftah ini yang kemudian berevolusi menjadi embrio atau alaqah yaitu nuftah yang melekat/menggantung. Alaqah itulah yang kemudian menjadi segumpal daging, lalu daging itu kemudian menjadi tulang-tulang. Kemudian tulang-tulang ini dibungkus oleh daging. Dan dari sinilah Allah menjadikan dia satu kejadian yang lain sifatnya. 8 Selanjutnya, dalam surat Az-zumar : 6, Allah telah memfitrahkan kepada manusia secara alamiahnya bahwa kehamilan manusia adalah terjadi dalam perut ibunya: 9 Ia (Tuhan) menjadikan kamu dalam perut ibu kamu, kejadian demi kejadian dalam 3 (tiga) kegelapan. 6 Al. Qur an dan terjemahan 7 Maria Bucaille, Asa-usul Manusia menurut Bible, Al Qur an dan Sains, Mizan, Bandung Hal: M. Darudin, Reproduksi Bayi Tabung, Kalam Mulia, Jakarta, Hal: Ibid 4

7 Dalam HR. Bukhan, Rasulullah SAW juga menerangkan tentang kejadian, manusia dengan dalil yang didapat beliau dari turunnya ayat-ayat dalam Al Qur an. Adapun fase-fase yang dimaksud adalah sebagai berikut : 10 Dari Abrirahman Abdullah bin Mas ud berkata : Telah menceritakan kepada kami dari Rasulullah SAW dialah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya seorang manusia kejadiannya dikumpulkan dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian ia menjadi sesuatu yang menggantung atau alagah selama itu juga kemudian ia menjadi segumpal daging, selama itu juga, kemudian dikirim kepadanva malaikat, lalu ditiupkan padanya roh. Dari uraian di atas, menurut pendapat Muhammad Darudin dalam bukunya mengenai Reproduksi Bayi Tabung, maka dalam ayat-ayat Al Qur an tidak ada tercermin bahwa reproduksi manusia itu terjadi pembuahan sel telur oleh sperma hanya dalam tuba fallopi. Dengan dalil itulah, ada jalan untuk melakukan pembuahan dengan melalui cara yang tidak alamiah, baik melalui reproduksi bayi tabung maupun dengan kloning. 10 Ibid 5

8 B. Reproduksi Manusia melalui Teknologi Kloning Teknologi kloning pada dasarnya adalah merupakan teknologi kelanjutan logis dari teknologi bayi tabung. Seperti halnya kloning, teknologi bayi tabung yang telah banyak diterapkan di berbagai negara, akan tetap masih banyak menimbulkan kontroversi. Adapun perbedaan yang ada dalam teknologi bayi tabung dan kloning ini terletak pada saat dilakukannya (prosedur) pertemuan antara sel telur dengan sperma. Pada prosedur kloning, langkah awal yang dilakukan adalah dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) yang telah diambil inti selnya (nukleus) 11. Inti sel telur yang terdiri dari 23 kromoson ini dibuang, kemudian dilakukan penggantian dengan inti sel dewasa sebanyak 46 kromosom. Setelah dilakukan penggantian atau pemindahan ini, maka untuk selanjutnya, sel-sel ini dibiarkan berkembang menjadi beberapa sel. Setelah berkembang menjadi beberapa sel baru, maka sel-sel yang terbentuk ini akan dikembalikan ke dalam rahim ibunya untuk dilanjutkan perkembangannya menjadi manusia atau makhluk baru. 12 Dengan prosedur kloning ini, maka akan dihasilkan janin manusia atau makhluk baru yang akan sepenuhnya membawa gen baru dari ciri khas yang baru sesuai dengan ciri dari sumber sel yang intinya dimasukkan ke sel telur. Hal terakhir dari prosedur kloning inilah yang membedakannya dengan proses bayi tabung. Jika dalam bayi tabung, janin yang dihasilkan masih membawa campuran ciri ibu dan ciri bapaknya seperti halnya janin-janin pada umumnya, namun tidak demikian halnya dengan kloning Http: // 30.Htm 6

9 Manfaat dan Keburukan Reproduksi Melalui Kloning Seperti halnya pada reproduksi melalui bayi tabung, maka dari beberapa hasil penelitian teknologi reproduksi, ada beberapa hal yang dapat dijadikan manfaat dari pengembangan teknologi kloning ini. Hal ini ditarik dari beberapa kasus yang memanfaatkan jasa reproduksi genetika, seperti antara lain, yaitu : Kloning memberikan manfaat bagi pasangan-pasangan yang intertil, yaitu pasangan-pasangan yang mengalami kesulitan untuk mendapat keturunan 2. Kloning yang pernah dilakukan di Colorado, Amerika Serikat, dimanfaatkan untuk alasan kesehatan. Dalam rublik kesehatan yang ada di majalah Gatra tanggal 14 Oktober 2000, dilaporkan bahwa pasangan Jack dan Lisa menggunakan reproduksi secara rekayasa genetika untuk mendapatkan anak kedua, guna menolong anak pertamanya, Molly yang menderita penyakit fanconi anemia, penyakit ini jika dibiarkan lebih lanjut akan berakibat menjadi leukimia, untuk itulah anak yang kedua ini dipersiapkan secara genetik untuk menolong atau menopang hidup kakaknya. 14 Dengan demikian, para ahli percaya dan berkesimpulan bahwa kloning embrio dan DNA manusia dewasa dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain, adalah : 15 a. Dapat mernbantu wanita yang kurang subur. Bila wanita itu hanya dapat memproduksi 1 sel telur, maka dengan kloning embrio, yang dihasilkan dari 1 sel telur dapat diduplikasi, misal menjadi 8 embrio untuk diimplantasikan Gatra, 14 Oktober Hayati.Op.Cit 7

10 b. Orang tua yang diketahui mempunyai kelainan genetik yang dapat diturunkan pada anaknya, dengan teknologi kloning, telur yang terbuahi dapat diduplikasi dan dievaluasi genetiknya. Hanya klon yang bebas dari kelainan genetik yang diimplantasikan ke rahim ibunya. c. Kloning juga dikembangkan untuk menghasilkan individu yang mempunyai bakat atau kelebihan tertentu. Misal : kloning DNA dari keluarga yang memiliki kemampuan musikal dilakukan untuk menghasilkan anak yang memiliki potensi serupa. Dalam segala hal yang baru, sudah pasti ada sisi positif dan juga negatif. Demikian pula halnya dengan kloning, maka sisi negatif yang ditimbulkannya adalah : 16 1) Keragaman populasi akan hilang, akibatnya setiap orang memiliki respon yang sama 2) Bila manusia secara genetik sama, maka terdapat resiko besar dari patogen tunggal, yaitu penyakit yang fatal dapat memusnahkan semua individu. 3) Kloning dianggap tidak etis, tidak manusiawi dan juga tidak normal. Oleh sebab itulah, dalam penerapan teknologi kloning ini, harus berhadapan atau berkontradiksi langsung dengan 4 (empat) aspek kehidupan manusia, yaitu aspek teologi (keagamaan), aspek etika, aspek legalitas dan aspek sosial atau kemasyarakatan. Dalam dimensi teologi, penerapan teknologi ini ditanggapi secara beragam. Sebahagian besar menolak teknologi ini diterapkan terhadap manusia, akan tetapi dimaklumi jika diterapkan pada hewan atau tumbuhan. Baik ulama Islam, Kristen maupun Yahudi beranggapan tidak ada alasan kloning untuk manusia, selain tidak bermoral, tidak etis juga tidak manusiawi. Penolakan ini juga dilandasi dengan alasan karena adanya suatu keyakinan bahwa kegiatan ini sama artinya dengan mempermainkan 16 Ibid 8

11 Allah yang merupakan Pencipta segala makhluk. Juga banyak kalangan yang berpendapat bahwa kloning terhadap manusia secara utuh tidak dapat dilakukan, sebab ini dapat dianggap sebagai intervensi terhadap karya ilahi. Namun demikian, ada beberapa ulama yang mendukung teknologi kloning ini, antara lain Sheikh Mohammad Hussein Fadhallah dan Abdulaziz Sachedina (dan Virginia). Sheikh M. Hussein mengatakan adalah seorang pemandu spritual muslim fundamentalis dari Lebanon, yang mengatakan bahwa suatu hal yang salah atau keliru, apabila kloning dikatakan intervensi karya ilahi. Akan tetapi, kloning itu haruslah diangap tidak menciptakan suatu yang baru. Hanya saja para ilmuwan itu dianggap sebagai menemukan sesuatu hukum yang baru bagi organisme, sama dengan seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in vitro, dan transplantasi organ. 17 Sedangkan abdulaziz Sachedina berpendapat bahwa Allah adalah sang kreator terbaik. Manusia dapat saja melakukan intervensi dalam pekerjaan alami, termasuk pada awal perkembangan embrio untuk meningkatkan kesehatan atau embrio splitting untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, namun yang tetap harus diingat adalah Allah lah sang Pemberi Hidup.. Dari dimensi etika, sebahagian masyarakat menolak dengan alasan moral, yaitu dengan adanya pembuangan embrio yang tidak dibutuhkan. Sehingga masyarakat secara moral beranggapan bahwa pembuangan itu telah mematikan hak hidup embrio, dengan demikian hal ini sama artinya dengan pembunuhan. Hubungan fundamental antar manusia, hubungan laki-laki dan perempuan serta kasih sayang juga dipertanyakan dalam hal ini. Hal ini diperburuk apabila sperma tidak dari pasangannya sendiri ataupun sebaliknya sperma dan sel telur dari masing-masing

12 pasangan akan tetapi embrio diimpantasikan pada rahim perempuan lain. Akibat yang ditimbulkan tidak lain adalah kekaburan nasib dari anak yang dikandung. Dan dimensi legalitas, teknologi ini juga masih dalam posisi pro dan kontra. Di negara Australia, telah berlaku UU anti kloning bagi manusia, tetapi tidak demikian halnya terhadap hewan maupun tumbuhan. 18 Di Inggris, berlaku UU yang mengizinkan penelitian pada embrio manusia baru dapat dilakukan sampai umur 14 hari sesudah fertilisasi, dengan dasar pembuangan embrio berumur kurang dari 12 hari dipandang tidak mengurangi hak hidup calon bayi. Kloning diperbolehkan jika ada alasan yang kuat, seperti untuk kesehatan dan pengobatan serta untuk tujuan meningkatkan nilai genetik guna menjadikan manusia yang berkualitas. Dari dimensi sosial, yang menjadi permasalahan adalah posisi dari si anak yang dilahirkan akan menjadi simpang siur dalam tatanan kemasyarakatan, terutama apabila sperma yang digunakan berasal dari bank sperma atau sel telur yang digunakan berasal dari pendonor. Akibatnya, silsilah anak menjadi tidak jelas. Dan memungkinkan di kemudian hari akan terjadi perkawinan kekerabatan yang sangat dekat, sehingga memungkinkan terjadi lahirnya generasi cacat akibat inbreeding.. Selain keburaman silsilah anak, akibat lain yang dapat timbul adalah perebutan bayi. Seperti kasus yang menimpa pasangan suami-istri yang menitipkan embrio pada rahim perempuan lain. Setelah 36 minggu mengandung dan akhirnya melahirkan anak, perempuan yang meminjamkan rahim mengklaim bahwa anak yang dikandung adalah anak kandungnya. Sedemikian pelik hal-hal yang dapat timbul dari kloning dilihat dari segi negatif atau keburukan yang dapat ditimbulkannya ko

13 III. KLONING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Munculnya rekayasa genetika melalui proses kloning dalam wacana ilmu pengetahuan saat ini, tidak lain merupakan suatu prestasi tersendiri bagi manusia. Al Qur an sendiri telah memberikan himbauan kepada umatnya untuk terus membaca (iqra ) guna memberi kemampuan bagi manusia untuk terus meneliti dan menemukan suatu hal yang terpendam dalam alam semesta yang memang diciptakan oleh Allah SWT untuk kepentingan umatnya. Untuk itulah Al Qur an telah menuntun para ulama untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam berbagai ilmu pengetahuan, baik agama, maupun bidang umum, karena : a. Al Qur an telah menganjurkan supaya manusia memperdalam pengetahuannya dalam berbagai ilmu pengetahuan. b. Para ulama harus mampu untuk membuktikan kebenaran ayat dan menyelidikinya, karena ayat-ayat dalam Al Qur an itu hanyalah sebatas penggambaran secara garis besar semata. c. Tanggung jawab ulama untuk tetap memelihara, mensiarkan A1 Qur an dan mendorong mereka untuk berkreasi dan menyusun ilmu bahasa Arab dan bermacam-macam ilinu yang berhubungan dengannya. 19 Prestasi i1mu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses kloning pada dasarnya merupakan suatu tindakan yang berkaitan dengan penyikapan sebuah hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada sel-sel tubuh manusia dan hewan. Hal ini dikarenakan proses pengkloningan telah menyikap suatu fakta bahwa pada sel tubuh manusia maupun hewan, terdapat suatu potensi untuk menghasilkan keturunan, jika kandungan nukleus sel tubuh tersebut ditanamkan pada sel telur 19 Al Qur an dan terjemahan 11

14 perempuan yang telah dikeluarkan nukleusnya. Maka sifat kandungan nukleus sel tubuh itu tidak ubahnya seperti sel sperma laki-laki. Seperti yang telah dipahami selama ini, paham yang bersifat teologi, khususnya dalam hal ini menurut syariat Islam, maka penilaian terhadap suatu fakta baru yang muncul di masyarakat lebih dilihat dari segi tujuan atau akibat yang dituju dari perbuatan yang timbul dart fakta tersebut. Apabila tujuan atau akibat yang ditimbulkan itu merupakan suatu nilai kebaikan, maka perbuatan itu masih dapat dinilai sebagai suatu yang mubah atau kebolehan. Begitu pula apabila timbul keadaan yang sebaliknya, maka lebih baik untuk tidak melanjutkan perbuatan tersebut. Ada beberapa pandangan ulama Islam berkaitan dengan permasalahan kloning ini. Namun sebahagian besar dari para ulama tidak membenarkan dilakukan kloning bagi manusia, walaupun ada yang berpendapat (ulama-ulama moderat, seperti Sheikh Mohammad Fussein Fadhalalah dari Lebanon) bahwa sebahagian dari kloning untuk manusia itu bersifat mubah dengan alasan tertentu. Akan tetapi para ulama menyatakan kesatuan pendapatnya berkaitan dengan kloning yang dilakukan terhadap hewan maupun tumbuhan, adapun aspek yang menjadi titik pandang para ulama dalam menyikapi kloning adalah sebagai berikut : 1. Hukum yang berlaku bagi kloning terhadap tumbuhan dan hewan 20 Sebahagian besar ulama berpendapat bahwa kloning terhadap tumbuhan dan hewan bersifat mubah. Hukum mubah ini ditetapkan karena melihat pada tujuan yang diharapkan dari pengkloningan tersebut, yaitu tidak lain untuk memperbaiki kualitas dan produktivitas hewan dan tumbuhan, karena dengan pengkloningan ini terdapat suatu upaya untuk memanfaatkan obat, sehingga menjadikannya sebagai suatu sunnah, seperti yang telah diriwayatkan dalam HR. Imam Ahmad, yang artinya

15 . Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap menciptakan penyakit, maka Dia juga akan menciptakan obatnya. Maka berobatlah kamu. 2. Hukum yang berlaku terhadap kloning embrio atau manusia. 21 Dalam hal pemberlakuan hukum tentang kloning manusia ini, beberapa ulama membedakannya dalam 2 (dua) hukum yaitu : a. Hukum Mubah Apabila kloning yang dilakukan terjadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri atas pertemuan sel sperma suami dengan sel telur istri. Sel embrio kemudian diperbanyak hingga berpotensi untuk membelah dan berkembang. Setelah dipisahkan sel embrio itu selanjutnya ditanamkan ke dalam rahim pemilik sel telur (istri). b.hukum Haram Apabila sel-sel embrio yang telah dipisahkan itu ditanamkan di rahim perempuan lainnya, bukan istri. Berbeda dengan sebahagian besar ulama Islam lainnya, yang berpendapat bahwa apapun dalil yang dikemukakan ulama moderat itu tidaklah berdasar. Menurut para ulama yaitu bahwa kloning manusia walaupun dengan alasan untuk memperbaiki keturunan adalah haram hukumnya. Adapun dalil yang dikemukakan, antara lain, adalah sebagai berikut : 1).Anak-anak yang di dapat dari hasil kloning, tidaklah sesuai dengan fitrah manusia, karena Allah SWT telah menetapkan proses untuk manusia menghasilkan keturunan melalui firmannya pada Surah An Najm : 45-46, yang artinya... dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasangan lelaki dan perempuan dari air mani apabila dipancarkan

16 2). Pengkloningan manusia itu mampu menghilangkan nasab karena keturunan vang dilahirkan melalui proses ini tidak jelas. Padahal Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Seperti yang dikemukakan Rasulullah SAW Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh umat (HR. Ibnu Majah). Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu nasab (seseorang) yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat suatupun dari Allah dan Allah tidak akan pernah mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat kemiripannya, maka Allah akan menunjukkan perbuatannya di hadapan orangorang terdahulu dan kemudian (pada hari kiamat). (HR. Ad-Darimi) Menghasilkan anak melalui proses kloning akan mencegah banyak pelaksanaan hukum syara seperti hukum perkawinan, nasab, nafkah, kewajiban bapak kepada anak, pemeliharaan anak dan hubungan kemahraman. Pengkloningan mencampur adukan dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah Allah tentang kelahiran anak. Bagi umat Islam, pengkloningan manusia merupakan suatu perbuatan keji yang akan dapat memporak-porandakan struktur kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kelahiran dan persenyawaannya melalui pengkloningan manusia bukanlah termasuk fitrah apalagi kalau prosesnya terjadi antara laki-laki dan perempuan yang tidak diikat dengan akad nikah yang sah. Oleh sebab itu, perlu kiranya suatu pertimbangan akan hukum mubah menurut pendapat beberapa ulama, apabila kita lebih banyak menemukan mudharatnya dibanding maslahahnya. Yang perlu menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah tinjauan kedudukan (posisi) anak yang dilahirkan kelak dalam kehidupannya di masyarakat. 14

17 IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kemajuan ilmu pengetahuan yang sedemikian rupa pada masa sekarang ini adalah sebagai suatu manifestasi manusia yang menafikan peranan Tuhan dalam mengatur kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan harus tahu sejauh mana hukumnya dalam membuat penyelidikan agar tidak memudharatkan manusia itu sendiri dan agamalah yang mampu menerangkan seharusnya manusia bertindak sepatutnya agar segala tindakannya itu memberi manfaat dan tidak mendatangkan mudharat. Kita tidak mengetahui apakah kesan dari pengkloningan manusia dari segi jangka panjang, tetapi Islam telah memberikan jawaban bahwa pelaksanaan kloning manusia tidak seharusnya dilaksanakan. Pendapat umum juga telah menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat tidak setuju dengan kloning manusia. Melalui penelitian di Malaysia, yang dilakukan pada tahun , terangkum responden yang berpendapat bahwa kloning adalah perbuatan tak bermoral (sebanyak 97%) dan 99% menyatakan tidak berminat untuk melakukan kloning. Dengan demikian, bisa ditarik suatu keadaan yang belum menerima diberlakukannya kloning bagi manusia walaupun teknologi kloning ada memberikan manfaat akan tetapi lebih memberikan sisi keburukan. Berdasarkan uraian pembahasan tentang kloning, maka dapatlah ditarik saran. Saran yang dikemukakan ini tidak lain sebagai bahan pertimbangan dalam memandang halal atau haramnya tindakannya untuk melakukan pengkloningan. Dalam kepentingan ini, dapatlah diajukan beberapa firman Allah SWT dan juga hadist serta ijtihad ulama, untuk memberikan suatu jalan atau solusi bagi setiap individu, apakah berkeinginan untuk menerapkan kloning atau tidak dalam kehidupannya. 22 Ibid 15

18 Adapun firman Allah SWT itu antara lain: 1. Al Qur an surah Al Isra : 36 : Dan janganlah kamu ikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya Jika dipahami surah ini, maka apabila merasa tidak jelas dan tidak meyakini seperti apa prosedur maupun akibat yang ditimbulkan dalam kloning, maka akan merupakan suatu tindakan yang bijaksana untuk tidak melakukan kloning, yang memungkinkan timbul banyak kemudharatan. 2. A1 Qur an surah At Tin: 4: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. 3.Hadist Rasulullah SAW : Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina isteri orang lain) (Hadist riwayat Abu Daud, Al-Tarmidzi). 4.Kaidah Hukum Fiqh Islam : Menghindari bahaya (madarat) harus didahulukan atas mencari/menarik maslahat atau kebaikan. 5.Kaidah Hukum Fiqh Islam Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang namun kaidah fiqh ini, harus dilanjutkan dengan penerapan kaidah fiqh lainnya, yang berbunyi : Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu itu boleh hukumnya, kecuali kalau ada dalil yang mengharamkannya. 16

19 Dalam hal kloning ini, maka dengan adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) (terlampir), yang secara nasional melarang melakukan segala jenis percobaan terhadap upaya pengkloningan terhadap manusia, maka dapatlah dikatakan bahwa kloning untuk manusia itu tidak dapat dilakukan atau dilarang, karena tidak sesuai dengan ketentuan syari ah bagi umat Islam. Namun, kloning dikecualikan bagi hewan maupun tumbuhan guna meningkatkan produksi. Dan yang lebih penting imtuk dijadikan dasar pertimbangan, adalah seruan Rasulullah SAW dalam HR. Abu Ya la, Al-Thabrani dan Al-Baihaqii dari Al-Aswad bin Sari : Semua anak dilahirkan atas kesucian/kebersihan (dari segala dosa dan noda) dan pembawaan beragama tauhid, sehingga ia jelas bicaranya. Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anaknya menjadi Yahudi, atau Nasrani atau Majusi Oleh sebab itulah, seorang muslim haruslah mempunyai kemampuan untuk memilah dan memilih hal yang baik dan memberi masalah bagi dirinya dan menjauhkan hal yang memberi mudharat bagi dirinya, seperti yang tercermin dalam Al Maidah :105, yang berbunyi ; 24 Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu : tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila katnu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya. Maka Dia akan menerapkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 23 Masjfud Zuhdi, Masail Fiqhiyah, PT. Gunung Agung, Jakarta, Hlm:39 24 Al Qur an dan terjemahan 17

20 DAFTAR PUSTAKA Rahman I. Doi, Syariah II : Hudud dan Kewarisan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Ali Akbar, Seksualitas ditinjau dari Hukum Islam, Ghalia, Jakarta, Cholil Uman, Agama Menjawab tentang Berbagai Masalah Abad Modern, Ampel Suci, Surabaya, Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Pustaka Firdaus, Jakarta, Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia, UI-Press, Jakarta, , Pengaturan UU Perkawinan Umat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, , Pokok pokok Ilmu Agama Islam, Yayasan AI-Ghazali, Jakarta, Ibrahim M. Al-Jamal, Fiqih Wanita, alih bahasa : Anshori Umar, Asy-syifa, Semarang, Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Gunung Agung, Jakarta, Maurice Bucaille, Asal-usul Manusia Menurut Bible, Al Our'an, Sains, Mizan, Bandung, M. Al-Bani, Langkah Wanita Islam Masa Kini : Gejala-gejala dan Sejumlah Jawaban, Gema Insani Press, Jakarta, M. Daruddin, Reproduksi Bayi Tabung : Ditinjau dari Hukum Perdata, Hukum Kedokteran, Hukum Islam, Kalam Mulian, Jakarta, Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan PENGERTIAN BAYI TABUNG PENGERTIAN BAYI TABUNG In vitro vertilization (IVF) atau yang lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung adalah proses

Lebih terperinci

BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING. A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning

BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING. A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning Penerapan kloning pada manusia mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai kalangan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia 77 BAB V PENUTUP 3.4. KESIMPULAN 1. Ketentuan mengenai perbuatan penitipan janin pada rahim ibu pengganti menurut hukum Islam diatur berdasarkan hasil ijtihad para ulama, karena di dalam al-quran dan hadits

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha

Lebih terperinci

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN MAJELIS HAKIM DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO NO. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda A. Analisis Yuridis Pertimbangan Dan Dasar

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN RELASINYA DALAM MEMBINA KEUTUHAN RUMAH TANGGA A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital Check Up) sebagai Upaya Pemeliharan Keturunan (Hifz} al-nasl) Dalam

Lebih terperinci

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN A. Aborsi Dalam Perspektif Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) 1. Dasar-dasar dan Prosedur Penetapan

Lebih terperinci

AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ASAL-USUL MANUSIA

AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ASAL-USUL MANUSIA AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ASAL-USUL MANUSIA Oleh : Yudi Ardianto (411.046) Dosen Pembimbing : Drs.H.Hasymi Dt.R.Panjang, S.H, M.Si JURUSAN TADRIS IPA KOSENTRASI FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kehadiran seorang anak dalam suatu perkawinan merupakan anugerah yang sangat istimewa, bahkan tidak ternilai harganya. Setiap pasangan suami istri selalu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KLONING SEL SOMATIK SUAMI MANDUL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KLONING SEL SOMATIK SUAMI MANDUL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KLONING SEL SOMATIK SUAMI MANDUL Hukum kloning manusia haram menurut Islam, karena dianggap bahwa anakanak produk kloning dihasilkan melalui cara yang tidak alami dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati kehidupan,

Lebih terperinci

Febriani Rinta (I ) Surrogate mother (Ibu titipan)

Febriani Rinta (I ) Surrogate mother (Ibu titipan) Febriani Rinta (I1110026) Surrogate mother (Ibu titipan) Peminjaman rahim atau yang disebut dengan surrogate mother (Ibu pengganti), yaitu seorang wanita yang mengadakan perjanjian dengan pasangan suami

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING 15 FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000 Tentang Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 23-27 Rabi ul Akhir 1421 H./25-29

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT PANDANGAN ISLAM

JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT PANDANGAN ISLAM JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT PANDANGAN ISLAM BAB I PENDAHULUAN Masalah transplantasi organ tubuh merupakan masalah ijtihadiyah yang terbuka kemungkinan untuk didiskusikan, karena belum pernah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS GUGATAN SUAMI DALAM HAL MENGINGKARI KEABSAHAN ANAK YANG DILAHIRKAN ISTRINYA

BAB IV ANALISIS GUGATAN SUAMI DALAM HAL MENGINGKARI KEABSAHAN ANAK YANG DILAHIRKAN ISTRINYA BAB IV ANALISIS GUGATAN SUAMI DALAM HAL MENGINGKARI KEABSAHAN ANAK YANG DILAHIRKAN ISTRINYA A. Analisis Proses Gugatan Pengingkaran Terhadap Keabsahan Anak yang Dilahirkan Istrinya. Anak kandung adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG A. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Agama Malang dalam Penolakan Izin Poligami

Lebih terperinci

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam PIT PDFI, Balikpapan 9-10 September 2015 Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam Budi Sampurna amanat UU 36/2009 Frasa kesehatan reproduksi muncul di pasal 48

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Fitrah yang diciptakan Allah atas manusia mengharuskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI RAHIM DAN STATUS ANAK YANG DILAHIRKAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI RAHIM DAN STATUS ANAK YANG DILAHIRKAN 58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI RAHIM DAN STATUS ANAK YANG DILAHIRKAN A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Rahim Rahim merupakan bagian dari organ reproduksi yang memiliki

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Oleh *) Abstrak Perkawinan merupakan suatu kejadian yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Ikatan perkawinan ini, menimbulkan akibat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS NASAB ANAK HASIL KLONING. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Proses Kloning pada Manusia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS NASAB ANAK HASIL KLONING. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Proses Kloning pada Manusia BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS NASAB ANAK HASIL KLONING A. Analisis Hukum Islam Terhadap Proses Kloning pada Manusia Ajaran Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI HUKUM PENITIPAN JANIN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS MENGENAI HUKUM PENITIPAN JANIN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 61 BAB IV ANALISIS MENGENAI HUKUM PENITIPAN JANIN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 3.2. Kedudukan Bayi Tabung dalam Hukum Perkawinan Islam Persoalan inseminasi buatan pada manusia merupakan persoalan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana

Lebih terperinci

CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam Nama : Wuri Utami Kelas : X IPA 6 No. Absen : 34 SMA NEGERI 3 BANDUNG 2014 1. Menyambung Rambut Mazhab Maliki

Lebih terperinci

Lingkungan Mahasiswa

Lingkungan Mahasiswa Lingkungan Mahasiswa Pernikahan Apa Hubungannya ya Lingkungan Mahasiswa dengan Pernikahan????? Pernikahan Dini Pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang masih muda, seperti mahasiswa atau mahasiswi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum

Lebih terperinci

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci

Kultum Ramadhan: Menjalin Cinta Abadi Dalam Rumah Tangga

Kultum Ramadhan: Menjalin Cinta Abadi Dalam Rumah Tangga Kultum Ramadhan: Menjalin Cinta Abadi Dalam Rumah Tangga Ceramah Singkat Kultum Ramadhan: Menjalin Cinta Abadi Dalam Rumah Tangga Oleh: Ustadz Abdullah bin Taslim al-buthoni, MA Alhamdulillahi Rabbil alamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA Pertanyaan Dari: Hamba Allah, di Jawa Tengah, nama dan alamat diketahui redaksi (Disidangkan pada hari Jum at, 20 Syakban 1432 H / 22 Juli 2011 M) Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah khalifah di muka bumi, Islam memandang bumi dan beserta segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia di dunia ini yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi 60 BAB IV ANALISIS Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi sallam dari tafsir al-marāghī di dalam bab tiga, maka pada bab ini akan dipaparkan analisis guna menganalisa şalawat

Lebih terperinci

Aku akan menciptakan manusia dari tanah"(shaad:71)

Aku akan menciptakan manusia dari tanah(shaad:71) Nenek Moyang Manusia ( ) ( ) ( ) Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, Allah telah

Lebih terperinci

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG :

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG : NOMOR : U-287 TAHUN 2001 Bismillahirohmanirohimi Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG : 1. Bahwa pornografi dan pornoaksi serta hal-hal lain yang sejenis akhir-akhir ini semakin merebak

Lebih terperinci

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah: MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara

Lebih terperinci

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur 69 BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur 1. Faktor-Faktor Kawin di Bawah Umur Penyebab terjadinya faktor-faktor

Lebih terperinci

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang lebih dimuliakan dan diutamakan Allah dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan adanya aturan tentang perkawinan

Lebih terperinci

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ Manhaj yang digunakan tiap organisasi keagamaan pada dasarnya adalah sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang cenderung menggunkan metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN A. Analisis Status Anak Dari Pembatalan Perkawinan No: 1433/Pdt.G/2008/PA.Jombang Menurut Undang-Undang Perkawinan Dan Menurut

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR A. Analisis terhadap Dasar Penetapan Wali Nikah bagi Mempelai Perempuan yang Lahir Kurang

Lebih terperinci

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-86)

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-86) MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama 54 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pernikahan poligami hanya terbatas empat orang isteri karena telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menguraikan tentang pembahasan dan analisis sesuai dengan memperhatikan pokok-pokok permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, yang berjudul Pendapat Hakim Pengadilan

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah

BAB I PENDAHULUAN. tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak memiliki arti yang sangat penting dalam sebuah kehidupan rumah tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah tangga yang

Lebih terperinci

Tasyakuran 4 Bulan Kehamilan

Tasyakuran 4 Bulan Kehamilan Tasyakuran 4 Bulan Kehamilan Assalamu'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT dan mengumandangkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya, kami

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara

Lebih terperinci

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan KAIDAH FIQHIYAH Pendahuluan Jika dikaitkan dengan kaidah-kaidah ushulliyah yang merupakan pedoman dalam mengali hukum islam yang berasal dari sumbernya, Al-Qur an dan Hadits, kaidah FIQHIYAH merupakan

Lebih terperinci

Apakah Kawin Kontrak Itu?

Apakah Kawin Kontrak Itu? KOPI- Nafsu seksual (syahwat) seorang pria kepada perempuan adalah hal yang fitrah, yaitu hal yang alamiah yang telah ditetapkan adanya oleh Allah kepada manusia (Lihat QS Ali Imran [3] : 14). Hanya saja,

Lebih terperinci

KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar)

KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar) KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

Tahapan Penciptaan Manusia

Tahapan Penciptaan Manusia Tahapan Penciptaan Manusia 1 P a g e : : : "Dari Abi 'Abdirrahman 'Abdillah bin Mas'ud bahwasanya dia berkata;"telah mengkhabarkan kepada kami Rasulullah -dan dialah yang selalu benar dan dibenarkan-;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terminologi, ibadah mempunyai banyak definisi tetapi makna dan maksud satu. Ibadah dalam

BAB I PENDAHULUAN. terminologi, ibadah mempunyai banyak definisi tetapi makna dan maksud satu. Ibadah dalam A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri atau tunduk, sedangkan menurut terminologi, ibadah mempunyai banyak definisi tetapi makna dan maksud satu. Ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

Kaidah-Kaidah Tibbun Nabawi

Kaidah-Kaidah Tibbun Nabawi Didownload dari http://www.vbaitullah.or.id Kaidah-Kaidah Tibbun Nabawi Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr 21 Mei 2004 Allah menclptakan makhluknya agar beribadah serta tunduk kepadanya. Allah menciptakannya

Lebih terperinci

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain Oleh: Muhsin Hariyanto AL-BAIHAQI, dalam kitab Syu ab al-îmân, mengutip hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Amr ibn al- Ash: Ridha Allah bergantung

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Putusan Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih dari itu perkawinan merupakan salah satu tanda kekuasaan-nya. Allah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih dari itu perkawinan merupakan salah satu tanda kekuasaan-nya. Allah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam Islam tidak dapat dianggap sekedar untuk menyatukan jasmani laki-laki dan perempuan atau hanya untuk mendapatkan anak semata, tetapi lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan Undang-Undang dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika perkawinan tersebut sejak proses pendahuluannya

Lebih terperinci

Kemana Tujuan Hidupmu?

Kemana Tujuan Hidupmu? Kemana Tujuan Hidupmu? Cara Praktis Mengenal Tuhan Oleh: Akhi Abdurahman Copyright ThulisMedia Penerbit ThulisMedia Desain Sampul: Gading Design Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com 2 Daftar Isi Alam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF Salah satu dampak menurunnya moral masyarakat, membawa dampak meluasnya pergaulan bebas yang mengakibatkan banyaknya

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN PERSUSUAN (Studi Kasus Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2011/PA.Ska)

TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN PERSUSUAN (Studi Kasus Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2011/PA.Ska) TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN PERSUSUAN (Studi Kasus Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2011/PA.Ska) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK 60 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK Salah satu asas kewarisan Islam adalah asas bilateral yang merupakan perpaduan dari dua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA A. Pandangan Ulama LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Terhadap Poligami Tanpa Meminta Persetujuan Istri Poligami

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM 62 BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM CUKUP UMUR DI DESA BARENG KEC. SEKAR KAB. BOJONEGORO Perkawinan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

As dengan pada masa nabi berikutnya, selain berbeda, juga semakin teratur pada masa nabi Muhammad Saw.

As dengan pada masa nabi berikutnya, selain berbeda, juga semakin teratur pada masa nabi Muhammad Saw. NIKAH SIRI (PENGERTIAN, PROBLEMATIKA DAN SOLUSINYA) [1] Oleh : Zulkarnain [2] Pernikahan merupakan sunnatullah bagi manusia. Selain untuk melanjutkan keturunan, dan menyalurkan fitrah seksual, Islam menganjurkan

Lebih terperinci

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada manusia secara alami sejak ia di lahirkan, bahkan jika kepentingannya dikehendaki, walaupun masih dalam kandungan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Sumber Ajaran Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya bertolong-tolongan, bertukar-menukar keperluan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya bertolong-tolongan, bertukar-menukar keperluan dalam segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT. menjadikan manusia masing-masing berhajat kepada yang lain, supaya bertolong-tolongan, bertukar-menukar keperluan dalam segala urusan dan kepentingan

Lebih terperinci

dari Ibnu Mas ud bahwa dia menafsirkan kalimat diatas dengan menyatakan, Nutfah yang memancar kedalam rahim bila Allah menghendaki untuk dijadikan

dari Ibnu Mas ud bahwa dia menafsirkan kalimat diatas dengan menyatakan, Nutfah yang memancar kedalam rahim bila Allah menghendaki untuk dijadikan HADITS KEempat 14 Arti Hadits / : Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas ud radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nafsu makan dan minum. Seperti hasrat-hasrat lain yang Allah ciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan nafsu makan dan minum. Seperti hasrat-hasrat lain yang Allah ciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di antara naluri terkuat yang telah diberikan oleh Allah di dalam tubuh manusia adalah naluri seks (dawafi al-jinsiyyah). Naluri seks sama normalnya dengan nafsu

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai ibu rumah tangga, dan anak atau anak-anak sebagai anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai ibu rumah tangga, dan anak atau anak-anak sebagai anggota keluarga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Struktur keluarga ideal terdiri dari atas suami sebagai kepala keluarga, istri sebagai ibu rumah tangga, dan anak atau anak-anak sebagai anggota keluarga. Kehadiran

Lebih terperinci

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed TAWASSUL Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed Setelah kita mengetahui bahaya kesyirikan yang sangat besar di dunia dan akhirat, kita perlu mengetahui secara rinci bentuk-bentuk kesyirikan yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan KUA Melaksanakan Pernikahan dengan Menggunakan Taukil Wali Nikah via Telepon Setelah mengetahui

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa dalam Islam, pernikahan adalah merupakan bentuk ibadah yang

Lebih terperinci

Hakikat Syafaat dan Tawassul Menurut Al-Quran

Hakikat Syafaat dan Tawassul Menurut Al-Quran Hakikat Syafaat dan Tawassul Menurut Al-Quran Beberapa waktu lalu, saya bersama salah satu teman berbicara mengenai syubhat dan penyimpangan yang dialamtkan kepada mazhab Syiah dan Islam di jejaring sosial.

Lebih terperinci

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH A. Istinbath Hukum Dan Natijah Status kewarisan bagi para pelaku transseksual yang mengoperasi ganti kelamin dalmam perspektif ushul fiqih ini merupakan masalah baru

Lebih terperinci

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04 Artikel Buletin An-Nur : Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04 Hukum Poligami Para ulama telah sepakat bahwa poligami diperbolehkan di dalam Islam hingga empat istri. Hal ini berlandaskan

Lebih terperinci