BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang relevan dengan penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang relevan dengan penelitian"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang relevan dengan penelitian yaitu yang berkaitan dengan persepsi, penempatan karyawan dan motivasi kerja. A. Persepsi 1. Definisi Persepsi Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, untuk dapat memahami lingkungan sekitarnya manusia melakukan pengamatan terhadap lingkungan tersebut. Pengamatan yang dilakukan bukan hanya pada lingkungan yang ada diluar dirinya, segala hal yang ada dalam dirinya pun tidak terlepas dari proses pengamatan. Pengamatan menjadi suatu hal yang penting, karena semua tingkah laku yang ditampilkan oleh individu merupakan hasil dari pengamatan yaitu berupa respons yang dikeluarkan ileh individu akibat adanya suatu stimulus tertentu. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang persepsi menurut beberapa ahli, yaitu: a. Menurut Davis dan Newstroom (1986:563) Persepsi merupakan pandangan individu terhadap dunia lingkungannya.

2 7 b. Menurut Hilgard dan Atkinson (1991:202) Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus yang datang daru lingkungannya. c. Menurut Milton (1981: 22) Persepsi adalah proses memilih, mengorganisasikan dan mengartikan stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan. d. Menurut Robbins (1989) Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan penginderaan sehingga individu dapat mengartikan keadaan sekelilingnya e. Menurut Udai Pareek (1991:13) Persepsi sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan,menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data. Selanjutnya dalam pengorganisasian dan pemberian makna atas rangsang yang mengenai individu, dipengaruhi oleh proses belajar dan pengalaman masa lalu. Dengan demikian masing-masing individu dalam menghadapi situasi yang sama akan memberi persepsi berbeda-beda terhadap rangsang yang mengenai individu tergantung pada pengalaman masa lalu, suasana hati, dan kebutuhan (Milton, 1981:23).

3 8 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Dalam mengamati suatu objek, kadang-kadang objek yang sama dipersepsi berlainan oleh dua orang atau lebih. Hal ini sudah dijelaskan di atas bahwa perbedaan persepsi ini tergantung dari perhatian, kebutuhan, kesediaan, sistem nilai dan ciri-ciri keperibadian tiap orang. Milton (1981:22) menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi adalah: a. The Person Perceived (diri yang diamati) Setiap individu berusaha membuat penilaian terhadap sesuatu yang diamati dengan memberikan perhatian (atensi). Status dan kedudukan dari orang yang diamati secara sadar atau tidak sadar seringkali mempengaruhi penilaian seseorang dan selanjutnya mempengaruhi penilaian seseorang dan selanjutnya mempengaruhi perilaku dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini akan menjadi sesuatu yang bersifat objektif karena hasil pengamatan hanyalah berdasarkan penilaian awal dalam diri objek yang selanjutnya akan mempengaruhi persepsi dan pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku terhadap objek tersebut. Sebagai contoh bila orang yang kita amati sangat kaya dan memiliki barang-barang yang bagus maka kita akan menghormatinya lebih dari seorang gembel yang berada di pinggir jalan dengan pakaiannya yang compang-camping.

4 9 b. The situation (situasi) Aspek-aspek dari situasi seperti pekerjaan dan atribut-atribut lain yang melekat pada diri seseorang yang melakukan persepsi, akan mempengaruhi pengamatan terhadap objek, situasi atau manusia lainnya. Karena itu masing-masing individu mempunyai persepsi yang berbeda dalam mengamati lingkungan. Hal ini dapat terlihat bila beberapa dalam mengamati lingkungan. Hal ini dapat terlihat bila beberapa individu yang memiliki atribut yang berbeda akan memiliki persepsi yang berbeda pula. Misalnya pada suatu kelompok individu-individunya memiliki usia yang berbeda-beda, maka masing-masing akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda-beda, dan dengan cara yang berbeda pula. Seorang individu masuk ke dalam suatu kelompok yang usianya berbeda dengan dirinya, maka ia akan dapat merasakan bahwa dirinya memiliki perbedaan persepsi dengan kelompoknya dalam menilai sesuatu. c. Perceiver (pemerhati) Persepsi juga dipengaruhi oleh kondisi individu. Salah satu aspek intern yang mempengaruhi persepsi adalah faktor kebutuhan seseorang cenderung mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan. Bila suatu stimulus datang kemudian disusul stimulus yang kedua yang lebih dibutuhkan, maka stimulus pertama akan mudah dilupakan, sebagai gantinnya stimulus kedua lebih diperhatikan. Individu akan memilih stimulus mana yang ia butuhkan atau yang paling ia butuhkan

5 10 d. Self Perception (persepsi pribadi) Untuk memahami perilaku orang lain, seseorang harus mengetahui bagaimana ia mengamati dirinya sendiri atau konsep diri. Konsep diri dinyatakan sebagai gambaran mental mengenai apa pendapat kita tentang diri kita sendiri. Konsep diri tentu saja unik, tetapi bersifat menetap dalam diri individu, sehingga setiap diri individu cenderung mempunyai gaya hidup tersendiri yang khas. Bereaksi, berpikir dan bertindak dengan cara tertentu yang membedakan dengan orang lain. e. Self Perception and Perceiving Other (Persepsi diri dan pengamatan terhadap orang lain) Dengan mengetahui diri sendiri memudahkan kita untuk memahami orang lain dengan tepat dan lebih sedikit membuat kesalahan dalam menilai orang lain. Bila seseorang mau menerima dirinya sendiri, maka ia cenderung dapat menilai aspek-aspek positif orang lain. Bila orang lain melakukan kesalahan kepada kita dan sudah memohon maaf, jika kita dapat melihat sisi buruk setiap manusia bahwa setiap orang tentu saja dapat melakukan kesalahan, maka kemungkinan kita mudah memaafkan orang lain tersebut yang telah melakukan kesalahan pada kita. f. Personal Characteristic (karakteristik pribadi) Karakteristik pribadi seseorang akan mempengaruhi sesuatu yang diamati.kategori-kategori yang digunakan dalam melukiskan orang lain, cenderung digunakan pula dalam menggambarkan diri sendiri. Seseorang yang pendiam tentu saja memiliki persepsi terhadap suatu hal yang

6 11 berbeda dengan orang yang bukan pendiam. Selain itu kita cenderung menilai seseorang berdasarkan penilaian terhadap diri sendiri. 3. Proses Pembentukan Persepsi Menurut Udai Pareek (1991:14) proses pembentukan persepsi memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Proses penerimaan rangsang proses penerimaan rangsang dari berbagai sumber merupakan hal yang satu kali dihadapi individu dalam mempersepsi. Kebanyakan sumber yang diterima individu melalui panca indera yang dimilikinya dan memberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap stimulus. b. Proses penyeleksian rangsang Rangsangan yang diterima oleh individu banyak sekali ragamnya, untuk itu diperlukan proses seleksi terhadap rangsangan tersebut. Dalam proses seleksi terdapat 2 (dua) faktor yang menentukan, yaitu: 1) Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri (lingkungan), misalnya intensitas dari rangsangan, ukuran, kontras, gerakan, pengulangan, keakraban dan rangsangan yang baru. 2) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mempresepsi, misalnya kebutuhan psikologis, latar belakang pengalaman, kepribadian dan penerimaan.

7 12 c. Proses pengorganisasian rangsang Setelah rangsangan diseleksi, selanjutnya rangsangan yang terseleksi tersebut diorganisasikan dalam suatu bentuk. d. Proses penafsiran (pergantian) rangsang Setelah rangsang diterima dan diatur, individu selanjutnya melakukan penafsiran rangsangan yang diterima itu dengan berbagai cara penafsiran. Dikatakan bahwa terjadinya persepsi setelah rangsang tadi ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. e. Proses pengecekan Proses pengecekan dilakukan untuk meyakinkan bahwa penafsiran itu benar atau salah, sehingga individu tersebut akan mengambil tindakan untuk mengeceknya. Pengecekan ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil persepsi selanjutnya. f. Proses reaksi dari rangsang Pada proses persepsi dikatakan sempurna apabila proses tersebut menimbulkan reaksi. Reaksi tersebut dapat secara tertutup dan terbuka. Reaksi tertutup berupa pembentukan sikap dan pendapat, sedangkan untuk tindakan terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan reaksi tersebut.

8 13 4. Aspek-aspek Persepsi Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi yang datang dari lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi bukanlah merupakan sesuatu bersifat statis, tetapi akan terus berlangsung dan berkembang dalam diri manusia. Hal ini terjadi karena manusia semakin bertambah pengalaman, cakrawala dan pengetahuannya melalui proses belajar (Thoha, 1983) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan persepsi seseorang menurut Thoha (1983:143) antara lain: a. Kondisi Psikologis Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu yang ada di dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis individu, misalnya kebutuhan, motivasi atau kondisi sesaat seperti kelelahan dan kecemasan b. Keluarga Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah keluarganya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi masing-masing mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. c. Kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang memandang dan memahami.

9 14 Dalam kenyataanya situasi atau stimulus yang sama, dapat dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang. Hal ini terjadi karena setiap orang memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda (Milton, 1981:23). Selain itu persepsi dipelajari berdasarkan kegunaan dan kepentingan dirinya. Untuk itu seseorang akan memilih stimulus sesuai dengan kebutuhannya. Proses pemilihan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) Faktor Internal Beberapa faktor dalam diri seseorang mempengaruhi proses persepsi antara lain kebutuhan, motivasi, proses belajar dan kepribadiannya. Semua faktor yang ada dalam diri individu membentuk adanya perhatian terhadap suatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi, hal ini didasarkan pada kompleksitas fungsi psikologis. 2) Faktor Eksternal Faktor dari luar yang terjadi dari pengaruh lingkungan adalah: a) Intensitas Prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus luar, semakin besar pula perhatian pada stimulus tersebut. b) Keberlawan atau kontras Prinsip ini menyatakan bahwa stimulus atau sesuatu hal yang berlawanan biasanya akan banyak menarik perhatian.

10 15 c) Pengulangan Suatu stimulus yang sering diulang-ulang akan mendapat perhatian yang lebih besar. d) Hal yang baru Suatu hal atau stimulus yang belum pernah diketahui atau dilihat akan lebih menimbulkan keinginan untuk lebih diperhatikan. 3) Faktor Situasi Aspek situasi yang ada dalam organisasi kerja merupakan iklim atau kultur organisasi yang memiliki kaitan dalam proses perceptual seperti posisi pekerjaan, lingkungan organisasi, manajemen organisasi, mempengaruhi seseorang terhadap konsep-konsep kerja, misalnya kebijaksanaan organisasi mendukung seseorang untuk dapat menerapkan konsep atau nilai kerja tertentu, maka akan semakin tumbuh nilai positif tentang konsep tersebut. B. Penempatan Karyawan 1. Definisi Penempatan Karyawan Penempatan karyawan akan banyak menentukan keberhasilan usaha yang didalamnya menyangkut berbagai kepentingan termasuk kepentingan karyawan itu sendiri.

11 16 Mengenai penempatan karyawan ini Malayu SP Hasibuan (1997:70) mengemukakan bahwa: Penempatan karyawan adalah tindak lanjut dari seleksi yaitu menempatkan calon karyawan yang diterima pada jabatan yang membutuhkannya dan mendelegasikan wewenang kepada orang tersebut. Menurut Saydam Gouzali (1994: 151): Penempatan SDM adalah proses kegiatan yang dilaksanakan Manager SDM dalam suatu perusahaan untuk menentukan lokasi dan posisi seorang karyawan dalam melakukan pekerjaan. Setelah seorang SDM lulus seleksi dan memperoleh pengangkatan status sebagai karyawan, maka yang bersangkutan perlu segera ditempatkan pada posisi tertentu untuk melaksanakan tugas yang sesuai dengan tujuan pengadaan SDM semenjak mula. Sedangkan menurut Werther Jr dan Davis (1996:261): Penempatan adalah penugasan kembali pegawai pada tugas baru atau tugas yang berbeda. Lingkup penugasan tersebut termasuk penugasn awal pegawai baru dan promosi, transfer atau demosi pegawai yang ada sekarang. 2. Konsep Penempatan Menurut Siagian (2003:169) konsep penempatan pegawai mencakup promosi, transfer dan demosi. Promosi adalah apabila seorang pegawai yang ditempatkan atau dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya yang tanggung jawabnya lebih besar, tingkatan dalam hirarki jabatan lebih tinggi dan penghasilannya lebih besar Dalam promosi biasanya didasarkan kepada senioritas dengan memperhatikan persyaratan obyektif atau menggambungkan antara senioritas dengan prestasi kerja.

12 17 Alih tugas (transfer), dalam rangka penempatan, alih tugas dapat mengambil satu dari dua bentuk. Bentuk pertama adalah penempatan seseorang pada tugas baru atau ditempatkan pada satuan kerja baru dengan tanggung jawab, hirarki jabatan dan penghasilan yang relatif sama dengan status yang lama. Bentuk lain adalah alih tempat yaitu pegawai melakukan pekerjaan yang sama atau sejenis, penghasilan tidak berubah dan tanggung jawabnya relatif sama, hanya secara fisik lokasi tempatnya berbeda. Demosi adalah penempatan pegawai karena berbagai pertimbangan yang diakibatkan oleh penurunan pangkat atau jabatan dan penghasilan serta tanggung jawab yang semakin kecil. Pada umumnya dikaitkan dengan pengenaan sanksi disiplin karena penilainan prestasi kerja yang menurun atau perilaku pegawai yang disfungsional. Situasi lain terjadinya demosi karyawan disebabkan oleh kegiatn organisasi yang menurun sehingga terjadi pemutusan hubungan kerja. Hal yang sangat menarik terjadinya demosi atau pilihan dan kemauan sendiri dari pegawai, hal ini terjadi disebabkan karena: 1) Mengalami frustasi dalam pekerjaan 2) Apabila bertahan dalam posisi yang sama tidak mungkin meningkatkan karir

13 18 3. Faktor-faktor dalam Proses Penempatan Karyawan Kenyataan menunjukan bahwa jarang terjadi seorang karyawan secara langsung ditempatkan pada jabatan yang tepat, untuk memperoleh karyawan yang sesuai dengan kebutuhan maka diperlukan karyawan yang memenuhi syarat sehingga diperoleh karyawan yang tepat untuk mengisi jabatan yang tepat. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penempatan karyawan tersebut menurut Saydam Gouzali (1994:154) adalah sebagai berikut: a. Latar Belakang Pendidikan SDM Pendidikan yang telah sekian lama akan membentuk sikap, kemampuan dan keterampilan SDM yang bersangkutan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin diubah dalam waktu yang pendek, setelah karyawan bekerja. Pendidikan yang telah ditempuh selama bertahun-tahun, memperkuat minat yang sudah ada dalam diri SDM yang bersangkutan. Disamping itu, latar belakang pendidikan seseorang dapat pula menjadi acuan pemberian beban kerja dan tanggung jawab dilihat dari segi prestasi nilai yang diperolehnya selama sekolah. Dari sekian banyak SDM hasil seleksi yang mempunyai disiplin ilmu yang sama, mungkin tidak akan sama nilai prestasi yang diperolehnya. Misalnya, ada yang sedang, baik dan amat baik. SDM yang memiliki prestasi amat baik ini dapat diberi tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan para SDM yang mempunyai prestasi yang sedang-sedang saja. Demikian pula sebaliknya, peyandang prestasi cukup, mungkin hanya dapat diberi beban kerja dan tanggung jawab yang sedang-sedang pula.

14 19 b. Kesehatan Pekerjaan-pekerjaan yang berat dan berbahaya misalnya hanya mungkin dikerjakan oleh orang-orang yang mempunyai fisik sehat dan kuat. Sedangkan SDM yang fisiknya lemah tetapi berotak cerdas dapat ditempatkan pada bidang administrasi, pembuatan konsep atau perhitungan-perhitungan yang memerlukan ketekunan luar biasa. Walaupun sewaktu tes kesehatan semua SDM baru teruji kesehatannya, namun faktor kesehatan ini masih perlu diperhatikan dalam penempatan SDM. Hal ini dapat dipahami, meskipun tes kesehatan telah melulusakan semua SDM baru, tetapi terkadang tes tersebut dilakukan sepintas kilas, kurang dapat mendeteksi kondisi jasmani secara rinci. Sehingga ada saja jenis penyakit yang terbawa dan mungkin tidak sempat diketahui waktu proses seleksi. c. Pengalaman Kerja Perusahaan akan memperoleh nilai tambah bila SDM yang diterimanya sudah mempunyai pengalaman kerja. Pengalaman yang dimiliki seseorang lebih banyak membantu dalam mengerjakan sesuatu dibandingkan dengan pendidikan yang diikuti. Karena pengalaman akan memberikan kemahiran dan keterampilan baginya untuk berbuat sesuatu. Sedangkan pendidikan biasanya lebih banyak menyentuh penambahan pengetahuan dan pemahaman saja. Oleh sebab itu kecenderungan perusahaan-perusahaan sekarang adalah menerima karyawan yang sudah berpengalaman dibandingkan dengan SDM yang belum berpengalaman.

15 20 d. Umur SDM Dalam rangka menempatkan tenaga kerja, faktor usia pada diri tenaga kerja yang lulus dalam seleksi, perlu mendapatkan pertimbangan seperlunya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang sudah lanjut usia sebaiknya ditempatkan pada pekerjaan yang tidak begitu mempunyai resiko, tenaga fisik dan tanggung jawab yang berat, cukup diberikan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi fisiknya, sebaliknya untuk tenaga kerja yang masih muda sebaiknya juga diberikan pekerjaan yang sifatnya mampu mengeluarkan segala kemampuan yang dimilikinya agar optimal. e. Jenis Kelamin Biasanya hasil lulusan seleksi dan pelatihan pra-tugas tidak membedakan jenis kelamin pria dan wanita, namun dalam penempatan kedua jenis makhluk ini adakalanya sama saja dan dapat pula berbeda untuk jenis-jenis pekerjaan yang berlainan dan waktu-waktu yang berbeda. Untuk pekerjaan yang membutuhkan gerak fisik tentu yang lebih cocok adalah SDM pria, tetapi untuk tenaga-tenaga secretariat,loket-loket pelayanan, atau operator telepon, yang lebih cocok mungkin wanita. Demikian juga untuk bekerja pada malam hari, undang-undang melarang memperkerjakan wanita pada malam hari.

16 21 f. Status Perkawinan Banyak pekerjaan yang terang-terangan mempersyaratkan penerimaan SDM yang belum menikah. Bagi SDM yang sudah menikah apalagi yang sudah memiliki memiliki anak tentu penempatannya tidak seleluasa SDM pria. Oleh sebab itu, banyak perusahaan mempunyai toleransi besar yang menempatkan kedua suami istri dalam 1 kota atau dalam satu kantor, tidak terlalu jauh dari tempat tinggal. Hal ini dengan pertimbangan agar para SDM yang bersangkutan dapat lebih tenang bekerja. g. Minat dan Hobi Dalam penempatan SDM perlu mempertimbangkan minat dan hobi SDM. Seseorang akan bekerja rajin dan tekun bila apa yang dikerjakannya itu sesuai dengan minat dan hobinya. Sepeti orang yang mempunyai hobi memancing ikan, orang tersebut akan bersedia berpanas berhujan memantau alat pancingnya, tanpa menyadari bahwa hari sudah sore. Demikian pula bila orang mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat dan hobi. Yang bersangkutan akan bersedia mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk pekerjaan. Oleh sebab itu usahakan menempatkan orang sesuai dengan minat dan hobinya.

17 22 C. Motivasi Kerja 1. Definisi Motivasi Motivasi berasal dari kata latin Movere yang berarti dorongan atau menggertakkan. Motivasi adalah suatu proses psikologis yang ada dalam diri setiap orang, suatu daya dorong atau inner drive yang akan menghasilkan perilaku untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Menurut Malayu S.P Hasibuan (1997:220), motivasi menyangkut suatu keadaan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi seseorang agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil dan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dibawah ini terdapat beberapa pengertian mengenai motivasi, diantaranya: a. Menurut Flippo (1984:117) Motivasi merupakan suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga tercapai keinginan para pegawai sekaligus tujuan organisasi. b. Menurut Wexley dan Yukl (1977:98) Motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses dimana perilaku diberikan energy dan diarahkan. c. Menurut Beach (1980:429) Motivasi adalah kemampuan untuk mengeluarkan tenaga dalam mencapai tujuan dan hadiah.

18 23 d. Menurut G.R Terry (dalam Malayu S.P Hasibuan, 1997) Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. e. Menurut Victor H Vroom (Gibson, 1982) Motivasi adalah sebagai suatu proses yang menentukan pilihan antara beberapa alternative dari kegiatan sukarela. Dari definisi motivasi diatas maka motivasi melibatkan tiga komponen utama menurut Steers and Porter, 1979 (Milton, 1981) yaitu: a. Pemberi daya tingkah laku manusia (energizing) Menunjukkan kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya untuk bertingkah laku dalam cara-cara tertentu, menunjukkan kekuatan lingkungan yang seringkali menggerakkan dorongan tersebut. b. Pemberi arah tingkah laku manusia (directing) Menunjukkan bahwa tingkah laku individu diarahkan pada suatu tujuan c. Bagaimana tingkah laku individu dipertahankan (sustaining) Konsep ini bertitik tolakari suatu sistem yang terdiri dari daya yang terdapat dalam diri individu dan yang terdapat pada lingkungan sekitarnya yang akan memberikan umpan balik pada individu. Umpan balik ini dapat memperkuat intensitas dorongan individu.

19 24 Menurut Steers and Porter (Milton,1981) bahwa proses motivasi tidak lain merupakan siklus dari unsur-unsur needs, desires atau motive, behavior (goal directive activity) dari incentive (goal) yang berlangsung menurut berlangsung menurut prinsip keseimbangan diri atau homeostatis. Hal tersebut dapat dijelaskan pada bagan berikut ini: Need, desires (motive) Behavior or Action (goal directive activity) Incentive or goal Change of inner state Tabel 2.1 The Motivation Process Steers and Porter (Milton, 1981) Dari unsur bagan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Needs atau Desires Merupakan energizing process yang mendasari tingkah laku manusia. Manusia mempunyai sejumlah kebutuhan dan keinginan yang merupakan kondisi ketnegangan atau ketidakseimbangan yang perlu diredakan dan yang perlu dipenuhi. Derajat harapan dan kebutuhan individu dipengaruhi oleh pengalaman dan masa lalunya. b. Behavior atau Action Merupakan tingkah laku yang diarahkan pada tujuan tertentu, dipengaruhi oleh isyart (clues) dari dalam diri atau lingkungannya, sehingga individu tersebut memahami bahwa tindakan tertentu akan menjamin tercapainya suatu tujuan.

20 25 c. Goal atau Insentive Tingkah laku individu yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan kebutuhan dan yang diharapkan individu tersebut. Tercapainya kebutuhan ini akan mempengaruhi harapanndalam pencapaian tujuan selanjutnya. Dari sisi individu akan mendapatkan masukan apakah tingkah laku itu dapat dipertahankan atau perlu dimodifikasi. 2. Motivasi Kerja Pengertian motivasi kerja dapat diketahui melalui definisi yang dikemukakan oleh Davis and Newstroom (1985: 90), yang mengatakan bahwa seseorang yang termotivasi dalam bekerja adalah seseorang yang melihat bahwa pekerjaannya membantu mencapai tujuan-tujuan pentingnya. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang motivasi kerja sebagai berikut: a. Menurut Wexley and Yukl (1977:75) Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. b. Menurut Schemerhorn, Jr (1982: 73) Motivasi kerja adalah suatu istilah yang digunakan dalam perilaku organisasi untuk menggambarkan kekuatan-kekuatan dalam diri, yang menerangkan tingkah, arah dan ketekunan usaha yang dikeluarkan pada saat bekerja.

21 26 c. Menurut Mc. Cormick dan Ilgen (1980) Motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi-kondisi yang mempengaruhi pemunculan (arrousal), arah dan pemeliharaan tingkah laku yang relevan dalam situasi kerja. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Menurut Milton (1981:76-78) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja, yaitu: a. Karakteristik individu, seperti kebutuhan, sikap, kemampuan dan minat yang mempengaruhi proses motivasi b. Karakteristik pekerjaan, seperti variasi tugas, otonomi, umpan balik yang diterima, jumlah dan jenis reward intrinsic yang diterima,peran dan kejelasan tugas. c. Karakteristik lingkungan kerja, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan sifat organisasi dan lingkungan kerja. Faktor lingkungan kerja misalnya faktor yang berhubungan langsung dengan lingkungan pekerjaannya. 4. Pendekatan Teori Motivasi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori motivasi The Integrated Model of Motivation yang berkaitan erat dengan teori Expectancy yang dikembangkan oleh Vroom (1964, dalam Moh.As ad,1998:59-60).

22 27 Process Theories Di dalam Process Theories ini melibatkan kepada bagaimana caranya kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat diperoleh. Dibawah ini terdapat teori Expectancy dari Vroom yang memiliki kaitan langsung dengan teori dari Kinlaw tentang Integrated Model of Motivation. Teori Expectacy Teori Expectacy dari Vroom (1964, dalam As ad, 1998:59-60) berangkat dari process theories yang menggambarkan proses dari variabel kognitif yang merefleksikan perbedaan individu dalam motivasi kerja. Teori ini berusaha menggambarkan valence, instrumentality, dan expectancy. Dengan rumusnya: M = (V x I x E) Keterangan: a. Valence (V), yaitu dengan bekerja maka setiap orang akan merasakan akibat-akibatnya. Setiap orang mempunyai sasaran-sasaran pribadi yang ia harapkan dapat ia capai sebagai akibat dari prestasi kerja yang akan ia berikan. Akibat-akibat ini jelas akan mempunyai nilai yang berbeda-beda. b. Instrumentality (I), yaitu kemungkinan tercapainya sasaran-sasaran pribadi satu persatu melalui tercapainya produktivitas yang diharapkan oleh perusahaan. c. Expectancy (E), yait sejauhmana kemungkinan yang dirasakan oleh tenaga kerja bahwa tenaga yang akan diberikan dan usaha yang akan dilakukan

23 28 dapat membuahkan prestasi kerja sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan dari pekerja. Dalam penelitian ini pendekatan teori motivasi kerja yang digunakan adalah process theories, karena process theories adalah teori yang membahas tentang bagaimana motivasi individu dan bagaimana individu bisa dimotivasi. 5. Pengukuran Motivasi Kerja Untuk mengukur motivasi kerja, Kinlaw (1981:5-7) mengembangkan alat ukur motivasi kerja yang didasarkan pada teori Integrated Model of Motivation (IMM). Alat ukur tersebut dinamakan The Motivation Assessment Inventory (MAI). Teori Integrated Model of Motivation berusaha menjelaskan mengenai kekuatan pertimbangan-pertimbangan seseorang yang mempengaruhi motivasi kerjanya. Kinlaw (1981) mengatakan bahwa IMM mencantumkan semua faktor serta elemen yang tercakup di dalam semua teori terkemuka tentang motivasi. Dalam menyusun alat ukur motivasi kerja, Kinlaw tidak mengungkapkan definisi dari motivasi kerja karena beliau mengambil dasar teori dari teori-teori motivasi kerja yang telah ada. Sasaran-sasaran pribadi yang ingin dicapai berkaitan dengan kebutuhan yang diharapkan seseorang dapat dicapai dalam pekerjaannya, hal ini berkaitan dengan aspek match (kecocokan antara kebutuhan dan kejelasan tugas). Bahasan lain dari teori ini adalah membicarakan tentang berbagai kemungkinan yang akan dirasakan oleh pekerja bila ia mengerjakan tugas. Hal ini

24 29 berkaitan dengan aspek expectation dimana pertimbangan-pertimbangannya berdasarkan pada kemungkinan-kemungkinan hambatan dan sumber-sumber yang tersedia yang dapat memberi keuntungan dan kerugian pada individu tersebut. Asumsi dasar MAI adalah bahwa motivasi bukanlah merupakan tindakan yang bersifat refleks, tetapi merupakan hasil dari motivasi pilihan bebas yang dibuat individu itu sendiri. Dalam penentuan tersebut, individu memproses informasi yang berkaitan dengan pengerahan usaha yang selanjutnya menghasilkan tiga pertimbangan. Jumlah kekuatan dari ketiga pertimbangan tersebut menentukan kekutan motivasi individu dalam melaksanakan pekerjaannya. Ketiga pertimbangan yang mendasari pelaksanaan pekerjaan tersebut menurut Kinlaw (1981) adalah: a. Match (kecocokan) Pertimbangan pertama adalah seseorang menilai kebutuhan-kebutuhan dan mengevaluasi dengan alternative tujuan (goal) yang dimiliki dalam rangka pemenuhan berbagai kebutuhannya tersebut. Ia membuat sesuatu pertimbangan mengenai derajat kecocokan (match) antara berbagai kebutuhan yang ada pada individu dan apa yang dapat dilakukan untuk dapat memuaskan kebutuhannya. Cara seseorang menilai kebutuhan dan mengevaluasi tujuannya dipengaruhi oleh nilai-nilai (value), keyakinan (belief), dan prioritas. Jika seseorang mempersepsi bahwa suatu tugas atau tujuan semakin jelas dan sejalan dengan kebutuhan-kebutuhannya, maka

25 30 individu akan semakin terangsang untuk mengerjakan tugas atau pencapaian tujuan. b. Return (imbalan) Pertimbangan kedua, berkenaan dengan manfaat atau hasil yang diharapkan jika seseorang mengerjakan sesuatu tugas atau pencapaian tujuan, seseorang membandingkan ganjaran ekstrinsik yang diperoleh seperti upah (pay), rasa aman (security), status dan sebagainya dengan kerugian yang telah dialaminya, seperti waktu, ketidaknyamanan, kesulitan yang dialami, kebosanan dan sakit hati. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut maka selanjutnya individu memutuskan tingkat upaya yang akan dikerahkan. Kinlaw mempertimbangkan adanya faktor pengharapan seseorang tentang terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan serta tujuannya. Semakin kuat pertimbangan seseorang terhadap kedekatan antara penghargaan dengan kenyataan, maka semakin kuat motivasinya untuk melakukan suatu tingkah laku. Dalam aspek Return individu mempertimbangkan untung ruginya melakukan suatu tingkah laku tertentu. Jika seseorang menilai hanya pada ruginya dalam melakukan hal tertentu, maka hal tersebut akan menurunkan motivasinya karena tidak memiliki nilai penguat (reinforcement). Jika individu menilai bahwa ia akan memperoleh keuntungan tertentu dengan menampilkan suatu tingkah laku, maka motivasinya akan meningkat karena keuntungan tersebut memiliki nilai penguatan.

26 31 Imbalan ekstrinsik yang dapat membangkitkan motivasi haruslah: 1) Mempunyai nilai 2) Dipersepsi sebagai hal yang berkaitan langsung dengan upaya yang dilakukan seseorang 3) Dipersepsi sebagai suatu hal yang kemungkinan besar terjadi c. Expectation (harapan) Pertimbangan ketiga, berkenaan dengan sumber-sumber yang tersedia dan hambatan-hambatan yang ditemui. Disini seseorang memastikan sejauhmana lingkungan memberi kemudahan atau menguntungkannya. Ia mencoba melihat pada kompetisi diri dan sumber-sumber eksternal, seperti uang, waktu dan teknologi yang dimiliki serta membandingkan hal tersebut dengan hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat bekerja, seperti kebijaksanaan, persaingan, pengawasan yang buruk, birokrasi dan sebagainya. Berdasarkan perbandingan antara sumber-sumber dengan hambatan-hambatan tersebut, seseorang dapat memperkirakan kemungkinan untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan dengan baik. Cara mempresepsi hambatan-hambatan eksternal dan sumber-sumber yang tersedia tersebut sangat dipengaruhi oleh cara seseorang mempresepsi kompetensi yang dimiliki. Semakin kecil tekanan dari hambatan yang dihadapi maka seseorang semakin mempunyai keyakinan untuk dapat melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan.

27 32 Motivation Assessment Inventory (MAI) dapat digunakan untuk: a. Menganalisa kekuatan motivasi individu dan profil motivasi b. Menganalisa kekuatan motivasi dan profil motivasi dari kelompokkelompok kerja dan organisasi c. Membandingkan persepsi mengenai motivasi kita dengan individu dalam kelompok kerja sehingga individu tersebut dapat kita motivasi D. Kerangka Pikir PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia yang memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya serta menciptakan posisi unggul dengan memperkokoh & meningkatkan bisnis telekomunikasi untuk memperoleh 60% dari pendapatan industri (sumber: Dalam mengupayakan mencapai tujuan tersebut PT TELEKOMUNIKASI INODNESIA, harus mampu menjaga dan meningkatkan tampilan kerja karyawannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga dan meningkatkan tampilan kerja karyawannya yaitu dengan memberikan penempatan yang sesuai dengan bagi para karyawannya. Penempatan yang tepat dapat meningkatkan perilaku mereka untuk bekerja dengan lebih baik. Tinggi rendahnya perilaku kerja karyawan ditentukan oleh bagaimana pemaknaan karyawan terhadap penempatan yang diberikan oleh pihak perusahaan.

28 33 Semua informasi yang menyangkut kehidupan kerja di perusahaan, akan dimaknakan oleh karyawan sebagai stimulus. Dalam memaknakan stimulus atau kondisi lingkungan kerja tentunya dipengaruhi oleh kondisi internal yang terdapat pada diri individu diantaranya minat, pengalaman, kebutuhan dan harapan (Robbins, 1989) Dalam memaknakan penempatan yang terjadi di PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, karyawan dipengaruhi oleh kondisi internal yang terdapat pada dirinya seperti minat, jika karyawan memiliki minat terhadap penempatan yang diberikan perusahaan, maka ia akan memiliki persepsi yang sesuai sebaliknya jika ia tidak berminat maka ia akan memiliki persepsi yang tidak sesuai. Selain itu juga persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman karyawan, kebutuhan karyawan dan harapan pegawai sehingga jika penempatan tidak sesuai dengan minat, pengalaman, kebutuhan dan harapan karyawan maka karyawan akan memiliki persepsi yang tidak menyenangkan terhadap penempatan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Menurut Saydam Gouzali (1994) terdapat tujuh faktor dalam proses penempatan yaitu latar belakang pendidikan, kesehatan, pengalaman kerja, umur, jenis kelamin, status perkawinan serta minat dan hobi. Pada kenyataaannya, fenomena penempatan yang terjadi di PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA tidak dilandasi oleh ketujuh faktor tersebut. Banyak karyawan PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA yang mempersepsikan penempatan yang diberikan oleh pihak perusahaan tidak tepat sehingga mereka mengeluhkan kurang memiliki gairah dalam bekerja. Dari persepsi yang tidak sesuai terhadap

29 34 penempatan menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dalam diri karyawan karena penempatan yang tidak tepat dengan apa yang diharapkan, akan berdampak pada penurunan motivasi kerja karyawan, terlihat dari produktivitas karyawan yang menurun yang dapat dilihat dari tampilan kerja, seperti kerja karyawan menjadi asal-asalan, tidak bertanggung jawab pada pekerjaannya, melalaikan jam-jam kerja yang telah ditentukan, tidak menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya dan kurang bersemangat untuk mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik, meningkatnya kemangkiran karyawan, dan karyawan hanya bekerja sebagai rutinitas pekerjaan yang harus dilaksanakan. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Kinlaw (1981) bahwa karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan selalu mencoba melakukan yang terbaik serta bersedia meluangkan waktu dan upaya ekstra untuk melakukan pekerjaannya, sedangkan karyawan memiliki motivasi kerja rendah seringkali tidak mau mencoba melakukan yang terbaik, serta jarang meluangkan waktu untuk pekerjaanya. Karyawan menjadi termotivasi bila ia mempersepsi bahwa pekerjaannya berhubungan dengan sesuatu yang penting baginya. Persepsi penempatan karyawan yang tepat tentu dapat memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut pendapat Cascio (1998) bila penempatan yang dirasakan menyenangkan dan tepat oleh karyawan mungkin memunculkan motivasi kerja yang menimbulkan antusias dan moral kerja yang tinggi bagi seseorang dalam mengerjakan pekerjaan itu. Sehingga penempatan diperhitungkan dapat membangkitkan motivasi kerja karyawan dan dapat menimbulkan antusias dalam bekerja. Maka dapat disimpulkan jika persepsi

30 35 tentang penempatan telah dirasa menyenangkan maka motivasi kerja pun tinggi. Maka secara lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan kerangka pikir sebagai berikut: Penempatan Persepsi tentang Penempatan Sesuai Tidak Sesuai Motivasi Tinggi Motivasi Rendah Bagan 2.2 Kerangka Pikir

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Teori Moril Kerja Menurut Eugene J. Benge (1986:9), moril adalah suatu yang bersifat emosional yang terdiri dari energi penerimaan terhadap kepemimpinan dan kesediaan untuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia tidak terlepas dari pengertian Manajemen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2002: 75), berpendapat bahwa, Pada dasarnya metode

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2002: 75), berpendapat bahwa, Pada dasarnya metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Arikunto (2002: 75), berpendapat bahwa, Pada dasarnya metode pendekatan dalam penelitian dibagi dalam tiga golongan, yaitu pendekatan deskriptif, historis

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Dalam menghadapi kehidupan serba modern dengan teknologi yang canggih, peranan karyawan sebagai sumber tenaga kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, mengakibatkan krisis global yang berdampak pula pada Indonesia. Krisis ekonomi global di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

II. TINJAUAN PUSTAKA.1 16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. karyawan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Tanpa

BAB II KAJIAN TEORITIS. karyawan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Tanpa BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Prestasi Kerja 2.1.1 Pengertian Prestasi Kerja Setiap perusahaan pada dasarnya menginginkan dan menuntut agar seluruh karyawan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja Pamela & Oloko (2015) Motivasi adalah kunci dari organisasi yang sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5.

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5. 1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5. MOTIVASI, KEPUASAN KERJA, DAN KINERJA 6. TERTAWA ITU SEHAT, MARI TERTAWA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang positif dari individu yang disebabkan dari penghargaan atas sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang positif dari individu yang disebabkan dari penghargaan atas sesuatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Kepuasan kerja Luthans (2006: 142) mengatakan kepuasan kerja adalah situasi emosional yang positif dari individu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson, 2000). Chaplin (2003) memandang persepsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya secara efektif dan efisien. untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya secara efektif dan efisien. untuk mencapai suatu tujuan tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Alasan Pemilihan Teori Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori kualitas pelayanan dari Zeithaml, Parasuraman and Berry (1990). Peneliti menggunakan ini karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era modernisasi dan perkembangan IPTEK yang sangat cepat, perkembangan dalam bidang SDM berkembang cepat pula, hal ini mengakibatkan semakin kompleksnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Menurut Veithzal Rivai (2011:839), motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan roda aktivitasnya, suatu perusahaan maupun organisasi tidak lepas dari kebutuhan akan sumber daya. Sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah rendahnya tingkat kepuasan kerja (job satisfaction) atau adanya rasa

BAB II LANDASAN TEORI. adalah rendahnya tingkat kepuasan kerja (job satisfaction) atau adanya rasa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Salah satu yang dapat menganggu kelangsungan hidup perusahaan adalah rendahnya tingkat kepuasan kerja (job satisfaction) atau

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan membutuhkan sumber daya dalam memenuhi tujuan yang sudah ditetapkan. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wanita Karir Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu rumah tangga sebenarnya adalah seorang wanita karir. Namun wanita karir adalah wanita yang

Lebih terperinci

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI PERILAKU ORGANISASI TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI Manager yang berhasil adalah yang mampu menggerakkan bawahannya dengan menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahannya PEMBAGIAN TEORI MOTIVASI TEORI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumber daya Manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada unsur sumberdaya manusia. Perhatian ini mencakup fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Christine, Ike (2007) berjudul : Pengaruh Variabel Individual, Keorganisasian dan Psikologikal Terhadap Perilaku Kerja Karyawan PT. Kalindo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu alat utama yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu alat utama yang mendukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu alat utama yang mendukung kelangsungan kehidupan suatu departemen atau institusi (Munandar 2001). Hasibuan (2005) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan perusahaan membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak yang tergabung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk bertindak atau bergerak dan secara langsung melalui saluran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk bertindak atau bergerak dan secara langsung melalui saluran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Motivasi 2. 1. 1.Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata latin Movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa dalam peranannya faktor manusia tidak kalah penting bila dibandingkan dengan mesin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam berbagai bidang kehidupan semakin pesat. Salah satunya yaitu persaingan antar Bank. Untuk dapat menarik minat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu : 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk mendapat pengertian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, maka penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2. 1 Persepsi 2. 1.1 Pengertian Persepsi Menurut Robins (2003 : 160) menjelaskan persepsi sebagai proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan harus berusaha bersaing dan bertahan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Produktivitas Kerja. (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Produktivitas Kerja. (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas Kerja International Labour Organization (ILO) yang dikutip oleh Hasibuan (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan kompetitif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan, dengan kondisi seperti itu maka sangat penting bagi perusahaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Gelar Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. kondisi psikologis (Anoraga, 2001). Sementara menurut Mathis dan Jackson

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. kondisi psikologis (Anoraga, 2001). Sementara menurut Mathis dan Jackson BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan suatu sikap positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-semata bertujuan untuk mencerdaskan. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok-sosok

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SDM MOTIVASI INDIVIDU. Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA.

PSIKOLOGI SDM MOTIVASI INDIVIDU. Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA. PSIKOLOGI SDM Modul ke: MOTIVASI INDIVIDU www.mercubuana.ac.id Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

PERILAKU KEORGANISASIAN IT

PERILAKU KEORGANISASIAN IT PERILAKU KEORGANISASIAN IT-021251 U M M U K A L S U M U N I V E R S I TA S G U N A D A R M A 2016 PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI PERILAKU ORGANISASI Membahas perilaku manusia dlm

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. Komitmen Organisasi II.A.1. Definisi Komitmen Organisasi Streers dan Porter (1991) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi sangat mempengaruhi dalam setiap kegiatan dunia usaha saat ini. Hal ini menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Achievement Motivation Theory Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan oleh David C.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Grand Theory 2.1.1. Teori Motivasi Secara psikologi, aspek penting dalam kepemimpinan kerja adalah sejauh mana pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Manajemen sumber daya manusia Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2011: 5) Manajemen sumber daya manusia adalah nilai kolektif dari kemampuan, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting karena mereka yang memprakarsai terbentuknya organisasi, membuat keputusan untuk semua fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerja individu dalam organisasi. Setiap individu dalam organisasi, ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda.

I. PENDAHULUAN. kinerja individu dalam organisasi. Setiap individu dalam organisasi, ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter individu dengan karakter organisasi menimbulkan bentuk interaksi kinerja individu dalam organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Sedarmayanti (2010 :13), pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber

Lebih terperinci

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ;

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Loyalitas Kerja a. Pengertian Loyalitas Kerja Hasibuan (2005), mengemukakan bahwa loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian

Lebih terperinci

MOTIVASI KERJA SEBAGAI DORONGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

MOTIVASI KERJA SEBAGAI DORONGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 MOTIVASI KERJA SEBAGAI DORONGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI Anton Soekiman 1 dan Hendrik Heryanto 2 1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profil Uang Uang adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan seharihari. Menurut Rubenstein (dalam Elias dan Farag, 2010) di Amerika Serikat, keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi X (PT X) memiliki visi yaitu menjadi. Salah satu cara untuk mewujudkan visi tersebut adalah menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi X (PT X) memiliki visi yaitu menjadi. Salah satu cara untuk mewujudkan visi tersebut adalah menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan Tinggi X (PT X) memiliki visi yaitu menjadi pelopor perguruan tinggi nasional berkelas dunia yang unggul dan inovatif, mengabdi pada kepentingan bangsa, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam usaha merealisasikan tujuan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi atau perusahaan pada umumnya memiliki tujuan-tujuan tertentu, dimana tujuan tersebut

Lebih terperinci

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia ORGANIZATIONAL BEHAVIOR Motivasi Sumber Daya Manusia Faktor Penentu Kinerja (Griffin) Motivasi (Motivation) Kemampuan (Ability) Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) Pengertian Motivasi Motivation is

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi Pengantar Manajemen Umum Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi By Erma Sulistyo Rini Asumsi dasar Mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak pelaksana kegiatan produksi. Begitu pula dengan PT X, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak pelaksana kegiatan produksi. Begitu pula dengan PT X, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang diketahui oleh setiap perusahaan bahwa karyawan merupakan ujung tombak pelaksana kegiatan produksi. Begitu pula dengan PT X, sebagai perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Menurut Dewi (2013:1), konsumen adalah seseorang yang menggunakan produk dan atau jasa yang dipasarkan. Sedangkan kepuasan konsumen adalah sejauh mana harapan

Lebih terperinci

Psikologi Dunia Kerja Disiplin, Efisiensi, dan Poduktivitas Kerja

Psikologi Dunia Kerja Disiplin, Efisiensi, dan Poduktivitas Kerja Psikologi Dunia Kerja Disiplin, Efisiensi, dan Poduktivitas Kerja Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Disiplin Kerja Pengertian Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mempunyai arti proses, seni manajemen yang mengatur tentang sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja 2.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan situasi dan tempat kerja pegawai. Seorang individu yang berada pada lingkungan kerjanya akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah survei internasional di 16 negara, Indonesia berada didalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah survei internasional di 16 negara, Indonesia berada didalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah survei internasional di 16 negara, Indonesia berada didalam peringkat paling akhir dalam segi mutu pendidikan, kalah bersaing dengan Negara Filipina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena unsur manusia dalam perusahaan sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pernah dilakukan Marfirani (2008) dengan judul penelitian Hubungan Kepuasan Kerja dengan Organizational

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja Masalah lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang sangat penting. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran operasi perusahaan. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Komponen-komponen yang

Lebih terperinci

1. Konsep dan Manfaat Seleksi

1. Konsep dan Manfaat Seleksi 1. Konsep dan Manfaat Seleksi Pengertian seleksi Menurut Siswanto (1989: 68-70) Seleksi tenaga kerja adalah kegiatan suatu perusahaan untuk menentukan dan memilih tenaga kerja yang memenuhi kriteria yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara merdeka yang sedang berkembang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara merdeka yang sedang berkembang untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Indonesia adalah sebuah negara merdeka yang sedang berkembang untuk maju. Meskipun merdeka, dan terbebas dari masa penjajahan, seluruh rakyat Indonesia harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba. Aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan dan perkembangan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan.

BAB II LANDASAN TEORITIS. organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan. BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pemberdayaan Pegawai Setiap instansi memerlukan tenaga kerja dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana yang telah direncanakan.

Lebih terperinci

APA ITU PENGINTEGRASIAN?

APA ITU PENGINTEGRASIAN? PENGINTEGRASIAN PENGINTEGRASIAN APA ITU PENGINTEGRASIAN? Metode-metode pengintegrasian yang kita kenal adalah sebagai berikut: 1. Hubungan antar manusia (human relation) 2. Motivasi (motivation) 3. Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi arus globalisasi sumber daya manusia memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi arus globalisasi sumber daya manusia memegang peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi arus globalisasi sumber daya manusia memegang peranan yang sangat dominan dalam aktivitas atau kegiatan perusahaan. Keberadaan manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya perusahaan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan keberadaannya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan berdampak terhadap kegagalan perwujudan visi dan misi organisasi. Kepuasan kerja pegawai merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi tersebut. Budaya tersebut dapat tercermin pada perilaku para karyawan, kebijakan-kebijakan,

Lebih terperinci