Nola Mustika Sari. Universitas Andalas. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nola Mustika Sari. Universitas Andalas. Abstrak"

Transkripsi

1 REDUNDANSI DALAM HARIAN UMUM SINGGALANG Nola Mustika Sari , Jl.Pisang No. 52 Universitas Andalas Abstrak Makalah ini membahas tentang penggunaan redundansi yang terdapat dalam harian umum Singgalang. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kata-kata mubazir yang terdapat dalam harian umum tersebut. Kata-kata ini jika dihilangkan tidak akan mengubah informasi yang disampaikan. Masalah yang dibahas ialah pada satuan lingual apa sajakah terdapat redundansi dalam harian umum Singgalang. Berdasarkan analisis data, redundansi yang terdapat dalam harian umum Singgalang berupa kata, frasa,kalusa dan kalimat. Redundansi terjadi karena dilanggarnya kriteria kehematan yang merupakan salah satu ciri kalimat efektif. Kriteria itu adalah, terjadinya pengulangan subjek, penggunaan superordinat pada hiponim kata, penggunaan kata yang bersinonim secara bersamaan, dan terjadinya pengulangan bentuk jamak serta saling (resiprokal). Kata kunci: Redundansi, satuan lingual (kata, frasa, klausa kalimat) 1. PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat menentukan sampainya informasi kepada masyarakat (pembaca, pendengar, penonton) secara jelas. Informasi dapat diperoleh salah satunya melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) membutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat. Hal ini bertujuan agar berita tersebut mudah dimengerti dan dipahami pembacanya. Prinsip singkat (hemat/ringkas) berarti kalimat-kalimat yang digunakan tidak bertele-tele, kata-kata yang digunakan tepat secara semantik dan gramatikal (Chaer, 2010: 2). Prinsip singkat (hemat/ringkas) dapat diterapkan dengan menghindari penggunaan unsur-unsur yang sebanarnya tidak diperlukan atau mubazir. Unsur mubazir 1

2 yang dimaksud di sini adalah kata yang kehadirannya tidak terlalu diperlukan sehingga jika dihilangkan tidak mengganggu informasi yang disampaikan. Unsur yang tidak diperlukan tersebut disebut redundansi. 2. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Salah satu media untuk memperoleh informasi adalah surat kabar. Agar gagasan atau pikiran penulis sampai pada pembaca atau timbul kembali seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis, kalimat yang digunakan haruslah kalimat efektif. Salah satu ciri kalimat efektif adalah kehematan. Untuk menghindari redundansi, prinsip kehematan ini sangat tepat digunakan. Kehematan memiliki beberapa kriteria, yaitu: menghilangkan pengulangan subjek, menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata, menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat, dan tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak (Tasai, 2000: 94-95). 2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, permasalahan yang akan dibahas ialah pada satuan lingual apa sajakah terdapat redundansi bahasa dalam harian umum Singgalang? 2.2 Metodologi Metode dan teknik merupakan dua konsep yang berbeda, tetapi berhubungan langsung satu sama lain. Metode dan teknik disesuaikan menurut langkah kerjanya. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993: 9). Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan teknik yang dikemukakan oleh Sudaryanto. Metode dan teknik dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyediaan hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data, metode yang digunakan ialah metode simak yaitu menyimak penggunakan bahasa yang terdapat dalam harian umum Singgalang. Dalam metode simak ini digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya ialah teknik sadap. Teknik lanjutannya ialah teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC) 2

3 dan teknik catat. Pada tahap analisis data, metode yang digunakan ialah metode padan dan metode agih. Metode padan yang digunakan ialah metode padan referensial. Metode padan memiliki dua teknik yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya ialah teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) dan teknik lanjutannya ialah teknik Hubung Banding Membedakan (HBB). Untuk metode agih, teknik dasar yang digunakan ialah Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik lanjutannya ialah teknik lesap. Pada tahap penyajian hasil analisis data, digunakan metode penyajian informal. 2.3 Kerangka Teori Menurut Verhaar (1995: 138) redundansi merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan bahwa salah satu konstituen dalam kalimat tidak perlu bila dipandang dari segi semantik. Redundansi sering diartikan sebagai berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran (Chaer, 2002:105). Umpamanya kalimat Kemaren presiden telah meresmikan usaha peternakan lebah itu di Bogor. Maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Kemaren presiden meresmikan peternakan lebah itu di Bogor. Kata telah adalah kata untuk menyatakan suatau kejadian atau perbuatan yang sudah terjadi atau berlangsung. Kata kemaren juga berarti suatu kejadian atau perbuatan yang telah berlalu. Kata telah pada kalimat di atas dapat dihilangkan dan dianggap sebagai redundansi, karena waktunya telah diketahui, yaitu kemaren. Manaf (2008: ) menyatakan redundansi adalah penggunaan lebih dari satu satuan bahasa untuk mengungkapkan satu makna tertentu yang sebenarnya dapat diungkapkan dengan satu bentuk saja. Menghindari redundansi dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu prinsip jurnalistik yang sekaligus merupakan salah satu ciri-ciri kalimat efektif yaitu hemat (economy). Kehematan adalah hemat mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu (Tasai, 2000: 94). Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Selanjutnya Tasai (2000: 94) menjelaskan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu: 3

4 1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. 2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. 3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindari kesinoniman dalam satu kalimat. 4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. 2.4 Satuan Lingual Satuan lingual adalah satuan kebahasaan yang mengandung makna, baik makna literal maupun makna gramatikal (Ramlan, 1984: 41). Satuan-satuan tersebut terdiri dari morf, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Untuk menjelaskan satuan lingual ini, dirujuk pendapat Chaer (1994) mengenai pengertian kata, frase, klausa dan kalimat. Berikut dijelaskan satu per satu Kata Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti (Chaer, 1994: 162) Frase Chaer (1994: 220) mendefenisikan frase sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non-predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat Klausa Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagi subjek, sebagai objek dan sebagai keterangan (Chaer, 1994: 231) Kalimat 4

5 Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 1994: 240). 3. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, belum ada penelitian tentang redundansi. Hal ini menyebabkan terbatasnya referensi yang dijadikan sebagai penunjang dalam penelitian ini. Namun, ada beberapa penelitian yang sama-sama menggunakan media cetak khususnya surat kabar sebagai sumber data, antara lain: 1. Jendri Mulyadi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unversitas Andalas, tahun Menulis skripsi yang berjudul Pleonasme dalam Surat Kabar Harian Padang Ekspres. 2. Fitra Elfisa, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Andalas, Skripsi tentang Gaya Bahasa Sindiran dalam Wacana Pojok pada Surat Kabar Kompas. 3. Dianti Febrina, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Andalas, Skripsi tentang Penggunaan Eufimisme dalam Surat Kabar Harian Pagi Padang Ekspres. 4. Syahrul Joni, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Andalas, Skripsi yang berjudul Perubahan Makna Bahasa pada Kolom Olahraga di Media Cetak. 5. Artikel yang ditemukan dalam oleh Polisi Eyd. Artikel berjudul hindari pemborosan kata ini membahas tentang pemborosan kata yang digunakan oleh beberapa media. 4. PEMBAHASAN 4.1 Redundansi berupa satuan lingual bahasa dalam harian umum Singgalang 5

6 Berdasarkan pengklasifikasian data, satuan lingual terdapatnya redundansi yang ditemukan dalam harian umum Singgalang berupa kata, frase, klausa dan kalimat. Berikut dijelaskan satu per satu Kata Redundansi berupa kata merupakan paling banyak ditemukan dalam harian umum Singgalang. Redundansi berupa kata terjadi karena kriteria kehematan yang dilanggar. Kriteria tersebut yakni : a. Penggunaan kata bersinonim secara bersamaan, contohnya: 1. Para tamu dan undangan juga disuguhi minuman tradisional Tanah Datar Kawa Daun untuk menghangatkan tubuh malam itu, ujarnya. (2 Desember 2011) Kata tamu dapat diartikan orang yang datang berkunjung ke tempat orang lain atau ke perjamuan (KBBI, 2008: 1390). Undangan mengandung makna hal (perbuatan, cara), orang yang diundang atau surat untuk mengundang (KBBI, 2008: 1527). Dengan demikian, dapat dilihat bahwa kata tamu dan undangan memiliki kesamaan makna atau bersinonim. Ditinjau dari data tersebut, kedua kata (tamu dan undangan) mengandung makna yang sama, yakni tentang orang yang diundang yang disuguhi minuman tradisional tanah datar yaitu kawa daun. Jika dua kata bersinonim dipakai secara bersamaan dalam sebuah kalimat, akan terjadi pengulangan makna dan kalimat menjadi tidak efektif. Hal inilah yang dipandang sebagai redundansi. Salah satu dari kata yang bersinonim tersebut dapat dihilangkan, tanpa mengurangi struktur informasi dari kalimat yang dibentuknya. Jadi, pada data di atas tamu dan undangan merupakan redundansi dari kata tamu atau undangan, artinya antara kata tamu dan undangan dapat digunakan salah satunya. Kata tamu dan undangan memiliki satu makna acuan, yakni orang yang diundang datang ke tempat orang lain atau ke acara perjamuan. Pembenarannya adalah sebagai berikut. 1a. Para tamu juga disuguhi minuman tradisional Tanah Datar Kawa Daun untuk menghangatkan tubuh malam itu, ujarnya. atau 6

7 1b. Para undangan juga disuguhi minuman tradisional Tanah Datar Kawa Daun untuk menghangatkan tubuh malam itu, ujarnya. 2. Sementara itu, Boy Yendra Tamin mengaku mendampingi ketiga tersangka ke LP Muaro Padang guna untuk melakukan prosedur hukum. (2 Desember 2011) Guna merupakan kata depan untuk menyatakan tujuan, untuk bagi (KBBI, 2008: 466). Selanjutnya dalam KBBI (2008: 1532) untuk berarti kata depan untuk menyatakan bagi, bagian, alasan tujuan atau maksud. Dari pengertian kedua kata tersebut, dapat dilihat adanya kesamaan makna. Kedua kata tersebut sama-sama merujuk pada tujuan. Jadi, penggunaan dua kata yang memiliki kesamaan makna (sinonim) pada data tersebut dianggap sebagai redundansi. Jika salah satu dari kata yang beesinonim tersebut dilesapkan, maka tidak akan mengurangi informasi yang hendak disampaikan. Agar kalimat pada data 2 efektif, maka dapat diubah menjadi kalimat berikut. 2a. Sementara itu, Boy Yendra Tamin mengaku mendampingi ketiga tersangka ke LP Muaro Padang untuk melakukan prosedur hukum. atau 2b. Sementara itu, Boy Yendra Tamin mengaku mendampingi ketiga tersangka ke LP Muaro Padang guna melakukan prosedur hukum. 3. Versi Asril, Indonesia gagal melahirkan tim yan hebat, lantaran tidak adanya pembinaan yang baik dari sejak usia dini. (2 Desember 2011) Sejak merupakan kata penghubung untuk menandai mulai dari (KBBI, 2008: 1241). Dari juga merupakan kata depan yang menyatakan sejak, mulai (KBBI, 2008: 295). Dari pengertian tersebut terlihat bahwa kata sejak dan dari bersinonim. Keduanya sama-sama merujuk pada penanda mulainya sesuatu. Penggunaan kata-kata tersebut secara bersamaan dapat menimbulkan redundansi. Hal ini bertolak dari pengertian redundansi yakni penggunaan lebih dari satu satuan bahasa untuk mengungkapkan satu makna tertentu yang sebenarnya dapat diungkapkan dengan satu bentuk saja. Kata dengan makna menandai mulainya sesuatu dapat diungkapkan dengan satu bentuk saja, yakni dari atau sejak. Dari sejak merupakan redundansi dari kata dari atau sejak. Berikut bentuk hematnya: 7

8 3a. Versi Asril, Indonesia gagal melahirkan tim yan hebat, lantaran tidak adanya pembinaan yang baik sejak usia dini. atau 3b. Versi Asril, Indonesia gagal melahirkan tim yan hebat, lantaran tidak adanya pembinaan yang baik dari usia dini. b. Penggunaan subjek secara berulang, contoh: 1. Dia hanya sebagai pertimbangan kedinasan, dia boleh dipakai, boleh digunakan, dan boleh dikesampingkan dan juga boleh dianggap tidak ada. (14 Desember) Berdasarkan konsep, bahwa terdapat kriteria kehematan demi keefektifan kalimat. Salah satunya adalah menghindarkan pengulangan subjek. Pada data 12 terdapat pengulangan subjek berupa kata dia. Kata dia yang digunakan dua kali, sebenarnya sudah cukup menejelaskan makna dengan hanya menggunakan satu kali saja. Selain itu, redundansi pada di atas juga terjadi karena pengulangan kata yang bersinonim, yakni boleh digunakan. Berikut pembenarannya: 1a. Dia hanya sebagai pertimbangan kedinasan, boleh dipakai, boleh dikesampingkan dan juga boleh dianggap tidak ada. c. Bentuk jamak dan saling (resiprokal) yang dinyatakan secara berulang, contoh: 1. Sementara minyak tanah, kalaupun ada, harganya tidak sesuai dengan harga yang ditentukan oleh pihak pertamina. Akibat kelangkaan minyak tanah, para ibu-ibu rumah tangga yang sering mempergunakan bahan bakar itu mengeluh. (2 Desember 2011) Kata para merupakan kata penyerta yang menyatakan pengacuan ke kelompok (jamak). Kemudian kata ibu-ibu juga berarti jamak, yakni menyatakan banyak ibu. Bentuk para ibu-ibu yang digunakan seperti pada kalimat di atas menandakan terjadinya pengulangan bentuk jamak. Jadi jika kedua kata tersebut digunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat akan menimbulkan redundansi. Redundansi pada data tersebutdapat dihilangkan dengan menggunakan salah satu dari bentuk (para ibu atau ibuibu) tersebut. Informasi dari kalimat di atas sudah terwakili dengan menggunakan salah satu kata (para ibu atau ibu-ibu). Kedua makna tersebut sama-sama mengandung makna jamak. 8

9 1a. Sementara minyak tanah, kalaupun ada, harganya tidak sesuai dengan harga yang ditentukan oleh pihak pertamina. Akibat kelangkaan minyak tanah, ibu-ibu rumah tangga yang sering mempergunakan bahan bakar itu mengeluh. atau 1b. Sementara minyak tanah, kalaupun ada, harganya tidak sesuai dengan harga yang ditentukan oleh pihak pertamina. Akibat kelangkaan minyak tanah, para ibu rumah tangga yang sering mempergunakan bahan bakar itu mengeluh. 2. Tanpa sadar atau memang sengaja, banyak calon-calon penguasa, caloncalon pemimpin atau minimal mereka yang merasa pantas untuk menjadi calon kemudian berubah menjadi manusia-manusia narsis (4 Desember 2011). Kata banyak merupakan kata yang menyatakan jamak. Banyak pasti lebih dari satu. Kata calon-calon yang merupakan kata ulang, berarti bahwa calon yang dmaksud tidak hanya satu, melainkan lebih dari satu (banyak). Artinya, penggunaan bentuk banyak calon-calon pada data di atas merupakan pengulangan bentuk jamak. Jika bentuk tersebut digunakan dalam sebuah kalimat, akan meinimbulkan redundansi. Kemudian, jika salah satu dilesapkan (banyak atau calon), informasi dari kalimat di atas tidak akan berubah. Kata banyak calon maknanya sama dengan calon-calon. 2a. Tanpa sadar atau memang sengaja, banyak calon penguaa, calon-calon pemimpin atau minimal mereka yang merasa pantas untuk menjadi calon kemudian berubah menjadi manusia-manusia narsis. atau 2b. Tanpa sadar atau memang sengaja, calon-calon penguaa, calon-calon pemimpin atau minimal mereka yang merasa pantas untuk menjadi calon kemudian berubah menjadi manusia-manusia narsis. 3. Kepala Kantor Kementrian Agama (Kamenag) Kab. Agam Drs. Yetrizal,, ketika memberikan sambutan menyebutkan, setiap tahun sejak jauh hari, minimal selama delapan bulan, para calon jemaah haji kab. Agam tidak hanya diberikan panduan tentang rukun dan syarat haji semata, melainkan juga berbagai cara maupun etika ketika berada di Negara orang serta manusia dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. (14 Desember 2011) Kata para merupakan kata penyerta yang menyatakan pengacuan ke kelompok (jamak). Sedangkan jemaah berarti kumpulan atau rombongan orang 9

10 beribadah, orang banyak, publik (KBBI, 2008: 576). Jadi jika kedua kata tersebut digunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat akan menimbulkan redundansi. Informasi dari kalimat di atas sudah terwakili dengan menggunakan salah satu kata (para atau jemaah). Berikut pembenarannya: 3a. Kepala Kantor Kementrian Agama (Kamenag) Kab. Agam Drs. Yetrizal,, ketika memberikan sambutan menyebutkan, setiap tahun sejak jauh hari, minimal selama delapan bulan, calon jemaah haji kab. Agam tidak hanya diberikan panduan tentang rukun dan syarat haji semata, melainkan juga berbagai cara maupun etika ketika berada di Negara orang serta manusia dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. atau 3b. Kepala Kantor Kementrian Agama (Kamenag) Kab. Agam Drs. Yetrizal, ketika memberikan sambutan menyebutkan, setiap tahun sejak jauh hari, minimal selama delapan bulan, para calon haji kab. Agam tidak hanya diberikan panduan tentang rukun dan syarat haji semata, melainkan juga berbagai cara maupun etika ketika berada di Negara orang serta manusia dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. d. Pemakaian superordinat pada hiponim kata, contoh: 1. Bagaimanapun gerak laju ekonomi sebuah kota, salah satunya ditentukan persaingan usaha yang sehat, kata Yaminurizal. (14 Desember 2011) Kata gerak dalam KBBI (2008: 443) peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali ataupun berkali-kali. Selanjutnya kata laju berarti cepat. Pada kata laju telah tercakup makna kata gerak. Hiponim dari kata gerak yakni, laju yang berarti cepat, dan lambat. Jadi pada kata laju telah tercakup makna kata gerak. Sehingga kata gerak dianggap sebagi redundansi. 1a. Bagaimanapun laju ekonomi sebuah kota, salah satunya ditentukan persaingan usaha yang sehat, kata Yaminurizal. e. Redundansi berupa kata juga terjadi karena adanya kata atau keterangan yang tidak diperlukan, contoh: 10

11 1. Pihak Jepang menyatakan bahwa persahabatan adalah penting, namun hanya dengan persahabatan saja tidaklah mencukupi. Relasi yang saling memberi makna didasarkan terhadap kepentingan bersama merupakan hubungan yang saling merekatkan hubungan satu sama lain (3 Desember 2011). Konjungsi adalah, ialah, yaitu, yakni, dan merupakan adalah konjungsi yang secara semantik menghubungkan menyamakan dua buah klausa, atau antara klausa dengan bagian klausa lain dalam sebuah kalimat (Chaer, 2010: 52). Kata tersebut tidak merupakan sendi kalimat, sehingga boleh dihilangkan asalkan tidak mempengaruhi makna kalimat. Pada data di atas kata adalah juga dianggap mubazir karena kehadirannya sama sekali tidak diperlukan. Pelesapan kata adalah tidak mempengaruhi makna dan struktur makna kalimat tersebut. Kalimat tersebut dapat dirubah dengan menambahkan kata itu yang berfungsi menekankan makna. Selain itu, terdapat pengulangan kata hubungan. Hubungan berarti keadaan berhubungan, sangkut paut, ikatan (KBBI, 2008: 508). Hubungan tidak menyangkut satu pihak, melainkan terdiri dari dua pihak atau lebih. Pada data di atas, dua pihak atau lebih tersebut dinyatakan dengan satuan satu sama lain. Sehingga Kata hubungan yang ke dua dapat dihilangkan karena telah dijelaskan oleh kata sebelumnya. Berikut bentuk hematnya. 1a. Pihak Jepang menyatakan bahwa persahabatan itu penting, namun hanya dengan persahabatan saja tidaklah mencukupi. Relasi yang saling memberi makna didasarkan terhadap kepentingan bersama merupakan hubungan yang saling merekatkan satu sama lain. 2. Walinagari Koto Malintang Kecamatan Tanjungraya Nazaruddin Dt. Palimo menyatakan siap menjadikan daearahnya dijadikan kawasan hutan raya seperti Cibodas Provinsi Jawa Barat. (7 Desember 2011) Kata menjadikan pada data tersebut mengalami pengulangan, yakni diulang dengan bentuk dijadikan. Menjadikan merupakan kata kerja transitif, yakni kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek. Jika di belakang kata menjadikan seperti pada data di atas tidak dijelaskan dengan kata dijadikan, makna yang hendak disampaikan sudah dapat dipahami oleh pembaca. Logikanya objek dari kata menjadikan adalah apa yang hendak dijadikan, yaitu sebuah daerah atau kawasan. Daerah tersebut dijadikan kawasan hutan raya. 11

12 Penambahan keterangan atau penjelasan seperti pada data tersebut dipandang sebagai redundansi. Penghilangan kata dijadikan pada data di atas tidak berpengaruh pada kejelasan makna kalimat, yakni Walinagari maenyatakan siap menjadikan daerahnya sebagai kawasan hutan raya. Berikut pembenarannya: 2a. Walinagari Koto Malintang Kecamatan Tanjungraya Nazaruddin Dt. Palimo menyatakan siap menjadikan daearahnya sebagai kawasan hutan raya seperti Cibodas Provinsi Jawa Barat. 3. Pernyataan ini dikemukakan Erwin Umar, menjawab pertanyaan Singgalang, Jum at (9/12) seusai wirid Korpri Kabupaten Agam, berkaitan dengan upaya meningkatkan meningkat mutu pendidikan daerah terpencil. (14 Desember 2011) Kata meningkatkan pada data tersebut mengalami pengulangan pada kata meningkat. Namun, keduanya memiliki makna yang berbeda. Meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf, dsb), mempertinggi, memperhebat (KBBI, 2008: 1470). Sedangkan meningkat berarti menginjak untuk naik (KBBI, 2008: 1469). Meningkatkan merupakan kata kerja transitif dan membutuhkan krhadiran objek. Berdasarkan data tersebut, objek dari kata meningkatkan adalah apa yang akan ditingkatkan. Dalam hal ini yang menjadi objek atau yang ditingkatkan adalah mutu pendidikan. Dari data tersebut terlihat bahwa kata meningkat tidak diperlukan. Pelesapan kata meningkat dari kalimat tersebut tidak berpengaruh pada kejelasan makna kalimat, yakni menyatakan upaya meningkatkan mutu pendidikan daerah terpencil. Penambahan kata seperti pada data tersebut dipandang sebagai redundansi, yakni penambahan kata yang tidak diperlukan dalam sebuah kalimat. Redundansi pada data tersebut terjadi pada satuan kata (meningkat), yakni berupa penambahan di belakang kata yang tidak dibutuhkan kehadirannya. Bentuk setelah unsur redundansi dilesapkan adalah: Frase 3a. Pernyataan ini dikemukakan Erwin Umar, menjawab pertanyaan Singgalang, Jum at (9/12) seusai wirid Korpri Kabupaten Agam, berkaitan dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan daerah terpencil. 12

13 Redundansi karena penambahan keterangan atau penjelasan atau yang tidak diperlukan ditemukan berupa satuan lingual frase dalam harian umum Singgalang adalah sebagai berikut. 1. Untuk itu diharapkan rumah yang dibangun dikerjakan melalui goro secara bersama, supaya hasilnya lebih baik dan nilainya lebih tinggi dan dana yang diberikan BAZ kata Bupati Yuswir Arifin. (22 Desember 2011) Goro berarti melakukan pekerjaan secara bersama-sama. Bukan goro namanya jika suatu pekerjaan itu dilakukan sendirian. Maka dari itu keterangan secara bersama tidak diperlukan lagi dalam kalimat tersebut. Kata secara bersama dinyatakan untuk pengerjaan sesuatu oleh lebih dari satu orang. Sedangkan goro juga berarti melakukan pekerjaan secara bersama. Jadi, kata secara bersama dianggap sebagai redundansi. Karena keterangan ini diletakkan di belakang kata yang sudah jelas maknanya. Pembenarannya adalah: Klausa 1a. Untuk itu diharapkan rumah yang dibangun dikerjakan melalui goro, supaya hasilnya lebih baik dan nilainya lebih tinggi dan dana yang diberikan BAZ kata Bupati Yuswir Arifin. Redundansi berupa penambahan keterangan atau penjelasan yang ditemukan pada satuan lingual klausa dalam harian umum Singgalang adalah klausa Beasiswa diberikan kepada 163 siswa dan mahasiswa berprestasi. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Membantu kelanjutan pendidikan anak-anak berprestasi di Sumbar, PKPU Padang kembali menyerahkan beasiwa kepada 163 siswa dan mahasiswa Rp 100 juta rupiah. Beasiswa diberikan kepada 163 siswa dan mahasiswa berprestasi, terutama berasal dari kalangan kurang mampu. (2 Desember 2011) Klausa beasiswa diberikan kepada 163 siswa dan mahasiswa berprestasi pada data tersebut tergolong redundansi. Pernyataan ini berdasarkan pada kejelasan maksud atau informasi pada data tersebut sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Informasi yang terkandung dalam paragraf pertama sudah sangat jelas, yakni beasiswa diberikan kepada 163 siswa dan mahasiswa berprestasi di Sumbar yang diserahkan oleh PKPU. Namun, informasi tersebut dijelaskan kembali pada paragraf selanjutnya. Hal inilah yang 13

14 mengakibatkan terjadinya redundansi, yakni terdapatnya penggunaan klausa yang berlebihan yang seharuskan telah terjelaskan dengan menggunakan satu bentuk saja Kalimat Redundansi berupa penambahan keterangan atau penjelasan yang tidak diperlukan, berupa satuan lingual kalimat dalam harian Singgalang adalah kalimat banyak guru mengajar di luar keahliannya. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Guru bukannya tidak mau mengajar 24 jam/minggu, tetapi jam yang tersedia tidak mecukupi untuk dibagi rata ke masing-masing guru. Atas nama tanggung jawab, gurupun mencukupinya dengan mengajar mata pelajaran yang bukan keahliannya. Ada guru IPA mengajar kesenian, guru Penjaskes mengajar IPA, guru Bahasa Inggris mengajar Penjaskes, guru agama mengajar Seni Budaya, guru Matematika mengajar Kertakes. Banyak guru mengajar di luar keahliannya. (7 Desember 2011) Kalimat, Banyak guru mengajar di luar keahliannya. Pada data tersebut tergolong redundansi. Kedua bentuk yang dicetak miring pada data di atas, sudah jelas maknanya cukup dengan menggunakan satu bentuk saja, yakni, gurupun mencukupinya dengan mengajar mata pelajaran yang bukan keahliannya. Paragraf kedua pada di atas merupakan penjabaran dari paragraf pertama. Sehingga Banyak guru mengajar di luar keahliannya pada paragraf kedua tidak perlu diulang kembali dan dapat dijadikan satu paragraf. Kalimat tersebut sudah terdapat pada paragraf sebelumnya yang kemudian dijabarkan pada paragraf selanjutnya. Informasi yang terkandung pada paragraf pertama sangat jelas, yakni guru mengajar mata pelajaran di luar keahlinnya. Kemudian, pada paragraf selanjutnya dijabarkan mata pelajaran yang diajarkan, dan bidang sesungguhnya dari guru tersebut. Sehingga paragraf pertama dan kedua telah terkandung kalimat utama dan kalimatkalimat penjelas yang seharusnya dapat dijadikan satu paragraf. Unsur yang tergolong redundansi pada data di atas adalah banyak guru mengajar di luar keahliannya. Kalimat tersebut merupakan pengulangan dari paragraf sebelumnya yang juga menginformasikan bahwa guru mengajar di luar keahliannya. Redundansi 14

15 terjadi pada tataran kalimat yakni penambahan kalimat yang sebernanya sudah diungkapan sebelumnya. 1a. Guru bukannya tidak mau mengajar 24 jam/minggu, tetapi jam yang tersedia tidak mecukupi untuk dibagi rata ke masing-masing guru. Atas nama tanggung jawab, gurupun mencukupinya dengan mengajar mata pelajaran yang bukan keahliannya.ada guru IPA mengajar kesenian, guru Penjaskes mengajar IPA, guru Bahasa Inggris mengajar Penjaskes, guru agama mengajar Seni Budaya, guru Matematika mengajar Kertakes. 5. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data mengenai redundansi yang terdapat dalam harian umum Singgalang, ditemukan redundansi berupa kata, frase, kalusa dan kalimat. Redundansi yang paling banyak ditemukan ialah berupa kata. Redundansi berupa kata terjadi karena kriteria kehematan yang dilanggar. Kriteria tersebut yakni : penggunaan kata bersinonim secara bersamaan, penggunaan subjek secara berulang, bentuk jamak dan saling (resiprokal) yang dinyatakan secara berulang, pemakaian superordinat pada hiponim kata. Redundansi berupa kata juga terjadi karena adanya kata atau keterangan yang tidak diperlukan. 6. DAFTAR PUTAKA Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika pressindo. Chaer, Abdul Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta. Elfisa, Fitra Gaya Bahasa Sindiran dalam wacana Pojok pada Surat Kabar Kompas. Skripsi. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Febrina, Dianti Penggunaan Eufimisme dalam Surat kabar Harian Pagi Padang Ekspres. Skripsi. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. 15

16 Joni, Syahrul Perubahan Makna Bahasa pada Kolom Olahraga di Media Cetak. Skripsi. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Manaf, Ngusman Abdul Semantik: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Offset. Mulyadi, Jendri Pleonasme dalam Surat Kabar Harian Padang Ekspres. Skripsi. Padang. Fakultas Sastra Universitas Andalas. Ramlan Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Verhaar, J.W.M Pengantar Lingguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. diunduh pada 16 juni

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT KABAR HARIAN PAGI POSMETRO PADANG. Oleh Fatmi Amsir ABSTRAK

KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT KABAR HARIAN PAGI POSMETRO PADANG. Oleh Fatmi Amsir ABSTRAK KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT KABAR HARIAN PAGI POSMETRO PADANG Oleh Fatmi Amsir ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK Analisis klausa dalam surat kabar harian Media Indonesia ini dilatarbelakangi keragaman penggunaan klausa yang

Lebih terperinci

GEJALA BAHASA PLEONASME DALAM WACANA BERITA DI SURAT KABAR KOMPAS DAN MEDIA INDONESIA

GEJALA BAHASA PLEONASME DALAM WACANA BERITA DI SURAT KABAR KOMPAS DAN MEDIA INDONESIA GEJALA BAHASA PLEONASME DALAM WACANA BERITA DI SURAT KABAR KOMPAS DAN MEDIA INDONESIA SKRIPSI Oleh Nur Ismiyati Rozanah NIM 030210402327 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGHEMATAN KATA PADA KOLOM SURAT PEMBACA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI OKTOBER 2013

ANALISIS PENGHEMATAN KATA PADA KOLOM SURAT PEMBACA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI OKTOBER 2013 ANALISIS PENGHEMATAN KATA PADA KOLOM SURAT PEMBACA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koran Singgalang merupakan salah satu media cetak lokal yang terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita utama, berita khusus, berita

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu.

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu. KESALAHAN KEBAHASAAN PADA SURAT DINAS YANG DIBUAT OLEH PEMERINTAHAHAN DESA GRUGU KECAMATAN KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SEKOLAH Oleh: Desi Ria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi Bahasa Indonesia UMB Modul ke: Kalimat Efektif Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Pembaca dapat memahami dan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Mentari Ade Fitri

PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Mentari Ade Fitri PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Oleh : Mentari Ade Fitri ABSTRAK Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Semua benda di dunia memiliki nama. Pemberian nama bertujuan untuk memudahkan seseorang mengenal identitas dari benda tersebut. Nama merupakan media yang dihasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Kalimat Efektif Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Kalimat Efektif kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pembicara/penulis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesalahan penggunaan struktur frasa dalam karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas NAMA-NAMA PENGGEMAR GRUP BAND DI INDONESIA TINJAUAN MORFOLOGI SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Andalas Oleh Muhammad Fadlan BP

Lebih terperinci

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS GEJALA BAHASA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAWIT

ANALISIS GEJALA BAHASA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAWIT ANALISIS GEJALA BAHASA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAWIT NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut tentunya memicu hadirnya berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatiannya terhadap karya sastra tersebut. mempunyai ciri khas tersendiri pada setiap pengarangnya.

BAB I PENDAHULUAN. perhatiannya terhadap karya sastra tersebut. mempunyai ciri khas tersendiri pada setiap pengarangnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak masyarakat menggunakan berbagai media untuk mengekspresikan bahasa yang mereka miliki. Masyarakat sebagai pemakai bahasa

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN DALAM SURAT DINAS DI KANTOR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2014 DAN 2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA DALAM RANGKA PEMBELAJARAN MENULIS SURAT

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat tumbuh, berkembang dan melakukan interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP) Mata Kuliah Kode SKS Semester Nama Dosen Bahasa UM 1104 3 II (dua) Riau Wati, M. Hum Deskripsi Mata Kuliah Standar Mata kuliah Bahasa merupakan mata kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS Oleh: LINDA DWI RAHMAWATI 12.1.01.07.0053 Dibimbing oleh: 1. Dr. Andri Pitoyo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

Pengertian Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat Efektif MENULIS EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. 1 Syarat-syarat secara tepat mewakili

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62) mengemukakan bahwa sebagai suatu sistem komunikasi yang memungkinkan terjadinya interaksi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pada teks berita utama olahraga surat kabar Tribun Lampung edisi April 2010.

III. METODE PENELITIAN. pada teks berita utama olahraga surat kabar Tribun Lampung edisi April 2010. III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan relasi leksikal pada teks berita utama olahraga surat kabar Tribun Lampung edisi April 2010. Untuk

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TEKS PADA BUKU PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD/MI

KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TEKS PADA BUKU PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD/MI KEEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TEKS PADA BUKU PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD/MI Oleh: Itaristanti Jurusan Tadris IPS IAIN Syekh Nurjati Cirebon Email: itaristanti@yahoo.com Abstrak Tulisan ini mendeskripsikan

Lebih terperinci

EUFEMIA HOTEL PRODEO PADA BERITA KETIKA ANGIE CEK GIGI DAN NYALON DI HOTEL PRODEO

EUFEMIA HOTEL PRODEO PADA BERITA KETIKA ANGIE CEK GIGI DAN NYALON DI HOTEL PRODEO EUFEMIA HOTEL PRODEO PADA BERITA KETIKA ANGIE CEK GIGI DAN NYALON DI HOTEL PRODEO Idhoofiyatul Fatin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013

ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013 ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Oleh: Rinda Aprilia Eka Wati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rindaapriliaekawati@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PENULISAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X A SMK BATIK 2 SURAKARTA JURNAL ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PENULISAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X A SMK BATIK 2 SURAKARTA JURNAL ILMIAH ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PENULISAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS X A SMK BATIK 2 SURAKARTA JURNAL ILMIAH Disusun: FARIDHOTUN DWI AYUNINGSIH A 310 080 050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk wacana tulis yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang dihasilkan oleh seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL KARMILA NIM 110388201058 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK-BENTUK KLAUSA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS APRIL 2017 SKRIPSI

ANALISIS BENTUK-BENTUK KLAUSA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS APRIL 2017 SKRIPSI ANALISIS BENTUK-BENTUK KLAUSA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS APRIL 2017 SKRIPSI diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: SUMANTRI ATIKA

Lebih terperinci

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam bahasa menurut sarananya terdiri atas ragam lisan atau ujaran dan ragam tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan ragam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan Bahasa Sastra dan Daerah Oleh

Lebih terperinci

Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan masalah apa yang akan ditulis?

Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan masalah apa yang akan ditulis? TOPIK Menurut Finoza (2004) Menurut Finoza (2004) Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan masalah apa yang akan ditulis? Topik karangan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI I Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci