Eksekusi Riil Dalam Perkara Perdata No. 20/ Pdt.G/ 2009/ PN. Prm di Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Eksekusi Riil Dalam Perkara Perdata No. 20/ Pdt.G/ 2009/ PN. Prm di Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman. Abstract"

Transkripsi

1 Eksekusi Riil Dalam Perkara Perdata No. 20/ Pdt.G/ 2009/ PN. Prm di Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman Rozi Septia 1, As Suhaiti Arief 1,Adri 1 1 1Department of Legal Studies, Faculty of Law, University of Bung Hatta roziseptia@gmail.com Abstract In carrying out the real execution, the execution of the Respondent frequent resistance - resistance of both physical and non-physical. Based on the description above that become problems are 1 ) What is the real execution in case No. 20/Pdt.G / 2009 / PN.Prm?, 2 ) What are the forms of resistance undertaken by Respondent execution?, 3 ) what efforts are made Executor in the face of such resistance?. The method used is the juridical empirical method. The study is based on qualitative data analysis, using primary data source and secondary data, interviews and data collection techniques and study documents. Based on this research can be concluded 1 ) in a civil case No. 20/Pdt.G/2009 / PN.Prm been delayed because the Applicant has not menstor Execution execution costs. 2 ) forms of resistance undertaken by Respondent Execution is doing a demo and still objects mastered perkara.3 ) Executor efforts in the face of such resistance is the executor to negotiate and mediate with the Respondent Execution. Keywords : real execution, Civil Case No. 20 / Pdt.G / 2009 / PN. Prm Pendahuluan Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon) yang saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari Untuk dapat menyelesaikan suatu perkara atau sengketa setepat-tepatnya hakim harus terlebih dahulu mengetahui secara objektif tentang duduk perkara sebenarnya hubungan antara satu manusia dengan sebagai dasar putusan. Dimana peristiwa manusia lain sering timbul suatu perselisihan dan pertentangan, dimana pihak yang satu tidak memenuhi kewajibannya sehingga pihak yang lainnya merasa dirugikan. yang sebenarnya akan diketahui Hakim dari pembuktian. Dalam menjalankan eksekusi, maka putusan Hakim itu harus berisikan putusan

2 Hakim yang bersifat condemnatoir (menghukum para pihak yang kalah), putusan itu harus telah mempunyai kekuatan eksekutorial (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde)) dan harus dilaksanakan peringatan (aanmaning) terlebih dahulu kepada pihak yang kalah, supaya pihak yang kalah bersedia untuk menjalankan isi putusan itu secara sukarela dalam tempo 8 hari Pasal 196 H.I.R atau Pasal 207 RBg. Eksekusi riil tidak diatur dalam HIR akan tetapi eksekusi riil diatur dalam Pasal 1033 Rv. Dalam melaksanakan eksekusi riil, sangat dibutuhkan sekali peranan dari pejabat pengadilan yakni Jurusita dan Panitera serta Kepolisian sebagai alat bantu negara. Pada saat ini, masyarakat Indonesia masih banyak mendirikan bangunan di tanah tanah meminta tanahnya dengan cara baikbaik, sering terjadi pertikaian. Oleh karena itu, tidak salah kalau si pemilik tanah menyelesaikan permasalahan ini di pengadilan dan meminta permohonan pembongkaran bangunan (eksekusi riil) dilakukan. Dalam eksekusi riil para pihak yang kalah sering melakukan segala upaya agar bangunan mereka tidak dihancurkan. Upaya ini bisa berupa perlawanan fisik dan/atau mengancam pihak eksekutor yang mengeksekusi bangunannya. Di wilayah hukum Pengadilan Negeri Pariaman masih ada masyarakat yang mendirikan bangunan di tanah milik orang lain. Hal ini terbukti dengan adanya pembongkaran bangunan yang dilakukan oleh Eksekutor Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman, dari informasi yang penulis peroleh setidaknya ada dua kasus eksekusi milik orang lain tanpa meminta izin kepada riil yang telah terlaksana di Pengadilan pemiliknya, lama-kelamaan menganggap bahwa tanah dan bangunan tersebut telah menjadi hak miliknya. Ketika yang punya Negeri Kelas 1 B Pariaman dalam dua tahun terakhir namun penulis lebih memfokuskan pada perkara perdata No.20/Pdt.G/2009/PN.Prm. Adapun yang 2

3 menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan eksekusi riil dalam perkara perdata No. 20/Pdt.G/2009/ PN. Prm di Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman? 2. Bentuk perlawanan apa sajakah yang dilakukan oleh Termohon Eksekusi? 3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan eksekutor untuk mengatasi perlawanan dari Termohon Eksekusi riil tersebut? Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui eksekusi riil dalam perkara perdata No. 20/Pdt.G/2009/PN.Prm di Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman. 2. Untuk mengetahui bentuk perlawanan yang dilakukan oleh Termohon Eksekusi. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan eksekutor untuk mengatasi perlawanan dari para Termohon Eksekusi riil. Metodologi Adapun penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis atau yuridis empiris. 2. Bahan / Materi Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang secara langsung diperoleh melalui wawancara dengan Responden maupun Informan. Responden tersebut terdiri dari Jurusita, Panitera, Kepolisian yang menangani eksekusi riil sedangkan informannya terdiri dari Hakim di Pengadilan Negeri Kelas 1B Pariaman. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan yang terdiri: a. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan diantaranya: 3

4 1) HIR (Herziene Inlands 3. Teknik Pengumpulan Data Reglement)/RBg (Rechtsreglement Dalam melakukan penelitian ini voor de Buiten gewesten). 2) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Pengadilan Umum. 3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia. 4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. b. Bahan hukum sekunder Yang termasuk dalam bahan hukum sekunder adalah bahan literatur atau bersumberkan dari internet dan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1) Wawancara, teknik pengumpulan data yang dipergunakan untuk mendapat keterangan lisan, penulis melakukan wawancara dengan cara tanya jawab dengan responden dan informan.dalam wawancara ini penulis menggunakan pedoman wawancara dalam bentuk wawancara terbuka sebagai alat pengumpul data. 2) Studi Dokumen, mengumpulkan data yang didapat melalui studi kepustakaan dan mempelajari data-data di Pengadilan Negeri Kelas 1B dokumen-dokumen yang Pariaman yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum. berhubungan dengan masalah yang diteliti. 4. Analisis Data Setelah semua data terkumpul, baik data primer, maupun sekunder, maka data yang melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa 4

5 terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah menggunakan analisis secara kualitatif yaitu data yang diperoleh dikelompokkan menurut aspek yang diteliti, kemudian diambil kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Hasil dan pembahasan A. Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Perkara Perdata Nomor 20/Pdt.G/ 2009/PN. Prm Pada perkara perdata No. 20/Pdt.G/2009/PN. Prm para pihak yang bersengketa yaitu: Syafri (Mamak Kepala Waris dalam kaumnya) dan Thamrin (anggota kaum Syafri), sebagai Pemohon Eksekusi / semula sebagai Penggugat / Terbanding / Termohon Kasasi melawan Ali Amran (Mamak Kepala Waris dalam Kaumnya), Sukri (anggota kaum Ali Amran) dan Syafri Djamal (anggota kaum Ali Amran) sebagai Termohon Eksekusi / semula sebagai para terggugat / Pembanding ( untuk atas nama Ali Amran dan Syafril Djamal) / Pemohon Kasasi dan Turut Terbanding/ Turut Termohon Kasasi (untuk atas nama Sukri). Duduk perkara yang dipersengketakan oleh Pemohon dan Termohon Eksekusi adalah bahwa Penggugat secara berkaum ada memiliki harta pusaka tinggi kaum, berupa tanah peparakan / tanah perumahan yang penggugat warisi secara turun temurun dari mamak Penggugat terdahulu bernama Nuri (alm), tanah mana terletak di Tangkalak, Korong Kampung Aur, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, dengan luas 1500 M2 yang menjadi objek perkara adalah sebahagian besar dari tanah ini, dengan luas 1000 M2. Bahwa objek perkara dahulunya pernah digadaikan oleh mamak Penggugat bernama Nuri (alm) pada tahun 1924 kepada mamak Tergugat yang bernama Thaib selama 30 tahun. Setelah tahun 1955, Bustami (mamak Penggugat) telah mendatangi Thaib (mamak Tergugat) namun Thaib masih enggan untuk mengembalikan objek perkara tersebut. Setelah 5

6 meninggalnya Thaib, objek perkara seterusnya dikuasai oleh Tergugat secara berkaum tanpa menghiraukan secara hukum, bahwa objek perkara tersebut milik kaum Penggugat yang seharusnya wajib diserahkan dan dikembalikan kepada kaum Penggugat. Namun kenyataanya objek perkara tetap dikuasai Tergugat dan mengklaim objek perkara tersebut telah dibelinya secara hukum kepada mamak penggugat (Nuri alm). Bahwa perkara ini pernah diajukan Pengugat kepada Kerapatan Adat Nagari Sunur tanggal 16 Juni 2005, hasil putusan dari Kerapatan Adat Nagari Sunur tanggal 26 April 2009 yaitu tanah sengketa tetap berada dalam penguasaanya sdr. Ali Amran / Syafri Djamal (Tergugat) sebab Tergugat memiliki bukti walaupun surat itu kabur yang tidak dapat dibaca secara utuh, tanah sengketa adalah pusaka tinggi Sdr. Syafri (Penggugat) suku penyalai, sdr. Syafri belum berhak menguasai tanah tersebut, kecuali keputusan Pengadilan Negeri Pariaman. Berkenan dengan itu, untuk mendapatkan kepastian hukum, maka terpaksa Penggugat menempuh jalur hukum dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Pariaman. Berdasarkan amar putusan Pengadilan Negeri Pariaman pihak Tergugat dinyatakan kalah, di Pengadilan Tinggi pihak tergugat juga dinyatakan kalah bahkan dalam amar putusan Mahkamah Agung RI, pihak Ali Amran dan Syafri Djamal juga dinyatakan kalah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap dan telah bersifat condemnator sehingga eksekusi dapat dilaksanakan. Setelah adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap tersebut, Penggugat mengajukan permohonan eksekusi pada tanggal 11 Januari 2012, Pada tanggal 24 Februari 2012 diadakan aanmaning/ teguran kepada pihak Termohon Eksekusi (Ali Amran dan Syafri Djamal). Walaupun telah ditegur (aanmaning) pihak Termohon Eksekusi tidak melaksanakan pengosongan secara sukarela. Pada tanggal 06 juni 2012 atas perintah dari ketua Pengadilan Negeri 6

7 Pariaman Jurusita dan Panitera melakukan pra eksekusi untuk mengetahui apa saja alatalat yang diperlukan dan mengetahui batasbatas objek yang akan dieksekusi serta menggambar / membuat denah objek perkara. Di atas objek perkara tersebut terdapat tanaman-tanaman yang akan ditebang atau dikosongkan oleh Pengadilan Negeri Pariaman. Pada tanggal 15 Oktober 2012 permohonan tindak lanjut eksekusi diajukan oleh kuasa hukum Pemohon Eksekusi Alwis Ilyas, SH. Setelah permohonan tersebut didaftarkan, pihak Pemohon Eksekusi dan/ kuasanya diminta untuk ke kepolisian. Berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak AKP Musriyal S.Sos,MM selaku Kasatreskrim di Kepolisian Pariaman pada hari Selasa, 3 Januari 2014 pukul 09:00. Di Kepolisian pihak Pemohon Eksekusi diminta untuk membayar biaya untuk dilaksanakannya pra eksekusi yang bertujuan untuk mengetahui berapa jauh objek perkara dan dapat memperkirakan berapa banyak personil yang diturunkan sekaligus melakukan mediasi agar tidak terjadi kericuhan pada saat eksekusi berlangsung. Setelah melakukan pra eksekusi, Pemohon Eksekusi membayar biaya eksekusi yang telah diperkirakan Polisi. Semakin banyak jumlah polisi yang diturunkan maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan oleh Pemohon Eksekusi. Setelah biaya tersebut dilunasi maka Kepala Kepolisian menugaskan anggotanya untuk melaksanakan eksekusi pada hari yang telah ditentukan. Pada tanggal 18 Maret 2013 Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan eksekusi yang mengabulkan permohonan eksekusi dari Pemohon Eksekusi, memerintahkan Jurusita Pengadilan Negeri Pariaman, dengan dibantu 2 orang saksi. Kemudian Jurusita atas Perintah Ketua Pengadilan Negeri memberitahukan kepada Pemohon Eksekusi/ Kuasanya, Termohon Eksekusi, Wali Korong Aur, Wali Nagari Sunur agar dapat hadir dalam pelaksanaan eksekusi yang akan dilaksanakan pada tanggal 26 Maret

8 Menurut wawancara penulis dengan Bapak Ery Sofyan, selaku Panitera Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman pada hari Jum at, 07 Maret 2014 pukul 10:00, dalam perkara perdata No. 20/ Pdt.G/2009/ PN. Prm sering tertunda dikarenakan pihak Pemohon Eksekusi belum membayar biaya panjar eksekusi yang telah diperkirakan oleh Pengadilan Negeri Pariaman. B. Bentuk Perlawanan Yang Dilakukan Oleh Termohon Eksekusi Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Syahril, selaku Jurusita Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman pada hari Senin, 13 Januari 2013 pukul 10:00 bahwa bentuk perlawanan yang dilakukan oleh pihak Termohon Eksekusi yakni 1. Melakukan demo Dengan cara melemparkan batu ke mobil Polisi bahkan ke Pihak Eksekutor. 2. Perlawanan dari Termohon eksekusi lainnya ialah Pihak Tereksekusi masih tetap menguasai objek eksekusi. C. Upaya Yang Dilakukan Oleh Eksekutor Dalam Menghadapi Para Termohon Eksekusi Upaya yang dilakukan oleh Eksekutor jika Termohon Eksekusi melakukan demo adalah menanganinya dengan melakukan berbagai tindakan seperti melakukan negosiasi dengan pendemo. Eksekutor menyatakan kepada Termohon Eksekusi, apabila eksekusi riil telah dijalankan namun ternyata Tereksekusi masih menguasai objek eksekusi maka penyelesaian terhadap masalah ini adalah mengajukan tuntutan pidana dengan dasar: a. Tidak mau melaksanakan putusan hakim. b. Menguasai hak milik orang lain secara tidak sah (melakukan perampasan). Kesimpulan A. Simpulan 1. Eksekusi perkara perdata No. 20/ Pdt.G/ 2009/ PN.Prm dilaksanakan 8

9 tanggal 26 Maret 2013 tertunda dikarenakan pihak Pemohon Eksekusi belum menstor biaya pelaksanaan eksekusi. 2. Perlawanan yang dilakukan oleh Termohon Eksekusi yaitu: a. Melakukan demo b. Pihak Termohon Eksekusi masih tetap menguasai objek perkara. 3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi perlawanan dari Termohon Eksekusi, Eksekutor melakukan negosiasi dengan pendemo. B. Saran 1. Pemohon Eksekusi sebaiknya sebelum mengajukan permohonan eksekusi mempersiapkan biaya eksekusi terlebih dahulu agar pelaksanaan eksekusi tidak tertunda. 2. Seharusnya, Pemohon Eksekusi melaksanakan putusan Hakim secara sukarela. 3. Eksekutor agar lebih sabar lagi dalam menghadapi perlawanan dari Termohon Eksekusi. Ucapan Terima Kasih 1. Ibu Dwi Astuti Palupi, S.H., M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang. 2. Ibu Nurbeti, S.H.,M.H selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang. 3. Bapak Adri, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang. 4. Ibu As Suhaiti Arief, S.H.,MH selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga sekali dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Adri, S.H., M.H selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan 9

10 memberikan masukan-masukan yang sangat berharga sekali dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Syafril, S.H, M.H., Bapak Suamperi, S.H, M.H. dan Ibu Yofiza Media, S.H., M.H., selaku tim penguji yang telah memberikan banyak masukan serta arahan untuk dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik. 7. Seluruh karyawan tata usaha pada Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta. 8. Ibu Yusrita, SH selaku Ketua Bidang Keperdataan pada Panitera Pengadilan Negeri Kelas 1B Pariaman atas segala bantuannya. 9. Bapak Eri Sofyan, SH selaku Wakil Panitera Pengadilan Negeri Kelas 1 B Pariaman atas segala petunjuk, bimbingan dan bantuannya. 10. Bapak AKP Musriyal S.Sos, MM selaku Kasatresrim di Kepolisian Resor Pariaman atas segala petunjuk, bimbingan dan bantuannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sangat membantu demi perbaikan dan kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya bidang hukum. Daftar Pustaka A. Buku-buku As Suhaiti Arief Hukum Acara Perdata. Bung Hatta University Press. Padang Bambang Sunggono Metode Penelitian Hukum. PT Grafindo Persada. Jakarta J.C.T Simorangkir dkk Kamus Hukum.Sinar Grafika. Jakarta M. Nur Rasaid Hukum Acara Perdata. Sinar Grafika. Jakarta M. Yahya Harahap Ruang Lingkup Eksekusi Bidang Perdata Edisi Kedua. Sinar Grafika. Jakarta Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkarta Winata Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek. CV Mondar Maju. Bandung R. Soepomo Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri. PT Pradnya Paramita. Jakarta R. Soeroso Hukum Acara Perdata Lengkap dan Praktis. Sinar Grafika. Jakarta 10

11 Soejono Soekanto Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. PT Grafindo Persada. Jakarta B. Peraturan-peraturan HIR (Herziene Inland Reglement) dan RBg (Rechtsreglement voor de Buiten gewesten) KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Pengadilan Umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman C. Sumber lain Pandji Susilo, 2012, Tugas dan Wewenang Polri, 012/11/03/tugas-dan-wewenangpolri, diakses tanggal 3 November 2013, pukul WIB Jawwad assyghaf, 2011, Jurusita Beserta Tugas dan Tangggung Jawabnya, ru-sita-beserta-tugas-dantanggung.html, diakses tanggal 27 Februari 2014, pukul 6.59 WIB 11

12 12

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK Oleh I Putu Wahyu Pradiptha Wirjana I Gusti Nyoman Agung Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Decisions that legally

Lebih terperinci

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hukum merupakan kaidah atau norma yang hidup dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hukum merupakan kaidah atau norma yang hidup dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Hukum merupakan kaidah atau norma yang hidup dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis/lisan, di mana norma tersebut bertujuan untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI A. Pengertian Eksekusi Eksekusi adalah merupakan pelaksanaan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan secara paksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara permohonan dan perkara gugatan. Dalam perkara gugatan sekurangkurangnya ada dua pihak yang

Lebih terperinci

PEMBAYARAN BIAYA PERKARA PERDATA DALAM PRAKTIKNYA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I.A PADANG. ABSTRACT

PEMBAYARAN BIAYA PERKARA PERDATA DALAM PRAKTIKNYA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I.A PADANG.   ABSTRACT PEMBAYARAN BIAYA PERKARA PERDATA DALAM PRAKTIKNYA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I.A PADANG Osvita Yeni, 1 As Suhaiti Arif, S.H, M.H, 1 Syafril, S.H, M.H, 1 1 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA Muhammad Ilyas,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA Muhammad Ilyas,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Abstrack Execution decision necessarily well often cause problems related to the rules that govern which SEMA

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2 EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan eksekusi menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Banyak permasalahan yang berlatar belakang pada sengketa perdata yang disebabkan oleh karena salah satu pihak merasa dirugikan akibat hak-haknya dilanggar oleh

Lebih terperinci

ELIZA FITRIA

ELIZA FITRIA EKSEKUSI RIIL TERHADAP PUTUSAN HAKIM YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI BATUSANGKAR KLAS II (STUDI KASUS PERKARA PERDATA NO. 02/Pdt.G/2007/PN.BS) SKRIPSI DIAJUKAN GUNA MEMENUHI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Suatu perkara perdata itu diajukan oleh pihak yang bersangkutan kepada Pengadilan untuk mendapatkan pemecahan atau penyelesaian. 1 Untuk mendapatkan pemecahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derden verzet merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan perlawanan pihak ketiga

Lebih terperinci

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA Oleh : M. Luqmanul Hakim Bastary* PENGERTIAN Untuk kesamaan penggunaan istilah, maka kata Executie yang berasal dari bahasa asing, sering diterjemahkan ke dalam Bahasa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN TERLEBIH DAHULU ATAU PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NKLAS I A PADANG

PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN TERLEBIH DAHULU ATAU PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NKLAS I A PADANG 1 PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN TERLEBIH DAHULU ATAU PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NKLAS I A PADANG ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN

oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN Eksekusi menurut Subketi(1) dan Retno Wulan(2) disebutkan dengan istilah "pelaksanaan" putusan. Putusan pengadilan

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015 PENYELESAIAN PERKARA MELALUI CARA MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI 1 Oleh : Elty Aurelia Warankiran 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertuan untuk mengetahui bagaimana prosedur dan pelaksanaan mediasi perkara

Lebih terperinci

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF 21 BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Putusan Verstek Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M PUTUSAN Nomor 793 K/Pdt/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: EFEKTIFITAS PERJANJIAN DAMAI DALAM PENGADILAN (AKTA VAN DADING) TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN WANPRESTASI DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA (STUDI PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA YANG DILAKUKAN DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A BATAM ARTIKEL

PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA YANG DILAKUKAN DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A BATAM ARTIKEL 1 PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA YANG DILAKUKAN DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A BATAM ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh : PUTRISA PATNI 1310012111026 Bagian

Lebih terperinci

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara kekuasaan kehakiman, asas-asas penyelengaraan kekuasaan kehakiman,

Lebih terperinci

PENCABUTAN PERKARA DI PERADILAN AGAMA

PENCABUTAN PERKARA DI PERADILAN AGAMA PENCABUTAN PERKARA DI PERADILAN AGAMA Drs.H.M.TARSI HAWI, S.H. (PTA BANJARMASIN) A. PENDAHULUAN Pencabutan gugatan perkara perdata pada tingkat pertama, tingkat banding, tingkat kasasi, dan bahkan pada

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D 101 09 643 ABSTRAK Pemeriksaan suatu perkara perdata dimulai pada tingkat Pengadilan

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan 1. Prosedur eksekusi Dalam melaksanakan eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan, ada beberapa prosedur

Lebih terperinci

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI PROSES PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KEJAKSAAN NEGERI KEPANITERAAN PIDANA PENGGUGAT/ KUASANYA KEPANITERAAN PERDATA Berkas diterima

Lebih terperinci

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene No.1172, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Gugatan Sederhana. Penyelesaian. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA DENGAN

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Eksekusi adalah pelaksanaan isi putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap dengan cara paksa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksekusi atau pelaksanaan putusan ialah tindakan yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. Eksekusi atau pelaksanaan putusan ialah tindakan yang dilaksanakan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksekusi atau pelaksanaan putusan ialah tindakan yang dilaksanakan secara paksa terhadap pihak yang kalah dalam perkara. 1 Biasanya tindakan eksekusi baru merupakan

Lebih terperinci

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu 1 SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu Pencabutan gugatan atau pencabutan perkara dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama sering sekali dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 juga telah ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka salah satu prinsip penting dalam

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DENGAN JALUR MEDIASI OLEH PENGADILAN BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA No. KEGIATAN INDIKATOR TARGET KINERJA KET HARI I II III I I KEPANITERAAN PERKARA DI PENGADILAN NEGERI. Pendaftaran gugatan dan permohonan

Lebih terperinci

E K S E K U S I (P E R D A T A)

E K S E K U S I (P E R D A T A) E K S E K U S I (P E R D A T A) A. Apa yang dimaksud dengan Eksekusi Eksekusi adalah melaksanakan secara paksa (upaya hukum paksa) putusan Pengadilan dengan bantuan kekuatan umum. B. AZAS-AZAS EKSEKUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )

SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram ) SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram ) A. Pendahuluan : 1. Pengertian Pemeriksaan Setempat Pemeriksaan Setempat atau descente ialah

Lebih terperinci

EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP 1. Putusan yang berkekuatan hukum tetap adalah putusan Pengadilan Agama yang diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara, putusan perdamaian, putusan verstek

Lebih terperinci

Oleh Helios Tri Buana

Oleh Helios Tri Buana TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEWARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska) Jurnal Ilmiah Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

JAMINAN. Oleh : C

JAMINAN. Oleh : C NASKAH PUBLIKASII SKRIPSI PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA (Study Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mediasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kewenangan Pengadilan Tinggi dalam menjatuhkan sebuah putusan akhir ternyata masih ada yang menimbulkan permasalahan. Untuk itu dalam bab tinjauan pustaka ini, penulis hendak menguraikan

Lebih terperinci

BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*

BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo* BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo* Abstrak Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka Pengadilan dan cara bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala tingkah laku yang diperbuat

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: AFRIANTO

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: AFRIANTO Gugatan Tidak Dapat Diterima Atau Niet Ontvankelijkverklaard (N.O) Dalam Praktiknya Di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN Oleh: Made Nara Iswara I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract:

Lebih terperinci

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan KESIMPULAN Kesimpulan yg dibuat oleh para pihak ttg jalannya persidangan sebelum dijatuhkan Putusan. Kesimpulan bersifat Fakultatif, artinya boleh diajukan, boleh tidak Sebaiknya dimasukan point yg menguntungkan

Lebih terperinci

Kecamatan yang bersangkutan.

Kecamatan yang bersangkutan. 1 PENCABUTAN PERKARA CERAI GUGAT PADA TINGKAT BANDING (Makalah Diskusi IKAHI Cabang PTA Pontianak) =========================================================== 1. Pengantar. Pencabutan perkara banding dalam

Lebih terperinci

PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN.

PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN. PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN. PDG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Dasar Hukum Hakim dalam Penerapan Pencabutan Cerai Gugat Pengadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Namun dalam membina hubungan bermasyarakat tersebut, sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 1 PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI DALAM PERKARA WARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajad Sarjana Hukum dalam

Lebih terperinci

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan surat edaran mahkamah agung nomor 3 tahun 2000 tentang putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan provisionil dalam eksekusi putusan serta merta di Pengadilan Negeri Pati Oleh Ariwisdha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE

PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE Oleh : Suhartanto I. Latar Belakang Permasalahan : Pada pasal 60 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, ditentukan bahwa

Lebih terperinci

SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin

SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin SEKITAR PENYITAAN Oleh A. Agus Bahauddin A. Pengertian Penyitaan : Menurut terminologi Belanda : beslag, dalam istilah Indonesia disebut beslah, dan istilah bakunya sita dan penyitaan. Dari istilah-istilah

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Key Word : , legal evidence, evidence

ABSTRAK ABSTRACT. Key Word :  , legal evidence, evidence KEKUATAN ALAT BUKTI SURAT ELEKTRNONIK (EMAIL) DALAM PRAKTEK PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR Oleh Stefanus Alfonso Balela I Ketut Tjukup Nyoman A. Martana Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) merupakan badan yang menyelesaikan sengketa konsumen melalui cara di luar pengadilan. BPSK memiliki tujuan sebagai

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN Oleh : I Dewa Ayu Maheswari Adiananda Putu Gede Arya Sumerthayasa Bagian Hukum Peradilan,

Lebih terperinci

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET TERHADAP PUTUSAN VERSTEK DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG (Studi Perkara No. 1455/Pdt.G/2013/PA.Jbg) BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website : PELAKSANAAN EKSEKUSI PUTUSAN HAKIM PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP DI KOTA SEMARANG Margaretha Rosa Anjani*, Lapon Tukan Leonard, Ayu Putriyanti Program Studi S1 Ilmu Hukum,

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA OLEH DRS.H.SUHADAK,SH,MH MAKALAH DISAMPAIKAN PADA PELAKSANAAN BIMTEK CALON PANITERA PENGGANTI PENGADILAN TINGGI AGAMA MATARAM TANGGAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum

BAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan adalah kekuasaan negara dalam menerima, memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum dan keadilan. 1 Kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2009 mengenai. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2009 mengenai. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Pasal 29 Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dikatakan bahwa Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi Tingkat

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing: TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D 101 10 308 Pembimbing: 1. Dr. Abdul Wahid, SH., MH 2. Kamal., SH.,MH ABSTRAK Karya ilmiah ini

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Lebih terperinci

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi : BAB III PELAKSANAAN SITA JAMINAN SERTA EKSEKUSI DAN PELAKSAAN SITA JAMINAN SERTA EKSEKUSI TERHADAP BENDA MILIK DEBITUR YANG TIDAK DIDAFTARKAN OLEH JURU SITA PENGADILAN NEGERI BANDUNG A. Pelaksaan Sita

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 11/Pdt.G/2010/PTA Btn

P U T U S A N Nomor 11/Pdt.G/2010/PTA Btn P U T U S A N Nomor 11/Pdt.G/2010/PTA Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang mengadili perkara perdata pada tingkat banding dalam

Lebih terperinci

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR PENYITAAN (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Penyitaan Sita (Beslag) adalah suatu tindakan hukum pengadilan atas benda bergerak ataupun benda tidak bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

Lebih terperinci

Christine Widyawati (Mahasiswa S2 Program MKN UNS) Pranoto, Hartiwiningsih (Dosen Fakultas Hukum UNS) Abstract

Christine Widyawati   (Mahasiswa S2 Program MKN UNS) Pranoto, Hartiwiningsih (Dosen Fakultas Hukum UNS) Abstract PERBANDINGAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MELALUI PENGADILAN NEGERI DENGAN PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MELALUI KANTOR KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG DI SURAKARTA Christine Widyawati Email: christine_widya99@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ABSTRAK Latar belakang

ABSTRAK Latar belakang ABSTRAK Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekutorial diajukan kepada Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut. Adakalanya permohonan eksekusi datang langsung dari pihak tereksekusi sendiri.

Lebih terperinci

E K S E K U S I Bagian II Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya

E K S E K U S I Bagian II Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya 1 E K S E K U S I Bagian II Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya A. Arti Eksekusi -Executie- Bhs asing -Pelaksanaan Bhs Indonesia B. Pengertian Eksekusi - Melaksanakan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 ) DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 ) BAB I PENDAHULUAN Sebelum diundangkannya Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET (Oleh H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim PTA NTB) I. Pendahuluan Dalam praktek beracara di muka Pengadilan sering kita dapati perkara gugatan derden

Lebih terperinci

- 1 - P U T U S A N NOMOR : 176 / PDT / 2013 /PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

- 1 - P U T U S A N NOMOR : 176 / PDT / 2013 /PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA - 1 - P U T U S A N NOMOR : 176 / PDT / 2013 /PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara perkara perdata dalam tingkat Banding

Lebih terperinci

hal 0 dari 11 halaman

hal 0 dari 11 halaman hal 0 dari 11 halaman I. PENGERTIAN PENGGUNAAN LEMBAGA PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) OLEH Ketua Muda Perdata Mahkamah Agung RI (H. SUWARDI, SH, MH) Subekti menyebut, putusan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bersosialisasi dengan sesamanya merupakan kebutuhan mutlak manusia yang kemudian membentuk kelompok-kelompok tertentu dengan sesamanya tersebut. Tentulah kita

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PELAKSANAAN PENCABUTAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLAS 1.A PADANG.

ARTIKEL PENELITIAN PELAKSANAAN PENCABUTAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLAS 1.A PADANG. ARTIKEL PENELITIAN PELAKSANAAN PENCABUTAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLAS 1.A PADANG Oleh: ATH THARIQ RAHMAN SYAFPUTRA NPM: 1110012111115 BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Proses Pemeriksaan Perkara Perdata Hukum acara perdata disebut juga hukum perdata formil, yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 77/PMK.01/2008 TENTANG BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 77/PMK.01/2008 TENTANG BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 77/PMK.01/2008 TENTANG BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk ketertiban dalam penanganan bantuan hukum di

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijalani oleh setiap manusia berdasarkan aturan kehidupan yang lazim disebut norma. Norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan tujuan untuk mencapai suatu masyarakat

Lebih terperinci

Drs. Munawir, SH., M.Hum

Drs. Munawir, SH., M.Hum IMPLEMENTASI EKSEKUSI UANG PAKSA (DWANGSOM): Studi Terhadap Putusan-Putusan Hakim Tentang Uang Paksa (Dwangsom) Di Pengadilan Negeri Ponorogo Drs. Munawir, SH., M.Hum Abstrak: Pengadilan Negeri Ponorogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA A. Putusan PTUN Tujuan diadakannya suatu proses di pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim. 62 Putusan hakim

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN Oleh : Ni Komang Wijiatmawati Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Mediation is the one of

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR: 58/PDT/ 2012/PTR.

P U T U S A N NOMOR: 58/PDT/ 2012/PTR. P U T U S A N NOMOR: 58/PDT/ 2012/PTR. ESA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA Pengadilan Tinggi Pekanbaru, yang memeriksa dan mengadili perkara - perkara perdata dalam Tingkat Banding, dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi 13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN A. Pengertian Kumulasi Gugatan Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi adalah pengumpulan; penimbunan; penghimpunan. 1 Kumulasi

Lebih terperinci

BAB III. HASIL PENELITIAN dan ANALISIS

BAB III. HASIL PENELITIAN dan ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN dan ANALISIS A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum dan kasus posisi Pada tahun 1991, terdapat sebuah kasus perdata tentang sengketa tanah pusaka tinggi di Kabupaten Padang Pariaman

Lebih terperinci