KAJIAN TAKSONOMI KULTIVAR DURIAN DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT 1) Budi Irawan, Joko Kusmoro dan Sri Rejeki Rahayuningsih 2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TAKSONOMI KULTIVAR DURIAN DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT 1) Budi Irawan, Joko Kusmoro dan Sri Rejeki Rahayuningsih 2)"

Transkripsi

1 KAJIAN TAKSONOMI KULTIVAR DURIAN DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT ) Budi Irawan, Joko Kusmoro dan Sri Rejeki Rahayuningsih 2) ). Dibiayai oleh DIKTI melalui Hibah Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran ). Jurusan Biologi FMIPA UNPAD ABSTRAK Kajian Taksonomi kultivar durian di Subang Jawa Barat telah dilakukan berdasarkan ciri morfologi. Sembilan kutivar telah diamati, yaitu Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek, Matahari, Hepi, Kani, Sunan, Aseupan, Sukun, dan Petruk. Kunci identifikasi dan pertelaan telah disusun untuk tingkat kultivar. Analisis fenetik dengan menggunakan NTSYSpc version 2.0 telah membagi sembilan kultivar tersebut kedalam dua cabang. Cabang pertama adalah kutivar asal Thailand (yaitu : Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek, dan Kani ), dan cabang yang kedua adalah kultivar asal Indonesia (yaitu: Matahari, Hepi, Sunan, Aseupan, Sukun, dan Petruk ). Kedua cabang ini terpisah berdasarkan ciri alur ruang buah dan jumlah ruang buah. Kata kunci : Taksonomi, Kultivar, Durian, Subang Latar Belakang PENDAHULUAN Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan tanaman berasal dari Asia Tenggara, terutama Indonesia (Ashari, 995; Uji dkk, 998). Durian memiliki prospek ekonomi yang cukup bagus disamping buah-buahan lainnya. Pemasaran buah durian dari tahun ke tahun terus meningkat. Dewasa ini buah durian semakin digemari oleh masyarakat, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Harga buah durian semakin meningkat karena peminatnya yang semakin bertambah (AAK, 997; Trubus, 999). Selain dimakan salut bijinya, pohon durian digunakan untuk konservasi lingkungan karena mengurangi erosi; kulit buahnya digunakan sebagai campuran media tanam; bagian akar, daun, dan kulit buahnya dapat digunakan pula sebagai obat (Tjitrosoepomo, 952; Heyne, 987; Rismunandar, 986; Suhardi, 2002). Di Indonesia terdapat banyak kultivar dan klon durian, terutama durian jenis Durio zibethinus Murr. atau yang biasa disebut durian budidaya. Reza (2002) melaporkan sebanyak 28 kultivar durian unggul yang ada di Indonesia. Banyaknya kultivar durian tadi menyebabkan kesulitan untuk membedakannya, disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai ciri kultivar durian. Selama ini ciri yang paling sering

2 digunakan sebagai pembeda kultivar durian adalah ciri buahnya. Selain itu ada perbedaan penamaan terhadap kultivar-kultivar tersebut oleh tiap kelompok masyarakat. Karena ada perbedaan penamaan kultivar durian, maka sering terjadi kesalahan dalam mengenal kultivar durian. Selain dari morfologi buah, pengetahuan kultivar dapat dilihat dari morfologi organ lainnya, seperti daun, percabangan, ataupun bunganya. Subang adalah salah satu sentra buah-buahan di Jawa Barat (Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan, 980). Buah-buahan yang menjadi andalan Kabupaten Subang diantaranya adalah nanas, rambutan dan durian. Banyak perkebunan di Subang yang menanam tanaman durian sebagai tanaman utamanya. Dewasa ini semakin banyak orang yang membuka lahan di Subang untuk di jadikan perkebunan durian, baik secara perorangan maupun dalam perusahaan agribisnis. Kultivar durian yang ditanam juga sangat bermacam-macam, mulai dari kultivar lokal sampai kultivar unggul yang telah dilepas oleh departemen pertanian. Penelitian tentang variasi dan kekerabatan kultivar-kultivar durian di Subang dipandang perlu, tidak hanya dikarenakan perbedaan pendapat diantara petani tetapi juga untuk mengetahui kekerabatan diantara kultivar-kultivar tersebut. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :. Apakah ciri morfologi dapat digunakan untuk membatasi dan membedakan kultivar durian 2. Bagaimana hubungan kekerabatan atau pengelompokan kultivar durian berdasarkan ciri morfologi Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam hal penyampaian informasi mengenai karakteristik morfologi dari daun, bunga dan buah. BAHAN DAN METODE 2

3 Pengambilan sampel kultivar durian diperoleh dari Perkebunan P.T. Sekar Gunung Lembang, Sagalaherang Subang dan Perkebunan durian Haji Odin, di Desa Jambel Air Subang. Pengamatan Morfologi dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA, Unpad. Pelaksanaan penelitian dari bulan Desember 2004 sampai Maret Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksplorasi dan deskriptif. Eksplorasi dilakukan dengan mengumpulkan sampel kultivar-kultivar durian dari perkebunan durian di Kabupaten Subang. Setiap kultivar diamati ciri morfologi, kemudian disusun pertelaannya (Vogel, 987). Terminologi menurut Harris dan Harris (994) dan Rifai dan Widjaja (997). Berdasarkan ciri tersebut disusun kunci identifikasi (Vogel, 987). Hubungan kekerabatannya dapat diketahui dengan pengkodean ciri, yang selanjutnya diolah dengan menggunakan program NTSYSpc version 2.0 (Rohlf, 998; Gengler-Nowak, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman Kultivar Durian di Kabupaten Subang Kultivar durian yang terdapat di Kabupaten Subang sangat bermacam-macam, terdiri dari kultivar unggul yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan kultivar lokal non unggulan. Kultivar durian unggul yang ditanam di Subang yaitu Otong daun panjang, Otong daun pendek, Matahari, Hepi, Sunan, Sukun, Kani dan Petruk. Sedangkan kultivar durian lain yang diketahui namanya adalah Aseupan (Tabel ). Berdasarkan eksplorasi di beberapa daerah di Kabupaten Subang, diketahui bahwa daerah yang merupakan pusat perkebunan durian di Subang adalah Subang bagian Selatan. Perkebunan durian yang terdapat di Subang bagian Selatan tersebut terdiri dari perkebunan penduduk dan perkebunan milik pengusaha agribisnis yang luasnya mencapai puluhan hektar. Beberapa perkebunan durian milik penduduk ditanami dengan kultivar durian yang tidak diketahui namanya, kebanyakan dari tanaman durian ini berasal dari biji. 3

4 Sebagian penduduk lainnya menanam kultivar durian unggul, mereka tertarik dengan baiknya kualitas serta tingginya harga buah yang dihasilkan dari kultivar durian unggul. Tabel. Macam Kultivar Durian di Kabupaten Subang No Nama Kultivar Asal Keterangan Otong Daun Panjang Thailand Kultivar unggul 2 Otong Daun Pendek Thailand Kultivar unggul 3 Matahari Bogor Kultivar unggul 4 Hepi Bogor Kultivar unggul 5 Kani Thailand Kultivar unggul 6 Sunan Boyolali Kultivar unggul 7 Aseupan Subang Kultivar non unggul 8 Sukun Karanganyar Kultivar unggul 9 Petruk Jepara Kultivar unggul Ciri Morfologi Secara morfologi kultivar-kultivar durian di Subang menunjukkan keanekaragaman pada ciri : bentuk daun, bagian terlebar daun, bentuk pangkal daun, panjang ujung daun, tepi daun, permukaan atas daun, tonjolan urat daun pada permukaan atas, lipatan daun, panjang kelopak tambahan, jumlah benang sari, bentuk buah, alur ruang buah, tonjolan bekas tangkai putik, jumlah ruang buah dan tebal salut biji. Daun berbentuk melonjong terdapat pada kultivar Hepi, Kani dan Sunan, sedangkan berbentuk melanset terdapat pada kultivar Otong Daun Panjang, Matahari, Aseupan, Sukun dan Petruk. Kultivar Otong Daun Pendek mempunyai bentuk daun melonjong-melanset. Bagian terlebar daun ada yang terdapat di pangkal ( Otong Daun Pendek dan Kani ), di tengah ( Matahari, Hepi, Sunan, Aseupan dan Petruk ) dan di ujung ( Otong Daun Panjang dan Sukun ). Bentuk pangkal daun pada kultivar Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek, Matahari, Sunan dan Petruk adalah menumpul, sedangkan pada kultivar Hepi, Kani, Aseupan dan Sukun adalah membundar. Tepi daun rata kecuali pada kultivar Otong Daun Panjang dan Petruk yang tepi daunnya bergelombang. Panjang ujung daun umumnya < 2 cm, kecuali pada Otong Daun Panjang 2 cm. Permukaan daun rata ( Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek, Matahari, Aseupan, Sukun dan Petruk ) dan berbingkul ( Hepi, Kani dan Sunan ). Tonjolan urat daun pada permukaan atas jelas ( Sunan dan Sukun ) dan tidak jelas ( Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek, Matahari, 4

5 Hepi, Kani, Aseupan dan Petruk ). Lipatan daun cukup beragam, pada Otong Daun Pendek, Matahari dan Kani daunnya tidak melipat (rata), pada kultivar Sunan dan Sukun lipatan daunnya incurve (terlengkung masuk) membentuk huruf U, pada kultivar Otong Daun Panjang, Aseupan dan Petruk lipatan daunnya incurve (terlengkung masuk) membentuk huruf V, sedangkan pada kultivar Hepi lipatan daunnya recurve (terlengkung balik). Gambar. Bagian terlebar daun, (a) terlebar di pangkal, (b) terlebar di tengah dan (c) terlebar di ujung. Gambar 2. Pangkal daun, (a) menumpul, (b) membundar. Bunga memiliki panjang kelopak tambahan umumnya > 2 cm, kecuali pada kultivar Matahari 2 cm. Jumlah benang sari < 40 ( Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek, Matahari, Sunan, Aseupan ) dan 40 ( Hepi, Kani, Sukun, Petruk ). 5

6 Gambar 3. Lipatan daun, (a) rata, (b) incurve bentuk huruf U, (c) incurve bentuk huruf V, (d) recurve Bentuk buah elipsoides, kecuali pada kultivar Matahari, Kani dan Petruk yang berbentuk membulat. Pada kultivar Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek dan Kani alur ruang buahnya berlekuk dalam, sedangkan pada kultivar Matahari, Hepi, Sunan, Aseupan, Sukun dan Petruk alur ruang buahnya rata (tidak berlekuk). Tonjolan bekas tangkai putik pada ujung buah menonjol, kecuali pada kultivar Matahari dan Aseupan yang tonjolan bekas tangkai putiknya rata. Pada kultivar petruk tonjolan bekas tangkai putiknya tidak diketahui karena data buah tidak lengkap (missing value). Ruang buah berjumlah 5 ( Matahari, Hepi, Sunan, Aseupan, Sukun dan Petruk ), sedangkan pada kultivar Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek dan Kani ruang buahnya berjumlah 4-6. Tebal salut biji umumnya > 0,5 cm pada semua kultivar kecuali pada kultivar Aseupan yang tebal salut bijinya 0,5 cm. 6

7 Gambar 4. Tonjolan bekas tangkai putik, (a) rata dan (b) menonjol Gambar 5. Bagian-bagian bunga dari tanaman durian 7

8 Taksonomi Treatment PERTELAAN JENIS Durio zibethinus Murr. Durio zibethinus Murr., Steenis, Flora (949) 286; Tjitrosoepomo, Dur. Mal. (952) 36; Kostermans, Genus Dur. Adans (958) 27, Backer & Bakhuizen van den Brink, Fl. Jav. I (963) 420. Pohon tinggi sampai 40 m. Daun : panjang tangkai daun,4-2,3 cm, diameter 0,-0,2 cm, jarak antar tangkai daun,3-2,9 cm; bentuk daun melonjong sampai melanset, panjang 9,7-9,6 cm, lebar 3-6, cm, warna permukaan atas hijau sampai hijau tua, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul atau membundar, ujung melancip, panjang ujung daun 0,5-2,3 cm, tepi rata atau bergelombang; permukaan atas rata atau berbingkul, tonjolan urat daun pada permukaan atas jelas atau tidak jelas; lipatan daun incurve, recurve atau rata. Bunga : bunga dalam rangkaian payung, menggantung, jumlahnya 3-47; panjang tangkai 2,3-5, cm, diameter 0,3-0,5 cm, warna keemasan; panjang kelopak tambahan,7-2,7 cm, warna bagian luar kelopak tambahan hijau, bagian dalam krem atau kehijauan, permukaan luar bersisik, permukaan dalam berbulu halus; kelopak berbentuk lonceng, tinggi,8-2,7 cm, bagian luar berwarna kuning keemasan, bagian dalam oranye, ujung runcing, permukaan luar bersisik, permukaan dalam berbulu halus; mahkota berbentuk menyudip, panjang 3,3-5,3, lebar,2-3,2 cm, warna bagian luar dan dalam krem, ujung membundar, permukaan luar dan dalam berbulu halus; benang sari dalam 5 berkas berbentuk kipas, jumlah 28-77, jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-6, panjang tangkai sari,7-4,6 cm, warna tangkai sari krem; warna putik kremoranye, panjang tangkai putik 2,4-3,6 cm. Buah : buah membulat sampai ellipsoides, panjang 8-26 cm, lebar 2-24,5 cm, alur ruang buah rata atau berlekuk, tonjolan bekas tangkai putik menonjol atau rata, jumlah duri dalam luas 5X5 cm 0-3; tebal kulit buah 0,5-,2 cm; jumlah ruang buah 4-6; warna salut biji putih sampai kuning cerah, tebal 0,4-,5 cm. Trikomata : Trikomata berbentuk sisik bersel banyak, ukuran trikomata 400µm sampai 650 µm. Nama lokal : Durian, Ind., Duren, J, Ind, S, Md, Ambetan, J, Kadu, S. Manfaat : Salut bijinya dapat dimakan; akarnya sebagai obat penurun panas; daun durian dicampur dengan jaringau (Acorus sp), untuk mengobati cantengan (infeksi dalam kuku); lumatan kulit durian dapat dilumaskan ke perut untuk memudahkan buang air besar; air abu kulit buah durian dapat digunakan sebagai obat pelancar haid dan juga penggugur kandungan (abortivum). KUNCI IDENTIFIKASI KULTIVAR DURIAN. a. Alur ruang buah berlekuk, jumlah ruang buah b. Alur ruang buah rata, jumlah ruang buah a. Tepi daun bergelombang, panjang ujung daun 2 cm... Otong Daun Panjang b. Tepi daun rata, panjang ujung daun < 2 cm...3 8

9 3. a. Bentuk pangkal daun membundar...5. Kani b. Bentuk pangkal daun menumpul...2. Otong Daun Pendek 4. a. Bentuk daun melonjong...5 b. Bentuk daun melanset a. Permukaan atas daun rata, lipatan daun incurve membentuk huruf U...6 b. Permukaan atas daun bebingkul, lipatan daun recurve...4. Hepi 6. a. Bagian terlebar daun ditengah, pangkal daun menumpul...6. Sunan b. Bagian terlebar daun di ujung, pangkal daun membundar...8. Sukun 7. a. Bentuk buah membulat, salut biji tebal...8 b. Bentuk buah elipsoides, salut biji tipis...7. Aseupan 8. a. Jumlah benang sari < 40, panjang kelopak tambahan 2 cm...3. Matahari b. Jumlah benang sari 40, panjang kelopak tambahan > 2 cm...9. Petruk PERTELAAN KULTIVAR. Otong Daun Panjang Daun : panjang tangkai daun 2-2,3 cm, diameter 0,2 cm, jarak antar tangkai,3-2,9 cm; bentuk daun melanset, bagian terlebar diujung, panjang 4,5-7,5 cm, lebar 4,- 5,7 cm, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul, panjang ujung 2,-2,3 cm, tepi bergelombang; permukaan atas rata, tonjolan urat daun pada permukaan atas tidak jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf V. Bunga : panjang tangkai bunga 2,6-4,8 cm, diameter 0,4-0,5 cm; panjang kuncup,7-2,4 cm; panjang kelopak tambahan 2,2-2,6 cm; tinggi kelopak 2-2,7 cm; panjang mahkota 4,-4,8 cm, lebar 2,2-3,2 cm; jumlah benang sari 33-36, jumlah benang sari dalam tiap berkas 6-8, panjang tangkai sari 2,5-3,9 cm; panjang tangkai putik 3,-3,6 cm. Buah : bentuk buah ellipsoides, panjang 2-25 cm, lebar 7-20 cm; alur ruang buah berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 9-6; tebal kulit buah 0,6- cm; jumlah ruang buah 4-6; tebal salut biji -,3 cm. Daerah asal : Thailand (Reza, 997). Ketinggian : 0-00 m diatas permukaan laut (Reza, 997). Ketahanan terhadap penyakit : Agak peka terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 993). Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Agak peka terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 993). 2. Otong daun pendek Daun : panjang tangkai daun,4-,9 cm, diameter 0,-0,5 cm, jarak antar tangkai,-,8 cm; bentuk daun melonjong sampai melanset, panjang 9,7-5,7 cm, lebar 3,5-5,4 cm, bagian terlebar daun dipangkal, warna permukaan atas hijau tua, warna permukaan bawah perak; pangkal menumpul, panjang ujung daun 0,8-,8 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun pada permukaan atas tidak jelas; lipatan daun rata. Bunga : panjang tangkai bunga 3-4,2 cm, diameter 0,3-5 cm; panjang kelopak 9

10 tambahan 2,2-2,5 cm,; tinggi kelopak,8-2,2 cm; panjang mahkota 3,3-3,9 cm, lebar,7-2,3 cm; jumlah benang sari 30-3, jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-7, panjang tangkai sari 2,2-3,8 cm; panjang panjang tangkai putik 2,5-3,2 cm. Buah : bentuk buah ellipsoides, panjang 9-25,5 cm, lebar 7-9, cm; alur ruang buah berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 9-5; tebal kulit buah 0,7-, cm; jumlah ruang buah 4-6; tebal salut biji -,2 cm. Daerah asal : Thailand (Reza, 997). Ketinggian : 0-00 m diatas permukaan laut (Reza, 997). Ketahanan terhadap penyakit : Agak peka terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 993). Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Agak peka terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 993). 3. Matahari Daun : panjang tangkai daun,5-,9 cm, diameter 0,-0,2 cm, jarak antar tangkai,-2,5 cm; bentuk daun melanset, panjang,3-3,7 cm, lebar 3-4,2 cm, bagian terlebar daun ditengah, warna permukaan atas hijau tua, warna permukaan bawah kuning emas, pangkal menumpul, panjang ujung daun 0,7- cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun rata. Bunga : panjang tangkai bunga 2,5-3,6 cm, diameter 0,4-0,5 cm; panjang kelopak tambahan,7-2 cm, lebar -2,3 cm; tinggi kelopak 2,3-2,5 cm; panjang mahkota 3,3-3,7 cm, lebar,2-,7 cm; jumlah benang sari 30-32, jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-7, panjang tangkai sari 2,5-3,4 cm; panjang tangkai putik 2,8-3, cm. Buah : bentuk buah membulat, panjang 8-2, cm, lebar 7,5-9 cm; alur ruang buah tidak berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik rata; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 2-7; tebal kulit buah 0,5- cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji -,5 cm. Daerah asal : Cimahpar, Kedunghalang Bogor (Reza, 997). Ketinggian : m diatas permukaan laut (Reza, 997). Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 993). Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 993). 4. Hepi Daun : panjang tangkai daun,6-2 cm, diameter 0,-0,5 cm, jarak antar tangkai daun,5-2,2 cm; bentuk daun melonjong, panjang 2,-5,4 cm, lebar 4,7-6, cm, bagian terlebar ditengah, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah perak, pangkal membundar, panjang ujung daun 0,7-,2 cm, tepi rata; permukaan atas berbingkul; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun recurve. Bunga : panjang tangkai bunga 3,3-4,4 cm, diameter 0,3-0,5 cm; panjang kelopak tambahan 2,3-2,7 cm; tinggi kelopak,8-2 cm; panjang mahkota 3,4-3,8 cm, lebar 2,3-3 cm; jumlah benang sari 44-45, jumlah benang sari dalam tiap berkas 8-0, panjang tangkai sari,7-3, cm; panjang tangkai putik 2,7-2,8 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, panjang 20,5-23 cm, lebar 3,2-5 cm; alur ruang buah tidak berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 9-3; tebal kulit buah 0,8-,4 cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji -,2 cm. Daerah asal : Jonggol, Bogor (Reza, 997). Ketinggian : m diatas permukaan laut (Reza, 997). 0

11 Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 993). Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 993). 5. Kani Daun : panjang tangkai daun,7-2,2 cm, diameter 0,5-0,2 cm, jarak antar tangkai,8-3,3 cm; bentuk daun melonjong, panjang 3,8-6, cm, lebar 5-5,7 cm, bagian terlebar dipangkal, warna permukaan atas hijau tua, warna permukaan bawah kuning emas, pangkal membundar, panjang ujung daun,2-,8 cm, tepi rata; permukaan atas daun berbingkul; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun rata. Bunga : panjang tangkai bunga 4,6-5, cm, diameter 0,4-0,5 cm; panjang kelopak tambahan 2,4-2,5 cm; tinggi kelopak 2,3-2,4 cm; panjang mahkota 3,4-4,4 cm, lebar 2,2-3 cm; jumlah benang sari 40-4, jumlah benang sari dalam tiap berkas 7-9, panjang tangkai sari 2,4-3,3 cm; panjang tangkai putik 2,7-3, cm. Buah : bentuk buah membulat, panjang 2,4-2,6 cm, lebar 2,2-2,4 cm; alur ruang buah berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 7-22; tebal kulit buah 0,7-0,9 cm; jumlah ruang buah 4-6; tebal salut biji 0,7-0,8 cm. Daerah asal : Thailand (Reza, 997). Ketinggian : 0-00 m diatas permukaan laut (Reza, 997). Ketahanan terhadap penyakit : Agak peka terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 993). Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Agak peka terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 993). 6. Sunan Daun : panjang tangkai daun,6-2,2 cm, diameter 0,-0,5 cm, jarak antar tangkai 0,8-,6 cm; bentuk daun memanjang, panjang 0,6-4,3 cm, lebar 4,2-5,2 cm, bagian terlebar di tengah, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul, panjang ujung daun 0,5-, cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf U. Bunga : panjang tangkai bunga 2,6-4 cm, diameter 0,3-0,4 cm; panjang kelopak tambahan 2,-2,4 cm; tinggi kelopak,8-2,2 cm; panjang mahkota 3,5-3,9 cm, lebar,6-2,3 cm; jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-7, jumlah benang sari 28-29, panjang tangkai sari 2,6-3,7 cm; panjang tangkai putik 2,7-3,0 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, panjang 8-22 cm, lebar 2,8-6,4 cm; alur ruang buah tidak berlekuk; tonjolan bekas tangkai putik menonjol; jumlah duri dalam luas 5X5 cm 6-23; tebal kulit buah 0,7- cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji -,3 cm. Daerah asal : Gendol, Boyolali Jawa Tengah (Reza, 997). Ketinggian : m diatas permukaan laut (Reza, 997). Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 993). Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 993). 7. Aseupan Daun : panjang tangkai daun,6-2 cm, diameter 0,-0,2 cm, jarak antar tangkai,7-2,8 cm; bentuk daun melanset, panjang 4,2-9,6 cm, lebar 4,2-5,8 cm, bagian terlebar di tengah, warna permukaan atas hijau tua, warna permukaan bawah kuning

12 emas; pangkal membundar, panjang ujung daun -,6 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf V. Bunga : panjang tangkai bunga 4,-4,8 cm, diameter 0,3-0,4 cm; panjang kelopak tambahan 2,3-2,7 cm; tinggi kelopak 2,2-2,4 cm; panjang mahkota 4-4,3 cm, lebar 2-2,2 cm; jumlah benang sari 37-39, jumlah benang sari dalam tiap berkas 7-9, panjang tangkai sari 2,6-3,2 cm; panjang tangkai putik 2,4-2,7 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, panjang 25,2-29, cm, lebar 4,4-6,7 cm, alur ruang buah rata, tonjolan bekas tangkai putik rata, jumlah duri dalam luas 5X5 cm 0-7; tebal kulit buah -,2 cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji 0,4-0,5 cm. 8. Sukun Daun : panjang tangkai daun,9-2,3 cm, diameter 0,5-0,2 cm, jarak antar tangkai,-,7 cm; bentuk daun melonjong, panjang,2-4,7 cm, lebar 4,2-5,6 cm, bagian terlebar di ujung, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal membundar, panjang ujung daun 0,7- cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf U. Bunga : panjang tangkai bunga 2,3-2,7 cm, diameter 0,3-0,4 cm; panjang kelopak tambahan 2,2-2,5 cm; tinggi kelopak 2,3-2,5 cm; panjang mahkota 3,6-4,8 cm, lebar,4-2,4 cm; jumlah benang sari 43-45, jumlah benang sari dalam tiap berkas 8-2, panjang tangkai sari 2,4-3 cm; panjang tangkai putik 2,7-3,2 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, panjang 20,3-25,2 cm, lebar 2-4,3 cm, alur ruang buah tidak berlekuk, tonjolan bekas tangkai putik menonjol, jumlah duri dalam luas 5X5 cm 6-22; tebal kulit buah,-,2 cm; jumlah ruang buah 5; tebal salut biji -,4 cm. Daerah asal : Gempolan, Karanganyar Jawa Tengah (Reza, 997). Ketinggian : 0-00 m diatas permukaan laut (Reza, 997). Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 993). Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 993). 9. Petruk Daun : panjang tangkai daun,7-2,4 cm, diameter 0,-0,2 cm, jarak antar tangkai 2,2-3,9 cm; bentuk daun melanset, panjang 4,5-6,4 cm, lebar 4,3-5,5 cm, bagian terlebar di ujung, warna permukaan atas hijau, warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul, panjang ujung daun 0,8-,5 cm, tepi rata; permukaan atas daun rata; tonjolan urat daun tidak jelas; lipatan daun incurve membentuk huruf V. Bunga : panjang tangkai bunga 3,6-4,3 cm, diameter 0,4-0,5 cm; panjang kelopak tambahan 2,5-2,8 cm; tinggi kelopak 2,4-2,7 cm; panjang mahkota 4,7-5,3 cm, lebar 2,2-2,9 cm; jumlah benang sari 74-77, jumlah benang sari dalam tiap berkas 4-6, panjang tangkai sari 3,-4,6 cm; panjang tangkai putik 3,4-3,6 cm. Buah : bentuk buah elipsoides, alur ruang buah tidak berlekuk, jumlah ruang buah 5; tebal salut biji > 0,5 (tebal). Daerah asal : Randusari, Jepara Jawa Tengah (Reza, 997). Ketinggian : 0-00 m diatas permukaan laut (Reza, 997). Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit busuk akar Fusarium sp. (Surat keputusan menteri pertanian, 993). Ketahanan terhadap hama penggerek buah : Cukup tahan terhadap Tirathaba ruptilinea (Surat keputusan menteri pertanian, 993). 2

13 Analisis Fenetik Ciri yang diperoleh kemudian dikodekan ke dalam angka-angka. Berdasarkan ciri dan sifat ciri yang dikodekan tersebut kemudian disusun ke dalam matriks data untuk mempermudah analisis data. Analisis data dilakukan dengan program NTSYSpc version 2.0 berdasarkan 5 ciri morfologi dari 9 kultivar durian yang diteliti. Tabel 2. Kode ciri dan sifat ciri Kode Ciri Ciri Kode Sifat Ciri 0 Bentuk daun 0 2 Bagian terlebar daun Bentuk pangkal daun 0 3 Tepi daun 0 4 Panjang ujung daun 0 5 Permukaan atas daun 0 6 Tonjolan urat daun pada permukaan 0 atas 7 Lipatan daun Panjang kelopak tambahan 0 9 Jumlah benang sari 0 0 Bentuk buah 0 Alur ruang buah 0 2 Bentuk tonjolan ujung buah 0 3 Jumlah ruang buah 0 4 Tebal salut biji 0 Sifat Ciri Melonjong Melanset Melonjong-Melanset Pangkal Tengah Ujung Menumpul Membundar Rata Bergelombang Pendek (< 2 cm) Panjang ( 2 cm) Rata Berbingkul Jelas Tidak jelas Rata Incurve seperti huruf U Incurve seperti huruf V Recurve Pendek ( 2 cm) Panjang (> 2 cm) < Membulat Elipsoides Rata Berlekuk Rata Menonjol Tipis ( 0,5 cm) Tebal (> 0,5 cm) 3

14 Tabel 3. Matriks Data Ciri Kultivar Otong Daun Panjang Otong Daun Pendek Matahari Hepi Kani Sunan Aseupan Sukun Petruk ? 0 Analisis fenetik menghasilkan dendogram yang membagi kesembilan kultivar durian menjadi 2 cabang. Cabang I adalah kelompok kultivar asal Thailand ( Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek, Kani ). Cabang II terdiri dari kelompok kultivar asal Indonesia ( Matahari, Aseupan, Hepi, Sunan, Sukun dan Petruk ). Cabang I dan II terpisah karena ciri (alur ruang buah) dan ciri 3 (jumlah ruang buah) pada nilai kesamaan 0, 465. Cabang I terpisah lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I ( Otong Daun Panjang dan Otong Daun Pendek ) dan kelompok II ( Kani ). Kedua kelompok ini terpisah karena ciri 2 (bentuk pangkal daun), ciri 5 (permukaan atas daun), ciri 9 (jumlah benang sari), ciri 0 (bentuk buah) pada nilai kesamaan 0,533. Kelompok I terpisah menjadi dua kultivar karena ciri 0 (bentuk daun), ciri (bagian terlebar daun), ciri 3 (tepi daun), ciri 4 (panjang ujung daun), ciri 7 (lipatan daun) pada nilai kesamaan 0, 667. Cabang II terpisah menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I ( Matahari, Aseupan dan Petruk ) dan kelompok II ( Hepi, Sunan dan Sukun ). Kedua kelompok ini terpisah karena ciri 0 (bentuk daun) pada nilai kesaman 0, 538. Kelompok I terpisah lagi menjadi 2 subkelompok yaitu subkelompok I ( Matahari dan Petruk ) dan subkelompok II ( Aseupan ) karena ciri 2 (bentuk pangkal daun), ciri 0 (bentuk buah) dan ciri 4 (tebal salut biji) pada nilai kesamaan 0, 655. Subkelompok I terbagi menjadi 2 kultivar karena ciri 3 (tepi daun), ciri 7 (lipatan daun), ciri 8 (panjang kelopak tambahan) dan ciri 9 (jumlah benang sari) pada nilai kesamaan 0,74. Kelompok II terpisah menjadi 2 subkelompok yaitu subkelompok I ( Hepi ) dan subkelompok II ( Sunan dan Sukun ). Kedua subkelompok ini terpisah karena ciri 5 (permukaan atas daun), ciri 6 (tonjolan urat daun pada permukaan atas) dan ciri 7 (lipatan daun) pada nilai kesamaan 0,

15 Subkelompok II terpisah menjadi dua kultivar karena ciri (bagian terlebar daun), ciri 2 (bentuk pangkal daun) dan ciri 9 (jumlah benang sari) pada nilai kesamaan 0, 800. Gambar 6. Dendrogram pengelompokan kultivar durian berdasarkan ciri morfologi pada daun, bunga dan buah. (OtongDpjg = Otong Daun Panjang, OtongDpdk = Otong Pendek) KESIMPULAN. Karakteristik kultivar durian di Kabupaten Subang dapat dibedakan berdasarkan ciri morfologi pada daun, bunga dan buah, yaitu : bentuk daun, bagian terlebar daun, bentuk pangkal daun, panjang ujung daun, tepi daun, permukaan atas daun, tonjolan urat daun pada permukaan atas, lipatan daun, panjang kelopak tambahan, jumlah benang sari, bentuk buah, alur ruang buah, tonjolan bekas tangkai putik, jumlah ruang buah dan tebal salut biji. 2. Analisis fenetik membagi sembilan kultivar durian ke dalam dua cabang, yaitu cabang I (kultivar durian asal Thailand : Otong Daun Panjang, Otong Daun Pendek, Kani ) dan cabang II (kultivar durian asal Indonesia : Matahari, Hepi, Sunan, Aseupan, Sukun dan Petruk ) berdasarkan ciri (alur ruang buah) dan ciri 3 (jumlah ruang buah) pada nilai kesamaan 0,465. 5

16 Daftar Pustaka AAK Budidaya Durian. Kanisius. Yogyakarta. Ashari, S Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Backer, C.A. and Bakhuizen v/d BrinkRC Jr Flora of Java vol I. N.V.P. Noordhof. Groningen- Netherland. P : 420. Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan Vademekum Buah-buahan. Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan. Gengler-Nowak, K Phenetic Analysis of Morphological Traits in the Malesherbia humilis complex (Malesherbiaceae). Taxon 5 : Harris, J.G. dan Harris, M.W Plant Identification Terminology : An Illustrated Glossary. Spring Lake Publishing. United State of America. Heyne, K Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta Pusat. Kostermans, A.J.G.H The Genus Durio Adans. (Bombacaceae). Reindwartia 4(3) : Nasir, N., Muas, I. dan Novaril. 99. Durian Harapan Dari Sumatera Barat. Penelitian Hortikultura 4(4) : 3-4. Panggabean, G Sekilas Uraian Mengenai Durian (Durio spp.). Buletin Kebun Raya 2(2) : Prosea Plant Resources of South-East Asia 2 (Edible Fruits adnd Nuts). Prosea 2 : Reza, T.M Kultivar Durian Yang Cocok di Kebun Kita. Trubus No.33 : Rifai, M.A. dan Widjaja, E.A Kamus Biologi : Anatomi-Morfologi-Taksonomi Botani. Balai Pustaka. Jakarta. Rismunandar Mengenal Tanaman Buah Buahan. Sinar Baru. Bandung. Rohlf, F.J NTSYSpc Version 2.0. Exeter Software. Setauket, New York. Steenis, van C.G.G.J Flora : Voor de Scholen in Indonesie. Noordhoff - Kolff.N.V - Batavi. Suhardi Hutan Dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Surat Keputusan Menteri Pertanian Tentang Deskripsi Durian. Departemen Pertanian. Jakarta. Tjitrosoepomo, G Durio in Malaysia. Gadjah Mada University. Jogjakarta. Trubus Mengebunkan Durian Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Uji, T., M. Siregar, Sunaryo dan Somaatmadja, G Buah-Buah Bengkulu. LIPI. Bogor. P : Vogel, E.F.D Manual of Herbarium Taxonomy Theory and Practice. Rijksherbarium Leiden. Netherlands. 6

17 7

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU Heria Nova 1, Nery Sofiyanti 2 dan Fitmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, dapat diambil

BAB V PENUTUP. Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, dapat diambil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Hutan Penelitian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Variasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Karakteristik Tanaman Durian. dikonsumsi ada Sembilan species, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis (lai), D.

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Karakteristik Tanaman Durian. dikonsumsi ada Sembilan species, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis (lai), D. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Karakteristik Tanaman Durian Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat dikonsumsi ada Sembilan species, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Durian ( Durio zibethinus, Murr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek cukup cerah untuk menjadi komoditas unggulan, baik untuk tujuan ekspor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nanda Marlian Iriani, Nery Sofiyanti, Fitmawati Mahasiswa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN VARIETAS BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) DI KEBUN PLASMA NUTFAH TUMBUHAN DAN HEWAN CIBINONG

KEANEKARAGAMAN VARIETAS BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) DI KEBUN PLASMA NUTFAH TUMBUHAN DAN HEWAN CIBINONG KEANEKARAGAMAN VARIETAS BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) DI KEBUN PLASMA NUTFAH TUMBUHAN DAN HEWAN CIBINONG Dody Priadi dan Yani Cahyani Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI Jl. Raya Bogor Km. 46

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sobir et al. (2010) durian diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sobir et al. (2010) durian diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Botani dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Sobir et al. (2010) durian diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi: spermatophyta; Classis: Dikotil; Ordo: Malvales;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk mendata dan mengevaluasi karakteristik morfologi daun, duri, buah, mata dan mahkota pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L. B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah,

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 1-9 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Durian Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat dikonsumsi ada sembilan spesies, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis (lai), D. excelsus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

PERTELAAN MORFOLOGI MEDINILLA SPP. DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TANAMAN HIAS

PERTELAAN MORFOLOGI MEDINILLA SPP. DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TANAMAN HIAS PERTELAAN MORFOLOGI MEDINILLA SPP. DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TANAMAN HIAS MORPHOLOGICAL DESCRIPTION OF MEDINILLA SPP. IN BALI BOTANIC GARDEN IN ORDER TO DEVELOP AS ORNAMENTAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakterisasi Morfologi Dan Hubunagn Filogenetik Sepuluh Kultivar Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Di Kabupaten Subang

BAB I PENDAHULUAN. Karakterisasi Morfologi Dan Hubunagn Filogenetik Sepuluh Kultivar Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Di Kabupaten Subang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan beragam buah buahan. Iklim tropis di Indonesia merupakan keuntungan alamiah, sehingga dapat dijadikan sebagai negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

Floribunda 5(2) 2015 PERBEDAAN VEGETATIF DUA JENIS EKONOMI ETLINGERA YANG DIPAKAI PENDUDUK BOGOR

Floribunda 5(2) 2015 PERBEDAAN VEGETATIF DUA JENIS EKONOMI ETLINGERA YANG DIPAKAI PENDUDUK BOGOR 48 PERBEDAAN VEGETATIF DUA JENIS EKONOMI ETLINGERA YANG DIPAKAI PENDUDUK BOGOR Dina Handayani 1,2 & Nunik Sri Ariyanti 3 1 Program Studi Magister Biologi Tumbuhan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Lebih terperinci

Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman

Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 1, Nomor 2 Juli 2000 Halaman: 59-64 Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Analsis Keanekaragaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & T. Nees) Blume.) Di Kabupaten Agam, Sumatera Barat Berdasarkan Karakter Morfologi SISKA SRI WAHYUNI 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) No. Karakteristik Deskripsi Notasi Data 1 Kecambah : Panjang Sangat pendek 1 hipokotil (*) Pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini secara umum merupakan jenis labu-labuan dengan anggota sekitar 120 genus

BAB I PENDAHULUAN. ini secara umum merupakan jenis labu-labuan dengan anggota sekitar 120 genus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Famili Cucurbitaceae merupakan salah satu anggota tumbuhan menjalar yang memiliki peran penting terutama dalam tumbuhan sayur. Anggota famili ini secara umum merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo' Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu program pembangunan perkebunan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) Tanaman kamboja (Plumeria sp.) merupakan salah satu contoh dari famili Apocynaceae. Kamboja diketahui merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan salah satu tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia (Ashari, 1995). Durian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI PADA SEPULUH KULTIVAR Ipomoea batatas. Lamk. Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS

STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI PADA SEPULUH KULTIVAR Ipomoea batatas. Lamk. Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS ELVIVO ISSN: 233990 STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI PADA SEPULUH KULTIVAR Ipomoea batatas. Lamk. Dwi Wahyuni, Suranto 2, Edi Purwanto 3 Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing I Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH BATANG BAWAH DAN CARA SAMBUNG TERHADAP. KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DURIAN (Durio zibethinus Murray) SKRIPSI

PENGARUH BATANG BAWAH DAN CARA SAMBUNG TERHADAP. KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DURIAN (Durio zibethinus Murray) SKRIPSI PENGARUH BATANG BAWAH DAN CARA SAMBUNG TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DURIAN (Durio zibethinus Murray) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persaratan Guna Mencapai Derajat sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat tinggi dan formasi hutan yang beragam. Dipterocarpaceae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BADAN BENIH NASIONAL. Jakarta, zi- Mei 2009

BADAN BENIH NASIONAL. Jakarta, zi- Mei 2009 DEPARTEMEN PERIANIAN BADAN BENIH NASIONAL SEKRETARIAT : DIREKTORAT PERBENIHAN Jl. AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 l(otak Pos 40/.lKS. PSM. Telp. :(021) 78l59ll -78847047 Fax. (02t) 78t59ll Nomor

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi ZULHENDRA 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 2 123 Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGIS DAN HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA GENOTIPE DURIAN (Durio zibethinus Murr) DI KECAMATAN TIGALINGGA DAN PEGAGAN HILIR KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : NAZRIAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN TANAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH Gladiolus hybridus BOTANICAL DECONSTRUCTION Pemanfaatan Media Digital dalam Analisis Morfologi Tumbuhan LATAR BELAKANG Salah satu yang harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA 15-146 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA Novita Kartika Indah Jurusam Biologi FMIPA Univ. Negeri Surabaya E-mail : kartikanovi@rocketmail.com ABSTRAK Tarenna merupakan kerabat dekat

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MANGGA (Mangifera sp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MANGGA (Mangifera sp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MANGGA (Mangifera sp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Fransiska Warni Pakpahan 1, Fitmawati 2, Nery Sofianty 2 1 Mahasiswa Program Studi Biologi, FMIPA-UR

Lebih terperinci

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci