Pembagian Pembayaran Premi Asuransi Pertanian Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
|
|
- Adi Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pembagian Pembayaran Premi Asuransi Pertanian Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Oleh: Akhmad Yasin Peneliti Muda pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Visi misi pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo di sektor pertanian adalah bagaimana bangsa Indonesia bisa mencapai kedaulatan dan kemandirian pangan dan tidak bergantung pada impor pangan. Suatu bangsa tidak akan mencapai kedaulatan dan kemandirian pangan jika terus menerus bergantung pada impor. Kemampuan negara dalam menyediakan pangan bagi seluruh penduduknya merupakan tujuan kedaulatan pangan. Hal ini karena pertanian dan pangan adalah hidup matinya suatu bangsa. Hingga saat ini, sektor pertanian masih menjadi sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dan penting dalam perekonomian nasional. Peran strategis sektor ini ditunjukkan dengan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penyedia lapangan kerja yang lebih besar daripada sektor industri dan nonpertanian lainnya. Selain itu, sektor pertanian masih menjadi penyedia utama bahan baku industri dan sumber pendapatan devisa dari ekspor hasil produksi pertanian. Dengan perannya yang strategis tersebut, maka sudah sewajarnya jika pemerintah mengalokasikan anggaran dari keuangan negara untuk pembangunan sektor pertanian yang berkelanjutan. Perlu keseriusan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di sektor pertanian ini. Perhatian dan keseriusan pemerintah dalam memajukan sektor pertanian melalui pembangunan yang berencana dan berkesinambungan, niscaya 1
2 akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang mampu mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan. Ketahanan dan kedaulatan pangan sudah menjadi salah satu tujuan utama pembangunan nasional. Sebagaimana amanat UUD 1945 yang menyatakan bahwa tujuan pembangunan nasional salah satunya adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tercukupinya sandang dan pangan. Sandang dan pangan dapat tercukupi jika bahan baku tersedia. Penyedia bahan baku dua kebutuhan pokok ini adalah para petani. Jika semua kebutuhan pokok terpenuhi, diharapkan mampu memberikan rasa aman dan sejahtera sehingga mampu memacu pembangunan semua aspek kehidupan masyarakat, khususnya peningkatan kesejahteraan dan pendapatan para petani dan nelayan yang hingga saat ini masih tergolong rendah. Berbagai program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dan peningkatan kesejahteraan dan pendapatan petani selalu terus diupayakan pemerintah. Peningkatan hasil produksi pertanian, baik secara kualitas maupun kuantitas telah menjadi perhatian serius pemerintah sejak masa orde baru hingga era reformasi saat ini. Produksi hasil pertanian yang masif dan berkualitas akan tercapai jika para petani mendapatkan perlindungan terhadap produksinya. Perlindungan terhadap petani tersebut diperlukan dalam rangka mengurangi risiko gagal panen yang diakibatkan oleh anomali cuaca yang tidak menentu, seperti kemarau panjang yang menimbulkan kekeringan, musim hujan yang mendatangkan banjir, serangan organisme pengganggu tanaman, dan risiko ketidakpastian harga pasar. Perlindungan tersebut perlu dilakukan terhadap petani karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang rawan terhadap dampak negatif dari perubahan iklim dan usaha yang penuh dengan risiko. Gagal panen merupakan risiko terbesar yang harus dialami para petani ketika terjadi anomali cuaca dan gangguan organisme pengganggu tanaman. Oleh karena itu, salah satu alternatif untuk memberikan perlindungan kepada para petani terhadap kegagalan usaha taninya adalah melalui penerapan asuransi pertanian. Pemerintahlah yang menggulirkan program asuransi pertanian dan bertanggung jawab secara penuh terhadap pelaksanaannya. Asuransi pertanian 2
3 merupakan program pemerintah yang berfungsi sebagai salah satu alternatif skema pendanaan yang berkaitan dengan pembagian risiko dalam kegiatan usaha tani. Melalui asuransi pertanian, proses produksi dapat dijaga karena mengikuti rekomendasi berusaha tani yang baik. Asuransi pertanian sangat penting untuk membantu petani dari risiko kerugian besar dan memastikan bahwa mereka akan memiliki modal kerja yang cukup yang diperoleh karena mengasuransikan usaha taninya untuk membiayai usaha pertanian pada musim berikutnya (Pasaribu, 2014). Visi program asuransi pertanian adalah menjadikan asuransi sebagai skema perlindungan terhadap risiko gagal panen atau risiko usaha pertanian lainnya, termasuk usaha peternakan menuju usaha pertanian modern yang berwawasan agribisnis dalam pembangunan pertanian berkelanjutan. Sementara misi program asuransi pertanian adalah meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pertanian secara berkesinambungan dan menciptakan kondisi yang menguntungan petani/peternak dan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan dalam pembangunan pertanian nasional. Namun, sampai sejauh ini belum terlihat keberhasilan program ini. Sejauh manakah pengembangan asuransi pertanian tersebut. Seberapa besar peran pemerintah daerah dalam mengembangkan program tersebut, khususnya dalam pembayaran premi. Pengembangan Asuransi Pertanian Pengembangan asuransi pertanian, hingga saat ini belum dapat diwujudkan, walaupun pemerintah telah tiga kali mengadakan pembentukan Kelompok Kerja Persiapan Pengembangan Asuransi Panen, yaitu pada 1982, 1984, dan Setelah tiga kali kelompok kerja persiapan pengembangan asuransi panen tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan, maka pada 1999 mulai dicanangkan pembentukan asuransi pertanian. Pembahasan serius telah dilakukan, tetapi untuk melangkah ke tahap implementasi perlu pertimbangan yang matang. Dibutuhkan perhatian khusus, yakni ketersediaan data yang memadai, ketersediaan personal terlatih serta arus informasi, teknologi, dan gagasan penyempurnaan atas hasil 3
4 pemantauan ( IF%20Bab1001.pdf, 2013). Banyak ditemui bahwa program asuransi pertanian yang sukses dihasilkan dari penerapan konsep-konsep dasar secara benar. Asuransi dapat memainkan peran yang penting dalam pengelolaan berbagai aspek risiko pertanian, tetapi asuransi tidak mengatasi semua risiko. Bank Dunia melaporkan bahwa asuransi pertanian merupakan komponen penting dalam manajemen risiko, tetapi tidak dapat menggantikan tata cara pengelolaan yang baik, metode berproduksi yang maju dengan berinvestasi pada teknologi baru. Jika inovasi dan teknologi dapat dikelola dengan baik, maka skema asuransi pertanian dapat meningkatkan kehidupan masyarakat pedesaan yang sekaligus meningkatkan produksi dan memperkuat ketahanan pangan ( tanian_ pdf, 2014). Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan asuransi pertanian. Pengembangan asuransi pertanian harus mempertimbangkan dengan cermat tiga aspek penting yang akan mempengaruhi kinerja sistem asuransi tersebut. Ketiga aspek itu adalah: (1) tujuan utama dan prinsip-prinsip utama pengembangan lembaga asuransi pertanian, (2) perilaku petani dalam menghadapi risiko, dan (3) prasyarat yang harus dipenuhi untuk bekerjanya suatu sistem asuransi pertanian. Pengembangan asuransi pertanian juga harus memperhitungkan bahwa secara teoritis perilaku sebagian besar petani cenderung menghindari risiko (risk-averse behavior). Manifestasinya adalah bahwa untuk tingkat pendapatan tertentu, petani cenderung memilih untuk mengambil keputusan yang risikonya lebih rendah; atau berhadapan dengan tingkat risiko tertentu, maka kecenderungannya adalah mengharapkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Sumaryanto dan A.R. Nurmanaf, 2014). Peningkatan kesejahteraan petani sendiri adalah satu dari empat target sukses pembangunan pertanian. Sementara itu, tiga target lainnya yaitu pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, dan peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor pertanian, pada hakikatnya merupakan perantara sebagai milestone (batu lompatan) menuju peningkatan 4
5 pendapatan dan kesejahteraan petani ( mengujicoba-asuransi-pertanian.html, 2014). Melalui penerapan asuransi pertanian, diharapkan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dapat terwujud melalui skema perlindungan usaha tani. Pendapatan petani dapat stabil atau meningkat karena adanya perlindungan dari asuransi pertanian melalui pengurangan tingkat kerugian yang dialami petani karena kehilangan hasil sebagai akibat gagal panen. Ada sembilan unsur kunci yang dapat menentukan efektifitas, kelancaran operasional, dan keberlanjutan sistem asuransi pertanian, yaitu: (1) Petani sasaran, (2) Cakupan komoditas usaha tani, (3) Cakupan asuransi, (4) Nilai premi dan prosedur pengumpulannya, (5) Mekanisme penyesuaian kerugian, (6) Struktur organisasi terkait dengan skim yang dipilih, (7) Acuan dalam skim pendanaan asuransi, (8) Susunan penjaminan ulang, dan (9) Komunikasi dengan petani. Dalam pelaksanaannya, asuransi pertanian juga harus dapat mendidik petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha taninya. Dengan petani diharuskan mengikuti anjuran teknis dan diawasi oleh pihak asuransi, diharapkan usaha tani yang dipersyaratkan dalam asuransi dapat dilaksanakan sebagai bagian dari kewajiban untuk memperoleh tanggungan asuransi (Wibisono, 2014). Koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Implementasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, dipastikan tidak akan berjalan mulus. Berbagai macam kendala seperti penerapan akses modal dan jaminan asuransi akan dijumpai di lapangan. Begitu juga halnya dengan peraturan turunan yang berlaku sebagai aturan pelaksanaan dan teknisnya belum seluruhnya terbentuk. Pelaksanaan program asuransi pertanian secara menyeluruh membutuhkan kesiapan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pemerintah baik pusat maupun daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas perlindungan petani. Pemerintah pusat dan daerah wajib melindungi petani, kelompok petani, koperasi petani, serta asosiasi petani. Perlindungan petani merupakan bentuk upaya peningkatan kesejahteraan petani. 5
6 Sumber dana perlindungan dapat bersumber dari (1) Dana masyarakat tani dan/atau masyarakat yang peduli terhadap pertanian; (2) Dana pemerintah pusat (APBN) dan pemerintah daerah (APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota) dan (3) lembaga lain/swasta terkait. Perlindungan petani dan peningkatan kesejahteraan serta pendapatan petani dapat terwujud jika pemerintah baik di pusat maupun di daerah saling berkoordinasi dalam memfasilitasi para petani agar menjadi peserta asuransi. Sebagaimana amanat UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pasal 39 menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi setiap petani menjadi peserta asuransi pertanian. Fasilitas tersebut meliputi antara lain a). kemudahan pendaftaran untuk menjadi peserta; b). kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi; c). sosialisasi program asuransi terhadap Petani dan perusahaan asuransi; dan/atau d). bantuan pembayaran premi. Selain amanat undang-undang perlindungan petani, bagi pemerintah daerah juga diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 22 untuk ikut mengembangkan sistem jaminan sosial. Sistem jaminan sosial dimaksud dapat berupa program yang meliputi salah satunya adalah pengembangan asuransi pertanian. Oleh karena itu, untuk pengembangan asuransi pertanian, perlu adanya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah. Koordinasi kedua belah pihak diperlukan sebagai upaya agar dalam setiap kegiatan atau program yang diprakarsai pemerintah pusat dapat dengan segera direspon secara baik oleh pemerintah daerah dengan menindaklanjutinya. Pemerintah pusat dan daerah harus memfasilitasi setiap program peningkatan kesejahteraan petani, agar para petani mampu mengakses setiap haknya yang berkaitan dengan peningkatan hasil produksi pertanian dan peningkatan pendapatannya. Pemerintah daerah tentunya akan selalu berada di garda terdepan faktor kunci kesuksesan pengimplementasian asuransi pertanian. Hal ini karena pemerintah daerah di kabupaten/kota mempunyai data yang lebih detail atau lengkap mengenai jumlah petani dan luas lahan garapan yang dimiliki petani. Jadi aparat di pemda tersebut diharapkan dapat menyediakan data yang dibutuhkan untuk pembayaran premi asuransi pertanian. 6
7 Berbagi Beban Pembayaran Premi Asuransi Pemerintah pusat dan daerah bisa bekerja sama dalam berbagi beban pembayaran premi asuransi. Misalnya dengan rasio: 50% bagian untuk pemerintah pusat dan 30% bagian untuk pemerintah daerah serta 20% bagian kewajiban petani. Besaran presentase pembayaran premi tersebut setiap tahun dapat ditinjau ulang disesuaikan dengan kesiapan dan kemampuan fiskal pemerintah daerah. Pembiayaan untuk pembayaran premi asuransi pertanian dapat berasal dari APBN maupun APBD. Tabel Simulasi Presentase Pembayaran Premi antara Pusat dan Daerah No. Tahun Pusat Daerah Petani % 0% 20% % 10% 20% % 20% 20% % 30% 20% % 40% 20% % 50% 20% % 60% 20% % 80% 20% Sumber: Ilustrasi penulis 7
8 Pembagian beban pembayaran premi merupakan bentuk pembagian risiko antara pemerintah pusat maupun daerah. Besar kecilnya pembagian tergantung dari kemampuan keuangan pemerintah. Untuk tahap awal pengembangan asuransi pertanian saat ini, pemerintah pusatlah yang menanggung bagian yang lebih besar daripada pemerintah daerah. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa presentase besarnya bagian premi yang mesti dibayar dapat dirumuskan kembali pada tahun-tahun mendatang. Mekanisme dan besaran-besaran premi asuransi pertanian tersebut harus ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Baik dalam bentuk Perpres, Inpres, Peraturan Menteri maupun peraturan kepala daerah atau peraturan daerah. Bahkan dimungkinkan bagi daerah menyediakan ruang fiskal di APBD untuk membayar premi tersebut atau dimasukkan dalam mata anggaran tersendiri. Namun, sekali lagi harus melihat kemampuan dan kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan. Semakin besar kapasitas fiskal yang dimiliki daerah, semakin ringan beban untuk membayar premi tersebut dan sebaliknya. Bagi daerah kemampuan menanggung beban premi asuransi sangat tergantung dari kemampuan APBD yang dimilikinya. Sebagaimana lazimnya kondisi fiskal daerah yang terjadi saat ini, bahwa sebagian besar kemampuan keuangan daerah sangat ditopang oleh besaran transfer dari pusat baik dalam bentuk dana alokasi umum (DAU) maupun dana alokasi khusus (DAK). Oleh karena itu, perlu bagi pusat untuk mengetahui kondisi fiskal masing-masing daerah. Pengambilan sampel sebagai pilot project penerapan asuransi pertanian di daerah bisa menjadi langkah awal untuk pengembangannya lebih lanjut di masa yang akan datang. Skala pilot project asuransi diujicobakan untuk tanaman padi seluas hektar dengan lokasi Jawa barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan. Uji coba ini melibatkan partisipasi BUMN Pertanian. Dengan pola kemitraan, BUMN memfasilitasi pembiayaan premi asuransi sebesar 80 persen, sedangkan 20 persen sisanya menjadi tanggungan petani. Sebagai contoh awal, premi asuransi ditetapkan sebesar Rp per hektar dimana sekitar Rp ditanggung BUMN pupuk dan sisanya sebesar Rp menjadi tanggungan petani. Dengan premi sebesar itu apabila petani gagal panen (puso), maka dia akan mendapatkan santunan sebesar Rp per hektar. Keberhasilan proyek percontohan ini akan mampu 8
9 menjelaskan bahwa asuransi pertanian bisa diberlakukan dalam skala yang lebih luas dan pada tahun-tahun berikutnya sehingga program asuransi pertanian yang menguntungkan bagi petani dapat menyebabkan mereka bisa membayar premi sendiri tanpa subsidi pemerintah (Yesi Hendriani Supartoyo dan Kasmiati, 2014). Penutup Sektor pertanian telah menjadi sektor yang berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Perekonomian nasional mengalami peningkatan disebabkan sebagian besar disumbang dari hasil produksi pertanian. Namun disisi lain, usaha pertanian merupakan usaha yang penuh dengan risiko. Sebagai usaha yang penuh dengan risiko, sektor pertanian perlu mendapatkan perlindungan dari kegagalan dan kerugian. Kerugian yang dialami para petani bisa disebabkan karena perubahan iklim yang ekstrem seperti banjir, kekeringan dan gangguan organisme pengganggu tanaman. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan petani mengalami gagal panen (puso) sehingga para petani merugi dan tidak mempunyai modal atau biaya untuk memulai menanam pada musim tanam berikutnya. Untuk mengatasi permasalahan gagal panen dan meruginya para petani, pemerintah mengadakan program asuransi pertanian. Tujuan asuransi pertanian adalah untuk memberikan perlindungan dari peluang kegagalan dan juga untuk meningkatkan atau menyetabilkan pendapatan petani. Melalui asuransi pertanian, para petani mendapatkan perlindungan dan rasa aman dalam berusaha tani. Disamping itu, melalui asuransi pertanian diharapkan mampu mendorong dan memotivasi petani agar dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian yang sering mengalami berbagai permasalahan yang tidak terduga dan sulit diatasi. Asuransi pertanian merupakan sebuah strategi untuk mengatasi ancaman keberlanjutan pertanian di Indonesia dengan memberikan perlindungan bagi para petani sekaligus solusi agar petani keluar dari poverty trap sehingga petani dapat mandiri, produktif, sejahtera sehingga mampu memberi kontribusi bagi tercapainya pembangunan suatu bangsa (Yesi Hendriani Supartoyo dan Kasmiati, 2014). Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan juga oleh kemampuan koordinasi antara pusat dan daerah. Permasalahan asuransi pertanian yang krusial 9
10 adalah siapa yang membayar premi asuransi. Apakah pemerintah pusat secara keseluruhan, atau ada sharing pembayaran premi antara pusat dan daerah serta petani. Hal-hal seperti itu harus menjadi konsen pemerintah baik pusat maupun daerah untuk dipecahkan bersama-sama, sehingga pelaksanaan program asuransi pertanian dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Kesejahteraan dan kemakmuran dengan pendapatan yang tinggi dan stabil bagi para petani merupakan tujuan akhir dari pembangunan sektor pertanian. Semua itu dapat diwujudkan jika ada usaha keras dan konsisten dari pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur perlindungan terhadap petani tidak akan dapat berjalan sesuai dengan amanat yang terkandung di dalamnya jika tidak ada niat baik dan masih dominannya muatan politik terhadap pelaksanaan asuransi pertanian. Bagi pemerintah daerah, penyediaan anggaran tersendiri dalam APBD bagi subsidi premi asuransi pertanian bisa menjadi pendorong bagi kesuksesan pelaksanaan program asuransi pertanian. Daftar Pustaka (2014, September 11). Retrieved from (2013). Retrieved from pdf. (2014, September). Retrieved from Pasaribu, S. M. (2014, September). Lindung.pdf. Retrieved from Sumaryanto dan A.R. Nurmanaf. (2014, September 10). Retrieved from 10
11 Wibisono, I. (2014, September 10). Retrieved from Yesi Hendriani Supartoyo dan Kasmiati. (2014, September 17). TIF_MENGATASI_RISIKO_USAHA_TANI_MENUJU_PERTANIAN_BERKELANJ UTAN. Retrieved from 11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sedang berupaya menjaga ketahanan pangan Indonesia dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan agar kebutuhan pangan Indonesia tercukupi. Ketidak tersediaan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan
Lebih terperinciAnalisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung Oleh : A. Rozany Nurmanaf Sumaryanto Sri Wahyuni Ening Ariningsih Yana
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciMemilih Skema Asuransi Pertanian. Oleh: 1. Hadi Setiawan. Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan
Memilih Skema Asuransi Pertanian Oleh: 1. Hadi Setiawan Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan 2. Sofia Arie Damayanty Peneliti pada Pusat Pengelolaan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN PETANI DAN KOMODITAS PERTANIAN JAGUNG DAN KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciRANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT
RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT
Lebih terperinci2013, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2013 KESEJAHTERAAN. Petani. Perlindungan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu proses yang memerlukan transformasi paradigma dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini
Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim membawa dampak pada hampir semua aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi. Dampak yang dirasakan ada yang bersifat langsung seperti pada sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciOleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
Lebih terperinciPotensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut
Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tonggak perubahan yang bergerak sejak tahun 1998 dengan pergantian pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan dalam aspek
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005
ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005 A. Statistik Pertumbuhan PDB 1. Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian dalam arti sempit (Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan)
Lebih terperinciBab V Analisis, Kesimpulan dan Saran
151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim, sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia, bahwa pada tahun 2010 sektor ini menyumbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia pertanian, termasuk pembangunan kelembagaan penyuluhan dan peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian, adalah faktor yang memberikan kontribusi
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sehingga
Lebih terperinci- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI
- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pancasila dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan
Lebih terperinciPEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN
PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beras sebagai salah satu bahan pangan pokok memiliki nilai strategis dan mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial politik.
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG
1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan
Artikel Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Usia untuk sebuah bangsa yang semakin matang tersebut, tidak seharusnya menyurutkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana
BAB I. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pembangunan pedesaan merupakan pembangunan yang berbasis desa dengan mengedepankan seluruh aspek yang terdapat di desa termasuk juga pola kegiatan pertanian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciRencana Strategis
kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 55,2012 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciSosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya
Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah
Lebih terperinciSTRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014
No. 70/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS PANEN PADI SAWAH PADA TAHUN 2014 SEBESAR Rp
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah diatur dalam UU RI Nomor 33 Tahun 2004. UU ini menegaskan bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinciBAB III LAPORAN PENELITIAN
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/12/32/Th.XVI, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA
ASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA 1 LATAR BELAKANG 1.Usaha sektor pertanian dipandang usaha yang mempunyai risiko tinggi terhadap dinamika alam dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sektor yang mempunyai peranan penting dalam memproduksi pangan demi memenuhi kebutuhan manusia untuk melangsungkan hidupnya. Indonesia sebagai negara agraris
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN TEKNIS, SYARAT DAN TATA CARA PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciKEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015
KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 1. RELAKSASI KETENTUAN PERSYARATAN KEGIATAN USAHA PENITIPAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia
Lebih terperinciBAB VI LANGKAH KE DEPAN
BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk
Lebih terperinciMENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT MELALUI SISTEM PEMBINAAN DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA 2010) Oleh : Dirjen Industri Kecil dan Menengah Disampaikan pada acara : Rapat Kerja Departemen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Irigasi Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya bersumber dari beras, sagu, serta ubi hasil pertanian.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA
UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor strategis dalam perekonomian Indonesia saat ini. Data PDB (Produk Domestik Bruto) atas dasar harga berlaku pada triwulan pertama
Lebih terperinci2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciSTUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan
Lebih terperinciPROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN
A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata pada penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Koperasi dan UMKM ini langsung
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan
Lebih terperinci