Oleh Indri Puji Rianti dan Victor Winarto
|
|
- Hendra Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 ADA YANG BERBEDA DENGAN AGROFORESTRI SUKSESI ALAMI BERKELANJUTAN Oleh Indri Puji Rianti dan Victor Winarto Deforestasi diduga menjadi salah satu penyumbang emisi karbon dioksida terbesar di dunia. Berkurangnya luas tutupan hutan dan meningkatnya aktifitas manusia menyebabkan emisi CO2 di permukaan bumi yang terperangkap dalam atmosfer semakin besar jumlahnya sehingga memicu terjadinya pemanasan global. Strategi pemerintah dalam menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 26% per tahun salah satunya menjadi tugas dan tanggung jawab Kementerian Kehutanan. Bersama seluruh stakeholder dan masyarakat, setiap tahunnya Kementerian Kehutanan berupaya untuk menyelamatkan hutan dan membangun hutan melalui program-programnya. Program penyelamatan hutan yang tersisa dilakukan melalui jalur pengelolaan Taman Nasional yang dari waktu kewaktu semakin meningkat jumlahnya. Selain itu, program Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Kemasyarakatan juga menjadi salah satu strategi dalam menyelamatkan hutan melalui pengelolaan oleh masyarakat. Sementara upaya lain yang dilakukan oleh Kementerian Kehutanan dalam memenuhi komitmen untuk terus menurunkan emisi CO2 yaitu melalui program penanaman satu milyar pohon yang dilaksanakan setiap tahunnya. Kenapa Harus Agroforestri Penerapan penanaman 1 milyar pohon yang rutin dilaksanakan setiap tahun hanya dianggap sebagai seremonial dan program tahunan pemerintah saja tanpa diikuti tindak lanjut pada waktu-waktu berikutnya menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Padahal pada hakekatnya Kementerian Kehutanan ingin membentuk kepribadian masyarakat Indonesia untuk terbiasa menanm pohon sebagai salah satu upaya untuk mengurangi pemanasan global. Program seperti HKm, HTR, HR, HD yang memiliki stigma menanam pohon untuk membangun hutan memang sudah berkembang di beberapa daerah di Indonesia. Namun stigma hanya dengan menanam pohon saja menjadi sesuatu hal yang kurang menarik bagi sebagian masyarakat Indonesia khususnya para petani yang terbiasa bercocok tananam dengan tanaman pangan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dengan menanam pohon patani hanya dapat menikmati hasil minimal dalam 5 tahun kedepan, sementara kebutuhan hidup tidak dapat ditunda bahkan walaupun hanya sampai 1 minggu kedepan. Oleh karena itu diperlukan suatu pola penggunaan lahan yang tidak hanya dapat membangun hutan namun juga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani dan masyarakat disekitarnya. Melalui pola tanam agroforestri yang memadukan tanaman
2 2 keras dengan tanaman pangan, petani yang mengembangkan Hutan Rakyat maupun masyarakat lain yang ikut terlibat dalam pengelolaan HKm, HTR maupun HD dapat menikmati hasil harian dari tanaman pangan dan dapat memetik hasil yang menguntungkan dari kayu yang dihasilkan tanaman keras. Agroforestri dapat menjadi salah satu alternatif untuk membantu menurunkan emisi karbon dioksida. Pengelolaan lahan di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh petani, namun komoditi tanaman pertanian sebagian besar merupakan tanaman pangan semusim yang tidak memiliki kambium yang cukup untuk menyerap dan menyimpan karbon. Sebagai negara agraris dengan mata pencaharian penduduk terbesar adalah petani, maka suatu kesempatan yang strategis untuk memperkenalkan pola penggunaan lahan agroforestri kepada petani sehingga tujuan penurunan emisi CO2 dapat tercapai. Dengan menanam tanaman berkayu pada lahan pertanian oleh petani secara swadaya dan sukarela melalui sistem agroforestri, maka program pemerintah dalam mencanangkan penanaman satu milyar pohon untuk menurunkan emisi sangat terbantukan. Dengan pola tanam agroforestri diharapkan dapat memperoleh dua keuntungan sekaligus yaitu yaitu produksi (ekonomi) dan pelayanan lingkungan (ekologi), seperti yang dinyatakan oleh Ong dalam Suprayogo et al (2003) bahwa Sistem agroforestri dapat menggantikan fungsi ekosistem hutan sebagai pengatur siklus hara dan pengaruh positif terhadap lingkungan lainnya, dan di sisi lain dapat memberikan keluaran hasil yang diberikan dalam sistem pertanian tanaman semusim. Pengenalan Agroforestri Suksesi Alami Berkelanjutan dalam Sekolah Lapang Agroforestri sebagai salah satu pola penggunaan lahan yang mengintegrasikan antara tanaman keras dan tanaman pangan atau tanaman semusim sudah banyak diterapkan di Indonesia. Namun agroforestri yang mengacu pada sistem suksesi alami berkelanjutan mungkin belum banyak diketahui dan diterapkan di Indonesia. Adalah FORCLIME-GIZ yang tengah memperkenalkan agroforestri dengan sistem suksesi alami berkelanjutan. FORCLIME-GIZ merupakan sebuah bentuk kerjasama antara pemerintah Federal Jerman dan pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kehutanan. FORCLIME memiliki program yang mendukung pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi CO2. Melalui salah satu bidang yang ditangani yaitu Green Economy Program, FORCLIME-GIZ melaksanakan sekolah lapang suksesi agroforestri berkelanjutan di Kabupaten Malinau Kalimantan Utara pada bulan Mei 2013 lalu. Sekolah lapang ini diikuti oleh penyuluh yaitu penyuluh kehutanan pusat (Pusluh), penyuluh kehutanan Balai Taman Nasional Kayan Mentarang dan penyuluh perkebunan Kabupaten. Peserta lain yang turut
3 3 ambil bagian dalam sekolah lapang ini yaitu para petani kakao dan karet baik yang berasal dari Kabupaten Malinau sendiri maupun petani yang berasal dari luar kabupaten yaitu Kabupaten Berau dan Kabupaten Kapuas Hulu. Sekolah lapang agroforestri yang diselenggarakan oleh FORCLIME kali ini mengambil objek penerapan agroforestri pada kebun kakao dimana kebun kakao adalah salah satu perkebunan yang mendominasi di kabupaten Malinau. Bebera perkebunan kakao milik petani sudah menerapkan konsep kebun campur namun masih belum kearah agroforestri yang sesungguhnya. Sekolah lapang yang dilaksanakan selama 6 hari penuh ini sebagian besar waktunya dilaksanakan di lapangan, yaitu 5 hari di lapangan dan 1 hari di dalam kelas. Gb. 1. Penyampaian Teori dan diskusi di lapangan Gb. 2. Praktek penerapan plot contoh agroforestry Melalui fasilitator yang didatangkan langsung dari Bolivia, dengan didampingi penerjemah dari FORCLIME dan petani kakao yang memiliki keahlian dalam bidang okulasi tanaman kakao, sekolah lapang agroforestri suksesi alami berkelanjutan di kebun kakao berjalan dengan baik. Selain konsep ilmu pengetahuan agroforestri yang dimiliki oleh fasilitator, pengalaman agroforestri yang ia terapkan sendiri di kebunnya serta pengalaman penerapan agroforestri di beberapa negara lainnya juga melengkapi transfer pengetahuan yang terjadi di sekolah lapang sehingga petani kakao dari beberapa kabupaten dapat menerima teori dan praktek yang langsung disampaikan dalam sekolah lapang ini. Agroforestri dalam Hutan Rakyat Agroforestri merupakan sebuah konsep yang sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat termasuk pendidik, praktisi maupun petani yang bergelut dengan bidang kehutanan bahkan sudah banyak diterapkan dan juga menjadi salah satu program pembangunan kehutanan di Kementerian Kehutanan. Namun apakah konsep agroforestri ini
4 4 juga dapat di terima oleh pemerhati bidang pertanian? Terlepas dari hal tersebut, kegiatan penyuluhan kehutanan di lapangan tentunya sudah tidak asing lagi dengan pola tanam agroforestri. Di beberapa tempat di Pulau Jawa khususnya, agroforestri ini sudah dikenal dan diterapkan oleh para patani sejak lama dengan istilah lain yaitu kebun campur atau tumpang sari yang memadukan tanaman keras dengan tanman sayur-sayuran maupun tanaman semusim. Namun pada saat itu kebun campur/tumpang sari yang dimiliki petani sebagian besar ditanami oleh tanaman keras penghasil buah-buahan. Para petani belum banyak memahami pentingnya tanaman keras atau tanaman berkayu dalam sebuah kebun. Maraknya isu pemanasan global yang terjadi dewasa ini, memacu pemerintah dan aktivis lain di bidang kehutanan untuk menggalakkan penanaman pohon. Sehingga saat ini, agroforestri yang dikembangkan oleh petani diharapkan diselingi dengan tanaman berkayu yang tidak hanya dapat menghasilkan buah namun juga dari segi ekologis dapat menyerap lebih banyak karbon dioksida untuk menurunkan emisi. Selain itu, beberapa jenis tanaman penghasil kayu bernilai ekonomi dan banyak diminati pasar seperti jati, jabon, sengon dan akasia menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan petani untuk menanam tanaman berkayu. Melalui kegiatan pendampingan dari penyuluh kehutanan, saat ini telah banyak program-program pembangunan kehutanan seperti HR, HD, HKm dan HTR yang dikelola dengan sistem agroforestri seperti yang telah berkembang di Pulau Jawa. Pola agroforestri yang dikembangkan di pulau jawa diantaranya agroforestri sengon dengan empon-empon seperti kunyit, jahe, kapulaga, porang dan sebagainya. Namun hutan rakyat yang dikembangkan di luar pulau jawa seperti di Kalimantan Barat belum menggunakan pola agroforestri. Lahan kosong yang terhampar di sela-sela tegakan tidak dimanfaatkan oleh petani melainkan hanya ditumbuhi rumput dan gulma saja. Pola monokultur yang sebagian besar dikembangkan di Kalimantan tidak hanya terdapat pada pengembangan hutan rakyat, pengembangan kakao di Kabupaten Malinau Kalimantan Utara juga sebagian besar dikembangkan dengan pola monokultur.
5 5 Gb. 3. Hutan Rakyat dengan Pola Agroforestri Gb. 4. Hutan Rakyat dengan Pola Agroforestri Gb. 5. Hutan Rakyat Monokultur di Kubu Raya, Kalimantan Barat Gb. 6. Kebun Kakao dengan Pola Monokultur di Malinau, Kalimantan Utara Agroforestri Suksesi Alami Berkelanjutan Pola tanam agroforestri yang banyak dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia terutama di pulau Jawa saat ini memang sudah memadukan tanaman keras dengan tanaman semusim baik empon-empon, sayur mayur, maupun buah-buahan lainnya. Namun pengelolaan agroforestri ini mungkin belum banyak yang menerapkannya dengan konsep suksesi alami berkelanjutan. Agroforestri suksesi alami berkelanjutan merupakan perpaduan dari dua konsep yaitu konsep suksesi alami dan konsep berkelanjutan atau dinamis. Suksesi alami merupakan suatu proses pergantian komunitas tumbuhan atau regenerasi komunitas tumbuhan yang terjadi pada suatu kondisi hutan primer yang sudah habis. Proses regenerasi pada hutan primer yang sudah berakhir ini kemudian akan mulai ditumbuhi dengan jenis-jenis
6 6 tumbuhan primitive seperti lumut yang berangsur-angsur ditumbuhi dengan jenis yang lebih sempurna seperti rumput, liana, perdu, semak dan pohon. Diantara beberapa tipe dan jenis tumbuhan tersbut juga muncul pioner-pioner yang berasal dari benih peninggalan hutan primer yang tersisa di lantai hutan. Konsep suksesi alami ini kemudian diterapkan pada pola tanam agroforestri. Beberapa jenis tanaman dengan stratum yang berbeda mualai dari perdu, semak, liana hingga pohon dipadukan dalam pola tanam ini. Proses tumbuh kembang tanaman juga dibiarkan secara alami beregenerasi hingga mencapai kepadatan tertentu menyerupai proses suksesi alami. Namun demikian konsep ini juga tetap memerlukan pengelolaan lahan dan pemeliharaan tanaman. Konsep agroforestri berkelanjutan juga dikenal dengan istilah agroforestri dinamis (Dynamic Agroforestry Systems). Berikut adalah kaidah dasar agroforestri berkelanjutan/ dinamis: Bekerja pada keragaman jenis yang tinggi dengan siklus hidup dan strata yang berbeda Kerapatan tinggi Menutupi semua lahan kosong Bekerja dengan jenis-jenis lokal Menghargai regenerasi alam Intervensi (campur tangan) berkelanjutan dalam pemeliharaan Memahami siklus hidup jenis Mengetahui tingkatan/lapisan yang ditempati oleh jenis Mengamati secara cermat dan belajar dari perkembangan plot Berkelanjutan dalam hal ini diartikan bahwa dengan konsep agroforestri yang menyerupai bentukan hutan secara alami degan kelimpahan jenis dan strata tajuk yang lengkap dapat mempertahankan keberlangsungan hidup jenis tanaman inti dan tanaman penunjang yang menghasilkan profit ekonomi. Jika pola tanam agroforestri dikondisikan menyerupai hutan dengan berbagai jenis tanaman dari jenis pionir, sekunder 1, sekunder 2 dan 3 hingga primer, maka usia kebun agroforestri paling tidak dapat mencapai 80 tahun dengan produksi yang berkelanjutan.
7 7 Sistem Monokultur/seragam Sistem Agroforestri Dinamis Krisis dalam sistem akumulasi: wabah dan penyakit, kemiskinan jenis tumbuhan dan hara tanah Sistem kelimpahan jenis dan kepadatan/ambundance: pertumbuhan yang kompleks dan ko habitat Memperhatikan Siklus Hidup dan Strata Tajuk Setiap Jenis Tanaman Agroforestri konvensional pada prakteknya memang memadukan jenis-jenis tanaman keras dan tanaman semusim. Campuran 2 hingga 3 jenis tanaman saja sudah dapat dikatakan pola agroforestri. Berbeda dengan agroforestri suksesi alami berkelanjutan yang menerapkan sistem kelimpahan jenis hingga menyerupai hutan primer, sehingga untuk menerapkan pola ini petani harus memperhatikan siklus hidup dan strata tajuk setiap jenis tanaman. Aplikasi agroforestri ini harus membedakan setiap jenis tanaman dari silus hidup dan strata tajuknya. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang satu dengan yang lain tidak saling mengganggu dan bersinggungan (dilihat dari tajuknya) dan dapat berkelanjutan (dari segi usia tanaman). Dengan memeprhatikan siklus hidup, misal tanaman semusim dan tanaman tahunan akan memberikan hasil yang berkelanjutan secara bergantian.
8 8 Menghindari Pengelolaan Intensifikasi Pengelolaan lahan dan pemeliharaan tanaman pada agroforestri suksesi alami berkelanjutan tetap diterapkan untuk mengontrol pertumbuhan setiap jenis tanaman. Pada sistem suksesi alami ini, pengelolaan lahan sedapat mungkin tidak menggunakan pupuk kimia. Demikian juga dengan pemeliharaan tanaman yang tidak menggunakan pestisida maupun insektisida kimia. Pada dasarnya pola agroferestri sangat menghindari pengelolaan intensifikasi dengan meminimalisisr input pupuk, pestisida dan insektisida kimaiwi. Penggunaan pupuk, insektisida dan pestisida kimaiwi ini secara singkat dapat meningkatkan produktifitas lahan yang berdampak pada peningkatan produksi tanaman inti. Namun pemakaian yang terus-menerus dan berulang-ulang secara intensif dalam jangka panjang berdampak pada pemiskinan hara alami tanah. Sehingga pada waktu tertentu tanah akan melewati kapsitas kesuburannya hingga tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman termasuk dalam memproduksi buah maupun bagian lain yang diharapkan dari tanaman. Pengelolaan lahan untuk menjaga kesuburan lahan pada pola agroforestri suksesi alami ini dilakukan dengan menanam jenis-jenis tumbuhan yang berfungsi mengikat unsur nitrogen dalam tanah dan udara. Jenis tanaman ini biasanya berupa perdu dan semak. Tanaman kacang koro (Canavalia ensiformis) bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan mulsa yang mengganggu tanaman pokok. Selain itu, jenis-jenis tanaman yang mengandung potasium juga sangat berguna untuk mendukung kesuburan tanah dan kualitas lahan seperti pisang (Musa sp). Tanaman lain yang juga berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah yaitu tanaman yang mengandung pospor seperti kesumba (Carthamus tinctorius). Pengelolaan lahan dengan meniru konsep suksesi alami ini memang tidak signifikan meningkatkan produksi tanaman yang diharapkan. Namun secara berkelanjutan produksi yang tidak terlalu tinggi dapat dinikmati dalam jangka waktu yang panjang. Bagi petani sebagai pengelola lahan apa yang menjadi prioritas? Produktifitas yang melimpah dalam jangka waktu tertentu atau kontinyuitas hasil hingga batas siklus hidup tanaman berakhir secara alami? Pilihan tersebut dapat ditentukan juga dengan mempertimbangkan biaya yang digunakan untuk input pupuk dan pestisida kimia. Pengelolaan Tajuk sebagai Sumber Hara Organik dan Menghindari Penyakit Mungkin tidak banyak yang memahami bahwa tanaman juga memiliki bahasa tubuh yang ingin dimenegrti manusia sebagai pengelolanya. Berbagai tanda-tanda yang terlihat dari tanaman baik bentuk cabang yang membengkok, serangan hama pada tajuk tertentu atau dahan tertentu adalah suatu pertanda bahwa tanaman ingin diperlakukan dengan baik agar dapat tumbuh optimal.
9 9 Dalam sistem agroforestri suksesi alami berkelajutan/dinamis diterapkan pengelolaan tajuk tanaman. Prinsip pengelolaan tajuk ini adalah: Menghilangkan tajuk tanaman yang terserang penyakit; Memangkas bagian tajuk yang bersinggungan dengan tajuk tanaman lain yang sejajar; Menghilangkan bagian tajuk yang berada 1 meter diatas tajuk tanaman lain dibawahnya (jarak tajuk antar tanaman secara vertikal minimal 1 s/d 1,5 m). Jarak antar tajuk minimal 1 s/d 1,5 m Jarak antar tajuk minimal 1 s/d 1,5 m Tujuan pengelolaan tajuk ini adalah untuk mengatur jarak tajuk tanaman baik secara vertikal maupun horizontal agar tidak saling bersinggungan. Kondisi tajuk yang bersinggungan ini seringkali menimbulkan beberapa permasalahan baik serangan hama penyakit maupun pertumbuhan dahan yang tidak normal sehingga bentuk tajuk pohon tidak lazim. Selain itu, pengelolaan tajuk ini juga bertujuan untuk memeperkaya sumber bahan organik bagi tanah. Tajuk-tajuk pohon yang dipangkas tidak dibuang atau dibakar begitu saja. daun, dahan dan ranting hasil pemangkasan sengaja di letakkan disekitar tanaman pokok maupun tanaman penunjang sebagai sumber bahan organik. Dengan demikian, penggunaan pupuk kimia dapat diminimalisir bahkan hingga sama sekali tidak diperlukan dalam agroforestri ini. Jika pengelola agroforestri dapat memanfaatkan limbah tajuk ini dengan lebih baik menjadi kompos akan lebih bermanfaat lagi bagi tanaman sehingga hasil yang diharapkan dari pola tanam agroforestri dapat terus berkelanjutan.
ADA PENYULUHAN DI BALI K ANGKLUNG. Oleh : Endang Dwi Hastuti* Musik angklung merupakan kesenian tradisional asli dari Jawa Barat yang sudah dikenal
ADA PENYULUHAN DI BALI K ANGKLUNG Oleh : Endang Dwi Hastuti* Musik angklung merupakan kesenian tradisional asli dari Jawa Barat yang sudah dikenal di seluruh dunia sebagai warisan budaya Indonesia, terbuat
Lebih terperinciSINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN
SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN
Lebih terperinciAGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN
AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Lebih terperincimencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari
mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari Didukung oleh: Talaud Lestari Mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik harus segera
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari
Lebih terperinciGeografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik
Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami
Lebih terperinciGeografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hutan merupakan bagian penting di negara Indonesia. Menurut angka resmi luas kawasan hutan di Indonesia adalah sekitar 120 juta hektar yang tersebar pada
Lebih terperinci-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah
Pemberian pupuk inorganik saja memang tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik akibat erosi. Tetapi jika dikelola dengan baik, usaha ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga permukaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau
TINJAUAN PUSTAKA Agroforestri Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau peternakan dengan tanaman kehutanan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan kayu bangunan, hasil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi
TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kehidupan paling signifikan saat ini adalah meningkatnya intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya lapisan atmosfer.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi dan lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik pada masa kini maupun pada
Lebih terperinciPemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.
PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan lahan kering pada tanah milik di Desa Wukirsari umumnya dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada lahan yang sempit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan lahan dan semakin terbatasnya sumberdaya alam menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih guna hutan sering terjadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam
Lebih terperinciAGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri
AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi
Lebih terperinciKementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan
untuk peningkatan sistem agroforestri ITTO Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kerjasama dengan International
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. Berbagai jenis tanaman pangan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciMoch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013
Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Hengki Siahaan* dan Agus Sumadi* * Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan kayu bawang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) sejak pertengahan abad ke 19 telah menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah lapisan gas yang berperan
Lebih terperinciGambar 1. Lahan pertanian intensif
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.
4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya (UU RI No.41
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk meningkatkan. produktivitas lahan yang kurang produktif, meningkatkan kualitas lingkungan
A B I B PENDAHULUAN Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang kurang produktif, meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta menjamin tersedianya secara lestari bahan
Lebih terperinciLanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry 2.1.1. Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Hairiah, dkk (2003) mendefinisikan agroforestri merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi
Lebih terperinciMenengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry
Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.
TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Iklim Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara
Lebih terperinciMODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA
PKMM-1-6-2 MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA Rahmat Hidayat, M Indriastuti, F Syafrina, SD Arismawati, Babo Sembodo Jurusan Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciPEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR
PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciRENCANA AKSI MITIGASI 9S TRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TATA GUNA LAHAN
RENCANA AKSI MITIGASI 9S TRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TATA GUNA LAHAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN RENDAH EMISI KELOMPOK KERJA PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI HIJAU KABUPATEN BANYUMAS 0 1 6 Pengantar Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang mampu dan dapat diperbaharui. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya dalam berbagai aspek kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial dan budaya kepada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya
1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciRENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU
RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi
Lebih terperinciSTRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN
STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah dan Pemanasan Global Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk menyiapkan tempat persemaian, memberantas gulma, memperbaikai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi
16 TINJAUAN PUSTAKA Karbon Hutan Hutan merupakan penyerap karbon (sink) terbesar dan berperan penting dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi karbon (source). Hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam pembangunan Negara Indonesia dari dulu dan pada masa yang akan datang. Arti penting pertanian dapat dilihat secara
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN
PENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian telah menetapkan Rencana Strategis tahun 2015 2019 melalui Peraturan Menteri Pertanian nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan kumpulan pohon pohon atau tumbuhan berkayu yang menempati suatu wilayah yang luas dan mampu menciptakan iklim yang berbeda dengan luarnya sehingga
Lebih terperinciEkologi Padang Alang-alang
Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batu Bara Kegiatan penambangan merupakan proses ekstraksi bahan mineral yang bernilai ekonomis dari lapisan bumi demi memenuhi kebutuhan manusia (Gregory, 1983 disitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan milik masyarakat berangsur-angsur menjadi pemukiman, industri atau usaha kebun berorientasi komersil. Karena nilai ekonomi lahan yang semakin meningkat maka opportunity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya
Lebih terperinciPERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Ari Wibowo ariwibowo61@yahoo.com PUSLITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN SEMINAR NASIONAL
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai
Lebih terperinciStudi kasus (lanjutan)
Studi kasus (lanjutan) 25 A. Air drainasi keluar dari kedalaman tanah.8 m Air drainasi (mm) 2 15 1 5 pemupukan urea-n 6 kg ha -1 dan pemangkasan gliricidia tanam kacang tanah dan pemangkasan peltophorum
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
19 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebun campuran sebagai salah satu contoh sistem agroforestry kompleks merupakan suatu sistem pemanfaatan lahan berbasiskan pada pengetahuan tradisional masyarakat yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRY DI DESA AKE KOLANO KECAMATAN OBA UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN.
STUDI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRY DI DESA AKE KOLANO KECAMATAN OBA UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN Khaerul Anwar 1, Rima Melati 2 dan Asiah Salatalohy 2 1 Alumnus Fapertahut Universitas Nukku
Lebih terperinciAGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI
AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI Nursanti, Fazriyas, Albayudi, Cory Wulan Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Jambi email: nursanti@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciKERANGKA PIKIR PENELITIAN DAN HIPOTESIS. Referensi menunjukkan, bahwa keberadaan agroforestri mempunyai peran
69 III. KERANGKA PIKIR PENELITIAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Referensi menunjukkan, bahwa keberadaan agroforestri mempunyai peran dan berkontribusi penting sebagai sumber nafkah utama
Lebih terperinciOleh: ANA KUSUMAWATI
Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari
Lebih terperinciPENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO 2016 PENDAHULUAN
Lebih terperinciApa itu Agroforestri?
Apa itu Agroforestri? Apa itu Agroforestri? Apa itu Agroforestri? @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Operation Wallacea Trust, 2. Fransiskus Harum, consultant of Royal Danish Embassy in Jakarta DANIDA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman perubahan iklim sangat menjadi perhatian masyarakat dibelahan dunia manapun. Ancaman dan isu-isu yang terkait mengenai perubahan iklim terimplikasi dalam Protokol
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis rumputan (graminae) yang mempunyai batang tunggal dan kemungkinan dapat memunculkan cabang anakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati dan didominasi pepohonan dengan tiga fungsi utama, yaitu : a) konservasi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan hutan dan ekosistem didalamnya sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa di atas tanah dan di bawah tanah mempunyai peranan penting untuk menjaga keseimbangan
Lebih terperinciKomponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.
MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari
Lebih terperinciLaboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Inilah Gambaran Peternak Dalam Mencari Hijauan Bagaimna Penanaman Rumput Pada Peternak Ruminansia Bagaimna Penanaman Rumput
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan taman nasional yang ditunjuk berdasarkan SK Menhut No 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan
Lebih terperinciPemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.
Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain
Lebih terperinciBAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri 2.1.1 Definisi agroforestri Dalam Bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri dan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama
Lebih terperinciPertanian Berkelanjutan untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Pertanian Indonesia
Pertanian Berkelanjutan untuk Mengoptimalkan Sumber Daya Pertanian Indonesia Delvi Violita Ekowati Abstrak Tanaman merupakan sumber daya hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Pemanfaatan sumber daya tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi
Lebih terperinci