PETUNJUK PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN"

Transkripsi

1 PETUNJUK PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN Oleh: Laboratorium Agronomi dan Hortikultura UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016

2 ACARA 1 KUALITAS AIR Air irigasi yang baik adalah air yang dapat memenuhi segala fungsi air (6 hal), tanpa menimbulkan eferk samping yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan merusak struktur serta kesuburan tanah. Kualitas air untuk irigasi pertanian dapat dilihat dari berbagai parameter kualitas air diantaranya adalah : 1. Salinitas : kandungan garam dalam air yang dapat mempengaruhi potensial osmotis dan pertumbuhan tanaman. Salinitas air irigasi dinyatakan dalam jumlah kandungan garam terlarut (tingkat salinitas air irigasi berbeda-beda, ada yang rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi) 2. Sodivitas : kandungan sodium dalam air yang dapat menimbulkan efek berracun bagi tanaman. 3. Toksisitas : kandungan ion yang spesifik yang dapat menimbulkan gangguan pada tanaman selain cadmium (boron, Chlor dan beberapa logam berat). Selain itu, kualitas air untuk irigasi dapat ditentukan berdasarkan pada: 1. Warna: jernih dan tidak berwarna 2. Tingkat kekeruhan: air yang baik tidak keruh 3. Bau: yang baik tidak berbau 4. Temperatur pada suhu 20 0 C 5. DHL (Daya Hantar Listrik) 6. Kandungan Na, Mg, Cl, SO 4 2- Disamping itu air yang digunakan untuk tanaman harus mempunyai komposisi kimia antara lain: 1. Total konsentrasi bahan terlarut 2. Kandungan ion dalam air 3. Boron 4. ph ( yang baik 6-8)

3 5. SAR ( Sodium adsorption ratio) Tujuan praktikum Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengetahui kualitas air untuk irigasi pertanian serta mampu mengukur dan menentukan parameter-parameter kualitas air untuk irigasi. Alat dan bahan 1. Ember 2. Erlenmeyer 3. Gelas ukur 4. Corong 5. ph paper 6. TDS meter 7. DO meter 8. EC meter 9. Turbidimeter 10. Kertas Saring 11. Aquades 12. Air irigasi Prosedur Kerja 1. Persiapan Contoh Contoh air irigasi diambil dari lapangan sebelum dianalisis terlebih dahulu diperiksa label dan nomor. Diulang sebanyak 3 kali dan masing-masing disiapkan untuk dianalisis menggunakan DO meter, EC meter, Turbidimeter, TDS meter, dan ph paper. 2. Penetapan Kadar Lumpur

4 Peralatan yang dibutuhkan antara lain erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring berlipat, corong berdiameter 15 cm, erlemeyer, dan oven. Pereaksi yang dibutuhkan adalah aquades. Cara kerja : Kertas saring berlipat yang sudah diketahui bobotnya (A mg) disimpan diatas corong yang beralas erlenmeyer. Gelas ukur yang berisi air irigasi sebanyak 250 ml disaring diatas kertas saring sampai habis. Kemudian kertas saring dipanaskan pada suhu C selama 1-3 jam. Selanjutnya, kertas saring yang berisi lumpur ditimbang (B mg). Kadar lumpur ditetapkan dengan rumus berikut ini : Kadar lumpur (mg/l) = (B A) x 1000 ml / (ml contoh) yang disaring. Dimana : A = berat kertas saring kosong (mg) B = berat kertas saring+lumpur kering 1000 = faktor dari ml ke l. 3. Penetapan daya hantar listrik Peralatan yang dibutuhkan antara lain EC meter, erlemeyer 100 ml, tissue. Pereaksi yang digunakan antara lain aquades. Cara Kerja : Alat EC meter dinyalakan, elektrode dicuci dengan aquades lalu keringkan dengan tisue. Alat dikalibrasi dengan memasukkan elektrode ke dalam larutan baku NaCL. Tepatkan pembacaan alat menjadi µs cm -1. Setelah kalibrasi selesai elektroda dikeringkan. Masukkan elektrode ke dalam contoh yang akan diukur (kira-kira 50 ml) dan baca setelah angka mantap. Setiap akan mengukur contoh elektrode dicuci dan dikeringkan dengan tisu. Setelah selesai elektrode dicuci dengan aquades dan dilap sampai kering. Alat dimatikan. 4. Penetapan kandungan terlarut

5 Peralatan yang dibutuhkan antara lain TDS meter, erlemeyer 100 ml, tissue. Pereaksi yang digunakan antara lain aquades. Cara Kerja : Alat TDS meter dinyalakan, elektrode dicuci dengan aquades lalu keringkan dengan tisue. Masukkan elektrode ke dalam contoh yang akan diukur (kira-kira 50 ml) dan baca setelah angka mantap. Setiap akan mengukur contoh elektrode dicuci dan dikeringkan dengan tisu. Setelah selesai elektrode dicuci dengan aquades dan dilap sampai kering. Alat dimatikan. 5. Penetapan kadar oksigen Peralatan yang dibutuhkan antara lain DO meter, erlemeyer 100 ml, tissue. Pereaksi yang digunakan antara lain aquades. Cara Kerja : Alat DO meter dinyalakan, elektrode dicuci dengan aquades lalu keringkan dengan tisue. Masukkan elektrode ke dalam contoh yang akan diukur (kira-kira 50 ml) dan baca setelah angka mantap. Setiap akan mengukur contoh elektrode dicuci dan dikeringkan dengan tisu. Setelah selesai elektrode dicuci dengan aquades dan dilap sampai kering. Alat dimatikan. 6. Penetapan tingkat kejenuhan air Peralatan yang dibutuhkan antara lain Turbidimeter, erlenmeyer 100 ml, tissue. Pereaksi yang digunakan antara lain aquades. Cara Kerja : Contoh air dimasukkan dalam tabung turbidi. Kemudian alat dinyalakan. Tunggu ready berkedip 10 kali kemudian dicatat nilai yang keluar. Alat dimatikan.setelah selesai tabung turbidi dicuci dengan aquades dan dilap sampai kering.

6 ACARA II PENGELOLAAN AIR PADA LAHAN SAWAH Kedalaman air pada petakan sawah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah. Oleh karena itu, dalam budidaya padi sawah perlu diatur kedalaman air irigasi pada petakan sawah dengan tepat dan sesuai dengan stadia pertumbuhan tanaman padi. Pemberian air pada tanaman padi sawah dilakukan dengan cara penggenangan secara terus menerus yaitu tanaman padi diberi air dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam sampai beberapa hari sebelum panen. Penggenangan dapat dilakukan pada kedalaman air 2,5 5 cm (dangkal), 5-7,5cm (sedang), 7,5-15cm (dalam). Penggenangan pada petakan sawah dilakukan dengan beberapa pertimbangan: 1. Penggenangan secara terus menerus dan diselingi penyusutan pada waktu pemupukan akan memberikan hasil yang baik. 2. Menghemat tenaga untuk pengolahan tanah 3. Dapat menekan pertumbuhan gulma Keadaan air pada petakan sawah ini sangat menetukan pertumbuhan dan tingkat produksi bukan cara pemberiannya. Dalam atau dangkalnya penggenangan air pada petakan sawah sangat menentukan tingkat produksi. Adapun cara mengatur kedalaman air pada petakan sawah dilakukan dengan mengatur lubang pemaasukan air dan pengeluaran air Tujuan praktikum Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengatur kondisi air dalam petakan sawah yang tepat sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman padi.

7 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi penggaris dan alat tulis, pancong, dan petakan sawah dengan tanaman padi ada berbagai stadia pertumbuhan tanaman. Prosedur kerja 1. Pertanaman padi sawah ditentukan berdasarkan stadia pertumbuhannya, yaitu stadia anakan aktif, vegetatif maksimum, berbunga, pengisian gabah, dan menjelang panen. 2. Kedalaman air pada petakan sawah diukur pada beberapa titik pengamatan.

8 ACARA III DEBIT AIR SALURAN IRIGASI Debit air merupakan jumlah air yang mengalir pada sungai atau saluran per satuan waktu (m3/dt atau l/dt). Pengukuran debit air sangat penting untuk dasar perhitungan dalam perencanaan dimensi dan kekuatan waduk, kekuatan jaringan irigasi (bangunan dan saluran), serta bangunan pengendali banjir. Sungai merupakan sumber air utama untuk kepentingan pertanian. Oleh karena itu sebelum dikembangkan menjadi sumber air irigasi harus dilakukan penyelidikan terlebih dahulu guna memperoleh data tentang kuantitas dalam penyediaan air serta kualitas airnya. Pada umumnya debit air sungai sangat tergantung pada musim dan lokasinya. Kenyataannya untuk mendapatkan data debit aliran sungai pada banyak daerah aliran sugai datanya sering tidak lengkap. Ketersediaan data debit aliran sungai jangka panjang dilokasi bangunan pengambilan sangat diperlukan untuk keperluan perencanaan pengembangan air irigasi. Dikarenakan fungsi bangunan pengambilan air tersebut untuk mensuplai kebutuhan air sepanjang musim, sehingga untuk mendapatkan kesinambungan persediaan air sesuai perencanaan diperlukan perhitungan debit andalan untuk mengetahui besarnya debit yang tersedia sepanjang tahun baik musim kemarau maupun penghujan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penyaluran air dari pintu pengambilan sampai ke petak sawah perlu dierhitungkan debit air yang dialirkan sesuai dengan kebutuhan dan stadia pertumbuhan tanaman. Berbagai macam cara perhitungan debit sudah dikembang baik yang sederhana maupun dengan menggunakan sekat pengukur. Tujuan Praktikum Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengukur debit air pada jaringan irigasi

9 Alat dan Bahan Peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain rollmeter, stopwatch, pelampung, sekat ukur jenis romijn dan sorong serta alat tulis Prosedur Kerja 1. Pengukuran debit dengan pelampung. Pengukuran dengan pelampung, didasarkan pada : Φ = c. V. A Dimana Φ : Debit air ( m 3 /s atau l/s ) c : Koefisien pelampung (0,6) V : Kecepatan aliran air rata-rata ( m/s ) A : Luas penampang ( m 2 ) a. Pengkuran kecepatan aliran Cara perhitungan dengan pelampung sangat sederhana dan memberikan hasil pengukuran yang kurang teliti. Metode ini berdasarkan dari pencatatan waktu dengan menggunakan pelampung untuk menempuh jarak tertentu (D) kemudian kecepatan aliran (V) dihitung berdasarkan rumus : V = Cara pengukuran : Menentukan lokasi pengukuran yaitu : - Memiliki aliran yang seragam, kedua tebing sisinya lurus sepanjang m atau minimal 10 kali lebar sungai/saluran

10 - Daerah pengukuran terlindung dari angin - Memasang tada batas pengukuran - Dilakukan berulang-ulang - Melepaskan pelampung - Faktor koreksi b. Pengukuran luas penampang basah Pada saluran irigasi bentuk penampang antara lain dasar lancip, dasar parabola, dan dasar trapesium. Untuk luas penampang dihitung dengan rumus berikut : A = c x B x h Dimana A : luas penampang B : lebar sungai h : kedalaman sungai c : koefisien penampang Lebar sungai dibagi dalam beberapa bagian d1, d2, d3, d4 dst. Kedalaman diukur pada beberapa bagian sungai h1, h2, h3, h4 dst Luas penampang A1 = d1 x h1 Q1 = A1 x V1 Kemudian dirata-ratakan 2.Pengukuran Debit dengan Sekat Ukur. a. Sekat Ukur Tipe Cipoletti 1 : 4 Alat ini berambang tajam dengan bentuk trapesium dengan kemiringan sisinya

11

12 Debit air duhitung dengan rumus : Q = bh 3/ 2 dimana Q : debit (m3/dt) b : lebar bibir ambang (cm) h : tinggi muka air Dalam praktek cukup menggunakan tabel yang disusun berdasar rumus, bila lebar bibir ambang (b) diketahui dan tinggi muka air (h) dapat dibaca pada sekat di lapang b. Sekat ukur Romijn Alat ini bekerja berdasarkan pengaliran air lewat ambang yang dapat digerakkan naik-turun sehingga punya fungsi sebagai alat pengukur debit dan alat penutup (pintu). Debit air diukur dengan rumus : Q : 1.71bh 3/ 2 Dimana Q : debit saluran (l/dt)

13 b : lebar ambang (m) h : tinggi muka air (cm)

14 ACARA IV KAPASITAS LENGAS LAPANG Kapasitas lengas lapang adalah jumlah air maksimum yang tertinggal setelah air permukaan dan air bebas pada pori makro yang hilang dari tanah akibat gaya berat. Berarti kapasitas lapang memperhatikan kondisi fisik dari tanah dan mempunyai arti penting dalam pertanian. Oleh karena itu tanaman yang ditanam pada tanah kondisi kapasitas lapang akan memberikan hasil yang baik. Jumlah air yang bermanfaat bagi tanaman mempunyai kisaran batas tertentu. Pada tanah yang kelebihan air atau kekurangan air merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman, bahkan kekurangan udara pada tanah yang tergenang dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Kandungan air dari tanah dapat pula dinyatakan dengan ketersediaan air bagi tanaman. Jumlah total air tanah yang ada tidaklah sepenting ketersediaannya bagi tanaman. Air tersedia pada kebanyakan tanaman budidaya adalah tingkatan air yang berada antara titik layu permanen dan kapasitas lapang. Air ini disebut air kapiler. Kondisi kapasitas lapang dapat diukur berdasarkan kadar airnya. Kadar air tanah adalah jumlah air yang terdapat dalam massa tanah dan dinyatakan dalam persen terhadap tanah kering. Kadar air tanah juga dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Kadar air pada kondisi kapasitas lapang untuk setiap jenis tanaman berbeda tergantung dari jenis tanamannya. Tujuan Praktikum Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengukur kapasitas lengas lapang beberapa jenis tanah. Alat dan Bahan - Media tanam (ada beberapa jenis) - Polibag

15 - Oven - Timbangan elektrik - Cawan - Solet - Prosedur Kerja Contoh tanah kering udara yang diambil dari lapisan olah (kedalaman 20 cm), ditimbang dan diperoleh bobot tanah kering udara (BKU) kira-kira sebanyak 10 gram. Contoh tanah tersebut selanjutnya dioven pada suhu 105 C selama 24 jam, lalu ditimbang kembali sehingga diperoleh bobot tanah kering oven (BKO). Selisih bobot tanah kering udara dengan bobot tanah kering oven adalah bobot air pada contoh tanah kering udara. Sejumlah contoh tanah tersebut dimasukkan dalam pot, lalu disiram dengan air (150 ml) agar kadar lengas sekitar kapasitas lapangan yaitu dengan dibiarkan selam 48 jam. Pot ditutup dengan plastik agar air tidak menguap, tetapi sedikit diberi lubang agar air meresap ke bawah oleh pengaruh gravitasi seperti keadaan di lapangan. Setelah 48 jam, contoh tanah diambil dari pot lalu ditimbang dan diperoleh bobot tanah kapasitas lapangna (BKL). Contoh tanah tersebut selanjutnya dioven pada suhu 105 C selam 24 jam, lalu ditimbang kembeli sehingga diperoleh bobot tanah kering oven (BKO). Nilai-nilai BKU, BKL dan BKO yang sudah diketahui selanjutnya dapat untuk menghitung nilai kapasitas lengas lapangan dan jumlah air yang harus ditambahkan dalam pot agar kondisinya sekitar kapasitas lapangan. Perhitungan kapasitas lengas lapangan sebagai berikut. BKU : bobot tanah kering udara (g) BKL : bobot tanah kapasitas lapangan (g) BKO : bobot tanah kering oven (g) Rasio BKU/BKO = A, Rasio BKL/BKO = B dan Rasio BKL/BKU = C Kapasitas lengas lapangan = BKL/BKU = B x 1/A = C

16 Dengan mengetahui besarnya nilai C, maka jumlah air yang harus ditambahkan dapat dihitung. Misalnya bobot tanah per pot (BKU) = 8 kg (8000 g), bobot pot = 50 g, bobot segar tanaman 50 g nilai C tanah tersebut = 1,2 maka kapasitas lapang diperoleh dengan menambahkan air ke dalam pot sampai bobot keseluruhan: (1,2 x 8000 g) + ( ) g = 9700 g. Jumlah air yang harus ditambahkan = ( ) = 1600 g. Jumlah air yang harus ditambahkan pada perlakuan air tersedia 75% dan 50% kapasitas lapangan, berturut-turut sebanyak 1200 g dan 800 g, maka penambahan air ke dalam pot sampai bobot keseluruhan masing-masing 9300 g dan 8900 g.

17 ACARA V EVAPORASI DAN TRANSPIRASI Air merupakan bagian dari semua sel, jumlahnya bervariasi tergantung dari jaringannya (tersebar dan terbagi 20 sampai 95 persen). Air merupakan sistem pelarut dari sel dan memberikan suatu medium dari sel dan juga sebagai media pelarut unsurunsur hara dalam tanah. Air dapat mempertahankan turgor sel yang sangat penting dalam peristiwa transpirasi dan pertumbuhan tanaman. Disamping itu, air diperlukan sebagai untuk pembentukan persenyawaan baru. Air bagi tanaman berada dalam suatu keadaan yang sinambung. Kehilangan air dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan dan defisiensi secara terus-menerus menyebabkan perubahan-perubahan dalam tanaman yang bersifat tidak dapat balik dan mengakibatkan kematian. Hal ini, dapat terjadi sangat cepat dalam keadaan panas dan sering bagi tanaman-tanaman yang karakternya tidak dapat untuk mencegah kehilangan air. Sebaliknya air berlebihan umumnya berupa air bebas yang berada pada kelembaban tanah lebih dari kapasitas lapang. Air ini tidak berguna bagi tumbuhan karena berpengaruh buruk antara lain mengakibatkan keadaan aerasi buruk bagi pertumbuhan, pengendapan hara ke lapisan tanah yang lebih dalam dan mengakibatkan kematian tanaman karena kekurangan udara di dalam tanah. Kebutuhan air bagi tanaman adalah hilangnya air pada tanah akibat evaporasi, transpirasi dan perkolasi. Kebutuhan air bagi tanaman dinyatakan sebagai jumlah satuan air yang diisap per satuan berat kering tanaman, 50 persennya untuk pembentukan bahan kering dan kebutuhannya berbeda untuk setiap jenis tanaman. Transpirasi merupakan kehilangan air berupa uap air yang keluar tubuh tanaman, sedangkan evaporasi adalah kehilangan air berbentuk gas yang keluar dari permukaan tanah. Oleh karena itu transpirasi adalah peristiwa evaporasi dari permukaan tumbuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi juga berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapang kedua proses tersebut terjadi secara bersama-sama dan disebut sebagai evapotranspirasi.

18 Manfaat Transpirasi yaitu : 1. Pengangkutan mineral-mineral dan air melalui xylem dan larutan bergerak melalui jaringan phloem dari organ pengasimilasi ke organ pengguna. 2. Meningkatkan turgor optimum sel. 3. Meningkatkan proses penyerapan air dan hara serta pertukaran energi. Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang evaporasi dan transpirasi. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain polibag, timbangan, media tanam, benih jagung, air. Prosedur kerja 1. Siapkan polibag yang berisi media dengan media antara lain media pasir saja, media tanah saja, media tanah+bahan organik, media tanah+pasir. 2. Tanam benih tanaman jagung pada setiap polibag. 3. Setelah tanaman berumur tiga minggu lakukan penimbangan (sebelumnya disiram dulu dengan air sampai kapsitas lapang) pada pot/polibag tersebut. 4. Letakkan seluruh polibag pada kondisi lingkungan yang terbuka dan mendapat panas langsung dari matahari. 5. Setelah 24 jam lakukan penimbangan terhadap semua polibag tersebut, selisih antara penimbangan I dengan penimbangan II merupakan banyaknya air yang hilang karena proses evapotranspirasi. 6. Untuk mengetahui banyaknya air yang hilang karena proses transpirasi bandingkan dengan polibag yang tidak ditanami. 7. Lakukan pembahasan dengan membandingkan transpirasi yang dilakukan tanaman pada berbagai jenis tanah.

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah 1314151022 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Dokuchnev

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi 102 PEMBAHASAN UMUM Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi dengan pembuatan saluran irigasi dan drainase agar air dapat diatur. Bila lahan tersebut dimanfaatkan untuk bertanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2010. Penanaman kedelai dilakukan pada bulan Mei 2010. Pada bulan tersebut salinitas belum mempengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

12/04/2014. Pertemuan Ke-2

12/04/2014. Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-2 PERTUMBUHAN TANAMAN 1 PENGANTAR Pertumbuhanadalah proses pertambahan jumlah dan atau ukuran sel dan tidak dapat kembali kebentuk semula (irreversible), dapat diukur (dinyatakan dengan angka,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 Tanah = Pedosfer Merupakan hasil perpaduan antara: 1. lithosfer 2. biosfer 3. hidrosfer 4. atmosfer Perpaduan/hubungan tsb digambarkan oleh Patrick, F. (1974) Komponen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Mei 2014 April 2015. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012 Nama : Yudhistira Wharta Wahyudi NIM : 105040204111013 Kelas : J, Jumat 09:15 Dosen : Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung di belakang Masjid Alwasi i (komplek perumahan dosen), dari bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012. Pengambilan contoh tanah dilakukan di beberapa tanah sawah di Pulau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara I. Penetapan Kadar Air Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara I. Penetapan Kadar Air Tanah LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara I. Penetapan Kadar Air Tanah Nama Oleh: : Arifin Budi Purnomo NIM : A1C012025 Rombongan : E1(Agribisnis) Asisten : Kristia D A Reza Riski T Wefindria Afifah Nova

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Produksi Tanaman, dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Bab 4. AIR TANAH. Foto : Kurniatun Hairiah

Bab 4. AIR TANAH. Foto : Kurniatun Hairiah Bab 4. AIR TANAH Foto : Kurniatun Hairiah Apa yang dipelajari? Kapilaritas dan Air Tanah Konsep Enerji Air Tanah Kadar Air dan Potensial Air Mengukur Kadar dan Potensial Air Macam-macam aliran air di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air Budidaya jenuh air merupakan sistem penanaman dengan membuat kondisi tanah di bawah perakaran tanaman selalu jenuh air dan pengairan untuk membuat kondisi tanah jenuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di desa Kleseleon, kecamatan Weliman, kabupaten Malaka, proinsi Nusa Tenggara Timur pada lahan sawah bukaan baru yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011. Ekstraksi, analisis sifat kimia ekstrak campuran bahan organik dan analisis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan pertanaman nanas (Ananas comosus L.) yang banyak mengandung bahan kasar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

Perbedaan Transpirasi dengan. Evaporasi

Perbedaan Transpirasi dengan. Evaporasi TRANSPIRASI Definisi Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan

Lebih terperinci

KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA

KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA Usaha pelestarian dan pembudidayaan Kultivan (ikan,udang,rajungan) dapat dilakukan untuk meningkatkan kelulushidupan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui percobaan rumah kaca. Tanah gambut berasal dari Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Jambi, diambil pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan percobaan lapang yang dilakukan di ebun Percobaan University Farm Cikabayan Darmaga IPB, sedangkan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 10 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahun pertama. Penanaman tahun pertama dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2014. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Bismillahirrahmaanirrahiim... Bismillahirrahmaanirrahiim... Assalamualaikum wr wb... LOADING PLEASE WAIT TRANSPIRASI Definisi Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah

Lebih terperinci

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perluasan lahan pertanian di Indonesia merupakan salah satu pengembangan sektor pertanian yang dimanfaatkan dalam ekstensifikasi lahan pertanian yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap yaitu penyiapan serbuk DYT, optimasi ph ekstraksi DYT dengan pelarut aquades, dan uji efek garam pada ekstraksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian Lokasi pengambilan tanaman CAF bertempat di perkebunan BALITSA. Penelitian dilakukan dari bulan Januari - Desember

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting dalam produksi dunia setelah pisang dan jeruk. Tujuh puluh persen dari nanas yang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN Secara keseluruhan Penelitian terdiri dari 4 kegiatan utama yaitu : 1. Percobaan pendahuluan, terdiri atas 3 kegiatan: a. Analisis unsur hara makro dan mikro tanah gambut, dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Terminal Betan Subing Tebanggi Besar. Lampung Tengah, pada bulan September - Oktober 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Terminal Betan Subing Tebanggi Besar. Lampung Tengah, pada bulan September - Oktober 2012. 1 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Terminal Betan Subing Tebanggi Besar Lampung Tengah, pada bulan September - Oktober 2012. Analisis Tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung reaksi, higrometer, altimeter, pipet berskala, labu ukur, oven, spektrofotometer, gunting, plastik, alat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di Soreang, Kabupaten Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman BDI. Penelitian

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Optimalisasi Preparasi Superabsorbent Dari Umbi Iles-Iles untuk Pembenah Tanah dan Pembawa Pupuk Lepas Kendali

Optimalisasi Preparasi Superabsorbent Dari Umbi Iles-Iles untuk Pembenah Tanah dan Pembawa Pupuk Lepas Kendali Optimalisasi Preparasi Superabsorbent Dari Umbi Iles-Iles untuk Pembenah Tanah dan Pembawa Pupuk Lepas Kendali Peneliti : Achmad Sjaifullah 1, Sugeng Winarso 2, Agung Budi Santoso 3 Mahasiswa terlibat

Lebih terperinci