(listening skill), keterampilan membaca (rading skill), dan keterampilan menulis (writing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(listening skill), keterampilan membaca (rading skill), dan keterampilan menulis (writing"

Transkripsi

1 PENERAPAN STRATEGI DEBAT CONTEST DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS XII IPS SMA SEJAHTERA SURABAYA Oleh: Fransisca Romana Sunarmi Berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting karena didalamnya mengandung informasi yang ingin disampaikan. Namun, pada proses pembelajaran masih sering terjadi misunderstanding informasi antara guru dengan siswa. Pembelajaran berbicara pun belum dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi, kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya adalah kelas yang tingkat keterampilan berbicaranya masih rendah. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana perubahan perilaku belajar siswa kelas XII SMA Sejahtera Surabaya dalam strategi Debat contet dan peningkatan keterampilan berbicara? Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsi perubahan perilaku belajar siswa kelas XII SMA Sejahtera Surabaya dalam strategi Debat Contest dan peningkatan keterampilan berbicara. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri atas 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sumber datanya adalah siswa kelas XII SMA Sejahtera sebanyak 44 siswa. Teknik yang diterpakan yaitu: siswa berlatih berbicara, guru menghadirkan narasumber, guru melakukan simulasi dan permodelan, siswa bertanya kepada narasumber, dan siswa menyampaikan informasi. Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan perilaku siswa yang positif. Tindakan yang dilakukan guru pada siklus I berupa pemberian simulasi dan permodelan cara meningkatan keterampilan berbicara, memberi siswa kesempatan berlatih berbicara. Siswa memberi reaksi positif dengan cara menyampaikan informsi sesuai tindakan guru. Berdasarkan refleksi siklus I perlu adanya pengubahan tema. Tindakan perbaikan yang dilakukan guru pada siklus II berupa: mengubah tema dengan 7 tema berbeda, menunjukan kesalahan yang masih dilakukan siswa dan cara memperbaikinya, Siswa memberi reaksi lebih positif karena siswa lebih maksimal melakukan pembelajaran. Perubahan perilaku belajar siswa ditunjukan dengan: pada pembelajaran siklus I, siswa masih banyak yang ramai, bercanda sendiri, kurang bertanggung jawab terhadap tugasnya, merasa bosan, dan bermalasmalasan. Namun, pada pembelajaran siklus II siswa terllihat lebih tenang, serius, lebih bertanggung jawab dan antusias mengikuti pembelajaran. Perubahan perilaku itu mengakibatkan peningkatan keterampilan berbicara yaitu 75.2 pada siklus I menjadi pada siklus II. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan perilaku belajar siswa ke arah positif yang diikuti dengan peningkatan keterampilan menyampaikan informasi siswa setelah diterapkan strategi Debat Contest dalam peningkatan keterampilan berbicara. Kata kunci: Strategi Debat Contest, Keterampilan Berbicara 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan, Fransisca RS >>> 86 Keterampilan berbicara merupakan salah satu segi dalam caturtunggal ketrampilan berbahasa disamping tiga keterampilan berbahasa lain, yaitu: keterampilan menyimak (listening skill), keterampilan membaca (rading skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Setiap keterampilan tersebutsaling berhubungan erat dan tidak dapat berdiri sendirisendiri. Dalam proses memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu

2 urutan yang teratur, pada masa kecil kita menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca, dan menulis (Tarigan 1981:1). Berdasarkan fungsinya, keterampilan membaca dan menyimak termasuk keterampilan berbahasa yang resepsif dan apresiasif. Artinya, kedua keterampilan tersebut digunakan untuk menangkap dan memahami informasiyang disampaikan melalui bahasa lisan dan tertulis. Sebaliknya, keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan resepsif. Artinya, kedua keterampilan berbahasa tersebut digunakan untuk menyampaikan informasi atau gagasan baik secara lisan maupn tertulis (Wagiran dan Doyin 2005:1-2). Berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting dan harus dipelajari karena setiap proses berbicara pasti ada pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh pembicara kepada pendengarnya. Oleh karena itu, menyampaikan informasi dimasukan dalam salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya. Penerapan, Fransisca RS >>> 87 Indikatornya adalah: (1) mampu mengajukan pertanyaan untuk meminta penjelasan dari seorang narasumber; (2) mampu menyampaikan informasi kepada orang lain; dan (3) mampu membandingkan keutuhan pesan yang diterima dari narasumber dengan isi pesan yang disampaikan. Terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa hanya berperan sebagai obyek pembelajaran. Kadang-kandang guru juga telah menerapkan teknik diskusi dalam kelompok masyarakat belajar (learning community). Namun, hal tersebut justru menjadi bumerang bagi siswa. Siswa sering menggantungkan diri pada anggota kelompok yang lain sehingga mengakibatkan siswa yang aktif semakin aktif dan siswa yang pasif semakin tertinggal. Hal tersebut disebabkan karena selama ini mereka dimanjakan dengan cara menerima materi dari guru. Walaupun siswa hanya menerima materi dari guru, namun salah paham dalam proses

3 pembelajaran masih terjadi. Siswa belum dapat sepenuhnya memahami dan menjelaskan kembali materi dari guru sehingga siswa sering salah dalam menjawab pertanyaan. Dalam hal ini, proses komunikasi antara guru dan siswa dalam pembelajaran masih mengalami misunderstanding sehingga pengetahuan yang diterima siswa relatif rendah. Model pembelajaran yang benar belum diterapkan oleh guru. Teknik yang diterapkan oleh guru pun sering tidak sesuai dengan indikator yang ingin dicapai paa setiap kompetensi dasarnya. Misalnya, untuk kompetensi dasar menyampaikan Penerapan, Fransisca RS >>> 88 laporan perjalanan (indikator: mampu menyampaikan laporan perjalanan dengan bahasa yang komunikatif berdasarkan urutan, ruang, waktu, atau topik) guru justru menekankan pada kompetensi dasar membaca. Cara yang digunakan yaitu guru menyuruh siswa membaca teks laporan perjalanan yang ada di dala buku, bukan bagaimana proses siswa menyampaikan laporan perjalanannya. Untuk mengatasi masalah rendahnya keterampilan berbicara dan menambah variasi teknik pembelajaran berbicara, maka penelitian ini menawarkan sebuah alternatif pembelajaran dalam peningkatan keterampilan berbicara yang penerapannya sesuai dengan pendekatan kontekstual. Siswa akan lebih mudah menangkap materi dengan cara tersebut, hal ini penting agar proses komunikasi berlangsung realistis. Diharapkan, setelah pembelajaran ini siswa menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti sehingga mereka mampu mengembangkan potensi berbicaranya masing-masing. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti mencoba merumuskan masalah secara umum sebagai berikut : Bagaimana Peningkatan Ketrampilan Berbicara Melalui Strategi Debat Contest Pada Siswa Kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya. Dari masalah umum di atas peneliti merumuskan 4 (empat) masalah khusus sebagai berikut : Penerapan, Fransisca RS >>> 89

4 1. Bagaimana aktifitas guru pada Peningkatan Ketrampilan Berbicara Melalui Strategi Debat Contest Pada Siswa Kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya? 2. Bagaimana aktifitas siswa pada Peningkatan Ketrampilan Berbicara Melalui Strategi Debat Contest Pada Siswa Kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya? 3. Bagaimana hasil belajar tentang Peningkatan Ketrampilan Berbicara Melalui Strategi Debat Contest Pada Siswa Kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya? 4. Bagaimana ketuntasan belajar tentang Peningkatan Ketrampilan Berbicara Melalui Strategi Debat Contest Pada Siswa Kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya? 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan pengamatan, ada banyak permasalahan yang berkaitan dengan masalah pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah dan harus segera dicarikan jalan keluarnya. Tentu saja hal itu membutuhkan waktu, biaya, tenaga, dan pemikiran yang banyak, sedangkan peneliti memiliki keterbatasan dalam berbagai hal tersebut. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya, serta alasan agar pembahasan dan analisis lebih mendalam, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada upaya peningkatan keterampilan berbicara pada sisa kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya. Pemfokusan obyek penelitian ini disebabkan kemampuan berbicara siswa kelas XII Penerapan, Fransisca RS >>> 90 IPS SMA Sejahtera Surabaya masih rendah/ selain itu, penerapan pembelajaran kontekstual pada setiap proses pembelajaran bahasa sangat dianjurkan, maka dengan alasan itulah penelitian ini dilakukan. 1.4 Tujuan Penelitian

5 Adapun tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan perubahan perilaku belajar siswa kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya dalam menyampaikan informasi setelah diberikan tindakan pembelajaran pendekatan kontekstual dalam peningkatan keterampilan berbicara. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini tentunya sangat berguna bagi duni pendidikan, yaitu baik terhadap Peneliti, Guru, Siswa maupun Lembaga Pendidikan. Untuk lebih jelasnya maka penulis akan menguraikan sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi penulis, diharapkan dapat manambah wawasan dan pengetahuan dalam menganalisa suatu permasalahan terutama masalah-masalah dalam dunia pendidikan yang semakin lama semakin kompleks. 2. Bagi Peneliti Penerapan, Fransisca RS >>> 91 Penelitian ini menemukan model pendekatan kontekstual dan keterampilan berbicara, sehingga memberikan alternatif teknik dalam pembelajaran pengembangan keterampilan berbicara. 3. Bagi Peneliti Sedangkan bagi siswa, manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah siswa mendapat pengalaman menyampaikan infomasi dan berbicara dalam ragam formal yang mirip dengan tindakan berbahasa sebenarnya di masyarakat, seperti yang di tuntut dalam pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan demikian, setelah mengikuti pembelajaran ini siswa dapat menerapkan keterampilannya di

6 masyarakat karena keterampilan berbicara menyampaikan informasi tidak dapat di lepaskan dari kehidupan sehari-hari. 4. Bagi Peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan input bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya XII IPS SMA Sejahtera Surabaya, sehingga dapat menjadikan rujukan dalam pengambilan kebijakan di kemudian hari. 2. LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Penerapan, Fransisca RS >>> Hakikat Berbicara Pengertian Berbicara Berbicara menurut Tarigan (2008: 16) adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) dan memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi control sosial. Lain halnya dengan pendapat Hendrikus (2009: 14) yang menjelaskan bahwa berbicara adalah mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau

7 memberi motivasi). Sementara itu menurut Nurgiyantoro (1995:274) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah kegiatan berbahasa yang digunakan sebagai alat untuk mengomunikasikan gagasan, pikiran dan perasaan kepada orang lain sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Tujuan Berbicara Tujuan utama dari berbicara adalah untuk komunikasi. Tarigan (2008: 16) menyebutkan agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya seorang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Seorang pembicara harus mengevaluasi efek pembicaraannya terhadap para pendengar, dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Selain itu, Tarigan (2008: 16) berpendapat bahwa sebagai alat social (sosial tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional (business or professional tool), maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud, yaitu: (1) memberitahukan dan melaporkan (to inform), (2) menjamu dan, (3) menghibur (to intertain) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade) Faktor Penghambat berbicara Faktor-faktor yang dapat menentukan berhasil tidaknya kegiatan berbicara yakni pembicara, pendengar, dan pokok pembicaraan yang dipilih. Ketiga factor tersebut sangat menentukan keefektifan berbicara. Faktor bahasa juga sangat Penerapan, Fransisca RS >>> 94 menentukan. Seorang pembicara harus memerhatikan bahasa yang digunakan terkait siapa yang menjadi pendengarnya. Selain itu menurut Sujanto (1988: 192) ada

8 beberapa gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksud oleh pembicara dalam proses berbicara. Faktor tersebut menyebabkan kegiatan berbicara kurang lancar. Faktor tersebut adalah (1) faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan factor yang berasal dari luar partisipan, (2) faktor media, yaitu faktor linguistik dan nonlinguistik, misalnya tekanan, lagu, irama, ucapan, dan isyarat gerak bagian tubuh, (3) faktor psikologis, yaitu kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis, maupun sakit Faktor-faktor Penunjang Berbicara Menurut Maidar (1988: 17-22) menyatakan bahwa ada beberapa factor yang menunjang kegiatan berbicara. Faktor ini meliputi faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Uraian berkaitan dengan faktor kebahasaan dan factor nonkebahasaan adalah sebagai berikut. 1) Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara: a) ketepaatan ucapan, b) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, c) pilihan kata (diksi), d) ketepatan sasaran pembicaraan. Penerapan, Fransisca RS >>> 95 2) Faktor-faktor nonkebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara adalah sebagai berikut: a) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, b) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, c) kesediaan menghargai pendapat orang lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat,

9 e) kenyaringan suara juga sangat menentukan, f) kelancaran, g) relevansi/penalaran, h) penguasaan topik Bentuk Kegiatan Berbicara Menurut Tarigan (2008: 24-25), secara garis besar, berbicara dapat dibagi atas: 1) Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking) yang mencakup empat jenis, yaitu: a) berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan; yang bersifat informatif (informative speaking); b) berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan (fellowship speaking); c) berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (persuasive speaking); Penerapan, Fransisca RS >>> 96 d) berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking). 2) Berbicara pada konferensi (conference speaking) yang meliputi: a) diskusi kelompok (group discussion); b) prosedur parlementer (parliamentary procedure); c) debat. Bentuk kegiatan berbicara menurut Maidar (1988: 36) adalah sebagai berikut, 1) diskusi, 2) bercakap-cakap, 3) konversasi, 4) wawancara, 5) pidato, 5) bercerita, 6) sandiwara, 7) pemberitaan, 8) telepon-menelepon, 9) rapat, 10) ceramah, 11) seminar. Sementara menurut Nurgiyantoro (1995: 276: 289) bentuk kegiatan berbicara antara

10 lain, 1) pembicaraan berdasarkan Gambar, 2) wawancara, 3) bercerita, 4) pidato, 5) diskusi. 2.2 Diskusi Sebagai Salah Satu Ragam Kegiatan Berbicara Pengertian Diskusi Diskusi merupakan pemberian jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif yang berasal dari bahasa Latin yaitu discutere, yang berarti membeberkan masalah. Diskusi juga berarti tukar menukar pikiran di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar (Hendrikus, 2009: 96). Sementara Penerapan, Fransisca RS >>> 97 menurut Tarigan (2008: 40) hakikat diskusi adalah metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan kerja sama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkahlangkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok. Selain itu, Maidar (1988: 37) menyatakan bahwa diskusi pada dasarnya merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Bertukar pikiran baru dapat dikatakan berdiskusi apabila: 1) ada masalah yang dibicarakan, 2) ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi, 3) ada peserta sebagai anggota diskusi, 4) setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur, 5) kalau ada kesimpulan atau keputusan hal itu disetujui semua anggota. Berdasarkan syarat-syarat di atas, ternyata tidak semua bentuk bertukar pikiran dapat digolongkan ke dalam diskusi. Dari beberapa pengertian diskusi di atas dapat disimpulkan bahwa diskusi merupakan pembicaraan untuk memecahkan suatu permasalahan dalam bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah dan perlu adanya Penerapan, Fransisca RS >>> 98

11 kerja sama, baik dalam kelompok kecil maupun besar dengan tujuan mendapatkan kesepakatan bersama Manfaat Diskusi Manfaat diskusi kelompok ialah kemampuannya memberikan sumbersumber yang lebih banyak bagi pemecahan masalah (problem solving) ketimbang yang tersedia atau yang diperoleh, apabila pribadi membuat keputusan-keputusan yang memengaruhi/merusak suatu kelompok. Diskusi kelompok juga sangat berguna apabila dua pandangan yang bertentangan harus diajukan dan suatu hasil yang bersifat memilih salah satu dari dua yang segera akan dilaksanakan (Tarigan, 2008: 51-52). Hendrikus (2009: 96-97) menambahkan bahwa diskusi menjadikan pendengar atau pemirsa memiliki pandangan dan pengetahuan yang lebih jelas mengenai masalah yang didiskusikan. Oleh sebab itu, diskusi mempunyai hubungan yang erat dengan proses pembentukan pikiran dan pendapat. Manfaat diskusi kelompok menurut Bullatau (2007: 6) adalah pemikiran bersama yang mempunyai kemampuan kreatif dalam artian realistis. Oleh karena itu, ketika orang mengatahui bahwa gagasan, ide, dan pendapatnya sejalan dengan orang lain dalam kelompok tersebut, maka dapat tercipta dan terbukalah kemungkinan untuk bertindak dengan daya dorong yang lebih kuat berkat kerja sama dan keyakinan bersama. Sementara menurut Maidar (1988: 40) diskusi kelompok memiliki beberapa Penerapan, Fransisca RS >>> 99 keunggulan yang dapat dimanfaatkan yaitu sebagai berikut. 1) Diskusi lebih banyak melatih siswa berpikir secara logis karena adanya proses adu argumentasi.

12 2) Argumentasi yang dikemukakan mendapat penilaian dari anggota yanglain, sehingga hal ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam memecahkan suatu masalah. 3) Umpan balik dapat diterima secara langsung, sehingga hal ini dapat memperbaiki cara berbicara pembicara, baik yang menyangkut factor kebahasaan maupun nonkebahasaan. 4) Peserta yang pasif dapat dirangsang supaya aktif berbicara oleh moderator atau peserta yang lain. 5) Para peserta diskusi turut memberikan saham, turut mempertimbangkan gagasan yang berbeda-beda dan turut merumuskan persetujuan bersama tanpa emosi untuk menang sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa diskusi mempunyai manfaat yang besar untuk meningkatkan kemampuan berbicara khususnya pada siswa Bentuk-bentuk Diskusi Penerapan, Fransisca RS >>> 100 Bentuk diskusi menurut Hendrikus (2009: 97-99) dibagi berdasarkan tujuan, isi, dan para peserta, antara lain: (1) diskusi fak, (2) diskusi podium, (3) forum diskusi, dan (4) diskusi kasualis. Sejalan dengan itu, Tarigan (2008: 24-25) membagi diskusi kelompok menjadi beberapa cabang. 1) Kelompok yang tidak resmi: a) kelompok studi (the study groups), b) kelompok pembentuk kebijaksanaan (the policy-making group), c) komite (the committee).

13 2) Kelompok yang resmi: a) konferensi, b) diskusi panel, c) simposium. Sementara menurut Dipodjojo (1984: 64) mengemukakan beberapa bentuk diskusi kelompok, antara lain : (1) panitia, (2) konferensi, (3) bundar, (4) panel, (5) panel forum, (6) symposium, (7) buzz group/philips 66, (8) seminar, (9) colloquium, (10) brainstorming. Bentuk diskusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk diskusi kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar (kelas). Hal itu sesuai dengan definisi yang disampaikan Tarigan (2009: 96) bahwa diskusi berarti tukar menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil dan kelompok besar. Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi kelas menjadi beberapa Penerapan, Fransisca RS >>> 101 kelompok kecil sesuai jumlah siswa. Setelah diadakan diskusi kelompok kecil kemudian diteruskan dengan diskusi kelompok besar (diskusi kelas) Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Diskusi Dipodjojo (1984: 67) membagi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berdiskusi adalah sikap tiap anggota dan persiapan. Pertama, setiap peserta atau anggota hendaknya mempunyai sikap kerja sama dan menyadari bahwa dirinya merupakan anggota dari kelompok. Kemudian, dalam kerja sama itu, ada keinginan mendapatkan suatu hasil yang dapat diterima oleh para peserta atau paling tidak sebagian besar peserta diskusi. Kedua, persiapan yang matang menentukan keberhasilan diskusi. Dipodjojo (1984: 57) membagi beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam diskusi sebagai berikut. 1) Pemilihan masalah yang akan dipakai sebagai pokok diskusi.

14 2) Penentuan tujuan apa yang akan dicapai. 3) Memilih dan menentukan siapa-siapa yang akan diminta mengambil bagian dari diskusi. 4) Penjajakan masalah. 5) Menentukan beberapa lama waktu yang diperlukan atau yang tersedia untuk diskusi tersebut. Penerapan, Fransisca RS >>> 102 6) Menentukan tata tertib dan jalannya diskusi. 7) Menentukan kebutuhan fisik dan pengaturannya. 8) Staf administrasi yang behubungan dengan kelancaran dan keberhasilan diskusi Hambatan dan Penanggulangannya 1) Hambatan Hambatan-hambatan yang sering dijumpai dalam diskusi kelompok menurut Salisbury dalam Tarigan (2008: 53) adalah: a) kegagalan memahami masalah, b) kegagalan karena tetap bertahan terhadap masalah, c) salah paham terhadap maknamakna setiap kata orang lain, d) kegagalan membedakan antara fakta-fakta yang dingin dan pendapat-pendapat yang panas", e) perselisihan pendapat yang meruncing tanpa adanya keinginan untuk berkompromi, f) hilangnyakesabaran dalam kemarahan yang tidak tanggung-tanggung, g) kebingungan menghadapi suatu perbedaan pendapat dengan suatu serangan terhadap pribadi seseorang, h) mempergunakan waktu untuk membantah sebagai pengganti mengajukan pertanyaanpertanyaan, i) mempergunakan kata-kata yang bernoda (stigma words) menumpulkan pikiran. 2) Penanggulangannya Solusi untuk menghadapi hambatan-hambatan dalam diskusi kelompok dinyatakan oleh Auer dan Ewbank dalam Tarigan (2008: 54) adalah : a) menarik atau mengarahkan perhatian kepada suatu butir yang belum terpikirkan, Penerapan, Fransisca RS >>> 103

15 b) menanyakan kekuatan sesuatu argumen, c) kembali lagi kepada sebab-musabab, d) menanyakan sumber-sumber informasi atau argumen, e) menyarankan agar diskusi tidak menyimpang dari masalah, f) menyadarkan bahwa belum ada informasi baru yang ditambahkan, g) menarik perhatian kepada kesukaran atau kerumitan masalah, h) mendaftarkan langkah-langkah persetujuan (atau perselisihan), i) memberi kesan bahwa kelompok belum siap mengambil tindakan, j) memberi kesan bahwa tidak ada keuntungan diperoleh dari penundaan yangberlarut-larut, k) menyarankan kepribadian-kepribadian atau tokoh-tokoh yang harus dihindari, l) memberi kesan bahwa ada beberapa orang yang berbicara terlalu banyak, m) menyarankan betapa besarnya nilai suatu kompromi, n) memberi kesan bahwa kelompok itu mungkin/seolah-olah telah dirugikan. 2.3 Debat Contest Sebagai Salah Satu Metode untuk Menstimulasi Diskusi Kelas Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung afirmatif, dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif. Perdebatan terjadi akibat adanya Penerapan, Fransisca RS >>> 104 perbedaan pendapat yang muncul akibat adanya dorongan untuk bebas berpendapat. Beda pendapat adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari oleh setiap individu. Pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktik persengkataan atau kontroversi. Menurut Hendrikus (2009: 120), debat pada hakikatnya merupakan saling adu argumentasi antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan untuk suatu pihak. Ketika berdebat setiap pribadi atau kelompok mencoba untuk saling menjatuhkan agar pihaknya berada pada posisi yang benar. Menurut Hendrikus (2009: 121) ada dua bentuk debat.

16 Bentuk debat yang pertama, yaitu debat Inggris. Dalam debat ini ada dua kelompok yang berhadapan yaitu kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum dimulai perdebatan ditentukan terlebih dahulu dua pembicara dari setiap kelompok. Debat dimulai dengan memberi kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok untuk merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti. Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama, tetapi tidak boleh mengulangi pikiran yang sudah disampaikan. Selanjutnya para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara sesuai urutan pada para pembicara pertama. Bentuk debat kedua, yaitu debat Amerika. Dalam debat ini terdapat dua regu yang berhadapan, tetapi masing-masing regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara teliti dan penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok debat ini adalah orangorang yang terlatih dalam seni berbicara. Mereka berdebat di depan sekelompok juri dan Penerapan, Fransisca RS >>> 105 publikum. Namun, dalam penelitian ini perdebatan digunakan sebagai metode untuk menstimulasi diskusi kelas. Metode debat contes ini hampir mirip dengan bentuk debat Inggris karena kelas dibagi menjadi kelompok pro dan kelompok kontra yang nantinya setiap kelompok harus ditunjuk satu juru pembicara dalam mengemukakan argumen tiaptiap kelompok Debat Contest Metode debat contes ini pertama kali diperkenalkan oleh Melvin L. Silbermen yang merupakan seorang Guru Besar Kajian Psikologi Pendidikan di Temple University. Metode debat aktif ini merupakan salah satu metode yang diciptakanoleh Melvin L. Silberman dalam pembelajaran aktif (active learning). Metode ini digunakan untuk menstimulasi diskusi kelas. Melalui metode ini setiap siswa didorong untuk mengemukakan pendapatnya melalui suatu perdebatan antar

17 kelompok diskusi yang disatukan dalam sebuah diskusi kelas. Sebuah metode bisa menjadi metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka sendiri. Ini merupakan metode untuk melakukan suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam kelas tidak hanya mereka yang berdebat Prosedur Metode Debat Contest Prosedur dalam metode contes adalah sebagai berikut : 1. Susunlah sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu controversial yang terkait dengan mata pelajaran. 2. Bagilah kelas menjadi dua tim debat. Tugaskan (secara acak) posisi pro kepada satu kelompok dan posisi kontra kepada kelompok yang lain. 3. Selanjutnya, buatlah dua hingga empat subkelompok dalam masing-masing tim debat. Anda dapat membuat dua subkelompok pro, dua subkelompok kontra yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan tiap subkelompok untuk menyusun argumen bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar argumen yang mungkin akan mereka diskusikan dan pilih. Pada akhir dari diskusi mereka, perintahkan subkelompok untuk memilih juru bicara. 4. Tempatkan dua hingga empat kursi (tergantung jumlah dari subkelompok yang dibuat untuk tiap pihak) bagi para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra dan netral. Posisikan siswa yang lain di belakan tim debat mereka. Mulailah debat dengan meminta para juru bicara mengemukakanpendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai argumen Penerapan, pembuka Fransisca RS >>> 107

18 5. Setelah semua siswa mendengarkan argumen pembuka, hentikan debat dan suruh mereka kembali ke subkelompok awal mereka. Perintahkan subsubkelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengomentari argumen pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiapsubkelompok memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan orang baru. 6. Kembali ke debat. Perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadaphadapan, untuk memberikan argumen tandingan Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua pihak), anjurkan siswalain untuk memberikan catatan yang memuat argumen tandingan atau bantahan kepada pendapat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk member tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh tim perwakilan tim debat mereka. 7. Ketika dirasakan sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut. Tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan siswa untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan tentang debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan oleh siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argumen terbaik yang dikemukakan oleh kedua pihak. Penerapan, Fransisca RS >>> Hipotesa Tindakan Sesuai dengan rumusan masalah dan landasan teori yang diacu, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut Ketrampilan Berbicara Melalui Strategi Debat Contest Pada Siswa Kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya ada peningkatan.

19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) istilah dalam bahasa Inggris adalah classroom action research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto,2009: 31) Terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK, yakni sebagai berikut: 1. PTK merupakan penelitian yang mengikut sertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. 2. Kegiatan Refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori ) yang mantap dan valid guna Penerapan, Fransisca RS >>> 109 melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi. 3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran). PTK merupakan penelitian praktis dalam bidang pendidikan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki permasalahan yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar. PTK bersifat situasional sebab masalah yang timbul merupakan masalah yang dihadapi guru di kelas dalam proses belajar mengajar. PTK berangkat dari keprihatinan guru terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak didiknya secara klasikal, atau permasalahan secara umum pada suatu kelas. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat Tahapaan yang lazim dilalui, Yaitu:

20 1. Perencanaan ( Planning ). 2. Pelaksanaan/Tindakan ( acting ). 3. Pengamatan ( observing ). 4. Refleksi ( reflecting ) Jenis dan Prosedur Penelitian Penerapan, Fransisca RS >>> Siklus I= 23 Nopember 2013 Prosedur pada siklus I berupa perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam menggunakan strategi Debat Contes dalam peningkatan keterampilan berbicara pada siswa kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif, antara lain sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan ini dilakukan sebagai upaya memecahkan segala permasalahan yang ditemukan pada refleksi awal dan segala sesuatu yang perlu dilakukan pada tahap tindakan. Dengan adanya perencanaan, tindakan pembelajaran yang akan dilakukan akan lebih terarah dan sistematis. Peneliti berkolaborasi dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia sekolah yang bersangkutan. Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam penelitian ini, selain menyusun silabus juga dilibatkan sebagai observer dan penilai. Observer bekerja sama dengan peneliti mengamati proses pembelajaran peningkatan keterampilan berbicara yang dilakukan siswa.

21 b. Tindakan Penerapan, Fransisca RS >>> 111 Tindakan merupakan prosees pembelajaran yang disesuaikan dengan perencanaan pembelajaran yang matang. Guru mengembangkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat komponen: nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator alokasi waktu), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan pedoman penilaian. c. Observasi Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia melakukan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pada tahap ini, peneliti melibatkan kolaborator untuk mengamati pelaksanaan tindakan. d. Refleksi Peneliti menganalisis data hasil tes awal untuk mengetahui efektifitas penggunaan strategi Debat Contest. Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi berdasar hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan metode Debat Contest dinilai belum memberikan hasil yang signifikan, kolaborator memberikan masukan dan bersama-sama dengan melakukan langkah-langkah perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Penerapan, Fransisca RS >>> Siklus II= 25 Nopember 2013 a) Perencanaan

22 Penelti melakukan replanning untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil refleksi bersama kolaborator. b) Tindakan Peneliti melakukan tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana c) Observasi Penelti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. d) Refleksi Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode Debat Contest adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan Metode Debat Contest dinilai sudah memberikan hasil yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan, penelitian dinyatakan selesai dan tinggal melakukan tindakan pemantapan kepada siswa (subyek penelitian). Namun jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, Penerapan, Fransisca RS >>> 113 peneliti kembali malakukan refleksi bersama kolaborator untuk merencanakan tindakan perbaikan (replanning) yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang layak diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik tes dan nontes sebagai berikut:

23 a) Teknik Tes Teknik tes ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu bentuk tes yang digunakan adalah praktik keterampilan berbicara dalam kelompok. Sedangkan aspek-aspek yang dinilai adalah kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. b) Teknik Nontes Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas siswa pada saat proses peningkatan keterampilan berlangsung, yaitu sejak pelajaran dimulai sampai akhir pelajaran. Pengamatan ditekankan pada Penerapan, Fransisca RS >>> 114 saat: siswa mendapat kesempatan untuk bertanya, siswa melakukan kegiatan menyampaikan informasi yang telah disampaikan, dan sebagainya. b. Dokumentasi Teknik pengumpulan data yang selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda, majalah, prasasti, notulen rapat, leger dan lain-lain. Metode ini penulis gunakan dalam mencari data tentang struktur organisasi lembaga, keadaan lembaga, keadaan siswa, kegiatan belajar siswa, keadaan guru dan lain-lain. c. Jurnal Pada awal pembelajaran, siswa telah diberitahukan bahwa akan ada pengisian jurnal siswa, sehingga siswa akan lebih siap mengisi lembar

24 jurnal berdasarkan proses pembelajaran yang berlangsung. Jurnal kegiatan siswa diisi pada akhir pertemuan. Jurnal tersebut berfungsi sebagai refleksi diri atas segala hal yang dirasakan siswa selama proses pembelajaran. Jurnal yang telah diisi oleh siswa dikumpulkan saat itu juga. Jurnal guru juga merupakan refleksi dari pembelajaran pada hari itu. Jurnal guru diisi oelh guru mata pelajaran saat penelitian, yaitu peneliti sendiri. d. Wawancara Teknik wawancara dilakukan diluar jam pelajaran yaitu pada saat istirahat, disela-sela pelajaran atau sepulang sekolah. Wawancara dilakukan kepada 6 siswa, yaitu 2 siswa yang nilai tesnya baik, 2 siswa yang hasil tesnya sedang dan 2 siswa yang hasil tesnya kurang. Siswa yang dimaksud dipanggil secara khusus dan diberi pertanyaan. Disamping itu, pewawancara juga melakukan pencatatan. 2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada empat yaitu observasi, dokumentasi, jurnal dan wawancara. a. Observasi (Pengamatan) Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati proses pendekatan kontekstual dalam peningkatan keterampilan berbicara yang sedang berlangsung berdasarkan pedoman pengamatan. Pedoman pengamatan berisi aspek yang diamati selam proses-proses pendekatan kontekstual dalam peningkatan keterampilan berbicara, yaitu meliputi: 1) Kerjasama siswa dalam pendekatan kontekstual dalam peningkatan keterampilan berbicara; Penerapan, Fransisca RS >>> 116

25 2) Antusias siswa selama proses-proses pendekatan kontekstual dalam peningkatan keterampilan berbicara; 3) Antusias siswa mengajukan pertanyaan kepada narasumber berdasarkan proses pendekatan kontekstual dan peningkatan keterampilan berbicara yang disajikan; 4) Keaktifan siswa dalam menyampaikan informasi; 5) Kesediaan siswa berkomentar terhadap proses keterampilan berbicara kepada temannya; 6) Kekritisan siswa dalam mengajukan pertanyaan; 7) Keseriusan siswa ketika menerima informasi dari temannya; dan 8) Keberanian dan ketekunan siswa dalam menyampaikan informasi dan mengajukan pertanyaan. b. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencatatan hasil dari proses peningkatan keterampilan berbicara difokuskan pada saat-saat tertentu, yaitu: siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa berlatih berbicara, siswa mengajukan pertanyaan untuk menerima penjelasan dari narasumber, siswa menyampaikan informasi dalam kelompok, siswa memberi komentar, siswa bekerja sama dalam kelompok, jawaban dicocokkan bersama narasumber, dan sebagainya. Penerapan, Fransisca RS >>> 117 c. Jurnal jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu, jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal diisi pada akhir pembelajaran. Jurnal guru berisi 5 aspek pertanyaan yaitu:

26 1) Bagaimanakah respon dan tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan; 2) Bagaimanakah respon dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran?; 3) Bagaimanakah tingkah laku siswa selama kegiatanmenyampaikan informasi berlangsung?; 4) Fenomena-fenomena apakah yang muncul dikelas pada saat informasi berlangsung?; 5) Lain-lain! Jurnal siswa yang harus diisi oleh siswa meliputi 5 pertanyaan. Pertanyaanpertanyaan tersebut adalah: 1) Kesulitan-kesulitan apakah yang masih kamu hadapi dalam menyampaikan informasi; 2) Bagaimanakah perasaan kamu selama mengikuti pembelajaran menyampaikan informasi! 3) Bagaimanakah tanggapan kamu mengenai teknik keterampilan berbicara; Penerapan, Fransisca RS >>> 118 4) Bagaimanakah tanggapan kamu tentang pembelajaran keterampilan berbicara?; dan 5) Saran apakah yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran keterampilan berbicara? d. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan responden melalui tanya jawab. Peneliti telah menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Dalam wawancara ini, peneliti mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan. Wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi hanya kepada siswa yang nilainya tinggi, sedang dan rendah

27 dalam metode Debat Contest dan peningkatan keterampilan berbicara. Adapun pertanyaan yang diungkapkan melalui wawancara adalah: 1) Bagaimanakah pendapat kamu tentang pembelajaran keterampilan berbicara yang telah diberikan oleh guru selama ini?; 2) Mengapa kamu kesulitan dalam berbicara?; 3) Apakah kamu senang dengan pembelajaran Keterampilan berbicara?; 4) Kesulitan apakah yang kamu hadapi selama mengikuti Keterampilan Berrbicara?; Penerapan, Fransisca RS >>> 119 5) Bagaimanakah pendapat kamu tentang pembelajaran Keterampilan Berbicara?; 6) Dapatkah kamu menerimanya dengan baik?; 7) Apakah kesulitan berbicara yang kamu alami dapat teratasi melalui pembelajaran ini?; 8) Menurut kamu apakah yang harus diperbaiki dari pembelajaran Keterampilan Berbicara ini?; 9) Menurut kamu apakah kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran ini; dan 10) Bagaimana saran kamu terhadap pembelajaran berbicara selanjutnya? 3.4. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses strategi Debat Contes dalam penigkatan keterampilan berbicara adalah secara kualitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil tindakan pada setiap siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui presentase peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan. Penerapan, Fransisca RS >>> 120

28 Setiap siklus dideskripsikan jumlah skor yang diperoleh semua siswa, daya serap dan rata-rata skor untuk aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran) dan kontak mata. Selain itu juga dideskripsikan jumlah skor, jumlah nilai, rata-rata nilai dan tingkat daya serap dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus. Mencari rata-rata siswa = M = M Σ N = Mean atau rata-rata = Jumlah = Jumlah Siswa 3.5. Indikator Keberhasilan Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi, dilakukan analisis data yang diperoleh dari hasil keterampilan berbicara pada siswa kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya. Data tersebut dibandingkan dengan indikator keberhasilan penggunaan metode Debat Contest, yaitu 75% (30 Siswa) kelas XII IPS SMA Sejahtera Surabaya terampil berbicara berdasarkan aspek keterampilan berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran) dan kontak mata. Bersama kolaborator, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis data. Jika hasil analisis data belum menunjukkan refleksi terhadap hasil yang signifikan, dilakukan refleksi untuk memperbaiki langkah-langkah yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi dan Kegiatan Siswa Penerapan, Fransisca RS >>> 121

29 SMA Sejahtera Surabaya pendidikan dan mencetak SDM yang berkualitas di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Semua itu tidak lepas dari peran serta seluruh warga sekolah, orang tua murid dan warga sekitarnya. SMA Sejahtera Surabaya berada di Jl. Simomulyo I/3 Surabaya. Adapun alasan peneliti memilih lokasi SMA Sejahtera Surabaya dengan pertimbangan karena kegiatan PPL dilaksanakan di sekolah tersebut dan memungkinkan peneliti untuk ikut mengembangkan kualitas pendidikan di SMA Sejahtera Surabaya Hasil Penelitian (Uraian persiklus) Tahap-tahap yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan terinci sebagai berikut. Siklus I = 23 Nopember Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Penerapan, Fransisca RS >>> 122 Pada tahap persiapan tindakan, peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP, instrumen, sumber belajar, dan media belajar yang digunakan untuk mendukung efektifitas pelaksanaan tindakan. 1) Pelaksanaan Tindakan Pada setiap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar, tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus dengan yang tersusun dalam RPP antara lain sebagai berikut: 2) Tindakan Awal

30 a. Apresepsi: peneliti mengaitkan materi pembelajaran tentang dengan pengalaman siswa b. Motivasi: penelitian memberikan motivasi kepada siswa agar gemar menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain 3) Tindakan Inti a. Siswa menyimak contoh cerita pengalaman yang mengesankan yang disampaikan oleh peneliti b. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru dan teman sekelas untuk menentukan langkah-langkah menceritakan pengalaman mengesankan berdasarkan contoh cerita yang disimak Penerapan, Fransisca RS >>> 123 c. Siswa memilih dan mencatat pengalaman-pengalaman yang ingin diceritakan d. Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan e. Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur f. Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai penutur berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan g. Siswa bertindak melalui wujud tindakan verbal berdasarkan hal-hal yang telah dicatat sebelumnya h. Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk memperjelas tindakan verbal yang dilakukan 4) Tindakan Akhir a. Siswa bersama peneliti meyimpulkan cara menceritakan pengalaman mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif

31 b. Siswa bersama peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kesan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan strategi Debat Contest 5) Pelaksanaan Pengamatan Ketika peneliti melaksanakan tindakan, anggota peneliti sebagai kolaborator melakukan pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh kolaborator dalam lembar observasi, diantaranya: a. Respon siswa b. Perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran c. Keterampilan guru dalam proses pembelajaran d. Kesesuaian antara rencana dengan implementasi tindakan 6) Analisis Pada tahap ini, peneliti peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif. Unsur-unsur yang dianalisis, yaitu kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata, keefektifan kalimat, kelogisan penalaran dan kemampuan menjalin kontak mata. Berdasarkan hasil analisis data akan diketahui unsur-unsur mana saja yang masih menjadi hambatan siswa dalam menceritakan pengalamannya yang mengesankan. 2. Deskripsi hasil Angket / Kuisioner Siswa Penerapan, Fransisca RS >>> 125 1) Deskripsi Hasil Belajar Siswa

32 Berikut Contoh Hasil Belajar Siswa : aku punya teman bernama muklis dan rudi. mereka tinggal didaerah pegunungan dan mereka mempunyai kebun yang luas. Di kebun mereka banyak tanaman buahbuahan, seperti buah kelapa, buah anggur dan buah semangka. pada waktu liburan yang lalu aku berkunjung kerumah mereka. aku senang sekali bisa main kerumah mereka. sebelum kerumah rudi aku kerumah muklis dulu, karena rumah muklis dan rumah rudi jaraknya agak jauh dan sesampai dirumah muklis sudah jam 05 sore, maka aku putuskan untuk menginap dirumah muklis. teman-teman yang kusayangi, setelah aku bertemu ayah dan ibu muklis. akhirnya kami saling ngobrol kesana kemari yang intinya menceritakan pengalaman masingmasing. namun ditengah-tengah obrolan kami ayah muklis berkata maaf nak disini banyak jingklongnya maklum hidup dipedesaan. aku terkejut campur bingung sambil bertanya dalam hati apa itu jingklong? teman-teman yang tercinta menjelang tidur muklis kuhampiri untuk bertanya tentang jingklong yang membuatku sangat penasaran Muklis apa jingklong itu? muklis sebelum menjawab dia tertawa terbahak-bahak seakan mengejekku. lalu ia menjawab jingklong itu nyamuk teman.!!! aku hanya bisa jawab ooo. baru tau kali ini ya kalu jingklong itu nyamuk. teman-teman yang tersayang, pagi itu ketika aku bangun tidur, aku dan muklis hendak pergi kerumah rudi, karena jalan dipinggir sungai yang banyak batu-batu yang besar-besar, disitu banyak kutemui orang-orang yang bekerja mecah-mecah batu untuk dijadikan batu kecil-kecil. teman-teman yang aku sayangi, ditengah perjalanan aku bertemu dengan pamannya Muklis yang bekerja mencari batu-batu seperti yang banyk kutemui disepanjang jalan tadi, lalu aku bertanya pada paman Muklis : buat apa batu-batu itu ko dijadikan kecil-kecil pak? paman muklis menjawab dengan santainya: ooo selo itu di buat koral atau bahan untuk mengecor yang nantinya akan dijual pada agen terdekat. Penerapan, Fransisca RS >>> 126 teman-teman yang kusayangi, lagi-lagi aku dibuat bingung karena bahasa yang tidak aku mengerti, daripada aku penasaran maka aku langsung tanyakan kepada paman muklis selo itu apa pak?. spontan muklis dan pamannya tertawa sambil menjawab : selo itu batu-batu itu lho mas..!!! teman-teman yang tersayang, itulah pengalamanku yang mengesankan. namun sekaligus menambah wawasan dan pengetahuanku, sehingga aku mengetahui bahwa kalau jingklong itu berarti nyamuk dan kalau selo adalah batu. TRI IDA KUSNIA Dari siklus I banyak siswa yang menggunakan huruf kecil pada awal kalimat dan nama orang. 2) Refleksi terhadap pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran

KEEFEKTIFAN METODE DEBAT AKTIF DALAM PEMBELAJARAN DISKUSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN SKRIPSI

KEEFEKTIFAN METODE DEBAT AKTIF DALAM PEMBELAJARAN DISKUSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN SKRIPSI i KEEFEKTIFAN METODE DEBAT AKTIF DALAM PEMBELAJARAN DISKUSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Tarigan. bahasa tertentu sebagai alat komunikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Tarigan. bahasa tertentu sebagai alat komunikasinya. 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendiri dalam arti luas. Manusia memerlukan bantuan orang lain. Itulah sebabnya, manusia senantiasa hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Debat

Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Debat Jurnal Pesona, Volume 3 No. 2, (2017), 224-232 ISSN Cetak : 2356-2080 ISSN Online : 2356-2072 DOI: https://doi.org/ 10.26638/jp.450.2080 Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode delivery from memory ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi sosial. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan pembicara dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom. Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10 Menurut pendapat

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Desi Susanti 1, Pebriyenni 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 43 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sebagai upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat dalam penelitian ini, peneliti telah menentukan dan merancang desain penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research. BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan sebuah metode penelitian yang dilakukan di dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki 31 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Masalah yang telah diuraikan sebelumnya dipecahkan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Melalui metode ini,

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa ahli

BAB II KAJIAN TEORI. memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa ahli BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK DEBAT PADA SISWA KELAS XI SMA IBU KARTINI SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK DEBAT PADA SISWA KELAS XI SMA IBU KARTINI SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011 1 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK DEBAT PADA SISWA KELAS XI SMA IBU KARTINI SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011 1 Oleh: Suyoto 2, Larasati 3, dan Siswanto PHM 4 Abstrak Kemampuan berbicara

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN DALAM KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V. Wahyu Widyatrini PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

METODE BERMAIN PERAN DALAM KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V. Wahyu Widyatrini PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya METODE BERMAIN PERAN DALAM KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V Wahyu Widyatrini PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (ww_3ni@gmail.com) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di BAB III PROSEDUR TINDAKAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di sekolah inilah penulis mengajar sejak tahun 1986 sekarang, di Jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

Bab II Pengembangan Area Emosional

Bab II Pengembangan Area Emosional Bab II Pengembangan Area Emosional Kompetensi Akhir 1. Mampu menentukan sikap dan gaya hidup serta merencanakan masa depan dan pekerjaannya. Kompetensi Dasar 1. Mampu berkomunikasi dengan orang tua dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa manusia tidak mungkin dapat berinteraksi,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW inamika Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR ERITA PENEK MELALUI METOE JIGSAW S Negeri Kasimpar Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan siswa serta merupakan penunjang keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

BAB 3 METODE PENELITIAN. SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Terdapat persoalan yang dihadapi guru Bahasa Indonesia kelas X-C SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI POKOK NORMA DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DEBAT DI KELAS VII-B SMP NEGERI 3 SATU

Lebih terperinci

Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIDATO MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS IX-C SMP NEGERI 1 SINGOSARI KABUPATEN MALANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan (action research) dan bersifat kolaboratif, yaitu peneliti bersama guru bahasa Indonesia serta guru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH.

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH. TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng. bambangsulistyo@yahoo.com PENDAHULUAN Kata moral atau moralitas sering digunakan secara sinonim dengan kata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason & 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur berdasarkan prosedur tertentu. Bahasa merupakan sarana berpikir. Manusia dapat berpikir

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Metode adalah cara sistematis yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1 PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN Cerianing Putri Pratiwi 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek 144 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 PEMANFAATAN SURAT KABAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SDN 1 TASIKMADU KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah Pada bab ini akan dipaparkan tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bersama guru pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris biasa disebut dengan Classroom

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA Lutfah Aminah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel: lutfahaminah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting dan Waktu Penelitian Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung, Jalan Semar No. 5 Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan III. PROSEDUR PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Di era informasi sekarang ini kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Kegiatan pratindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal objek penelitian sebelum diberi tindakan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan

Lebih terperinci

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan akan terjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA.

MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA. MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA Aditya Permana STKIP Siliwangi, permanaadit@ymail.com Abstrak Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia Sesuai dengan fungsinya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan adalah meningkatkan empat aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra, dengan tujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik kelas IV SDN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dalam Bahasa Inggris diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA Dra. Isnaeni Praptanti, M.Pd., dan Drs. Karma Iswasta

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D terdapat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Awal Untuk memperoleh data awal sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan orientasi dan observasi terhadap guru kelas mengenai proses

Lebih terperinci

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung 100 Sulastri, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI DISKUSI DAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS V SDN 02 SEMBON KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan . Sesi Kedua Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan Handout Akatiftas 1 : MENDENGARKAN dan BERBICARA: SANDIWARA (1 jam) Topik Yang Mungkin: Bercerita tentang pengalaman memancing yang paling berkesan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS X3 SMAN 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: Hardani Endarwati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. No. 2 Januari-Juni 2017 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS Siti Halimah Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2012: 41), Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Arikunto, dkk (2012). PTK dalam bahasa Inggris disebut sebagai

Lebih terperinci