Influence Groundwater Levels to Safety Factor of Slope Mining. Pengaruh Tinggi Muka Air Tanah Terhadap Faktor Kestabilan Lereng Tambang
|
|
- Dewi Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Influence Groundwater Levels to Safety Factor of Slope Mining Case Study: Area X, South Sumatera Province, Indonesia Pengaruh Tinggi Muka Air Tanah Terhadap Faktor Kestabilan Lereng Tambang Studi Kasus: Daerah X, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia Teguh Nurhidayat 1, R. Irvan Sophian 1, dan Zufialdi Zakaria 1 1 Laboratorium Geologi Teknik, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. guhnurhidayat@gmail.com, teguh12004@mail.unpad.ac.id Abstract Research area is located at South Sumatera Province, Indonesia. Research area has high economic value of coal reserves (mostly subbituminous-bituminous) in Muaraenim Formation which consists of tuffaceous claystone and siltstone with coal intercalations. Research area is developbable for open pit coal mining in the future. Geotechnical study of slope stability analysis is necessary. Ground water levels in slope will induced landslides prone. Slope with high pore water pressure will reduce shear strength and safety factor of slope. The research objectives are to identified engineering characteristics of material and safety factor of coal slope mine. Several methodologies in this research are taking undisturbed soil samples, geotechnical drilling, laboratory test to get physical and mechanical properties with seismic condition,,natural groundwater surface condition and dewatering condition. From geotechnical drilling, lithology in this research area is dominantly claystone, sandstone with coal intercalations. Based on laboratory test, UCS of this research area is range from soft clay - very weak rock, with RMR is range from (poor rock-fair rock). At cross section slope, coal mine in natural ground water condition not safe at 100 meters depth in every opening slopes angle, and coal mining can be excavated at 100 meters depth with no more than 30 o opening slope angle it should be done by dewatering. Keywords : Groundwater Levels, Dewatering, Geotechnic, Slope Stability. Abstrak Daerah Penelitian berada di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Daerah penelitian memiliki cadangan batubara yang ekonomis (subbituminus-bituminus) pada formasi Muaraenim yang terdiri atas batulempung tuffaan dan perselingan batulanau dengan batubara. Daerah ini dikembangkan untuk penambangan batubara terbuka di masa akan datang. Penelitian geoteknik tentang kestabilan lereng penting dilakukan. Muka air tanah pada lereng dapat mengakibatkan lereng longsor. Lereng dengan tekanan air tinggi akan mengurangi kekuatan geser dan faktor keamanan lereng. Tujuan penelitian ini adalah untuk
2 mengetahui karakterik keteknikan material tanah dan/atau batuan dan mengetahui faktor kestabilan lereng yang aman dan ekonomis pada daerah penelitian. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel tanah tak terganggu, pengeboran geoteknik, pengujian laboratorium untuk mengetahui karakteristik fisik dan mekanik dari tanah/batuan dalam kondisi gempa dan dalam kondisi muka air tanah alami maupun kondisi dewatering. Berdasarkan hasil pengeboran geoteknik, litologi pada daerah penelitian didominasi oleh batulempung, perselinagan batupasir dengan batubara. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, nilai UCS pada daerah berkisar dari soft clay - very weak rock, nilai RMR berkisar dari (poor rock-fair rock). Pada penampang melintang yang telah dibuat, penambangan batubara pada kondisi muka air tanah alami dengan ketinggian lereng tambang 100 meter dinyatakan tidak aman pada semua sudut bukaan tambang, dan apabila ingin dilakukan penambangan pada ketinggian 100 meter akan aman dan ekonomis pada sudut tidak lebih dari 30 o pada kondisi dewatering. Kata Kunci : Muka Air Tanah, Dewatering, Geoteknik, Kestabilan Lereng. Pendahuluan Saat ini batubara telah menjadi komoditas ekonomis yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan keuntungan bagi manusia. Namun dengan keberadaan batubara yang terbatas pada tempat-tempat tertentu menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan eksplorasi terutama di Pulau Sumatera. Batubara adalah batuan sedimen organik yang mudah terbakar, berasal dari akumulasi pengendapan bahan tumbuhan dalam kondisi tertutup udara, berwarna coklat sampai hitam, sejak pengendapannya terkena proses kimia dan fisika sehingga menyebabkan pengkayaan karbonnya. (Tandiary, 2013) Menurut Widodo (2012), Kebutuhan komoditas batubara saat ini dan diwaktu yang akan datang semakin meningkat baik sebagai reduktor maupun untuk power plant, hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk pengembangan energi alternatif selain minyak bumi dan juga meningkatnya keperluan domestik seperti pada sektor industri maupun untuk keperluan ekspor. Oleh karena itu, pada masa yang akan datang produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), dan untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). maka, untuk memanfaaatkan potensi batubara tersebut diperlukan perencanaan dan pelaksanaan yang baik dalam kegiatan penambangan batubara. Kajian geoteknik dalam hal kestabilan lereng tambang merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang aktivitas penambangan batubara. Faktor kesabilan lereng menjadi faktor yang harus diperhatikan dengan serius. Karena desain yang tepat akan berdampak besar pada keekonomian tambang. Kadar air (water content) dan gempa (seismic loading) menjadi faktor pemicu ketidakstabilan lereng tambang. Kadar air dapat mempengaruhi faktor kestabilan lereng. Kadar air dalam suatu material akan mempengaruhi sifat mekanik dari material dalam suatu tubuh lereng tambang. Maksud penelitian ini untuk mengetahui kondisi geoteknik daerah penelitian dan pengaruh kadar air terhadap faktor kestabilan lereng pada tambang batubara terbuka. Kondisi air tanah merupakan salah satu parameter terpenting dalam analisis kestabilan lereng, karena seringkali terjadi longsoran
3 yang diakibatkan oleh kenaikan tegangan air pori yang berlebih. Penelitian ini secara administratif berada di Provinsi Sumatera Selatan (lihat Gambar 1.). Gambar 1. Lokasi Penelitian (diambil dari google maps) Geologi Regional Daerah penelilian termasuk dalam peta geologi lembar Palembang (Gafoer dkk., 1995) terletak pada back arc basin Sumatera bagian Selatan (lihat Gambar 2.) Geologi daerah penelitian disusun oleh Formasi Muaraenim yang berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal dan Formasi Kasai Pliosen Akhir-Plistosen. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa antiklinorium yang berarah barat Iauttenggara. Berikut adalah formasi-formasi yang terdapat di daerah penelitian dari yang berumur tua ke muda: Formasi Muaraenim Formasi Muaraenim, diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada lingkungan laut dangkal, paludal, dataran delta dan non-marin. Bagian top dan bottom dicirikan oleh munculnya lapisan batubara yang menerus secara lateral. Litologi terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung berfosil berwarna kuning kelabu dengan sisipan batubara mengandung oksida besi berupa konkresi dan lapisan tipis. Batupasir pada formasi ini dapat mengandung glaukonit dan debris volkanik. Ketebalan Formasi Muaraenim mencapai meter dan beumur Miosen Akhir-Pliosen Awal. Batubara di formasi ini hampir seluruhnya berupa lignit low grade. Hanya pada bagian tertentu saja lignit tersebut berubah menjadi batubara high grade. Bagian atas lapisan batubara dapat tersilisifikasi, terutama yang mengalami kontak dengan lapisan tuf. Di bagian bawah lapisan batubara secara insitu terdapat sisa-sisa akar, sehingga diduga batubara ini merupakan batubara autochtonus. Endapan Rawa Endapan Rawa, diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Muaraenim, berumur kuarter. Endapan rawa ini terdiri dari Batupasir, Batulanau, dan Batulempung. Gambar 2. Peta geologi regional daerah Palembang Tanah dan Batuan (Gafoer dkk., 1995) Secara garis besar bahan penyusun kerak bumi dibagi menjadi dua kategori: Batuan dan Tanah. Batuan merupakan agregat mineral yang diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat. Tanah adalah kumpulan agregat mineral alami yang dapat dipisahkan oleh adukan secara mekanika dalam air. Menurut Shower & Shower (1967; dalam Zakaria, 2010) batuan dan tanah dibedakan dalam beberapa hal, yaitu: Batuan merupakan material kerak bumi yang terdiri atas mineral penyusun bertekstur, berstruktur, memiliki sifat padu (cemented), qu (unconfined compressive strength) > 200 psi, bila terdiri dari satu butir ukuran butirnya
4 > boulder ( > 256 mm), memiliki berat > 40kg. Tanah merupakan mineral penyusun yang atau tanpa material organik sisa tumbuhan dan fauna yang terdekomposisi (lapuk), berstruktur, bertekstur, memiliki sifat urai, lepas (loose), lunak (uncemented, soft), qu < 200 psi, ukuran butirnya < 256 mm, memiliki berat < 40 kg. Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah merupakan cara dalam menentukan jenis tanah agar diperoleh gambaran sepintas tentang sifat-sifat tanah. Beberapa cara dalam menentukan klasifikasi tanah, diantaranya adalah cara USCS. Cara USCS (Unified Soil Classification System) ini diusulkan oleh Casagrande. Casagrande, (1948; dalam Bell, 2007) merupakan seorang ahli teknik yang pertama kali melakukan klasifikasi tanah. Dalam sistem Casagrande, klasifikasi tanah dibagi menjadi tiga yaitu tanah berbutir kasar, tanah berbutir halus, dan tanah organik. Tanah berbutir kasar jika lebih dari 50% materialnya mempunyai ukuran >200 mesh sedangkan tanah berbutir halus adalah tanah yang materialnya > 50% lolos saringan 200 mesh. Dalam pemerian nama tanah berdasarkan USCS, yang dituliskan pertama adalah simbol komponen dominan kemudian diikuti oleh simbol gradasi untuk tanah berbutir kasar, simbol plastisitas untuk tanah berbutir halus. (lihat Tabel 1.) Mekanika Tanah dan Batuan Hoek & Bray, (2005) membuat pengelompokkan daya tahan penetrasi massa tanah maupun batuan berdasarkan nilai perbandingan UCS (Unified Compressive Strength). (lihat Tabel 2.) Gerakan Tanah Gerakan massa tanah atau batuan adalah gerakan perpindahan atau pergerakan keluar atau menuruni lereng oleh massa tanah atau batuan penyusun lereng, ataupun bahan rombakan dari bahan penyusun lereng, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Menurut Varnes (1978; dalam Karnawati 2005) Berdasarkan pergerakan massa runtuhnya, longsoran dapat diklasifikasikan sebagai gelinciran (sliding), runtuhan (falling), gulingan (toppling), aliran (flowing), rayapan (creeping). Berdasarkan tipe materialnya, longsoran dapat dibedakan menjadi dua yaitu longsoran batuan dan longsoran tanah. Menurut Hoek & Bray (2005), longsoran yang terjadi di tambang terbuka dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: Longsoran Busur (circular failure) Longsoran busur mempunyai bentuk dasar longsoran yang berupa busur dan umumnya terjadi pada lereng yang material pembentuknya adalah tanah, batuan yang sangat terkekarkan (heavily jointed rock mass), atau batuan terkekarkan yang lapuk. Pada lereng tambang longsoran jenis ini sering terjadi pada lereng bagian atas dimana batuannya sudah berubah menjadi tanah. Longsoran Bidang (planar failure) Longsoran bidang dapat terjadi pada lereng dimana pembentuknya adalah massa batuan yang orientasi bidang lemahnya sejajar dengan arah kemiringan lereng. Jadi longsoran tersebut mengikuti arah bidang lemah yang ada. Longsoran Baji (wedging failure) Longsoran baji adalah longsoran bidang dengan 2 atau lebih bidang lemah. Bongkah atau baji yang meluncur bisa bertumpu pada kedua bidang lemahnya atau hanya pada salah satu bidang saja, tergantung dari posisi/kedudukan bidang lemah tersebut. Longsoran Guling (toppling failure) Longsoran guling umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan pada batuan yang keras dimana struktur bidang lemahnya berbentuk
5 kolom. Longsoran jenis ini terjadi apabila bidang-bidang lemah yang ada berlawanan dengan kemiringan lereng. Kestabilan Lereng Dalam Zakaria, (2009) Lereng yang alami ataupun lereng buatan memiliki nilai kesetabilan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu gaya penahan dan gaya penggerak yang bekerja dalam kesetabilan lereng tersebut. Gaya-gaya yang bekerja pada lereng secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu gaya-gaya yang cenderung untuk menyebabkan material pada lereng untuk bergerak ke bawah dan gaya-gaya yang menahan material pada lereng sehingga tidak terjadi pergerakan atau longsoran. Ketika gaya penahan lebih besar dari gaya penggeraknya, maka lereng tersebut akan berada dalam keadaan stabil, jika gaya penahan lebih kecil dari gaya pendorong maka lereng tersebut akan longsor. Untuk menyatakan nilai (tingkat) kestabilan suatu lereng dikenal istilah yang disebut dengan nilai faktor keamanan (safety factor), yang merupakan hasil perbandingan antara besarnya gaya penahan terhadap gaya penggerak longsoran, dan dinyatakan sebagai berikut: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng Kestabilan suatu lereng akan bervariasi sepanjang waktu. Hal ini antara lain disebabkan adanya musim hujan dan musim kering sehingga terdapat perubahan musiman dari permukaan air tanah atau terjadi perubahan kekuatan geser material yang diakibatkan oleh proses pelapukan. Penurunan kestabilan lereng dapat juga terjadi secara drastis apabila terjadi perubahan yang tibatiba, seperti hujan lebat dengan intensitas yang tinggi, erosi pada kaki lereng atau pembebanan pada permukaan lereng. Kestabilan suatu lereng pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Sifat Material 2. Sifat Fisik 3. Sifat Mekanik 4. Kondisi Geologi 5. Air Tanah 6. Geometri Lereng 7. Relief Permukaan Bumi 8. Iklim 9. Gaya-gaya dari luar Faktor-Faktor yang Memperbesar Gaya Penggerak Penambahan beban / gaya penggerak juga dapat membuat lereng yang pada mulanya stabil menjadi tidak stabil. Penambahan ini juga dapat terjadi secara alamiah ataupun karena aktifitas manusia. Penambahan Air Tanah Penambahan air tanah pada pori-pori atau celah-celah tanah dan/atau batuan jelas akan menambah berat satuan material memperbesar beban pada lereng. Maka akan memperbesar gaya penggerak yang dapat mengakibatkan longsor pada lereng. Aktivitas Tektonik Terjadinya pergerakan seperti pergeseran, pengangkatan atau penurunan muka bumi akan mengakibatkan terjadinya perubahan arah dan besar gaya-gaya yang bekerja pada suatu titik tetentu di muka bumi. Dengan begitu geometri akan berubah dan beban pada lereng-lereng yang baru akan lebih besar sehingga dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada lereng. Vibrasi atau Getaran Getaran atau gelombang kejut dapat menghasilkan energi besar, contohnya peledakan (blasting), yang apabila mempunyai arah yang sama dengan
6 permukaan suatu lereng dapat menambah beban dan mengakibatkan terjadinya longsoran. Penambahan Beban Akibat Penimbunan Timbunan material di atas suatu lereng akan memberikan beban lebih terhadap lereng, sehingga memperbesar gaya penggerak dan dapat mengakibatkan longsoran pada lereng tersebut. Metode Bishop Metode Bishop & Morgenstern (1960) merupakan metode sangat populer dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan seperti metode spencer atau metode kesetimbangan batas umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum. Metode Bishop & Morgenstern (1960) sendiri memperhitungkan komponen gayagaya (horizontal dan vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan momen dari masing-masing segmen. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa tegangan efektif. Keterangan : FS = nilai faktor keamanan α = sudut kemiringan lereng ( o ) c = c μ l = kohesi (kpa) = tekanan air pori (kpa) = panjang tiap segmen (m) φ = φ = sudut geser dalam ( o ) W = berat tiap segmen (kn) Faktor Keamanan Menurut Bowles (1984), apabila harga FS suatu lereng > 1,25, yang berarti gaya penahan lebih besar daripada gaya penggerak, maka lereng tersebut berada dalam keadaan stabil. Tetapi, jika nilai kestabilan lerengnya 1,07 < FS < 1,25, maka lereng tersebut berada dalam keadaan kritis. Namun, bila nilai FS < 1,07, yang artinya gaya Penahan lebih kecil daripada gaya penggerak, maka lereng tersebut berada dalam keadaan tidak stabil dan rawan terjadi longsor. (lihat Tabel 3.) Tabel 3. Klasifikasi faktor keamanan (Bowles, 1984) FS FS < 1,07 Kondisi Labil (Longsor biasa terjadi) 1,07 < FS < 1,25 Kritis (Longsor pernah terjadi) FS > 1,25 Pemboran Geoteknik Stabil (Longsor jarang terjadi) Pemboran geoteknik bertujuan untuk mengetahui kondisi batuan bawah permukaan, variasi jenis batuan penyusun daerah tambang batubara, dan mengetahui kondisi keteknikan batuan seperti Rock Quality Designation (RQD), tingkat pelapukan, kondisi diskontinuitas, spasi diskontinuitas. Pemboran dilakukan dengan cara full coring agar dapat dilakukan pengambilan contoh batuan inti dari hasil pemboran untuk keperluan analisis di laboratorium mekanika batuan. Pengambilan Sampel lnti Bor Untuk mengetahui sifat mekanika batuan diperlukan adanya pengujian laboratorium, maka dari itu dilakukan pengambilan contoh batuan yang dapat merepresentasikan kondisi keteknikan bawah permukaan pada daerah penelitian. Pengambilan contoh sampel batuan dilakukan pada setiap titik bor yang telah disimpan di dalam core box (lihat Gambar 3.), dan pengambilan contoh batuan dilakukan dengan interval lima meter setiap sampel
7 sehingga dapat mewakili seluruh sifat keteknikan masing-masing titik bor. Gambar 3. Contoh inti batuan dalam core box Penelitian Laboratorium Penelitian di laboratorium meliputi pengujian sifat keteknikan/mekanika batuan dari sample inti bor dan pengambilan contoh tanah tak terganggu (Undisturbed soil samples). Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian sifat fisik dan sifat mekanika yang diambil dari beberapa contoh batuan inti bor hasil pemboran geoteknik. Jenis uji laboratorium untuk menemukan sifat mekanika tanah dan / atau batuan adalah uji kuat tekan uniaksial (Uniaxial Compression Strength), uji triaxial (Triaxial Compression Test), Uji kuat geser langsung (Direct Shear Test) dan uji sifat fisik tanah dan/atau batuan (Basic Properties). Analisis Kestabilan Lereng Dari hasil analisis kestabilan lereng menggunakan software akan diperoleh nilai faktor keamanan (FS). Analisis kestabilan lereng dibagi menjadi empat jenis simulasi, yang pertama adalah simulasi desain lereng dengan kondisi muka air tanah alami dalam kondisi tanpa getaran (statis), kedua adalah simulasi desain lereng dengan kondisi muka air tanah alami dan pertimbangan koefisien gempa (seismic load), ketiga adalah simulasi desain lereng dengan menurunkan muka air tanah (dewatering) dalam kondisi tanpa getaran (statis), dan keempat simulasi desain lereng dengan menurunkan muka air tanah (dewatering) dan mempertimbangkan koefisien gempa (seismic load). Besaran koefisien getaran gempa di daerah penelitian (koefisien seismic load) horizontal sebesar 0,1g dan vertikal 0,05g. Dari hasil data pemboran, penulis mengelompokkan lapisan tanah dan batuan menjadi 4 kelompok untuk digunakan dalam analisis kestabilan lereng tambang, yaitu tanah, batulempung, batupasir, dan batubara. Geologi daerah Penelitian Dari hasil penelitian lapangan berdasarkan dua pemboran geoteknik dan beberapa pemboran stratigrafi. Litologi yang terdapat di daerah penelitian adalah batulempung, batulempung karbonan, batulempung pasiran, batupasir lempungan, batupasir, dan batubara. Karena tidak ditemukan singkapan di daerah penelitian maka peneliti melakukan identifikasi litologi melalui hasil inti bor. Geoteknik daerah penelitian Aspek geoteknik yang akan dibahas adalah sifat fisik dan sifat mekanika tanah/batuan terhadap kondisi kestabilan lereng tambang yang dituangkan kedalam hasil perhitungan nilai Faktor Keamanan (FS) Sifat Fisik dan Mekanika Proses pelapukan yang cukup besar mengakibatkan tidak ditemukannya singkapan di daerah penelitian dan menghasilkan tanah residual. Tanah residual ini dikelompokkan menjadi dua jenis tanah berdasarkan klasifikasi tanah USCS yaitu tanah lanau plastisitas tinggi (MH) dan tanah lempung plastisitas tinggi (CH). Dapat disimpulkan bahwa kedua jenis tanah tersebut merupakan hasil dari proses pelapukkan dari Formasi Muaraenim. Bagian atas material ini tertutup oleh material lapukkan dari endapan rawa. Uji kuat tekan UCS (Uniaxial compressive strength) dilakukan untuk mengetahui daya tahan maksimal batuan menerima tekanan vertikal,nilai UCS di daerah penelitian berkisar dari 0,040 MPa sampai yang tertinggi pada 2,107 MPa. Berdasarkan Hoek and Bray (2005) maka
8 masuk kedalam kategori soft clay-very weak rock. Dilihat dari karakteristik tersebut maka perlapisan batuan dianggap bersifat tanah karena memiliki nilai UCS yang kecil, sehingga dalam simulasi kemantapan lereng diperlakukan sebagai material tanah dengan bidang gelicir circular. Nilai UCS lapisan batuan paling bawah relatif memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan lapisan batuan diatasnya, hal tersebut karena lapisan batuan paling bawah menerima beban dan tekanan dari lapisan batuan diatasnya sehingga lapisan batuan paling bawah lebih terkompaksi sempurna dan lebih padat dibandingkan dengan lapisan yang diatasnya yang mengalami pelapukan yang lebih besar. Selain itu kondisi geoteknik bawah permukaan dapat diketahui dari kondisi pemboran geotekniknya. Dari hasil pemboran geoteknik dilakukan pembobotan massa batuannya (RMR) berdasarkan Bieniawski (1989). Hasil pembobotan secara keseluruhan, nilai RMR pada X1 dan X11 berkisar dari 27 sampai 58, atau masuk kedalam kategori kelas IV dan kelas III atau Poor Rock-Fair Rock. Hasil pembobotan ini dapat digunakan sebagai data kualitas material terutama batuan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam kegiatan penggalian. Hasil pembobotan menunjukkan karakteristik material tergolong lemah sehingga akan mempengaruhi sudut lereng optimal yang mampu dibentuk oleh material tersebut. Kestabilan Lereng Highwall Berdasarkan pada penampang geoteknik dan data terdahulu dapat diperoleh suatu model penyusun lapisan tanah penutup batubara yang terdiri dari tanah, batulempung, batupasir. Keempat jenis material inilah yang dianggap dominan sebagai penyusun lapisan batubara di daerah penambangan. Diasumsikan pada akhir penambangan akan terbentuk lereng keseluruhan, dengan ketinggian 100 meter. Analisis kestabilan lereng dibuat dengan kondisi gempa (seismic load). Analisis kestabilan lereng ini berdasarkan pada keadaan muka air tanah kedalaman 5 meter dan kondisi dewatering dengan kedalaman muka air tanah 1/3 dari tinggi lereng. Dengan memperhitungkan koefisien getaran dari gempa maupun alat berat bertujuan untuk mengantisipasi kondisi terburuk ketika terjadi gempa. Hasil analisis kestabilan lereng highwall (lihat Gambar 4.) Gambar 4. Grafik perbandingan nilai FS dan kemiringan lereng Hasil analisis kestabilan lereng highwall dengan tinggi lereng pit 100 meter dengan kodisi muka air tanah (MAT) alami diperoleh faktor keamanan (FS) dari 0,729 sampai 1,018. yang artinya lereng berada pada kondisi labil pada semua kemiringan lereng. Pada kondisi penurunan MAT (dewatering) diperoleh faktor keamanan (FS) dari 0,858 sampai 1,250. Lereng ini berada pada konsidi kritis pada kemiringan lereng 25 o -30 o. Namun lereng berada dalam kondisi labil pada kemiringan lereng 33 o -50 o.
9 Gambar 5. Analisis kestabilan lereng highwall ketinggian lereng 100 meter, kondisi dewatering, FS 1,097. Kesimpulan Dalam menentukan rekomendasi geometri lereng bukaan tambang batubara yang aman dan ekonomis, diperlukan nilai faktor keamanan yang kritis sampai stabil, pada kondisi muka air tanah alami maupun kondisi dewatering. Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi dari getaran alat berat dan gempa (seismic load) pada percepatan horisontal lokal puncak di daerah penelitian di αhor = 0,10 g untuk mengantisipasi kondisi terburuk saat terjadi gempa. Berdasarkan hasil simulasi dan analisis kestabilan lereng dapat disimpulkan bahwa lereng highwall dengan tinggi lereng pit 100 meter dikategorikan tidak aman pada kondisi muka air tanah alami dan dikategorikan aman dengan sudut tidak lebih dari 30 o pada kondisi dewatering 1/3 tinggi lereng. Penambahan air tanah pada pori-pori atau celah-celah tanah dan/atau batuan akan menambah berat satuan material dan memperbesar beban pada lereng. Maka akan relatif memperbesar gaya penggerak yang dapat mengakibatkan longsor pada lereng. Kondisi air tanah dalam kondisi jenuh akan menaikkan tegangan pori pada tanah dan batuan sehingga mengakibatkan lereng lebih mudah longsor. Dari hasil simulasi dan analisis kestabilan lereng terlihat bahwa pada setiap simulasi yang dibuat nilai faktor keamanan lereng memiliki nilai lebih besar pada kondisi penurunan muka air tanah (dewatering) hal ini disebabkan air yang terdapat pada lapisan tanah dan/atau batuan akan meningkatkan tekanan pori pada lapisan tanah dan/atau batuan tersebut yang mengakibatkan menurunkan kekuatan geser dari lapisan tersebut, selain itu kondisi air tanah jenuh pada lereng akan menambah beban lereng sehingga lereng lebih mudah longsor. Pustaka Bell, F.G Engineering Geology (2 nd Edition). Great Britain. Elsevier. Bieniawski, Z.T Engineering Rock Mass Classifications. New York. John Wiley & Sons. Bishop, A.W and Morgenstern, N Stability coefficient for earth slopes. Geotechnique, Vol. 10. The Institution of Civil Engineers. Bowles, J. E Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Jakarta. Erlangga. Gafoer, S. Burhan, G. dan Purnomo, J Peta geologi regional lembar Palembang, Sumatera Selatan. Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Google maps Provinsi Sumatera Selatan dapat diakses pada: atera+selatan/@ , ,542557m/data=! 3m1!1e3!4m5!3m4!1s0x2e108b753d35ea 2d:0x18fc8101e201c4cf!8m2!3d !4d ?hl=id Hoek, E. & Bray, J. W Rock Slope Engineering Civil and Mining (4 th Edition). London and New York. Spon Press. Taylor & Francis Group. Karnawati, D Bencana Alam Gerakan Mass Tanah di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya. Yogyakarta. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik
10 Universitas Gajah Mada ISBN: Tandiary, M. F Geologi dan pola sebaran batubara daerah desa Sukamerindu dan Wanaraya kecamatan Kikim Barat, kabupaten Lahat provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2 Widodo, H Potensi batubara daerah Seluma dan sekitarnya kabupaten Seluma propinsi Bengkulu. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2 Zakaria, Z Analisis Kestabilan Lereng Tanah. Bandung. Laboratorium Geologi Teknik Universitas Padjadjaran. Dapat diunduh pada Zakaria, Z Praktikum Geologi Teknik. Bandung. Laboratorium Geologi Teknik Universitas Padjadjaran. Dapat diunduh pada Tabel 1. Penggunaan simbol pada klasifikasi tanah berdasarkan USCS (Bell, 2007) Tabel 2. Klasifikasi kekuatan tanah dan batuan (Hoek and Bray, 2005)
DAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciDAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK
DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Tati Andriani 1, Zufialdi Zakaria 1, Dicky Muslim 1, Agus Wiramsya Oscar 1 1 Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv
DAFTAR ISI Halaman SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Stabilitas Lereng untuk Mendukung Kegiatan Penambangan Batubara di Sektor X PT. Asmin Bara Bronang Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciREKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA
REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA Kemala Wijayanti¹, Zufialdi Zakaria 2, Irvan Sophian 2 1 Student at Dept. of Geological Engineering,
Lebih terperinciRANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh 1) Dafiq Akhmedia Amin 2) Dr. Ir. Barlian Dwinagara, MT, Ir. Hasywir Thaib
Lebih terperinciKestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan 1 Zulkifli Yadi 1 Prodi Pertambangan,
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13 Tabel 2.2 Hubungan antara orientasi diskontinuitas dan orientasi lereng... 13 Tabel 2.3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geoteknik merupakan suatu ilmu terapan yang peranannya sangat penting, tidak hanya dalam dunia pertambangan akan tetapi dalam berbagai bidang seperti teknik sipil
Lebih terperinciINVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
M1O-03 INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR Rizky Teddy Audinno 1*, Muhammad Ilham Nur Setiawan 1, Adi Gunawan
Lebih terperinciGEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA. GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK September 2011 SUPANDI, ST, MT supandisttnas@gmail.com GEOTEKNIK TAMBANG Jurusan : Teknik Geologi
Lebih terperinciPENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK
PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK Nikodemus Leomitro NRP: 1221043 Pembimbing: Ir. Herianto Wibowo, M.Sc. ABSTRAK Lereng merupakan sebidang tanah yang memiliki sudut kemiringan
Lebih terperinciSujiman : Analisis Stabilitas Longsoran Berdasarkan Kondisi Tipe, Sifat Fisik dan Mekanik...
ANALISIS STABILITAS LONGSORAN BERDASARKAN KONDISI TIPE, SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DI KECAMATAN TELUKPANDAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Sujiman Staff Pengajar Fakultas Teknik
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH (CIV -205)
MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KARAKTERISASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK EVALUASI RANCANGAN PADA PENAMBANGAN BIJIH EMAS DI DINDING
Lebih terperinciDAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN
DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan... 2 1.3 Tujuan
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Yogyakarta, Februari 2012 Penulis. Yudha Prasetya. vii. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
RINGKASAN PT. Sebuku Tanjung Coal mempunyai Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi yang terletak di Kecamatan Pulau Laut Utara dan Pulau laut Tengah Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan
BAB II DASAR TEORI 2.1 Kestabilan Lereng Batuan Kestabilan lereng batuan banyak dikaitkan dengan tingkat pelapukan dan struktur geologi yang hadir pada massa batuan tersebut, seperti sesar, kekar, lipatan
Lebih terperinciIII.1 Morfologi Daerah Penelitian
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pendirian suatu konstruksi terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia terhadap kegiatan tersebut yang terus meningkat. Lebih lanjut lagi,
Lebih terperinciKornelis Bria 1, Ag. Isjudarto 2. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jogjakarta
ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG BATUBARA TERBUKA PIT D SELATAN PT. ARTHA NIAGA CAKRABUANA JOB SITE CV. PRIMA MANDIRI DESA DONDANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Kornelis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Adaro Indonesia merupakan satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. PT. Adaro telah berproduksi sejak tahun 1992 yang meliputi 358 km 2 wilayah konsesi
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineralmineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)
ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) Turangan Virginia, A.E.Turangan, S.Monintja Email:virginiaturangan@gmail.com ABSTRAK Pada daerah Manado By Pass
Lebih terperinciStudi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar
Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Rijal Askari*, Ibnu Rusydy, Febi Mutia Program Studi Teknik Pertambangan,
Lebih terperinciPEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA
PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA Supandi Jurusan Teknik Pertambangan, STTNAS Jalan Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman Email
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan struktur massa batuan di alam yang cenderung berbeda dikontrol oleh kenampakan struktur geologi, bidang diskontinuitas, bidang perlapisan atau kekar.
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIK STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI CV. KUSUMA ARGA MUKTI NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA
KAJIAN TEKNIK STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI CV. KUSUMA ARGA MUKTI NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA Aris Herdiansyah, Aditya Denny Prabawa, Rudi Hartono Magister Teknik Pertambangan, Universitas
Lebih terperinciStudi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai Kuat Tekan
Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Studi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE JANBU (STUDI KASUS : KAWASAN CITRALAND)
ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE JANBU (STUDI KASUS : KAWASAN CITRALAND) Thyac Korah Turangan A. E., Alva N. Sarajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:korahthyac@yahoo.com
Lebih terperinciRANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER
RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER Tommy Trides 1, Muhammad Fitra 1, Desi Anggriani 1 1 Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Mulawarman,
Lebih terperinciABSTRAK Kata Kunci : Nusa Penida, Tebing Pantai, Perda Klungkung, Kawasan Sempadan Jurang, RMR, Analisis Stabilias Tebing, Safety Factor
ABSTRAK Maraknya proyek pembangunan villa di Nusa Penida dengan pemilihan lokasi yang berpotensi mengalami kelongsoran serta dicanangkannya Perda Kabupaten Klungkung No. 1 Tahun 2013 tentang Tata Ruang
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Studi Geoteknik untuk Mendukung Pengembangan Penambangan Batubara di Wilayah IUP PT Bara Anugerah Sejahtera Daerah Penambangan Pulau Panggung, Kabupaten Muara
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR
ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR M a r w a n t o Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta email : marwantokotagede@gmail.com Abstrak Kejadian longsoran
Lebih terperinciJl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ;
ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE MASS RATING DAN METODE STEREOGRAFIS PADA PIT BERENAI PT. DWINAD NUSA SEJAHTERA (SUMATERA COPPER AND GOLD) KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA
Lebih terperinciBulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 :
IMPLIKASI KADAR AIRTANAH TERHADAP DAYADUKUNG TANAH DI WILAYAH GAMBIR DAN SEKITARNYA Himmes Fitra Yuda 1), Zufialdi Zakaria 2) & Emi Sukiyah 2) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciTeguh Samudera Paramesywara1,Budhi Setiawan2
ISSN 0125-9849, e-issn 2354-6638 Ris.Geo.Tam Vol...., No..., Bulan Tahub (Hal XX-XX) 2014 Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data lapangan dilakukan pada lokasi terowongan Ciguha Utama level 500 sebagaimana dapat dilihat pada lampiran A. Metode pengumpulan
Lebih terperinciJURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 9 No. 2 Februari 2017
ANALISIS KESTABILAN LERENG PIT C4 DAN D2 ROTO SELATAN PT. PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK KIDECO KALIMANTAN TIMUR Dedi Herawadi 1 1 Mahasiswa Magister Prodi Teknik Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta Masuk:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.2 METODE PEMBUATAN TUGAS AKHIR
BAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan suatu pekerjaan diperlukan tahapan tahapan atau metedologi yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Keadaan Geografi Daerah Penelitian 2.1.1 Lokasi Penambangan Daerah penyelidikan berdasarkan Keputusan Bupati Tebo Nomor : 210/ESDM/2010, tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan
Lebih terperinciGeologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
PERHITUNGAN SUDUT LERENG TAMBANG TERBUKA UNTUK PERHITUNGAN CADANGAN PT. MAXIMA KEC. LAWANG KIDUL, KAB. MUARAENIM, SUMATERA SELATAN Oleh : Nur Hamid*, Raymond Franco**, Rolis Junwandi**, Duddy Setiadi**
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI Halaman SARI. i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 2 1.2 Tujuan
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian
Lebih terperinciSTUDI KASUS ANALISA KESTABILAN LERENG DISPOSAL DI DAERAH KARUH, KEC. KINTAP, KAB. TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS ANALISA KESTABILAN LERENG DISPOSAL DI DAERAH KARUH, KEC. KINTAP, KAB. TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN A. Sodiek Imam Prasetyo 1, B. Ir. R. Hariyanto, MT 2, C. Tedy Agung Cahyadi, ST, MT 2 1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cara Analisis Kestabilan Lereng Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Stuktur DNF terletak kurang lebih 160 kilometer di sebelah barat kota Palembang. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di Kabupaten Sleman mencapai 1.939 jiwa/km 2. Di
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJIAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS STEREOGRAFIS TERHADAP STABILITAS LERENG PADA OPERASI PENAMBANGAN TAMBANG BATUBARA AIR LAYA DESA TANJUNG ENIM KABUPATEN MUARA ENIM SUMATERA
Lebih terperinciPENENTUAN DESAIN LERENG FINAL PADA PIT DH DAERAH KONSESI PT. ARUTMIN INDONESIA TAMBANG ASAM ASAM
PENENTUAN DESAIN LERENG FINAL PADA PIT DH DAERAH KONSESI PT. ARUTMIN INDONESIA TAMBANG ASAM ASAM Galih Wiria Swana, Febri Hirnawan, dan R. Irvan Sophian Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran,
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN
STUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN Andryan Suhendra 1 1 Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. KH Syahdan No. 9, Palmerah,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI RINGKASAN...... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR...... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN...... 1 1.1. Latar Belakang... 1
Lebih terperinciBAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG
BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG Selain analisis kinematik, untuk menganalisis kestabilan suatu lereng digunakan sistem pengklasifikasian massa batuan. Analisis kinematik seperti yang telah dibahas
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
9 II.1 Fisiografi dan Morfologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL Area Penelitian Gambar 2-1 Pembagian zona fisiografi P. Sumatera (disederhanakan dari Van Bemmelen,1949) Pulau Sumatera merupakan salah
Lebih terperinciEKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN
EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto (Kelompok Kerja Penelitian Mineral) Sari Kegiatan eksplorasi umum endapan besi
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KINEMATIK
BAB IV ANALISIS KINEMATIK Pada prinsipnya terdapat dua proses untuk melakukan evaluasi kestabilan suatu lereng batuan. Langkah pertama adalah menganalisis pola-pola atau orientasi diskontinuitas yang dapat
Lebih terperinciOleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta
PENERAPAN METODE KRITERIA RUNTUH HOEK & BROWN DALAM MENENTUKAN FAKTOR KEAMANAN PADA ANALISIS KESTABILAN LERENG DI LOOP 2 PT. KALTIM BATU MANUNGGAL KALIMANTAN TIMUR Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik
Lebih terperinciStudi Geolistrik Untuk Mengidentifikasi Kedudukan Lumpur dan Air Dalam Rangka Optimalisasi Timbunan Lowwall
Studi Geolistrik Untuk Mengidentifikasi Kedudukan Lumpur dan Air Dalam Rangka Optimalisasi Timbunan Lowwall Supandi 1 Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Jl. Babarsari,
Lebih terperinciBAB IV STUDI LONGSORAN
BAB IV STUDI LONGSORAN A. Teori Dasar Fell drr. (2008) mendefinisikan longsoran sebagai pergerakan massa batuan, debris, atau tanah ke bawah lereng. Pergerakan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
Lebih terperinciGeologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi
30 Geologi Daerah Penelitian III.2.2.3. Hubungan Stratigrafi Dilihat dari arah kemiringan lapisan yang sama yaitu berarah ke timur dan pengendapan yang menerus, maka diperkirakan hubungan stratigrafi dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Balik Kemantapan Lereng Tambang dengan Integrasi Metode Rmr dan Smr pada Area Tambang Air Laya (TAL) Selatan Lokasi Suban, di PT Bukit Asam (Persero)
Lebih terperinciMahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juli 2015 Pengaruh Hujan Terhadap Perkuatan Lereng dengan Kondisi Partially Saturated Soil Menggunakan Metode Elemen
Lebih terperinciKeaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %
1. PENDAHULUAN Ende merupakan sebuah kabupaten yang berada di pulau Flores yang dibatasi oleh Kabupaten Ngada sebelah Barat, Kabupaten Sikka sebelah Timur, Laut Sawu di bagian Selatan dan Laut Flores di
Lebih terperinciKelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur
Kelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur Tommy Ilyas, Erly Bahsan, Agus Indrayono, Rita P, Siti Rasyidati Grup Riset Geoteknik Universitas Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH BIDANG DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG STUDI KASUS LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA GRASBERG
PENGARUH BIDANG DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG STUDI KASUS LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA GRASBERG Habibie Anwar 1*, Made Astawa Rai 2, Ridho Kresna Wattimena 2 1. Teknik Pertambangan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bendungan adalah suatu konstruksi atau massa material dalam jumlah besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan untuk menahan laju
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BATU GAMPING DAN NILAI FAKTOR KEAMANAN PADA LERENG KUARIDI DESA TEMANDANG KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR
Techno, ISSN 1410-8607 Volume 18 No. 1, April 2017 Hal. 042 049 KARAKTERISTIK BATU GAMPING DAN NILAI FAKTOR KEAMANAN PADA LERENG KUARIDI DESA TEMANDANG KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR Limestones
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN MOTTO
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii x xi BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBeberapa Model Penelitian Kestabilan Lereng untuk Mahasiswa Program Sarjana
Beberapa Model Penelitian Kestabilan Lereng untuk Mahasiswa Program Sarjana Zufialdi Zakaria Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM-21, Jatinangor-45363 Email : zufialdi.zakaria@unpad.ac.id
Lebih terperinciGambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008
4.1. Geoteknik Tambang Bawah Tanah Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsiasumsi
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LERENG GALIAN DALAM SEGMEN C PADA PROYEK JALAN SOROWAKO BAHODOPI SULAWESI Andri Hermawan NRP:
ANALISIS KESTABILAN LERENG GALIAN DALAM SEGMEN C PADA PROYEK JALAN SOROWAKO BAHODOPI SULAWESI Andri Hermawan NRP: 0821058 Pembimbing: Ibrahim Surya Ir.,M.Eng. ABSTRAK Sulawesi salah satu pulau penghasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia secara historis telah menggunakan tanah dan batuan sebagai bahan untuk pengendalian banjir, irigasi, tempat pemakaman, membangun pondasi, dan bahan
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI
BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI 4.1. LONGSORAN DI DAERAH PENELITIAN Di daerah penelitian banyak ditemukan kasus longsoran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor
Lebih terperinciAktivitas Tanah Lempung Pada Formasi Bojongmanik Terhadap Kestabilan Lereng di Daerah Cikopomayak, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
Aktivitas Tanah Lempung Pada Formasi Bojongmanik Terhadap Kestabilan Lereng di Daerah Cikopomayak, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Alifahmi; R. Irvan Sophian; Dicky Muslim Fakultas Teknik Geologi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Gerakan tanah adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula dikarenakan pengaruh gravitasi, arus
Lebih terperinciANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG
ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG R. Andy Erwin Wijaya. 1,2, Dwikorita Karnawati 1, Srijono 1, Wahyu Wilopo 1 1)
Lebih terperinciPotensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat Farach Abdurachman RONNY 1, Zufialdi ZAKARIA 2, dan Raden Irvan SOPHIAN 3 1 Laboratorium Geologi Teknik dan Geoteknik, Fakultas
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Singkapan Stadion baru PON Samarinda Singkapan batuan pada torehan bukit yang dikerjakan untuk jalan baru menuju stadion baru PON XVI Samarinda. Singkapan tersebut
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian
BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis
Lebih terperinciWORKSHOP PENANGANAN BENCANA GERAKAN TANAH
Usaha Pemahaman terhadap Stabilitas Lereng dan Longsoran sebagai Langkah Awal dalam Mitigasi Bencana Longsoran Imam A. Sadisun* * Departmen Teknik Geologi - Institut Teknologi Bandung * Pusat Mitigasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland)
ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland) Violetta Gabriella Margaretha Pangemanan A.E Turangan, O.B.A Sompie Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciSTRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Oleh : Edlin Shia Tjandra (07211033) Fanny Kartika (07211038) Theodora Epyphania (07211115) TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciSTUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.
STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT G. Perangin-angin 1 Abstrak Tanah merupakan salah satu material penting sebagai
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. ( Untung Wachyudi ) vii
RINGKASAN PT. Putera Bara Mitra menggunakan sistem tambang terbuka dalam melakukan operasi penambangannya yang terletak di Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Pada tahun 2012
Lebih terperinciRESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN
RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN A. Pengertian Tanah Sejarah terjadinya tanah, pada mulanya bumi ini berupa bola magma cair yang sangat panas. Karena adanya proses pendinginan permukannya
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)
ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND) Giverson Javin Rolos, Turangan A. E., O. B. A. Sompie Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinci