PENGANTAR. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGANTAR. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari"

Transkripsi

1 PENGANTAR Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA bahkan juga di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius (Abdurrahman, 2003) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, sarana untuk mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai (Abdurahman, 2003). Matematika adalah mata pelajaran utama di sekolah sebab Matematika menunjang mata pelajaran lain seperti Fisika atau Kimia. Tampaknya upaya penguasaan matematika belum diiringi dengan sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Terlihat bahwa pelajaran matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan tidak menyenangkan sehingga dihindari (Kholiq, 2007). 1

2 2 Pada Ujian Nasinal tingkat SMA yang dilakukan beberapa waktu yang lalu terdapat perbedaan dengan Ujian Nasional yang dilakukan pada tahun sebelumnya. Perbedaan ini meliputi mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional. Tahun ini terdapat penambahan mata pelajaran sesuai dengan spesialisasi tiap jurusan tersebut. Pada jurusan IPA, ditambah Fisika, Kimia dan Biologi. Pada jurusan IPS, ditambah Sosiologi, Geografi dan Matematika, dan untuk jurusan Bahasa ditambah Sastra Indonesia, Antropologi dan Sejarah. Seorang siswa SMA mengatakan bahwa dia memilih jurusan IPS untuk menghindari Matematika karena dia merasa tidak suka dan tidak bisa Matematika (Anhar, 2008). Gracia (2008), juga mengatakan bahwa mata pelajaran yang paling dibenci adalah Matematika karena pelajaran Matematika sering membuat dia pusing. Ia juga mengatakan bahwa sejak masuk SMA berkeinginan memilih jurusan IPS untuk menghindari Matematika. Namun saat tahun ajaran dia mengikuti Ujian Nasional, pemerintah mengubah aturan yang awalnya Matematika tidak diujikan dalam Ujian Nasional pada siswa SMA jurusan IPS menjadi ikut disertakan dalam Ujian Nasinal pada siswa SMA jurusan IPS. Selain itu, Fahmi (2008) seorang siswa SMA jurusan IPS menyatakan bahwa ia malas mengikuti pelajaran Matematika karena pelajarannya sulit dan membuat pusing. Walaupun ia mengikuti pelajaran di kelas tetapi ia sering kali merasa tidak mengerti apa yang dipelajari. Ia duduk tenang agar tidak dimarahi guru. Jika ulangan atau ujian ia sering mendapatkan nilai rendah. Selain itu ia

3 3 merasa bosan saat belajar Matematika dan untuk menghilangkan rasa bosan tersebut ia sering keluar kelas menuju ke kantin. Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik. Menurut Hamalik (2000), motivasi adalah semua gejala yang terkandung dalam tingkah laku atau tindakan yang mengarah kepada tujuan tertentu, dimana sebelumnya tidak ada tindakan menuju kearah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar individu atau hadiah. Di dalam proses belajar mengajar di kelas, motivasi merupakan proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minatminat. Mc. Donald (Soemanto, 1998) juga menyatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam diri individu yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. Motivasi itu ditandai dengan adanya dorongan afektif. Dorongan afektif ini belum tentu kuat. Dorongan afektif yang kuat, sering diwujudkan dalam tingkah laku. Misalnya suara atau teriakan. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit untuk diamati. Misalnya ada anak yang dengan tenang duduk bekerja dimejanya, tampak kurang nyata dorongan afektifnya, padahal ia memiliki dorongan kuat berupa manifestasi perubahan psikologis yang terjadi dalam dirinya.

4 4 Selain itu Winkel (1987), mengungkapkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tersebut dapat tercapai. Peranannya yang khas adalah dalam hal semangat belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menunjukkan sikap tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu dan senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (Sardiman, 2005). Ciri-ciri motivasi tersebut akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Motivasi yang terus menerus diperlukan agar membantu para siswa mengkonsentrasikan diri pada bahan-bahan pelajaran selama pelajaran berlangsung. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan

5 5 perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2005). Sehingga motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong perbuatan, penggerak perbuatan, dan sebagai pengarah perbuatan. Motivasi sebagai pendorong perbuatan mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa lakukan dalam rangka belajar. Motivasi sebagai penggerak perbuatan adalah siswa melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Selain itu motivasi sebagai pengarah perbuatan adalah motivasi dapat memilih mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang tidak dilakukan (Djamarah, 2002). Selain itu motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar (Syah, 2006). Santrock (2001) juga menyatakan bahwa motivasi terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar. Motivasi memberi semangat seorang siswa dalam kegiatan-kegiatan belajarnya. Motivasi-

6 6 motivasi perbuatan sebagai pemilih dari tipe kegiatan di mana seseorang berkeinginan untuk melakukannya. Selain itu motivasi juga memberi petunjuk pada tingkah laku (Crow & Crow, 1984). Santrock (1996) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini meliputi tujuan belajar, persepsi siswa mengenai kecerdasannya, dan keyakinan akan kemampuannya. Sedangkan faktor eksternal ini meliputi adanya tingkat kesulitan tugas, persaingan, dan pola asuh. Rendahnya motivasi belajar matematika disebabkan oleh faktor internal siswa itu sendiri yaitu rendahnya keyakinan akan kemampuannya terhadap mata pelajaran Matematika. Keyakinan akan kemampuan diri tersebut terwakili oleh konsep selfefficacy. Menurut Bandura (1997), self-efficacy merupakan suatu keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu dengan berhasil. Hal ini akan mengakibatkan bagaimana individu merasa, berfikir dan bertingkah laku, memiliki rasa bahwa individu mampu untuk mengendalikan lingkungan sekitarnya. Peningkatan self-efficacy senantiasa dikaitkan dengan peningkatan sikap positif yang lain. Misalnya, siswa mengekspresikan lebih tertarik dengan Matematika, bekerja lebih baik dan bertahan pada soal-soal yang sukar. Keyakinan ini akan membantu individu menentukan apa yang akan dilakukannya dengan pengetahuan dan ketrampilannya. Dariyo (2004) mengungkapkan bahwa efikasi diri adalah kemampuan untuk menyadari, menerima dan mempertanggungjawabkan semua potensi, ketrampilan atau keahlian secara tepat. Siswa yang memiliki self-efficacy yang

7 7 rendah cenderung akan mengarahkan orientasi kognitifnya pada kurangnya keyakinan atau harapan tentang sejauh mana dirinya memperkirakan kemampuannya saat berhadapan dengan pelajaran Matematika dan pada akhirnya akan menurunkan motivasi belajar matematika karena siswa dengan self-efficacy yang rendah ini akan merasa tidak mampu menghadapi pelajaran Matematika untuk mencapai hasil yang diinginkan. Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan merasa yakin bahwa dirinya akan dapat berhasil menyelesaikan permasalahan yang ada pada pelajaran Matematika dalam menyelesaikan tugas yang sulit sekalipun. Keyakinan yang kuat akan keberhasilan ini, siswa tersebut akan menggerakkan segala usaha untuk dapat menjalankan suatu tugas pelajaran Matematika semaksimal mungkin. Dari uraian di atas maka rumusan masalah yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara self-efficacy Matematika dengan motivasi belajar Matematika pada siswa SMA kelas XI jurusan IPS? METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Muhammadiyah III Yogyakarta. Jumlah subyek berjumlah 123 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan terhadap sampel berdasarkan kriteria atau karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Karakteristik subjek penelitian yang dipakai pada penelitian ini antara lain: 1. Siswa kelas XI yang mengambil jurusan IPS 2. Usia 15 sampai 18 tahun

8 8 B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode testing dengan menggunakan skala. Skala adalah serangkaian pernyataan yang akan direspon oleh responden (Hadi, 2000). Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Motivasi Belajar Matematika Motivasi belajar Matematika diukur dengan menggunakan skala Motivasi belajar Matematika. Skala motivasi belajar Matematika ini disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar Matematika yaitu goal (tujuan), activity (aktivitas) dan Instigated and Sustained (dorongan terus menerus). Cara pemberian skor untuk tiap jawaban terhadap butir pernyataan favorable adala 4 untuk pilihan Sangat Sesuai (SS), 3 untuk pilihan Sesuai (S), 2 untuk pilihan Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sebaliknya skor untuk tiap jawaban terhadap butir pernyataan unfavorable adalah 1 untuk pilihan Sangat Sesuai (SS), 2 untuk pilihan Sesuai (S), 3 untuk pilihan Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS). Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka semakin tinggi tingkat motivasi belajar matematika. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subyek maka semakin rendah tingkat motivasi belajar matematika. Berikut blue print skala Motivasi Belajar Matematika :

9 9 Tabel 1 Blue print skala motivasi belajar Matematika No Aspek Favourable Unfavourable Jml 1 Goal (tujuan) 1,10,17,21,25,27,32, 3,5,12,19,31,36, 26 33,40,41,42,45,49,52 38,43,46,51,53,54 2 Activity (aktivitas) 2,11,13,22,28,29,30, 4,6,9,16,18,20,26, 22 3 Instigated and Sustained (dorongan terus menerus) 35,44,47,55 37,39,48,50 8,14,15,24 7,23,34 7 Total Self-Efficacy Matematika Self-Efficacy Matematika diukur dengan menggunakan skala self-efficacy Matematika. Skala self-efficacy ini disusun berdasarkan aspek-aspek self-efficacy yaitu tingkat kesulitan tugas (magnitude), luas bidang perilaku (generality), dan kemantapan keyakinan (strength). Cara pemberian skor untuk tiap jawaban terhadap butir pernyataan favorable adala 4 untuk pilihan Sangat Sesuai (SS), 3 untuk pilihan Sesuai (S), 2 untuk pilihan Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sebaliknya skor untuk tiap jawaban terhadap butir pernyataan unfavorable adalah 1 untuk pilihan Sangat Sesuai (SS), 2 untuk pilihan Sesuai (S), 3 untuk pilihan Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS). Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka semakin tinggi tingkat self-efficacy Matematika. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subyek maka semakin rendah tingkat self-efficacy Matematika. Berikut adalah sebaran aitemaitem skala self-efficacy Matematika, yaitu:

10 10 Tabel 2 Blue print skala self-efficacy Matematika No Aspek Favourable Unfavourable Jml 1 Tingkat kesulitan 1,8,18,19,25,31,40,41 2,11,16,24,27,35, 16 tugas (magnitude) 38, 42 2 Luas bidang 3,10,13,22,26,33,37, 6,12,17,21,30,39 14 perilaku (generality) 44 3 Kemantapan 5,7,15,23,28,32,43 4,9,14,20,29,34,36 14 keyakinan (strength) Total 44 C. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik melalui komputer dengan menggunakan program SPSS for windows versi dan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy Matematika dengan motivasi belajar Matematika digunakan teknik analisis korelasi product moment. HASIL PENELITIAN 1. Reliabilitas dan Validitas Pelaksanaan penelitian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Skala motivasi belajar Matematika berjumlah 55 aitem dan diberikan pada 132 orang subjek tetapi hanya 123 skala yang bisa dianalisis sedangkan 9 skala tidak dapat dianalisis karena tidak diisi secara lengkap. Dari uji validitas tersebut peneliti melakukan proses seleksi aitem dengan memilih 47 aitem yang memiliki koefisien validitas 0,330 rxy 0,714 (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Aitem-aitem yang tidak valid adalah nomor 1, 12, 16, 20, 26, 30, 47, 49.

11 11 Skala motivasi belajar Matematika dengan 47 aitem valid memiliki arti skala motivasi belajar Matematika memiliki tingkat kepercayaan sebesar 94,7% atau dengan kata lain, jika dikenakan pada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda 94,7% akan memiliki hasil yang sama. Sedangkan skala self-efficacy Matematika berjumlah 44 aitem Dari uji validitas tersebut peneliti melakukan proses seleksi aitem dengan memilih 38 aitem yang memiliki koefisien validitas 0,328 rxy 0,618 (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Aitem-aitem yang tidak valid adalah nomor 3, 4, 29, 33, 35, 44. Skala self-efficacy Matematika dengan 38 aitem valid memiliki koefisien motivasi belajar Matematika memiliki tingkat kepercayaan sebesar 92,6% atau dengan kata lain, jika dikenakan pada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda 92,6% akan memiliki hasil yang sama. Berdasarkan hasil pengujian terhadap validitas dan reliabilitas skala di atas dapat disimpulkan bahwa skala motivasi belajar Matematika dan skala selfefficacy Matematika memiliki reliabilitas yang cukup tinggi dan layak digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. 2. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya uji korelasi product moment dari

12 12 Pearson, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Hadi, 1996). a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov test. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0,05 maka sebaran data tidak normal. Berdasarkan, hasil uji normalitas diperoleh nilai KS-z motivasi belajar Matematika sebesar 1,002 dengan p=0,268 (p > 0,05). Sedangkan nilai KS-z selfefficacy Matematika sebesar 1,009 dengan p=0,260 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel motivasi belajar Matematika dan self-efficacy Matematika memiliki distribusi normal. b. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel tergantung memiliki hubungan yang linier atau tidak. Kaidah yang digunakan adalah apabila p < 0,01 maka dikatakan kedua variabel memiliki hubungan yang linier. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan Uji F Oneway Anova. Hasil uji Linieritas self-efficacy Matematika dan motivasi belajar Matematika diperoleh nilai F sebesar 72,063 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel self-efficacy Matematika memiliki hubungan yang linier terhadap variabel motivasi belajar Matematika.

13 13 3. Hasil Uji Hipotesis Setelah memenuhi uji asumsi, dilakukan uji hipotesis untuk melihat hubungan antara self-efficacy Matematika dengan motivasi belajar Matematika. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai r = 0,602 dengan taraf signifikansi p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel bebas self-efficacy Matematika dengan variabel tergantung motivasi belajar Matematika pada siswa. PEMBAHASAN Hasil analisis data diperoleh adanya hubungan positif antara self-efficacy Matematika dengan motivasi belajar Matematika (r = 0,602; p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara selfefficacy Matematika dengan motivasi belajar Matematika pada siswa SMA kelas XI jurusan IPS dapat diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Santrock (1996) mengungkapkan bahwa keyakinan akan kemampuannya seorang siswa mempengaruhi motivasi belajar siswa itu sendiri. Keyakinan akan kemampuan ini disebut dengan self-efficacy. Menurut Bandura (1997), self-efficacy adalah keyakinan akan kemampuan seseorang untuk merencanakan dan menjalankan rencana untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Self-efficacy tidak berkaitan dengan kemampuan, melainkan terkait dengan keyakinan.

14 14 Selain itu Santrock (2001), menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif. Keyakinan tersebut menentukan apakah seseorang akan mencoba mengatasi situasi yang sulit atau tidak. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar Matematika membutuhkan keyakinan akan kemampuan dalam Matematika agar dapat menyelesaikan tugas yang dihadapi dengan baik. Dengan kata lain, siswa harus memiliki keyakinan akan kemampuan dalam Matematika agar termotivasi dalam belajar Matematika. Hasil penelitian ini juga menguatkan pendapat Bandura (Dimyati, 2000) mengemukakan bahwa efikasi diri mengacu pada suatu keyakinan seseorang atas kemampuannya untuk melaksanakan tugas khusus atau bagian dari berbagai komponen tugas. Lebih jauh dikatakan bahwa efikasi diri tidak berkaitan dengan kemampuan yang sebenarnya melainkan terkait dengan keyakinan seseorang. Lebih lanjut Komandyahrini & Hawadi (2008) juga menyatakan bahwa individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan berfikir bahwa kesulitan atau rintangan selalu dapat diatasi melalui pengembangan diri dan ketekunan. Sementara individu yang memiliki self-efficacy rendah akan dengan mudah meyakini kesia-siaan akan usahanya dalam menghadapi kesulitan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat self-efficacy Matematika mempengaruhi peningkatan motivasi belajar Matematika adalah sebesar 36,2 %, sedangkan sisanya sebesar 63,8% motivasi belajar Matematika masih dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini

15 15 menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi dinamika motivasi belajar Matematika selain self-efficacy Matematika. Beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap dinamika motivasi belajar Matematika tetapi tidak diteliti pada penelitian ini seperti cita-cita atau aspirasi siswa, intelegensi, dan pola asuh. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar. Keinginan yang ingin dicapai dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Serta cara berfikir siswa mengenai kecerdasan dapat mempengaruhi keinginan untuk menguasai materi akademik (Mudjiono dan Dimyati, 2006). Sedangkan pola asuh yang memberikan kebebasan pada anak untuk eksplorasi sehingga mereka terbiasa untuk menghadapi tugas yang menantang dan belajar menangani masalah sendiri akan membuat anak mempunyai motivasi belajar yang tinggi (Santrock, 1996). Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi maka faktor-faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, juga harus saling mendukung. Jadi tidak dapat dikatakan hanya dari diri siswa saja yang dapat meningkatkan motivasi belajar, melainkan juga dari orang tua atau guru.

16 16 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara self-efficacy Matematika dengan motivasi belajar Matematika pada siswa SMA jurusan IPS. Dimana semakin tinggi self-efficacy Matematika maka semakin tinggi motivasi belajar Matematika. Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy Matematika, maka semakin rendah motivasi belajar Matematika. SARAN Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi para siswa, dalam penelitian ini terbukti bahwa motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan memiliki self-efficacy yang tinggi. Di harapkan para siswa selalu memegang teguh keyakinan akan kemampuan dalam belajar, dimana self-efficacy sebagai suatu hal yang dapat mempengaruhi tingkat motivasi belajar. Sudah seharusnya setiap siswa senantiasa memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuan mereka dalam belajar, karena dengan self-efficacy yang dimiliki akan siswa tersebut akan menggerakkan segala usaha untuk dapat menjalankan suatu tugas pelajaran semaksimal mungkin, tidak terkecuali ketika sedang menghadapi kesulitan dalam belajar Matematika. Selain itu di harap para siswa lebih terbuka pada gurunya jika sedang mengalami kesulitan pada pelajaran Matematika.

17 17 2. Bagi pihak sekolah, hendaknya terus meningkatkan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan self-efficacy khususnya dalam pelajaran Matematika dan meningkatkan motivasi belajar Matematika sehingga dapat menjadi bagian perencanaan langkah-langkah strategi peningkatan prestasi belajar Matematika siswa. 3. Bagi Peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini hanya mencakup ruang lingkup yang terbatas, yang tentu saja kurang memenuhi persyaratan ilmiah apabila ingin digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas. Maka disarankan agar peneliti selanjutnya dapat: a. Mencoba mengaitkan motivasi belajar Matematika dengan faktor-faktor lain yang lebih menarik lagi, seperti budaya, keluarga dan sekolah. b. Seperti yang telah diketahui bahwa penelitian ini dimungkinkan adanya bias karena prosedur pengambilan data yang kurang terkontrol karena terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki sehingga peneliti tidak dapat mengawasi secara detail. Hal ini menyebabkan peneliti tidak mengetahui alasan yang pasti terkait dengan beberapa skala yang tidak diisi, dan untuk mengetahui bagaimana keadaan subjek saat mengisi skala, dimana kondisi atau keadaan subjek saat mengisi skala dapat mempengaruhinya dalam menentukan pilihan jawaban ketika mengisi skala. c. Hendaknya dalam penyusunan aitem dalam skala self-efficacy Matematika lebih spesifik sehingga lebih tepat dalam mengukur self-efficacy mata pelajaran Matematika.

18 18 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Alwisol Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press Anhar, S Masuk IPS Untuk Menghindari Matematika. 10/03/2008 Annam, M. C Motivasi Belajar. Depok : Cerdas Pustaka Azwar, S Penyusunan Skala Psikologi. Edisi I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A Self Efficacy. The Exercise Of Control. New York : W. H. Freeman and Company Baron, R. A. dan Byrne, D Psikologi Sosial Jilid I. Edisi 10. Jakarta: Erlangga Crow & Crow Psikologi Pendidikan. Surabaya : PT. Bina Ilmu Dalyono, M Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Dariyo, A Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia. Dimyati Kohesivitas Tim dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Prestasi Olahraga Tim. Jurnal Psikologika, 10, Djamarah, S. B Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Dimyati & Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta Eggen, P. & Kauchak, D Educational Psychology. Indious On Clasroom Cliffs. Prentice Hall Inc Hadi, S Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset Hadi, S Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, O Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo

19 19 Komandyahrini & Hawadi Hubungan Self-Efficacy dan Kematangan dalam Memilih Karir Siswa Program Percepatan Belajar. Jurnal Keberbakatan dan Kreativitas, 2, Kholiq Matematika Masih Jadi Momok UAN. 16/12/2007 Nawangsari, N. A. F Pengaruh Self-Efficacy dan Expectancy-Value Terhadap Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika. Jurnal Insan Media Psikologi, 2, Nisfiannoor, Carlos & Zamralit Hubungan Antara Self-Efficacy dan Prestasi Kerja Karyawan Marketing. Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi, 8, Riyanti, B. P. D Self-Efficacy dan Intensi Menjadi Wirausaha. Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi, 8, Rizvi, A., Prawitasari, J. E., dan Soetjipto, H. P Pusat Kendali dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika, 3, Salim., Singgih, E. F., Sukadji, S Sukses di Perguruan Tinggi. Depok Santrock, J. W Educational Psychology. Third Edition. New York: McGraw-Hill Companies Santrock, J. W Adolescence. New York: McGraw-Hill Companies Sardiman, A. M Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Schunk, D. H. & Pintrich, P. R Motivation in Education. Theory, Research, and Applications. Prentice Hall Inc Smet Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Soemanto, W Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Sukmadinata, N. S Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset Syah, M Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

20 20 Syah, M Psikologi Belajar. Jakarta : : PT. Raja Grafindo Persada Uno, H. B Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara Winkel, W. S Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

21 21 IDENTITAS PENULIS Nama : Dwi Yustiana Purbaningsih Alamat : Jl. Wates Km. 14 Yogyakarta No. Telp / HP : yusti_747@yahoo.com

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Definisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi dan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini peneliti mengajukan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Relationship between Learning Motivation and Self Efficacy with Career Maturity

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi Ibnu Muchamad Romandhon (0712003) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Motivasi belajar dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Hadi (1996) mengemukakan variabel adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran penyelidikan menunjukkan variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Semu atau Kuasi (Quasi Experimental) yaitu penelitian eksperimental yang penyamaan kelompok kontrol dengan kelompok

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KINERJA MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. 3.1.2. Waktu Penelitian Waktu Penelitian akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA, KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO. (Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI

PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA, KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO. (Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA, KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO (Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI Oleh GUNTUR ADHE PRADANA A 410 070 206 PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian. ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan. 1 Kesalahan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA 1 PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA Indah Lestari M. Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari masa kerja. Dugaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh :

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh : PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP NILAI UJIAN SEMESTER MATA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 REMBANG TAHUN AJARAN 2012/ 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Prestasi Belajar Sosiologi, Minat belajar, Motivasi Berprestasi.

ABSTRAK. Kata Kunci: Prestasi Belajar Sosiologi, Minat belajar, Motivasi Berprestasi. ABSTRAK Arif Rachmanto. K8411011. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA.

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. THE RELATIONSHIP BETWEEN SEL-CONCEPT AND SELF- EFFICACY WITH STUDENTS SELF-REGULATED LEARNING Oleh: ARDHIANA CAHYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisinya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERGAULAN TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUKODONO TAHUN AJARAN 2013/2014. JURNAL PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korealasional kuantitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian adalah kegiatan pelaksanaan penelitian atau prosedur, standar yang memenuhi kriteria ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2 PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/ 2012 JURNAL PUBLIKASI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. 1 A. Pendekatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan perilaku

Lebih terperinci

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS MAN 1 KOTA BLITAR Penelitian ini didasarkan pada masalah guru dalam menjalankan tugas sehari-hari, seringkali guru harus berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Margono (2007) menyatakan bahwa variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel dapat juga diartikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Jurnal Penelitian Psikologi 2016, Vol. 07, No. 01, 1-9 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Jurusan Psikologi, FIP, Unesa. Abstrak ; Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan analisis regresi ganda atau regresi linear, yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan analisis regresi ganda atau regresi linear, yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian deskriftif dengan menggunakan analisis regresi ganda atau regresi linear, yaitu merupakan penelitian yang memiliki

Lebih terperinci

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta Dini Amalia Ulfah 12512192 Dr. Intaglia Harsanti BAB 1: Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana individu mulai menyukai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Menurut Sugiyono (2011), korelasi merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Seperti hubungan antara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D) 87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendektan kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menggunakan analisis statistik untuk mengetahui tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. dan Urbina, S. 1997. Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. Apollo. 2007. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif. Menurut Sugiyono (006) penelitian komparatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara Prestasi Akademik (Y) dengan Self-Efficacy (X1) dan Optimisme (X2).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara Prestasi Akademik (Y) dengan Self-Efficacy (X1) dan Optimisme (X2). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang menggabungkan antara Prestasi Akademik (Y) dengan Self-Efficacy (X1) dan Optimisme (X2). Secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP N 1 Trangkil Tahun Ajaran2014/2015)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitian. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu 28 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI ANGKATAN 2013-2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

Kata kunci: Perhatian Orang Tua, Kebiasaan Belajar, Nilai UAN

Kata kunci: Perhatian Orang Tua, Kebiasaan Belajar, Nilai UAN PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA SISWA, KEBIASAAN BELAJAR, DAN NILAI UAN TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN TEORI PERMESINAN KELAS 1 SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA DAN SMK MUHAMADIYAH 3 YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013 Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan dalam penelitian atau biasa disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitan 1. Identifikasi variabel penelitian Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah : a. Variabel terikat (X) : Frekuensi Merokok b. Variabel bebas (Y)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Dalam penelitian ini korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat

BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Dalam penelitian ini korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL Dalam penelitian ini korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat perbedaan antar variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research). Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk

Lebih terperinci

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 3 (1), 6-10 (2017)

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 3 (1), 6-10 (2017) ISSN: 2502-2318 (Online) ISSN: 2443-2911 (Print) Alamat URL http://omega.uhamka.ac.id/ ω o m e g a Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 3 (1), 6-10 (2017) Hubungan Lingkungan Sekolah dan Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil keputusan dalam berbagai hal (Santrock, 2002). Menurut Papalia dan Olds (2009:8), masa remaja adalah

Lebih terperinci

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016 UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, KEAKTIFAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD NEGERI TEGALREJO 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD NEGERI TEGALREJO 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 1 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD NEGERI TEGALREJO 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan... HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Semu atau kuasi (Quasi Experimental) yaitu penelitian eksperimental yang penyamaan kelompok kontrol dengan kelompok

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KEMAMPUAN EKONOMI KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KECENDERUNGAN PUTUS SEKOLAH ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA DOHOLOR KELURAHAN DOHO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu langkah yang penting dalam suatu penelitian ilmiah. Cara atau metode penelitian adalah alat untuk mencapai tujuan dan kualitas penelitian sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui peubah-peubah apa saja yang akan diukur dan instrument seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal ini dikarenakan data yang didapat dari penelitian berupa angka atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek penelitian dan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel Tergantung Variabel Bebas : Kecemasan akademik : Efikasi diri B. Definisi Operasional 1. Kecemasan Akademik Kecemasan akademik adalah dorongan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci