Pembukaan. Akar Persoalan Lingkungan Hidup
|
|
- Hendra Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 Pembukaan Enam puluh delapan tahun sejak kemerdekaan diproklamirkan oleh para pendiri bangsa, perjalanan menuju negara- bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 masih jauh dari harapan, bahkan harus menempuh jalan yang terjal. Dekade- dekade pembangunan yang dimulai sejak Orde Baru harus dibayar dengan akumulasi berbagai krisis multidimensional - - krisis politik, ekonomi, sosial- budaya, dan ekologis. Pembangunan dilakukan dengan mengeruk kekayaan alam dan mengeksploitasi tenaga- tenaga rakyat yang berujung pada kemiskinan struktural, kesenjangan sosial serta kerusakan lingkungan hidup. Akar Persoalan Lingkungan Hidup Akumulasi pengerukan kekayaan alam dan penghisapan tenaga- tenaga rakyat telah menyebabkan terjadinya berbagai krisis yang sulit dipulihkan. Krisis- krisis ini pada gilirannya telah mengancam kelangsungan sumber- sumber kehidupan rakyat dan mengakibatkan bencana ekologis di seluruh penjuru nusantara. Krisis politik- ekonomi terjadi karena pemerintah dan wakil- wakil rakyat sejatinya tidak lagi mengemban amanat dan mewakili kepentingan rakyat banyak. Pemerintah dan wakil- wakil rakyat membuat berbagai produk kebijakan yang memberikan jalan mulus bagi korporasi untuk menguasai hajat hidup orang banyak, dan semakin memarjinalkan kelompok- kelompok masyarakat yang jauh dari akses kekuasaan. Kekuatan politik uang telah membunuh demokrasi, dimana elit politik adalah juga elit ekonomi sehingga demokrasi dikorbankan untuk mewujudkan kekuasaan politik yang di dalamnya bersemayam kepentingan penguasaan ekonomi. Kekayaan negara hanya dikuasai oleh segelintir orang dan korporasi. Korporasi multinasional raksasa menggunakan kekuatan politik pemerintah negara asalnya untuk menekan pemerintah Indonesia agar dapat melakukan ekspansi modal dan pengerukan keuntungan semaksimal mungkin dari kekayaan alam dan tenaga- tenaga rakyat Indonesia. Pemberian ijin dan kontrak- kontrak konsesi skala besar kepada korporasi multinasional asing dan domestik secara sistematis menghilangkan aset produksi rakyat dan menghancurkan sistem ekonomi rakyat. Privatisasi dan pengambilalihan penguasaan perusahaan negara yang menguasai hajat hidup orang banyak oleh korporasi multinasional asing dan domestik semakin menjauhkan rakyat dari akses terhadap layanan sosial dasar yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara untuk memenuhinya. Krisis sosial budaya terjadi karena proyek- proyek pembangunan dan perluasan modal telah meluluhlantakan basis sosial dan kebudayaan rakyat di seluruh penjuru nusantara. Konflik sosial antara rakyat dan negara, antara rakyat dan pemodal, juga antara rakyat dan rakyat semakin marak dan kompleks serta tak terselesaikan. Ambruknya sistem kebudayaan rakyat menjadikan rakyat tak mampu melakukan reproduksi sosial bagi keberlanjutan kehidupan generasi mendatang. Platform Politik Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia: Saatnya Rakyat Memilih Keadilan Ekologis! 2
3 Krisis ekologis terjadi karena negara, pemodal dan ilmu pengetahuan telah mereduksi alam menjadi onggokan komoditas yang bisa direkayasa untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Monokulturisasi tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan telah menghancurkan fungsi- fungsi ekologis dan habitat- habitat alami flora dan fauna, serta menghilangkan keragaman hayati yang merupakan kekayaan alam nusantara yang tak ternilai harganya. Hilangnya keseimbangan alam yang diperparah dengan dampak perubahan iklim global pada gilirannya mengakibatkan bencana ekologis seperti kebakaran hutan dan lahan, banjir, tanah longsor, pencemaran air dan udara serta krisis air bersih. Bencana ekologis menjadi peristiwa sepanjang tahun yang harus dialami oleh rakyat, dimana perempuan, anak- anak, serta kelompok marjinal lainnya menjadi kelompok masyarakat yang paling menderita dampak terbesarnya. Pelemahan dan penghilangan peran- peran dasar negara dalam melindungi warga negaranya seperti yang kita alami saat ini adalah salah satu ciri paham neoliberalismae. Paham neoliberalisme adalah satu ideologi yang diturunkan dalam serangkaian kebijakan ekonomi yang membuat si kaya semakin berkuasa dan si miskin kian melarat. Intisari gagasan ini adalah memperkuat peran pasar dengan cara membebaskan perusahaan- perusahaan privat dari kontrol negara tanpa peduli berapa besar kerugian sosial- ekologis yang diakibatkan kebijakan ini. Paham ini bisa diidentifikasi dalam berbagai produk kebijakan yang pada intinya melakukan pemangkasan layanan sosial dasar dan kesejahteraan seperti pendidikan, kesehatan, dan air bersih, perombakan hukum dan peraturan negara yang dianggap menghambat keuntungan sektor privat - - seperti peraturan perburuhan dan lingkungan hidup, serta privatisasi badan- badan usaha milik negara, barang dan jasa kepada para pengusaha swasta. Privatisasi sumber- sumber kehidupan rakyat telah menghilangkan peran dan tanggung jawab negara untuk melindungi dan memenuhi hak- hak dasar dan keselamatan rakyat. Kondisi ini memaksa rakyat jelata mencari solusi sendiri atas masalah pelayanan kesehatan, pendidikan dan keamanan sosial dasarnya. Paham neoliberalisme bertumpu pada tiga hal fundamental, yakni perdagangan bebas barang dan jasa (dengan organisasi perdagangan bebas WTO sebagi pendorong utamanya), perputaran modal yang bebas, dan kebebasan berinvestasi. Pada umumnya, paham neoliberalisme dirancang bagi kaum pemenang bukan bagi kaum pemilih. Sehingga paham ini mengubah peta politik secara fundamental - - siapa menguasai apa, dan siapa saja yang memperoleh keuntungan dari situasi tersebut. Platform Politik Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia: Saatnya Rakyat Memilih Keadilan Ekologis! 3
4 Saatnya Pemilih Bersuara: Gerakan Lingkungan Hidup dan Agenda Perubahan Politik Lingkungan Hidup Berbagai krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia mencerminkan defisit kedaulatan politik- ekonomi serta absennya keadilan sosial- ekologis - - baik keadilan didalam satu generasi (intra- generasi) maupun keadilan antar- generasi. Dan kondisi- kondisi tersebut di atas berujung pada kemiskinan struktural dan kesenjangan sosial. Defisit kedaulatan ini nampak dalam fenomena semakin hilangnya hak menentukan nasib sendiri, baik di tataran negara- bangsa maupun di tataran satuan- satuan politik yanglebih kecil, seperti tataran desa, bahkan keluarga. Sedangkan defisit keadilan adalah narasi tentang ketimpangan distribusi manfaat dari tanah, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, baik intra maupun antar- generasi. Defisit kedaulatan dan keadilan yang bermuara pada kemiskinan struktural dan kesenjangan sosial dalam masyarakat merupakan hasil pergeseran relasi antara negara, modal, dan rakyat. Di satu sisi posisi rakyat semakin terpinggirkan, sedangkan posisi modal dengan korporasi sebagai entitasnya semakin dominan dengan dukungan negara. Negara memberikan akses yang sangat besar kepada modal untuk menguasai sumber- sumber kehidupan- - tanah, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, melalui kebijakan deregulasi, liberalisasi, dan privatisai. Hak Menguasai Negara kemudian dimanipulasi untuk sebesar- besarnya akumulasi modal dan keuntungan korporasi, bukan sebesar- besarnya kesejahteraan rakyat. Kedaulatan rakyat yang sejati haruslah dibangun berdasarkan kerangka kedaulatan dan kemandirian dalam penguasaan dan pengelolaan sumber- sumber kehidupan rakyat atau basis material yang menjadi pondasi tata kemasyarakatan dan negara. Penguasaan dan pengelolaan sumber- sumber kehidupan rakyat haruslah berlandaskan semangat BERDIKARI berdiri di atas kaki sendiri, dan kekuatan daya kreasi rakyat secara kolektif di tingkat lokal. Hak Menguasai Negara atas cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak akan memiliki legitimasi apabila didedikasikan kepada kepentingan hak asasi warga negaranya. Kepentingan rakyat atau hak asasi rakyat harus dijadikan sarana utama dan tujuan akhir dari Hak Menguasai Negara. Dengan demikian, maka peran modal bersifat sekunder dan komplementer, bukan substitusi pengelolaan oleh rakyat. Sedangkan kunci utama untuk mewujudkan keadilan sosial dan ekologis adalah pemerataan alokasi dan distribusi sumber daya sosial, lingkungan hidup (alam) yang berlangsung dari tingkat lokal, nasional hingga tingkat global. Hal ini untuk menjamin pemihakan yang kuat terhadap kelompok terlemah di dalam masyarakat, jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, lingkungan hidup yang sehat, adanya jaminan bagi semua warga negara memiliki kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupan pribadi, sosial, dan tanggung jawab sosial dan ekologisnya, serta memastikan generasi yang akan datang menikmati hak yang sama. Persoalan lingkungan hidup bukan lagi sebatas persoalan rendahnya kesadaran masyarakat dan kelemahan kebijakan negara, namun semuanya berakar pada kuasa korporasi yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah dan wakil- wakil rakyat. Biang persoalan lingkungan hidup, masa depan Planet Bumi dan keselamatan rakyat yang hidup di dalamnya adalah sistem politik- ekonomi neoliberal yang mencari keuntungan sebanyak- banyaknya dengan mengorbankan lingkungan hidup. Platform Politik Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia: Saatnya Rakyat Memilih Keadilan Ekologis! 4
5 Oleh karenanya, gerakan lingkungan hidup tidak bisa lagi hanya bergerak pada tindakan penyelamatan alam semata, namun juga harus menuju akar penyebab dari berbagai krisis multidimensional tersebut di atas, bersama- sama dengan gerakan sosial dan demokrasi lainnya. Gerakan lingkungan hidup harus masuk ke tengah- tengah persoalan dunia yang semakin rumit dan kompleks, karena persoalan lingkungan hidup bukan lagi persoalan pinggiran, melainkan menjadi persoalan inti bagi keberlanjutan kehidupan negara- bangsa yang menghuni di seantero kepulauan nusantara. Gerakan lingkungan hidup harus menyatukan langkah mendorong terwujudnya kedaulatan politik- ekonomi serta keadilan sosial- ekologis yang sejati. Ada lima agenda perubahan yang didorong gerakan lingkungan hidup untuk mewujudkan hal di atas: 1. Pengembalian Mandat Negara sebagai Benteng Hak Asasi Manusia dengan Peran- peran Perlindungan, Pencegahan, dan Promosi Pembukaan UUD 1945 menegaskan bahwa Negara Republik Indonesia didirikan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukankesejahtaraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakanketertibandunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Lebih lanjut lagi, secara khusus, di dalam UUD 1945 terjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28 G ayat 1: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahirdan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan." Maka dari itu, Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia harus memilih pemerintahan ke depan yang: Memiliki agenda eksplisit untuk melakukan perlindungan, promosi dan pencegahan pelanggaran hak asasi manusia baik hak sipil politik, hak sosial- ekonomi- budaya, maupun hak atas lingkungan hidup. Bersih dari jejak kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia baik hak sipil politik, hak sosial- ekonomi- budaya, maupun hak atas lingkungan hidup, termasuk bersih dari jejak dan kasus konflik sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Bebas dari jejak- jejak dan praktik- praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan negara dalam memenuhi hak asasi warga negara 2. Penataan Ulang Relasi antara Negara, Modal, dan Rakyat Dengan menempatkan negara sebagai benteng Hak Asasi Manusia, maka dalam penataan ulang relasi negara, modal, dan rakyat, terutama dalam perekonomian,rakyat harus ditempatkan sebagai aktor utama. Dan untuk mendekatkan kepentingan negara dengan kepentingan rakyat yangberagam dan spesifik menurut karakteristik politik, ekonomi, sosial, budaya,serta kondisi alamnya, maka hak menguasai negara harus didesentralisasikan ke tingkatkesatuan politik yang lebih kecil - - bahkan hingga tingkat desa atau komunitas. Hak MenguasaiNegara juga harus dikontrol, baik oleh wakil- wakil rakyat di parlemen maupun melalui mekanisme- Platform Politik Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia: Saatnya Rakyat Memilih Keadilan Ekologis! 5
6 mekanisme demokrasi langsung. Demokrasi langsung menjadi penting karena wakil- wakil rakyat atau partai- partai politik saat ini masih diragukan dalam hal akuntabiltias dan representasinya. Maka dari itu, Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia harus memilih pemerintahan ke depan yang memiliki Melakukan pembaruan agraria dengan prioritas untuk menyediakan lahan bagi rakyat miskin Memperluas penguasaan, akses dan kontrol rakyat dan komunitas atas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup; Melakukan pembatasan penguasaan sumberdaya alam oleh korporasi, baik sendiri- sendiri secara luasan, maupun persentase secara keseluruhan; Meninjau kembali kebijakan privatisasi perusahaan- perusahaan negara yang menguasai hajat hidup orang banyak, dan memastikan perlindungan dan pemenuhan layanan sosial dasar rakyat oleh negara; 3. Penyelesaian Konflik Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Model pembangunan yang diimplementasikan selama ini telah meninggalkan berbagai konflik penguasaan ruang dan lahan, akibat tidak diakuinya hak masyarakat dan komunitas atas tanah dan sumberdaya alam. Akibat model pembangunan semacam ini terjadi kesenjangan dan ketidakadilan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Penyelesaian berbagai konflik sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan prasyarat penting untuk bisa melakukan reformasi kebijakan dan kelembagaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat dan pemenuhan hak generasi yang akan datang. Maka dari itu, Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia harus memilih pemerintahan ke depan yang memiliki Menyelesaikan secara adil konflik sumberdaya alam dan lingkungan hidup dan mengantisipasi konflik sumberdaya alam dan lingkungan hidup agar tidak terjadi di masa yang akan datang, baik dengan pembentukan lembaga negara khusus untuk penyelesaian konflik maupun kebijakan pendukung lainnya Mewujudkan keadilan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup 4. Pemulihan Keseimbangan Ekologis dan Perlindungan Lingkungan Hidup Kegentingan ekologis adalah situasi kegentingan yang diakibatkan hilangnya keseimbangan ekologis, di mana ekosistem setempat maupun global kehilangan daya tampung dan daya dukung untuk tidak menanggung pencemaran maupun perusakan yang diakibatkan oleh aktifitas manusia maupun proses alamiah. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim global semakin memperparah kondisi warga masyarakat yang secara struktural sudah termarjinalisasi, seperti kelompok petani dan nelayan kecil dan tradisional, masyarakat adat dan masyarakat lokal serta perempuan dan anak- anak. Hal ini lebih lanjut mengancam kedaulatan warga atas kebutuhan dasarnya, seperti pangan, air dan energi. Platform Politik Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia: Saatnya Rakyat Memilih Keadilan Ekologis! 6
7 Maka dari itu, Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia harus memilih pemerintahan ke depan yang memiliki Mengurangi resiko bencana ekologis dengan memulihkan dan melindungi fungsi lingkungan hidup dan ekosistem, dan mencegah terjadinya pencemaran maupun perusakan lingkungan hidup Mengatasi secara konsisten dan serius berbagai dampak perubahan iklim, seperti melakukan upaya adaptasi dan penurunan emisi gas rumah kaca, baik dari sektor energi, transportasi maupun perubahan penggunaan lahan dan hutan Mewujdukan keadilan pangan dan air dengan menghentikan konversi lahan pangan menjadi peruntukan lain, dan mencegah terjadinya praktik- praktik privatisasi sumber- sumber air maupun pencemaran dan perusakan sumber- sumber air. Mewudjukan keadilan energi dengan mendorong otonomi dan desentralisasi produksi energi yang berasal dari potensi lokal yang aman, bersih, dan berasal dari sumber- sumber energi terbarukan. Mewujudkan keadilan pemanfaatan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat baik bagi generasi saat ini maupun generasi yang akan datang, dengan memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup. 5. Penyelesaian Persoalan Utang Luar Negeri, Mengembangkan Kemandirian, dan Basis Perekonomian Rakyat Saat ini, beban utang luar negeri serta ketergantungan terhadap utang luar negeri telah memasuki stadium kritis, karena telah menyebabkan defisit kedaulatan.utang luar negeri telah dijadikan alat oleh negara- negara kreditor dan lembaga- lembagakeuangan internasional untuk mendiktekan kebijakan- kebijakan di bidangperekonomian yang menguntungkan perusahaan- perusahaan transnasional. Melalui tema- tema deregulasi, liberalisasi, dan privatisasi yang merupakan turunan paham neoliberalisme, negara memberikan atau dipaksa memberikan akses yang sangat besar kepada kepentingan modal internasional untuk menguasai cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, serta atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Tidak saja akses rakyat yang semakin marjinal, tetapi juga pemerintah ditekan untuk menurunkan standar keamanan dan regulasi lingkungan hidup. Maka dari itu, Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia harus memilih pemerintahan ke depan yang memiliki Melepaskan ketergantungan terhadap utang luar negeri dan mengutamakan penyiapan prasarana bagi potensi wirausahawan (entreprenuer) lokal dan potensi ekonomi rakyat. Menuntut pihak- pihak kreditor untuk menghapuskan utang- utang lama yang dikorupsi oleh rezim Orde Baru serta proyek utang luar negeri yang telah merampas hak- hak rakyat dan menghancurkan lingkungan hidup. PULIHKAN INDONESIA UNTUK KESELAMATAN DAN KEDAULATAN RAKYAT!!! - - o0o- - Platform Politik Gerakan Lingkungan Hidup Indonesia: Saatnya Rakyat Memilih Keadilan Ekologis! 7
Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon
Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciRESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO
RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta memiliki nilai sosio-kultural dan pertahanan keamanan. Secara ekonomi tanah merupakan aset (faktor)
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN
BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN 2011-2015 5.1. Visi Paradigma pembangunan moderen yang dipandang paling efektif dan dikembangkan di banyak kawasan untuk merebut peluang dan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK
PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciPRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2
PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Materi ke 2 Program pascasarjana ITATS PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pertama, pemerataan dan keadilan sosial. Harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciBAB VI LANGKAH KE DEPAN
BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki
Lebih terperinciBAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang
Lebih terperinciPENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA
PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komunitas mengubah ekosistem hutan atau lahan kering menjadi sawah adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengkaji permasalahan tentang fungsi lahan sawah terkait erat dengan mengkaji masalah pangan, khususnya beras. Hal ini berpijak dari fakta bahwa suatu komunitas
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI
Lebih terperinciMengenang Salim Kancil Kaum Tani, Menuju Bangkit dari Keterpurukan!
Mengenang Salim Kancil Kaum Tani, Menuju Bangkit dari Keterpurukan! 05-12-2016-11:02 Views: 35.21k TIMESINDONESIA, MALANG NASIB kaum tani di negeri ini nyaris lekat dengan keterpurukan. Tak hanya profesi
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Landasan konstitusional konsepsi keadilan sosial dalam. pengelolaan pertambangan adalah Pasal 33 UUD Secara
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsepsi keadilan mengenai penguasaan dan penggunaan kekayaan alam yang terkandung dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah keadilan sosial. Landasan konstitusional
Lebih terperinciPenataan Kota dan Permukiman
Penataan Kota dan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana Pembelajaran dari Transformasi Pasca Bencana Oleh: Wiwik D Pratiwi dan M Donny Koerniawan Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan
Lebih terperinciLaporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN
BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB IV DUKUNGAN POLITIK DAN KEBIJAKAN
BAB IV DUKUNGAN POLITIK DAN KEBIJAKAN 173 174 DUKUNGAN POLITIK DAN KEBIJAKAN Apabila dirunut ke belakang, arah dan pola pengembangan sektor pertanian sangat ditentukan oleh kebijakan rejim yang berkuasa.
Lebih terperinciAGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA
AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem
Lebih terperinciPROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN
PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Lebih terperinci5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG
Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016
RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA
Lebih terperinciRumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA
Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan rejim ekonomi politik di Indonesia yang terjadi satu dasawarsa terakhir dalam beberapa hal masih menyisakan beberapa permasalahan mendasar di negeri ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Macklin (2009), pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciForum Pemuda FPKE Tuntut Pemerintah Ambil Alih MIGAS. Oleh : Arifin Selasa, 29 Oktober :22
KOPI - Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda (28/10) Forum Pemuda Untuk Kedaulatan Energi (FPKE) mengadakan deklarasi di Gedung Juang 45, Jl.Menteng Raya No.31, Jakarta Pusat. Forum Pemuda yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciPidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan
Lebih terperinci5. Distribusi Distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat.
I. Pengertian Politik, Strategi, dan Polstranas A. Pengertian Politik Kata politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani politeia, yang akar katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang Undang nomor 22 tahun 1999 dan telah direvisi menjadi Undang Undang nomor 32 tahun 2004 telah membawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)
Lebih terperinciWulansari Budiastuti, S.T., M.Si.
Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Sistem ekonomi demokrasi pancasila Kajian ilmiah tentang
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang
134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009
Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, 8-12-09 Selasa, 08 Desember 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY DI GEDUNG MERDEKA,
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2
PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN 2010 2014 1 Ignatius Mulyono 2 1. Misi mewujudkan Indonesia Aman dan Damai didasarkan pada permasalahan bahwa Indonesia masih rawan dengan konflik.
Lebih terperinciYang Terhormat: Sulawesi Tengah
SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN MAKASSAR, 26 AGUSTUS 2015
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya
177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM GUNAWAN SASMITA DIREKTUR LANDREFORM ALIANSI PETANI INDONESIA JAKARTA 10 DESEMBER 2007 LANDASAN FILOSOFI TANAH KARUNIA TUHAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham demokrasi, sehinggga semua kewenangan adalah dimiliki oleh rakyat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor kepuasan kerja dijelaskan oleh Umam (2010) bahwa terdapat dua indikator yaitu adanya ciri-ciri instrinsik dan ekstrinsik dari suatu pekerjaan yang menentukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender
XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 5
Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing
Lebih terperinciPIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN
PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN 2009-2014 Atas berkat Rahmat Allah SWT, Para penandatangan piagam kerjasama telah sepakat untuk membentuk koalisi berbasis platform
Lebih terperinciKondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM
Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan
Lebih terperinciPERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001
PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992
Lebih terperinciTitle? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT
Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...
Lebih terperinciAgenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur
IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciSAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016
MENTERI DALAM NEGERI SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 Disampaikan oleh : MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jambi, 7 April
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan atau perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciGreen Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati *
Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 27 Januari 2016; disetujui: 03 Februari 2016 Indonesia merupakan negara yang kaya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan
Lebih terperinci6HUL'HEDW 3HPEDQJXQDQ Kasus Indonesia
Laporan Lokakarya LPEM-FEUI 6HUL'HEDW 3HPEDQJXQDQ Kasus Indonesia Laporan Lokakarya dari Lembaga Penelitian SMERU, Dengan dukungan dari AusAID Dan Ford Foundation. Jakarta, Juli 2001 Temuan, pandangan
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI. Disampaikan oleh : Surabaya, 14 April 2015
MENTERI DALAM NEGERI SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 Disampaikan oleh : MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Surabaya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lebih jauh lihat diakses pada 15 October WIB.
1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah di bidang desentralisasi dan otonomi daerah dimulai sejak keluarnya UU No.22/1999 yang kemudian direvisi menjadi UU 32/2004 yang isinya memuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri. Penulis melakukan penelitian studi komparatif sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
Lebih terperinciMENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER
MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER Dian Kartikasari, Seminar Nasional, Perempuan dan SDG, Koalisi Perempuan Indonesia, Jakarta, 20 Januari 2016 SDG SDG (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan
Lebih terperinciVISI, MISI, DAN TUJUAN RPJMD
VISI, MISI, DAN TUJUAN RPJMD 2016-2021 Visi RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021 merupakan Visi Kepala Daerah Kabupaten Purbalingga terpilih yang disampaikan pada saat Pemilihan Kepala Daerah. Pedoman
Lebih terperinciANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2004 2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Ekonomi Jurusan Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas
Lebih terperinciperkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada
ix B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan utama dari materi mata kuliah Perekonomian Indonesia yang ditawarkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Mata
Lebih terperincidibidang pangan dan energi yang dirancang secara holistik tanpa mengesampingkan hak-hak manfaat mendasar bagi penduduk lokal/adat didaerah
BAB V Kesimpulan MIFEE merupakan turunan dari sebuah proyek besar yang dirumuskan diabwah kewenangan Kementerian Pertanian, yang merancang kegiatan usaha budidaya tanakan dalam skala luas (> 25 ha) atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan
Lebih terperinciGrafik 1. Area Bencana
Untuk mendapatkan gambaran awal sejauh mana masyarakat Indonesia sadar akan isuisu lingkungan dan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dalam jangka panjang, pada penghujung tahun 2013, WWF-Indonesia
Lebih terperinciRANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN TAHUN 1. Perlunya memajukan pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan kelautan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia di antara Negara-negara Asociation of South Asean Nation (ASEAN) paling tinggi. Banyak sarjana di Indonesia berstatus
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)
KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) I. Pernyataan Tujuan A. Perubahan iklim menimbulkan tantangan dan resiko global terhadap lingkungan dan ekonomi, membawa dampak bagi kesehatan manusia,
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR
STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hutan merupakan bagian penting di negara Indonesia. Menurut angka resmi luas kawasan hutan di Indonesia adalah sekitar 120 juta hektar yang tersebar pada
Lebih terperinciKEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA
PLATFORM BERSAMA KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PENYELAMATAN HUTAN INDONESIA DAN IKLIM GLOBAL KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA KELOLA SDA DAN LINGKUNGAN YANG MELAMPAUI KARBON Kami, jaringan masyarakat sipil
Lebih terperinciKONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Seminar DEMOKRASI UNTUK
Lebih terperinciBAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan
BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan investasi di Indonesia jika ditinjau dari perspektif demokrasi ekonomi, yaitu: Pertama, UU 25/2007 telah
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi Daerah sebagai wujud dari sistem demokrasi dan desentralisasi merupakan landasan dalam pelaksanaan strategi pembangunan yang berkeadilan, merata, dan inklusif. Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciRINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )
Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460
Lebih terperinciRINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1
Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166
Lebih terperinciEkonomi Kerakyatan dan Subversi Neokolonialisme
Ekonomi Kerakyatan dan Subversi Neokolonialisme Ekonomi Kolonial Kolonialisme Soal jajahan adalah soal rugi atau untung; soal ini bukanlah soal kesopanan atau soal kewajiban; soal ini ialah soal mencari
Lebih terperinciMenakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- POINTERS Dengan Tema : Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri OLEH : WAKIL KETUA MPR RI HIDAYAT NUR
Lebih terperinciDEWAN PIMPINAN PUSAT PARTAI RAKYAT BERDAULAT
MANIFESTO POLITIK Salam Rakyat Berdaulat Salam dari Rakyat Oleh Rakyat dan Hanya Untuk Rakyat Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang diperjuangkan dan diproklamirkan oleh pendiri bangsa pasti diorientasikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM
KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM Disampaikan Oleh: Drg. Ida Suselo Wulan, MM Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Lebih terperinci