BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE. Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE. Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16."

Transkripsi

1 38 BAB III PEMBAHASAN A. Spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16 Katup,DOHC,VVT-i Isi silinder Diameter x Langkah Daya Maksimum Torsi Maksimum Sistem Bahan Bakar Bahan bakar Kapasitas Tangki 1,998 cc 86,0 mm x86,0 mm 136,0 Ps/5,600 Rpm 18,6 Kgm/4,000 Rpm Electronic Fuel Injection Bensin 55 liter ( B. Spesifikasi komponen utama sistem pendingin Sistem pendingin enginepada Toyota kijang innova 1TR-FE tahun 2004 merupakan bagian dari keseluruhan sistem pada Toyota kijang innova, sistem pendingin mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menurunkan panas yang yang berlebihan yang terjadi akibat dari proses pembakaran.

2 39 Gambar: 3.1 Sistem Pendingin (Sumber: Kebanyakan mobil menggunakan sistem pendingin air dengan sirkulasi tekanan (forced circulation), sistem pendingin air dilengkapi dengan water jacket, pompa air, radiator, thermostat, kipas, dan selang karet. Sirkulasi sistem pendingin ini adalah, panas dari hasil proses pembakaran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar dan silinder sebagian diserap oleh air pendingin setelah melalui dinding silinder dan ruang bakar. Oleh karena itu dibagian luar dinding silinder dan ruang bakar dibuat mantel-mantel air (water jacket). Panas yang diserap oleh air pendingin pada water jacket selanjutnya akan menyebabkan naiknya temperature air pendingin tersebut. Apabila air pendingin itu tetap berada pada mantel air, maka air akan cenderung mendidih dan menguap. Hal tersebut dapat dihindari dengan jalan mengganti air tersebut dengan air yang

3 40 masih dingin sedangkan air yang telah panas harus dialirkan keluar dari mantelnya dengan kata lain harus bersirkulasi. Sirkulasi air tersebut ada dua macam yaitu sirkulasi alam dan sirkulasi dengan tekanan. Pada saat mesin masih dingin, air hanya bersilkulasi disekitar mesin karena thermostat masih menutup.dalam hal ini thermostatberfungsi untuk membuka dan menutup saluran air dari mesin ke radiator.air mendapat tekanan dari pompa air, tetapi tekanan tersebut tidak mampu menekan thermostat menjadi terbuka. Untuk mencegah timbulnya tekanan yang berlebihan akibat proses pemompaan, maka pada sistem pendingin dilengkapi dengan saluran by pass, sehingga air yang bertekanan akan kembali melalui saluran by pass tersebut. Pada saat mesin panas, thermostat terbuka sehingga air yang telah panas didalam water jacket (yang telah menyerap panas dari mesin), kemudian disalurkan ke radiator untuk didinginkan dengan kipas pendingin dan aliran udara dengan adanya gerakan maju dari kendaraan.air pendingin yang sudah dingin kemudian ditekan kembali ke water jacket oleh pompa air. C. Pemeriksaan dan penggantian sistem pendingin Pemeriksaan sistem pendingin meliputi pemeriksaan kapasitas dan kualitas sistem pendingin.pemeriksaan kualitas pendingin meliputi pemeriksaan terhadap endapan karat atau kotoran disekitar tutup radiator atau lubang pengisi radiator.disamping itu sistem pendingin juga tidak boleh mengandung minyak pelumas. Adapun pemeriksaan kualitas dan kapasitas sistem pendingin dapat dilakukan sebagai berikut:

4 41 1. Pemeriksaan kapasitas sistem pendingin. Kapasitas air pendingin dapat dilihat dari tangki cadangan (reservoir tank). Permukaan sistem pendingin harus berada diantara garis LOW dan FULL dalam keadaan sistem dingin.apabila jumlah air pendingin kurang, periksa kebocoran dan tambahkan sistem pendingin sampai garis FULL. 2. Pemeriksaan dan penggantian kualitas sistem pendingin. Endapan karat atau kotoran disekitar tutup radiator atau lubang pengisi radiator harus sedikit. Apabila sistem pendingin terlalu kotor atau banyak mengandung karat (berwarna kuning) harus dilakukan penggantian dengan cara sebagai berikut: a. Melepas tutup radiator, pada saat membuka tutup radiator, mesin harus dalam keadaan dingin. Apabila tutup radiator dibuka dalam keadaan panas, cairan dan uap yang bertekanan akan menyembur keluar. b. Mengeluarkan sistem pendingin melalui lubang penguras dengan cara mengendorkan atau melepas baut penguras. c. Menutup lubang penguras, kemudian isilah dengan media pendingin berupa ethylene glycol base yang baik dan campurlah sesuai dengan petunjuk dari pabrik. Pendingin yang dianjurkan adalah yang mengandung ethylene glycol base lebih dari 50% tetapi tidak lebih dari 70%. Media pendingin tipe alcohol tidak disarankan dan harus dicampur dengan air sulingan. d. Memasang tutup radiator. e. Menghidupkan mesin dan periksa kebocoran. f. Memeriksa permukaan media pendingin dan tambahkan jika diperlukan.

5 42 D. Pelepasan, pemeriksaan dan penggantian pompa air Pompa air perlu diperiksa apabila air dalam sistem pendingin tidak bersirkulasi, karena fungsi pompa air adalah untuk menekan air pendingin sehingga dapat bersirkulasi didalam sistem. Gejala yang ditimbulkan apabila pompa air tidak bekerja adalah temperature mesin naik dengan cepat pada saat mesin hidup. Pompa air juga perlu diganti apabila seal perapat telah aus atau sudah tidak mampu menahan tekanan air. Untuk melepas pompa dari sistem pendingin sebaiknya mengikuti prosedur yang benar.demikian pula pelepasan komponen-komponen pompa. Pelepasan dan pemasangan komponen yang tidak benar akan mengakibatkan kerja pompa yang tidak optimal. Selanjutnya akan dibahas berturut-turut prosedur pelepasan, pemeriksaan dan pemasangan pompa air. 1. Prosedur pelepasan pompa air dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengeluarkan media pendingin mesin. Melepas tali kipas, kipas, pully pompa air dengan prosedur sebagai berikut: 1) Merentangkan tali kipas dan mengendurkan mur pengikat tali kipas. 2) Mengendorkan pivot dan baut penyetel, altenator, kemudian lepas tali kipas. b. Melepas pompa air. 2. Pemeriksaan komponen pompa air: a. Pemeriksaan komponen pompa air dapat dilakukan dengan cara memutar dudukan pully dan mengamati bahwa bearing pompa air tidak kasar atau berisik. Apabila diperlukan, bearing pompa air harus diganti.

6 43 Gambar 3.2 Pompa Air (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) b. Prosedur pelepasan komponen pompa air: Komponen pompa air terdiri atas bodi pompa, dudukan pully, bearing, satuan seal, rotor, gasket dan plat (lihat gambar 3.3 ) Gambar 3.3Komponen Pompa Air (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) Adapun prosedur pelepasan komponen pompa air adalah sebagai berikut: 1) Melepas plat pompa dengan cara melepas baut pengikatnya (lihat gambar 3.2) Gambar 3.4 Bodi Pompa Air (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota)

7 44 2) Melepas dudukan pully dengan menggunakan SST dan pres, tekan poros bearing dan lepas dudukan pully. Gambar 3.5SST dan Pres (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) 3) Melepas bearing pompa. 4) Melepas rakitan seal dengan menggunakan SST dan Pres. c. Prosedur perakitan komponen pompa air: 1) Memasang bearing pompa dengan cara sebagai berikut: a) Menggunakan SST dan pres, tekan poros bearing dan lepas rotor. Permukaan bearing harus rata dengan bodi pompa. 2) Memasang seal pompa dengan cara sebagai berikut: a) Oleskan seal pada seal baru dan bodi pompa. b) Menggunakan SST dan pres, pasang seal. 3) Memasang dudukan pully menggunakan SST dan pres pada poros bearing pompa. 4) Memasang rotor menggunakan pres pada poros bearing pompa. Permukaan rotor harus rata dengan permukaan poros bearing. 5) Memasang plat pompa, periksa bahwa rotor tidak menyentuh plat pompa. 6) Memriksa bahwa pompa air berputar lembut.

8 45 E. Pelepasan, pemeriksaan dan pemasangan thermostat 1. Prosedur pelepasan thermostat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengeluarkan media pendingin mesin. b. Melepas saluran air keluar (selang karet atas). c. Melepas tutup rumah thermostat, kemudian mengeluarkan thermostat dari rumahnya. Gambar 3.6 MelepasThermostat (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) 2. Pemeriksaan thermostat, dengan cara sebagai berikut: a. Mencelupkan thermostat kedalam air dan panaskan air secara bertahap, kemudian periksa temperatur pembukaan katup. Gambar 3.7 PengecekanThermostat (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) Temperatur pembukaan katup: 80ºC - 90ºC. jikatemperatur pembukaan katup tidak sesuai dengan spesifikasi, thermostat perlu diganti.

9 46 b. Memeriksa tinggi kenaikan katup. Jika kenaikan katup tidak sesuai dengan spesifikasi, maka thermostat perlu diganti. Spesifikasi kenaikan katup pada 95ºC: 8mm atau lebih. 3. Prosedur pemasangan thermostat dengan cara sebagai berikut: a. Memasang gasket baru pada thermostat Gambar 3.8 Memasang GasketThermostat (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) b. Meluruskan jiggle valve pada thermostat dengan tanda disisi kanan dan masukan ke dalam rumah saluran. Posisi jiggle valve dapat digeser, 10º ke kiri atau ke kanan dari tanda. c. Memasang saluran air keluar. F. Pemeriksaan dan pengujian sistem pendingin Pemeriksaan dan pengujian dalam sistem pendingin adalah pemeriksaan kebocoran pada sistem pendingin.untuk memeriksa kebocoran sistem pendingin diperlukan alat yang disebut radiator cap tester.alat tersebut dipakai untuk memriksa kebocoran pada sistem pendingin juga dapat digunakan untuk menentukan kondisi tutup radiator. 1. Pemeriksaan tutup radiator dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

10 47 a. Melepas tutup radiator, kemudian pasang tutup radiator pada radiator cap tester. Untuk mencegah terjadinya panas, tidak diperkenankan membuka tutup radiator dalam keadaan mesin masih panas. b. Memeriksa tutup radiator dengan alat uji tutup radiator. Lakukan pemompaan dan ukurlah tekanan pembukaan katup vacuum. Gambar 3.9Radiator Cup Tester (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) Tekanan pembukaan standar: 0,75 1,05 kg/cm 2 (10,7 14,9 psi) Untuk pemeriksaan tutup radiator sebaiknya menggunakan pembacaan maksimum sebagai tekanan pembukaan.apabila tekanan pembukaan kurang dari minimum, maka tutup radiator perlu diganti. c. Pemeriksaan kebocoran sistem pendingin dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Isilah radiator dengan media pendingin, kemudian pasanglah radiator cap tester pada lubang pengisian media pendingin pada radiator.

11 48 Gambar 3.10 Mengecek TekananRadiator (Sumber: Step 2 Training Manual Toyota) 2) Pompalah radiator cap tester sampai tekanan 1,2 kg/cm 2 (17,1 psi), dan periksa bahwa tekanan tidak turun, apabila tekanan turun berat ada kebocoran pada sistem pendingin atau pada komponen sistem pendingin. Oleh karena itu perlu diperiksa kebocoran pada saluran pendingin, radiator, dan pompa air. Apabila tidak ditemukan kebocoran pada komponen tersebut, maka perlu diperiksa blok silinder. G. Perhitungan Thermodinamika 1. Perhitungan thermodinamika pada setiap siklus a. Langkah persiapan Untuk menghitung besarnya volume udara pada akhir langkah kompresi (V 1 ), maka perlu menghitung besarnya volume langkah (V L )cdanvolume sisa (V 2 ) terlebih dahulu: Besarnya volume langkah (V L ), yaitu: V L π 4 x D2 x S x Z 3,14 4 x 86,0 2 x 86,0 x ,215cm 3

12 49 Besarnya volume sisa (V 2 ), yaitu: V 2 V L r ,215 9, ,956cm 3 Sehingga besarnya volume udara pada akhir hisap (V 1 ), yaitu: V 1 V L V , , ,171cm 3 Besarnya tekanan udara pada akhir langkah hisap (P 1 ), yaitu: P 1 0,8 x P 0 P 1 0,8 x P 1 0,8246 kg /cm 2 Keterangan: P 0 Tekanan udara luar ( kg /cm 2 ) 1 atm kg /m 2 (Wiranto Arismunandar, 1994: 106) Besarnya temperatur udara pada akhir langkap hisap (T 1 ), yaitu: T 1 T 0 + tw + T r x γr 1 + γr x 0, ,03

13 50 335,5 1,03 325,728 K 52,728 Keterangan: T 0 Temperatur atmosfer atau udara luar ( K) K (Wiranto Arismunandar, 1994: 106) tw Pengaruh suhu akibat persentuhan dengan silinder (15 20 K), diambil 15 K (Kovakh, 1976: 95) T r Temperatur gas buang ( K), daimbil 750 K (Petrovsky, 1968: 32) γ r Koefisien gas bekas (0,03 0,04), diambil 0,03 (Petrovsky, 1968: 29) Menurut Kovakh (1976: 68) hasil perhitungan ini dianggap memenuhi persyaratan, karena besarnya panas awal pemasukan T 1 berkisar antara K b. Langkah kompresi Besarnya tekanan pada akhir langkah kompresi P 2, yaitu: P 2 P 1 x V 1 V 2 k 0,8264 x 2224, ,956 1,3079 0,8264 x 9,8 1, , 484 kg /cm 2

14 51 Keterangan: k Nilai perbandingan kalor spesifik C pm / C vm 1,3079 (untuk bahan bakar bensin) (Sunarto H. Untung: 31) Besarnya temperatur pada akhir langkah kompresi T 2, yaitu: T 2 T 1 x V 1 V 2 k-1 325,75 x 982,92 K 709,92 Keterangan: 2224, ,956 1, k Nilai perbandingan kalor spesifik (1,3079) (Sunarto H. Untung: 31) c. Proses pembakaran Besarnya tekanan gas pada akhir proses pembakaran P 3, yaitu: P 3 P 2 10,484 kg /cm 2 Sebelum menghitung besarnya temperatur gas campuran (udara dan bahan bakar) pada proses pembakaran T 3, dierlukan parameter thermodinamika berikut ini: Nilai pemakaian bahan bakar tiap jam (Gbb), yaitu:

15 52 Gbb n e x 632 n th x Hb n e 136,0 PS 136,0 x 632 Gbb 0,39 x ,820 kg /jam Keterangan: n th Efisiensi thermal (0,35 0,40), diambil 0,39 (Kovakh, 1976: 1730) H b Nilai bahan bakar (10100 kkal / kg) (Petrovsky, 1968: 43) Nilai pemakaian bahan bakar tiap siklus (Gbb ), yaitu: Gbb Gbb 60 21, ,363 kg /menit Nilai pemakaian bahan bakar tiap menit (Gbb ), yaitu: Gbb Gbb n 0, , 537 x 10-4kg /putaran Nilai pemakaian bahan bakar tiap putaran (Gbb ), yaitu: Gbb 2 x Gbb

16 53 2 x (4, 537 x 10-4 ) 9,074 x 10-4kg /siklus Besarnya pemasukan panas dari hasil pembakaran bahan bakar dan udara didalam silinder (Qm), yaitu: Qm Gbb x H b (9,074 x 10-4 ) x ,164 kkal /siklus (Petrovsky, 1968: 43) Berat molekul yang diperlukan untukpembakaran 1 kg bahan bakar secara teoritas L 0, yaitu: L 0 1 x C + H 0, ,21 x 0, , ,762 x (0, ,040) 0,523 mole /kgbb Keterangan: C 12 x x x 1, , ,288 0,841 mole H 36 x 1, x x 1,008

17 54 36, ,288 36, ,288 0,159 mole (Sunarto H. Untung: 29) Berat udara yang diperlukan untuk membakar 1 kg bahan bakar yang sebenarnya L 0, yaitu: L 0 α x L 0 1,3 x 0,523 0,68 mole /kgbb Keterangan: α Koefisien kelebihan udara (1,3 1,7), diambil 1,3 (Petrovsky, 1968: 43) Berat udara yang diperlukan untuk membakar bahan bakar tiap siklus L 0 ", yaitu: L 0 " L 0 x Gbb 0,68 x (9,074 x 10-4 ) 6,17 x 10-4 mole /putaran Berat udara tiap siklus G u, yaitu: G u 28,95 x L 0 " 28,95 x (6,17 x 10-4 )

18 55 0,01 mole /putaran Panas jenis tekanan konstan gas campuran C pm, yaitu: C pm Gu G x C pa + Gbb G x C pb + 0,01 0,241 x 0, ,231 0,241 x 1,2050 1,165 kkal /kg K Keterangan: C pa Panas jenis tekanan konstan untuk udara 0,2404 kkal/kg K C pb Panas jenis tekanan konstan untuk bahan bakar 1,2050 kkal/kg K Sehingga besarnya temperatur gas campuran (udara dan bahan bakar) pada proses pembakaran T 3, yaitu: T 3 Qm + T G x C 2 pm 9,164 0,241 x 1, ,92 676,49 K 403,49 Besarnya volume gas campuran pada akhir proses pembakaran V 3, yaitu: V 3 V 2 x T 3 T 2 226,956 x 742,56 709,92 237,390cm 3

19 56 d. Langkah kerja Besarnya tekanan gas pada akhir langkah kerja P 4, yaitu: P 4 P 2 x V 3 V 1 k 10,484 x 237, ,171 1, ,484 x (0,106) 1, ,484 x 0,020 0,209 kg /cm 2 Keterangan: k Nilai perbandingan kalor spesifik (1,3079) Besarnya volume gas buang pada akhir langkah pembakaran V 4, yaitu: T 4 T 3 x 742,56 x V 3 V 4 k-1 237, ,171 1, ,56 x (0,106) 0, ,56 x 0, ,51 K -12,45 Keterangan: k Nilai perbandingan kalor spesifik (1,3079)(Sunarto H. Untung: 31) e. Proses pengeluaran kalor Besarnya panas jenis volume konstan gas campuran C vm, yaitu:

20 57 C vm Gu G x C va + Gbb G x C vb 0,01 0,241 x 0, ,363 0,241 x 1,1961 1,809 kkal / kg K Keterangan: C va Panas jenis volume konstan untuk udara 0,1718 kkal / kg K (V.L. Maleev, 1945 : 27) C vb Panas jenis volume konstan untuk bahan bakar 1,1961 kkal / kg K (V.L. Maleev, 1945 : 27) Jumlah kalor yang harus dikeluarkan yaitu: Q k G x C vm x T 4 T 1 0,241 x 1,809 x (148,51 52,728) 0,241 x1,809 x ,137 kkal / kg 25,137 x 3,969 99,768 BTU / hr 2. Perhitungan perpindahan panas a. Perpindahan pada blok silinder Sebelum dapat menghitung besarnya perpindahanpanas pada bloksilinder (bagian dalam dan bagian luar), maka terlebih dahulu diperlukan data parameter thermodinamika berikut ini:

21 58 Mengkonversi daya efektif engine Q s, yaitu: Q s n e x 632,4 136,0 x 632, ,4 kkal 86006,4x 3, BTU Menghitung nilai panas yang terjadi pada setiap silinder Q, yaitu: Q Q s , kkal ,57BTU Menghitung besar perpindahan panas yang melalui dinding blok silinder Q ds, yaitu: Q ds Q s z 86006, ,42 8,60kkal 15880BTU Untuk menghitung nilai temperatur pada dinding blok silinder (bagian dalam dan bagian luar), diperoleh degan urutan sebagai berikut: yaitu: Menghitung besar temperatur rata-rata gas pada proses pembakaran t 1,

22 59 t 1 T 1+ T ,73+742, ,1 K 261,1 (1,8 x 261,1) ,98 Menghitung tebal dinding dalam blok silinder (L), yaitu: L (0,045 x D) + 1,588 (0,045 x 86,0) + 1,588 5,458 mm 5, ,8 0,017 ft x L Menghitung tebal dinding luar blok silinder (x), yaitu: 0,017 ft 0,518 cm Menghitung diameter dinding luar silinder (D 0 ), yaitu: D 0 D + 2L 0,264 + (2 x 0,017) 0,298 ft 9,083 cm Menghitung luas perpindahan panas pada bagian dalam silinder (A 1 ), yaitu:

23 60 A 1 π x D x S x 0,5 + π x D x S r 1 3,14 x 0,264 x 0,287 x 0,5 + 3,14 x 0,264 x 0,287 9, x 3,14 x 0,2642 x 2 0, , ,109 0,255 ft 2 0,255 x 923,94 235,605 cm 2 Menghitung luas luas perpindahan panas bagian luar silinder (A 0 ), yaitu: A 0 π x D x S x 0,5 + π x D x S r x π x D2 x 2 3,14 x 0,264 x 0,287 x 0,5 + 3,14 x 0,298 x 0,287 9, x 3,14 x 0,2982 x 2 0,134 x 0, ,139 0,304 ft 2 280,88 cm 2 yaitu: Menghitung luas luas bidang perpidahan panas rata-rata pada silinder (A), A A 0 + A 1 2 0, , ,2795 ft 2

24 61 Sehingga besar temperatur dinding silinder bagian dalam (t 2ds ), yaitu: t 2ds t 1 Q ds U. A 15, ,73 40,48 x 0, ,62 325, ,8 163,13 Keterangan: U Koefisien perpindahan panas total 40,48 BTU/ft 2. Hr Besarnya temperatur dinding silinder bagian luar (t 3ds ), yaitu: t 3ds h 1 x x A 0x t 2ds h 1 x A ,017 x 0,304 x 163, ,017 x 0, , ,16 163, ,8 72,87

25 62 350,21 K Keterangan: h 1 Konduktifitas bahan silinder 27 BTU/ft 2. hr (V.L. Maleev, 1945: 426) b. Perpindahan panas pada kepala silinder Besarnya perpindahan panas yang melalui kepala silinder (Q ks ), yaitu: Q ks 13% x Q 0,13 x , ,99 kkal 7.047, 128 BTU Nilai temperatur pada dinding dalam kepala silinder (t 2ks ), yaitu: t 2ks t 1 Q ks U. A 739, , ,48 x 0, ,72 116, ,8 47,07 320,07 K Nilai temperatur dinding luar kepala silinder (t 3ks ), yaitu:

26 63 t 3ks h 1 x x A 0x t 2ks Q ks h 1 x x A ,017 x 0,034 x 116, , ,017 x 0, , , , , ,8 38, ,958 K Besarnya temperatur rata-rata kepala silinder (t r ), yaitu: t r t 3ds + t 3ks 2 163, , ,642 58, ,174 K c. Perpindahan panas yang diserap oleh air pendingin Besarnya panas yang diserap air pendingin pada tiap silinder (Q a ), yaitu: Q a h m x A x t 4 t 5 x γ

27 x 0,2795 x (136, ) x 25% 180 x 0,2795 x 11,552 x 0,25 145,295 BTU/ hr 50,874 kkal/ jam

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian.............

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PERAWATAN SISTEM PENDINGIN ENGINE 7K PADA TOYOTA KIJANG LSX KF80 TAHUN A. Spesifikasi Komponen Utama dan Sistem Pendingin

BAB III ANALISIS PERAWATAN SISTEM PENDINGIN ENGINE 7K PADA TOYOTA KIJANG LSX KF80 TAHUN A. Spesifikasi Komponen Utama dan Sistem Pendingin 56 BAB III ANALISIS PERAWATAN SISTEM PENDINGIN ENGINE 7K PADA TOYOTA KIJANG LSX KF80 TAHUN 1998 A. Spesifikasi Komponen Utama dan Sistem Pendingin Sistem pendingin engine 7K pada Toyota Kijang LSX merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN 4.1 TUJUAN PERAWATAN WATER PUMP a) Menyediakan informasi pada pembaca dan penulis untuk mengenali gejala-gejala yang terjadi pada water pump apabila akan mengalami kerusakan.

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA

PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA KODE MODUL OPKR-20-011B SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk dapat mempermudah suatu kegiatan. Kendaraan yang di produksi oleh suatu pabrik dirancang

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu kendaraan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Agus Suyatno 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur, kerapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN MITSUBISHI GALANT 2500 CC

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN MITSUBISHI GALANT 2500 CC PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN MITSUBISHI GALANT 2500 CC Legiman 1 & Fahmi Sulaiman 2* 1 Program Studi Mesin Otomotif Politeknik LP3I Medan 2 Program Studi Teknik Industri Politeknik LP3I

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN SERVICE SISTEM PENDINGIN TOYOTA KIJANG INNOVA 1 TR-FE

IDENTIFIKASI DAN SERVICE SISTEM PENDINGIN TOYOTA KIJANG INNOVA 1 TR-FE IDENTIFIKASI DAN SERVICE SISTEM PENDINGIN TOYOTA KIJANG INNOVA 1 TR-FE Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan program Diploma 3 untuk menyandang Gelar Ahli Madya Disusun oleh : Nama : Arizal Rizqi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki BAB IV DATA HASIL 4.1 Data Komponen Awal Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : 4.1.1 Tutup Radiator Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki spesifikasi pembukaan katup dengan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC Mastur 1, Nugroho Aji 1,2) Program Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto Jl. Sumingkir No.

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER Achmad Nurhidayat Sfaf Pengajar, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin kalor yang banyak dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan energi panas untuk

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tugas akhir dengan judul Analisis Sistem Pendingin ini menggunakan refrensi dari Tugas Akhir yang ditulis oleh Ade Irfan S yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Umum Motor Bensin Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak (dinamis) yang bila bekerja dapat menimbulkan tenaga / energi. Sedangkan pengertian motor bakar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Pengertian Perencanaan dan perhitungan diperlukan untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin (Toyota Corolla 3K). apakah kemapuan kerja dari mesin tersebut masih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Pendingin. Sistem pendingin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya overheating

BAB II DASAR TEORI Sistem Pendingin. Sistem pendingin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya overheating BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Pendingin Sistem pendingin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya overheating pada mesin agar mesin bisa bekerja secara stabil. Pada mesin, energi yang terkandung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Widya Teknika Vol.21 No.1; Maret 2013 ISSN 1411 0660 : 37-41 PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Toni Dwi Putra 1), Budyi Suswanto

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON 4.1 Analisa Peningkatan Performa Dalam perhitungan perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kamampuan mesin, yang meliputi

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN MESIN. kemampuan dan pengaruh dari pemakaian busi standart dan pemakaian busi

BAB III PENGUJIAN MESIN. kemampuan dan pengaruh dari pemakaian busi standart dan pemakaian busi BAB III PENGUJIAN MESIN Pengujian ini dilakukan sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk mengetahui kemampuan dan pengaruh dari pemakaian busi standart dan pemakaian busi berelektroda masa empat pada mesin

Lebih terperinci

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN TUNE UP MOTOR BENSIN 1 Membersihkan Saringan Udara Ganti bila sudah kotor belebihan Semprot dengan udara tekan dari arah berlawanan dengan arah aliran udara masuk 2 Periksa Oli Mesin Periksa : Jumlah Oli

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENDINGIN ENGINE PADA PEMBUATAN LIFE ENGINE STAND NISSAN SUNNY GA15. Ono Wiharna, Mohamad Agus

ANALISIS SISTEM PENDINGIN ENGINE PADA PEMBUATAN LIFE ENGINE STAND NISSAN SUNNY GA15. Ono Wiharna, Mohamad Agus ANALISIS SISTEM PENDINGIN ENGINE PADA PEMBUATAN LIFE ENGINE STAND NISSAN SUNNY GA15 Ono Wiharna, Mohamad Agus Departemen Pendidikan Tehnik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No.207

Lebih terperinci

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2)

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2) PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2) ABSTRAK Tingkat pemakaian kendaraan bermotor semakin

Lebih terperinci

SISTEM PENDINGIN MESIN

SISTEM PENDINGIN MESIN SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI ENGINE SISTEM PENDINGIN MESIN Nama Siswa No. Absen Kelas Jurusan : : : : 1 URAIAN PEMELIHARAAN / SERVIS SISTEM PENDINGIN & KOMPONENNYA Kode Modul : OPKR 20-010B Pada mesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN Eko Surjadi Sfaf Pengajar, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1) Widya Teknika Vol.20 No.1; Maret 2012 ISSN 1411 0660 : 44-48 PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL Gatot Soebiyakto 1) ABSTRAK Mesin konversi energi ini dikenal dengan motor

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

SISTEM PENDINGINAN ENGINE

SISTEM PENDINGINAN ENGINE A. Sistem Pendingin Air SISTEM PENDINGINAN ENGINE Dalam sistem pendinginan air panas dari proses pembakaran dipindahkan dinding silinder dan ruang bakar melalui lobang air pendingin pada blok dan kepala

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Nur Robbi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT Haryono 193 Malang 65145 E-mail: nurrobbift@gmail.com

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

KINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3

KINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3 PROS ID I NG 2012 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK KINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3 Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC Maschudi Ferry Irawan, Ikhwanul Qiram, Gatut Rubiono Universitas PGRI Banyuwangi, Jl. Ikan Tongkol 22 Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini masuk ke dalam ruang silinder terlebih dahulu terjadi percampuran bahan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Safari Dharma Sakti Lingkup kerja praktek di PT.Safari Dharma Sakti pemeliharaan secara berkala kendaraan bus Mercedes Benz dan Hino meliputi

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Motor Bensin Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak (dinamis) yang bila bekerja dapat menimbulkan tenaga/energi. Sedangkan pengertian motor bakar

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.H.D.SUNGKONO, M.Eng.Sc. KAPASITAS BESAR Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS Theo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART 4.1. Analisa Performa Perhitungan ulang untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin, apakah kemampuan

Lebih terperinci

BAB III. PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI

BAB III. PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI BAB III PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI 3.1 Prinsip pendinginan mesin Selama mesin bekerja akan menimbulkan panas dan panas mesin harus dibatasi jangan sampai

Lebih terperinci

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder JOB SHEET DASAR TEKNOLOGI A. TUJUAN : Setelah menyelesaikan praktek ini diharapkan siswa dapat : 1. Dapat menjelaskan prosedur tune up 2. Dapat melakukan prosedur tune up dengan benar 3. Dapat melakukan

Lebih terperinci

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195 Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S95 Atmaja Kurniadi (083004) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

: Memelihara/servis engine dan komponen-komponenya(engine. (Engine Tune Up)

: Memelihara/servis engine dan komponen-komponenya(engine. (Engine Tune Up) SMK MA ARIF SALAM KABUPATEN MAGELANG JOBSHEET (LEMBAR KERJA) KODE : /PMO/VIII/12 Mata Pelajaran : Motor Otomotif (PMO) Guru : Edi Purwanto Memelihara/servis engine dan komponen-komponenya (Engine Tune

Lebih terperinci

MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN

MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN Disusun Oleh : Kelompok 4 Heri Siswanto Rizma Annisa Merlyn Karlina A. Ria Wijiati Ras Subhekti Hikmanto Catur Febrianto Dita Pujianti Atikah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K

TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI ENGINE TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K Nama Siswa No. Absen Kelas Jurusan : : : : 74 TUNE UP MESIN BENSIN 4 LANGKAH PENGERTIAN TUNE UP Jumlah kendaraan mobil sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 DESKRIPSI PERALATAN PENGUJIAN. Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Honda Karisma secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Mesin Motor bakar dalam operasionalnya menghasilkan panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar dalm silinder. Panas yang di hasilkan tidak di buang akibatnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR BAGAN... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T Sarif Sampurno Alumni Jurusan Teknik Mesin, FT, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat

Lebih terperinci

TUGAS TUNE UP MESIN GASOLINE DAN MESIN DIESEL

TUGAS TUNE UP MESIN GASOLINE DAN MESIN DIESEL TUGAS TUNE UP MESIN GASOLINE DAN MESIN DIESEL D I S U S U N Oleh : Rezi Rizki KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya kepada saya, sehingga

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa mempergunakan alat bantu.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi Teknik Mesin OLEH : M. YONGKI MAHENDRA

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start BAB III ANALISIS MASALAH A. Tinjauan masalah Umumnya, pengemudi akan menyadari bahwa pada sistem pengisian terjadi gangguan bila lampu tanda pengisian menyala. Sebagai tambahan, sering ditemukan sistem

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER Petunjuk Lembar Kerja Siswa Ikuti prosedur Tune Up seperti pada video yang anda saksikan Tayangan dan petunjuk di video adalah terbatas, tetapi prosedur

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC Riza Bayu K. 2106.100.036 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.D. Sungkono K,M.Eng.Sc

Lebih terperinci

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal Celah antara ring piston dengan - - silinder I II III IV Ring I 0.02 0.02 0.02 0.02 Ring II 0.02 0.02 0.02 0.02 alurnya Gap ring piston - - silinder I II III IV Ring I 0.30 0.20 0.30 0.20 Tebal piston

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT KAJIAN VARIASI KUAT MEDAN MAGNET PADA ALIRAN BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN EMISI MESIN SINJAI 2 SILINDER 650 CC Syarifudin (2105 100 152) Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT Latar belakang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada sebuah perusahaan bus pengangkutan karyawan dengan operasional rata rata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada sebuah perusahaan bus pengangkutan karyawan dengan operasional rata rata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sebuah perusahaan bus pengangkutan karyawan dengan operasional rata rata mencapai 200km perhari telah banyak ditemukan teknikal yang diantaranta adalah adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang mengunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas yang kemudian

Lebih terperinci

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO FINONDANG JANUARIZKA L 125060700111051 SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel)

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE

BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE A. Overhaul Sistem Pelumasan Overhaul yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan sampai dengan penganalisaan perlu tidaknya suatu komponen engine dilakukan penggantian.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

Mesin Diesel. Mesin Diesel

Mesin Diesel. Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel. Ia membangkitkan tenaga yang tinggi pada kecepatan rendah dan memiliki konstruksi yang solid. Efisiensi bahan bakarnya lebih baik

Lebih terperinci

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR 3.1 Pemeriksaan Pada Operasi Harian Operasional kompresor memerlukan adanya perawatan tiap harinya, perawatan tersebut antara lain: a. Sediakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Heru Setiyanto (2007), meneliti tentang pengaruh modifikasi katup buluh dan variasi bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin pada motor bensin dua langkah 110

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PENAMBAHAN UKURAN DIAMETER SILINDER PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya persaingan dibidang otomotif banyak orang berpikir untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1) Widya Teknika Vol.18 No.2; Oktober 2010 ISSN 1411 0660 : 50-54 PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET 1000 Suriansyah Sabaruddin

Lebih terperinci

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin 2.1.1 Pengertian Motor Bakar Torak Bensin Motor bakar torak bensin merupakan salah satu jenis motor bakar yang menggunakan bensin sebagai bahan bakarnya. Bensin

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN SISTEM PENDINGIN MESIN OPEL BLAZER DOHC LT PERBAIKAN KEBOCORAN PADA RADIATOR

PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN SISTEM PENDINGIN MESIN OPEL BLAZER DOHC LT PERBAIKAN KEBOCORAN PADA RADIATOR PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN SISTEM PENDINGIN MESIN OPEL BLAZER DOHC LT PERBAIKAN KEBOCORAN PADA RADIATOR PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB III METODE PENGUJIAN BAB III METODE PENGUJIAN Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan pengaruh dari penggunaan Piston standard dan Piston Cavity pada mesin mobil mazda biante. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor Diesel adalah motor pembakaran dalam yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat, sebagai bahan bakar, dengan suatu prinsip bahan bakar tersebut

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER Sutarno 1, Nugrah Rekto P 2, Juni Sukoyo 3 Program Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto Jl. Sumingkir No. 01

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung UJIAN TEORI PRAKTEK ENGINE

Lebih terperinci

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET Koni Raflando 1), Gatot Subiyakto 2), Akhmad Farid 3) ABSTRAK Sistem pendinginan pada kerja mesin berfungsi sebagai

Lebih terperinci

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL MODUL PELATIHAN ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL Oleh: Sriyono 132206843 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2007 Servis Rutin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa pengurangan kepekatan asap engine diese (opasitas) ISUZU Panther dengan melakukan

Lebih terperinci