BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang
|
|
- Sukarno Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik mapupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat berpengaruh pada segi kehidupan sosial ekonominya, maupun kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan Negara dimanapun di dunia ini, baik di Negara yang sudah maju maupun di Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Dalam penjelasan Umum atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 1988 Tentang Masa Bakti dan Praktek Dokter dan Dokter Gigi, disebutkan bahwa derajat kesehatan yang optimal merupakan hak setiap warga Negara yang perwujudannya dilaksanakan oleh pemerintah dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Pembangunan kesehatan yang didukung oleh pembangunan di bidang-bidang lainnya, merupakan secara bertahap dan berkesinambungan. Kebijaksanaan Pembangunan setiap tahap bertumpu pada pendekatan pelayanan kesehatan dengan menyebarkan secara merata tenaga-tenaga kesehatan. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Dalam Penjelasan Umum atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan pada huruf (b) ditentukan, bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
2 nasional diarahkan guna hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan secara optimal. Demikian juga di dalam Ketetapan MPR No. II / MPR / 1993 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara antara lain disebutkan bahwa : Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Hal itu menunjukkan, bahwa masalah kesehatan di Negara kita mendapatkan perhatian dan penanganan secara serius oleh pemerintah, yaitu dengan didirikannya sarana-sarana kesehatan, tidak hanya di kota-kota, tetapi juga sampai ke desa-desa. Adapun tujuan dan dasar pembangunan kesehatan di dalam Sistem Kesehatan Nasional dijabarkan sebagai berikut. (1) Semua warga Negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal, agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia. (2) Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat. (3) Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi seimbang oleh pemerintah dan masyarakat serta dilaksanakan terutama melalui upaya peningkatan dan pencegahan yang dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan dan pemulihan yang diperlukan. (4) Setiap bentuk upaya kesehatan harus berasaskan prikemanusiaan yang berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa dengan mengutamakan kepentingan nasional, rakyat banyak dan bukan semata-mata kepentingan golongan atau perorangan. (5) Sikap, suasana kekeluargaan, kegotong-royongan serta semua potensi yang ada diarahkan dan dimanfaatkan sejauh mungkin untuk pembangunan kesehatan. (6) Sesuai dengan asas adil dan merata, hasil yang dicapai dalam pembangunan kesehatan harus dapat dinikmati secara merata oleh penduduk.
3 (7) Semua warga Negara sama kedudukannya dalam hukum dan wajib menjunjung tinggi dan menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan dalam bidang kesehatan. (8) Pembangunan kesehatan nasional harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepribadian bangsa. 1 Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu ditunjang oleh adanya sarana kesehatan. Sarana kesehatan adalah setiap tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 2 Dalam Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan ditentukan: Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan akademik kesehatan, balai pelatihan kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Dari ketentuan Pasal 56 ayat (2) tersebut dapat dilihat, bahwa kesempatan untuk mendirikan sarana-sarana kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak hanya dimonopoli oleh pihak pemerintah, tetapi juga diberikan kepada setiap anggota masyarakat atau swasta, sehingga akhir-akhir ini 1 Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan, Jakarta, 1982, Hal 6,7. 2 Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika, Jakarta, 1997, Hal 94.
4 nampak peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan swasta secara merata, terjangkau, dan dapat diterima oleh masyarakat sesuai dengan sistem kesehatan nasional, semakin meningkat dan berkembang dengan didirikannya klinik-klinik swasta. Apabila diperhatikan ketentuan Pasal 1 huruf (a) Peraturan Menteri Kesehatan No. 920 Tahun 1986 pelayanan kesehatan swasta dibidang medik dapat diselenggarakan oleh perseorangan, kelompok atau yayasan, sedangkan Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 menetapkan: Sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan masyarakat harus berbentuk badan hukum. Dalam hal pelayanan kesehatan swasta di bidang medik diselenggarakan oleh kelompok, berarti di dalamnya terdapat beberapa orang sebagai peserta yang menggabungkan diri untuk bekerjasama mendirikan sarana kesehatan. Kerja sama itu dapat terjadi antara dokter dengan apoteker, dokter dengan bidan, dokter dengan perawat dan sebagainya. Perkembangan dewasa ini menunjukkan bahwa kerjasama di bidang kesehatan banyak terjadi dengan mendirikan usaha klinik kesehatan bersama yang kemudian menjelma menjadi suatu kerja sama yang bersifat terus-menerus, yang akhirnya menimbulkan suatu bentuk lembaga kesatuan kerja sama yang berbentuk suatu badan yang mempunyai asas tujuan yang bersifat komersial untuk pemenuhan kebutuhan atau kepentingan anggotanya yang dikenal dengan istilah persekutuan. Berdasarkan struktur hukumnya bentuk-bentuk kesatuan kerjasama itu dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu:
5 1. Bentuk kesatuan kerja sama yang merupakan badan hukum, dapat dijumpai dalam bentuk persekutuan yang dikenal dengan istilah: a. Perseroan terbatas b. Koperasi c. Perkumpulan saling menanggung 2. Bentuk kesatuan kerja sama yang bukan merupakan badan hukum, dapat dijumpai dalam bentuk persekutuan yang dikenal dengan istilah: a. Persekutuan perdata (maatschap) b. Persekutuan firma c. Persekutuan komanditer. 3 Bentuk-bentuk kesatuan kerja sama tersebut sama-sama menjalankan perusahaan dengan tujuan untuk mencari keuntungan, tetapi mempunyai status hukum yang berbeda. Perbedaan itu nampak dari prosedur pendiriannya, yaitu mutlak diperlukan pengesahan oleh pemerintah, sedangkan untuk mendirikan kesatuan kerja sama yang bukan badan hukum tidak diperlukan pengesahan akte pendirian oleh pemerintah. Oleh karena usaha klinik kesehatan bersama merupakan institusi yang relatif baru diselenggarakan di Indonesia, sehingga dalam sistem hukum di Indonesia dapat dilihat ada aspek hukum tertentu yang belum secara memadai memperoleh pengaturan, baik dalam hukum kesehatan maupun dalam hukum persekutuan kita, terutama aspek-aspek yang berkaitan dengan dasar hukum pendirian usaha klinik kesehatan bersama maupun bentuk kesatuan kerjasamanya. Dengan dasar hukum yang kuat dan bentuk kesatuan kerjasama yang jelas dan pasti akan dapat lebih menjamin adanya kepastian berusaha. Namun demikian, mengingat hukum perjanjian Indonesia menganut sistem terbuka yang tercermin dalam Pasal 1338 KUHPerdata, maka untuk sementara sampai dengan adanya 3 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi di Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, Hal.45
6 peraturan perundangan yang lebih rinci, maka semua aspek yang berkaitan dengan perjanjian untuk mendirikan usaha klinik kesehatan bersama akan tunduk pada ketentuan-ketentuan umum hukum perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata. Dalam penyelenggaraan usaha klinik kesehatan bersama, para pesertanya akan mengadakan kerja sama dan dengan adanya kerja sama tersebut akan melahirkan konsekuensi yuridis, terutama mengenai tanggung jawab usaha klinik kesehatan bersama tersebut. Dengan demikian maka lebih menjadi perhatian terhadap usaha klinik kesehatan bersama tersebut sehubungan dengan yang diteliti oleh penulis adalah mengenai tanggung jawab usaha klinik kesehatan bersama terhadap segala resiko usaha maupun terhadap penerima pelayanan kesehatan (pasien) yang merasa dirugikan sehubungan dengan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik. B. Perumusan Masalah Klinik kesehatan bersama sebagai suatu usaha yang melakukan kegiatan memberikan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik, maka kehadirannya di tengah-tengah masyarakat menimbulkan permasalahan-permasalahan di bidang hukum. Hal ini adalah sebagai akibat dari adanya hubungan hukum di antara para peserta yang mengadakan kerjasama dalam usaha klinik kesehatan bersama, maupun hubungan hukum dengan pihak ketiga yang menggunakan jasa-jasa pelayanan usaha klinik kesehatan bersama tersebut yang menuntut perhatian kererlibatan hukum dalam upaya memberikan kerangka jaminan perlindungan kepada masing-masing pihak.
7 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalahan yang timbul adalah: a. Apakah dasar hukum pendirian usaha klinik kesehatan bersama sehubungan dengan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik? b. Bagaimana bentuk kesatuan kerja sama usaha klinik kesehatan bersama? c. Bagaimana tanggung jawab usaha klinik kesehatan bersama terhadap risiko usaha atau terhadap penerima pelayanan kesehatan (pasien) yang merasa dirugikan? C. Tujuan dan Manfaat Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian tentang Tinjauan Hukum Perdata Pada Usaha Bersama (Studi pada usaha klinik kesehatan bersama Jl.AR.Hakim No.168) dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui dasar hukum pendirian usaha klinik kesehatan bersama. 2. Untuk mengetahui bentuk kesatuan kerja sama usaha klinik kesehatan bersama tersebut di dalam menjalankan kegiatan usahanya sehubungan dengan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik. 3. Untuk mengetahui tanggung jawab usaha klinik kesehatan bersama tersebut terhadap segala resiko usaha atau terhadap penerimaan pelayanan kesehatan (pasien) yang dirugikan. Manfaat Penelitian
8 Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya mengenai perjanjian dan persekutuan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam mengambil langkah-langkah atau kebijaksanaan-kebijaksanaan lebih lanjut, terutama di bidang usaha klinik kesehatan bersama yang semakin berkembang dewasa ini, dan juga kepada badan legislatif dapat dipergunakan sebagai bahan dalam rangka pembentukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang usaha klinik kesehatan bersama. Di samping itu hasil penelitian ini juga dapat dipergunakan sebagai bahan pegangan bagi pengelola usaha klinik kesehatan bersama, maupun bagi pihak lain sehubungan dengan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik. D. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Tinjauan Hukum Perdata Pada Usaha Bersama (Studi pada usaha klinik kesehatan bersama di Klinik Madani Medan) sepanjang pengetahuan peneliti sampai saat ini belum pernah ada yang menelitinya. E. Metode Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini, data-data yang penulis kumpulkan diperoleh dari cara melakukan penelitian kepustakaan ( Library Research ). Artinya,
9 melalui penelitian ini penulis mengumpulkan data-data sekunder dengan cara membaca, mempelajari dan menguraikan pasal-pasal dalam Perundangundangan, Pandangan dan Pendapat para ahli di bidang hukum khususnya yang menyangkut mengenai Usaha Klinik Kesehatan Bersama. Di samping itu, penulis juga mengumpulkan data-data primer melalui wawancara dengan Usaha Klinik Kesehatan Bersama dan juga menganalisa hal yang berhubungan dengan perjanjian dalam usaha bersama melalui data kepustakaan dan bahan-bahan sekunder lainnya. F. Tinjauan Kepustakaan Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul : Tinjauan Hukum Perdata Pada Usaha Bersama ( di Klinik Madani No.168 Medan ) Pengertian yang dikandung dalam judul tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: - Tinjauan : suatu telaah,sudut pandang. 4 - hukum Perdata: hukum yang mengatur orang perorangan atau biasa disebut dengan hukum privat. 5 - usaha : diartikan sebagai kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud. 6 - klinik: Balai Pengobatan atau tempat mengobati orang sakit. 7 4 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta, 1976, Hal Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap, Aneka Ilmu, Semarang, 1977, Hal. 6 Poerwodarminta, Op.cit, Hal Ibid, Hal.215
10 - klinik kesehatan : menurut Pasal 56 ayat 1 Undang-undang kesehatan No.23 tahun 1992 yaitu : sarana kesehatan yang meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek gokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan akademi kesehatan, balai penelitian kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. - usaha klinik kesehatan bersama : Suatu kegiatan bersama atau berkelompok dalam suatu tempat (klinik) dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan, guna mengobati orang sakit agar memperoleh keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. G. Sistematika Penulisan Sistematika uraian di dalam skripsi ini disusun dalam bab-bab sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini dimana di dalam pendahuluan ini penulis menguraikan dan menjelaskan mulai dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, serta Sistematika Penulisan dalam skripsi ini.
11 BAB II. TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERIKATAN BERDASARKAN KUHPERDATA Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Sebagai Bagian dari Perikatan Berdasarkan KUHPerdata, khususnya mengenai Pengertian dan Istilah Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian, Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian dan Wanprestasi dalam Perjanjian. BAB III TINJAUAN UMUM USAHA KLINIK KESEHATAN BERSAMA Pada bab ini, penulis menguraikan tentang Tinjauan Umum Usaha Klinik Kesehatan Bersama, antara lain : Pengertian dan Dasar Hukum Usaha Klinik Kesehatan Bersama, Syarat Pendirian Usaha Klinik Kesehatan Bersama, Bentuk Pelayanan Kesehatan Usaha Klinik Kesehatan Bersama, dan Bentuk Kesatuan Kerjasama dalam Usaha Klinik Kesehatan Bersama. BAB IV TANGGUNG JAWAB PERDATA PADA USAHA KLINIK KESEHATAN BERSAMA DI KLINIK MADANI ( JL. AR. HAKIM NO.168 MEDAN ) Dalam bab ini, penulis membahas tentang Tanggung Jawab Pengusaha Klinik Kesehatan Bersama terhadap Kerugian Usaha, Tanggung Jawab Usaha Klinik Kesehatan Bersama terhadap Pemakai Jasa Pelayanan Kesehatan ( Pasien ) yang dirugikan serta Tanggung Jawab Para Pihak
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DIBIDANG MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DIBIDANG MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DAN SARANA KESEHATAN SWASTA DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN DEMAK
1 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia dalam melakukan segala aktivitas dengan baik dan maksimal yang harus diperhatikan salah satu hal yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup di dunia ini. Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini. Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun mental.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA
Lebih terperinciPROPOSAL TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT HUKUM PERDATA)
PROPOSAL TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT HUKUM PERDATA) 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam dunia medis yang semakin berkembang,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 5 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA
PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Kudus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek Setiap manusia berhak atas kesehatan, serta memiliki kewajiban dalam memelihara serta meningkatkan kesehatan tersebut. Kesehatan merupakan salah satu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang dimiliki seseorang tidak hanya ditinjau dari segi kesehatan fisik semata melainkan bersifat
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DAN SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA, IZIN INDUSTRI RUMAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN SARANA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DI BIDANG MEDIK
1 PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN SARANA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DI BIDANG MEDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan status kesehatan yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kepedulian dan pemahaman masyrakat Indonesia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dampak akan pesatnya teknologi yang berakibat pada luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek perkawian campuran. Di Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2002 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2002 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri jasa kesehatan mempunyai prospek yang cukup bagus, karena pelayanan kesehatan tidak terpaku hanya pada pengobatan penyakit tetapi juga memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 5 TAHUN 2008 SERI : C NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2008 SERI C NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA, IZIN INDUSTRI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa dengan semakin luasnya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa praktek tenaga kesehatan sebagai
Lebih terperinciBUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.36 tahun 2009 yaitu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia kesehatan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Perkembangan atau perubahan pola hidup manusia (lifestyle) berdampak langsung pada
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2005 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG IZIN KERJA/PRAKTIK TENAGA KESEHATAN, SARANA KESEHATAN, DISTRIBUSI PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya suatu perjanjian berawal dari suatu perbedaan atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya suatu perjanjian berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak. Perumusan hubungan perjanjian tersebut pada umumnya senantiasa
Lebih terperinciNOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja telah menjadi salah satu modal utama dan menduduki peranan yang sangat penting untuk memajukan pembangunan nasional Indonesia. Tanpa didukung tenaga kerja
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan
Lebih terperincisatu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2003 IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia medis yang semakin berkembang, peranan rumah sakit sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau mundurnya pelayanan kesehatan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, sprititual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut pendapat Ta adi, Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. haknya. Bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan merdeka dan sama dalam martabat dan hak haknya. Bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015
BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 IZIN PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DAN IZIN TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN SWASTA. DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO
PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan. Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap warganya dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat bersama secara keseluruhan, karena hal ini sangatlah penting bagi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciMASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 1 Tahun 1988 Tanggal 15 Februari Presiden Republik Indonesia,
MASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 1 Tahun 1988 Tanggal 15 Februari 1988 Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dalam usaha mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2005 SERI C. ----------------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2005 TENTANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1966 TENTANG HYGIENE PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1966 TENTANG HYGIENE PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Kesehatan perlu ditetapkan Undang-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kesehatan di kehidupan masyarakat terutama perkembangan teknologi farmasi yang inovatif yang telah dikenal masyarakat luas dan banyaknya
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT. Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Republik lndonesia Negara Nomor 50 g);
ll BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 3? rahun2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang Mengingat a. b.
Lebih terperinciPELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL
PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
RANC AN GAN PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PERATURAN DAERAH SUNGAI PENUH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI PENUH, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka Pembinaan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN PEMBERIAN IZIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN PEMBERIAN IZIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya Pemerintah Daerah dalam rangka mengendalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum
BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI
KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 12 Tahun 2007 Seri : B Nomor 03 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN DAN PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
- 1 - SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya memenuhi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2008 T E N T A N G
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2008 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Kementrian
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 4 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 4 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG KESEHATAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG
S A L I N A N GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi sehat menurut WHO adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit dan kelemahan saja.
Lebih terperinciUndang Undang No. 2 Tahun 1966 Tentang : Hygiene
Undang Undang No. 2 Tahun 1966 Tentang : Hygiene Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 2 TAHUN 1966 (2/1966) Tanggal : 11 JUNI 1966 (JAKARTA) Sumber : LN 1966/22; TLN NO. 2804 Presiden Republik Indonesia,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015
- 1 - LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 7 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 2 TAHUN 2003 PERUBAHAN ATAS
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 7 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 2 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat mendasar dan dibutuhkan oleh
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PEMELIHARAAN KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PENERIMA PENSIUN BESERTA ANGGOTA KELUARGANYA Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 Tanggal 30 Agustus 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN I. U M U M Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 112 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 112 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN IZIN USAHA DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi yang semakin komplek tidak terlepas dari adanya resiko kecelakaan jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki kebutuhan hidup yang selalu ingin dipenuhi dan manusia bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam bekerja, manusia dihadapkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DI WILAYAH KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, diperlukan merupakan suatu usaha yang mana. maupun non-fisik. Dalam rangka mencapai hal tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan hal terpenting yang diperlukan oleh tubuh manusia. Dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia di bidang kesehatan, diperlukan merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN BIDANG KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR RANCANGAN PERATURAN DAERAH INDRAGIRI HILIR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURI HUSADA TEMBILAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan manusia tidak pernah terlepas dari kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan yang sehat secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang memungkinkan setiap
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Lebih terperinci