BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. penting, karena Indonesia merupakan produsen dan eksportir kelapa sawit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. penting, karena Indonesia merupakan produsen dan eksportir kelapa sawit"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perkebunan kelapa sawit saat ini mempunyai arti yang sangat penting, karena Indonesia merupakan produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar ke dua di dunia setelah Malaysia. Lapangan kerja sektor perkebunan sawit menjadi tumpuan hidup bagi lebih dari 10 juta orang baik itu pegawai honor, kontrak dan petani perkebunan inti rakyat (Yursal, 2011). Jumlah industri yang bergerak disektor perkebunan kelapa sawit di provinsi Kalimantan Barat sebanyak 352 perusahaan (Salman, 2011). Pekerja pemanen kelapa sawit dalam berkerja membutuhkan aktifitas fisik yang berat seperti mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, memindah beban dengan tangan yang dikenal dengan manual material handling. Kegiatan material handling pada pekerja buruh pelabuhan, mengakibatkan 69,4% mengalami gangguan muskuloskeletal (Triwibowo, et al., 2008). Gangguan muskuloskeletal adalah penyakit akibat kerja. Menurut Suma mur (1995), penyakit akibat kerja diantaranya diakibatkan oleh faktor ergonomi, yaitu cara kerja (posisi kerja) dan peralatan kerja. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan (Oktober 2011 dan Januari 2012) di perkebunan kelapa sawit daerah Kabupaten Ngabang Provinsi

2 2 Kalimanatan Barat, alat kerja, cara kerja dan posisi kerja kegiatan memanen kelapa sawit adalah sebagai berikut: Alat Kerja (Engrek) Alat kerja yang digunakan untuk memanen pohon kelapa sawit yang tinggi (lebih dari 5 meter) dengan alat yang disebut engrek. Berbentuk pisau seperti arit yang diberi batangan sesuai dengan ketinggian pohon kelapa sawit yang akan dipanen. Pisau ada yang terbuat dari besi tempa biasa dengan campuran baja, sehingga kurang keras/kuat dan tajam. Berat pisau engrek kira-kira 1 kg sehingga perlu dikurangi. Pisau tidak diberi sarung, sehingga berisiko saat dibawa pergi dan pulang kerja serta saat penyimpanan. Batangan engrek ada yang terbuat dari kayu, bambu, pipa besi dan pipa almunium. Sehingga batangan engrek ada yang ringan dan ada yang berat. Diameter ada yang besar dan kecil, hal ini berpengaruh pada genggaman tangan. Batangan licin pada musim hujan atau jika kena air atau keringat karena permukaan batangan halus dan tidak diberi bantalan. Memanen untuk pohon sawit yang tinggi diperlukan batangan yang panjang, sehingga batangan perlu disambung. Sambungan antara batangan dengan batangan ada yang menggunakan tali atau ban dalam bekas. Cara mengikat sambungan jika tidak benar dan tidak kuat, maka sambungan akan lepas. Panen terganggu dan bahkan mengakibatkan kecelakaan. Menggunakan batangan besi dan batangan almunium menggunakan klep penyambung.

3 Cara Kerja dan Posisi Kerja Cara menggunakan alat panen engrek, yaitu dengan gerakan menarik ke bawah yang sepenuhnya mengandalkan tenaga manusia yaitu memerlukan tenaga otot tangan, sehingga akan berdampak adanya tekanan/gaya pada otot tangan yang berlebihan. Tenaga yang dibutuhkan lebih besar, jika pisau engrek tidak tajam/tumpul. Batangan engrek berat dan licin, sehingga tenaga kerja harus berulang kali menarik engrek agar tangkai tandan kelapa sawit bisa putus. Penggunaan alat kerja yang tidak tajam/tumpul memerlukan tenaga 10 kali lipat (CCOHS, 2005). Posisi kaki saat berdiri memegang alat engrek ada yang tegak, ada yang tidak. Kaki ada yang sejajar dan ada yang tidak sejajar. Ada yang sebelah kanan atau kiri yang di depan. Kaki terbuka ada yang terlalu lebar dan ada yang tidak, sehingga berdampak pada keseimbangan tubuh pada bidang tumpu, kekuatan dan ketahanan kaki waktu berdiri. Genggaman tangan pada batangan engrek jaraknya berdekatan atau ada yang berjauhan, gerakan tangan dilakukan berulang. Alat cukup berat (> 5 kg) dan durasinya lama. Hal ini dapat menyebabkan inflamasi pada tenosinovium dan dua tendon yang berada di ibu jari pergelangan tangan. Gangguannya disebut de quervains tenosynovitis, dengan gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah. Carpal tunnel syndrome juga dapat terjadi, yaitu merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang disebabkan penekanan pada saraf median.

4 4 Posisi lengan ke atas atau maju ke depan dan menahan beban dapat menyebabkan saraf dan pembuluh darah antara tulang selangka dan rusuk pertama tertekan. Hal ini mengakibatkan thoracic outlet syndrome, merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan dan mati rasa. Posisi siku membentuk sudut karena tangan dalam posisi membengkok (fleksi). Posisi ini dilakukan > 2 kali per menit karena memanen dengan engrek umumnya 5 kali tarikan baru tandan buah segar (TBS) kelapa sawit putus. Hal ini dapat terjadi tennis elbow, yaitu suatu keadaan peradangan tendon ekstensor yang disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor. Mengarahkan pisau engrek ke TBS, posisi punggung dan badan miring ke depan ada yang lebih dari 20 derajat dan posisi bahu terangkat agar posisi pisau tepat pada batang TBS. Menarik engrek punggung miring ke belakang dapat terjadi penekanan pada diskus tulang belakang, bisa mengakibatkan low back pain, apabila ada penekanan pada daerah lumbal. Menggunakan engrek dengan cara menarik ke bawah. Aktivitas menarik membutuhkan tenaga yang besar apalagi jika alat tidak baik dan tajam, sehingga berakibat peregangan otot yang berlebihan. Sebelum memanen TBS terlebih dahulu memotong pelepah sawit agar tidak menghalangi tangkai TBS. Menarik engrek ke bawah dilakukan berulang-ulang (repetitive motion). Gerakan berulang ini tertumpu pada anggota gerak atas membebani otot dan tulang belakang. Pemanen membutuhkan waktu lama karena gerakannya

5 5 berulang-ulang, sehingga berdampak pada lamanya paparan yang diterima oleh otot. Kepala menengadah ke atas (overhead job), postur leher yang menengadah ke atas tanpa melihat besar sudut yang dibentuk adalah merupakan postur janggal. Memanen kegiatan berulang membebani otot leher, dapat terjadi ketegangan otot atau myalgia dan kaku leher. Kesimpulan hasil observasi adalah kegiatan memanen sawit dengan alat engrek berakibat: 1) memberikan tekanan/tenaga pada otot yang berlebihan, 2) aktivitas kegiatan berulang (repetitive motion), 3) postur kerja tidak benar atau posisi kerja yang tidak alami/ergonomis, dan 4) lamanya paparan yang diterima oleh otot sehingga berakibat peregangan otot yang berlebihan. Keempat hal tersebut merupakan penyebab terjadinya gangguan muskuloskeletal (Punnett dan Wegman., 2004; Tarwaka, et al., 2004; Fitrihana., 2008 ; Choi dan Woletz., 2010 ; Martuscello., 2011). Gambar hasil observasi alat kerja untuk memanen (engrek) dengan berbagai bentuk kelengkungan dan bahan terlihat pada Gambar 1. Posisi kerja kaki, tangan, siku dan kepala sebagaimana Gambar 2 sampai dengan Gambar 4. Gambar 1. Alat panen engrek

6 6 Gambar 2. Posisi kaki Gambar 3. Posisi tangan Gambar 4. Posisi kepala Posisi kerja memanen sawit, kemudian dinilai dengan menggunakan metode OWAS (Ovako Working Analysis System). Metode OWAS untuk menilai posisi tubuh/ postur tubuh, yaitu: kaki, lengan, punggung dan beban kerja. Kriteria penilaian dengan OWAS adalah sebagai berikut: ( Teknik Industri UGM, 2011) Penilaian pada punggung (back) diberikan kriteria nilai 1 s.d 4: 1) Tegak, 2) membungkuk ke depan atau kebelakang, 3) berputar dan bergerak ke samping dan 4) berputar dan bergerak atau membungkuk ke samping dan ke depan. Penilaian pada lengan (arms) diberikan kriteria nilai 1 s.d 3: 1) Kedua tangan berada di bawah level ketinggian bahu, 2) satu tangan berada di atas level ketinggian bahu dan 3) dua tangan berada di atas level ketinggian bahu

7 7 Penilaian pada kaki (legs) diberikan kriteria nilai 1 s.d 7: 1) Duduk, 2) berdiri dengan keadaan kedua kaki lurus, 3) berdiri dengan beban berada pada salah satu kaki, 4) berdiri dengan kedua kaki lutut sedikit tertekuk, 5) berdiri dengan satu kaki lutut sedikit tertekuk, 6) jongkok dengan satu dan atau dua kaki dan 7) bergerak atau berpindah. Penilaian pada beban (load/use factor) diberikan kriteria nilai 1 s.d 3: 1) < 10 kg, 2) kg dan 3) > 20 kg. Hasil kategori penilaian posisi kerja dengan OWAS, yaitu: 1) tidak perlu dilakukan perbaikan, 2) perlu dilakukan perbaikan, 3) perbaikan perlu dilakukan secepat dan/atau sesegera mungkin dan 4) perbaikan perlu dilakukan sekarang juga (lampiran 4). Hasil observasi penilaian posisi kerja pemanen kelapa sawit dengan OWAS adalah sebagai berikut: 1) Saat mengarahkan pisau engrek ke TBS, punggung membungkuk ke depan atau ke belakang (nilai 2) 2) Saat menarik engrek posisi satu tangan atau dua tangan berada di atas level ketinggian bahu (nilai 2 atau 3). 3) Posisi kaki saat bekerja berdiri dengan keadaan kedua kaki lurus (nilai 2), berdiri dengan beban berada pada salah satu kaki (nilai 3), kaki bergerak atau berpindah (nilai 7). 4) Alat engrek yang digunakan < 10 kg (nilai 1).

8 8 Rekapitulasi penilaian postur/posisi kerja dengan menggunakan metode OWAS tersebut masuk pada nilai kategori 2 (perlu dilakukan perbaikan) atau nilai kategori 3 (perbaikan perlu dilakukan secepat dan atau segera mungkin). Perbaikan posisi kerja dan alat kerja perlu dilakukan, karena berdasarkan hasil observasi awal, pekerja pemanen kelapa sawit kemungkinan besar berpotensi mengalami gangguan muskuloskeletal. Produktivitas kerja kemungkinan juga dapat menurun. Data mengenai gangguan muskuloskeletal yang dialami pemanen sawit di Kantor Jamsostek Cabang Pontianak, Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi dan perusahaan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat belum ada (hasil observasi, Januari 2012). Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada BAB II pasal 2, bahwa perkebunan termasuk ruang lingkup tempat kerja. Pasal 3, syarat syarat keselamatan kerja diantaranya adalah mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja (Sekretariat Negara RI, 1970). Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan di dalam BAB XII pasal 164, menyebutkan upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan (Departemen Kesehatan RI, 2009). Hal ini berarti disektor apapun tenaga kerja harus mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja, demikian juga tenaga kerja disektor perkebunan kelapa sawit. Data hasil penelitian terkait gangguan muskuloskeletal, di perkebunan karet FELDA Settlement Malaysia, tenaga kerja laki-laki mengalami sakit leher

9 9 sebanyak 59,9% (Shan, 2011). Hasil survei angkatan kerja, gangguan muskuloskeletal sebagian besar berhubungan dengan pekerjaan. Jumlah kasus baru di Inggris pada tahun 2010/2011 adalah , dalam tiga tahun terakhir pekerja dengan gangguan muskuloskeletal terbanyak adalah pekerja pengantar surat (pos), pekerja kontruksi dan pekerja pertanian (Health and Safety Executive, 2011). Jumlah kasus gangguan muskuloskeletal khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan, di Kolombia selama tahun 2005 adalah kasus. Total biaya yang dikeluarkan adalah US $ , yaitu sekitar 0,2% dari Kolombia Produk Domestik Bruto untuk tahun 2005 (Piedrahita, 2006). Gangguan muskuloskeletal, sering dikenal sebagai cedera/luka karena ergonomi, tercatat 29 persen dari semua luka-luka/cedera dan macam-macam penyakit di tempat kerja pada 2010 (Bureau of Labor Statistics U.S Department of Labor, 2010). Penelitian Woro et al., (2008) yang dilakukan di kawasan industri Pulo Gadung Jakarta, pekerja di bagian produksi yang mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal berdasarkan jenis industri adalah industri garment (65%), percetakan (63%) dan konstruksi (60%). Pekerjaan memanen kelapa sawit dan pemuatannya ke atas truk mempunyai risiko tinggi untuk mengalami gangguan muskuloskeletal. Hasil penelitian Hendra dan Rahardjo (2008), keluhan muskuloskeletal dialami oleh 70% tenaga kerja pemanen sawit. Hal ini memerlukan tindakan perbaikan segera, guna membantu memecahkan masalah ergonomi yang dialami oleh sektor industri kelapa sawit.

10 10 Hasil penelitian terdahulu yaitu dengan memodifikasi pisau matetuesan dan perbaikan sikap kerja, ternyata dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal dan meningkatkan produktivitas kerja tukang tues (janur) secara bermakna (Murniasih dan Adnyana, 2003). Perbaikan alat dengan menggunakan roda tangan berhendel pada alat pres parutan kelapa juga mengurangi keluhan sistem muskuloskeletal sebesar 23,22% dan meningkatkan produktivitas kerja sebesar 30,33% pada pembuat minyak kelapa tradisional (Surata, 2001). Cara mencegah dan mengendalikan gangguan muskuloskeletal adalah desain alat kerja dan tata kerja yang baik (Suma mur.,1995; Vink.,2000; Tarwaka et al., 2004 dan CCOHS., 2005). Berdasarkan hal tersebut, alternatif perbaikan yang dilakukan adalah terhadap alat kerja dan tata kerja (posisi kerja). Alat kerja yang diperbaiki pisau engrek dan batangannya meliputi: bahan, bentuk, ukuran, berat dan perlengkapan alat. Bentuk alat secara umum sama karena disesuaikan dengan kebiasaan tenaga kerja pemanen sawit agar tetap nyaman. Perbaikan alat kerja dilengkapi dengan pedoman penggunaan alat dan posisi kerja, diharapkan tata kerja pemanen agar lebih ergonomis sehingga gerakan dan kekuatan waktu memanen kelapa sawit lebih optimal. Perbaikan alat yang didesain peneliti anggap lebih baik secara fungsi, teknis-teknologi, estetis dan eko-ergonomi (intervensi yang sederhana, murah dan adaptasi berlangsung cepat, diterima oleh pekerja dan pengusaha). Partisipasi ergonomis diharapkan untuk membiasakan dengan alat engrek baru dan posisi kerja yang baru. Persepsi yang baik dari pekerja dan pengusaha diharapkan agar perbaikan yang dilakukan tidak hanya dapat mencegah gangguan

11 11 muskuloskeletal, tapi juga dapat meningkatkan produktivitas pada tenaga kerja pemanen sawit di Provinsi Kalimantan Barat. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian 1. Apakah alat engrek baru lebih baik dari alat engrek yang lama dari segi teknis, yaitu komposisi bahan, kekerasan/kekuatan, ketajaman dan berat alat. 2. Apakah alat engrek baru lebih baik dari alat engrek lama dalam perbaikan posisi kerja yang ergonomis. 3. Apakah skor gangguan muskuloskeletal pemanen sawit yang menggunakan alat engrek baru dan posisi kerja baru lebih kecil dibandingkan dengan yang menggunakan alat engrek lama dan posisi kerja lama. 4. Apakah jumlah produktivitas kerja pemanen sawit yang menggunakan alat engrek baru dan posisi kerja baru lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan alat engrek lama dan posisi kerja lama. 5. Apakah skor gangguan muskuloskeletal pemanen sawit yang menggunakan alat engrek baru dan posisi kerja baru lebih kecil lagi dibandingkan dengan yang menggunakan alat engrek lama dan posisi kerja lama, setelah mempertimbangkan variabel karakteristik responden (umur, pendidikan, masa kerja, pengalaman, jam kerja dan status gizi).

12 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengkaji alat engrek baru secara teknis dan perbaikan posisi kerja yang ergonomis. Mengkaji skor gangguan muskuloskeletal dan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit Tujuan Khusus 1. Mengkaji alat engrek baru dilihat dari aspek teknis (komposisi bahan, kekerasan/kekuatan, ketajaman dan berat alat) dan posisi kerja saat memanen kelapa sawit. 2. Mengkaji skor gangguan muskuloskeletal pemanen sawit yang menggunakan alat engrek baru dan posisi kerja baru dibandingkan dengan yang menggunakan alat engrek lama dan posisi kerja lama. 3. Mengkaji jumlah produktivitas kerja pemanen sawit yang menggunakan alat engrek baru dan posisi kerja baru dibandingkan dengan yang menggunakan alat engrek lama dan posisi kerja lama. 4. Mengkaji skor gangguan muskuloskeletal pemanen sawit yang menggunakan alat engrek baru dan posisi kerja baru dibandingkan dengan yang menggunakan alat engrek lama dan posisi kerja lama, setelah mempertimbangkan variabel karakteristik responden (umur, pendidikan, masa kerja, pengalaman, jam kerja dan status gizi).

13 Keaslian Penelitian Banyak penelitian tentang gangguan atau keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja di berbagai tempat kerja, diantaranya sebagaimana dalam Tabel 1. Tabel 1. Penelitian tentang gangguan atau keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja di berbagai tempat kerja No Peneliti Tujuan Metode Hasil 1. Wijanarko (2004) Mengetahui hubungan sikap kerja berdiri terhadap keluhan muskuloskeletal pada operator mesin loom weaving V PT.A (Bawen) Semarang. Jenis penelitian explanatory dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden 24 orang. Ada hubungan antara sikap kerja berdiri dengan keluhan muskuloskeletal pada operator mesin loom weaving V PT.A (Bawen) Semarang. 2. Kusrini (2005) Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada petugas cleaning service rumah sakit X kota Semarang. Penelitian deskriptif eksplanatory dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian 25 orang petugas cleaning service rumah sakit. Ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada petugas cleaning service. 3. Finda (2007) Melakukan identifikasi untuk mendeskripsikan hubungan antara posisi kerja dengan muskuloskeletal pada operator kerja duduk dan berdiri bagian produksi PTPN IX PG Tasik Madu. Survei dengan pendekatan cross sectional, subjek penelitian operator kerja duduk dan berdiri bagian produksi. Ada hubungan yang bermakna antara posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal. 4. Tana et al., (2009) Mengevaluasi keluhan otot rangka leher dan ektremitas atas pada pekerja perempuan berdasarkan lokasi dan jenis keluhan dan hubungannya dengan faktor pekerjaan dan faktor individu. Menggunakan rancangan Cross sectional Subjek Penelitian 632 orang tenaga kerja perempuan. Persentase keluhan otot rangka leher dan ekstremitas atas pada pekerja perempuan perusahaan garmen di Jakarta Utara sebesar 75,7%, dengan persentase terbanyak pada tangan dan leher, dan jenis keluhan adalah rasa pegal, kesemutan dan nyeri.

14 14 Lanjutan Tabel 1.. No Peneliti Tujuan Metode Hasil 5 Karlina (2010) Menganalisa hubungan antara aktivitas opatient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bangsal rawat inap RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Eksplanatory reseach dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian 60 orang perawat. Aktivitas mengangkat pasien secara bermakna berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal. 6 Kristianti (2010) Mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat keluhan,mengidentifikasi berat badan dan menilai kelayakan usaha alternatif perbaikan sistem kerja. Pengamatan langsung di lapangan, subjek penelitian adalah pekerja angkat angkut gudang persediaan pupuk Pusri Kediri, Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwih. Kegiatan angkat angkut di gudang persediaan pupuk PUSRI Kediri berisiko tinggi terjadi keluhan muskuloskeletal 7 Mindayani (2010) Mengetahui gambaran keluhan muskuloskeletal pada perajin sulaman tangan di Jorong Subarang Tigo Jorong Nagari Koto gadang. Penelitian Desktiptif dengan desain cross sectional, subjek penelitian 50 orang pengrajin. Keluhan muskuloskeletal dengan sikap kerja membungkuk adalah keluhan pada bahu kanan sebanyak 68%, pinggang sebanyak 84%, bokong 54% dan pantat sebanyak 56%. Penelitian yang berhubungan dengan pekerja di sektor kelapa sawit khususnya di bagian produksi dan bagian panen masih sangat sedikit diantaranya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Tabel 2.

15 15 Tabel 2. Penelitian tentang Muskuloskeletal di Perkebunan Sawit No Peneliti Tujuan Metode Hasil 1. Hendra dan Rahardjo (2008) Mengetahui tingkat risiko ergonomi pekerja pemanen dan hubungannya dengan keluhan MSDs. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Subjek penelitian 117 pekerja di kebun kelapa sawit PT.X di Sumatra Selatan. Variabel yang berhubungan dengan keluhan MSDs adalah jenis pekerjaan (memanen dan memuat),umur dan lama kerja. 2 Munandar (2008) Untuk mengetahui hubungan sikap kerja tidak alami dengan keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja bagian produksi di PT.Kresna Duta Agroindo Penelitian kuantitatif, pendekatan analisis cross sectional. Subjek penelitian 90 orang tenaga kerja produksi. Ada hubungan yang bermakna antara sikap kerja yang tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal. Berdasarkan penelusuran literatur dan observasi di lapangan, belum ada penelitian seperti yang peneliti lakukan. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian yang sudah ada adalah: 1. Subjek penelitian adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan memanen sawit yang menggunakan alat panen manual (engrek). Penelitian yang sudah ada, pada tenaga kerja di bagian produksi dan tenaga kerja di bagian kebun. Kegiatan panen yang diteliti untuk semua kegiatan proses pemanenan yaitu memanen, mengumpulkan hasil panen sampai dengan meneliti pekerja yang memasukkan ke dalam truk pengangkut tandan buah sawit. 2. Variabel penelitian yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya pada faktorfaktor yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, yaitu faktor

16 16 posisi kerja, lingkungan dan material handling. Variabel yang peneliti lakukan adalah alat panen engrek, posisi kerja dan karakteristik pemanen kelapa sawit terhadap gangguan muskuloskeletal dan produktivitas kerja. 3. Variabel pengaruh yang diukur penelitian sebelumnya yaitu gangguan muskuloskeletal saja, variabel pengaruh yang peneliti ukur meliputi gangguan muskuloskeletal dan produktifivitas kerja. 4. Jenis penelitian yang dilakukan Randomized Controlled Trial (RCT), penelitian sebelumnya adalah cross sectional. 5. Alat ukur yang digunakan untuk menilai posisi kerja menggunakan metode Ovako Working Analysis System (OWAS) dan lembar observasi posisi kerja. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan tentang alat engrek baru, posisi kerja ergonomis dan karakteristik tenaga kerja terhadap skor gangguan muskuloskeletal dan produktivitas kerja. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kerja pemanen sawit dalam rangka perbaikan alat engrek dan posisi kerja yang ergonomis, sehingga gangguan muskuloskeletal dapat dicegah dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan. 3. Memberikan masukan kepada Departemen Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan tentang gangguan muskuloskeletal dan produktivitas kerja pada tenaga kerja pemanen sawit.

17 17 4. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi Instansi yang terkait dalam hal ini PT. Jamsostek dan Ikatan Pengusaha Pekebunan Kelapa Sawit Indonesia cabang Kalimantan Barat Manfaat Teoritis 1. Sebagai referensi bagi peneliti lain terkait dengan alat engrek, posisi kerja dan karakteristik tenaga kerja terhadap gangguan muskuloskeletal dan produktivitas kerja. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan untuk mengkaji data epidemiologi kerja pada perusahaan kelapa sawit untuk pengembangan ilmu kesehatan kerja.

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot skeletal yang disebabkan karena tubuh menerima beban statis, atau bekerja pada postur janggal secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga manusia masih menjadi hal yang utama dan paling penting dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang berlangsung di perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan terdiri atas upaya pokok di bidang kesehatan yang dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan sering kali terabaikan, hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan kerja pekerja serta Penyakit Akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Hasil Pengolahan REBA Pada bab ini akan dilakukan analisa hasil dari pengolahan data terhadap pengukuran resiko kerja dengan menggunakan metode REBA dari semua proses kerja

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada BAB 12 mengenai Kesehatan Kerja menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musculoskeletal disorders merupakan sekumpulan gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis dan perkantoran maupun industri dan manufaktur telah memanfaatkan dukungan teknologi dan perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja merupakan suatu tempat yang dapat menciptakan interaksi antara manusia dengan alat-alat, mesin dan bahan dengan objek pekerjaan yang bertujuan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan pertambahan tenaga kerja menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena tenaga kerja merupakan pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penilaian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor risiko ergonomi yang mempengaruhi besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan departemen water pump PT. X. Hasil analisa data meliputi gambaran tingkat pajanan ergonomi, keluhan

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit digunakan dua alat panen yaitu berupa egrek dan dodos. Pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada penggunaan egrek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengacu kepada undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a, yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal maupun yang berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter) Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter) Sriyanto, ST., MT., Widhi Adwitya S. P. Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya BIOMEKANIKA Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya Biomekanika Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif merupakan penyumbang untuk pertumbuhan ekonomi bangsa dan dianggap semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian. Industri ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah (2011) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan.

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri manufaktur di masa sekarang ini masih dominan dalam melakukan aktivitas manual material handling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai industri masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas Manual Material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat diupayakan melalui perancangan fasilitas dan peralatan seergonomis mungkin, serta proses otomatisasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang industri dan perdagangan, globalisasi menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang industri dan perdagangan, globalisasi menyebabkan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang industri dan perdagangan, globalisasi menyebabkan arus keluar masuk produk barang/jasa antar negara lebih mudah dan cepat, sehingga persaingan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah bahaya dan risiko yang melekat pada pekerjaan. Sjaaf (2006) menyatakan bahwa bahaya dan risiko tersebut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat memberikan manfaat yang sangat besar dan telah dirasakan oleh masyarakat luas. Pembangunan pula membuka kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri sektor Informal merupakan kegiatan yang dikaitkan dengan kerajinan tangan, dagang atau kegiatan ekonomi kecil-kecilan 1. Industri sektor informal tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Muskuloskeletal Disorders (MSDs) 1. Definisi Muskuloskeletal Disorders(MSDs) MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat mempengaruhi fungsi normal dari jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses industri merupakan suatu sistem kerja yang saling mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem kerja yang tidak ergonomis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan pasar bebas Word Trade Organisasion (WTO) dan Geberal Agreement Tariffs and Trade (GATT) yang akan belaku tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sikap kerja tidak alamiah di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja. Sektor

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Di Indonesia, para petani menghabiskan waktu setiap

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan fenomena yang seringkali dikeluhkan dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialamioleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut tergantung dari jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Labour Organization (2013) menyebutkan MSDs termasuk Carpal Tunnel Syndrome (CTS), mewakili 59% dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Kesehatan berperan dalam menentukan pembangunan kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang berfokus pada pengabdian kepada kemanusiaan

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfluktuasi selama periode mencapai US$ 6,24 milyar (atau

BAB I PENDAHULUAN. berfluktuasi selama periode mencapai US$ 6,24 milyar (atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dasawarsa terakhir, industri perkayuan telah menjadi kontributor penting terhadap penerimaan devisa, produk domestik bruto, dan penyerapan tenaga kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang perlu mendapatkan perlindungan. Salah satu bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja adalah penerapan keselamatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) (Studi Kasus: Pabrik Roti CV. Aji Kurnia, Boyolali) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu permasalahan umum yang dialami penjahit dalam menjalankan pekerjaannya. Keluhan muskuloskeletal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang sasaran utamanya di bidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan ekonomi, senantiasa dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di era globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri di Indonesia. Sehingga industri perlu mengadakan perubahan untuk mengikuti

Lebih terperinci