VALIDASI METODE RAPID TEST TERHADAP PENENTUAN PARAMETER TOTAL MOISTURE (AR), ASH CONTENT (AR) DAN CALORIFIC VALUE DI PT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VALIDASI METODE RAPID TEST TERHADAP PENENTUAN PARAMETER TOTAL MOISTURE (AR), ASH CONTENT (AR) DAN CALORIFIC VALUE DI PT."

Transkripsi

1 VALIDASI METODE RAPID TEST TERHADAP PENENTUAN PARAMETER TOTAL MOISTURE (AR), ASH CONTENT (AR) DAN CALORIFIC VALUE DI PT. KALTIM PRIMA COAL RAPID METHOD VALIDATION TESTS FOR THE DETERMINATION OF TOTAL MOISTURE (AR), ASH CONTENT (AR) AND CALORIFIC VALUE IN PT. KALTIM PRIMA COAL Resy Pakasi, Aman Sentosa Panggabean, Rahmat Gunawan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman ABSTRAK Telah dilakukan uji Validasi Metode Rapid Test Terhadap Penentuan Parameter Total Moisture (ar), Calorific Value (ar) dan Ash Content (ar) Di PT. Kaltim Prima Coal. Penelitian ini bertujuan untuk hasil perbandingan metode rapid test terhadap standar yang telah di tetapkan atau di gunakan oleh PT. Kaltim Prima Coal pada sampel batubara dengan optimalisasi waktu saat preparasi tanpa tahap pengeringan (as received) dengan batubara ukuran 11,2 mm yang nanti akan di validasi untuk mengetahui reliable apa tidak digunakan untuk kegiatan operasional di laboratorium.penelitian dilakukan dengan cara dua macam pengambilan data yaitu data standar dan data rapid, meliputi parameter Total Moisture, Calorific Value dan Ash Content. Lalu dilakukan optimalisasi waktu saat preparasi yaitu tanpa tahap pengeringan dengan batubara ukuran 11,2 mm. Kemudian dilakukan uji validasi metode uji bias dan uji t.berdasarkan uji validasi metode diperoleh hasil Total Moisture dan Ash Content pada batubara ukuran 11,2 mm tanpa tahap pengeringan dapat digunakan dengan tetap memperhatikan variance yang ada, sedangkan pada analisa Calorific Value tanpa tahap pengeringan tidak dapat digunakan melihat hasil yang diperoleh jauh dalam range yang ditentukan. Kata kunci: Batubara, Preparasi, Analisis, Validasi Metode, Rapid Test, Standar, Total Moisture, Calorific Value, Ash Content,Uji Bias, Uji T. PENDAHULUAN Batubara atau bahan bakar fosil adalah sumber energi terpenting untuk pembangkitan listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk produksi baja dan semen [1]. Saat ini Indonesia produsen batubara terbesar, PT. Kaltim Prima Coal sebagai suatu industri batubara terkemuka yang mengekspor ke mancanegara. Batubara yang di ekspor harus memenuhi standar internasional. Parameter standarnya antara lain total moisture, ash content dan calorific value. Analisa rapid adalah analisa dimana hasil akan didapat lebih cepat daripada yang dilakukan dengan standar [2]. Yang dimaksud standar disini adalah metode atau cara-cara yang sudah di akui oleh nasional atau internasional. Contoh standar SNI, Standar ASTM dan lainnya. Rapid ini fokusnya bukan ke cara pengerjaannya namun kecepatan hasil, bagaimana suatu sampel mendapatkan hasil yang akurat dengan cara yang cepat [3]. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hasil perbandingan metode rapid test terhadap standar yang di tetapkan oleh PT. Kaltim Prima Coal pada sampel batubara dengan optimalisasi waktu saat proses preparasi dengan berbasis as received (ar), yaitu batubara yang baru diterima tanpa tahap pengeringan dengan batubara ukuran 11,2 mm, yang nantinya akan dilakukan validasi metode untuk membuktikan bahwa metode rapid ini memberikan hasil yang akurat, sehingga metode ini nantinya reliable akan digunakan untuk kegiatan operasional di laboratorium batubara. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang dengan cara melakukan dua macam pengambilan data yaitu data standar yang di tetapkan oleh PT. Kaltim Prima Coal dan data rapid. Batubara yang di analisa adalah batubara kualitas A(low coal) dan B (high coal). Batubara yang telah di ambil dari point di sampling sebelumnya, dimana ukuran yang didapat ukuran 11,2 mm, lalu di crushing untuk memperkecil 95

2 ukurannya menjadi 4,75 mm. Tahapan selanjutnya di rotary untuk menghomogenkan sampel. Lalu di raymond untuk analisa moisture, dan analisa total moisture tanpa proses pengeringan. Parameterparameter yang di analisa adalah Total Moisture, Calorific Value dan Ash Content dengan basis yang dipakai (as received).dimana as received yang artinya batubara yang baru di terima tanpa tahap pengeringan saat proses preparasi. Setelah di analisa, penelitian ini juga ingin mengetahui validasi metode rapid test yang digunakan, untuk mengetahui reliableapa tidaknya digunakan untuk kegiatan operasional. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan Sartorius CP 124 S, spatula, crucible, oven, raymond mill, rotary sample divider (RSD), toples, desikator, vacum cleaner, dan PARR 6400 Bomb calorimeter, crucher, penjepit aluminium, wadah botol plastik, sendok, furnace, baki aluminium, stopwatch. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel batubara A dan B, Benzoid Acid Standar PARR, gas nitrogen, gas oksigen. Sampel Sampel batubara yang digunakan untuk analisa adalah batubara dengan kualitas A(low coal) dan B (high coal). Prosedur Penelitian Preparasi Sampel Standar a. Pembagian Pembagian dilakukan dengan cara manual dimana batubara akan dihampar pada baki aluminium dan sampel diambil secara acak menggunakan sendok. b. Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan menggunakan baki aluminium sebagai medianya dan batubara akan di taruh dalam baki tersebut kemudian dimasukkan kedalam drying oven dengan suhu 45º C selama ± 3 jam. c. Penggilingan Pada penggilingan sampel batubara ukuran batubara akan di kecilkan sampai ukuran 0,212 mm dengan alat raymond mill. Preparasi Sampel Rapid a. Pembagian Pembagian dilakukan dengan cara manual dimana batubara akan dihampar pada baki aluminium dan sampel diambil secara acak menggunakan sendok. b. Penggilingan Pada penggilingan ini sampel batubara ukuran 4,75 mm akan di perkecil ukurannya mencapai ukuran 0,212 mm dengan alat raymond mill.. Prosedur Analisa Penelitian a. Standar 1. Penentuan Total Moisture ISO 589 Ditimbang crucible aluminium dengan tutupnya dengan ketelitian gr kemudian ditimbang crucible alumunium beserta sampel batubara sebanyak 5 gr. Setelah ditimbang sampel akan di masukkan ke dalam oven dengan suhu º C tanpa penutup crucible, selama proses berlangsung oven akan dialiri gas nitrogen ke dalam oven dan penyetelan aliran gas nya sekitar 300 ml/menit lalu biarkan selama 8 jam. Batubara kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit setelah itu ditimbang kembali untuk mengetahui berapa nilai Total Moisture yang dihasilkan [4]. 2. Penentuan Ash Content ISO 1171 Pada penentuan Ash (ar) ini ditimbang crucible kosong sampai ketelitian gr kemudian ditimbang crucible serta sampel batubara sebanyak 1 gr. Sampel yang sudah ditimbang akan dimasukkan kedalam furnace yang bersuhu 300º C kemudian diatur suhu dengan kenaikan 500ºC selama 30 menit kemudian setelah 30 menit suhu diset menjadi 815ºC selama 1jam 30 menit, dalam proses ini batubara yang di masukkan ke dalam furnace akan terbakar sempurna hingga menghasilkan abu kemudian ditimbang untuk mengetahui berapa nilai kadar abu yang dihasilkan [5]. 3. Analisa Calorific Value ISO 1928 Ditimbang sampel batubara sebanyak 0,8 gr ke dalam crucible dan dipasangkan kawat sumbu pembakar pada kedua elektroda bomb vessel,kemudian crucible yang berisi batubara ditempatkan pada support ringcrucible dengan bomb vessel sehingga kawat sumbu pembakar menempel pada batubara yang ada di dalam crucible. Ditempatkan bomb vessel di dalam bucket kemudian ditutup sehingga sampel akan teranalisa secara otomatis dengan alat Parr 6400 Kalorimeter dan hasil analisa batubara yang telah habis tebakar akan tertera pada monitor dan dicetak oleh printer

3 b. Rapid Test 1. Penentuan Total Moisture Ditimbang crucible aluminium dengan tutupnya dengan ketelitian gr kemudian ditimbang crucible alumunium beserta sampel batubara sebanyak 3 gr. Setelah ditimbang sampel akan di masukkan ke dalam oven dengan suhu 200º C tanpa penutup crucible, selama proses berlangsung oven akan dialiri gas nitrogen ke dalam oven dan penyetelan aliran gas nya sekitar 300 ml/menit lalu biarkan selama 15 menit. Batubara kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit setelah itu ditimbang kembali untuk mengetahui berapa nilai Total moisture yang dihasilkan [6]. 2. Penentuan AshContent Pada penentuan Ash Content ini ditimbang crucible kosong sampai ketelitian gr kemudian ditimbang crucible serta sampel batubara sebanyak 0,3 gr. Sampel yang sudah ditimbang akan dimasukkan kedalam furnace yang bersuhu 900º C selama 10 menit, dalam proses ini batubara yang di masukkan ke dalam furnace akan terbakar sempurna hingga menghasilkan abu kemudian ditimbang untuk mengetahui berapa nilai kadar abu yang dihasilkan. 3. Analisa Calorific Value Ditimbang sampel batubara sebanyak 0,8 gr ke dalam crucible dan dipasangkan kawat sumbu pembakar pada kedua elektroda bomb vessel,kemudian crucible yang berisi batubara ditempatkan pada support ringcrucible dengan bomb vessel sehingga kawat sumbu pembakar menempel pada batubara yang ada di dalam crucible. Ditempatkan bomb vessel di dalam bucket kemudian ditutup sehingga sampel akan teranalisa secara otomatis dengan alat Parr 6400 Kalorimeter dan hasil analisa batubara yang telah habis tebakar akan tertera pada monitor dan dicetak oleh printer oleh alat tersebut. Validasi Metode a.pencilan (outliers) Pada pengujian pencilan ini adalah untuk menentukan apakah suatu data pengamatan akan dibuang dari kumpulan data tersebut atau tetap dipertahankan dengan acuan maksimum toleransi bias yang ditentukan oleh standarnya dengan tingkat signifikasi 1 %. Uji ini diidentifikasi dengan standar Cochran s ( C ), yaitu: Dimana: d 2 max = nilai absolute tertinggi dalam selisih data n p = jumlah dari sekumpulan data apabila nilai C yang dihitung lebih besar dari nilai tabel kritis Cochran s maka sebuah data tersebut harus dibuang. b. Penilaian Akhir Bias Uji Selisih dari Bias Dimana : B = toleransi bias maksimum = selisih dari nilai rata-rata Sd = standar deviasi dari selisih kedua data Np = angka keseluruhan dari data - Apabila t nz < t tabel artinya ada bukti bias yang baik secara signifikan lebih besar dari nol dan tidak secara signifikan kurang dari B. Hasilnya menunjukkan adanya bias yang relevan - Apabila t nz t tabel bias secara signifikan kurang dari B. Hasil lainnya tidak menunjukkan adanya bias relevan. Uji t Uji t dilakukan untuk membandingkan dua hasil analisis rata-rata yang dihasilkan oleh metode standard dan alternatif. Uji t dilakukan dengan menghitung t hitung dan membandingkannya dengan t table. Jika t hitung lebih besar dari t table aka kedua metode yang memiliki perbedaan hasil rata-rata yang signifikan. Uji t ini hanya bias dilakukan jika tidak terdapat perbedaan varians yang signifikan antara kedua metode tersebut ( hipotesa nol uji f diterima). Uji t dilakukan menggunakan rumus berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Batubara A Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, di dapat hasil penelitian batubara A pada parameter Ash, TM dan CV antara metode rapid dan standar berikut diperoleh hasil grafik : Berikut hasil grafik yang diperoleh analisa ash content : 97

4 a. Hasil analisa ash content Gambar 2. Perbandingan hasil total moisture rapid dan Gambar 1. Perbandingan hasil ash content rapid dan Berdasarkan data hasil penelitian pada grafik 1 (atas) nilai variance ada beberapa data yang tidak berada pada batas minimum ash yang ditentukan dengan nilai -0,5 dan + 0.5, yaitu dengan nilai minimum variance yang didapat saat analisa adalah - 0,59. Jika dilihat pada grafik 1 (bawah) diatas diketahui bahwa perbedaan antara nilai rapid dengan nilai standar tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukan walaupun nilai rapid dan standar tidak jauh berbeda namun jika dilihat dari nilai variance nya dengan beberapa data yang keluar dari batasan masih mampu dipergunakan sebagai data validasi. Berdasarkan data hasil penelitian pada grafik 2 (atas) nilai variance semua data didalam batas maksimum dan minimum total moisture yang ditentukan dengan nilai batas atas variance 1,5 dan nilai batas bawah nilai variance -1,5. Hal serupa ditunjukkan pada grafik 2 (bawah) diatas, diketahui bahwa perbedaan antara nilai rapid dengan nilai standar tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, dengan kata lain masih sejajar antara nilai rapid dengan standar nya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada batubara A dengan analisa total moisture ini masih bisa diterima. Berikut hasil grafik yang diperoleh analisa calorific value : c. Hasil analisa calorific value Berikut hasil grafik yang diperoleh analisa total moisture : b. Hasil analisa total moisture Gambar 3. Perbandingan hasil calorific value rapid dan 98 98

5 Berdasarkan data hasil penelitian pada grafik 3 (atas) nilai variance yang diperoleh sangat tinggi dari batas maksimum yang telah ditentukan dengan nilai batas atas variance 93 dan batas bawah variance -93, sehingga menimbulkan bias yang cukup tinggi. Dilihat pada grafik 3 (bawah) diatas diketahui bahwa begitu terlihat perbedaan yang signifikan antara nilai rapid dan nilai standar dalam penentuan calorific value ini. Berikut hasil grafik yang diperoleh analisa total moisture : b. Hasil analisa total moisture Hasil Penelitian Batubara B Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, di dapat hasil penelitian batubara B pada parameter Ash, TM dan CV antara metode rapid dan standar berikut diperoleh hasil grafik : a. Hasil analisa ash content Gambar 5. Perbandingan hasil total moisture rapid dan Gambar 4. Perbandingan hasil ash content rapid dan Berdasarkan data hasil penelitian pada grafik 4 (atas) nilai variance ada beberapa data yang tidak berada pada batas maksimum dan minimum ash yang ditentukan, dimana nilai maksimum yaitu 0,5 dan nilai minimum -0,5, dengan nilai minimum variance yang didapat saat analisa adalah -0,64 dan nilai maksimum variance yang didapat adalah 0,72. Tetapi jika dilihat pada grafik 4 (bawah) diatas diketahui bahwa perbedaan antara nilai rapid dengan nilai standar tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukan walaupun nilai rapid dan standar tidak jauh berbeda namun jika dilihat dari nilai variance nya dengan beberapa data yang keluar dari batasan masih mampu dipergunakan sebagai data validasi. Berdasarkan data hasil penelitian pada grafik 5 (atas) nilai variance batas atas variance 1,5 dan nilai batas bawah nilai variance -1,5, ada beberapa data yang berada pada luar batas minimum total moisture yang ditentukan yaitu dengan nilai -5,89. Tetapi jika dilihat pada grafik 5 (bawah) diatas diketahui bahwa perbedaan antara nilai rapid dengan nilai standar tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, walaupun ada nilai rapid dan standar yang mengalami kenaikan dan penurunan nilai. Namun ini tidak akan berpengaruh besar pada kesemua data, kemungkinan terjadi karena kondisi pada saat penyimpanan sampel yang dapat mempengaruhi nilai yang didapat.sehingga dapat dikatakan bahwa pada batubara B dengan analisa total moisture ini masih bisa diterima. Berikut hasil grafik yang diperoleh analisa calorific value : c. Calorific Value 99

6 Gambar 6. Perbandingan hasil calorific value rapid dan Berdasarkan data hasil penelitian pada grafik 6 (atas) nilai variance yang diperoleh sangat tinggi dari batas maksimum yang telah ditentukan dengan nilai 93, dan ada pula nilai yang berada di luar batas minimum dengan nilai -93, hal ini dapat menimbulkan bias yang cukup tinggi. Dilihat pada grafik 6 (bawah) diatas diketahui bahwa begitu terlihat perbedaan yang signifikan antara nilai rapid dan nilai standar dari penentuan calorific value ini. Maka dari itu perlu dilakukan validasi untuk mengetahui bias yang terjadi pada analisa calorific value ini. Validasi metode pada sampel batubara A dan batubara B 1. Pencilan (outliers) Berdasarkan hasil analisa yang telah di dapat, berikut hasil yang di dapat setelah dilakukan uji bias pada batubara A dan B analisa ash content : Tabel 1. Data Pencilan Batubara A dan B Ash Content Ash A Ash B No Rapid Standar di di² Rapid Standar di di² 1 4,40 4,71-0,31 0,10 4,85 5,14-0,29 0,09 2 4,35 4,94-0,59 0,34 5,19 5,68-0,49 0,24 3 5,07 5,10-0,03 0,00 4,72 4,94-0,22 0,05 4 4,75 4,57 0,18 0,03 4,92 4,74 0,18 0,03 5 4,93 4,88 0,05 0,00 5,77 6,14-0,37 0,13 6 6,89 6,80 0,10 0,01 5,21 5,04 0,17 0,03 7 4,91 5,13-0,22 0,05 5,00 4,83 0,17 0,03 8 4,72 4,58 0,14 0,02 4,85 4,76 0,09 0,01 9 5,29 5,57-0,29 0,08 4,61 4,91-0,30 0, ,89 6,18-0,30 0,09 4,61 4,60 0,00 0, ,36 5,02-0,29 0,08 5,12 5,28-0,30 0, ,30 5,64-0,30 0,09 5,51 5,56 0,00 0, ,50 4,44 0,35 0,12 6,96 6,24-0,17 0, ,83 5,13-0,34 0,11 3,88 4,52-0,05 0, ,91 5,50 0,06 0,00 5,43 5,99 0,72 0, ,97 6,00-0,30 0,09 6,39 6,42-0,64 0, ,29 5,60-0,59 0,35 6,14 6,17-0,55 0, ,22 4,50-0,03 0,00 5,09 4,75-0,03 0, ,99 5,70-0,31 0,10 5,04 5,09-0,03 0, ,06 6,40-0,28 0,08 4,22 4,43 0,34 0,11 Total 103,62 106,39-3,291 1,74 103,52 105,24-1,768 0,40 mean 5,18 5,32-0,165 0,35 5,18 5,26-0,088 0,52 SD 0,251 0,325 variance 0,063 0,106 Uji pencilan menurut teori adalah data yang berbeda atau data yang menyimpang dari sekumpulan data yang lain (pengamatan yang jauh dari pusat data). Data yang menyimpang inilah yang dinamakan bias. Dilihat dari tabel 1 diketahui bahwa masingmasing sampel batubara A dan batubara B berjumlah 20, dengan nilai yang berbeda antara nilai rapid dan standar sebagaimana dengan rumus yang telah ditentukan nilai C diperoleh dari pembagian rata-rata d 2 dengan total jumlah d 2. Dari hasil uji pencilan ini pada batubara A diperoleh C hitung sebesar 0,199 yang menunjukan bahwa nilai C hitung masih berada dibawah kriteria nilai C tabel yang diperoleh dari tabel critical value dengan tingkat probabilitas 99 % sebesar 0,480 sehingga C hitung (0,199) < C tabel (0,480). Sedangkan pada batubara B, C hitung yang didapat 1,309 begitu juga dengan C tabel sebesar 0,480 sehingga C hitung (1,309) > C tabel (0,480). Dari hasil uji pada batubara A ini dapat disimpulkan bahwa pada sejumlah data ini tidak ada data yang harus dibuang, sedangkan pada batubara B ada data yang harus dibuang. 2. Penentuan nilai akhir bias Penentuan bias ini berdasarkan uji signifikan dari nilai B dimana B adalah maksimum toleransi bias yang dientukan oleh Standar. Jika B < sd < B+ maka simpangan baku hasil ini masih dalam cakupan toleransi bias dalam hal ini yang dicapai dilihat dari segi simpangan baku adalah 0,50< 0,251 < +0,50. Untuk menentukan adanya bias dapat ditentukan dari persamaan tnz jika hasil tnz sesuai dengan nilai one tailed t(β) dan jika : tnz < t(β) maka ada bukti bias yang baik secara signifikan lebih besar dari angka nol dan tidak signifikan kurang dari B. hasilnya menunjukan adanya bias yang relevan Apabila t nz t(β)biassecara signifikan kurang darib.hasillainnyatidak menunjukkanadanyabiasrelevan [7]. Dalam penelitian ini dengan menggunakan batubara A tnz yang peroleh dari persamaan sebesar 5,43 dengan nilai (n-1) adalah 19 data. Dengan df 19 didapat angka sebesar 1,729 yang artinya tnz >t(β), dimana hal ini menunjukan tidak menunjukkan adanya bias. Sedangkan pada batubara B, dari uji ini tnz yang diperoleh 5,25 dengan df 19 sebesar 1,729 artinya tnz > t(β) yang menujukkan tidak adanya bias. Dapat diambil kesimpulan bahwa pada batubara A dan B sama-sama tidak menunjukkan bias. Uji t hasil analisa varians metode rapid dan standar Uji t digunakan untuk mengetahui perbandingan nilai rata-rata (mean) dari hasil penentuan ash content ini. Uji t juga digunakan untuk

7 menguji perbedaan rata-rata hasil analisa ash content dua nilai yang berbeda yang dihasilkan dari dua metode berbeda serta mengetahui apakah kedua nilai ini terdapat perbedaan yang signifikan atau hanya variansi. Dalam penelitian ini hasil analisa ash content sebanyak 20 data pada metode rapid terdapat perbedaan yang signifikan terhadap standar berdasarkan hasil Uji t diperoleh dari lampiran sebesar 2,02. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa t hitung (0,012) t tabel (2,02). Sedangkan pada batubara B juga tidak memiliki perbedaan ratarata yang signifikan dibuktikan oleh hasil rumusan yang menghasilkan t hitung (2,22) t tabel (2,02). Jadi pada jenis batubara dengan penentuan ash content ini pada batubara A tidak memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan terhadap standar, sedangkan pada batubara B memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan terhadap standar. Total Moisture a. Validasi menggunakan Uji Bias 1. Pencilan (outliers) Berdasarkan hasil analisa yang telah di dapat, berikut hasil yang di dapat setelah dilakukan uji bias pada batubara A dan B analisa total moisture : Tabel 2. Data Pencilan Batubara A dan B Total Moisture TM A TM B No Rapid Standar di di² Rapid Standar di di² 1 23,40 23,10 0,30 0,09 19,69 19,80-0,11 0, ,50 24,20 0,30 0,09 19,18 18,70 0,48 0, ,80 25,00-0,20 0,04 17,71 23,60-5,89 34, ,80 19,20 0,60 0,36 16,90 15,80 1,10 1, ,10 24,00 0,10 0,01 15,02 15,50-0,48 0, ,90 23,90 1,00 1,00 15,13 15,20-0,07 0, ,40 18,40 0,00 0,00 15,63 15,70-0,07 0, ,70 22,00-0,30 0,09 12,47 13,10-0,63 0, ,00 22,10-0,10 0,01 14,97 15,20-0,23 0, ,00 23,70 0,30 0,09 13,03 13,40-0,37 0, ,40 20,00-0,10 0,01 13,12 12,20-0,23 0, ,31 23,90 0,30 0,09 13,31 13,80-0,37 0, ,04 21,60-0,60 0,36 10,29 12,70 0,92 0, ,90 23,40-0,59 0,34 11,66 12,90-0,49 0, ,42 23,40-0,56 0,31 12,01 12,20-2,41 5, ,82 21,20 0,50 0,25 9,70 9,50-1,24 1, ,74 19,70 0,02 0,00 8,68 9,40-0,19 0, ,28 22,90 0,62 0,39 10,50 10,80 0,20 0, ,03 20,30 0,04 0,00 9,45 10,10-0,72 0, ,47 23,70 0,38 0,14 8,76 9,10-0,34 0,11 Total 449,02 445,70 2,014 3,68 267,21 278,70-11,141 46,31 mean 22,45 22,29 0,101 1,00 13,36 13,94-0,557 34,73 sd 1,995 1,905 0,428 1,453 variance 0,183 2,111 Dilihat dari tabel 2 diatas diketahui bahwa masing-masing sampel batubara A dan batubara B berjumlah 20, dengan nilai yang berbeda antara nilai rapid dan standar sebagaimana dengan rumus yang telah ditentukan nilai C diperoleh dari pembagian rata-rata d 2 dengan total jumlah d 2. Dari hasil uji pencilan ini pada batubara A diperoleh C hitung sebesar 0,272 yang menunjukan bahwa nilai C hitung masih berada dibawah kriteria nilai C tabel yang diperoleh dari tabel critical value dengan tingkat probabilitas 99 % sebesar 0,480 sehingga C hitung (0,272) < C tabel (0,480). Sedangkan pada batubara B, C hitung yang didapat 0,750 begitu juga dengan C tabel sebesar 0,480 sehingga C hitung (0,750) > C tabel (0,480). Dari hasil uji pada batubara A dapat disimpulkan bahwa pada sejumlah data ini tidak ada ada data yang harus dibuang, sedangkan pada batubara B ini dapat disimpulkan bahwa pada sejumlah data ini ada data yang harus dibuang karena nilai C hitung > C tabel. 2. Penentuan nilai akhir bias Penentuan bias ini berdasarkan uji signifikan dari nilai B dimana B adalah maksimum toleransi bias yang dientukan oleh Standar. Jika B < sd < B+ maka smpangan baku hasil ini masih dalam cakupan toleransi bias dalam hal ini yang dicapai dilihat dari segi simpangan baku adalah 1,5< 0,428 < +1,5. Untuk menentukan adanya bias dapat ditentukan dari persamaan tnz jika hasil tnz sesuai dengan nilai one tailed t(β) dan jika : tnz < t(β) maka ada bukti bias yang baik secara signifikan lebih besar dari angka nol dan tidak signifikan kurang dari B. hasilnya menunjukan adanya bias yang relevan Apabila t nz t(β)biassecara signifikan kurang darib.hasillainnyatidak menunjukkanadanyabiasrelevan [7]. Dalam penelitian ini dengan menggunakan batuara A tnz yang peroleh dari persamaan sebesar 14,63 dengan nilai (n-1) adalah 19 data. Berdasarkan dari tabel dengan df 19 didapat angka sebesar 1,729 yang artinya tnz >t(β) tidak menunjukan adanya bias yang relevan dimana data ini masih menunjukan bahwa metode rapid ini pada penentuan total moisture tidak terdapat bias. Sedangkan pada batubara B batas atas dan batas bawah toleransi bias dari simpangan baku 1,5 < 1,453 < +1,5. Dari uji ini tnz yang diperoleh 2,90 dengan df 19 artinya tnz > t(β) yang menujukan adanya bukti bias. b. Validasi menggunakan uji t hasil analisa ratarata metode rapid dan standar Uji t digunakan untuk mengetahui perbandingan nilai rata-rata (mean) dari hasil penentuan total moisture ini. Uji t juga digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hasil analisa total moisture dua nilai yang berbeda yang dihasilkan dari dua metode berbeda serta mengetahui apakah kedua nilai ini terdapat perbedaan yang signifikan atau hanya variasi. 101

8 Dalam penelitian ini hasil analisa total moisture sebanyak 20 data pada metode rapid tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap standar berdasarkan hasil uji t hitung dalam lampiran diperoleh t hitung 0,25 dan t tabel di dapat sebesar 2,02. Sehingga dapat diambil bahwa t hitung (0,25) t tabel (2,02). Sedangkan pada batubara B juga tidak memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan dibuktikan oleh hasil rumusan yang menghasilkan t hitung (0,69) t tabel (2,02). Jadi pada kedua jenis batubara dengan penentuan total misture ini samasama tidak memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan terhadap standar. Calorific Value a. Validasi menggunakan Uji Bias 1. Pencilan (outliers) Berdasarkan hasil analisa yang telah di dapat, berikut hasil yang di dapat setelah dilakukan uji bias pada batubara A dan B analisa calorific value : Tabel 3. Data Pencilan Batubara A dan B Calorific Value CV A CV B No Rapid Standar di di² Rapid Standar di di² , , ,10 327, , , ,82 33, , , , , , , ,88 892, , , , , , , ,74 3, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,67 Total , , , , , , , ,35 mean 5326, ,16 120, , , ,75 75, ,18 SD 59, ,895 variance 3502, ,169 Dilihat dari tabel 3 di atas diketahui bahwa masing-masing sampel batubara A dan batubara B berjumlah 20, dengan nilai yang berbeda antara nilai rapid dan standar sebagaimana dengan rumus yang telah ditentukan nilai C diperoleh dari pembagian rata-rata d 2 dengan total jumlah d 2. Dari hasil uji pencilan ini pada batubara A diperoleh C hitung sebesar 0,139 yang menunjukan bahwa nilai C hitung masih berada dibawah kriteria nilai C tabel yang diperoleh dari tabel critical value dengan tingkat probabilitas 99 % sebesar 0,480 sehingga C hitung (0,139) < C tabel (0,480). Sedangkan pada batubara B C hitung yang didapat 0,682 begitu juga dengan C tabel sebesar 0,480 sehingga C hitung (0,682) > C tabel (0,480). Dari hasil uji pada batubara A ini dapat disimpulkan bahwa pada sejumlah data ini tidak ada data yang harus dibuang karena sejumlah data pada penentuan calorific value ini memenuhi kriteria pengujian, sedangkan pada batubara B ini dapat disimpulkan bahwa pada sejumlah data ini ada data yang harus dibuang karena sejumlah data pada penentuan calorific value ini tidak memenuhi kriteria pengujian. 2. Penentuan nilai akhir bias Penentuan bias ini berdasarkan uji signifikan dari nilai B dimana B adalah maksimum toleransi bias yang dientukan oleh Standar. Jika B < sd < B+ maka simpangan baku hasil ini masih dalam cakupan toleransi bias dalam hal ini yang dicapai dari jenis batubara A yang dilihat dari segi simpangan baku adalah 93 < 59,178 < 93 namun pada batubara ini tidak menunjukan nilai yang masih berada dalam batasan reproducibility yang telah ditentukan oleh standar namun untuk melihat seberapa jauh bias yang terjadi terhadap batubara A ini dapat ditentukan dari persamaan tnz jika hasil tnz sesuai dengan nilai one tailed t(β) dan jika : tnz < t(β) maka ada bukti bias yang baik secara signifikan lebih besar dari angka nol dan tidak signifikan kurang dari B. hasilnya menunjukan adanya bias yang relevan Apabila t nz t(β) bias secara signifikan kurang dari B. hasil lainnya tidak menunjukkan adanya bias relevan [7]. Dalam penelitian ini dengan menggunakan batuara A tnz yang peroleh dari persamaan sebesar 2,05 dengan nilai (n-1) adalah 19 data. Berdasarkan dari tabel dengan df 19 didapat angka sebesar 1,729 yang artinya tnz >t(β) tidak menunjukan adanya bias yang relevan. Sedangkan pada batubara B batas atas dan batas bawah toleransi bias dari simpangan bakunya tidak ada dikarenakan nilai -93 < 101,650 < 93. Dari uji ini tnz yang diperoleh 5,95 dengan df 19 sebesar 1,729 artinya tnz > t(β) tidak menunjukan adanya bias yang. Namun masih harus dipertimbangkan lagi karena standar deviasi dalam calorific value ini nilai nya lebih besar dari batas atas dan batas bawah dari reproducibilitynya. b. Validasi menggunakan uji t hasil analisa ratarata metode rapid dan standar Uji t digunakan untuk mengetahui perbandingan nilai rata-rata (mean) dari hasil penentuan calorific value ini. Uji t juga digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hasil analisa total moisture dua nilai yang berbeda yang dihasilkan dari dua metode berbeda serta mengetahui apakah kedua nilai ini terdapat perbedaan yang signifikan atau hanya variasi.

9 Dalam penelitian ini hasil analisa calorific value sebanyak 20 data pada metode rapid tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap standar berdasarkan hasil uji, t hitung dalam lampiran diperoleh dari persamaan adalah 619 dan t tabel yang di dapat sebesar 2,02. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa t hitung (619) > t tabel (2,02). Sedangkan pada batubara B juga tidak memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan dibuktikan oleh hasil rumusan yang menghasilkan t hitung (15,30) > t tabel (2,02). Jadi pada kedua jenis batubara dengan penentuan calorific value ini sama-sama memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan terhadap standar. KESIMPULAN Hasil validasi metode yang di peroleh menurut hasil uji bias dan uji t, Total Moisture dan Ash Content dengan tanpa tahap pengeringan(as received)ini bisa digunakan, sedangkan pada Calorific Value dengan tanpa tahap pengeringanini tidak dapat digunakan melihat hasil yang diperoleh jauh dalam range. Metode rapid Total Moisture dan Ash Content dengan menggunakan sampel batubara berukuran 11,2 mm dalam basis as received dapat dilakukan dengan tanpa pengeringan (as received) pada tahap preparasinya. Metode rapid Ash Content dan Total Moisture ini reliable digunakan untuk kegiatan operasional dengan melihat hasil yang diperoleh masih dalam range yang ditentukan, sedangkan pada parameter Calorific Value ini belum reliable digunakan. DAFTAR PUSTAKA [1] Buchori, A. A Skripsi: Validasi Metode Rapid Test Terhadap Metode ASTM (American Standard Test Methods) Dalam Penentuan Kadar Inherent Moisture, Total Sulfur dan Calorific Value. Samarinda: Universitas Mulawarman. [2] Yakub, A Pengambilan, Preparasi dan Pengujian Contoh Batubara. ATC Course Materials: Bandung. [3] Sukandarrumidi Batu Bara dan Gambut. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. [4] ISO International. (1997). ISO 1171 International Standar Solid Mineral Fuels Determination Of Determination Of To Ash Content. In ISO [5] ISO International. (1981). ISO 589 International Standar Hard Coa Determination Of Total Moisture. In ISO. [6] ISO International. (1928). ISO 1928 International Standar Solid Mineral Fuels Determination Of Gross Calorific Value by The Bomb Calorimetric Method and Calculation Of net Calorific Value. In ISO. [7] Anonim. Geoservices (LTD). PT Handout PT Geoservice LTD. UCAPAN TERIMA KASIH Laboratorium Coal Processing and Plant PT.Kaltim Prima Coal, Sangatta. 103

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 71-76

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 71-76 Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 71-76 VALIDASI METODE RAPID TEST DALAM PENENTUAN TOTAL MOISTURE, ASH CONTENT, CALORIFIC VALUE (AR) PADA BATUBARA TERHADAP STANDAR ISO UKURAN 3 MM PT. KALTIM PRIMA COAL

Lebih terperinci

METODE RAPID TEST PREPARATION

METODE RAPID TEST PREPARATION Jurnal Atomik., 0, 0 () hal - ISSN -00 (Online) PENGEMBANGAN METODE RAPID TEST PREPARATION DALAM PENENTUAN KADAR INHERENT MOISTURE DAN TOTAL SULFUR DENGAN METODE YANG DIPERGUNAKAN OLEH ISO (INTERNATIONAL

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ANALISIS KIMIA PROKSIMAT BATUBARA Oleh: Iudhi Oki Prahesthi, Fitro Zamani Sub Bidang Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi SARI Penentuan proksimat merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Atomik., 2017, 02 (1) hal

Jurnal Atomik., 2017, 02 (1) hal PENGEMBANGAN METODE RAPID TEST DALAM PENENTUAN ASH CONTENT DAN CALORIFIC VALUE BATUBARA DI LABORATORIUM PT JASA MUTU MINERAL INDONESIA THE DEVELOPMENT OF RAPID TEST METHODS TO DETERMINE OF ASH CONTENT

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

Analisis kadar abu contoh batubara

Analisis kadar abu contoh batubara Standar Nasional Indonesia Analisis kadar abu contoh batubara ICS 19.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Oleh : Akhmad Rifandy 1 dan Riskan Fauzi 2 ABSTRACT. Kata Kunci : Perubahan Nilai Total Moisture, analisa, Calorific Value

Oleh : Akhmad Rifandy 1 dan Riskan Fauzi 2 ABSTRACT. Kata Kunci : Perubahan Nilai Total Moisture, analisa, Calorific Value PERUBAHAN NILAI TOTAL MOISTURE DI TONGKANG PADA PRODUK BATUBARA PT. INDEXIM COALINDO KECAMATAN KALIORANG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Akhmad Rifandy 1 dan Riskan Fauzi 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA ANALITIK PADA PENENTUAN KADAR FOSFOR SEBAGAI P 2 O 5 PADA ABU BATUBARA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER VISIBLE

OPTIMASI KINERJA ANALITIK PADA PENENTUAN KADAR FOSFOR SEBAGAI P 2 O 5 PADA ABU BATUBARA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER VISIBLE Eka dkk Kimia FMIPA Unmul Waktu Fermentasi OPTIMASI KINERJA ANALITIK PADA PENENTUAN KADAR FOSFOR SEBAGAI P O PADA ABU BATUBARA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER VISIBLE Eka Apriska Sebyanata Kusuma*, Aman

Lebih terperinci

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen. Dasar Teori Tambahan Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa yang bersal dari tumbuhtumbuhan.

Lebih terperinci

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN L1.1 DATA PENGAMATAN NILAI KALOR Ukuran Partikel (Mesh) 10 42 60 Tabel L1.1 Data Pengamatan Nilai Kalor Perbandingan Nilai kalor Eceng Gondok : Tempurung Kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN NILAI TOTAL MOISTURE

ANALISIS PERUBAHAN NILAI TOTAL MOISTURE ANALISIS PERUBAHAN NILAI TOTAL MOISTURE BATUBARA PRODUK DALAM KOTAK UJI PALKA DI PT INDEXIM COALINDO KECAMATAN KALIORANG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Sujiman¹, dan Ahmad Fauzi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET 6.1. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum proses mixing dan analisa hasil mixing melalui uji pembakaran dengan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma

Lebih terperinci

1. MOISTURE BATUBARA

1. MOISTURE BATUBARA 1. MOISTURE BATUBARA Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari batubara apabila dipanaskan sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan

Lebih terperinci

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan Standar Nasional Indonesia Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi. Salah satu pemanfaatan batubara adalah sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi. Salah satu pemanfaatan batubara adalah sebagai bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, penggunaan batubara dijadikan sebagai alternatif sumber energi. Salah satu pemanfaatan batubara adalah sebagai bahan bakar di industri industri, khususnya

Lebih terperinci

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi Eddy Elfiano, N. Perangin-Angin Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di : 1. Observasi lapang di sentra produksi pertanian dan/atau industri penghasil limbah padat pertanian yang berada di sekitar

Lebih terperinci

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur SNI 06-6867-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional SNI 06-6867-2002 Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

OPTIMASI PENCAMPURAN BATUBARA MELALUI SIMULASI BERDASARKAN KRITERIA PARAMETER BATUBARA

OPTIMASI PENCAMPURAN BATUBARA MELALUI SIMULASI BERDASARKAN KRITERIA PARAMETER BATUBARA JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 1, April 2016 : 11-16 OPTIMASI PENCAMPURAN BATUBARA MELALUI SIMULASI BERDASARKAN KRITERIA PARAMETER BATUBARA Agung Dwi Prasetyo 1 *, Agus Triantoro 2, Uyu Saismana 2, Wahyu

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI KALORI DETRITUS HUTAN MANGROVE DENGAN MENGGUNAKAN BOMB CALORIMETER. Pos Andi, Sugianto, Tengku Emrinaldi

PENENTUAN NILAI KALORI DETRITUS HUTAN MANGROVE DENGAN MENGGUNAKAN BOMB CALORIMETER. Pos Andi, Sugianto, Tengku Emrinaldi PENENTUAN NILAI KALORI DETRITUS HUTAN MANGROVE DENGAN MENGGUNAKAN BOMB CALORIMETER Pos Andi, Sugianto, Tengku Emrinaldi Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KUALITAS BATUBARA TE-67 DI FRONT PENAMBANGAN DAN STOCKPILE

ANALISIS PERBANDINGAN KUALITAS BATUBARA TE-67 DI FRONT PENAMBANGAN DAN STOCKPILE ANALISIS PERBANDINGAN KUALITAS BATUBARA TE-67 DI FRONT PENAMBANGAN DAN STOCKPILE DI TAMBANG AIR LAYA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk. TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN COMPARATIVE ANALYSIS OF COAL QUALITY TE-67

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA

BAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA BAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA 5.1. Evaluasi Fuel Ratio Hubungan antara kadar fixed carbon dengan volatile matter dapat menunjukkan tingkat dari batubara, yang lebih dikenal sebagai fuel ratio. Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertambangan, khususnya batubara merupakan salah satu komoditas yang penting untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat. Batubara saat ini menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ANALISIS KARAKTERISTIK SAMPEL Salah satu sampel yang digunakan pada eksperimen ini adalah batubara jenis sub bituminus yang berasal dari Kalimantan. Analisis proksimasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas diagram alir proses penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan, variabel penelitian dan prosedur penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA ANALISIS. Tabel 7. Data Hasil Cangkang Biji Karet Setelah Dikarbonisasi

LAMPIRAN I DATA ANALISIS. Tabel 7. Data Hasil Cangkang Biji Karet Setelah Dikarbonisasi 53 LAMPIRAN I DATA ANALISIS 1.1 Data Analisis Bahan Baku Pembuatan Biobriket Data hasil analisis bahan baku yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon tetap, dan nilai kalor dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Abd Razak Kadir¹, Sri Widodo²*, Anshariah 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN BAB. III. III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di: Balai Riset Perindustrian Tanjung Morawa Waktu penelitian : Penelitian dilakukan pada Pebruari 2010 - April

Lebih terperinci

Tamrin Kasim 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Tamrin Kasim 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PENINGKATAN NILAI KALORI BROWN COAL MENGGUNAKAN KATALIS MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BATUBARA LOW CALORIE DAERAH TANJUNG BELIT, KECAMATAN JUJUHAN, KABUPATEN BUNGO, PROVINSI JAMBI Tamrin Kasim 1, Heri Prabowo

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian analisis sifat fisik cookies berbahan baku tepung terigu dengan substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET Siti Hosniah*, Saibun Sitorus dan Alimuddin Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah No Parameter Pengujian Hasil Uji Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata 1. Berat Awal Bahan

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Daun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif

Daun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif Daun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif Ariyanto Politeknik ATI Makassar ariyantoresearcher@gmail.com Abstrak Daun jati dan daun kakao sangat berlimpah di indonesia pada umumnya dan di

Lebih terperinci

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL PT. Globalindo Inti Energi merupakan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii 1 Ruang

Lebih terperinci

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA Agung Sudrajad 1), Imron Rosyadi 1), Diki Muhammad Nurdin 1) (1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bringin 01. Letak sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bringin 01. Letak sekolah 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bringin 01. Letak sekolah ini berada di Desa Bringin, Kecamatan Bringin,

Lebih terperinci

ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS PROKSIMAT TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Abd Razak Kadir¹, Sri Widodo², Anshariah 1* 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Alat - Moisture Balance - Gilingan Inti - aluminium-plate - Spatula - Extraction timble - Cawan penguap 250 ml Pyrex - Kapas - Labu ekstraksi 250 ml Pyrex - Neraca analitik

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING besar

DISTRIBUSI SAMPLING besar DISTRIBUSI SAMPLING besar Distribusi Sampling Sampling = pendataan sebagian anggota populasi = penarikan contoh / pengambilan sampel Sampel yang baik Sampel yang representatif, yaitu diperoleh dengan memperhatikan

Lebih terperinci

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) Standar Nasional Indonesia Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Diskripsi Data 4.1.1.1 Objek Dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 7. BOMB CALORIMETER 7.1. Prinsip Kerja Plain Oxygen Bomb Calorimeter Prinsip Jumlah panas yang diukur dalam kalori, yang dihasilkan apabila suatu bahan atau sampel dioksidasikan dengan sempurna di dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Bahan/material penyusun briket dilakukan uji proksimat terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dasar dari bahan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET Muhammad Taufik 1), Adi Syakdani 2), Rusdianasari 3), Yohandri Bow 1),2),3 ), 4) Teknik Kimia, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2 miliar ton dengan cadangan 21.13 miliar ton (menurut Dirjen Minerba Kementrian ESDM Bambang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk proses

Lebih terperinci

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif Siska Titik Dwiyati, MT, Ahmad Kholil, MT Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta

Lebih terperinci

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Uji 1 Uji 2 Uji 3 Uji 1 Uji 2 Uji 3 1. Kadar Air (%) 4,5091 4,7212 4,4773 5,3393 5,4291 5,2376 4,9523 2. Parameter Pengujian Kadar

Lebih terperinci

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah spent bleaching earth dari proses pemurnian CPO yang diperoleh dari PT. Panca Nabati Prakarsa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini menguraikan secara rinci langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam proses penelitian agar terlaksana secara sistematis. Metode yang dipakai adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di empat lokasi digester biogas skala rumah tangga yang aktif beroperasi di Provinsi

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu

Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu Oleh : Kelompok : 2 ( dua ) Kelas : 4 KF Nama Instruktur : Dr. Hj. Martha Aznury, M.Si Nama Kelompok : Kurnia Aini ( 061330401059 ) M. Yuda Pratama ( 061330401060

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Bagan alir penelitian atau penjelasan secara umum tentang urutan kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan di laboratorium

Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan di laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1. Ruang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Cara uji kelarutan aspal 1 Ruang lingkup Cara uji kelarutan aspal secara khusus menguraikan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur kerja untuk mendapatkan hasil kelarutan aspal. Cara uji ini dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Sumber Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah. Gambar 3. Denah Lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH Hidro Andriyono 1), Prantasi Harmi Tjahjanti 2) 1,2) Prodi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Jalan Raya Gelam

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan November 2012 di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan spesimen

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 4.1 Analisis dan Pembahasan Kinerja boiler mempunyai parameter seperti efisiensi dan rasio

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. KARAKTERISTIK BATUBARA Sampel batubara yang digunakan dalam eksperimen adalah batubara subbituminus. Dengan pengujian proksimasi dan ultimasi yang telah dilakukan oleh

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GETAH RUMBIA SEBAGAI PEREKAT PADA PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA

PEMANFAATAN GETAH RUMBIA SEBAGAI PEREKAT PADA PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA Jurnal Teknologi Kimia Unimal 6 :1 (Mei 2017) 20-32 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ojs.unimal.ac.id/index.php/jtk Jurnal Teknologi Kimia Unimal PEMANFAATAN GETAH RUMBIA SEBAGAI PEREKAT PADA PROSES

Lebih terperinci

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY POLYETHYLENE PLASTIC WASTE AND MUNICIPAL SOLID WASTE CARBON

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot

Lebih terperinci

Gambar 7.1 Sketsa Komponen Batubara

Gambar 7.1 Sketsa Komponen Batubara BAB VII ANALISA TOTAL MOISTURE 7.1. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum analisa total moisture adalah untuk mengerti, mampu melaksanakan, menganalisa serta membandingkan cara kerja total moisture batubara

Lebih terperinci

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.2 ; November 2016 ISSN 2407-4624 OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET * DWI SANDRI 1, FAJAR SAPTA HADI 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN DATA PENGAMATAN LAMPIRAN DATA PENGAMATAN 1. Data pengamatan densitas sampel Tabel 12. Data Pengamatan Densitas Sampel Sampel Densitas (gr/ml) Air 0,98 Gasoline 0,717 BE8 0,721 BE12 0,723 BE16 0,726 2. Data pengamatan

Lebih terperinci

OPTIMALISAI PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA DENGAN KONSEP `CUSTOM PLANT`

OPTIMALISAI PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA DENGAN KONSEP `CUSTOM PLANT` OPTIMALISAI PEMANFAATAN BATUBARA INDONESIA DENGAN KONSEP `CUSTOM PLANT` OLEH DJAMHUR SULE Disampaikan pada SEMINAR BATUBARA NASIONAL Di Hotel Gran Melia,Jakarta 22 Maret 2006 PENDAHULUAN 1. Konsumsi Batubara

Lebih terperinci

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan SNI-01-2354.2-2006 Standar Nasional Indonesia Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional SNI-01-2354.2-2006 Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian yang dilakukan terhadap data sekunder yaitu berupa komponen-komponen laporan keuangan yang diperoleh dari perusahaan

Lebih terperinci

Kajian Penggunaan Wadah Sampel (Crucible dan Aluminium Foil) Pada Metode Pengujian Kadar Air Jarak Pagar

Kajian Penggunaan Wadah Sampel (Crucible dan Aluminium Foil) Pada Metode Pengujian Kadar Air Jarak Pagar Kajian Penggunaan Wadah Sampel (Crucible dan Aluminium Foil) Pada Metode Pengujian Kadar Air Jarak Pagar Oleh : Amalia Farra Sabrina, S.TP dan Nur Fatimah, S.TP (PBT Ahli BBPPTP Surabaya) Ringkasan BBPPTP

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Tata Cara Pengambilan Data Pengambilan data volatile gas dari sensor sangat menentukan kehandalan diagnose yang akan didapatkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci