PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN PADA WILAYAH PERTAMBANGAN DI KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN PADA WILAYAH PERTAMBANGAN DI KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN PADA WILAYAH PERTAMBANGAN DI KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA Ridwan Arief, Suhandi, Candra Putra Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang S A R I Lokasi penelitian berada di wilayah zonasi struktur berarah barat laut-tenggara, berperan sebagai kontrol struktur terhadap adanya mineralisasi logam. Keadaan geologi didominasi oleh jenis batuan vulkanik berumur tua (Formasi Latimojong), diintrusi oleh berbagai jenis batuan beku diantaranya diorit, granodiorit, sienit dan granit. Jenis batuan berupa skarn terbentuk secara lokal berkaitan erat dengan mineralisasi bijih besi. Struktur patahan diperkirakan jenis patahan geser berarah timur laut-tenggara, dan beberapa patahan lokal yang membentuk sudut 30 terhadap patahan geser tersebut. Mineralisasi logam yang paling potensial disana yaitu galena, bijih besi, emas, dimana kadar galena memperlihatkan nilai antara 7,11% hingga 39,77% jenis mineral logam ini sebagian sudah ditambang. Bijih besi mengandung Fe total antara 28,62%-64,67%, di daerah Kecamatan Tapango telah dilakukan pemboran uji dihasilkan cadangan 5 juta ton (PT. ISCO Polman Resources, 2009). Cebakan emas ditemukan di wilayah Kecamatan Mapilli, berupa urat kuarsa dengan kadar antara 1.0 gr/t dan 2,3 gr/t, tebal urat antara 0,15m 3,4m. Endapan pasir besi hasil analisisnya tidak menarik ditemukan di wilayah Kecamatan Binuang, sedangkan mineral non logam ditemukan berupa kaolin, perlit, batugamping, lempung hitam, mika dan gypsum, dimana seluruh mineral non logam tersebut belum dimanfaatkan oleh penduduk setempat maupun perusahaan. Belum adanya pemanfaatan bahan galian logam maupun non logam di wilayah ini, disebabkan beberapa kendala antara lain masalah transportasi, pembebasan lahan dan kurangnya minat perusahaan besar yang menginvestasikan dananya untuk kegiatan tambang di Kabupaten Polewali Mandar.

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan galian sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan dan jumlahnya terbatas sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara bijaksana, efektif dan efisien agar diperoleh manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi kepentingan rakyat secara luas. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu penerapan kaidah-kaidah konservasi bahan galian secara benar dan sistematis yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap kegiatan pengusahaan bahan galian mulai dari penyelidikan umum, eksplorasi, penambangan, pengangkutan dan pengolahan/pemurnian, sampai kepada penutupan tambang dan penanganan lingkungan. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian dilakukan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari bahan galian tersebut dan pada umumnya tidak melakukan upaya penanganan bahan galian lain dan mineral ikutan sehingga tidak memperoleh nilai tambah suatu bahan galian lain dan mineral ikutan yang berada pada wilayah pertambangannya. Untuk mendorong penerapan kaidah konservasi pada wilayah pertambangan termasuk kegiatan penambangan yang dilakukan oleh rakyat, perlu dilakukan upaya optimalisasi manfaat bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan tersebut secara bijaksana dan berwawasan lingkungan untuk menunjang kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu upaya peningkatan pendapatan dan perekonomian daerah dan nasional. Di wilayah Kabupaten Minahasa Utara pada saat ini beroperasi Kontrak Karya (KK) PT. Meares Soputan Mining (MSM) & PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN). Pada saat ini kedua perusahaan kontrak karya tersebut melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi emas di wilayah ini, khusus untuk PT. MSM pada saat ini sedang melakukan konstruksi tambang di daerah Toka Tindung disamping kegiatan eksplorasi lainnya untuk mengetahui daerah prospek di luar daerah Toka Tindung. Di daerah Tatelu yang masih merupakan wilayah eksplorasi PT. TTN saat ini terdapat kegiatan pertambangan emas rakyat secara ilegal. Kegiatan penambangan di wilayah ini berlangsung sejak tahun 1985 sampai sekarang dan dilakukan oleh masyarakat setempat dan warga pendatang. Proses pengolahan emas secara tradisional yang diterapkan di daerah ini menggunakan teknologi sederhana dengan merkuri sebagai bahan penangkap emas melalui proses amalgamasi. Proses penangkapan ini cenderung berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar karena pada setiap tahapan proses memungkinkan terjadi degradasi logam berat yang ada, sehingga dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan. Dalam rangka mengetahui potensi bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan tersebut dilakukan kegiatan penelitian bahan galian dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan ini dibiayai dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Sumber Daya Geologi Tahun Anggaran 2011.

3 Maksud dan Tujuan Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data potensi sumber daya cadangan bahan galian lain/mineral ikutan pada wilayah pertambangan yang terdapat di Kabupaten Minahasa Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi bahan galian lain/mineral ikutan pada wilayah pertambangan agar dapat dikelola dan dimanfaatkan secara lebih optimal dan hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penetapan kebijakan konservasi bahan galian di Kabupaten Minahasa Utara. Lokasi Penelitian dan Kesampaian Daerah Daerah penelitian terletak di bagian timur Kota Manado, secara administratif daerah penelitian termasuk dalam Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Secara geografis daerah penelitian terletak antara BT dan LU. Peta lokasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk mencapai daerah penelitian dapat menggunakan jalur penerbangan Jakarta Manado dan selanjutnya menggunakan kendaraan roda empat menuju daerah penelitian. Demografi, Iklim dan Tataguna Lahan Iklim daerah Minahasa terpengaruh oleh angin Muson. Pada bulan September sampai April, bertiup angin pembawa hujan lebat. Bulan Mei sampai November bertiup angin selatan ke barat laut. Curah hujan di daerah pedalaman Minahasa terhitung tinggi yaitu mm pertahun dan jumlah curah hujan mencapai 195 hari. Suhu pesisir pantai agak tinggi, namun di daerah pegunungan temperatur menunjukkan o C pada musim hujan. Sebagian besar Sulawesi Utara merupakan hutan dimana hutan hujan dataran rendah mendominasi wilayah ini. Pada umumnya masyarakat Minahasa Utara bermatapencaharian di bidang pertanian dan perkebunan. Di bidang perkebunan yang paling dominan adalah perkebunan kelapa (cocos nucivera) yang telah dikerjakan sejak Zaman Portugis. Masyarakat di beberapa wilayah pesisir bermatapencaharian sebagai nelayan. Disamping pertanian dan perkebunan, juga dikembangkan perikanan darat seperti yang tedapat di Kecamatan Dimembe dan peternakan sapi. GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Geologi Secara regional, geologi daerah Kabupaten Minahasa Utara disusun oleh satuan-satuan batuan dengan urutan stratigrafi dari yang berumur tua ke muda, sebagai berikut : Batuan Gunung Api (Tmv), terdiri dari breksi, lava dan tufa, lava bersifat andesit basal, breksi berbutir sangat kasar, berkomposisi andesit, sebagian bersifat konglomerat, mengandung sisipan tufa, batupasir, batulempung dan lensa batugamping, di beberapa tempat terdapat retas andesit, berumur Miosen Tengah.

4 Breksi dan Batupasir (Tps), terutama breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus hingga kasar, batulanau dan lempung, berumur Pliosen. Tufa Tondano (Qv), berupa produk klastik gunung api terutama berkomposisi andesit, menyudutmenyudut tanggung, banyaknya batuapung, batuapung lapili, breksi, ignimbrit sangat padat, berstruktur aliran, berumur Kuarter. Endapan Danau dan Sungai (Qs), terdiri dari pasir, lanau, konglomerat dan lempung napalan, perselingan lapisan pasir lepas dan lanau, lapisan berangsur, setempat silang siur, berumur Kuarter. Aluvial (Ql), merupakan endapan termuda hasil erosi dan pengendapan yang masih berlangsung sampai sekarang, berupa kerikil, pasir dan lempung. Peta geologi regional daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Pertambangan Di daerah Minahasa Utara beroperasi Kontrak Karya (KK) PT. Meares Soputan Mining (MSM) & PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN), kegiatan ke dua perusahaan tersebut saat ini dalam proses konstruksi. Di daerah Tatelu yang masih merupakan wilayah eksplorasi PT. TTN saat ini terdapat kegiatan pertambangan emas rakyat secara ilegal. Peta wilayah kontrak karya ke dua perusahaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Mineralisasi Emas Wilayah Kontrak Karya PT. MSM dan PT. TTN terdapat di sebuah jalur endapan volkanik yang termineralisasi kuat dan daerah intrusi yang kuat mengikuti Jalur Magmatik Mindano Timur Sulawesi. Jalur awal Miosen Kuarter tersebut terbentuk oleh tumbukan ke arah barat terhadap lempeng bagian timur Asia Tenggara (Carlile dan Mitchell, 1994). Cebakan emas terbentuk dalam lapisan andesit volkanik berumur Miosen akhir Pliosen yang tertutup lapisan tepra Kuarter dan endapan volkanik. Andesit porfiritik sebagai batuan penyusun utama. Keseluruhan endapan emas terdapat di atau dekat dengan struktur yang secara regional membentang arah utara ke baratlaut yang diketahui dari pencitraan SPOT, SLAR dan foto udara. Penyebaran dan sifat geologi dari semua jenis urat dan endapan emas secara keseluruhan hampir sama. Hasil penyelidikan PT. MSM dan PT. TTN telah menemukan adanya cadangan bijih, mulai dari cebakan bijih Toka Tindung dan cebakan-cebakan lainnya. Cebakan bijih emas Toka Tindung terdapat dalam andesit volkano klastik, andesit dan breksi, yang mencakup dua zona sejajar urat belalit yang telah termineralisasi, yang membentang dari utara-timur laut ke selatan-barat laut dan dikenal sebagai urat Ako dan sistem urat bagian Barat. Masing-masing memiliki lebar 20 m hingga 50 m dengan panjang lebih dari m. Setiap urat belalit kuarsa memiliki kisaran ketebalan mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa meter, yang terutama terdiri dari silika kalsedon, mikro kristalin dan kuarsa berbutir halus (kurang dari 10 mikron) yang terkandung dalam kuarsa dan adularia. Tambang Toka Tind-

5 ung diklasifikasikan sebagai cebakan emas tipe epithermal sulfida rendah. Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan di Wilayah Pertambangan Emas pertambangan di Kabupaten Minahasa Utara yaitu : emas, kaolin, mangan, batugamping, andesit dan pasir. Emas dan Mineral Ikutannya Seperti diketahui di Kabupaten Minahasa Utara terdapat 2 Wilayah Kontrak Karya (KK) yaitu PT. Meares Soputan Mining (MSM) dan PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN). Wilayah Kontrak Karya tersebut meliputi hampir 2/3 dari wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Seperti telah disebutkan di atas di daerah penelitian terdapat 2 wilayah kontrak karya yaitu PT. MSM dan PT. TTN. Hasil penelitian di kedua wilayah tersebut menunjukan adanya beberapa prospek emas seperti di Toka Tindung, Batupangah dan Tatelu. Kedua perusahaan tersebut sedang melakukan kegiatan eksplorasi dan konstruksi untuk penambangan emas. Kegiatan konstruksi PT. MSM di daerah Toka Tindung dan PT. TTN di daerah Batupangah. Disamping kegiatan pertambangan di kedua lokasi tersebut, di daerah Tatelu yang termasuk wilayah eksplorasi Kontrak Karya PT. TTN saat ini telah ditambang secara ilegal oleh masyarakat. Untuk mengatasi tersebut telah dilakukan upaya oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Minahasa Utara berupa permintaan pelepasan sebagian areal Kontrak Karya tersebut, tetapi sampai penelitian berakhir belum ada kesepakatan dengan perusahaan. Upaya lain yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Minahasa Utara yaitu menyusulkan adanya wilayah pertambangan rakyat di bagian barat laut dari daerah penambangan Tatelu. Sampai saat penelitian berlangsung usulan wilayah pertambangan rakyat masih dalam proses pengusulan. Dari hasil pengamatan di lapangan bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah Di wilayah Toka Tindung PT. MSM sedang melakukan aktifitas konstruksi dengan cara tambang terbuka dimana sepanjang zona urat dilakukan penggalian tanah penutup sepanjang zona urat Ako dan sistem urat bagian Barat yang masing-masing memiliki lebar 20 m hingga 50 m dengan panjang lebih dari m. untuk mempersiapkan proses penambangan. Di wilayah Tatelu saat ini sedang dilakukan penambangan emas rakyat secara ilegal dengan luas wilayah penambangan seluas ± 80 Ha. Hasil pengukuran di lapangan zona urat di daerah Tatelu berarah Barat laut-tenggara. Pada saat penelitian berlangsung jumlah penambang emas mencapai ratusan orang, di lapangan terlihat puluhan tenda penambang sepanjang zona urat. Penambangan dilakukan dengan cara membuat lobang sederhana sepanjang zona urat. Sistim pengolahan emas rakyat di Tatelu dilakukan secara amalgamasi (Foto 4), bijih emas ditumbuk dengan alat penumbuk dan selanjutnya diproses dalam tromol dan emas ditangkap den-

6 gan air raksa. Upaya untuk menaikan recovery pengolahan emas secara amalgamasi telah dilakukan oleh beberapa kelompok penambang dengan cara pengolahan tailing amalgamasi tersebut diolah dengan proses sianidasi (Foto 5) dan dari hasil wawancara dengan beberapa penambang dengan proses sianidasi perolehan emas meningkat. Pada penelitian ini telah dilakukan penyontohan tailing sisa pengolahan amalgamasi dan sianidasi untuk mengetahui kandungan emas dan logam lainnya disamping itu untuk mengetahui kandungan air raksa yang terbuang dari proses amalgamasi yang berpotensi mencemari lingkungan. Bahan Galian Lain pada Pertambangan Emas Mangan Diagram alir proses pengolahan emas rakyat di daerah Talelu dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil pengamatan di lapangan khususnya di daerah penambangan Tatelu dan di wilayah penambangan PT. MSM, mineral lain yang teridentifikasi yaitu pirit dan dan kaolin yang secara genesa bersamaan keterjadiannya dengan pembentukan emas. Mineral ikutan ini apabila tidak ditangani secara khusus berpotensi tergali dan terbuang menjadi waste selama kegiatan pertambangan berlangsung. Untuk mengetahui mineral ikutan yang terbentuk bersama-sama pembentukan emas maka telah dilakukan penyontohan bijih emas dari beberapa lubang penambangan emas rakyat untuk dilakukan analisis logam dengan metoda AAS. Disamping itu untuk mengetahui kandungan major element yang terdapat pada kaolin (Foto 6) yang terdapat diantara zona urat yang terdapat sedang dilakukan analisis basah. Potensi bijih mangan di daerah penelitian terletak di pantai utara kabupaten ini dengan penyebaran relatif terbatas. Hasil pengamatan di lapangan terdapat 2 tipe endapan mangan di daerah ini yaitu tipe mangan sekunder yang mengisi rongga zona kekar pada satuan batugamping seperti yang terdapat di lokasi MU 45 dan MU 46 (Foto 7) dan endapan mangan residual berupa endapan bijih mangan butir yang tersebar di atas permukaan tanah seperti yang terdapat di lokasi MU 48. Tipe bijih mangan sekunder merupakan hasil pelarutan dari bijih mangan primer yang diendapkan pada formasi batuan yang lebih tua dari satuan batugamping. Hasil pengamatan di lapangan potensi mangan di daerah ini relatif kecil hanya mengisi ronggarongga kekar diantara batugamping. Dari hasil pengukuran di lapangan, penyebaran endapan mangan ini relatif terbatas seluas 2 Ha memanjang sepanjang pantai. Batugamping Potensi batugamping terdapat di pantai bagian utara Kabupaten Minahasa Utara di lokasi MU 47 (Foto 8), tersingkap di sepanjang pantai dengan luas sekitar 5 Ha. Secara megaskopis batugamping tersebut berupa batugamping terumbu, berwarna putih, keras, berbentuk nodule-nudule,

7 di beberapa tempat teridentifikasi adanya foram besar, di beberapa tempat yang terkekarkan diisi oleh bijih mangan sekunder. Dengan penelitian ini diharapkan penggunaan batugamping lebih meningkat, sejalan dengan diketahuinya kandungan unsur yang ada di dalam batugamping tersebut. Andesit hasil erupsi lama dari Gunung Klabat. Pemanfaatan endapan pasir ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara penggalian secara manual (sederhana) dengan cara mengupas tanah penutup dan menggali lapisan pasirnya. Penambangan dilakukan oleh beberapa kelompok kecil masyarakat memanfaatkan endapan pasir yang terdapat di kebun kelapa. Potensi bahan galian andesit terletak di Kecamatan Dimembe (Lokasi MU 25). Di lokasi ini pernah dilakukan penambangan dan sudah lama terhenti. Penyebaran bahan galian andesit di lokasi ini seluas 3 Ha, secara megaskopis andesit berwarna hitam keabuan, keras, kristalin dan sedikit terkekarkan, setempat terlihat adanya struktur lava. Diperkirakan potensi andesit ini merupakan endapan lava produk volkanik dari Gunung Klabat pada fase erupsi yang lalu. Secara megaskopis pasir berwana hitam, kasar, berupa material volkanik, memperlihatkan struktur laminasi dan sedikit mengandung lempung. Potensi pasir ini telah ditambang oleh masyarakat setempat dan merupakan mata pencaharian tambahan bagi masyarakat sekitar. Kualitas pasir tersebur sangat baik untuk pembuatan beton. Penyontohan Penambangan andesit di daerah ini telah dihentikan dan untuk memenuhi kebutuhan andesit di wilayah Kabupaten Minahasa Utara khususnya di bagian barat di transport dari quary andesit di daerah Tateli di bagian barat di Kota Manado. Pasir Potensi pasir terletak di di Kecamatan Dimembe bagian timur, berupa endapan pasir dengan ketebalan antara 0,5-1,5 m, tersebar di lahan perkebunan kelapa seperti yang terdapat di lokasi MU 24, MU 26 dan MU 27 (Foto 9). Penyebaran endapan pasir tersebut cukup luas meliputi beberapa desa terutama desa-desa di bagian utara dan timur laut Gunung Klabat. Diperkirakan endapan pasir tersebut merupakan Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu meneliti bahan galian lain dan mineral ikutan pada wilayah pertambangan emas, maka telah dilakukan penyontohan untuk mengetahui kualitas dari bahan galian lain dan mineral ikutan di wilayah pertambangan tersebut. Selama penelitian berlangsung telah diconto sebanyak 48 conto batuan, sebanyak 38 conto batuan berasal dari wilayah penambangan rakyat dan wilayah Kontrak Karya PT. MSM untuk dianalisis emas dan mineral/logam ikutannya dan 10 conto lainnya berupa conto bahan galian lain yang terdapat di wilayah kontrak karya. Peta lokasi penyontohan batuan dapat dilihat pada Gambar 5. Jumlah dan perlakuan analisis masing-masing conto secara rinci dapat dilihat pada

8 Tabel 1. PEMBAHASAN Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, di daerah Minahasa Utara beroperasi Kontrak Karya (KK) PT. Meares Soputan Mining (MSM) & PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN), kegiatan ke dua perusahaan tersebut saat ini dalam proses konstruksi. Di daerah Tatelu yang masih merupakan wilayah eksplorasi PT. TTN saat ini terdapat kegiatan pertambangan emas rakyat secara ilegal. Dari hasil pengamatan di lapangan bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan di Kabupaten Minahasa Utara yaitu : kaolin, mangan, batugamping, andesit dan pasir. Emas Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya PT. MSM pada saat penelitian berlangsung sedang melakukan aktifitas konstruksi untuk mempersiapkan proses penambangan dengan cara tambang terbuka dimana sepanjang zona urat dilakukan penggalian tanah penutup sepanjang zona urat Ako dan sistem urat bagian barat yang masing-masing memiliki lebar 20 m hingga 50 m dengan panjang lebih dari m. Hasil analisis beberapa conto batuan dari pit Toka Tindung seperti yang terlihat pada Tabel 2. Dari hasil analisis terlihat kadar rata-rata unsur Au di pit Tokatindung relatif rendah, tetapi mempunyai zona urat relatif lebar; sehingga PT. MSM memutuskan untuk melakukan penambangan secara terbuka di daerah ini. Dilihat dari asosiasi unsur logam lain yang terbentuk bersama-sama dengan emas pada zona urat Tokatindung, tidak ditemukannya unsur logam lain yang cukup ekonomis, kadar Cu antara 4 79 ppm, Pb antara ppm, kadar Zn antara 4 55 ppm, sehingga kecil kemungkinan adanya mineral logam ikutan ekonomis yang akan terbuang selama proses penambangan dan pengolahan. Seperti yang telah disebutkan di atas di wilayah Tatelu saat ini sedang dilakukan penambangan emas rakyat secara ilegal dengan luas wilayah penambangan seluas ± 80 Ha. Hasil analisis batuan dari beberapa lubang penambangan emas rakyat tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil analisis batuan di atas terlihat kadar emas di wilayah pertambangan emas rakyat Tatelu rata-rata berkadar tinggi, sehingga diperlukan teknologi penambangan yang baik dan sistematik untuk guna memperkecil resiko bijih emas berkadar tinggi tersebut terbuang atau tertinggal. Dilihat dari asosiasi unsur logam lain yang terbentuk bersama emas di wilayah Tatelu, terlihat tidak adanya kadar logam lain yang cukup ekonomis, sehingga kecil kemungkinan adanya mineral logam ikutan ekonomis yang akan terbuang selama proses penambangan dan pengolahan. Sistim pengolahan emas rakyat di Tatelu dilakukan secara amalgamasi dan selanjutnya tailing proses amalgamasi tersebut oleh para pemilik tromol dikumpulkan selanjutnya diolah dengan

9 proses sianidasi. Hasil analisis beberapa conto tailing pengolahan amalgamasi dan sianidasi emas rakyat di Tatelu dapat dilihat pada Tabel 4. Dari hasil analisis tailing amalgamasi (No conto MU 19 MU 22) terlihat masih banyak terdapat emas yang terbuang bersama tailing. Hal tersebut menggambarkan recovery pengolahan amalgamasi yang dilakukan rakyat sangat rendah. Sebagian tailing proses amalgamasi diolah kembali dengan proses sianidasi. Dari hasil analisis conto MU 23 terlihat penurunan kadar emas pada sisa tailing proses amalgamasi, tetapi dengan kadar Au sebesar ppb, menggambarkan proses sianidasi yang berlangsung recovery nya masih cukup rendah. Sebagai catatan kadar Au > 10 ppm pada urat sangat ekonomis untuk dilakukan pengolahan, dan pada kasus tailing sianidasi di daerah Tatelu ini masih banyak emas yang terbuang bersama-sama tailing sianidasi tersebut. Seperti telah disebutkan di atas di area penambangan PT. MSM terdapat bahan galian kaolin di sekitar zona urat hasil alterasi batuan samping yang berpotensi terbuang selama proses penambangan. Penyontohan di lakukan di 2 lokasi yaitu di lokasi MU 37 dan MU 38. Hasil analisis major element bahan galian kaolin tersebut menunjukkan kadar SiO2 antara 42,16 70,82%, Al2O3 antara 14,13-28,28%, Fe2O3 antara 3,92-12,08%, Na2O antara 0,02-0,05%, K2O 3,97-6,88% dan MnO2 antara 0,01-0,05%. Kegunaan kaolin sangat tergantung pada karakteristiknya karena karakteristik berpengaruh terhadap kualitasnya. Bahan galian kaolin yang terdapat di Pit Tokatindung merupakan kaolin hasil proses hidrothermal dengan kadar SiO2 yang cukup tinggi, sehingga bisa digunakan untuk bahan isolator dan semen tahan api. Mangan Pada proses amalgamasi digunakan merkuri sebagai media penangkap emas. Merkuri tersebut terbuang bersama tailing dan sangat berpotensi mencemari lingkungan. Seperti diketahui merkuri merupakan salah satu bahan berbahaya beracun (B3) yang perlu diawasi penyebarannya. Dari hasil analisis terlihat kadar air raksa dari tailing amalgamasi maupun dari tailing sianidasi sangat tinggi berkisar antara ppm dan hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Kaolin Potensi bijih mangan terletak di pantai utara kabupaten ini dengan penyebaran relatif terbatas Hasil pengukuran menunjukkan penyebaran endapan mangan ini relatif terbatas seluas 2 Ha memanjang sepanjang pantai. Hasil analisis bijih mangan sekunder yang mengisi rongga zona kekar pada satuan batugamping yang terdapat di lokasi MU 45 dan MU 46 menunjukkan kadar MnO2 antara 11,11-13,89%, Mn total antara 8,53-10,84%, Fe2O3 antara 0,22-5,16% dan SiO2 0,30-0,67%. Dilihat dari jumlah dan kadar Mn totalnya yang relatif kecil, bijih mangan di lokasi ini tidak ekonomis untuk ditambang.

10 Hasil analisis bijih mangan residual berupa endapan bijih mangan butir yang tersebar di atas permukaan tanah yang terdapat di lokasi MU 48 menunjukkan kadar MnO2 : 61,52%, Mn total : 38,05%, Fe2O3 : 5,53% dan SiO2 : 11,12%. Bijih mangan di lokasi tidak ekonomis untuk ditambang, mengingat kadar Mn totalnya yang masih dibawah kadar rata-rata ekonomis bijih mangan saat ini sebesar 45%. Disamping itu untuk pemanfaatan/penambangan endapan mangan ini akan menyebabkan terjadi kerusakan pantai mengingat bijih mangan tersebut terletak di tebing-tebing pantai, hal ini akan berdampak terhadap keindahan dan keutuhan pantai dimana di daerah tersebut berdekatan dengan objek wisata pantai Likupang. Batugamping Potensi batugamping terdapat di pantai bagian utara Kabupaten Minahasa Utara di lokasi MU 47, tersingkap di sepanjang pantai dengan luas sekitar 4 Ha. Secara megaskopis batugamping tersebut berupa batugamping terumbu, berwarna putih, keras, berbentuk nodule-nudule, di beberapa tempat teridentifikasi adanya foram besar, di beberapa tempat yang terkekarkan diisi oleh bijih mangan sekunder. Analisis batugamping secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis batugamping menunjukkan kadar CaO : 49,67%, MgO : 1,19%, NaO : 0,02%, K2O : 0,04% Fe2O3 : 3,50%, Al2O3 : 2,25% dan SiO2 : 2,77%. Dari hasil analisis terlihat kadar CaO kurang dari 50%, hal ini menunjukkan batugamping tersebut dapat digunakan secara terbatas sebagai kapur tohor dimana untuk kapur tohor dipersyaratkan CaO = 50 %, SiO2 = maks. 4 % Untuk memanfaatkan batugamping tersebut perlu ada pembatasan areal, mengingat lokasi keterdapatan batugamping tersebut berada di pinggir pantai yang termasuk dalam kawasan pengembangan wisata pantai dimana telah dibangun sarana wisata pantai, hotel dan bungalau maka pemanfaatan/penambangan batugamping tersebut akan menyebabkan kerusakan bentang alam pantai dan akan menurunkan nilai jual objek wisata di sekitarnya. Andesit Potensi bahan galian andesit terletak di Kecamatan Dimembe. Di lokasi ini pernah dilakukan penambangan dan sudah lama terhenti. Secara megaskopis andesit berwarna hitam keabuan, keras, kristalin dan sedikit terkekarkan, setempat terlihat adanya struktur lava. Diperkirakan potensi andesit ini merupakan endapan lava produk volkanik dari Gunung Klabat pada fase erupsi yang lalu. Hasil analisis petrografi conto No MU 25, menunjukkan batuan tersebut berjenis andesit piroksen. Dari ubahan lempung yang relatif sedikit batuan dan relatif masih segar/tidak lapuk dan tidak menunjukkan adanya ubahan yang akan merubah kekuatan tekan dari batuan tersebut apabila dibuat bahan bangunan. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya penambangan andesit di daerah ini telah dihentikan dan untuk memenuhi kebutuhan andesit di wilayah Kabupaten Minahasa Utara khususnya

11 di bagian barat di transport dari quary andesit di daerah Tateli di bagian barat di Kota Manado yang jaraknya cukup jauh dari Kabupaten Minahasa Utara. Penyelidikan potensi andesit di wilayah kabupaten ini perlu dilakukan secara lebih rinci sehingga kebutuhan bahan galian ini dapat dipenuhi dari daerah sekitar tanpa harus ditransport dari daerah lain yang cukup jauh jaraknya. Hasil analisis mineral butir menunjukkan pasir tersebut berukuran sedang-kasar dan sedikit yang berukuran lempung, didominasi oleh fragmen batuan dengan sedikit mineral magnetit dan kuarsa. Dilihat dari komposisi butir dan mineral endapan pasir tersebut baik untuk bahan baku pembuatan beton. KESIMPULAN Pasir Potensi pasir terletak di di Kecamatan Dimembe bagian timur, berupa endapan pasir dengan ketebalan antara 0,5-1,5m, tersebar di lahan perkebunan kelapa seperti yang terdapat di lokasi MU 24, MU 26 dan MU 27. Penyebaran endapan pasir tersebut cukup luas meliputi beberapa desa, tetapi ketebalannya relatif tipis berkisar antara 20 cm -1 m. Diperkirakan endapan pasir tersebut merupakan hasil erupsi lama dari Gunung Klabat. 1. Bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan di Kabupaten Minahasa Utara yaitu : kaolin, mangan, batugamping, andesit, dan pasir. 2. Kandungan logam lain sebagai mineral ikutan pada pertambangan emas di Pit Tokatindung dan Tatelu relatif rendah, sehingga kecil kemungkinan adanya mineral logam ikutan ekonomis yang akan terbuang selama proses penambangan dan pengolahan. Pemanfaatan endapan pasir ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara penggalian secara sederhana, mengupas tanah penutup dan menggali lapisan pasirnya. Penambangan dilakukan oleh beberapa kelompok kecil masyarakat memanfaatkan endapan pasir yang terdapat di kebun kelapa milik masyarakat. Secara megaskopis pasir berwana hitam, kasar, berupa material volkanik, memperlihatkan struktur laminasi dan sedikit mengandung lempung. Potensi pasir ini telah ditambang oleh masyarakat setempat dan merupakan mata pencaharian tambahan bagi masyarakat sekitar. 3. Kaolin yang terdapat di dalam zona urat kuarsa di wilayah pertambangan terbuka PT. MSM di Toka Tindung berpotensi terbuang pada tahap penambangan dan menjadi waste. 4. Potensi mangan relatif kecil, hanya mengisi rongga-rongga kekar diantara batugamping dengan kadar Mn total relatif kecil. Disamping itu untuk pemanfaatannya akan menyebabkan kerusakan pantai mengingat bijih mangan tersebut terletak di tebing-tebing pantai, hal ini akan berdampak terhadap keindahan dan keutuhan pantai dimana di daerah tersebut berdekatan dengan objek wisata pantai Likupang.

12 5. Potensi batugamping relatif kecil, untuk pemanfaatannya bisa digunakan sebagai bahan baku kapur tohor secara terbatas. Pemanfaatan batugamping di daerah ini terkendala karena letaknya berdekatan dengan objek wisata pantai Likupang. NRM/epiq Sulut. Effendi A.C, Bawono S.S., 1997, Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara, Sekala 1 : , Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. 6. Potensi pasir yang terletak di Kecamatan Dimembe penyebarannya cukup luas dan mempunyai kualitas yang cukup baik untuk pasir beton, hanya lapisan pasir tersebut ketebalannya relatif tipis antara 0,5-1,5m. 7. Potensi andesit di Kecamatan Dimembe perlu diteliti lebih lanjut, sehingga kebutuhan andesit di Kabupaten Minahasa Utara bisa dipenuhi tanpa harus mendatangkan dari wilayah lain yang jaraknya cukup jauh. DAFTAR PUSTAKA Herry Sumual, 2009, Karakterisasi Limbah Tambang Emas Rakyat Dimembe Kabupaten Minahasa Utara, Agritek vol. 17 no.5. Kamagi W.A. 1989, Potensi dan Permasalahan Pertambangan Emas Rakyat di Sulawesi Utara. Makalah: Seminar Pertambangan Rakyat Tingkat Nasional. Jakarta. PT. Mearest Soputan Mining, 2011, Laporan Perkembangan Kuartal ke 4 Tahun 2010, PT. MSM. Daniel Limbong, Ancaman Pencemaran Merkuri oleh Pertambangan Emas Sekala Kecil di Tatelu,

13 Tabel 1. Contoh Batuan dan Jenis Analisis Batuan Bijih dan tailing dari pertambangan emas Jml Metoda Analisis 38 AAS Unsur yang dianalisis Analisis Logam : Au, Ag, Cu, Pb, Zn dan untuk conto tailing ditambah analisis unsur As dan Hg Kaolin 2 Analisis Basah Major Element : SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, CaO, MgO, Na 2 O, K 2 O, MnO, H 2 O, HD Mangan 3 SiO 2,Fe 2 O 3, Mn Total, MnO, MnO 2, H 2 O Batugamping 2 Analisis Basah Major Element : SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, CaO, MgO Andesit 1 Petrografi Jenis batuan dan alterasi Pasir 2 Analisis Butir Jenis mineralogi butir dan fraksi butir Tabel 2. Hasil Analisis Kimia Batuan Pit Toka Tindung No No Conto Cu Pb Zn Ag Au (ppb) 1 MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU

14 BUKU 2: BIDANG MINERAL Tabel 3. Hasil Analisis Kimia Batuan dari Daerah Penambangan Emas Rakyat Tatelu No No Conto Cu Pb Zn Ag Au (ppb) 1 MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU MU

15 Tabel 4. Hasil Analisis Kimia Tailing Proses Amalgamasi dan Proses Sianidasi dari Daerah Penambangan Emas Rakyat Tatelu No No Conto Cu Pb Zn Ag As Au (ppb) Hg Proses 1 MU Amalgamasi 2 MU < Amalgamasi 3 MU Amalgamasi 4 MU Amalgamasi 5 MU Sianidasi Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

16 BUKU 2: BIDANG MINERAL Gambar 2. Peta Geologi Regional Kabupaten Minahasa Utara (Sumber : Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara, Sekala 1 : , Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung) Gambar 3. Peta Wilayah Kontrak Karya di Kabupaten Minahasa Utara (Sumber : PT. Mearest Soputan Mining)

17 BIJIH DARI TAMBANG PENUMBUKAN BIJIH PENGGILINGAN & AMALGAMASI DI DALAM TEROMOL PENCUCIAN AMALGAM LUMPUR/TAILING MENGANDUNG MERKURI DAN LOGAM BERAT LAINNYA PEMERASAN (DENGAN KAIN PARASUT) MERKURI AMALGAM PENGGARANGAN AMALGAM UAP MERKURI BULLION (Au, Ag) LUMPUR/TAILING MENGANDUNG MERKURI DAN LOGAM BERAT LAINNYA SIANIDASI Au, Ag Gambar 4. Diagram Alir Proses Amalgamasi Emas dilanjutkan dengan Proses Sianidasi

18 BUKU 2: BIDANG MINERAL Gambar 5. Peta Lokasi Contoh Batuan

PENELITIAN SEBARAN MERKURI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA S A R I

PENELITIAN SEBARAN MERKURI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA S A R I PENELITIAN SEBARAN MERKURI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA Rudy Gunradi Kelompok Penyelidikan Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN PASIR BESI DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN. PROVINSI SULAWESI UTARA

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN PASIR BESI DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN. PROVINSI SULAWESI UTARA PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI EKSPLORASI UMUM ENDAPAN PASIR BESI DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN. PROVINSI SULAWESI UTARA Franklin Kelompok

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI UTARA

PROVINSI SULAWESI UTARA INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SITARO PROVINSI SULAWESI UTARA Oleh: Dendi Surya K., Bakrun, Ary K. PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI SARI Wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro terdiri dari gabungan 3 pulau

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral

Lebih terperinci

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Latar Belakang Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi Daerah Kabupaten instansi

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Armin Tampubolon Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Secara regional, Pulau Sumba disusun oleh litologi yang berdasar

Lebih terperinci

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB 2 TATANAN GEOLOGI BAB 2 TATANAN GEOLOGI Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Oleh : A. Sanusi Halim, Iwan A. Harahap dan Sukmawan SubDit Mineral Non Logam S A R I Daerah penyelidikan yang

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN CIBALIUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN CIBALIUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN CIBALIUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN Nixon Juliawan, Denni Widhiyatna, Junizar Jatim Sari Pengolahan emas dengan cara amalgamasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Secara geologi daerah Kabupaten Boven Digoel terletak di Peta Geologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto (Kelompok Kerja Penelitian Mineral) Sari Kegiatan eksplorasi umum endapan besi

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara administratif wilayah IUP Eksplorasi CV Parahyangan Putra Mandiri, termasuk di dalam daerah Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Daerah Solok Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai penghasil sumber daya mineral terutama pada sektor bijih besi,

Lebih terperinci

EVALUASI SUMBER DAYA/CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DAERAH S. DAUN, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SARI

EVALUASI SUMBER DAYA/CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DAERAH S. DAUN, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SARI EVALUASI SUMBER DAYA/CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DAERAH S. DAUN, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Suhandi 1, Mulyana 2 1 Kelompok Program Penelitian Konservasi, 2

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah, memiliki komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O)

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR Rudy Gunradi 1 1 Kelompok Program Penelitian Konservasi SARI Sudah sejak

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG Potensi bahan galian pasir kuarsa di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung (Agung Mulyo) POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Kusdarto Maryun Supardan, dan Andi Sutandi S Kelompok Program Penelitian Mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kandungan mineral logam ( khususnya emas) sudah sejak lama tersimpan di daerah Kabupaten Mandailing Natal. Cadangan bahan tambang emas yang terdapat di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumberdaya mineral di Indonesia khususnya di pulau Jawa banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai penyelidikan yang dilakukan

Lebih terperinci

Penyelidikan Endapan Mangan di Pulau Doi, Kecamatan Loloda Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara

Penyelidikan Endapan Mangan di Pulau Doi, Kecamatan Loloda Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara Penyelidikan Endapan Mangan di Pulau Doi, Kecamatan Loloda Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara Bambang Nugroho Widi Kelompok Program Penelitian Mineral S A R I Endapan mangan di

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan salah satu kekayaan alam yang harus tetap dijaga kelestariannya. Saat ini banyak daerah yang memanfaatkan sumber daya alamnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Lajunya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku

Lebih terperinci

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA Mangara P Pohan, 1 Denni W. 2, Sabtanto J.S. 3, Asep A. 4 1,2,3,4 Kelompok Program Penelitian Konservasi

Lebih terperinci

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Menurut van Bemmelen (1949), Jawa Timur dibagi menjadi enam zona fisiografi dengan urutan dari utara ke selatan sebagai berikut (Gambar 2.1) : Dataran Aluvial Jawa

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Stratigrafi Daerah Nanga Kantu Stratigrafi Formasi Kantu terdiri dari 4 satuan tidak resmi. Urutan satuan tersebut dari tua ke muda (Gambar 3.1) adalah Satuan Bancuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2.

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2. SARI SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S Kegiatan survey ini dilaksanakan dalam rangka kerjasama antara China Geological Survey dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum gunung api pasifik (ring of fire) yang diakibatkan oleh zona subduksi aktif yang memanjang dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Judul Penelitian Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan Bijih Besi di Daerah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. 1.2. Latar

Lebih terperinci

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Nanan S. Kartasumantri dan Hadiyanto Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut SARI Daerah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Paparan Sunda 2. Zona Dataran Rendah dan Berbukit 3. Zona Pegunungan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46 BAB VI DISKUSI 6.1 Evolusi Fluida Hidrotermal Alterasi hidrotermal terbentuk akibat adanya fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu (Pirajno,

Lebih terperinci

PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH Mangara P. Pohan, Danny Z. Herman, Hutamadi R 1 1 Kelompok Program Peneliti Konservasi, Pusat

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Kabupaten Brebes terletak di Jawa Tengah bagian barat. Fisiografi Jawa Tengah berdasarkan Van Bemmelen (1949) terbagi atas 6 zona (Gambar 2.1), yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Menurut van Bemmelen (1949), fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Dataran Aluvial Utara Jawa Barat, Zona Antiklinorium Bogor, Zona Gunungapi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam yang memiliki nilai yang tinggi ( precious metal). Tingginya nilai jual emas adalah karena logam ini bersifat langka dan tidak banyak

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya harga dan kebutuhan beberapa mineral logam pada akhirakhir ini telah menarik minat para kalangan investor tambang untuk melakukan eksplorasi daerah prospek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Putra Parahyangan Mandiri adalah salah satu perusahaan batubara yang terletak di Kec. Satui, Kab. Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, yang didirikan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografi, Pulau Jawa berada dalam busur kepulauan yang berkaitan dengan kegiatan subduksi Lempeng Indo-Australia dibawah Lempeng Eurasia dan terjadinya jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mineralisasi hidrotermal merupakan proses perubahan mineralogi, tekstur dan komposisi kimia yang terjadi akibat interaksi larutan hidrotermal dengan batuan samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timah merupakan komoditas tambang tertua dan penting di Indonesia. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 10 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.1.1 Lokasi Lokasi penelitian Tugas Akhir dilakukan pada tambang quarry andesit di PT Gunung Sampurna Makmur. Secara geografis, terletak pada koordinat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi 3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin meningkat seperti emas, tembaga dan logam lainnya. Hal tersebut didasari dengan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah Lokasi daerah yang diduga memiliki potensi bahan galian bijih besi secara administratif terletak di Desa Aie Sunsang, Kecamatan Alahan Panjang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, menurut van Bemmelen (1949) Jawa Timur dapat dibagi menjadi 7 satuan fisiografi (Gambar 2), satuan tersebut dari selatan ke utara adalah: Pegunungan

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGI B A D A N G E O L O G I DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh van Bemmelen, (1949) dibagi menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunungapi Kuarter,

Lebih terperinci

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Oleh : Akhmad Hariyono POLHUT Penyelia Balai Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar bertopogarafi kars dari Semenanjung

Lebih terperinci

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut

Lebih terperinci

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978). (Satuan Breksi-Batupasir) adalah hubungan selaras dilihat dari kemenerusan umur satuan dan kesamaan kedudukan lapisan batuannya. Gambar 3.5 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (Bouma, A. H., 1962). Gambar

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Endapan mineral merupakan sumberdaya alam yang memiliki peranan penting dan dapat memberikan kontribusi terhadap sektor pembangunan industri terutama dibidang infrastruktur,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

Rudy Gunradi. Kelompok Program Penelitian Konservasi S A R I

Rudy Gunradi. Kelompok Program Penelitian Konservasi S A R I KAJIAN POTENSI TAMBANG PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH Rudy Gunradi Kelompok Program Penelitian Konservasi S A R I Sudah sejak lama, diketahui kawasan-kawasan lindung

Lebih terperinci

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN Jenis Bahan Galian Bahan Galian (Mineral) Logam: bahan galian yang terdiri dari mineral logam dan dalam pengolahan diambil/diekstrak logamnya. Bahan Galian (Mineral)

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Gunung Pongkor, yang merupakan daerah konsesi PT. Aneka Tambang, adalah salah satu endapan emas epitermal di Indonesia

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh : 1) Kisman, 2) Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumber daya mineral menjadi salah satu tumpuan manusia untuk meningkatkan tingkat peradaban. Sumber daya mineral dan pengolahannya sudah dikenal manusia sejak lama

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci