BAB I PENDAHULUAN Sub Pokok Bahasan 1. Arti Pentingnya Penelitian Filsafat pada Masa Depan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Sub Pokok Bahasan 1. Arti Pentingnya Penelitian Filsafat pada Masa Depan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Deskripsi singkat : Mata kuliah ini membahas arti pentingnya penelitian filsafat bagi masa depan pendidikan tinggi di Indonesia. Relevansi kuliah ini dengan mata kuliah lain yaitu mahasiswa mampu mengekspresikan dan mengintegrasikan pengetahuan yang telah diperoleh dengan melaksanakan tugas-tugas dalam kuliah Metodologi Penelitian Filsafat dan diharapkan dapat berguna bila bekerja dalam berbagai bidang kehidupan berdialog dengan ilmuilmu lain dan mengoperasionalkan penelitian filsafat. Tujuan instruksional khusus : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan arti pentingnya penelitian filsafat bagi pendidikan tinggi di masa depan. Sub Pokok Bahasan 1. Arti Pentingnya Penelitian Filsafat pada Masa Depan Penelitian di bidang filsafat pada dasarnya berpijak pada gaya inventif yaitu mencari pemahaman baru terhadap model pemikiran dan berusaha memberikan pemecahan masalah yang belum terselesaikan menyangkut masa depan manusia. Russel (1961) menulis sebuah artikel berjudul Has Man a Future? Menurut Jacob (1986) manusia adalah satu-satunya makhluk yang sadar bahwa ada masa depan yang akan datang, dan masa ini cepat atau lambat akan tiba sebagai masa sekarang. Pada awalnya masa depan selalu mengejutkan manusia, karena mengandung hal-hal yang tidak diduga, yang kadang-kadang dapat menggembirakan, ada pula yang tidak enak baginya. Maka manusia berusaha agar masa depan lebih baik dari masa sekarang, pada umumnya enak baginya. Ini dapat dilakukannya dengan upacara-upacara di gua-gua, lukisan-lukisan ritual di atas pasir, mungkin pula dengan jampi-jampi dan jimat-jimat, agar masa depan, terutama yang menyangkut hidupnya lebih ramah terhadapnya, seperti terjadi pada peradaban lama, tempat kita dibesarkan, dan mempengaruhi hidup kita. Atas dasar itu untuk merancang suatu penelitian filsafat tentang masa depan, perlu kiranya kita memahami bagaimana kedudukan filsafat dalam memahami dimensi realitas, agar tidak terjadi tumpang tindih dengan ranah disiplin ilmu lain. Dimensi realitas merupakan pengertian tentang kenyataan yang terjadi dalam hidup sehari-hari. Para filsuf mempunyai pengertian yang berbeda-beda, tentang hal ini dari suatu masa ke masa yang lain. Dari sejarah ilmu pengetahuan

2 telah kita ketahui bahwa semula hanya ada satu ilmu pengetahuan yaitu filsafat, yang mempunyai objek material alam semesta ini (kosmos) dan manusia, maka filsafat sebagai ilmu pengetahuan merupakan ilmu pengetahuan yang umum. Tentu muncul pertanyaan dalam diri kita apakah peran filsafat itu? Filsafat berperan sebagai dasar dan sumber dari ilmu yang lain. Peursen (1974) mengatakan filsafat mempertanyakan kembali apa yang telah ditemukan atau yang telah dijawab oleh ilmu pengetahuan, oleh karena itu filsafat tidak pernah berhenti mengajukan pertanyaan mendasar, yang tentunya pertanyaan tersebut muncul dan perenungan jiwa dan pemikiran yang mendalam dari masa ke masa. Jacob (1982) mengatakan bahwa pemikiran dan bahasa memungkinkan manusia berbicara tentang sesuatu di luar ruang dan waktu yang sedang dialaminya, soal-soal yang bukan sini dan bukan kini (nicht-hier und nicht-jetzt). Dengan otaknya manusia dapat meramal masa depannya dan mempengaruhi evolusinya. Disinilah letak kemanusiaannya, sedangkan Bakker (1984) mengatakan bahwa pengertian manusia mempunyai Iingkungan natural dalam tindakannya yang praktis, dalam rangka suatu tindakan manusia, maka pengertian menjadi sungguh-sungguh suatu pengertian yang hidup. Masyarakat yang maju, seperti dikatakan oleh Rostow (1972) dikutip dari Jacob (1982) membentuk akademi dan universitas untuk memikirkan dan mempersiapkan masa depannya, membiayai kalangan akademika, kadang-kadang cukup tinggi, agar mereka leluasa melakukan pemikiran fundamental, bebas dari gejolak-gejolak hidup sehari-hari agar akal mereka dapat menenawang membuat tinjauan jarak jauh, mempersoalkan hal-hal yang terlupakan, memikirkan yang belum ada, yang berbeda dan lebih baik daripada yang sekarang, mencipta gagasan-gagasan ilmiah yang revolusioner, yang membeni arah baru, gagasangagasan yang kini kelihatannya mustahil dan tak terpikirkan, yang membuka vista baru menuju pemahaman alam dan hayat yang lebih sempurna. Tujuan ini merupakan tugas khas kalangan akademika dan universitas, yang kalau tidak ditunaikan, akan tertinggal terbengkalai. Bekerja dalam pendidikan, penelitian mengharuskan pula perguruan tinggi memikirkan masa depan. Peranan universitas dalam peruhahan-perubahan dunia merupakan masalah yang tak kunjung punah. Pada masa lalu (dan sebagian orang pada masa kini) menganggap bahwa universitas sebagai sentra perubahan dunia ini maju seperti adanya sekarang, adalah berkat daya dorong universitas. Dengan semua potensi dan fungsinya, universitas dianggap orang sebagai kekuatan dan jiwa

3 perubahan-perubahan dunia ini. Universitas menurut anggapan ini, adalah roh perubahan dunia melalui aktivitas yang dilakukannya. Menurut Peursen (1992) pengetahuan adalah kekuasaan, tapi hanya dalam masyarakat modernlah akibat praktis dan kenyataan ini benar-benar tampak dalam apa yang kita sebut sifat siap pakai atau operasional dari pengetahuan. Begitu manusia mengenal keteraturan atau struktur dalam sekelompok fenomena, mereka mengembangkan suatu sistem kontrol. Hasil-hasil penelitian yang semula sama sekali bersit teoritis (misalnya dalam struktur atom, atau genetika, pola tingkah laku suku primitif), ternyata dapat diterapkan sebagai suatu cara yang berguna untuk membuka sumber-sumber energi yang menakjubkan atau mengubah struktur organisme yang hidup secara luar biasa. Kebudayaan modern mendapatkan kemungkinan yang tidak terduga untuk mengatur diri sendiri. Kehidupan dewasa ini makin lama makin ditentukan oleh mekanisme yang berasal dan pengetahuan akademis, baik mengenai disiplin ilmu maupun sastra dan filsafat. Dari sisi lain muncul pandangan yang pesimis terhadap peranan universitas terhadap masa depan, hal ini disebabkan tertinggalnya penelitian universitas dan badan-badan usaha atau perusahaan besar untuk memangsa konsumennya. Persoalannya adalah apakah perubahan yang akan terjadi dimasa depan disebabkan oleh kerja filsafat masa kini? Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab, karena filsafat tidak sendiri dan perlu berdialog dengan ilmu lain, para filsuf akan mempertanyakan kembali apakah yang dimaksud perubahan tersebut? Perubahan telah terjadi sejak manusia menjinakkan dirinya, menjinakkan kosmos serta isinya, sehingga dapat berjalan secara mekanistis. Kerja manusia yang digantikan oleh mesin-mesin, dan mengakibatkan manusia kehilangan pekerjaan dan kehilangan kepuasan kerja dan makna hidup. Namun segi positifnya perkembangan ilmu pengetahuan tersebut juga dikemukakan oleh Shah (1986) bahwa ilmu pengetahuan membebaskan manusia dari kendala-kendala alam dan ketidaktahuannya sendiri. Sekarang orang tahu bahwa fenomena perputaran alam benda di langit, sikius musim, kelahiran, dan kematian, bentuk kehidupan dan bahkan cara pikiran manusia diatur oleh hukum-hukum yang memang sudah melekat padanya. Hukum itu menyikapkan suatu tingkat determinisme yang tidak bisa didamaikan dengan kepercayaan tentang adanya suatu kekuatan yang adimanusiawi atau adikodrati yang mengontrolnya dari luar. Walaupun demikian determinisme yang intrinsik dari dunia alam dan manusia tidak anti tesis terhadap kebebasan. Ia tidak mereduksi manusia menjadi sekedar sebuah gigi dan jentera

4 raksasa alam semesta. Sebab pengetahuan ilmiah memungkinkan manusia bukan untuk melanggar melainkannya untuk mengetahui lebih dulu konsekuensikonsekuensi perbuatannya dan dengan demikian untuk merencanakan perbuatanperbuatannya sehingga kehidupannya tidak merupakan sekedar suatu selingan yang tak bermakna antara ketiadaan diri, dari mana manusia berasal dan ketiadaan, ke mana ia akan kembali. Dengan demikian self-determinisme telah memperluas kebebasan manusia dan merupakan kebalikan dari fatalisme yang terkandung dalam kepercayaan akan Tuhan Yang Maha Kuasa. Selanjutnya dikatakan oleh Syah bahwa selain mengajar manusia menjinakkan alam dan memanfaatkannya untuk kepentingannya, ilmu pengetahuan telah memberikan kepadanya suatu pemahaman yang lebih baik mengenai kodratnya sendiri. Hal tersebut telah menunjukkan kepadanya bahwa manusia merupakan alat pembuat alat pembangun jembatan-jembatan dan membuat pesawat-pesawat jet, ia pun merupakan hewan pembuat simbol yang bermimpi dan menyusun rencana, yang sedih dan suka-ria, yang menuangkan puisi dan jadwal kereta-api, menulis filsafat dan pornografi, membunuh sesamanya demi suatu ide dan juga bersedia mati untuk itu. Seperti gempa bumi, pembuatannya sendiri pun mungkin tidak selalu dapat diramalkan. Akan tetapi, apa yang ia lakukan dapat dimengerti secara rasional dan dihubungkan dengan apa yang terjadi berikutnya dan apa yang terjadi mengenai dunia lahirnya, merupakan hasil ilmu pengetahuan dan metode ilmiah. Dan kalau memang demikian halnya, apa sesungguhnya metode ilmiah? Menurut Delfgaauw (1972) di dalam kehidupan kemasyarakatan serta kehidupan ilmiah sekarang, filsafat tidak penting artinya, jika dipandang hanya sebagai faktor yang berdiri sendiri, tetapi arti yang dipunyainya sulit untuk dikatakan berlebihan, setelah kita simak bahwa, dimana-mana baik dalam kegiatan ilmiah maupun dalam susunan kemayarakatan, faktor-faktor kefilsafatan ikut menentukan arah yang dicari oleh ilmu pengetahuan dan masyarakat. Pelukisan serta lontaran kecaman terhadap nilai-nilai serta pengertian yang menggerakkan manusia serta memberi bentuk kepada manusia dalam hidup kita sekarang ini, lebih diperlukan dibanding di masa-masa yang Iampau. Oleh karena itu yang dapat menjadi ilmuwan maupun filsuf bukanlah seseorang yang dalarn peristiwaperistiwa, menentukan sikapnya sendiri, pribadi yang memiliki kepedulian terhadap semua peristiwa, fakta dan nilai yang terjadi maupun nilai yang tersembunyi.

5 Pengertian filsafat dalam tindakan merupakan persoalan sepanjang masa, karena yang sentral dalam hidup manusia adalah tindakan. Begitu juga pengertian manusia tentang dirinya, tidak pernah ada pengertian yang melulu mewujudkan pengertian saja, selalu berfungsi dalam rangka tindakan. Dalam tindakannya menurut Jacob (1982) manusia membagi waktu atas masa lampau, masa sekarang dan masa depan. Biasanya manusia silau dan terpukau oleh masa sekarang, walaupun tak jarang ia mengenangkan masa lampau dan mengeluh tentang masa depan. Ia memang harus memikirkan apa yang harus ia makan hari ini. Kemarin sudah berlalu dan besok terserah pada nasib. Segala sesuatu harus relevan dengan masa kini, harus berguna bagi masyarakat masa kini dan di sini. Dengan demikian masa depan mendapat prioritas rendah sekali, sehingga tidak jarang kita bertanya lagi apakah masyarakat masa depan tidak akan terugikan oleh segala usaha kita yang didasarkan atas relevansi masa kini? Padahal pada masa kini sangat singkat, segera berlalu. Masa kini sebenarnya hanya batas tipis yang terus bergerak antara masa lampau yang panjang dan masa depan yang mudahmudahan panjang pula. Dengan demikian jelaslah dengan memikirkan tentang masa depan, akan merupakan suatu kebenaran yang manusiawi apabila sungguhsungguh dilaksanakan. Pengertian Metodologi Secara Umum Kata metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan meta (ialah : menuju, melalui, sesudah) dan kata benda hodos (ialah : jalan, perjalanan, cara, arah). Kata methodos sendiri lalu berarti: penelitian, metode ilmiah, hipotesa ilmiah, uraian ilmiah (Bakker, 1984). Selanjutnya Bakker membagi arti kata metode menjadi dua yaitu arti luas dan arti khusus. Dalam arti luas metode ialah cara bertindak menurut sistem tertentu. Metode dalam arti luas itu dapat dikhususkan berhubungan dengan pemikiran umumnya yaitu cara berpikir menurut sistem aturan tertentu berarti berlaku bagi ilmu pengetahuan sebagai bidang atau daerah terbatas di dalam keseluruhan pengertian manusia. Selanjutnya apakah penelitian filsafat itu? Apakah perbedaan metode penelitian filsafat dengan metode penelitian ilmu atau penelitian ilmiah umumnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya sampaikan lebih dulu apa yang dimaksud dengan penelitian. Menurut Cordasco dan Gatener (1958) research simply a the systematic search pertinent information on a specific. Sedangkan penelitian filsafat adalah untuk mencari kebenaran dan konsep-konsep yang bersifat umum tentang realitas yang

6 ada secara sistematis. Yang ada berarti segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh manusia dan memberikan makna bagi kehidupannya. Misalnya konsep tentang manusia berkualitas atau manusia unggul, konsep tentang roh yang absolut menurut Hegel, konsep tentang ethos kerja kedokteran dan pengaruhnya terhadap pelayanan kesehatan, konsep tentang keabadian dan keterbatasan. Tentu timbul pertanyaan apakah setiap orang mengetahui atau memiliki konsep-konsep dalam kehidupan praktisnya dan selalu berpedoman kepada konsep tersebut? Seringkali kita hanya menjalani saja hidup ini tanpa mempertanyakan ada atau tidaknya konsep dalam diri kita atau setiap langkah kehidupan, apakah kita selalu terikat dengan konsep tersebut? Jawibnya tentu bisa ya dan bisa tidak. Bila seseorang terikat oleh suatu konsep yang merupakan nilai-nilai dalam perjuangan hidupnya atau kelompoknya maka akan terbuka suatu penelitian filsafati yang mempertanyakan sejauh mana pengaruh isme-isme tersebut terhadap tindakan manusia. (Taoisme, Marxisme, Hinduisme, Islamisme, Budhisme, dan sebagainya). Persoalannya adalah bagaimana metode untuk menelitinya? Penelitian-penelitian dari berbagai sudut pandangan ilmu dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian filsafat tentu berbeda dengan penelitian di bidang ilmu meskipun objek materialnya adalah sama seperti penelitian tentang manusia, alam semesta, kehidupan, fakta, maupun peristiwa apa saja dapat menjadi kajian ilmu maupun filsafat, hanya saja dalam bidang ilmu dibutuhkan data konkrit untuk keperluan pengambilan keputusan praktis misalnya apakah cuaca berawan atau hari hujan besok pagi karena mempengaruhi perjalanan pesawat terbang demikian juga ramalan cuaca penting bagi petani untuk mengatur musim tanam dan pemetikan hasil panen karena bisa mempengaruhi harga jual, demikian juga data dibutuhkan bagi atlet yang akan bertanding atau data tentang apakah ia melakukan dopping atau tidak sehingga meskipun medali emas sudah di tangan seperti terjadi pada atlet senam Rumania terpaksa harus dikembalikan, namun di negaranya dia tetap disambut sebagai pahlawan negerinya. Pengertian Metodologi Penelitian Filsafat Dalam kata pengantar buku karangan A. B. Shah (1986) Rege mengatakan bahwa metodologi atau unsur penelaah yang sistematik mengenai metode ilmiah sudah sejak lama diperlakukan sebagai anak tiri dalam lingkup filsafat. Walaupun hakikat dan lingkup pengetahuan manusia sejak dulu merupakan satu di antara

7 pokok-pokok bahasan yang sentral dalam tinjauan lilosolis, baru pada belakangan ini metodologi memperoleh pengakuan sebagai suatu disiplin filsafat. Sebagaimana dikemukakan oleh Bakker (1990) sebagai studi khusus metodologi penelitian filsafat memiliki tempatnya dalam keseluruhan bidang studi filsafat. Metodologi ilmiah pada umumnya berhubungan dengan pengetahuan manusia, maka sejauh dipelajari secara filosofis, metodologi pada umumnya merupakan bagian epistemologi (atau filsafat pengetahuan). Akan tetapi, dalam hal penelitian filsafat ini metodologi diterapkan pada suatu ilmu khusus (yaitu filsafat), maka menjadi bagian filsafat ilmu (yaitu epistemologi khusus). Menurut The Liang Gie (1972) penelitian filsafat hendaknya dibedakan dan filsafat, karena keduanya merupakan hal yang berbeda. Penelitian dalam bidang filsafat adalah segenap rangkaian kegiatan akal budi dari manusia yang menggunakan pelbagai metode ilmiah untuk mengembangkan pengetahuan dalam bidang filsafat. Filsafat merupakan suatu rangkaian aktivitas dari budi manusia. Budi manusia ditantang oleh sekumpulan pertanyaan yang dapat disebut persoalan filsafat sebagai bahan masuk sehingga melakukan rangkaian aktivitas untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa input persoalan filsafati budi manusia tidak akan melakukan kegiatan yang bermakna filsafati. Persoalan filsafati adalah pertanyaan mengenai sesuatu pada taraf keumuman yang tertinggi, rnengenai materi seumumnya, menyangkut persoalan arti, nilai dasar atau asas. Budi manusia melakukan analisa, pemahaman, deskripsi, penilaian, penafsiran, dan perekaan yang mengarah pada kejelasan, kecerahan, keterangan, pembenaran, pengertian baru, dan penyatu paduan. Kegiatan budi manusia ini merupakan proses konversi yang berusaha mengubah persoalan-persoalan filsafati menjadi hasil keluar yang dapat berupa kearifan hidup, pandangan dunia, sistem pemikiran, keyakinan dasar atau kebenaran filsafati. Hasil dari budi ini terutama yang mengenai kearifan, umumnya disebut filsafat pengetahuan filsafat. Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan filsafati, seorang tilsuf memakai suatu prosedur tertentu yang dikenal sebagai metode filsafat. Metode-metode filsafat ada berbagai macam; metode analisis (Sokrates), metode sintetik (Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf abad tengah), metode kesangsian (Rene Descrates), metode kritik (Immanuel Kant), metode dialektik (Hegel), metode intuitif (Henri Bergson), metode deskripsi fenomenal (Edmund Husserl), metode pragmatis (William James), metode atomis logis (Betrand Russel), metode analisa filsafat (G. Ryle).

8 Untuk metode-metode filsafat ini Bakker (1984) membaginya sebagai berikut; Metode Kritis (Sokrates, Plato), Metode Intuitif (Plotinos, Henri Bergson), Metode Skolastik (Thomas Aquinas), Metode Eksperimentil (David Hume), Metode Kritis Transendental (Immanuel Kant, Neo-Skolastik), Metode Dialektis (ilegel), Metode Fenomenologis (Husserl, Eksistensialisme), Metode Analitika Bahasa (Wittgenstein). Rangkuman Bab arti pentingnya penelitian filsafat pada masa depan memberikan kesadaran bagi mahasiswa dalam rangka mencari pemahaman baru terhadap apa yang harus dilakukan bagi kemajuan peradaban umat manusia. Untuk keperluan tersebut perlu dipahami kedudukan filsafat diantara ilmu-ilmu lain, karena filsafat mempertanyakan kembali apa yang telah ditemukan atau dijawab ilmu pengetahuan, oleh karena itu filsafat tidak akan pernah berhenti untuk senantiasa mengajukan pertanyaan mendasar, yang tentunya pertanyaan tersebut merupakan syarat mutlak untuk melakukan penelitian. Pertanyaan filsafat muncul dari perenungan jiwa dan pemikiran yang mendalam dari masa ke masa. Oleh karena itu diperlukan suatu metode penelitian filsafat yang sesuai dalam rangka mengetahui apa yang telah dipikirkan dari masa lalu sampai sekarang tentang persoalan-persoalan kehidupan manusia untuk mencapai kearifan hidup. Dalam bab ini mahasiswa diajak untuk memahami objek ilmu dan objek filsafat, perbedaan metode yang digunakan dan objek formal dan objek material penelitian filsafat. Soal Tes Formatif 1. Apa arti penelitian bagi peradaban masa depan manusia. Jelaskan perbedaan metode-metode penelitian filsafat dengan metode penelitian ilmu. 2. Apa peranan pemikiran dan bahasa dalam kehidupan manusia. 3. Jelaskan arti filsafat dalam tindakan. 4. Apa perbedaan penelitian filsafat dengan filsafat. 5. Sebutkan persoalan-persoalan filsafat. Umpan Balik Petunjuk: Untuk menilai jawaban atas tes formatif tersebut mahasiswa perlu menjelaskan penelitian dalam peradaban sampai menjadi manusia modern.

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme

NATURALISME Naturalisme 'natura' naturalisme supernaturalisme NATURALISME Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PADJADJARAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN BIOLOGI DASAR Bab 1 PENDAHULUAN TIM DOSEN BIOLOGI DASAR JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 1 Definisi biologi Biologi (bios hidup + logos ilmu): ilmu

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan Akal dan hati ibarat

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) Dosen Pengampu : TASRIF, MPD Disusun oleh SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Kebenaran

Pengetahuan dan Kebenaran MODUL PERKULIAHAN Pengetahuan Kebenaran Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 M-603 Shely Cathrin, M.Phil Abstract Kompetensi Kebenaran pengetahuan Memahami pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat Kendali Manusia Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan

Lebih terperinci

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat

Lebih terperinci

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 07 Pancasila sebagai Sistem Filsafat Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pendahuluan Pancasila merupakan filsafat bangsa

Lebih terperinci

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si.

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si. ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Ciri-Ciri Manusia Organ tubuhnyakompleks dan sangat khusus terutama otaknya Mengadakan metabolisme Tanggap terhadap rangsang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU Makalah PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU Oleh: FHASRA AKHMAD AKBAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pembelajaran secara kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat

Lebih terperinci

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... i MODUL 1: STRATEGI PEMBELAJARAN 1.1 Hakikat Strategi Pembelajaran... 1.2 Latihan... 1.12 Rangkuman... 1.13 Tes Formatif 1..... 1.13 Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 03Fakultas Shely PSIKOLOGI Filsafat Manusia Sosialitas Manusia Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Membahas mengenai sosialitas manusia menurut pemikiran filsuf mengenai

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH... HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA.. 1.1

TINJAUAN MATA KULIAH... HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA.. 1.1 iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH....... xi Modul 1: HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA.. 1.1 Hakikat Bahasa... 1.3 Latihan... 1.18 Rangkuman 1.20 Tes Formatif 1 1.20 Hakikat Pembelajaran Bahasa...

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting di dunia ini. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini sangat beragam. Salah satunya adalah ilmu tentang alam.

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU Fakultas FEB FASILKOM Matsani, S.E, M.M Program Studi MANAJEMEN SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Pengembangan ilmu selalu dihadapkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 04Fakultas Dr. PSIKOLOGI METODE FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Metode Filsafat Metode Zeno: reduction ad absurdum Metode

Lebih terperinci

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan

Lebih terperinci

PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Modul ke: 13Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Panti Rahayu, SH, MH Program Studi Manajemen Ilmu Pengetahuan berlandaskan Pancasila Pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup itu. Manusia merupakan makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran.

Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup itu. Manusia merupakan makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup itu. Manusia merupakan makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu

Lebih terperinci

PANDANGAN HIDUP SISTEM

PANDANGAN HIDUP SISTEM PANDANGAN HIDUP SISTEM SEPERTI APA REALITAS YANG EKOLOGIS? Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi FE UPN Veteran Jatim) Pemahaman Hidup Sistem Visi atau pandangan hidup akan realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios Generasi Santun Buku 1B Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi

Lebih terperinci

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME Maully Syifa Devinta, Ni matul Azizah, Reny Hanim Anggraini A. Pengertian Epistemologi. Epistemologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang artinya merencanakan suatu proses pembelajaran yang direncanakan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI DIII FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI DIII FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI DIII FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP Oleh : Yuhansyah Nurfauzi Staf Pengajar Program Studi DIII Farmasi STIKES Al-Irsyad

Lebih terperinci

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios Generasi Santun Buku 1A Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan sepanjang hayat yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090) Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat

Lebih terperinci

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS Diskripsi Mata Kuliah Diskripsi Mata Kuliah Daftar Materi Kuliah Mata kuliah memuat tentang Ilmu dan Pengetahuan; Metode Ilmiah; ontologi, epistimologi, aksiologi Filsafat & sains (ilmu); Rasionalisme,

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : FILSAFAT MANUSIA KODE MATAKULIAH /SKS = IT /2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : FILSAFAT MANUSIA KODE MATAKULIAH /SKS = IT /2 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : FILSAFAT MANUSIA KODE MATAKULIAH /SKS = IT-051206/2 SKS TIU: Agar mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang manusia

Lebih terperinci

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan)

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) INTRODUCTION Nama : Ismuyadi, S.E., M.Pd.I TTL : Kananga Sila Bima, 01 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun

Lebih terperinci

. 2 TANDA-TANDA KIAMAT

. 2 TANDA-TANDA KIAMAT Pendahuluan 1 Pendahuluan . 2 TANDA-TANDA KIAMAT Pendahuluan 3 Di sepanjang sejarah, umat manusia telah memahami keagungan gunung-gunung dan luasnya langit, walaupun menggunakan metode-metode pengamatan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Oleh : Putu Ronny Angga Mahendra, S.Pd. M.Pd puturonny87@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Dra. G.A Mas Darwati,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A. Konsep Manusia Dalam Berbagai Sudut Pandang Pencarian makna dan hakekat manusia dilakukan melalui berbagai pendekatan. Para filosuf memahami manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan antar sesamanya. Pernyataan ini memperlihatkan betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI OBJEK. Anggota kelompok:

RUANG LINGKUP FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI OBJEK. Anggota kelompok: RUANG LINGKUP FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI OBJEK Anggota kelompok: Imam Dwi Saputra Astria Primadhani Hanifiya Y.H Lusiana Ulfa H. Rizkary Roslianti Syahida Ariani P RUANG LINGKUP FILSAFAT Filsafat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa

Lebih terperinci