PENGGEROMBOLAN DAERAH DI INDONESIA BERDASARKAN PEUBAH IPM DENGAN FUZZY K-RATAAN DAN K-MEDOID MIA SYAFRINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGEROMBOLAN DAERAH DI INDONESIA BERDASARKAN PEUBAH IPM DENGAN FUZZY K-RATAAN DAN K-MEDOID MIA SYAFRINA"

Transkripsi

1 PENGGEROMBOLAN DAERAH DI INDONESIA BERDASARKAN PEUBAH IPM DENGAN FUZZY K-RATAAN DAN K-MEDOID MIA SYAFRINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggerombolan Daerah di Indonesia Berdasarkan Peubah IPM dengan Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2015 Mia Syafrina G * pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus berdasarkan pada kerjasama yang terkait

3 RINGKASAN MIA SYAFRINA. Penggerombolan Daerah di Indonesia Berdasarkan Peubah IPM dengan Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid. Dibimbing oleh I MADE SUMERTAJAYA dan INDAHWATI. Keberhasilan pembangunan dewasa ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas pembangunan manusia. Untuk melihat pencapaian kualitas pembangunan manusia digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penyusunan IPM ini berdasarkan pada dimensi dasar pembangunan. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli yang dilihat dari rata-rata pengeluaran perkapita. Dengan mencari rataan dari indikator-indikator tersebut didapatkanlah nilai IPM. Berdasarkan nilai IPM tersebut maka kabupaten/kota di Indonesia digerombolkan. Penggerombolan yang dilakukan didasarkan pada rataan dari indikator-indikator yang diukur. Hasil penggerombolan dengan menggunakan rataan akan berpengaruh jika ada data pencilan. Oleh karena itu, digunakan analisis gerombol yang merupakan salah satu analisis peubah ganda dengan menggunakan konsep jarak dalam mengelompokkan objek. Analisis gerombol bertujuan mengelompokkan objek yang mirip ke dalam gerombol. Metode Fuzzy K-Rataan (FKR) salah satu metode dalam analisis gerombol. FKR merupakan pengembangan dari metode K-Rataan. FKR mampu memberikan hasil yang baik dan meningkatkan homogenitas tiap kelompok yang dihasilkan. Di samping itu, metode K-Medoid yang memilih objek yang representatif (median) pada gerombol sebagai pusat sehingga lebih kekar terhadap pencilan. Dalam penelitian ini akan digunakan metode K-Medoid dan FKR untuk menggerombolkan 497 kabupaten/kota di Indonseia berdasarkan peubah pembentuk IPM. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menerapkan metode penggerombolan Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid pada penggerombolan kabupaten/kota di Indonesia berdasarkan peubah pembentuk IPM; (2) mengkaji kebaikan metode Fuzzy K-Rataan, K-Medoid dan K-Rataan pada penggerombolan kabupaten/kota di Indonesia berdasarkan peubah pembentuk IPM. Penggerombolan menggunakan Metode K-Medoid dan Fuzzy K-Rataan menghasilkan anggota gerombol yang hampir sama untuk setiap gerombolnya. Hasil penggerombolan dengan metode K-Medoid menunjukkan bahwa 99 kabupaten/kota yang masuk ke dalam kategori sangat baik dalam pencapaian pembangunan manusia, 221 kabupaten/kota terkategori baik, 158 kabupaten/kota kategori sedang, dan 19 kabupaten/kota kategori kurang. Sedangkan pada metode Fuzzy K-Rataan diperoleh sebanyak 121 kabupaten/kota yang masuk ke dalam kategori sangat baik dalam pencapaian pembangunan manusia, 192 kabupaten/kota terkategori baik, 165 kabupaten/kota kategori sedang, dan 19 kabupaten/kota kategori kurang. Berdasarkan tiga kriteria pengujian kebaikan metode, ketiga metode penggerombolan yakni K-Medoid, Fuzzy K-Rataan dan K-Rataan memiliki keunggulan yang berbeda-beda untuk setiap kriteria. Pada kriteria perbandingan

4 jarak rata-rata objek diluar gerombol dengan jarak rata-rata objek dalam gerombol metode K-Rataan lebih unggul. Berikutnya untuk kriteria jarak rata-rata antar gerombol metode K-Medoid lebih unggul. Selanjutnya untuk kriteria keragaman dalam dan antar gerombol metode Fuzzy K-Rataan lebih unggul, karena mampu menghasilkan gerombol dengan homogenitas yang tinggi untuk tiap gerombol yang dibentuk. Kata kunci : Analisis Gerombol, K-Medoid, Fuzzy K-Rataan, Homogenitas

5 SUMMARY MIA SYAFRINA. Fuzzy C-Means and K-Medoid for Clustering the District/Cities in Indonesia. Supervised by I MADE SUMERTAJAYA and INDAHWATI. The achievement of development program is based on quality of human developments. Human Development Index (HDI) can be used to show the achievement of Human Development. HDI based on three dimensional developments including long life and healthy, knowledge and proper life. For measuring the healthy dimension used life expectancy at birth, knowledge dimension used adult literacy rate and mean years of schooling and for proper life used purchasing power parity. By measuring the average of some indicators, HDI value is obtained. Furthermore, based on HDI value the district/cities in Indonesia it is clustered by the average of some indicators. The result of clustering by the average will be affected if there is an outlier. Therefore, cluster analysis as one of multivariate analysis with distance concept in grouping objects is being used. Cluster analysis is one of exploration analysis for grouping similar data objects into clusters. Fuzzy C-Means (FCM) is one of cluster analysis method. This method could give the best result and also increasing homogeneity in each cluster. K-Medoid method examines a representative objects as centroid. Therefore, could give the best result and robust to outlier. This study applied FCM and K-Medoid clustering for grouping 497 district/cities in Indonesia by using the variable of Human Development Index (HDI). This study aims to: (1) implementing FCM and K-Medoid clustering for grouping 497 district/cities in Indonesia by using the variable of HDI; (2) analyze FCM, K-Medoid, and C- Means clustering methods for grouping 497 district/cities in Indonesia by using the variable of Human Development Index (HDI). FCM and K-Medoid give similar result for each member in cluster. K- Medoid clustering method grouped 99 district/cities into very high human development, 221 district/cities into high human development, 158 district/cities into medium human development, and 19 district/cities into low human development. Meanwhile, FCM clustering method grouped 121 district/cities into very high human development, 192 district/cities into high human development, 165 district/cities into medium human development, and 19 district/cities into low human development. In order to evaluate the best method, K-Medoid, Fuzzy C-Means, and C- Means have different kindness. Based on ratio of the average distance object to other center to the average distance of the object to their center, C-Means is better than others. In criteria of the average distance between centers, K-Medoid gave the best result. And then in criteria of the variance within and between clusters, Fuzzy C-Means gave the best result. It means Fuzzy C-Means clustering method gives the best result with higher homogeneity in each cluster. Key words: Cluster Analysis, K-Medoid, Fuzzy C-Means, Homogeneity

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7

8 PENGGEROMBOLAN DAERAH DI INDONESIA BERDASARKAN PEUBAH IPM DENGAN FUZZY K-RATAAN DAN K-MEDOID MIA SYAFRINA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika Terapan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

9 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Anik Djuraidah, MS

10 Judul Tesis : Penggerombolan Daerah di Indonesia Berdasarkan Peubah IPM dengan Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid Nama : Mia Syafrina NIM : G Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi Ketua Dr Ir Indahwati, MSi Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Statistika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Indahwati, MSi Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 13 November 2015 Tanggal Lulus:

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Penggerombolan Daerah di Indonesia Berdasarkan Peubah IPM dengan Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid. Keberhasilan penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. I Made Sumertajaya, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr.Ir. Indahwati, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta saran kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen beserta staf Departemen Statitika atas ilmu, bantuan, dan kerjasamanya. Ungkapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada Ayahnda M.Syafril dan Almh.Ibunda Armina Yetti serta seluruh keluarga atas do a, dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, November 2015 Mia Syafrina

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Indeks Pembangunan Manusia 3 Analisis Gerombol 5 Metode Penggerombolan Fuzzy K-Rataan 6 Metode Penggerombolan K-Medoid 8 3 METODOLOGI PENELITIAN 10 Data 10 Metode Analisis 10 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Eksplorasi Data 13 Hasil Penggerombolan 15 Kebaikan Metode 20 5 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP xi xii xii

13 DAFTAR TABEL 1 Maksimum dan minimum komponen IPM 4 2 Klasifikasi IPM 5 3 Deskripsi data indikator pembentuk IPM 14 4 Nilai korelasi antar peubah 15 5 Pusat gerombol dengan Metode K-Medoid 15 6 Deskripsi penggerombolan kab/kota dengan metode K-Medoid 16 7 Jumlah kab/kota berdasarkan metode K-Medoid yang beririsan dengan klasifikasi IPM 16 8 Pusat gerombol dengan Fuzzy K-Rataan 17 9 Deskripsi penggerombolan kab/kota dengan metode Fuzzy K-Rataan Jumlah kab/kota berdasarkan metode Fuzzy K-Rataan yang beririsan dengan klasifikasi IPM Pusat gerombol dengan metode K-Rataan Deskripsi penggerombolan kab/kota dengan metode K-Rataan Jumlah kab/kota berdasarkan metode K-Rataan yang Beririsan dengan klasifikasi IPM Jarak rata-rata objek ke pusat gerombol metode K-Medoid Jarak rata-rata objek ke pusat gerombol metode Fuzzy K-Rataan Jarak rata-rata objek ke pusat gerombol metode K-Rataan Deskripsi keragaman dalam dan antar gerombol pada metode K-Medoid Deskripsi keragaman dalam dan antar gerombol pada metode Fuzzy K-Rataan Deskripsi keragaman dalam dan antar gerombol pada metode K-Rataan Nilai kebaikan model K-Medoid, Fuzzy K-Rataan dan K-Rataan 23 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram perhitungan IPM 4 2 Fungsi keanggotaan sigmoid 8 3 Diagram kotak garis Indikator IPM 13 4 Diagram kotak garis indikator IPM standarisasai 14 5 Peta gerombol 497 kab/kota di Indonesia dengan metode K-Medoid 17 6 Peta gerombol 497 kab/kota di Indonesia dengan metode Fuzzy K-Rataan 18 7 Peta gerombol 497 kab/kota di Indonesia dengan metode K-Rataan 20 DAFTAR LAMPIRAN 1 Diagram kotak garis peubah Angka Harapan Hidup dan Angka Melek Huruf 28 2 Diagram kotak garis peubah Rata-Rata Lama Sekolah dan Pendapatan Perkapita 29 3 Penggerombolan kab/kota di Indonesia 30 4 Nilai keanggotaan metode Fuzzy K-Rataan 41

14

15 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan paradigma pembangunan ekonomi mengakibatkan terjadinya perubahan tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu dari pendekatan pertumbuhan ekonomi menjadi pendekatan pembangunan manusia. Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan juga telah menempatkan kembali manusia sebagai subjek atau pusat dari proses pembangunan sehingga pembangunan manusia menjadi penting dan perlu mendapat perhatian. Karena itu, keberhasilan pembangunan dewasa ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan suatu daerah atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut United Nations Development Programme (UNDP), IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli yang dilihat dari rata-rata pengeluaran perkapita. Dengan mencari rataan dari indikator-indikator tersebut didapatkanlah nilai IPM. Berdasarkan capaian IPM, suatu wilayah dapat dikategorikan menjadi kategori tinggi, menengah atas, menengah bawah dan rendah. Untuk nantinya akan terbentuk gerombol wilayah dengan kategori yang sama dalam setiap gerombol. Hasil penggerombolan yang terbentuk akan sensitif jika ada nilai pencilan dari indikator pembentuk IPM, karena menggunakan rataan dalam penyusunan IPM. Pencilan akan mengakibatkan struktur yang tidak benar dan gerombol yang terbentuk menjadi tidak representatif (Prayudho, 2009). Untuk mampu mengurangi dampak dari pencilan dibutuhkan pendekatan analisis gerombol yang tepat. Menurut Pravitasari (2009) perkembangan analisis gerombol dimulai dari metode hirarki yang secara garis besar membentuk sebuah tree diagram yang biasa disebut dengan dendogram yang mendeskripsikan pengelompokan berdasarkan jarak, graphtheoritic melihat objek sebagai node pada network terboboti, mixture models mengasumsikan suatu objek dihasilkan dari skala data yang berbeda-beda, partitional lebih dikenal dengan metode nonhirarki termasuk didalamnya adalah metode K-Rataan. Perkembangan terakhir dari analisis gerombol mempertimbangkan tingkat keanggotaan yang mencakup himpunan fuzzy sebagai dasar pembobotan bagi pengerombolan yang disebut dengan fuzzy clustering (Bezdek, 1981). Metode ini merupakan pengembangan dari metode partitional dengan pembobotan fuzzy yang memungkinkan pengelompokan dimana data tidak berdistribusi secara jelas. Metode Fuzzy K-Rataan (FKR) menggunakan nilai keanggotaan yang menunjukkan besaran kemungkinan suatu objek menjadi anggota ke dalam

16 2 gerombol tertentu. Objek akan cenderung menjadi anggota gerombol tertentu dimana tingkat keanggotaan objek dalam gerombol itu paling besar dibandingkan dengan gerombol lain. Metode ini adalah metode yang paling digemari karena mampu menghasilkan gerombol yang baik bagi objek-objek yang tersebar tidak teratur dan merupakan metode yang kekar, karena pusat gerombol tidak berubah jika ada data baru yang ekstrim (Klawonn & Hoppner 2001). Selain itu juga ada metode K-Medoid, yang memilih median sebagai pusat gerombol sehingga metode ini lebih kekar terhadap pencilan dibanding K-Rataan (Kaufman & Rousseuw 1990). Pada penelitian ini digunakan metode Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid untuk menggerombolkan kabupaten/kota di Indonesia berdasarkan peubah pembentuk IPM. Dengan menggunakan FKR dan K-Medoid akan memberikan alternatif penggerombolan wilayah di Indonesia berdasarkan peubah pembentuk IPM. Untuk menghasilkan gerombol dengan karakteristik yang memiliki keserupaan tinggi di dalam setiap gerombol dan berbeda antar gerombol. Penggerombolan kabupaten/kota di Indonesia berdasarkan peubah pembentuk IPM akan digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi sasaran program pemerintah terutama berkaitan dengan program pengembangan kualitas hidup manusia. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menerapkan metode penggerombolan Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid pada penggerombolan kabupaten/kota di Indonesia berdasarkan peubah pembentuk IPM. 2. Mengkaji kebaikan metode Fuzzy K-Rataan, K-Medoid, dan K-Rataan pada penggerombolan kabupaten/kota di Indonesia berdasarkan peubah pembentuk IPM.

17 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Indeks Pembangunan Manusia Pada tahun 1990, UNDP memperkenalkan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representatif, yaitu Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia. IPM merupakan indikator komposit yang menggabungkan tiga aspek penting, yaitu peningkatan kualitas fisik (kesehatan), intelektualitas (pendidikan), dan kemampuan ekonominya (daya beli). Sehingga komponen IPM terdiri dari (a) angka harapan hidup, (b) tingkat pendidikan, komponen tingkat pendidikan dipecah menjadi dua komponen yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah (c) kemampuan daya beli. Ketiga komponen IPM tersebut dianggap paling menentukan dalam pembangunan. Angka Harapan Hidup dapat menggambarkan tingkat kesehatan yang telah dicapai masyarakat. Semakin baik tingkat kesehatan masyarakat diharapakan kesempatan untuk hidupnya semakin besar/lama. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis terhadap seluruh penduduk berumur 15 tahun ke atas disuatu daerah. AMH ini digunakan sebagai indikator pendidikan yang digunakan untuk mengetahui banyaknya penduduk yang melek huruf disuatu daerah. Semakin tinggi nilai melek huruf berarti makin baik mutu penduduk di wilayah tersebut. Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari peubah pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Standar hidup layak diukur dari Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) yang merupakan indikator ekonomi yang digunakan untuk melakukan perbandingan harga-harga riil antar wilayah. Dalam konteks PPP di Indonesia, satu rupiah di suatu daerah (provinsi/kabupaten) memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP ini dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita. Penyusunan Indeks IPM Sebelum perhitungan IPM, setiap komponen harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan sebagai berikut (BPS 2008): [ ] [ ] dengan : : indeks komponen ke-i : nilai minimum dari : nilai maksimum dari Nilai maksimum dan nilai minimum indikator disajikan pada Tabel 1. (1)

18 4 Tabel 1. Nilai maksimum dan minimum komponen IPM Indikator Komponen IPM ( ) Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata sekolah lama Konsumsi per kapita yang disesuaikan Sesuai standar global (UNDP) a) b) per kapita riil yang disesuaikan UNDP menggunakan PDB Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya. Konsumsi per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan konsumsi per kapita yang disesuaikan tahun Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut : [ ] (2) dengan: : indeks harapan hidup :indekspendidikan= : indeks standar hidup layak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Umur Panjang dan Sehat: Angka Harapan Hidup Saat Lahir Pengetahuan: Angka Melek Huruf dan Ratarata Lama sekolah Kehidupan yang Layak: Pengeluaran per Kapita per tahun Gambar 1 Diagram perhitungan IPM Status pembangunan manusia berdasarkan pencapaian IPM yang telah dihitung (BPS 2014) disajikan pada Tabel 2.

19 5 Tabel 2. Klasifikasi IPM Nilai IPM Status Pembangunan Manusia < 50 Rendah 50 IPM < 66 Menengah bawah 66 IPM < 80 Menengah atas 80 Tinggi Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan salah satu metode dalam peubah ganda yang tujuan utamanya mengelompokan objek berdasarkan kemiripan karakteristikkarakteristiknya, sehingga setiap objek yang terdapat dalam satu gerombol memiliki kesamaan yang tinggi sesuai dengan kriteria pemilihan yang ditentukan. Terdapat dua metode dalam analisis gerombol yaitu penggerombolan berhirarki dan penggerombolan tak berhirarki (Johnson & Winchen 2007). 1. Metode Hirarki Metode berhirarki digunakan jika belum diketahui banyaknya gerombol/gerombol yang akan dibentuk. Tipe dasar dalam metode ini adalah agglomerative (penggabungan) dan metode devisive (pemecahan). Dalam metode penggabungan, tiap observasi pada mulanya dianggap sebagai gerombol sendiri sehingga terdapat cluster sebanyak jumlah observasi. Kemudian dua gerombol yang terdekat kesamaannya digabung menjadi suatu gerombol baru, sehingga jumlah gerombol berkurang satu pada tiap tahapan. Sebaliknya pada metode pemecahan dimulai dari satu gerombol besar yang mengandung seluruh observasi, selanjutnya observasi-observasi yang paling tidak sama, dipisahkan dan dibentuk gerombol-gerombol yang lebih kecil. Proses ini dilakukan hingga tiap observasi menjadi gerombol sendiri-sendiri. 2. Metode tidak berhirarki Metode penggerombolan tidak berhirarki digunakan jika banyaknya gerombol yang akan dibentuk sudah diketahui sebelumnya. Metode tidak berhirarki mampu meminimalkan rata-rata jarak setiap data ke gerombolnya. Salah satu karakteristik dari algoritma metode penggerombolan tidak berhirarki adalah sensitif dalam penentuan titik pusat awal gerombol karena titik pusat awal ini ditetapkan secara acak. Jika pada saat pembangkitan titik pusat awal yang acak tersebut mendekati solusi akhir pusat gerombol, metode tidak berhirarki mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menemukan titik pusat gerombol yang tepat. Sebaliknya jika titik pusat awal tersebut jauh dari solusi akhir pusat gerombol, maka dilakukan iterasi agar didapatkan kestabilan anggota dalam setiap gerombol. Metode ini digunakan sebagai alternatif metode penggerombolan untuk data dengan ukuran yang besar, karena memiliki kecepatan yang lebih tinggi dibanding metode berhirarki. Salah satu metode penggerombolan tak berhirarki adalah metode K-Rataan. Algoritma dari metode ini sebagai berikut: 1. Menentukan besarnya k (yaitu banyaknya gerombol, dan centroid di tiap gerombol) 2. Menghitung jarak antara setiap objek dengan setiap centroid 3. Menghitung kembali rataan (centroid) untuk gerombool yang baru

20 6 4. Ulangi langkah 2 sampai tidak ada lagi pemindahan objek antar gerombol. Berdasarkan Metode K-Rataan berkembang beberapa metode lainnya, diantaranya adalah Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid. Metode Penggerombolan Fuzzy K-Rataan Secara umum metode penggerombolan fuzzy adalah meminimumkan fungsi objektif. Dengan parameter utamanya adalah keanggotaan dalam fuzzy (membership function) yang disebut juga dengan fuzzier (Kaufman & Rousseuw 1990). Metode Fuzzy K-Rataan merupakan salah satu metode pengerombolan yang dikembangkan dari k-rataan dengan menerapkan sifat fuzzy keanggotaannya. Metode Fuzzy K-Rataan mengalokasikan data ke dalam masing-masing gerombol dengan memanfaatkan teori dari fuzzy. Fuzzy k-rataan merupakan suatu teknik clustering data yang keberadaan tiap-tiap titik data dalam suatu cluster ditentukan oleh derajat keanggotaannya (Ghosh & Dubey 2013, Simbolon 2013, Sivarathri & Govardhan 2014). Pada metode Fuzzy K-Rataan, nilai keanggotaan (u ik ) menunjukkan besaran kemungkinan suatu objek menjadi anggota ke dalam gerombol tertentu. Fungsi keanggotaan untuk suatu data ke dalam suatu kelompok tertentu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Bezdek 1981): [ ( ) ] (3) Fungsi keanggotaan di atas, merujuk pada seberapa besar kemungkinan suatu objek bisa menjadi anggota ke dalam suatu gerombol. Derajat keanggotaan objek ke-k ke gerombol ke-i, yang mempunyai nilai, dan. Nilai formulasi jarak yang dirumuskan sebagai berikut: (4) dengan adalah nilai pusat gerombol ke-i yang dihitung dengan persamaan di bawah ini: (5) Pada FKM, pusat awal data masih belum akurat. Setiap data memiliki derajat keanggotaan untuk setiap gerombol, dengan melakukan penggulangan akan memperbaiki pusat gerombol dan derajat keanggotaan. Sehingga pusat gerombol akan bergerak menuju lokasi yang tepat. Penggulangan ini berdasarkan pada meminimalisasi fungsi objektif. Fungsi objektif didasarkan pada pendekatan jarak antara data dengan setiap pusat gerombol. Fungsi objektif yang digunakan pada FKM adalah (Bezdek 1981). (6)

21 7 dengan kendala, untuk { } Keterangan: adalah jumlah gerombol yang akan dibentuk, adalah tingkat ke-fuzzy-an dari hasil penggelompokan atau pembobot dari nilai keanggotaan adalah nilai keanggotaan objek ke- gerombol ke- (elemen dari matriks U) jumlah observasi adalah jarak euclid Fungsi Keanggotaan FKR Sebuah objek akan menjadi salah satu anggota gerombol berdasarkan fungsi keanggotaan. Fungsi keanggotaan dari himpunan fuzzy dapat disjikan secara numerik dan fungsional. Secara fungsional himpunan fuzzy disajikan dalam bentuk persamaan matematis sehingga untuk mengetahui derajat keanggotaan dari masing-masing elemen semesta pembicaraan memerlukan perhitungan. Fungsi keanggotaan yang biasa digunakan dalam logika fuzzy adalah (Suratno 2011): 1. Fungsi keanggotaan segitiga 2. Fungsi keanggotaan trapesium 3. Fungsi keanggotaan Generalized Bell (Gbell) 4. Fungsi keanggotaan Gaussian (Gauss) 5. Fungsi keanggotaan Sigmoid 6. Fungsi keanggotaan Difference of two Sigmoid 7. Fungsi keanggotaan S 8. Fungsi keanggotaan Z 9. Fungsi keanggotaan Pi Fungsi keanggotaan Sigmoid untuk menyatakan setiap objek menjadi anggota beberapa gerombol dengan derajat keanggotaan yang berbeda (Nengsih 2010). Fungsi keanggotaan Sigmoid didefinisikan oleh dua parameter a dan c dengan persamaan: Jika nilai a > 0, maka fungsi sigmoid akan membuka ke kanan, sedangkan jika a < 0 maka fungsi sigmoid akan membuka ke kiri. Berikut Gambar 2 yang menunjukkan fungsi keanggotaan sigmoid.

22 8 Gambar 2 Fungsi keanggotaan sigmoid Sumber : Nengsih (2010) Nilai keanggotaan digunakan sebagai penentuan objek untuk masuk ke dalam suatu gerombol. Jika suatu objek mempunyai nilai keanggotaan yang terbesar pada salah satu gerombol, maka objek tersebut akan cenderung menjadi anggota gerombol tersebut. Misalkan objek X mempunyai nilai keanggotaan pada gerombol A sebesar 0.05, dan pada gerombol B sebesar 0.2. Nilai keanggotaan terbesar ada pada gerombol B, sehingga objek X lebih cenderung untuk menjadi anggota gerombol B. Metode Penggerombolan K-Medoid K-Medoid merupakan salah satu teknik penggerombolan yang mirip dengan K-Rataan, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu, jika pada K-Rataan menggunakan rataan sebagai pusat gerombolnya (centroid), sedangkan pada K-Medoid menggunakan median sebagai pusat gerombol (Alsulaiman 2013). Salah satu algoritma yang sering digunakan dalam K-Medoid adalah Partitioning Around Medoid (PAM). Metode ini menggunakan data yang berada di tengah gerombol (median), sehingga metode ini lebih kekar terhadap pencilan dibandingkan dengan metode K-Rataan (Kaufman & Rousseuw 1990). Salah satu pendekatan dalam metode PAM adalah dengan menggunakan model optimasi yang dikemukakan oleh Vinod (1969) dalam Kaufman dan Rousseeuw (1990). Misalkan n X p adalah gugus data yang mempunyai n objek dan p peubah. Jarak antara objek ke-, x i, dan objek ke-j, x j, dinotasikan dengan. Pemilihan suatu objek sebagai objek yang representatif dalam suatu gerombol (medoid awal), y i didefinisikan sebagai peubah biner 0 dan 1, dimana jika dan hanya jika objek i (i = 1,2,,n) dipilih sebagai medoid awal. Penempatan setiap objek j ke salah satu medoid awal dapat dituliskan sebagai, dimana didefinisikan sebagai peubah biner 0 dan 1, bernilai 1 jika dan hanya jika objek j ditempatkan ke gerombol dimana objek i sebagai medoid awal. Vinod (1969) dalam Kaufman dan Rousseeuw (1990) pertama kali menemukan model optimasi dalam K-Medoid yang dapat dituliskan sebagai berikut: minimumkan (7) dengan fungsi kendala menyatakan bahwa setiap objek j harus ditempatkan ke hanya satu medoid awal. Fungsi kendala

23 9 dan { } berimplikasi bahwa untuk suatu, akan bernilai 1 atau 0. Fungsi kendala memastikan bahwa suatu objek hanya bisa ditentukan oleh objek i jika objek terakhir menjadi medoid. Fungsi kendala, = jumlah gerombol menyatakan bahwa hanya ada objek yang akan dipilih sebagai medoid. Gerombol akan terbentuk dengan menempatkan setiap objek ke medoid awal yang terdekat. Fungsi kendala berimplikasi bahwa jarak antara objek dan medoid awal didefinisikan sebagai: Karena semua objek harus ditempatkan ke medoid terdekat, total jarak didefinisikan sebagai: dimana fungsi tersebut merupakan fungsi objektif yang harus diminimalkan dalam metode ini.

24 10 3 METODE PENELITIAN Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai IPM menurut kabupaten/kota tahun Objek dari penelitian ini adalah 497 kabupaten/kota di Indonesia. Komponen-komponen IPM tersebut dipakai sebagai peubah dalam penelitian ini. Peubah tersebut adalah: 1. X 1 : Angka Harapan Hidup (tahun)/ahh 2. X 2 : Angka Melek Huruf (persen)/amh 3. X 3 : Rata-rata Lama Sekolah (tahun)/mean Year of Schooling/ MYS 4. X 4 : Rata-rata Pengeluaran per Kapita (ribuan Rp)/Purchasing Power Parity/PPP Metode Analisis Data Tahapan analisis data yang dilakukan adalah: 1. Melakukan eksplorasi data Eksplorasi data dilakukan dua tahap yaitu deskripsi data dan pemeriksaan korelasi antar peubah. Tahapan deskripsi data dilakukan dengan digram kotak garis untuk melihat penyebaran data. Tahapan pemeriksaan korelasi antar peubah dilakukan karena dalam analisis penggerombolan menggunakan jarak euclid dalam perhitungannya. Syarat jarak euclid digunakan jika antar peubah saling orthogonal (bebas). Pemeriksaan kebebasan antar peubah dilakukan dengan menghitung nilai korelasi. Pada penelitian ini, korelasi antar peubah dikatakan tidak kuat sekali (antar peubah saling bebas) jika nilai korelasi berada diantara dan 0.80, sebaliknya dikatakan ada indikasi antar peubah berkorelasi kuat sekali (Sugiyono 2007). Peubah yang berkorelasi kuat akan diatasi dengan Analisis Komponen Utama (AKU). 2. Melakukan penggerombolan dengan menggunakan metode Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid. Algoritma penggerombolan Fuzzy K-Rataan (Bezdek 1981) a. Menentukan banyaknya gerombol yang ingin dibuat yaitu c. b. Menentukan tingkat keanggotaan hasil penggerombolan (m). c. Inisialisasi awal matriks U (0) yang ditetapkan dengan tiga kondisi yaitu [ ] { } d. Menghitung pusat gerombol (v i ) menggunakan Persamaan (5). e. Perbaharui anggota matriks U menggunakan Persamaan (3). f. Bandingkan nilai keanggotaan dalam matriks U. Jika maka algoritma sudah konvergen dan iterasi dihentikan. Jika tidak maka kembali ke langkah 3, dengan :

25 11 : nilai threshold yang ditentukan. Nilai threshold adalah suatu bilangan positif yang kecil sekali mendekati nol, (10-5 ) r : proses iterasi 1, 2,... Algoritma Partitioning Around Medoid (PAM) (Zhao et al. 2013): a. Tentukan besarnya k, yakni banyaknya gerombol, dan tentukan juga median sebagai centroidnya dari setiap gerombol. b. Hitunglah jarak antara setiap objek dengan setiap centroid. c. Tentukan kembali median (centroid) untuk gerombol yang baru terbentuk. d. Ulangi langkah 2 sampai tidak ada lagi pemindahan objek antar gerombol. Pada metode K-Rataan penggerombolan dilakukan sebagai pembanding dari metode Fuzzy K-Rataan dan K-Medoid. 3. Membandingkan hasil penggerombolan yang terbentuk. Metode terbaik adalah metode yang menghasilkan nilai rata-rata jarak objek ke pusat gerombol minimum. ( ) (8) dengan Keterangan : : Rata-rata jarak objek ke pusat gerombol ke-i dengan i=1,2,3,4 (banyak gerombol) : Objek ke-k : Pusat gerombol : Banyak objek dalam gerombol ke-i : Jarak objek-k ke pusat gerombol ke-i dengan k= 1, 2,..., Selain itu dilihat dari keragaman dalam gerombol dan keragaman antar gerombol dengan pengujian MANOVA. Gerombol yang baik memiliki keragaman yang kecil dalam gerombolnya dan keragaman yang besar antar gerombolnya. Keragaman dalam gerombol dapat dicari dengan rumus di bawah ini: (9) Keterangan : : Banyak objek dalam gerombol ke-i : Matrik ragam peragam untuk gerombol ke-i Keragaman antar gerombol dapat dicari dengan rumus di bawah ini: (10) dengan

26 12 Keterangan : : Rata-rata objek pada gerombol ke-i : Banyak gerombol : Banyak anggota gerombol ke-i Fungsi tujuan yang minimum juga menunjukkan gerombol yang baik. Fungsi tujuan dari K-Medoid yaitu dan Fuzzy K-Rataan adalah. Metode yang baik adalah metode yang menghasilkan rata-rata jarak objek ke pusat gerombol yang minimumdan rasio keragaman yang lebih besar. Rasio keragaman dapat dihitung dari rasio keragaman luar gerombol dengan keragaman dalam gerombol.

27 13 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Deskripsi Data Penyebaran data untuk setiap peubah dapat dilihat dari diagram kotak garis. Gambar 4 menunjukkan sebaran data untuk setiap peubah yang merupakan indikator pembentuk IPM. Gambar 4 juga memperlihatkan bahwa keragaman peubah pengeluaran perkapita lebih besar dari keragaman peubah lainnya, sedangkan peubah rata-rata lama sekolah mempunyai keragaman yang paling kecil dibandingkan peubah lainnya. 76 AHH 100 AMH MYS 650 PPP Gambar 3. Diagram kotak garis indikator IPM Berdasarkan Gambar 3 terlihat adanya pencilan untuk setiap peubah pembentuk IPM. Pencilan yeng terdapat disetiap peubah umumnya merupakan pencilan bawah, hal ini menunjukkan pencapaian dari indikator IPM masih rendah dibeberapa kabupaten/kota di Indonesia. Pada peubah lama sekolah terdapat pencilan atas dan pencilan bawah. Pencilan tersebut menunjukkan pada peubah lama sekolah dibeberapa kabupaten/kota menunjukkan angka yang tinggi namun, masih banyak yang rendah untuk lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Pemeriksaan pencilan menjadi hal yang harus dilakukan dalam mengelompokkan suatu objek. Hal ini dikarenakan penggerombolan akan berpengaruh jika terdapat pencilan. Berdasarkan diagram kotak garis pada Gambar 3 telah terlihat adanya pencilan untuk setiap indikator sehingga diperlukan analisis yang tepat dalam menggerombolkan objek tersebut. Selain menggunakan diagram kotak garis, eksplorasi data juga dilakukan dengan melihat nilai rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum dari setiap peubah. Pada Tabel 3 akan dipaparkan deskripsi data dari indikator pembentuk IPM

28 14 Tabel 3. Deskripsi data indikator pembentuk IPM Peubah Rata-Rata Simpangan Baku Minimum Maksimum Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-Rata Lama Sekolah Pengeluaran Perkapita Berdasarkan Tabel 3 terlihat nilai simpangan baku peubah pengeluaran perkapita yang paling besar artinya peubah ini memiliki keragaman paling besar dibanding peubah lainnya. Selain itu pada peubah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah perbedaan antarta nilai minimum dan maksimumnya sangat jauh. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian kabupaten/kota yang indikator pendidikannya masih jauh dibawah rata-rata. Sedangkan untuk memberikan gambaran data yang sudah distandarisasi, dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4 terlihat bahwa data yang sudah distandarisasi ini mempunyai keragaman yang cenderung relatif lebih homogen. Penggerombolan menggunakan konsep Euclid mengharuskan antar peubah memiliki satuan pengukuran yang sama, untuk itu data harus distandarisasi terlebih dahulu. 3,0 1,5 0,0 AHH_S 0,0-1,5-3,0 AMH_S -1,5-4,5-3,0-6,0 MYS_S PPP_S Gambar 4 Diagram kotak garis indikator IPM standarisasi Pemeriksaan Korelasi antar Peubah Nilai korelasi menunjukkan adanya hubungan antar peubah. Pada penggerombolan menggunakan konsep jarak Euclid mengharuskan tidak adanya korelasi antar peubah. Oleh karena itu pemeriksaan korelasi perlu dilakukan sebelum dilakukan penggerombolan. Nilai korelasi antar peubah pada data IPM disajikan pada Tabel 4. Beradasarkan Tabel 4 nilai korelasi antar peubah sebagian besar memiliki korelasi yang rendah. Pada peubah angka melek huruf (X 2 ) dengan rata-rata lama sekolah (X 3 ) memiliki angka korelasi yang cukup tinggi yaitu Namun, masih berada pada rentang dan 0.80 kedua peubah tersebut belum dikatakan berkorelasi kuat sekali (Sugiyono 2007). -4

29 15 X 1 1 Tabel 4. Nilai korelasi antar peubah X 1 X 2 X 3 X 4 X X X Hasil Penggerombolan Penggerombolan Kabupaten/Kota dengan Metode K-Medoid Penggerombolan pada Metode K-Medoid diawali dengan menemukan sejumlah k objek (disebut sebagai objek representatif atau medoid) yang posisinya berada pada pusat data. Salah satu pendekatannya yaitu dengan mencari sejumlah objek yang meminimumkan rata-rata jarak terdekat antara objek representatif dengan objek lain. Deskripsi penggerombolan dengan K-Medoid disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Gerombol-gerombol yang terbentuk akan dilihat karakteristiknya sehingga dapat dikategorikan menjadi gerombol dengan status pencapaian pembangunan manusia sangat baik, baik, sedang dan kurang. Penentuan karakteristik ini berdasarkan nilai dari pusat masing-masing gerombol dan nilai rata-rata juga median dari setiap gerombol yang terbentuk. Gerombol dengan nilai tertinggi akan masuk kategori pembangunan manusia yang sangat baik. Gerombol dengan nilai kedua tertinggi masuk kategori baik, begitu seterusnya sampai gerombol dengan nilai terendah masuk kategori kurang dalam pencapaian pembangunan manusia. Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6 gerombol 1 yang dibentuk oleh Metode K- Medoid mencirikan kabupaten/kota yang pencapaian pembangunan manusianya sedang, untuk gerombol 2 kategori baik, gerombol 3 kategori sangat baik, dan gerombol 4 kategori kurang. Dilihat dari nilai IPM gerombol 3 yang masuk kategori sangat baik juga memiliki rata-rata nilai IPM yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan gerombol yang terbentuk dengan Metode K-Medoid sejalan dengan rata-rata nilai IPM dengan masing-masing gerombol. Tabel 5 Pusat gerombol dengan metode K-Medoid X 1 X 2 X 3 X 4 Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Catatan : Pusat gerombol merupakan output dari metode dengan data yang sudah di standarisasi

30 16 Tabel 6 Deskripsi penggerombolan kabupaten/kota dengan metode K- Medoid Gerombol Jumlah Kab/Kota Nilai X 1 X 2 X 3 X 4 IPM rata-rata median rata-rata median rata-rata median rata-rata median Berikut Tabel 7 yang merupakan deskripsi jumlah kabupaten/kota berdasarkan metode K-Medoid yang beririsan dengan klasifikasi IPM dalam setiap gerombol yang telah terurut sesuai kategori. Tabel 7 Jumlah kabupaten/kota berdasarkan metode K-Medoid yang beririsan dengan klasifikasi IPM Metode Gerombol K-Medoid IPM Irisan* *Irisan = Jumlah kab/kota pada setiap gerombol yang beririsan dengan kategori IPM Berdasarkan Tabel 7 terlihat jumlah kabupaten/kota yang beririsan dengan nilai IPM. Pada gerombol 1 terdapat 2 kab/kota dengan IPM tinggi, pada gerombol 2 semua kabupaten/kota termasuk dalam IPM menengah atas, gerombol 3 ada 18 kabupaten/kota yang masuk IPM menegah bawah dan gerombol 4 ada 7 kabupaten/kota yang termasuk IPM rendah. Hasil penggerombolan metode K-Medoid disajikan pada Gambar 5. Sebagian besar kabupaten/kota yang terdapat pada pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan berada pada kategori baik dalam pencapaian pembangunan manusia. Sedangkan untuk pulau Sulawesi pencapaian pembangunan manusianya berimbang antara baik dan sedang. Pada pulau Papua terlihat sebagian besar kabupaten/kota berada pada kategori kurang. Untuk kabupaten/kota yang berhasil mencapai pembangunan manusia sangat baik yaitu beberapa daerah di Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi DKI Jakarta. Daerah yang termasuk kedalam empat gerombol yang telah diurut sesuai kategori dapat dilihat pada Lampiran 3.

31 17 Gambar 5. Peta gerombol 497 kab/kota di Indonesia dengan metode K-Medoid Penggerombolan Kabupaten/Kota dengan Metode Fuzzy K-Rataan Penggerombolan kabupaten/kota dengan metode Fuzzy K-Rataan ditentukan oleh nilai keanggotaan. Sebagai gambaran pembagian nilai keanggotaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Misalkan Kabupaten Simeulue, nilai keanggotaan pada gerombol 1 sebesar , pada gerombol 2 sebesar , gerombol 3 sebesar , dan gerombol 4 sebesar Nilai keanggotaan terbesar ada pada gerombol 3, sehingga Simeulue lebih cenderung menjadi anggota gerombol 3. Deskripsi hasil penggerombolan dengan Fuzzy K-Rataan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Pusat gerombol dengan metode Fuzzy K-Rataan X 1 X 2 X 3 X 4 Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Catatan : Pusat gerombol merupakan output dari metode dengan data yang sudah di standarisasi Tabel 9 Deskripsi penggerombolan kabupaten/kota dengan metode Fuzzy K- Rataan Gerombol Jumlah Kab/Kota Nilai X 1 X 2 X 3 X 4 IPM rata-rata median rata-rata median rata-rata median rata-rata median

32 18 Pada metode Fuzzy K-Rataan setiap gerombol yang dihasilkan juga ditelusuri karakteristik yang mencirikannya sehingga dapat diurutkan berdasarkan pencapaian pembangunan manusianya. Untuk mengurutkan gerombol dilihatlah dari nilai pusat gerombol, rata-rata setiap gerombol, dan median pada setiap gerombol. Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9 gerombol 1 yang dihasilkan Metode Fuzzy K-Rataan berada pada kategori baik, gerombol 2 kategori sangat baik, geombol 3 kategori kurang, dan gerombol 4 kategori sedang. Seperti halnya dengan K-Medoid, dilihat dari nilai IPM gerombol 2 yang masuk kategori sangat baik juga memiliki rata-rata nilai IPM yang paling tinggi. Gerombol yang dibentuk dengan Metode Fuzzy K-Rataan juga sejalan dengan rata-rata nilai IPM pada masing-masing gerombol. Jumlah kabupaten/kota berdasarkan metode Fuzzy K-Rataan yang beririsan dengan klasifikasi IPM dalam setiap gerombol yang telah terurut sesuai kategori dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah kabupaten/kota berdasarkan metode Fuzzy K-Rataan yang beririsan dengan Klasifikasi IPM Metode Gerombol Fuzzy K-Rataan IPM Irisan* *Irisan = Jumlah kab/kota pada setiap gerombol yang beririsan dengan kategori IPM Berdasarkan Tabel 10 terlihat jumlah kabupaten/kota yang beririsan dengan nilai IPM. Pada gerombol 1 terdapat 2 kabupaten/kota dengan IPM tinggi, pada gerombol 2 semua kabupaten/kota termasuk dalam IPM menengah atas, gerombol 3 ada 18 kabupaten/kota yang masuk IPM menegah bawah dan gerombol 4 ada 7 kabupaten/kota yang termasuk IPM rendah. Gambaran sebaran kabupaten/kota yang termasuk kedalam empat gerombol yang telah diurut dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Peta gerombol 497 kab/kota di Indonesia dengan metode Fuzzy K- Rataan Terlihat pada gambar di atas penggerombolan di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi pencapaian pembangunan manusia berimbang pada kategori baik dan sedang. Sedangkan pada Pulau Jawa sebagian besar kabupaten/kota berada pada kategori baik. Untuk Indonesia bagian Timur sebagian besar berada pada kategori sedang, bahkan Papua Barat termasuk

33 19 kategori kurang. Untuk wilayah yang berhasil mencapai kategori sangat baik yaitu sebagian kabupaten/kota Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta. Penggerombolan kabupaten/kota dengan metode Fuzzy K-Rataan lengkapnya pada Lampiran 3. Penggerombolan Kabupaten/Kota dengan Metode K-Rataan Penggerombolan dengan K-Rataan mengalokasikan data ke dalam masingmasing gerombol didasarkan pada perbandingan jarak antara data dengan pusat setiap gerombol yang ada. Data dialokasikan ulang secara tegas ke gerombol yang mempunyai pusat terdekat dengan data tersebut. Deskripsi hasil penggerombolan dengan K-Rataan disajikan pada Tabel 11 dan Tabel 12. Berdasarkan Tabel 11 dan Tabel 12 gerombol 1 masuk pada kabupaten/kota yang pencapaian pembangunan manusianya baik, gerombol 2 kategori sangat baik, gerombol 3 kategori kurang, dan gerombol 4 kategori sedang. Dilihat dari nilai IPM gerombol 2 yang masuk kategori sangat baik juga memiliki rata-rata nilai IPM yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan gerombol yang terbentuk dengan Metode K-Rataan sejalan dengan rata-rata nilai IPM pada masing-masing gerombol. Tabel 11 Pusat gerombol denagan metode K-Rataan X 1 X 2 X 3 X 4 Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Catatan : Pusat gerombol merupakan output dari metode dengan data yang sudah di standarisasi Tabel 12 Deskripsi penggerombolan kabupaten/kota dengan metode K-Rataan Gerombol Jumlah Kab/Kota Nilai X 1 X 2 X 3 X 4 IPM rata-rata median rata-rata median rata-rata median rata-rata median Deskripsi jumlah kabupaten/kota berdasarkan metode K-Rataan yang beririsan dengan klasifikasi IPM dalam setiap gerombol yang telah terurut sesuai kategori disajikan dalam Tabel 13.

34 20 Tabel 13 Jumlah kabupaten/kota berdasarkan metode K-Rataan yang beririsan dengan klasifikasi IPM Metode Gerombol K-Rataan IPM Irisan* *Irisan = Jumlah kab/kota pada setiap gerombol yang beririsan dengan kategori IPM Berdasarkan Tabel 13 terlihat jumlah kabupaten/kota yang beririsan dengan nilai IPM. Pada gerombol 1 terdapat 2 kabupaten/kota dengan IPM tinggi, pada gerombol 2 semua kabupaten/kota termasuk dalam IPM menengah atas, gerombol 3 ada 18 kabupaten/kota yang masuk IPM menegah bawah dan gerombol 4 ada 7 kab/kota yang termasuk IPM rendah. Gambaran sebaran kabupaten/kota yang termasuk kedalam empat gerombol yang telah diurut dapat dilihat pada Gambar 7. Terlihat pada Gambar 7 kabupaten/kota yang berhasil mencapai kategori sangat baik yaitu sebagian wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta. Sebagian besar kabupaten/kota di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa pencapaian pembangunan manusianya pada kategori baik. Sedangkan Indonesia bagian Timur sebagian besar berada pada kategori sedang, bahkan Papua Barat termasuk kategori kurang. Penggerombolan kabupaten/kota dengan metode K-Rataan lengkapnya pada Lampiran 3. Gambar 7. Peta gerombol 497 kab/kota di Indonesia dengan metode K-Rataan Penilaian Kebaikan Metode K-Medoid, Metode Fuzzy K-Rataan, dan K- Rataan Penilaian kebaikan metode penggerombolan dilihat dari rata-rata jarak objek di dalam gerombol ke pusat gerombolnya sendiri. Tabel 14, Tabel 15 dan Tabel 16 menunjukkan rata-rata objek di dalam gerombol ke pusat gerombol dan ratarata jarak objek di luar gerombol ke pusat gerombol. Jarak objek dalam gerombol ke pusat gerombolnya sendiri dapat dilihat pada unsur diagonal tabel.

35 21 Tabel 14 Jarak rata-rata objek ke pusat gerombol metode K-Medoid Objek Pusat Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Pada Tabel 14 terlihat jarak rata-rata objek ke pusat gerombol dengan metode K-Medoid. Objek yang termasuk ke dalam anggota gerombol 1 mempunyai nilai rata-rata 0.84 untuk masuk ke dalam gerombolnya sendiri. Nilai tersebut merupakan nilai terkecil dibanding jika objek tersebut masuk kedalam gerombol lainnya. Tabel 15 Jarak rata-rata objek ke pusat gerombol metode Fuzzy K-Rataan Objek Pusat Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Pada Tabel 15 terlihat jarak rata-rata objek ke pusat gerombol dengan metode Fuzzy K-Rataan. Objek yang termasuk ke dalam anggota gerombol 1 mempunyai nilai rata-rata 0.94 untuk masuk ke dalam gerombolnya sendiri. Nilai tersebut merupakan nilai terkecil dibanding jika objek tersebut masuk kedalam gerombol lainnya. Berdasarkan Tabel 15 juga bisa dilihat gerombol 2 adalah gerombol yang jarak objek ke pusat gerombolnya paling kecil. Oleh sebab itu bisa dikatakan gerombol 2 merupakan gerombol yang paling rapat dibanding gerombol lainnya. Tabel 16 Jarak rata-rata objek ke pusat gerombol metode K-Rataan Objek Pusat Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Gerombol Berdasarkan Tabel 14, Tabel 15, dan Tabel 16 jarak objek ke pusat gerombolnya masing-masing untuk setiap gerombol memiliki variasi metode yang terbaik. Pada gerombol 1 dan 3 metode K-Medoid dan metode K-Rataan memiliki nilai yang sama. Pada gerombol 2 metode Fuzzy K-Rataan lebih unggul karena dari ketiga metode memiliki nilai yang paling kecil. Pada gerombol 4 metode K- Medoid yang memiliki nilai paling kecil. Hal tersebut menunjukkan ketiga metode cukup efektif untuk menggerombolkan kabupaten/kota di Indonesia

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM PEMILIHAN CLUSTER OPTIMUM PADA FUZZY C-MEANS (Studi kasus: Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia) SKRIPSI Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/ KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini penelitian sering kali melibatkan beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini penelitian sering kali melibatkan beberapa variabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini penelitian sering kali melibatkan beberapa variabel pengamatan. Data yang diperoleh dengan mengukur lebih dari satu variabel pengamatan pada setiap

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ALGORITMA K-MEANS UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA.

LAPORAN SKRIPSI ALGORITMA K-MEANS UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. LAPORAN SKRIPSI ALGORITMA K-MEANS UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Oleh : MUHAMMAD SHOFIYUDDIN 2011-51-182 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGNORMAL PADA PERHITUNGAN INDEKS DAYA BELI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA RICKY STIAWAN

PENDEKATAN LOGNORMAL PADA PERHITUNGAN INDEKS DAYA BELI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA RICKY STIAWAN PENDEKATAN LOGNORMAL PADA PERHITUNGAN INDEKS DAYA BELI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA RICKY STIAWAN DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA DENGAN FUZZY K-RATAAN (Clustering Backward Region in Indonesia Using Fuzzy C-Means Cluster)

PENGGEROMBOLAN DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA DENGAN FUZZY K-RATAAN (Clustering Backward Region in Indonesia Using Fuzzy C-Means Cluster) , April 2010 p : 22-27 ISSN : 0853-8115 Vol 15 No.1 PENGGEROMBOLAN DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA DENGAN FUZZY K-RATAAN (Clustering Backward Region in Indonesia Using Fuzzy C-Means Cluster) Titin Agustin

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN DESA DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 BERDASARKAN STATUS KETERTINGGALAN

PENGELOMPOKKAN DESA DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 BERDASARKAN STATUS KETERTINGGALAN PENGELOMPOKKAN DESA DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 BERDASARKAN STATUS KETERTINGGALAN Indah Ratih Anggriyani 1), Dariani Matualage 2), Esther Ria Matulessy 3) 1)2)3) Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I CLUSTERING Secara umum cluster didefinisikan sebagai sejumlah objek yang mirip yang dikelompokan secara bersama, Namun definisi dari cluster bisa beragam tergantung

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut: . Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA

SKRIPSI. Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENGGUNAKAN SPATIAL PANEL FIXED EFFECT (Studi Kasus: Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Tengah Periode 2008-2013) SKRIPSI Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA 24010211130045

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGEROMBOLAN K-MEANS DAN K-MEDOID PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN YANNE FLOWRENSIA

PERBANDINGAN PENGGEROMBOLAN K-MEANS DAN K-MEDOID PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN YANNE FLOWRENSIA PERBANDINGAN PENGGEROMBOLAN K-MEANS DAN K-MEDOID PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN YANNE FLOWRENSIA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 010

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan

Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan 511 Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan Titin Agustin Nengsih Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak Analisis pengelompokkan adalah salah satu metode eksplorasi data untuk

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB III K-MEDIANS CLUSTERING

BAB III K-MEDIANS CLUSTERING BAB III 3.1 ANALISIS KLASTER Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling ketergantungan). Metode interdependensi berfungsi untuk memberikan makna terhadap seperangkat

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai model regresi robust dengan metode estimasi-s. Kemudian akan ditunjukkan model regresi robust menggunakan metode estimasi-s untuk memprediksi Indeks

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS DAN GUSTAFSON KESSEL CLUSTERING PADA INDEKS LQ45

ANALISIS KELOMPOK DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS DAN GUSTAFSON KESSEL CLUSTERING PADA INDEKS LQ45 ANALISIS KELOMPOK DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS DAN GUSTAFSON KESSEL CLUSTERING PADA INDEKS LQ45 SKRIPSI Disusun oleh: LAILLY RAHMATIKA J2E009007 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis

Lebih terperinci

BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO

BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: Ana Kartikawati NIM. J2E009024

SKRIPSI. Disusun Oleh: Ana Kartikawati NIM. J2E009024 PERBANDINGAN ANALISIS DISKRIMINAN LINIER KLASIK DAN ANALISIS DISKRIMINAN LINIER ROBUST UNTUK PENGKLASIFIKASIAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh: Ana Kartikawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data menjadi sesuatu yang sangat berharga saat ini. Tidak hanya badan pemerintah saja, perusahaan-perusahaan saat ini pun sangat membutuhkan informasi dari data yang

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU

A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU SEKOLAH PASCASARJA A I STITUT PERTA IA BOGOR BOGOR 2009 PER YATAA ME GE AI TESIS DA SUMBER

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 BPS KABUPATEN SEKADAU No.02/11/6109/Th. I, 30 November 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 IPM KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 61,98 MENINGKAT SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR IPM pertama

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Hubungan antara variabel terikat Y dengan variabel bebas biasanya dilukiskan dalam sebuah garis, yang disebut dengan garis regresi. Garis regresi ada yang berbentuk

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENGELOMPOKAN PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN PADANG LAWAS SKRIPSI B. PERRY SIMANUNGKALIT

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN PADANG LAWAS SKRIPSI B. PERRY SIMANUNGKALIT ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN PADANG LAWAS SKRIPSI B. PERRY SIMANUNGKALIT 110823017 PROGRAM STUDI MATEMATIKA EKSTENSI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

ANALISIS PROCRUSTES PADA INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH (STUDI KASUS IPM TAHUN 2008 DAN 2013)

ANALISIS PROCRUSTES PADA INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH (STUDI KASUS IPM TAHUN 2008 DAN 2013) ANALISIS PROCRUSTES PADA INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH (STUDI KASUS IPM TAHUN 2008 DAN 2013) SKRIPSI Disusun Oleh : BUNGA MAHARANI 24010211120008 JURUSAN

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR LAMBANG... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR LAMBANG... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMBANG... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode BAB III K-MEANS CLUSTERING 3.1 Analisis Klaster Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling ketergantungan). Oleh karena itu, dalam analisis klaster tidak ada

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam gaya hidup masyarakat sekarang ini. Serangkaian aktifitas menuntut seseorang untuk berada di suatu tempat bahkan

Lebih terperinci

PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008 2013 DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL SKRIPSI Disusun oleh : MUHAMMAD RIZKI 24010210141014 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY C-MEANS DAN FUZZY SUBSTRACTIVE CLUSTERING PADA DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN JEMBER BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN SKRIPSI

PENERAPAN FUZZY C-MEANS DAN FUZZY SUBSTRACTIVE CLUSTERING PADA DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN JEMBER BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN SKRIPSI PENERAPAN FUZZY C-MEANS DAN FUZZY SUBSTRACTIVE CLUSTERING PADA DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN JEMBER BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN SKRIPSI Oleh Marsha Agnesya Sari Devi NIM 101810101051 JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI

PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ALGORITMA CLUSTERING FUZZY TSUKAMOTO DENGAN FUZZY C-MEANS

ANALISIS KINERJA ALGORITMA CLUSTERING FUZZY TSUKAMOTO DENGAN FUZZY C-MEANS ANALISIS KINERJA ALGORITMA CLUSTERING FUZZY TSUKAMOTO DENGAN FUZZY C-MEANS Iin Parlina1, Prof.Herman Mawengkang2, Dr.Syahril Efendi, S.Si, M.IT3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING. Lathifaturrahmah

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING. Lathifaturrahmah JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 1 Juli Desember 2014, h. 39-62 PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING Abstrak Analisis gerombol merupakan salah satu metode peubah

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE

PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 97 102. PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Nicolaus, Evy Sulistianingsih,

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 25/05/15/Th.XI, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Jambi Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Jambi pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

DATA DAN METODE Sumber Data

DATA DAN METODE Sumber Data 14 DATA DAN METODE Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil simulasi dan data dari paket Mclust ver 3.4.8. Data simulasi dibuat dalam dua jumlah amatan yaitu 50 dan 150. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

Partitional clustering KLASTERING DENGAN METODE K-MEANS

Partitional clustering KLASTERING DENGAN METODE K-MEANS Partitional clustering KLASTERING DENGAN METODE K-MEANS PENDAHULUAN K-mean merupakan teknik klastering yang paling umum dan sederhana. Tujuan klastering ini adalah mengelompokkan obyek ke dalam k klaster/kelompok.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 No. 23/05/14/Th. XVIII, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 IPM Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G651044054 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR SKRIPSI SISKA DEWI 130823014 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/51/Th. II, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Bali Tahun 2016 Progres pembangunan manusia pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu: BAB II METODOLOGI 2. 1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia

Lebih terperinci

PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES

PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES PENERAPAN METODE EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION (EBLUP) PADA MODEL PENDUGA AREA KECIL DALAM PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES SKRIPSI Disusun Oleh : RAHAYU NINGTYAS 24010211130042

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENALAN POLA UNTUK MENGEVALUASI HASIL PEMBELAJARAN DENGAN METODE FUZZY C-MEANS

IMPLEMENTASI PENGENALAN POLA UNTUK MENGEVALUASI HASIL PEMBELAJARAN DENGAN METODE FUZZY C-MEANS SYSTEMIC Vol. 02, No. 02, Desember 2016, 23-28 IMPLEMENTASI PENGENALAN POLA UNTUK MENGEVALUASI HASIL PEMBELAJARAN DENGAN METODE FUZZY C-MEANS Ilham Program Studi Sistem Informasi, Jurusan Teknologi, Fakultas

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 No. 25/05/94/ Th. II, 2 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 Pada tahun 2016, IPM Papua mencapai 58,05. Angka ini meningkat sebesar 0,80 poin dibandingkan IPM Papua tahun 2015 yang sebesar

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Ahmad Mauliyadi M, Hizir Sofyan, dan Muhammad Subianto. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala

Ahmad Mauliyadi M, Hizir Sofyan, dan Muhammad Subianto. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala Tersedia di www.fmipa.unsyiah.ac.id Jurnal Matematika 00 (2013) 01 05 PERBANDINGAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM) DAN FUZZY GUSTAFSON-KESSEL (FGK) MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT QUICKBIRD (Studi Kasus Desa

Lebih terperinci