Nama saya Yuni Ratna dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nama saya Yuni Ratna dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia."

Transkripsi

1 Nama saya Yuni Ratna dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia. Wereng batang padi cokelat (Nilaparvata lugens) telah menyerang tanaman padi di banyak Negara Asia dalam beberapa tahun terakhir. (Heong, K.L., 2011) Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ledakan N. lugens dan salah satunya adalah intensifnya penggunaan insektisida pada tanaman padi. Penggunaan insektisida yang kurang bijaksana khususnya yang berspektrum luas akan berdampak negatif terhadap organisme non target, musuh alami, lingkungan dan manusia. Penggunaan insektisida pada konsentrasi subletal dapat mempengaruhi biokimia dan fisiologi tanaman inang, serta fisiologi dan perilaku serangga hama. Beberapa insektisida dapat meningkatkan kadar nutrisi tanaman yang berperan sebagai pemacu makan serangga. Insektisida juga dapat meningkatkan laju makan dan keperidian serangga. Penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin pada konsentrasi subletal mempengaruhi periode perkembangan dan fungsi sistem reproduksi N. lugens. Semakin sering terpapar deltametrin maka potensi reproduksi N. lugens semakin meningkat, yang ditunjukkan dengan memendeknya periode preoviposisi dan meningkatnya periode oviposisi dan lama hidup imago betina, dan pada akhirnya meningkatkan viabilitas telur dan keperidian aktual N. lugens. Oleh karena resurjensi merupakan masalah yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, maka diperlukan indikator khusus untuk menentukan resurjensi secara dini. Hasil penelitian yang telah saya lakukan menunjukkan bahwa rasio jumlah keturunan dan keperidian aktual dapat digunakan sebagai indikator awal dalam menentukan resurjensi N. lugens. Oleh karena insektisida deltametrin masih digunakan secara luas oleh petani untuk mengendalikan walang sangit (Leptocorixa acuta), maka perlu pengawasan yang lebih ketat terkait dengan penggunaan insektisida ini. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengawasi registrasi dan penggunaan pestisida.

2 Nama saya Jacqualine Arriani Bunga dan saya bekerja di Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Kelapa merupakan tanaman utama di Timor dan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) adalah hama yang paling berbahaya. Insektisida kimia sangat mahal, karena itu petani setempat mengendalikan kumbang dengan cara menebang tanaman kelapa atau palem lain yang sudah tidak produktif dan terserang kumbang. Kumbang dikumpulkan dan dibunuh sebulan sekali serta tempat hidupnya dihancurkan. Batang yang tumbang dan membusuk dimanfaatkan sebagai kayu api atau dikubur. Sampah di areal pertanaman dibersihkan setiap 6 bulan. Di Timor, pengendalian menggunakan nematoda belum pernah dilakukan. Nematoda lokal dapat digunakan karena petani bisa melakukan perbanyakan massal sehingga mengurangi biaya pengendalian. Nematoda diisolasi dari habitat yang sama dengan kumbang, sehingga nematoda yang digunakan dapat lebih efektif karena sudah beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai bio-insektisida, nematoda entomopatogen memiliki beberapa keunggulan, yaitu mempunyai reseptor kimia dan virulensi tinggi sehingga dapat menemukan dan membunuh inang dengan cepat. Nematoda juga dapat diproduksi dengan biaya murah, mudah diterapkan menggunakan sprayer standar, dan kompatibel dengan beberapa pestisida kimia. Selain itu, nematoda juga memiliki potensi untuk berkembang biak dengan baik di lingkungan. Meski nematoda entomopatogen ini memiliki kisaran inang yang luas, namun tidak berpengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran seperti lebah madu, burung, mamalia dan vertebrata lainnya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan isolat nematoda entomopatogen dari Timor yang memiliki potensi untuk mengendalikan O. rhinoceros. Nematoda diisolasi dari tanah di enam desa di Timor. Sampel tanah diambil dari rhizosfer beberapa tanaman. Nematoda dari vegetasi rumput diidentifikasi sebagai Steinernematidae yang mampu bereproduksi dengan baik dan efektif mengendalikan O. rhinoceros di laboratorium. Di masa depan penelitian ini diharapkan dapat membantu petani mengembangkan alternatif lain dalam mengendalikan O. rhinoceros karena lebih mudah beradaptasi, murah dan ramah lingkungan.

3 Nama saya Araz Meilin dan saya bekerja untuk Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Wereng cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan hama penting pada tanaman padi di Indonesia, khususnya pada saat ini. Populasi hama dipengaruhi oleh luas tanaman, musuh alami, sistem pertanian dan penggunaan insektisida. Parasitoid adalah musuh alami yang potensial untuk pengendalian hayati hama wereng coklat. Jika pengendalian hayati berhasil, penggunaan insektisida seperti deltametrin dapat dikurangi. Tidak ada informasi yang tersedia saat ini tentang pengaruh insektisida deltametrin pada lama hidup, lama perkembangan dan keperidian parasitoid A. nilaparvatae (Hymenoptera: Mymaridae). Efek ini dapat dipelajari dengan mengaplikasikan insektisida konsentrasi subletal. Penelitian kami menanyakan pertanyaan berikut, apakah insektisida deltametrin konsentrasi subletal mengurangi lama hidup, lama perkembangan dan keperidian parasitoid? Parasitoid A. nilaparvatae dipapar dengan deltametrin konsentrasi subletal LC 10 (0,023 ppm) dan LC 40 (2,235 ppm) menggunakan metode kontak dalam tabung reaksi. Kontrol tidak diperlakukan dengan insektisida. A. nilaparvatae yang sudah terpapar digunakan untuk memarasit telur N. lugens pada bibit padi. Pengamatan dilakukan terhadap lama hidup, lama perkembangan dan keperidian parasitoid A. nilaparvatae. Penelitian kami menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin konsentrasi subletal LC 10 dan LC 40 memiliki efek negatif terhadap lama hidup, lama perkembangan dan keperidian baik aktual maupun potensial A. nilaparvatae dewasa dan keturunannya. Pesan utamanya adalah tidak perlu penggunaan insektisida deltametrin pada pertanaman padi jika terdapat parasitoid (A. nilaparvatae).

4 Nama saya, Siwi Indarti, staf pengajar pada Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nematoda Sista Kentang (NSK) merupakan salah satu hama yang sangat merusak pada tanaman kentang yang tersebar di seluruh dunia. Mempunyai ukuran mikroskopis, sista NSK menjadi sulit terdeteksi keberadaanya di dalam massa tanah dan mudah menyebar melalui bahan tanaman maupun partikelpartikel tanah. Kemampuan nematoda parasit tersebut membentuk sista untuk melindungi telur-telur yang ada didalam tubuhnya, menjadikan NSK bisa bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim dalam kurun waktu yang lama sehingga sulit dikendalikan. Luas dan daerah penyebaran NSK di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, khususnya pada sentra pertanaman kentang di Provinsi Jawa Tengah. Pengendalian kimiawi hanya efektif untuk stadia larva, penggunaan varietas tahan akan mendorong terbentuknya patotipe baru NSK yang lebih virulen terhadap tanaman inangnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan alternatif teknik pengendalian untuk menekan populasi dan daerah penyebaran NSK di Indonesia. Para ahli nematologi mengantisipasi nematoda pembentuk sista dengan memanfaatkan musuh alami yang seringkali ditemukan pada ekosisitem nematoda. Penelitian yang kami lakukan adalah mengembangkan teknik pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami, terutama jamur parasit telur dan sista nematoda, untuk merusak stadia NSK yang resisten terhadap teknik-teknik pengendalian yang lain. Sista NSK (Nematoda Sista Kentang) (kiri) dan telur NSK (kanan) terinfeksi jamur parasit nematoda Hasil penelitian kami menemukan beberapa spesies jamur parasit nematoda dari lahan pertanaman kentang terserang NSK di Indonesia yang bersifat merusak dan menekan perkembangan telur dan sista nematoda, sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai agens hayati pengendali NSK.

5 Nama saya Mofit Eko Poerwanto dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Indonesia. Penyakit CVPD telah menyapu bersih kebun jeruk yang luas, produksi jeruk hancur, dan petani telah banyak merugi. Penyakit ini disebarkan oleh serangga yang disebut psylid. Penggunaan insektisida yang berlimpah telah gagal untuk membunuh mereka. Cara lain untuk mengurangi jumlah psyllid adalah dengan menyemprot pohon dengan minyak mineral. Penelitian kami menyelidiki bagaimana minyak ini membunuh psyllids. Kami menemukan bahwa minyak menghambat bau tanaman jeruk, mendorong tanaman untuk menghasilkan bau yang aneh sehingga tidak dapat dikenal oleh psyllid. Jadi psyllid menjadi bingung dalam mencari makanan, tempat untuk bertelur, dan membesarkan anak mereka. Temuan penelitian menunjukkan kemampuan minyak untuk menggantikan insektisida dalam memusnahkan penyakit CVPD dari dunia tanpa menyebarkan banyak polusi dan meningkatkan kesengsaraan manusia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apa yang menyebabkan munculnya bau aneh, dan mengapa serta kapan bau aneh tersebut dihasilkan tanaman sehingga cocok untuk diaplikasikan ke tanaman dan mudah digunakan oleh petani.

6 APAKAH KEMURNIAN ITU PENTING? Halo, saya Susi Melina, salah seorang staff teknis dari Bidang Proteksi BBP2TP Surabaya. Di Filipina, kapas umumnya ditanam di Pulau Mindanau. Para petani yang berada di daerah ini menghadapi masalah serius dengan ulat penggerek buah kapas, yang serangannya dapat menyebabkan gagal panen. Biasanya mereka menggunakan insektisida untuk mengatasi masalah ini, meskipun tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara penggunaan yang tepat. Apa akibatnya? Serangan Mati dengan sepertiga atau setengah bagian tubuh menggantung kebawahmerupakan ciri khas gejala infeksi virus. Kulit serangga yang telah mati ini akan mudah pecah mengeluarkan cairan tubuh mengandung jutaan virus ke alam. hama meluas dan kerugian yang diderita petani menjadi tidak tertanggungkan. Selain itu, semakin tinggi dosis insektisida yang digunakan pada suatu lahan, semakin banyak residu beracun yang mengendap di lahan tersebut. Sebagaimana makhluk hidup lainnya, ulat penggerek buah kapas memiliki banyak musuh alami. Beberapa jenis virus dapat membunuh serangga ini (gejala yang ditimbulkannya seperti pada gambar). Keberadaan virus ini menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai suatu cara efektif dan aman untuk mengendalikan penggerek buah kapas. Masalahnya, saat diekstrak dari serangga, virus dapat tercampur dengan berbagai virus lain yang dapat menurunkan kapasitasnya untuk mengendalikan hama ini. Karena itu dilakukan suatu penelitian untuk membandingkan efektivitas virus yang ada di alam dengan virus yang telah dimurnikan. Apakah kemurnian diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya? Dalam prosesnya virus alami diproduksi secara massal, diekstrak dan dipisahkan menjadi klon-klon virus. Virulensi klon-klon yang dihasilkan ini kemudian dibandingkan dengan campuran awal virus (virus alami) dalam hal kecepatan dan jumlah yang dibutuhkan untuk membunuh hama penggerek buah kapas. Semakin cepat dan semakin sedikit jumlah virus yang dibutuhkan semakin baik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa isolat-isolat dari virus yang ada secara alami terdiri dari dua klon yang berbeda. Akan tetapi virulensinya sama baiknya dengan virus alami. Karena itu petani dapat langsung menggunakan virus alami tanpa harus mengkhawatirkan efektivitasnya.

7 Nama saya Muryati, saya bekerja sebagai peneliti pada bidang hama dan penyakit tanaman di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok, Sumatra Barat. Lalat buah telah banyak menyebabkan kerusakan pada buah dan sayur di Indonesia. Petani lebih banyak bertumpu pada aplikasi insektisida sintetis untuk mengendalikan hama pada tanamannya termasuk lalat buah, meskipun pada sebagian petani cara lain juga digunakan. Bahan kimia ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti terbunuhnya serangga berguna seperti halnya membunuh serangga hama. Saat ini kita harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan lingkungan dari kerusakan yang lebih parah. Indonesia, sebagai negara tropis mempunyai banyak sumber daya alam yang dapat dieksplorasi untuk mendapatkan bahan kimia alami untuk mengendalikan lalat buah. Jika kita dapat menemukan salah satu yang efektif diantaranya, maka hal ini akan menguntungkan baik bagi petani maupun lingkungan. Penelitian yang kami lakukan saat ini adalah untuk mendapatkan senjata alami yang ideal untuk melawan serangan lalat buah pada mangga. Kami melakukan eksperimen dengan cara memaparkan lalat buah pada buah mangga yang telah diperlakukan dengan bahan kimia asal tanaman sereh wangi yang diekstrak menggunakan pelarut yang berbeda dan membiarkannya memilih untuk meletakkan telur pada buah yang telah diperlakukan tersebut. Bahan kimia dari sereh wangi yang diekstrak dengan metanol menyebabkan jumlah telur yang diletakkan oleh betina lalat buah pada mangga lebih rendah dibandingkan pada buah dengan perlakuan yang lain. Hanya bahan kimia dari sereh wangi yang diekstrak dengan metanol yang dapat efektif bekerja sebagai pencegah peletakan telur lalat buah dan tentu saja dalam aplikasinya harus dipastikan bahwa buah terlindungi dengan sempurna dengan menyemprot secara merata. Dalam proses pencegahan peletakan telur ini, sepertinya bukan karena lalat buah tidak menyukai aroma dari bahan kimia tersebut tetapi kemungkinan karena rasanya yang tidak disukai. Bahan ini kemungkinan dapat menyelamatkan buah mangga dari serangan lalat buah. Karena eksperimen ini masih pada skala laboratorium, untuk selanjutnya hasil ini akan diuji untuk melihat efektivitasnya pada skala lapang.

8 Nama saya adalah Vivi Yuskianti. Saya bekerja di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Indonesia. Mempertahankan tingkat keragaman genetik yang tinggi dikebun benih merupakan hal yang penting agar tanaman dapat beradaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan. Kebun benih adalah tempat untuk memproduksi benih yang berkualitas. Benih tersebut berasal dari serangkaian kegiatan yang meliputi koleksi dari beberapa populasi, penanaman dan beberapa kali seleksi. Pada akhir proses seleksi, hanya tersisa pohon-pohon dengan penampilan pertumbuhan yang terbaik. Biji yang dihasilkan dari pohon-pohon tersebut kemudian diambil dan digunakan untuk pembangunan perkebunan. Tingkat keragaman genetik dapat diukur menggunakan karakteristik pertumbuhan fisik seperti tinggi, panjang batang dan bentuk pohon. Tetapi cara ini membutuhkan waktu dan hasil pengukurannya juga sulit untuk diinterpretasikan karena adanya pengaruh lingkungan tempat tumbuh. Analisa DNA merupakan alat yang tepat untuk mengukur keragaman genetik karena tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian saya adalah untuk mengetahui tingkat keragaman genetik kebun benih sengon (Falcataria moluccana) yang berada di Candiroto, Jawa Tengah, Indonesia. Analisa dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik dan hubungan kekerabatan antar populasi yang ada di kebun benih tersebut. Analisa DNA menunjukkan bahwa kebun benih sengon tersebut mempunyai tingkat keragaman genetik yang tinggi. Analisa hubungan kekerabatan menunjukkan bahwa populasi sengon di Jawa Timur tidak berasal dari Jawa tetapi kemungkinan merupakan hasil introduksi dari Papua. Studi ini juga menemukan bahwa dua populasi sengon di Papua (Wamena dan Biak) kemungkinan berasal dari sumber benih yang sama. Hasil penelitian ini akan mempengaruhi strategi pembangunan dan pengelolaan kebun benih sengon. Secara keseluruhan, sengon di kebun benih tersebut beragam secara genetik dan produksi benih yang berkualitas dapat diharapkan dari kebun benih tersebut. Tetapi karena beberapa populasi mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat maka kehati-hatian diperlukan dalam mendesain kebun benih sengon yang baru agar tidak terjadi perkawinan sendiri atau inbreeding.

9 Nama saya Eliana Wulandari. Saya bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian. Risiko dalam pertanian tidak dapat dihindari, tapi kita bisa menguranginya dengan memahami dan mengelola sumber-sumber risiko tersebut. Cabai merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang mempunyai risiko yang tinggi. Risiko, terutama perubahan iklim, mengakibatkan produksi dan harga cabai yang berfluktuasi. Harga cabai yang tinggi di pasar berkontribusi sekitar 0,3% dengan tingkat inflasi, kontribusi ini merupakan kedua terbesar setelah padi. Produksi cabe di Indonesia telah mengalami penurunan sebesar hampir 4%, padahal konsumsi cabai meningkat 3%. Penurunan produksi cabai ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan petani cabai. Risiko apa saja yang dihadapi oleh petani cabai? Risiko apa yang paling dominan terjadi dan bagaimana seharusnya petani mengelola risiko-risiko tersebut? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan ditelaah lebih lanjut. Risiko dapat dibagi menjadi risiko internal dan eksternal. Risiko internal terkait dengan aktivitas disekitar petani, input-input pertanian yang diperlukan oleh petani dan pemasok. Risiko eksternal berhubungan dengan lingkungan, kebijakan pemerintah, pasar dan lembaga lainnya yang terkait dengan aktivitas petani. Risiko-risiko yang perlu mendapat prioritas untuk segera ditangani adalah pencurian cabe, jumlah pemasok yang sedikit, kontinuitas pasokan, pengendalian hama dan penyakit, intensitas curah hujan yang tinggi, periode pembayaran oleh lembaga keuangan (misalnya bank, koperasi) dan periode kekeringan yang panjang. Pengelolaan risiko-risiko ini dapat dilakukan dengan menerapkan Prosedur Operasi Standar (SOP), menyediakan penampungan air untuk mengatasi kekeringan, pengendalian hama dan penyakit dapat ditingkatkan dengan penerapan pengelolaan hama terpadu yang efektif dan ramah lingkungan, penerapan pertanian organik dengan memanfaatkan sumber daya lokal sehingga mengurangi ketergantungan pada pasokan yang dibeli, dan ketersediaan pinjaman. Kami terus bekerja untuk menciptakan sistem peringatan dini untuk mengingatkan petani akan berbagai risiko ini. Kami juga mencoba untuk membuat petani menyadari untuk mengadopsi strategi dalam mengurangi dampak dari risiko-risiko ini.

10 Nur Asbani, peneliti entomologi di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengurangi subsidi harga bahan bakar minyak akan mendorong penggunaan bahan pengganti alternatif. Jarak pagar merupakan salah satu sumber bahan baku untuk pengganti BBM. Budidaya tanaman ini mengalami beberapa kendala, di antaranya yang cukup penting adalah permasalahan serangan hama. Jarak pagar termasuk komoditas pertanian yang relatif baru dikembangkan sehingga jenis hama dan cara pengendaliannya belum banyak dipahami. Keterbatasan informasi tentang hama ini berakibat pada pengembangan teknik pengendaliannya. Penelitian saya diharapkan dapat menjawab jenis-jenis hama penting yang menyerang dan bagaimana cara pengendaliannya yang efektif namun tetap ramah lingkungan. Pengendalian hayati menjadi salah satu pilihan dan penggunaan pestisida menjadi pilihan yang terakhir. Pada awal pengembangan jarak pagar, ada kepercayaan bahwa tanaman ini tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini cukup beralasan karena tanaman ini mengandung beberapa bahan yang bersifat racun. Selama beberapa tahun pengembangan jarak pagar telah terbukti bahwa kepercayaan tersebut tidak benar. Jarak pagar dapat mengalami kerusakan yang cukup serius akibat serangan thips dan tungau. Mereka menyerang daun, tunas, dan buah sehingga menurunkan produksi dan mutu. Penelitian selama beberapa tahun terakhir telah berhasil untuk mendapatkan musuh alami. Beberapa di antaranya adalah tungai predator Amblyseius, Mymarothrips, Blepyrus, Scolothrips dan Chrysopa.

11 Nama saya Suputa dan saya bekerja sebagai staf di Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Lalat buah merupakan salah satu kelompok hewan darat yang dominan di daerah tropis. Masingmasing spesies memiliki peranan dan fungsi penting di dalam ekosistem pertanian. Lalat buah ordo Diptera famili Tephritidae tersebar luas di seluruh dunia dan beberapa spesiesnya merupakan hama penting secara ekonomi serta dapat mengakibatkan penurunan hasil pada tanaman buah dan sayur. Di Indonesia pengetahuan tentang lalat buah masih sangat terbatas. Apakah spesies lalat buah tersebut merupakan hama atau bukan? adalah pertanyaan yang perlu dijawab, konsekuensinya adalah bahwa eksplorasi keberadaan spesies lalat buah di Indonesia dan mengamati peranan masing-masing spesies lalat buah di dalam sistem pertanian merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Penelitian ini akan menjawab dua pertanyaan penting, yaitu Apa sajakah spesies lalat buah yang ada di Indonesia? dan Apakah fungsi dan peranan masing-masing lalat buah tersebut di dalam ekosistem pertanian? Pemerangkapan lalat buah yang telah dilakukan mendapatkan 24 spesies lalat huah; 7 spesies diantaranya adalah berperan sebagai hama tanaman dan 17 spesies lainnya bukan berperan sebagai hama. Berdasarkan pengamatan karakter morfologi dan sidik DNA menunjukkan bahwa terdapat satu spesies lalat buah baru di Indonesia. Spesies baru tersebut bukan merupakan spesies lalat buah hama yang diberi nama Bactrocera gamais Suputa nov.sp.; oleh karena tidak ada yang spesifik pada karakter spesies ini maka nama spesiesnya adalah gamais yang berasal dari GAMA yang dilatinkan. GAMA adalah kata singkatan Universitas Gadjah Mada di masa lampau. Hasil penelitian jelas menunjukkan bahwa tidak semua spesies lalat buah yang ada di Indonesia adalah hama tanaman. Sebagian besar spesies lalat buah di Indonesia adalah bukan hama dan mempunyai peranan penting sebagai jejaring pakan di dalam ekosistem. Informasi ini akan mengubah pengetahuan masyarakat umum tentang lalat buah dan akan memberikan pemahaman dalam rangka pengambilan keputusan pada tindakan penanganan lalat buah secara ekonomi di dalam bidang pertanian.

12 Hai, nama saya Arini Wahyu Utami, biasa dipanggil Ayuk. Saya staf muda di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada masa sekarang ini, kita seringkali sulit membedakan antara musim hujan dan kemarau. Terkadang musim hujan lebih panjang atau sebaliknya, musim kemarau yang lebih panjang. Bahkan pernah juga terjadi saat dimana hujan turun hampir setiap hari meskipun semestinya musim kemarau. Fenomena cuaca ekstrim ini disebut El Nino dan La Nina, yang saya yakin sudah sering kita dengar di televisi atau kita baca di surat kabar. Berlebihnya hujan maupun kekeringan akan menyebabkan gagal panen. Hujan yang terus menerus turun dapat menyebabkan banjir di lahan, sementara kekeringan menyebabkan tanaman mati. Hingga kini, kita masih bergantung pada pertanian untuk pemenuhan kebutuhan pangan kita sehari-hari. Kejadian cuaca ekstrim akan mengganggu ketersediaan pangan kita. Riset kami menganalisis bagaimana dampak cuaca ekstrim terhadap stok beras. Seperti kita tahu, beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dengan menggunakan 14 tahun data deret waktu, mulai tahun 1992, dari Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan di Indonesia, kami menganalisis pengaruh kejadian El Nino dan La Nina terhadap produksi beras. Hasilnya menunjukkan bahwa stok beras di keempat provinsi produsen beras nasional terancam oleh kejadian La Nina. Berlebihnya hujan pada saat La Nina ternyata menurunkan stok beras kita. Di lain pihak, El Nino, cuaca ekstrim yang identik dengan kekeringan karena menyebabkan berkurangnya hujan, tidak berpengaruh apa-apa terhadap stok beras. Jadi, perlukah kita merasa khawatir dengan kejadian cuaca ekstrim? Menurut pendapat kami, tidak perlu. Ada masa-masa dimana cuaca ekstrim tidak mengancam produksi beras. Selain itu, petani di Indonesia tampaknya masih sangat termotivasi untuk menanam padi karena memadainya harga yang mereka peroleh.

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem Peran Varietas Tahan dalam PHT Dr. Akhmad Rizali Stabilitas Agroekosistem Berbeda dengan ekosistem alami, kebanyakan sistem produksi tanaman secara ekologis tidak stabil, tidak berkelanjutan, dan bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah potensial untuk pengembangan komoditas kakao karena sumber daya alam dan kondisi sosial budaya yang mendukung serta luas areal kakao yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) A. Pendahuluan Konsepsi Integrated Pest Control atau Pengendalian Hama Terpadu (PHT) mulai diperkenalkan pada tahun 1959 yang bertujuan agar

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN PRAKATA v DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i DAFTAR LAMPIRAN ii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Keaslian Penelitian 5 C. Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi Lampung pada sektor tanaman pangan. Produksi komoditas padi di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

Permasalahan OPT di Agroekosistem

Permasalahan OPT di Agroekosistem Permasalahan OPT di Agroekosistem Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Konsekuensi Penyederhaan Lingkungan Proses penyederhanaan lingkungan menjadi monokultur pertanian memberi dampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan. Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) (Natawigena,

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat berpotensi dalam perdagangan buah tropik yang menempati urutan kedua terbesar setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya menekan kehilangan hasil pertanian yang diakibatkan oleh Organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) oleh petani masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap efektif. Menurut Sastrosiswojo, 1990 (Kasumbogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hama adalah organisme yang menginfeksi tanaman dan merusaknya sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran. Infeksi hama dan penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan harga pestisida tinggi, menyebabkan bahwa usaha tani menjadi tidak menguntungkan sehingga pendapatan tidak layak. Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data tiga tahun terakhir pada Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia menunjukkan bahwa terjadi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan globalisasi perdagangan buah dan sayur segar. Salah satu kendala yang dihadapi petani buah dan sayur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan secara luas maupun tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. polifagus. Pada fase larva, serangga ini menjadi hama yang menyerang lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. polifagus. Pada fase larva, serangga ini menjadi hama yang menyerang lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Helicoverpa armigera Hubner merupakan serangga yang bersifat polifagus. Pada fase larva, serangga ini menjadi hama yang menyerang lebih dari 60 spesies tanaman budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di antaranya disebabkan serangan hama tanaman. Banyak hama yang menyerang tanaman kubis, salah satunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting dibanding dengan jenis sayuran lainnya. Cabai tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan nasional. Dilihat dari kontribusinya dalam pembentukan PDB pada tahun 2002, sektor ini menyumbang sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Patogen Serangga Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau membunuh inangnya karena menyebabkan penyakit pada serangga. Patogen masuk ke dalam tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang penting dalam pertanian di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di muka bumi. Hampir 80% spesies hewan yang ada di bumi berasal dari kelas Insekta. Serangga telah ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. Sebagai salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi, tanaman lada dijadikan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk AgroinovasI FLORA RAWA PENGENDALI HAMA SERANGGA RAMAH LINGKUNGAN Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk mengendalikan hama serangga karena hasilnya cepat terlihat dan mudah

Lebih terperinci

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut: Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan Indonesia telah disusun sedemikian ketat. Ketatnya aturan karantina tersebut melarang buah-buahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa dan beragamnya jenis buah-buahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

Menghindari kesalahan berbahasa contoh

Menghindari kesalahan berbahasa contoh Menghindari kesalahan berbahasa contoh 1. Pada hasil penelitian itu menunjukkan bahwa meskipun dosis insektisida telah ditingkatkan 2 x lipat tetapi populasi hama tidak beda nyata dengan populasi sebelumnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap Mortalitas H. armigera Mortalitas larva H. armigera merupakan parameter pengukuran terhadap banyaknya jumlah

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 1. Berikut ini yang merupakan tanda bahwa tanaman dirusak oleh cacing, kecuali.. Bintil akar B. Bercak akar Busuk akar Lubang pada

Lebih terperinci

Berburu Kwangwung Di Sarangnya

Berburu Kwangwung Di Sarangnya PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 Berburu Kwangwung Di Sarangnya Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Sudah puluhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pare (Momordica ) merupakan tumbuhan dataran rendah yang seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan, 2002 dalam Irwanto, 2008).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi tanaman Indonesia dapat dikembangkan dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang pengobatan, pertanian dan perkebunan, namun masalah yang cukup besar dalam bidang

Lebih terperinci

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang PENERAPAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA BIORASIONAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU KEBUL, Bemisia tabaci PENYEBAB PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING CABAI DI NAGARI BATU TAGAK, KECAMATAN LUBUK BASUNG, KABUPATEN AGAM,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jambu biji (Psidium guajava) merupakan buah yang mempunyai nilai ekonomi di Indonesia dan memiliki pangsa pasar yang luas mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu menurunkan populasi hama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) I. LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman masih banyak kendala yang

Lebih terperinci

Kebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia

Kebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Kebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Muda (BBPPTP Surabaya)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam jumlahnya serangga melebihi jumlah semua hewan melata yang ada baik di darat maupun di air, dan keberadaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi (Coffea spp.) Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% diekspor sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman(opt). Hama merupakan salah satu OPT yang penting karena hama mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman mangga (Mangifera indica L.) adalah tanaman asli India yang sekarang ini sudah banyak dikembangkan di Negara Indonesia. Pengembangan tanaman mangga yang cukup

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1995 (44/1995) Tanggal : 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/85; TLN NO.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu komoditas buah yang prospektif. Tanaman jambu biji telah menyebar luas, terutama di daerah tropik. Saat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra produksi beras di Indonesia. Saat ini, lebih dari 8% hasil produksi pertanian pangan di kabupaten Klaten adalah beras. Budidaya padi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbah adalah Kecamatan di bawah naungan Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran rendah. Ibukota kecamatannya berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam masalah yang ada di dunia dan isinya, serta terdapat berbagai petunjuk ilmu pengetahuan modern di

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan berkembang pada suatu tempat dan waktu, tidak lepas dari hubungannya dengan perubahanperubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa

Lebih terperinci

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor I. P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Budidaya kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) diawali pada tahun 1848 ketika empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedelai di Indonesia merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010). PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL 26 Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama Seminar Nasional Biodiversitas 23 April 26 Grand Inna Muara Hotel

Lebih terperinci

Tungau Karat Jeruk (Phyllocoptruta oleivora)

Tungau Karat Jeruk (Phyllocoptruta oleivora) Tungau Karat Jeruk (Phyllocoptruta oleivora) Tanaman jeruk di Indonesia merupakan komoditas hortikultura jenis buah buahan yang merupakan tanaman tahunan dan tersebar di beberapa sentra utama, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk Keprok Maga merupakan salah satu komoditi buah buahan andalan Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif dengan kultivar atau varietas jeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan sumber daya alam hayati itu baru sebagian yang sudah dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh organisme atau serangga merupakan masalah penting bagi petani di Indonesia. Petani mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menanggulangi

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika selatan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar dalam hal peranannya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa benih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida sintetik telah menimbulkan banyak efek yang membahayakan bagi kesehatan. Salah satunya adalah timbulnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci