KAJIAN BATIK TULIS DI RUMAH INDUSTRI RETNO MULYO BAYAT KLATEN
|
|
- Sukarno Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN BATIK TULIS DI RUMAH INDUSTRI RETNO MULYO BAYAT KLATEN SKRIPSI Oleh: DENNY EKO NUR PRAMBUDY K PENDIDIKAN SENI RUPA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012 i
2 KAJIAN BATIK TULIS DI RUMAH INDUSTRI RETNO MULYO BAYAT KLATEN Oleh: DENNY EKO NUR PRAMBUDY K Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012 iii
3 MOTO Lakukan yang terbaik untuk hari ini seolah-olah tiada lagi hari esok (Penulis) Semua hal yang terjadi pada saat ini merupakan pengingat untuk menentukan langkah selanjutnya (Penulis) vi
4 PERSEMBAHAN Teriring syukurku pada-mu, ku persembahkan karya ini untuk: Almamater prodi pendidikan SR FKIP UNS Surakarta Bapak Ibu dan semua keluargaku Senantiasa mendoakan dan memberikan segalanya Adek Candra: Yang selalu memotivasiku, menemaniku, dan mengingatkanku Teman-teman 06, kakak dan adik tingkat program Seni Rupa: Terimakasih atas semangat dan bantuannya Teman-teman kampung: Terimakasih telah memberikan waktu untuk menyelesaikan karya ini vii
5 ABSTRAK Denny Eko Nur Prambudy. KAJIAN BATIK TULIS DI RUMAH INDUSTRI RETNO MULYO BAYAT KLATEN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten (2) Manajemen produksi batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten (3) Strategi pengembangan produksi batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten. Penelitian ini dilaksanakan di rumah industri batik Retno Mulyo Dukuh Mejan RT 03/ RW 02, Desa Kebon, Kec. Bayat. Kab. Klaten, Prop. Jawa Tengah, pada bulan Maret sampai Mei Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dan strategi model tunggal terpancang. Sumber data penelitian ini yaitu pemilik rumah industri batik Retno, pekerja rumah industri batik Retno Mulyo, Siswi SMK Rota yang PKL di rumah industri batik Retno Mulyo, pengurus kelompok batik di desa Kebon, kepala Desa Kebon, tempat, dan dokumen. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Untuk teknik validitas data menggunakan review informan dan trianggulasi. Teknik analisis data dengan analisis jalinan atau mengalir. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Di rumah industri Retno Mulyo terdapat beberapa input yang merupakan unsur penting untuk menjalankan produksi batik, yaitu: a. Pelaku usaha (pemilik usaha, karyawan, siswi SMK Rota yang PKL), b. Peralatan (meja pola, penghapus, gunting, alat tulis, alat ukur panjang, sendok plastik, kukusan, gelas, dingklik, canting, kwas, jegul, gawangan, skrap, kompor, wajan, ijuk, bak celup, jimbeng, pawon, timbangan, sarung tangan, gombal, tongkat, ember, kenceng, bambu), c. Bahan (kain mori, kertas, malam, zat warna, d. Bahan pembantu (asam sulfat, soda abu, TRO, tawas, kanji), e. Disain motif tradisional, f. Energi (minyak tanah, kayu bakar, sinar matahari, listrik). (2) Proses produksi berupa persiapan (pemotongan kain dan mola), nyanting (klowongan, ngiisen-iseni, nembok), pewarnaan (dengan zat warna alam dan buatan), dan finishing (nglorod, penguatan zat warna). (3) Hasil produksi berupa kain batik dengan ukuran 250 cm x 150 cm dan 250 cm x 125 cm, dengan motif-motif yang tradisional. (4) Pengembangan produksi dilakukan bertahap, a. Mulai membangun usaha dengan modal (alat,bahan,uang) dan hasil produksi yang sedikit, b. Hasil produksi sulit dipasarkan, c. Memproduksi batik untuk mengikuti pameran batik di wilayah Jawa Tengah, d. Hasil produksi mulai diminati konsumen, e. Membangun tempat produksi yang lebih baik dan melengkapi peralatan serta bahan, f. Mampu meningkatkan jumlah produksi untuk dipasarkan di wilayah Jawa. Sekarang akan mengembangkan produksi batik cap untuk menambah jumlah hasil produksi. Kata kunci: Batik tulis, rumah industri, pelaku usaha, disain motif tradisional viii
6 ABSTRACT Denny Eko Nur Prambudy. THE STUDIES ON BATIK TULIS IN RETNO MULYO HOME INDUSTRY IN BAYAT KLATEN. Thesis. Surakarta: Faculty of Training and Education. Sebelas Maret University of Surakarta. June This research purpose is to know (1) The background of Retno Mulyo batik home industry in Bayat Klaten, (2) The manajgemen production of Retno Mulyo batik home industry in Bayat Klaten (3) The production development strategy of Retno Mulyo batik home industry in Bayat Klaten. The reasearc was conducted in Retno Mulyo batik home industry, Mejan RT 03/RW 02, Kebon, Bayat, Klaten, Central Java, from Marc to May The form of is qualitative descriptive and single stacked model. the source of reserch data was the owner of Retno Mulyo batik home industry owner, the worker in Retno Mulyo Retno Mulyo batik home industry, batik home industry, SMK Rota s student which got job training the head of batik corporation in Kebon Village, Village Chief of Kebon, the place, and documents. The data collecting method was using observation, in depth interview, and document analisis. The sampling used was purposive sampling. Data validity technique was using informan review, and trianggulation. Data analysis technique was using brainded and flow analysis. From the research result, it can be concluded that (1) In Retno Mulyo batik home industry there are several input wich become important element to run batik production, those are: a. Business personel (owner, worker, and on the job trainer from SMK Rota), b. Tools/equipmen (pattern table, eraser, scissors, writing tools, measurement tools, plastic spoon, kukusan, glasses, small wooden, dingklik, canting, brush, jegul, gawangan, skrap, stove, friying pan, palm fiber, immersing bensin, jimbeng, pawon, scales, gloves, scrap cotton, stick, basin, kenceng, bamboo), c. Material (mori textile, paper, wax, diyes), d. Suporting material (sulfirid acid, caustic soda, TRO, alum, Starch), e. Tradisional motif design, f. Energy (petroleum, wood, sunlight, electricity), (2) Production process from preparation (cut the fabric, an making pattern), nyanting (klowongan, isen-iseni, nembok), coloring (using natural and chemical dyes), to finishing (nglorod, color enchancement), (3) The production result in form of traditional motif fabric in 250 cm x 125 cm, and 250 cm x 125 cm sizes, (4) The production development was done in stages, a. Start running the bussines by small capital (money, material, and equipment), b. Production result difficulty to be marketed, c. Produc special batik to join batik exhibition in Central Java, d. The produc started to get attention from customers, e. Build better production area and provide more complete equipment and materials, f. In crease the production capacity to sell in Java Island area. And now, they will develop stamp batik to increase the sum of production. Keyword: Batik tulis, home industry, bussines stake holder, traditional motif design. ix
7 KATA PENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin pelaksanaan tugas skripsi. 2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan izin pelaksanaan tugas skripsi. 3. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd, selaku Ketua Program Penidikan Seni Rupa Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin pelaksanaan tugas skripsi 4. Dr.H. Edy Tri Sulistyo, M.Pd, selaku Pembimbing I, yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan pengarahan yang sangat berarti dalam esensi tulisan ini. 5. Nanang Yulianto, S.Pd, M.Ds, selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan pengarahan yang sangat berarti dalam esensi tulisan ini. 6. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Seni Rupa yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis. 7. Ibu Sipon selaku pemilik rumah industri batik Retno Mulyo. 8. Sukoco selaku Kepala Desa Kebon, Bayat, Klaten. x
8 9. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang memberikan bantuan terhadap kelancaran penulisan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan di dunia pendidikan khususnya. Surakarta, Juni 2012 Penulis xi
9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGAJUAN... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN MOTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii ABSTRAK... viii KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xxi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II LANDASAN TEORI... 6 A. Batik... 6 B. Alat dan Bahan Membatik Peralatan Membatik Bahan Membatik C. Proses Produksi Batik Persiapan Membuat Batik D. Motif Batik E. Kerangka Berpikir xii
10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bentuk dan Strategi Penelitian C. Sumber Data D. Teknik Sampling E. Teknik Pengumpulan Data F. Validitas Data G. Analisis Data H. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Rumah Industri Batik Retno Mulyo B. Latar Belakang Keberadaan Rumah Industri Batik Retno Mulyo. 43 C. Manajemen Produksi Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo Input (masukan) Untuk Produksi Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo Proses Produksi Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo Hasil Produksi Rumah Industri Batik Retno Mulyo D. Strategi Pengembangan Produksi Untuk Mengembangkan Produk Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN xiii
11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Peralatan Membatik... 8 Tabel 2.2. Bahan Membatik Tabel 4.3. Peralatan Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo Tabel 4.4. Bahan Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo Tabel 4.5. Produk Batik Produksi Rumah Industri Batik Retno Mulyo xiv
12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Meja Pola... 8 Gambar 2.2. Penghapus... 8 Gambar 2.3. Dingklik... 8 Gambar 2.4. Pensil... 9 Gambar 2.5. Canting... 9 Gambar 2.6. Cap... 9 Gambar 2.7. Gawangan... 9 Gambar 2.8. Pisau Gambar 2.9. Kompor Gambar Wajan Kecil Gambar Ijuk Gambar Kuas Gambar Bak Celup Gambar Belanga Gambar Timbangan Kue Gambar Sarung Tangan Gambar Clemek atau Skort Gambar Tongkat Kayu Gambar Ember Gambar Mori Primissima Gambar Mori Prima Gambar Mori Biru Gambar Malam Tawon Gambar Gondorukem Gambar Damar Mata Kucing Gambar Microwax Gambar Indigofera Gambar Soga Gambar Pewarna Buatan xv
13 Gambar Kawung Gambar Sidomukti Gambar Truntum Gambar Parang Gambar Ciptoning Gambar Sido Mulyo Gambar Kerangka Berpikir Gambar Model Analisis Jalinan Gambar 4.1. Peta Desa Kebon Gambar 4.2. Rumah Industri Batik Retno Mulyo Gambar 4.3. Tempat Mola Gambar 4.4. Tempat Nyanting Gambar 4.5. Tempat Pewarnaan Gambar 4.6. Tempat Penjemuran Gambar 4.7. Ruang Penyimpanan Produk Setengah Jadi Gambar 4.8. Ruang Penyimpanan Produk dan Bahan Baku Gambar 4.9. Meja Pola Gambar Penghapus Gambar Gunting Gambar Pensil Gambar Meteran Gambar Sendok Plastik Gambar Kukusan Gambar Gelas Plastik Gambar Dingklik Gambar Canting Cecekan Gambar Canting Klowongan Gambar Canting Tembokan Gambar Kuas Gambar Jegul Gambar Gawangan xvi
14 Gambar Skrap Gambar Kompor Gambar Wajan Gambar Ijuk Gambar Bak Celup Gambar Jimbeng Gambar Pawon Gambar Timbangan Gambar Sarung Tangan Gambar Tongkat Gambar Ember Gambar Kèncèng Gambar Bambu Gambar Mori Primis Gambar Kertas Gambar Gladak Putih Gambar Gladak Ireng Gambar Gondorukem Gambar Zat Warna Indigo Gambar Buah Jolawe Gambar Kliko Mahoni Gambar Soga Gambar Indigosol Gambar Naftol Gambar Disain Motif Lung-lungan Pada Kertas Kalkir Gambar Disain Motif Lung-lungan Pada Kertas Kalkir Gambar Disain Motif Lung-lungan Kombinasi Parang Gambar Disain Motif Lung-lungan Pada Kertas Karton Gambar Disain Motif Nuju Prono Gambar Disain Motif Nogo Gini Gambar Disain motif Sekar xvii
15 Gambar Disain Motif Semen Gambar Disain Motif Solo Gambar Disain motif Lereng Gambar Kegiatan Pemotongan Kain Mori Gambar Kegiatan Mola Kain Mori Menggunakan Meja Pola Gambar Kain Mori Setelah Dipola Gambar Kegiatan Nglowongi Gambar Kegiatan Ngisèn-isèni Gambar Kegiatan Nerusi Gambar Kegiatan Nèmboki Gambar Kain Batik Putihan Gambar Kegiatan Ekstraksi Zat Warna Soga dan Jolawe Gambar Batik Putihan Direndam ke Dalam Larutan TRO Gambar Kegiatan Pewarnaan Batik Putihan dengan Zat Warna Indigo. 71 Gambar Batik Putihan Setelah Selesai Diwana Indigo Gambar 4.70 Kegiatan Nglorod Kain Batik Gambar Kegiatan Mbironi Batik Kelengan Gambar Kegiatan Pewarnaan Dengan Zat Warna Soga Gambar Hasil Pewarnaan Dengan Zar Warna Soga Gambar Kegiatan Pewarnaan Dengan Jolawe Gambar Hasil Pewarnaan Dengan Zat Warna Jolawe Gambar Pencelupan Batik Putihan ke Dalam Larutan TRO Gambar Kegiatan Nyolet Oleh Siswi PKL Gambar Kegiatan Pewarnaan Dengan Zat Warna Naftol Gambar Kegiatan Mbironi dan Nggranit Kain Batik Gambar Kain Batik Pewarna Sintetis Dijemur Setelah Dilorod Gambar Pewarnaan Batik Putihan Dengan Zat Warna Indigosol Gambar Penjemuran Kain Setelah Diwarnai dengan Indigosol Gambar Hasil Warna Kain Setelah Dijemur Gambar Bapak Sunardi Menata Hasil Produksi yang Dipamerkan di Solo Paragon xviii
16 Gambar Kain Batik Motif Parang Gendreh Gambar Kain Batik Motif Parang Seling Sekar Melati Gambar Kain Batik Motif Parang Gendreh Gambar Kain Batik Motif Parang Kundur Baris Gambar Kain Batik Motif Wahyu Tumurun Gambar Kain Batik Motif Semen Gambar Kain Batik Motif Semen Gambar Kain Batik Motif Lar Latar Ireng Gambar Kain Batik Motif Debyah Gambar Kain Batik Motif Lung Sekar Sewu Gambar Kain Batik Motif Ceplok Tebu Wangi Gambar Kain Batik Motif Kompeni Gambar Kain Batik Motif Kupu Gambar Kain Batik Motif Alas-alasan Gambar Kain Batik Motif Gajah Birowo Gambar Kain Batik Motif Sekar Mulyo Gambar Kain Batik Motif Kawung Gambar Cap dan Grengseng Gambar Cawèl Gambar Meja Cap Gambar 1. Kantor Kepala Desa Kebon Gambar 2. Wawancara dengan Sukoco (Kepala Desa Kebon) Gambar 3. Wawancara dengan Ibu Sipon (Pemilik Rumah Industri batik Retno Mulyo) Gambar 4. Wawancara dengan Bapak Sunardi (Pemilik Rumah Industri batik Retno Mulyo) Gambar 5. Wawancara dengan Endang Winarsih (Pekerja Rumah Industri Batik Retno Mulyo/Putri Ibu Sipon) Gambar 6. Wawancara dengan Pujiati (Pekerja Rumah Industri Batik Retno Mulyo) xix
17 Gambar 7. Wawancara dengan Novi (Siswi SMK Rota yang PKL di Rumah Industri Batik Retno Mulyo) Gambar 8. Batik Retno Mulyo Mengikuti Pameran di Solo Paragon Mal Gambar 9. Wawancara dengan Bapak Sunardi di Solo Paragon Mal Gambar 10. Galeri Kelompok Batik Kebon Indah Gambar 11. Wawancara Dengan Ibu Arini (Pengurus Kelompok Batik Kebon Indah) Gambar 12. Batik Kelengan Motif Merak (Hasil Produksi Tahun 2010) Gambar 13. Batik Motif Ceplok (Hasil Produksi Tahun 2010) Gambar 14. Batik Kelengan Motif Merpati (Hasil Produksi Tahun 2011) Gambar 15. Batik Motif Lung-lungan Semen (Hasil Produksi Tahun 2011) Gambar 16. Batik Motif Truntum Lereng Sekar (Hasil Produksi Tahun 2011). 113 xx
18 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Foto-foto Lokasi Observasi dan Kegiatan Wawancara Lampiran 2. Foto-foto Hasil Produksi Lampiran 3. Hasil Wawancara Lampiran 4. Surat Ijin Menyusun Skripsi Lampiran 5. Surat Keterangan Bukti Penelitian xxi
19
20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keaneka ragaman budaya yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok masyarakat. Budaya merupakan identitas dari suatu kelompok yang akhirnya diharapkan menjadi identitas nasional. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan terdiri dari banyak suku, sehingga muncullah beragam adat-istiadat, dan budaya. Salah satu wujud budaya tersebut adalah batik. Menurt Sa du (2010: 5) Batik secara historis berasal dari suku Jawa. Walaupun disetiap daerah di Indonesia memiliki industri batik, tapi industri batik yang paling besar yaitu di pulau Jawa. Seni batik sudah ditemukan sejak zaman nenek moyang kita. Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik yang dihasilkan pada waktu itu ialah batik tulis sampai dengan awal abad ke-20 dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920 (Dedi S, 2009: 6-7). Menurut Sugiarti (2009: 14) Pada akhir abad ke-19 ada beberapa pengrajin batik yang dikenal di Mojokerto. Bahan yang dipakai pada waktu itu, kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obatan batik dari soga jambal, mengkudu, nila/tom, tingi, dan sebagainya. Pembatikan mulai dikenal sejak zaman Majapahit namun perkembangaan batik mulai menyebar pesat di daerah Jawa Tengah tepatnya Surakarta dan Yogyakarta. Perang Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan, kemudian mereka menyebar ke arah timur dan barat. Di daerahdaerah baru itu para keluarga dan pengikut Pangeran Diponegoro mengembangkan batik. Ke timur, Batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung. Selain itu menyebar ke Gresik, Surabaya, dan Madura. Adapun ke arah barat, batik berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon lalu berkembang di Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut (Soetarman, 2008: 2-3). 1
21 Batik sampai saat ini terus mengalami perkembangan. Tidak mengherankan jika batik mengalami perkembangan pesat baik menyangkut motif/coraknya. Menurut Sa du, (2010: 14) Motif batik tradisional yang didominasi oleh lukisan binatang dan tanaman sempat bergeser pada motif abstrak seperti awan, relief candi, dan wayang. Hanya saja semua motif batik yang kini bermunculan tetap bertumpu pada pakem tradisional. Sebagai akibat dari perkembangan tersebut, warisan budaya Indonesa ini sempat diklaim oleh negara tetangga. Menanggapi klaim tersebut, pemerintah Indonesia pada akhirnya berinisiatif untuk mendaftarkan batik ke UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)/organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan perserikatan bangsa-bangsa. Dalam rangka mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya dunia, pemerintah Indonesia harus melewati berbagai proses panjang. Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik sebagai global cultural heritage (warisan budaya dunia) yang berlangsung di Prancis (Sa du, 2010: 15). Mengenai teknik, peralatan, dan bahan untuk pembuatan batik sampai sekarang ini juga mengalami perubahan. Obat-obat untuk membuat batik semula adalah bahan yang diperoleh dari alam kini telah banyak bahan sintetis. Menurut Soetarman (2008: 3) Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah Perang Dunia I yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Perubahan-perubahan batik dari batik tradisional sampai batik zaman sekarang ini berdampak pada perubahan pasar penjualan batik bahan alami di nusantara. Pengrajin batik yang menggunakan bahan alami saat ini tergolong sedikit, karena banyak para pengrajin memilih menggunakan bahan-bahan buatan seperti pewarna buatan (pewarna sintetis). Sekarang ini juga telah muncul kain bermotif batik yang proses pembuatannya dengan teknik printing. Banyak kalangan yang tidak setuju batik printing disebut batik, karena dibuat dengan proses sablon, tetapi bermotif batik. Bahkan sejak adanya batik printing pada tahun 1982, banyak produsen atau perajin yang tidak lagi memproduksi batik, karena kalah bersaing (Yusuf, 2012: 2). Dedi S (2009: 76) juga menyatakan commit to Seketika, user batik printing dari pemilik 2
22 modal besar mampu menguasai pasar batik dimana-mana. Terlepas dari kontroversi keberadaan batik printing, para pengrajin harus mampu bersikap bijak. Dengan adanya batik printing masyarakat bisa menikmati hasil budaya bangsanya sendiri dengan harga terjangkau, tapi kita jangan sampai melupakan budaya membatik secara tradisional yaitu dengan canting yang sudah turun temurun. Meskipun perkembangan batik dari masa ke masa, pada aspek bahan pembuatan dan teknik atau prosesnya telah menunjukkan perkembangan, namun sampai saat ini masih ada pengrajin batik yang tetap konsisten mempertahankan pembuatan batik dengan teknik-teknik seperti zaman dulu, dengan menggunakan bahan-bahan alami dan dengan proses pembuatan batik secara tradisional. Salah satu rumah industri yang saat ini dalam proses pembuatan batik tetap mempertahankan cara-cara tradisional dengan canting, serta menggunakan bahan alami adalah rumah industri batik Retno Mulyo. Rumah industri batik Retno Mulyo didirikan oleh ibu Sipon dan sudah berjalan 3 tahun yang lalu. Beliau memperoleh keterampilan membatik dari hasil bekerja di batik Danar Hadi Solo. Sambil bekerja, beliau juga belajar di BLK (Balai Latihan Kerja) Solo, di sana beliau belajar mengenai peralatan dan bahan yang digunakan dalam membatik dan cara membatik dari proses awal yaitu meliputi persiapan alat dan bahan, nyanting, pewarnaan hingga proses finishing. Saat itu yang dipelajari adalah batik tulis dan cap. Setelah lulus dari BLK, beliau semakin dipercaya oleh juragan batik Danar Hadi, di sana beliau menjadi pegawai yang diandalkan dan selalu dilibatkan setiap kali ada program promosi perusahaan. Akhirnya ibu Sipon memutuskan untuk keluar dari batik Danar Hadi Solo. Beliau membangun usaha batik di rumahnya sendiri. Sudah tiga tahun beliau mendirikan usaha dan mengajak warga sekitar untuk menjalankan usahanya. Rumah industri ini mengerjakan batik tulis dari proses awal hingga proses finishing, dan merupakan salah satu sentra pengrajin batik tulis yang menggunakan pewarnaan bahan alam dan sintetis, namun lebih mengutamakan pewarnaan alami. Sekarang ini rumah industri batik yang lain banyak yang beralih memproduksi batik printing, karena commit memang to user batik printing proses pembuatannya 3
23 lebih mudah dan cepat, selain itu harga hasil produk batik printing juga lebih murah dibanding batik tulis maupun cap, para konsumen juga banyak yang beralih memilih batik printing. Batik tulis maupun cap telah mengalami pergeseran dan semakin berkurang peminatnya. Dengan kondisi seperti itu rumah industri batik Retno Mulyo tetap mempertahankan produksi batik tulis dan lebih mengutamakan bahan alami untuk pewarnanya. Ibu Sipon juga selalu optimis mengembangkan usahanya. Batik tradisional tidak akan terus tergeser keberadaannya jika semua pihak sadar akan besarnya nilai yang terkandung di dalam warisan budaya ini dan mau berama-sama terus melestarikan salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Kain batik warisan leluhur kita merupakan hasil karya seni yang indah dan unik. Keunikannya ada pada kata batik itu sendiri. Meskipun singkat namun padat unsur. Misalnya proses membatik, yang terdiri dari persiapan alat dan bahan, kemudian proses membatik dengan malam, pewarnaan, dan proses akhir yaitu nglorod (menghilangkan malam pada kain batik). Mengingat banyak unsur yang terkandung dalam batik, dapat dimengerti kalau banyak upaya telah dilakukan berbagai kelompok pecinta atau pemerhati batik untuk selalu melestarikan. Masing-masing kelompok atau individu tentu memilih unsur batik yang sesuai dengan bakat, perhatian, dan kepentingannya sebagai dasar dalam melakukan pelestarian batik di Indonesia. Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dimengerti bahwa keberadaan batik tulis dengan pewarna alami telah tergeser dengan batik printing dan bahan-bahan buatan (sintetis) terutama untuk bahan pewarnanya, produsen batik banyak yang beralih memproduksi batik printing, namun rumah industri batik Retno Mulyo tetap mempertahankan produksi batik dengan teknik tradisional yaitu dengan teknik tulis dan lebih mengutamakan bahan alami untuk proses pewarnaan, maka peneliti mengkaji dan meneliti dengan mengambil judul Kajian Batik Tulis di Rumah Industri Retno Mulyo Bayat Klaten. 4
24 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian yang dikaji dapat dirumuskan ke dalam berbagai pertanyaan penelitian seperti berikut ini: 1. Bagaimanakah latar belakang keberadaan rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten? 2. Bagaimanakah manajemen produksi batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten? 3. Bagaimanakah strategi pengembangan produksi untuk mengembangkan produk batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan: 1. Latar belakang keberadaan rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten. 2. Manajemen produksi batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten. 3. Strategi pengembangan produksi untuk mengembangkan produk batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten. D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti tersebut di bawah ini: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai referensi bagi penelitian yang akan datang mengenai pembuatan batik tulis. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pembanding atau masukan pada industri batik lainnya mengenai pembuatan batik tulis. b. Dapat dijadikan pedoman untuk mengukur kemampuan seseorang dalam dunia kerja dalam hal kemampuan keterampilan batik tulis. 5
25 BAB II LANDASAN TEORI A. Batik Batik memiliki pengertian yang cukup banyak, para ahli mengemukakan batik dengan pengertiannya masing-masing, namun memiliki arti yang sama. Menurut Oriyati dan Winarni (1982: 89) Batik adalah suatu istilah di Indonesia yang menggambarkan suatu proses pencapan rintang dengan desain yang khas. Perintang tersebut dengan jalan menempelkan malam pada kedua permukaan kain. Selanjutnya dilakukan pencelupan dalam larutan warna pada suhu dingin. Batik (atau kata batik) berasal dari bahasa Jawa amba yang artinya menulis dan titik. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan malam (wax) yang dilapiskan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam bahasa Inggris wax-resist dyeing. Batik adalah kerajinan yang memiliki seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khusunya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan, tetapi ketika ditemukannya batik cap, maka laki-laki pun ikut andil dalam bidang ini. Teknik membatik sudah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Srilangka, dan Iran. Selain di Asia batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari pulau Jawa (Dedi S, 2009: 1). Batik adalah seni melukis di atas kain, dengan menggunakan alat canting yang diisi lilin (malam) sebagai tinta lukisnya. Secara ilmu etimologi kata batik berasal dari kata tik yang berarti titik/kecil. Jadi, membatik adalah suatu pekerjaan yang harus memiliki kesabaran (Soetarman, 2008: 5). Menurut Sa du (2010: 11) Istilah batik berasal dari kosakata bahasa Jawa, yaitu amba dan titik. Amba berarti kain, dan titik adalah cara memberi motif pada kain menggunakan malam cair dengan cara dititik-titik. 6
26 Cara kerja membuat batik pada dasarnya adalah menutup permukaan kain dengan malam cair (wax) agar ketika kain dicelup ke dalam cairan pewarna, kain yang tertutup malam tersebut tidak ikut terkena warna. Jika proses membuat batik dilakukan dengan cara ditulis menggunakan alat yang disebut canting, maka batik tersebut dinamakan batik tulis (Soetarman, 2008: 5). Ada juga jenis batik yang pembuatan motifnya menggunakan alat cetak khusus yang terbuat dari logam dengan motif-motif tertentu, batik yang dibuat dengan cara ini mirip dengan stempel atau cap. Batik yang dibuat seperti ini disebut sebagai batik cap atau batik stempel (Sa du, 2010: 11-12). Mengukir di atas kain itu disebut membatik, kata batik sendiri berasal dari kata tik yang artinya titik, batik berarti bertitik. Memang kain batik adalah kain yang dihiasi dengan ukiran terbuat dari garis dan titik-titik. Membatik ialah melukis juga. Melukis dilakukan di atas layar, dan membatik di atas mori. Melukis dilakukan dengan kuas, tetapi membatik dengan canting. Kalau melukis dengan cat, tetapi membatik dengan malam. Tujuan melukis dan membatik adalah kesenian, karena melahirkan keindahan di atas bahan (Soekamto,1994: 9-10). Dari pengertian-pengertian di atas, jelas bahwa batik adalah karya yang dipaparkan di atas bidang datar kain dengan dilukis atau ditulis dengan menggunakan canting atau dicap dengan menggunakan malam untuk menutup bagian kain yang tidak akan diwarnai. B. Alat dan Bahan Membatik Dalam proses pembuatan batik, tentunya menggunakan peralatan dan bahan yang diperlukan yang berfungsi untuk menunjang proses produksi. Alat merupakan benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai maksud tujuan, sedangkan bahan merupakan barang yang akan dibuat menjadi barang yang lain Tim Pustaka Phoenix (2008: 99). Soetarman (2008: 15) menyatakan bahwa Peralatan dan bahan membatik terdiri dari bermacam-macam, namun peralatan yang digunakan cukup sederhana dilihat dari bentuk dan fungsinya. Meskipun saat ini banyak bermunculan peralatan-peralatan yang lebih modern, untuk batik tulis dan cap pada umumnya menggunakan peralatanperalatan yang tradisional. 7
27 1. Peralatan Membatik Menurut Soekamto (1994: 21) Alat yang dipakai untuk mengerjakan batik antara lain adalah: Pensil, penghapus, meja, bingkai, canting, cap, gawangan, pisau, kuas, kompor, sapu, timbangan, belanga, tongkat kayu, sarung tangan, clemek, bak celup. Jenis-jenis peralatan dan kegunaannya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Peralatan Membatik No Alat Kegunaan 1 Meja Meja yang digunakan yaitu: a. Meja pola, dibuat khusus untuk memola motif batik dari kertas pola batik ke kain putih. Daun meja terbuat dari kaca dan diberi lampu neon di bawahnya. b. Meja cap, digunakan untuk meletakkan kain mori yang akan dicap. Meja cap terbuat dari kayu yang daun mejanya harus benar-benar datar dan dilapisi plastik, busa, kertas semen dan mika. 2 Penghapus Gambar 2.1. Meja Pola (Kantong Seni, 2011: 1) Untuk menghapus gambar yang salah pada saat memola dengan pensil pada kertas kalkir maupun pada kain. Pola yang salah, dihusap dengan stip secara perlahan, searah dengan goresan pola pensil, supaya cepat hilang dan kain tidak rusak. 3 Dingklik Gambar 2.2. Penghapus (Kantong Seni, 2011: 1) Untuk tempat duduk orang yang sedang membatik. Dingklik pada umumnya terbuat dari kayu, dengan tinggi kuarang lebih 15 cm. Gambar 2.3. Dingklik 8
28 4 Pensil 5 Canting 6 Cap Gambar 2.4. Pensil (Kantong Seni, 2011: 1) Gambar 2.5. Canting (Kantong Seni, 2012: 2) Gambar 2.6. Cap (Perpus Albidayah, 2011: 1) Untuk menggambar motif batik di atas kertas kalkir dan kain putih. Pensil yang baik untuk menggambar pola terbuat dari grafit (barang tambang berwarna hitam arang), dengan kode H/HB, pensil ini tulisannya jelas dan mudah dihapus jika terjadi kesalahan. Untuk melukis pada waktu membatik kain yang digunakan untuk membuat batik tulis. Canting terdapat berbagai macam jenis. Jenis canting menurut fungsinya: a. Canting reng-rengan, digunakan untuk membatik reng-rengan. Reng-rengan adalah batikan pertama kali sesuai dengan pola atau membatik kerangka dari motif dasar sebelum pekerjaan lebih lanjut b. Canting isèn, digunakan untuk mengisi bidang polaan (Soetarman, 2008:19) Alat cap disebut juga canting cap, berbentuk stempel dan terbuat dari bahan tembaga, terdiri dari: a. Bagian muka, berupa susunan plat tembaga dengan disain batik. b. Bagian dasar, tempat melekat bagian muka. c. Tangkai cap, untuk memegang cap pada saat digunakan untuk pencapan (Oriyati & Winarni, 1982:89). 7 Gawangan Untuk menggantungkan kain pada waktu membatik. Ukuran panjang gawang 150 cm, tinggi 75 cm. Gawangan pada umumnya terbuat dari kayu bambu dan besi. Para pengrajin batik kebanyakan menggunakan gawangan yang terbuat dari bambu, karena lebih ringan, mudah dipindah-pindah dan harganya lebih murah dibanding dengan bahan dari kayu ataupun Gambar 2.7. Gawangan besi. (Yusma, 2011: 1) 9
29 8 Pisau Pisau yang digunakan adalah: a. Pisau dapur dengan ujung meruncing digunakan untuk menghilangkan noda malam yang menetes di atas kain yang sedang dibatik. b. Golok digunakan untuk memotong malam yang akan dimasak. Gambar 2.8. Pisau 9 Kompor Kompor yang digunakan ada dua macam, kompor kecil dan besar, keduanya memiliki fungsinya masing-masing, yaitu: a. Kompor kecil, digunakan untuk memasak malam supaya cair, yang akan digunakan untuk membatik. b. Kompor besar, untuk memasak air yang akan digunakan untuk melorod kain batik. Gambar 2.9. Kompor (Republika, 2012: 1) 10 Wajan Untuk tempat mencairkan malam. Wajan yang dipakai berukuran kecil, dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain. Gambar Wajan Kecil (Kantong Seni, 2012: 2) 11 Ijuk Untuk menyogok lubang canting yang tersumbat kotoran pada waktu membatik. Gambar Ijuk 10
30 12 Kuas 13 Bak Celup Gambar Kuas Kuas yang digunakan ada bemacammacam tergantung kegunaannya, antara lain: a. Kuas besar, digunakan untuk menutup bagian yang luas yang tidak dapat dibatik dengan canting. b. Kuas kecil, digunakan untuk mencolet larutan obat pewarna batik ke bagian yang akan diberi warna. Untuk mencelup kain batik dalam larutan obat pewarna. Bak celup untuk pewarnaan batik dibuat khusus, dengan panjang 150 cm dan lebar 25 cm, dan tinggi 35 cm. Bak celup ini dibuat dari bahan kayu supaya tidak berkarat. Gambar Bak Celup (Perpus Albidayah, 2011: 1) 14 Wadah Untuk Memasak Air 15 Timbangan Gambar Belanga (Kantong Seni, 2012: 2) Wadah yang digunakan untuk memasak air pada umumnya adalah: a. Cèrèt, gunanya untuk memasak air, dan ukuran ceret lebih dari satu liter. b. Belanga, disebut juga kèncèng. Gunanya untuk memasak air dan air itu dipakai untuk menghilangkan lilin yang melekat pada kain batik pada waktu melorod. Belanga dapat digunakan untuk memasak air dengan jumlah yang lebih banyak dibanding cèrèt. Untuk menimbang obat pewarna yang berupa bubuk. Timbangan yang digunakan adalah timbangan kue. Gambar Timbangan Kue (Kantong Seni, 2011: 2) 11
31 16 Sarung Tangan Untuk melindungi kulit tangan agar tidak menjadi kotor oleh larutan obat pewarna pada saat kita mencelup dan juga untuk melindungi tangan dari bahan kimia yang dapat merusak tangan. Sarung tangan yang digunakan pada umumnya adalah sarung tangan dari bahan plastik dan karet. Gambar Sarung Tangan (Bisma, 2011: 1) 17 Clemek atau Skort Clemek atau skort yaitu selembar kain yang diberi tali pada kedua ujung sisi atas, supaya dapat diikatkan di pinggang. Gunanya untuk melindungi pakaian dari kotoran-kotoran bila kita membatik kain atau mencelup kain. 18 Tongkat Kayu Gambar Clemek (Bisma, 2011: 1) Untuk mengait kain batik pada waktu melorod (merendam) kain batik dengan air panas. Tongkat harus tumpul atau tidak tajam di sisi-sisinya, agar tongkat tidak merusak kain yang dikait. Gambar Tongkat Kayu 19 Ember Gambar Ember (Bisma, 2011: 1) Ember yang digunakan ada dua jenis, yaitu: a. Ember kecil, digunakan untuk melarutkan obat pewarna. Ember yang digunakan terbuat dari bahan plastik, bukan dari metal, sebab jika menggunakan bahan metal tidak akan tahan dengan kostik soda dan mudah berkarat. b. Ember besar, di isi air panas dan gunakan untuk melorod kain batik dan untuk mencuci kain batik yang sudah commit to dilorod. user 12
32 2. Bahan Membatik Bahan-bahan yang digunakan dalam membatik menurut Oriyati dan Winarni (1982: 94-96) dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.2. Bahan Membatik No Bahan Kegunaan 1 Kain putih Sebagai media untuk membatik. Kain putih yang dijadikan batik disebut mori, biasanya terbuat dari katun. Kualitas mori sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan.berikut beberapa jenis kain yang digunakan untuk membatik, yaitu: a. Mori primissima, merupakan golongan mori yang paling halus. Gambar Mori Primissima (Kantong Seni, 2011: 1) b. Mori prima, Merupakan golongan mori yang kedua sesudah primissima, Mori golongan ini digunakan untuk batik halus dan batik cap. Gambar Mori Prima (Tugas, 2012: 1) c. Mori biru, Merupakan mori kwalitas ketiga, biasanya digunakan untuk batik kasar dan sedang. Gambar Mori Biru (Tugas, 2012: 1) 13
33 2 Malam Batik Malam batik adalah bahan untuk menutup permukaan kain menurut desain, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak zat warna. Jenis-jenis bahan pokok malam antara lain: a. Malam tawon, berasal dari sarang lebah tala tawon. Berwarna kuning suram, mudah meleleh, mudah melekat pada kain, dan mudah lepas pada proses lorodan. Penggunaannya banyak dicampurkan malam klowongan. Gambar Malam Tawon (Indonetwork, 2011: 1) Gambar Gondorukem (Perpus Albidayah, 2011: 1) b. Gondorukem, berasal dari pinus merkusu yang telah dipisahkan minyak dan airnya. Titik leleh agak tinggi, mudah menembus pada kain, mudah patah setelah dingin. Penggunaannya dicampurkan pada malam klowongan. Gambar Damar Mata Kucing (Indonetwork, 2011: 1) c. Damar mata kucing diambil dari pohon shoria spec, langsung dipecah-pecah menjadi kecil. Bahan ini Sukar meleleh pada saat dipanaskan dan mudah membeku jika sudah menempel pada kain. d. Microwax, disebut juga malam mikro adalah jenis parafin yang lebih halus, warna kuning muda. Malam ini sulit untuk meleleh, mudah lepas dalam rendaman air, dan sulit menembus kain. Gambar Microwax (Excelintl, 2012: 1) 14
34 3 Zat warna Untuk mewarnai kain batik melalui proses celup maupun dikuas. Menurut Oriyanti dan Winarni (1983: 93-99) ditinjau dari asalnya, Zat pewarna batik terdiri dari dua jenis yaitu: Gambar Indigofera (Wikipedia, 2011: 1) a. Zat warna alam, diperoleh dari hasil alam tanpa campuran bahan buatan atau sintetis. Jenis zat warna alam diantaranya adalah: 1) Nila atau indigo, disebut juga tom, diambil dari daun tanaman indigofera. Tanaman ini terdapat bermacam-macam jenis, diantaranya adalah indigofera arrecta, indigofera guatemalaensis, indigofera sumatrana, indigofera inctoria. Gambar Soga (Vhrmedia, 2011: 1) Gambar Pewarna Buatan (Finu, 2012: 1) 2) Soga, Selain warna biru indigo, warna coklat banyak digunakan dalam pembatikan. Warna ini diperoleh dari soga dan umumnya campuran bermacam-macam soga dari tumbuhtumbuhan. Warna ini diambil dari kulit pohon atau kayu lalu direbus, diambil warnanya. Karena penyerapan terhadap kain sangat lambat maka pewarnaan dilakukan dengan mencelup dalam larutan soga berkali-kali dengan pengering sebelumnya. b. Zat warna buatan Golongan zat warna buatan yang digunakan dalam pembatikan adalah: Indigosol, naftol, rapid, bejana, reaktif, direk atau chrom. Warna-warna yang diperoleh adalah biru tua, coklat merah, merah tua, hijau, kuning, dan ungu. Penggunaan zat warna buatan ini lebih menguntungkan karena pemakaiannya mudah, cepat dan sifat ketahanannya lebih baik. 15
35 Selain bahan pembuatan batik di atas, dalam proses membatik juga sering menggunakan bahan-bahan pembantu. Menutut Oriyanti dan Winarni (1983: 98-99) bahan pembantu yang digunakan antara lain adalah: a. Natrium hidroksida (Kostik soda) dikenal dengan sebutan soda api atau natronloog adalah alkali kuat. Penggunaanya di dalam pelarutan zat warna naftol, rapid serta untuk mengètèl atau melarutkan malam. b. Natrium karbonat (Soda abu) Larutannya bersifat alkali lemah dan digunakan untuk mengètèl, membuat larutan alkali untuk lorodan dan zat pembantu pada pencelupan dengan zat warna indigosol dan reaktif. c. Turkis Red Oil (TRO) Terbuat dari minyak jarak dan digunakan sebagai zat pendispersi maupun sebagai zat pembasah untuk mencuci kain yang akan dicap. d. Asam chlorida Digunakan untuk membangkitkan warna dari zat warna indigosol serta menghilangkan kanji secara rebusan. e. Asam sulfat Penggunaannya untuk membangkitkan warna zat warna indigosol. f. Tawas Tawas berupa kristal putih untuk fiksasi zat warna soga alam. g. Kapur Air kapur yang merupakan lapisan air jernih pada pelarutan kapur digunakan untuk fiksasi zat warna soga alam atau melarutkan zat warna indigo secara reduksi dengan tunjung atau tetes. h. Air hijau Air hijau merupakan senyawa chrom dengan soga buatan menyebabkan warna soga mempunyai ketahanan yang baik dan tahan pada proses melorod. i. Minyak kacang Minyak kacang digunakan untuk mengètèl sehingga kain menjadi lemas dan daya serapnya bertambah commit baik. to user 16
36 C. Proses Produksi Batik Menurut Downey dan Erickson (1992: 396) Produksi dapat dinyatakan sebagai kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk atau jasa. Dalam sebuah penciptaan produk dibutuhkan suatu manajemen produksi, menurut Tim Pustaka Phoenix (2008: 565) Manajemen merupakan pengetahuan tentang proses penggunaan dan pengelolaan sumberdaya, manusia, peralatan lainnya secara terpadu untuk mencapai sasaran yang diharapkan... Manajemen produksi merupakan pengelolaan aspek kegiatan mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Menurut Elwood S. Bufa (1993:9) Inti dari manajemen produksi ialah memelihara hubungan dari semua variabel [masukan/input berupa sumberdaya: Energi, tenaga kerja, bahan baku, dan proses konversi/pengubahan] dan sedapat mungkin memandang keseluruhan proes sebagai suatu sistem terpadu. jadi dalam proses produksi batik memang perlu adanya manajemen produksi, yang bertujuan untuk memelihara hubungan antara variabel-variabel penting dalam proses produksi batik, yaitu: bahan baku, peralatan, disain, energi, pelaku usaha, untuk menjadi suatu sistim terpadu sehingga tercapainya produk berupa kain batik yang berkualitas. Proses produksi batik merupakan proses pembuatan batik dari dari mori batik sampai menjadi kain batik yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan menggunakan alat dan bahan yang tersedia. Menurut Oriyati dan Winarni (1983: 92-93) proses produksi batik meliputi 2 bagian utama, yaitu: 1. Persiapan Persiapan dimaksudkan sebagai bermacam-macam proses pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik, pada umumnya ada 3 tahapan persiapan, meliputi: a. Ngètèl Setelah kain mori dipotong-potong menurut panjang kain yang akan dibuat, dihilangkan kanjinya terlebih dahulu dengan jalan direndam dalam air bersih selama semalam. Kemudian agar kain mempunyai daya serap yang baik dan menjadi supel kain direndam dalam campuran minyak nabati (minyak kacang, TRO) Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang dan prosesnya disebut ngètèl. 17
37 b. Menganji Kain yang akan dibatik perlu dikanji agar malam batik tidak meresap ke dalam kain, sehingga pada akhir proses mudah dihilangkan kembali. Kanji (tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon/singkong) tidak menghalangi pewarna kain, karena hanya berupa kanji ringan. c. Mengemplong Kain mori yang telah dikanji perlu dihaluskan atau diratan permukaanya dengan cara dikemplong. Beberapa lembar kain yang telah kering dan dikanji, digulung, diletakkan di atas kayu yang rata permukaannya, dipukul dengan pemukul kayu. Setelah menjadi rata, dibuka dan dilipat satu persatu (Oriyati dan Winarni, 1983: 92-94). 2. Membuat Batik Dalam membatik pada umumnya terdapat dua teknik yaitu tulis dan cap. Masing-masing teknik membatik tersebut memiliki cara yang berbeda dalam proses pelekatan malam. a. Batik Tulis Batik tulis adalah kain yang dihiasi dengan tekstur dan corak batik menggunakan canting. Motif-motif dilukis satu persatu, garis demi garis, dan titik demi titik (Dedi S. 2009: 5). Ciri-ciri pembuatan batik tulis menurut Sa du (2010: 58-59) adalah sebagai berikut: 1) Dikerjakan dengan menggunakan canting, yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam guna membentuk gambar awal pada permukaan kain. 2) Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar tampak lebih luwes dengan ukukran garis motif yang relatif lebih kecil dibanding dengan batik cap. 3) Gambar batik tulis bisa dilihat dari kedua sisi kain yang tampak lebih rata (tembus bolak-balik), khususnya commit bagi to user batik tulis yang halus. 18
38 4) Warna dasar kain biasanya lebih muda dibanding dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan), misalnya wana coklat muda, kuning, biru muda. 5) Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembaran kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap dalam pengulangan gambar (ragam hias) kemungkinan bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya. 6) Waktu yang dibutuhkan untuk membuat batik tulis bisa mencapai 3 hingga 6 bulan. 7) Alat kerja berupa canting, harganya relatif lebih murah berkisar Rp ,00 hingga Rp ,00. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal karena kualitasnya lebih bagus, mewah, dan unik. Menurut Soetarman (2008: 34-46) dalam membuat batik tulis terdapat beberapa tahapan yang dikerjakan oleh orang yang berbeda dan tidak bisa dikerjakan bersamaan dalam waktu yang sama. Tahap-tahap itu adalah: 1) Membatik kerangka, Pada tahap awal membatik, dilakukan dengan pembuatan pola (gambar lukisan motif batik). Membatik kerangka dengan memakai pola disebut mola, sedangkan tanpa pola disebut ngrujak, kain batik yang sudah dibatik seluruhnya berupa kerangka, baik bekas memakai pola maupun dirujak, disebut batikan kosongan atau klowongan. 2) Ngisèn-isèni, Tahap ini adalah memberi isi atau disebut ngisèn-isèni dari kata isi yang berarti memberi isi dengan mempergunakan canting cucuk kecil disebut juga canting isèn. Canting isèn bermacam-macam tetapi sepotong mori belum tentu menggunakan seluruh macam canting isèn. Adapun membatik pekerjaannya harus satu per satu, setiap bagian harus selesai sebelum bagian lain dikerjakan dengan canting lain, misalnya nyeceki (membuat motif yang terdiri atas titik-titik) bagian cecekan ini harus selesai seluruhnya. Setelah cecekan selesai, kemudian mengerjakan bagian lain yang mempunyai nama masing-masing, nama tersebut diambil menurut nama canting yang dipergunakan. Batikan yang lengkap dengan isèn-isèn disebut rèng-rèngan, commit to karena user namanya rèng-rèngan maka 19
39 pengobeng yang membatik dari permukaan sampai penyelesaian (akhir) memberi isen-isen disebut ngènggrèng. jadi ngènggrèngan merupakan kesatuan motif dari keseluruhan yang dikehendaki. 3) Nerusi, Batikan yang berupa ngènggrèngan (batikan yang sudah selesai diberi isèn-isèn) kemudian dibalik permukaannya, dan dibatik lagi pada permukaan kedua itu disebut nerusi. Nerusi ialah membatik mengikuti motif pembatikan pertama pada bekas tembusannya. Nerusi tidak berbeda dengan mola, dan batikan pertama berfungsi sebagai pola. Batikan yang selesai pada tahap ini pun masih disebut ngènggrèngan. 4) Nèmbok, Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau diberi warna yang bermacam-macam pada waktu penyelesaian menjadi kain. Maka bagian-bagian yang tidak diberi warna atau yang diberi warna bagian yang lain harus ditutupi dengan malam. Cara penutupannya, seperti membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tèmbokan bercucuk besar. Orang yang mengerjakan disebut nèmbok atau nèmboki, dan hasilnnya disebut tèmbokan. 5) Bliriki, ialah nerusi tèmbokan agar bagian-bagian itu benar-benar tertutup. Bliriki mempergunakan canting tèmbokan dan caranya seperti nèmboki. Apabila tahap terakhir ini telah selesai berarti proses membatik juga selesai. Hasil bliriki disebut blirikan tetapi jarang disebut demikian, lebih biasa disebut tèmbokan. Membatik dianggap selesai apabila proses terakhir tadi telah selesai, batikan dijemur sampai malamnya hampir meleleh. Maksud penjemuran itu agar lilin tidak mudah rontok atau hilang. Sebab malam mendidih dan bersinggungan dengan mori dingin akan membeku seketika karena proses kejut. Pembekuan malam demikian kurang baik, karena batikan sering patah-patah dan malam mudah rontok. Jika dijemur, pemanasan terjadi secara merata, dan mori ikut terpanasi. Mori yang mengalami pemanasan sinar matahari akan mengembang, dan mempunyai daya serap. 6) Mbabar, ialah proses penyelesaian dari batikan menjadi kain, Selesai batikan dibliriki, pengerjaan commit selanjutnya to user yaitu memproses menjadi kain. 20
Kerajinan Batik Tulis
Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik
Lebih terperinciKRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009
KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS
Lebih terperinciMembuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar
MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun
Lebih terperinciUjian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII
Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII 1. Batik berasal dari kata amba dan tik yang berarti... a. Menggambar, titik c. Menulis, garis b. Menulis, titik d. Menggambar, garis 2.
Lebih terperinciSENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSES PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. MENGOLAH KAIN (PERSIAPAN ALAT DAN
Lebih terperinciBASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)
FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,
Lebih terperinciSENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY
SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN
KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi
Lebih terperinciBAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN
35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS
Lebih terperinciLOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL
LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI
Lebih terperinciPENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)
Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG SENI LUKIS KACA DI DWI HASTA GLASS DUKUH PULE DESA NGRICIK KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI
KAJIAN TENTANG SENI LUKIS KACA DI DWI HASTA GLASS DUKUH PULE DESA NGRICIK KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Oleh: YONATAN RIANANTAKA K3209048 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA
PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA Uke Prajogo STIE Malangkucecwara Uke1prajogo@gmail.com Abstrak Diberlakukannya ACFTA pada Tahun 2010 dan MEA pada Tahun 2015 menyebabkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK i KATA PENGANTAR ii UCAPAN TERIMA KASIH iii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 1 B. Fokus Penelitian... 5 C. Tujuan Penelitian.
Lebih terperinciPenyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi
Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Batik Betawi DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Definisi Sekura Cakak Buah D. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan Penyusunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Pengembangan ragam hias batik Banten memiliki keterkaitan dengan lingkungan non fisik. Dimana ragam hias batik banten memiliki ciri khas dan nilainilai budaya
Lebih terperinciKERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K
KERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2013 Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K3208002 PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang
Lebih terperinciBAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan
BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif
Lebih terperinciVivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia
23 PENGARUH KOMPOSISI RESIN ALAMI TERHADAP SUHU PELORODAN LILIN UNTUK BATIK WARNA ALAM Effect of Natural Resin Composition on Temperature of Wax Removing for Batik Natural Dye Vivin Atika *, Agus Haerudin
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :
3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah
Lebih terperinciLUKISAN DENGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAM DI PERUSAHAAN PRAM S BATIK NATURAL COLOUR YOGYAKARTA SKRIPSI
LUKISAN DENGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAM DI PERUSAHAAN PRAM S BATIK NATURAL COLOUR YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan nenek moyang yang mempunyai makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Terbukti dengan penetapan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, bahwa
Lebih terperinciHO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK
HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK Tentang Batik Cap ISTILAH BATIK (SII.0041-74) Cara pelekatan lilin batik Tulis Adalah bahan kain tekstil hasil pewarnaan menurut corakcorak khas Indonesia, dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL
digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang
Lebih terperinciof the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
ARTIKEL PELATIHAN PEMBUATAN BATIK COLET BAGI SISWA SMK DIPONEGORO DEPOK (PROGRAM LANJUTAN) Oleh: Sugiyem, Sri Widarwati, Emy Budiastuti Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Abstract The purpose
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik
43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara
Lebih terperinciBATIK TULIS KONTEMPORER DI DESA KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN
BATIK TULIS KONTEMPORER DI DESA KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan
Lebih terperinciBangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN
UD. Oca Batik Madura adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan batik tulis yang sedang berkembang dan professional. UD. Oca Batik Madura merupakan salah satu perusahaan yang ikut
Lebih terperinciBayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu
EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.
Lebih terperinciBAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN
BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Sebuah ide biasanya dapat berasal dari manapun, bersumber dari apapun, sesuai inspirasi yang didapatkan oleh seniman itu sendiri, serta stimulus yang
Lebih terperinciSTUDI TENTANG KERAJINAN BATIK KARYA PENGRAJIN TUNJUNG BIRU MILIK SURYANTO DI DESA GUMELEM KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA
STUDI TENTANG KERAJINAN BATIK KARYA PENGRAJIN TUNJUNG BIRU MILIK SURYANTO DI DESA GUMELEM KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI Oleh: TRI ANA PRIHARNENI X 3211030 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv
Lebih terperinciWORKSHOP BATIK BAGI GURU DAN MASYARAKAT SEKITAR PESANTREN DARUL FIKRI 1. Oleh: Ismadi FBS UNY
WORKSHOP BATIK BAGI GURU DAN MASYARAKAT SEKITAR PESANTREN DARUL FIKRI 1 Oleh: Ismadi FBS UNY A. Pengertian Batik Batik sebagai karya seni bangsa Indonesia sudah tidak disangsikan lagi. Merupakan salah
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009. Penelitian bertempat di Pusat Batik Desa Jarum Kecamatan Bayat
Lebih terperinciKEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)
KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id
Lebih terperinciForm Daftar Har. No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor. Wajan. 12 Wajan khusus batik Wajan batik biasa Canting
Form Daftar Har No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor 1 Kompor Astoetik otomatis (New) + wajan 325,000 Kompor Astoetik standar 2 290,000 (alumunium) + wajan Kompor Astoetik standar 3 310,000 (tanah liat) +
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian
Lebih terperinciDINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL
DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL 1960-1997 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN
PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN Abdul Malik 1, Retno 2, Ayu 3 Jurusan Teknik Kimia-Tekstil, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam
Lebih terperinciNASKAH APA KABAR JOGJA
Kerajinan Batik Kayu Kerajinan adalah salah satu keunggulan daya tarik wisata yang mampu mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata // berbagai sumber potensi mengangkat citra kota yogyakarta / salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat
Lebih terperinciTEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN
ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya
Lebih terperinciWritten by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57
Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI
Lebih terperinciKAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN
KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL PRESTASI BELAJAR TEKNIK BATIK IKAT
PENINGKATAN HASIL PRESTASI BELAJAR TEKNIK BATIK IKAT CELUP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS VIII B SMP N 1 KALIMANAH SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal
BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara
Lebih terperinci4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT
4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan
Lebih terperinciBISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :
BISNIS BATIK ONLINE Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA KELAS : AKHMAD DAHLAN : 11-S1TI-01 NIM : 11.11.4658 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Seiring dengan perkembangan batik yang ada di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan
Lebih terperinciPERSEPSI SISWA TERHADAP PROGRAM COREL DRAW DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR KOMPUTER DI KELAS X TEKSTIL A SMK NEGERI 9 SURAKARTA
PERSEPSI SISWA TERHADAP PROGRAM COREL DRAW DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR KOMPUTER DI KELAS X TEKSTIL A SMK NEGERI 9 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: ANIS DWI SAYEKTI K3211007 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA KELAS VIIIC DI SMP NEGERI 1 KALIGONDANG PURBALINGGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RAGAM HIAS PADA KELAS VIIIC DI SMP NEGERI 1 KALIGONDANG PURBALINGGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 Oleh : Nursitinah NIM. X3211017 Skripsi Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN PROSES
(pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan
BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : FRENTI ESA RAMDHANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SENI BUDAYA MATERI BATIK PADA KELAS X IIS 2 DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : FRENTI ESA
Lebih terperinciPENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE
PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN
Lebih terperinciKERAJINAN BATIK PEWARNA ALAM DI DESA JARUM KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN ( STUDI KASUS RUMAH INDUSTRI BATIK SRI ENDAH )
KERAJINAN BATIK PEWARNA ALAM DI DESA JARUM KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN ( STUDI KASUS RUMAH INDUSTRI BATIK SRI ENDAH ) Skripsi Disusun Oleh : Suryani NIM K3208050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciKAJIAN DESAIN PRODUK BATIK TULIS DI KABUPATEN SUKOHARJO PADA ERA SEKARANG
KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK TULIS DI KABUPATEN SUKOHARJO PADA ERA SEKARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/Desain Tekstil Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan teknik resist menggunakan material lilin. Kata batik berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik adalah seni gambar diatas kain untuk pakaian yang dibuat dengan teknik resist menggunakan material lilin. Kata batik berasal dari bahasa Jawa yang berarti
Lebih terperinciBAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik
BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah, merancang batik dengan berdasarkan mata pencaharian desa Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA
DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman kekayaan alam, kesenian, dan budaya yang masih dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakatnya.
Lebih terperinciKALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.
KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang memerlukan keterampilan khusus yang dapat menumbuhkan keaktifan
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN BATIK KHAS BANYUWANGI DI DESA TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN
1 ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN BATIK KHAS BANYUWANGI DI DESA TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN THE ANALYSIS OF INDUSTRIAL PRODUCTION DEVELOPMENT OF BATIK BANYUWANGI
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik
Lebih terperinciBATIK DARI INDONESIA
BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi
Lebih terperinciKAJIAN MOTIF BATIK KAPAL SANGGAT PADA BATIK JAMBI
KAJIAN MOTIF BATIK KAPAL SANGGAT PADA BATIK JAMBI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain
Lebih terperinciBAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Objek Perancangan
BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Objek Perancangan 1) Batik Batik adalah rangkaian proses dari membuat pola hias diatas kain sampai selesai pewarnaan dengan menggunakan lilin. a. Alat dan Bahan
Lebih terperinciDesain Interior Tower di Taman Candra Wilwatikta sebagai Sarana Pelatihan Batik Tulis dengan Nuansa Candi di Jawa Timur DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Tanda Pengenal Taman Candra Wilwatikta.. 2 Gambar 1.2 Entrance Taman Candra Wilwatikta.. 2 Gambar 1.3 Bangunan Tower... 2 Gambar 2.1 Batik Sekar Jagad... 9 Gambar 2.2 Batik Parang...
Lebih terperinciKAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN
KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI DAMAR MATA KUCING PADA PEMBUATAN LILIN BATIK TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN HASIL PEMBATIKAN
PENGARUH KOMPOSISI DAMAR MATA KUCING PADA PEMBUATAN LILIN BATIK TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN HASIL PEMBATIKAN Abdulmalik 1, Nadia 2, Khairunnisa 3 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universiats
Lebih terperinciTeknik dasar BATIK TULIS
Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional
Lebih terperinciKAJIAN DESAIN PRODUK KRIYA KAYU PRODUKSI STUDIO HANDYCRAFT HARNO di POKAK CEPER KLATEN
KAJIAN DESAIN PRODUK KRIYA KAYU PRODUKSI STUDIO HANDYCRAFT HARNO di POKAK CEPER KLATEN SKRIPSI Oleh: ANDREAS FEBRIYATMOKO K3206010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
Lebih terperinci2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil, maka semakin
Lebih terperinciFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGGAMBAR BENTUK PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS VIIA DI SMP ABDI NEGARA 2 PADAMARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Mohamad Irwan NIM. X3211013
Lebih terperinciRasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO
Rasjoyo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik untuk Kelas VI SD dan MI 3 Berdasarkan Kurikulum Muatan Lokal Pekalongan Tahun 2006 PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI
Lebih terperinciPENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA
PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA Lies Susilaning Sri Hastuti Peneliti pada Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl.Kusumanegara No 7 Yogyakarta E-Mail :hastuti2121@gmail.com ABSTRAK Tanaman
Lebih terperinciPEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA
PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA Oleh: Widihastuti Staf Pengajar Prodi Teknik Busana FT UNY widihastuti@uny.ac.id Pendahuluan Tanaman alpukat
Lebih terperinciDian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.
PENGARUH PERBEDAAN CARA EKSTRAKSI dan BAHAN FIKSASI BAHAN PEWARNA LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BATIK Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S Bagian
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting
Lebih terperinciPENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017
PEMBUATAN BATIK JUMPUT DI DESA GLURANPLOSO KECAMATAN BENJENG KOTA GRESIK Nur Indah Rosyidah 1, Nurdiana Fatmawati 2, Novi Eka Styorini 3, Retno Wulan N.S 4, Siti Aisyah 5 1,2,3 Fakultas Keguruan dan Ilmu
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh dengan
Lebih terperinciPELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY
PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY ABSTRAK Batik adalah seni kerajinan yang perlu dilestarikan kebaradaannya karena merupakan salah satu budaya
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR ORNAMEN PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI WANGON KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR ORNAMEN PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI WANGON KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015. SKRIPSI Oleh : MAHMUDI NIM X3211012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA
PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA Oleh Nurida C.S., Harti, Inti Nahari, Saino, dan Yoyok Susatyo Abstrak Pelatihan proses pembuatan
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN
DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN Judul : Keluarga Nelayan Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2005 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara: Pameran Karya Seni Rupa tingkat Nasional
Lebih terperinciZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK
ABSTRAK Zat warna untuk kain katun terdiri dari zat warna Alami (Natural Dyes) dan zat warna Sintetis (Synthetic Dyes). Zat warna alam terdiri dari akar, batang, kulit, buah, dan bunga. Sedangkan zat warna
Lebih terperinciPENGGUNAAN MANGROVE UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN EKONOMI RUMAH TANGGA
Volume 22 No. 4 Edisi Khusus SNEHPKM 2016 p-issn: 0852-2715 e-issn: 2502-7220 PENGGUNAAN MANGROVE UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN Risnovita Sari Universitas Negeri Medan, Medan Penulis Korespondensi: risnovita.sari@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap
Lebih terperinciNO HARI PERTEMUAN WAKTU PELAJARAN MATERI CATATAN
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN MASYARAKAT (PKM) TAHUN 2012, BIDANG PEMBUATAN DESAIN BATIK DENGAN BAHAN PEWARNA ALAM & KIMIA, LEMBAGA KURSUS BATIK SIGER YAYASAN SARI TELADAN NO HARI
Lebih terperinci