TERJEMAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERJEMAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN"

Transkripsi

1 TERJEMAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN Siti Kudriyah, Tanti Kurnia Sari 1 Abstrak Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis kembali pemahaman yang diperoleh ke dalam Bahasa Sasaran (BSa). Proses yang kompleks ini menuntut kemampuan kognitif, linguistik dan juga kreatifitas. Penerjemahan sebagai suatu prosedur pengubahan suatu naskah bahasa sumber menjadi naskah target dengan ekuivalensi seoptimal mungkin dan menghendaki pemahaman penerjemah terhadap sintaksis, semantik, stilistik, dan konteks naskah asli. Dibandingkan dengan bahasa Jerman bahasa Indonesia mempunya perbedaan baik sistem komposisi leksikalnya, sistem gramatikalnya maupun sarana stilistisnya. Dalam menerjemahkan, penerjemah perlu kemampuan yang memadai mengenai BSa, seperti: kemampuan kosakata, tatabahasa atau kaidah yang berlaku dalam BSa, agar penerjemah tidak melakukan penyimpangan kaidah dan makna. Demikian pula halnya dengan materi penerjemahan, ada teks yang menuntut pemahaman dan penggunaan stilistika yang kompleks dan ada pula yang sederhana. Penyimpangan (Abweichung) terjmemahan dapat dikaji berdasarkan aspek leksikal, gramatikal, dan teknik terjemahan. Sarana leksikal mencakup (a) aneka makna dan (b) diferensiasi/nondiferensiasi gramatikal mencakup aspek kaidah bahasa, Sedangkan analisis teknik penerjemahan mengacu pada beberapa cara (1) Terjemahan harfiah (literal translation), (2) penambahan (Additions), (3) penghilangan (omissions), (4) penggantian (replacements), (5) Kompresi (Compression), (6) Substitusi dan (7) terjemahan bebas (Free translation). Secara umum dapat disimpulkan bahwa mahasiswa masih mempunyai keterbatasan leksikal dan gramatikal serta menerjemahkan secara harafiah. Dengan demikian belum dapat menghasilkan terjemahan yang tepat dan luwes. Kata Kunci: terjemahan, teks, informasi Pendahuluan Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis kembali pemahaman yang diperoleh ke dalam Bahasa Sasaran (BSa). Proses yang kompleks ini menuntut kemampuan kognitif, linguistik dan juga kreatifitas. Demikian pula halnya dengan materi penerjemahan, ada teks yang menuntut pemahaman dan penggunaan stilistika yang kompleks dan ada pula yang sederhana. Pelajaran penerjemahan tidak diberikan pada mahasiswa pemula, karena kuliah penerjemahan Jerman - Indonesia (Übersetzung Deutsch Indonesisch) di Program 1 Para penulis adalah dosen Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Medan Siti Kudriyah, Tanti Kurnia Sari, Terjemahan Mahasiswa Program Studi Bahasa Jerman 37

2 Studi Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Medan (Unimed) diberikan di semester empat, dengan demikian jika mahasiswa mengikuti mata kuliah tersebut, maka itu berarti mereka telah mempunyai pengalaman belajar bahasa Jerman selama tiga semester. Sehingga dapat diperkirakan mereka telah memiliki dasar penguasaan bahasa tersebut, walaupun tentu belum pada taraf yang sempurna. Terjemahan merupakan kegiatan antarbahasa yang mempunyai peranan penting dalam pengalihan informasi, komunikasi dan kebudayaan antar individu, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara yang berbeda (Kuβmaul: 2009: 8). Dalam menerjemahkan, penerjemah perlu kemampuan yang memadai mengenai BSa, seperti: kemampuan kosakata, tatabahasa atau kaidah yang berlaku dalam BSa, agar penerjemah tidak melakukan penyimpangan kaidah dan makna. Kajian Teori 1. Hakikat terjemahan. Kata terjemahan (translation) berasal dari kata kerja bahasa Inggris translate menerjemahkan, mengalihbahasakan dan menafsirkan. Sedangkan secara terminologi terjemahan adalah menggantikan kata dalam BSu ke dalam kata bahasa lain atau BSa dengan makna yang sepadan. Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu terjemahan (science of translation, Übersetzungswissenschaft), kata ilmu disini diartikan sebagai teori, metode dan teknik (Moentaha, 2006:9). Proses terjemahan (das Übersetzen, the translating), seperti yang dikatakan ilmuwan bahasa dari Jerman Jäger yang dikutip oleh Moentaha (2006:9) adalah transformasi teks dari satu bahasa ke teks bahasa lain tanpa mengubah isi teks asli. Jadi terjemahan adalah jenis transformasi antarbahasa yang berbeda dengan jenis transformasi intrabahasa, yakni transformasi yang terjadi di dalam bahasa itu sendiri. Tidak semua penggantian teks dalam satu bahasa dengan teks dalam bahasa lain merupakan terjemahan. Untuk bisa disebut terjemahan, teks dalam bahasa A harus mengandung sesuatu yang sama dengan teks dalam bahasa B. Dengan kata lain, dalam memindahkan informasi dari sistem bahasa yang satu ke sistem bahasa yang lain harus dipertahankan isi informasi teks asli. Moentaha (2006:10) menyatakan bahwa, terjemahan adalah proses penggantian teks dalam bahasa sumber atau bahasa pemberi dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks bahasa sumber. Pengertian tingkat isi di atas harus dipahami secara maksimal dan luas, yakni tidak hanya yang menyangkut arti dasar (material meaning), ide atau konsepsi yang terkandung dalam tingkat isi, tapi juga semua informasi yang ada dalam teks bahasa sumber, semua norma-norma bahasa, seperti makna leksikal, makna gramatikal, nuansa stilistis/nuansa ekspresif. Secara luas terjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan (message), baik verbal maupun nonverbal dari informasi sumber (source information) ke dalam informasi sasaran (target information). Sedangkan secara keseharian, dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit, terjemahan biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa sumber (source language) dengan padanannya di dalam bahasa sasaran (target language) (Baker, 2011: 1) 38 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

3 Larson (1999:12) mendefinisikan terjemahan lebih menekankan pada proses. Penerjemahan merupakan usaha menciptakan kembali pesan dalam bahasa sumber dengan padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran, dalam hal makna dan gaya bahasanya. Dalam hal ini tidak mempermasalahkan bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik pada cara kerja penerjemahan, yaitu mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam BSu bisa disampaikan dalam BSa. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam penerjemahan, pengalihan pesan dari BSu ke dalam BSa harus diungkapkan sewajar mungkin dalam bahasa penerima atau sasaran dengan menuruti semua aturan yang berlaku dalam BSa. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjemahan adalah proses penggantian atau transformasi pesan dari BSu ke dalam BSa dengan memperhatikan kesepadanan dua bahasa tersebut. Kesepadanan makna dalam mengungkapkan hasil terjemahan merupakan hal yang paling penting, karena hal ini yang menjadi tujuan utama dalam penerjemahan. Gaya penerjemahan dan pengungkapan makna sangat tergantung dari kemampuan penerjemah, oleh sebab itu penerjemah harus menguasai kaidah bahasa dan kosakata BSa agar mampu menggunakan bahasa tersebut yang sepadan dengan makna yang dimaksud oleh penulis dalam BSu. 2. Kendala dalam Proses Menerjemahkan Newmark (2002: 190) menyatakan bahwa setiap bahasa mempunyai sistem gramatikal dan sistem leksikal sendiri yang spesifik. Setiap bahasa mempunyai struktur gramatikal dan komposisi leksikal sendiri yang berbeda dengan struktur gramatikal dan komposisi leksikal bahasa lain. Setiap bahasa merupakan sistem yang sangat rumit dan mempunyai ciri-ciri khas sendiri. Perbedaan-perbedaan antara sistem BSu dan sistem BSa dapat menimbulkan kesulitan bahasa dalam penerjemahan. Padahal, informasi dalam teks bahasa sumber mengandung norma-norma bahasa, seperti: (1) sarana leksikal, (2) sarana gramatikal, (3) sarana stilistis/nuansa ekspresif sebaiknya disampaikan sepenuhnya ke dalam teks bahasa sasaran dalam proses terjemahan (Moentaha, 2006:13). a. Sarana Leksikal Kridalaksana, (2008:141) menyebutkan bahwa leksikal bersangkutan dengan leksem, bersangkutan dengan kata dan bersangkutan dengan leksikon, dan bukan dengan gramatika. Leksem adalah satuan bermakna yang membentuk kata, sedangkan leksikon adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Berdasarkan pendapat tersebut maka sarana leksikal terdiri atas: aneka makna, diferensiasi/nondiferensiasi dan medan semantis b. Sarana Gramatikal Gramatikal menurut Kridalaksana (2008:75) bersangkutan dengan gramatika suatu bahasa atau sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika suatu bahasa. Sesuai pendapat tersebut maka sarana gramatikal terdiri atas: bentuk-bentuk tung-gal dan jamak, kategori aspek, kategori genus Siti Kudriyah, Tanti Kurnia Sari, Terjemahan Mahasiswa Program Studi Bahasa Jerman 39

4 3. Teknik Penerjemahan Teknik penerjemahan secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya daripada dengan norma maupun pedoman penerjemahan tertentu. Teknik penerjemahan akan lebih banyak berkaitan dengan langkah praktis dan pemecahan masalah (Machali, 2009:107). Menurut Molina dan Albir dalam Silalahi (2009:81) teknik penerjemahan merupakan prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan menurut Moentaha (2006:48-87). a. Terjemahan harfiah (literal translation) ialah terjemahan yang hasil realisasinya berada di bawah standar, yakni di bawah hasil terjemahan yang cukup menyampaikan informasi teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran dengan mematuhi norma-norma bahasa sasaran. Biasanya terjemahan harfiah dilakukan di tingkat kata, yaitu penerjemahan kata demi kata, sehingga tidak jarang menghasilkan terjemahan semu. b. Substitusi (substitution) ialah proses terjemahan yang realisasinya dilakukan dengan mengubah bentuk bahasa sumber ke bentuk bahasa sasaran dengan memptertimbangkan makna. Teknik substitusi termasuk ke dalam terjemahan harfiah karena penerjemahannya dilakukan di tingkat kata. Substitusi dalam terjemahan biasa jarang sekali digunakan, dan kalau digunakan hanya sebagai perkecualian. c. Terjemahan bebas (free ranslation) ialah terjemahan yang dilakukan di tingkat satuan-satuan bahasa, seperti kalimat atau teks secara keseluruhan. Terjemahan bebas, pada umumnya, lebih baik diterima, ketimbang terjemahan harfiah, karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak terjadi baik penyimpangan makna, maupun pelanggaran norma-norma bahasa sasaran. Terjemahan bebas bisa diterima dalam penerjemahan teks ragam sastra, namun sama sekali tidak bisa digunakan dalam penerjemahan teks-teks dokumen resmi, seperti dokumen undang-undang, dokumen diplomatik, dokumen militer dan lainnya. d. Parafrasa (paraphrase). Capaian padanan situasi bisa juga diperoleh dari teknik terjemahan parafrasa, karena informasi yang ada dalam teks bahasa sumber dipertahankan oleh teknik tersebut dalam bentuk gambaran situasi bukannya makna teks bahasa sumber. Teknik parafrasa boleh digunakan hanya kalau upaya untuk menyampaikan dengan tepat makna teks bahasa sumber akan memberikan hasil yang secara leksikal, gramatikal dan stilistis kurang meyakinkan. Parafrasa sebagai teknik terjemahan sering ditemukan dalam penerjemahan susastra dan digunakan hanya dalam situasi tertentu. e. Penggantian (replacements). Yang terkena teknik penggantian dalam proses terjemahan ialah satuan-satuan gramatikal (kelas kata, bagian kalimat), satuansatuan leksikal (kata-kata tertentu) dan konstruksi-konstruksi kalimat. f. Penambahan (additions). Penambahan leksikal dalam teks bahasa sasaran biasanya diperlukan, kalau maksud isi teks bahasa sumber diungkapkan dengan sarana lain, termasuk dengan sarana gramatikal. Perlu ditekankan bahwa yang dimaksud dengan penambahan kata-kata tertentu ialah tanpa menambah maksud yang ada dalam teks bahasa sumber, karena di dalam teks bahasa sasaran sudah tersampaikan informasi 40 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

5 yang sama, seperti yang ada dalam teks bahasa sumber, hanya saja diungkapkan dalam teks bahasa sasaran dengan cara-cara lain. Teknik penambahan digunakan karena kekurangan kata-kata tertentu. g. Penghilangan (omissions/dropping). Merupakan gejala yang langsung bertentangan dengan teknik penambahan. Teknik penghilangan dalam proses terjemahan ialah membuang kata yang berlimpah, karena merupakan kelimpahan semantis, yakni tanpa bantuan kata yang berlimpah itu, isi informasi dalam teks bahasa sumber telah dapat disampaikan ke dalam teks bahasa sasaran secara utuh. h. Kompressi (compression). Yaitu teknik penerjemahan dengan melakukan pengurangan leksikal demi tercapainya pemadatan teks terjemahan. Tendensi ke perluasan teks terjemahan harus diimbangi dengan tendensi ke penggunaan teknik kompresi, yakni ke pengungkapan singkat, ringkas dan padat. i. Derivasi sintaktis (syntactic derivation) merupakan proses pembentukan berbagai konstruksi sintaktis dengan cara melalui transformasi konstruksi inti. Dalam proses terjemahan, derivasi sintaktis mengubah posisi bagian kalimat yang satu atau yang lain. Karena itu teknik derivasi sintaktis menyangkut operasi aktif-pasif. j. Terjemahan deskriptif (descriptive translation) amplifikasi (ampli-fication). ialah penyampaian makna teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran dengan menggunakan kombinasi kata-kata bebas, yakni menjelaskan satuan-satuan leksikal yang mencerminkan realitas spesifik negeri yang satu atau yang lain, karena satuansatuan seperti itu tidak mempunyai ekuivalensi satuan-satuan leksikal tanpa ekuivalensi. Terjemahan deskriptif sama dengan teknik terjemahan amplifikasi, yaitu teks yang diperluas dalam proses terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain. k. Eksplikasi/implikasi (explication/implication). Teknik eksplikasi dalam proses terjemahan ialah merealisasi pengungkapan eksplisit dalam teks bahasa sasaran, karena dalam teks bahasa sumber ada informasi yang pengungkapannya tidak jelas, yaitu ada implikasi dalam informasi tersebut (pengungkapan implisit). Sesuatu yang tidak jelas diungkapkan dalam satu bahasa, wajib diungkapkan dengan gamblang (eksplisit) dalam bahasa lain. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Data yang dianalisis adalah hasil terjemahan Bahasa Jerman Indonesia mahasiswa semester IV dari 3 jenis teks yaitu (1) teks yang yang termasuk dalam Alltagssprache, (2) teks sastra dan (3) teks ilmiah. Teks Alltagssprache menggunakan bahasa sederhana untuk kepentingan komunikasi sehari, teks sastra menggunakan bahasa dengan stilistik khusus, dan teks ilmiah bahasa mempunyai bentuk dan penggunaan bahasa khusus (Fachsprache), yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Sesuai dengan teori penerjemahan tersebut gambaran penyimpangan penerjemahan mahasiswa, antara lain sebagai berikut: Attendonop hat 275 Einwohnerin und Einwohner. Attendonop memiliki 275 penduduk wanita dan penduduk pria. Kata penduduk wanita dan penduduk pria sebagai terjemahan hafiah Einwohnerin und Einwohner. Untuk mengungkapkan fakta dalam stuktur bahasa Jerman yang mengenal Genus, sering digunakan jenis laki-laki (Maskulin) dan perempuan (Feminin), Einwohner.und Einwohnerin, meskipun biasanya hanya diungkapkan Siti Kudriyah, Tanti Kurnia Sari, Terjemahan Mahasiswa Program Studi Bahasa Jerman 41

6 secara umum dengan Einwohner, karena bahasa Jerman secara seksis tergolong dalam bahasa yang cenderung mendominankan gender laki-laki (Männersprache). Dalam menerjemahkan pengetahuan latar belakang linguistik ini diperlukan, sehingga seseorang tidak akan menerjemahkan secara langsung dengan menyebutkan genus penduduk wanita dan penduduk pria, namun cukup mem-berikan padanan kata secara umum kata Einwohner adalah penduduk. Kultur und Natur erleben: In Altendonop verbinden sich Kultur und Natur. Budaya dan alam. Altendonop menggabungkan budaya dan alam. Dengan tidak menerjemahkan kata erleben pesan yang disampaikan tidak lengkap. Penerjemahan masih cenderung kata perkata, sehingga terkesan bahasanya kaku dan tidak luwes. Mengalami secara langsung budaya dan alam. Di Altendonop terdapat perpaduan budaya dan alam. über allen Gipfeln Semua tentang puncak Mahasiswa cenderung menerjemahkan baris dari puisi tersebut secara harafiah, seharusnya mahasiswa menggunakan pengetahuan linguistiknya tentang kata depan/ Prepositionen über. Sebaiknya terjemahan baris tersebut di atas semua puncak. Spürst du kau rasakan Dalam menerjemahkan puisi, sangat tidak disarankan menerjemahkan kata perkata, untuk mengungkapkan keindahan. Penambahan partikel akan lebih mengungkapkan rasa puitis kau kan rasakan. Die Vögelein schweigen im Wald. Burung-burung diam di hutan Vögelein lebih tepat diterjemahkan burung kecil karena memberikan nuansa kalimat yang berbeda. Keterbatasan kemampuan lekikal mengakibatkan hasil terjemahan yang kurang pas. apalagi dalam menerjemahkan teks sastra, yang justru lebih mementingkan aspek keindahan, sehingga pmilihan kata yang tepat agar dapat mengungkapkan makna keindahannya. Um von einer naiven zu einer professionellen Haltung gegenüber Wörtern zu gelangen, kann uns die Linguistik, speziell die Teildisziplin Semantik helfen [ ] Untuk pergi dari sikap naïf ke sikap professional terhadap kata-kata, linguistik dapat membantu kita, khususnya disiplin sub semantik [ ] Terjemahan masih sangat literal dan tidak dapat menyampaikan pesan dengan tepat. Kalimat tersebut seharusnya diterjemahkan dalam konteks, sehingga lebih menggunakan terjemahan parafrase Ilmu linguistik khususnya semantik dapat membantu untuk mengetahui makna sebuah kata secara tepat. In der Linguistik bezeichnet man solche Übereinstimmungen als Homonymie. Seorang menyebut semacam sebagai homonymie Penggunaan struktuk tata bahasa harus sesuai dengan bahasa target. Dalam bahasa sumber digunakan kalimat aktif, namun dalam bahasa sasaran justru yang wajar diungkapkan dalam bentuk kalimat pasif. Dalam Ilmu bahasa kesamaan tersebut biasa disebut homonyme 42 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

7 Betrachtet man dieses Beispiel freilich etymologisch, so erfährt man in entsprechenden Wörterbüchern, dass die beiden Bedeutungen doch miteinander in einem Zusammenhang stehen. Memang orang mengamati contoh ini secara etimologi, jadi orang mengetahuinya sesuai dengan di kamus, bahwa kedua makna tadi tidak memiliki hubungan. Kurang pemahaman tentang struktur bahasa sumber mengakibatkan penerjemahan tidak tepat. Dengan letak kata kerja betrachtet man di awal kalimat, struktur kalimat tersebut merupakan kalimat pengandaian. Selain itu penerjemahan kata demi kata menghasilkan kalimat yang tidak dapat difahami. Untuk itu harus dilakukan proses mengedit kembali dan selanjutnya menyusunnya dalam bahasa sasaran yang baik. Jika meninjau contoh tersebut secara etimologis, maka akan terlihat bahwa kedua makna tersebut saling berkaitan. Simpulan Dan Saran Dalam pengajaran bahasa asing mata kuliah penerjemahan memegang peranan penting, karena kemampuan menerjemahkan merupakan indikator penguasaan bahasa asing tingkat tinggi. Kemampuan menerjemahkan mencer-minkan pemerolehan seluruh kemampuan berbahasa, karena dalam hal ini seseorang telah mampu memahami makna bahasa asal dan selanjutnya mengungkapkan kembali dalam bahasa sasaran secara tepat dan benar. Terjemahan merupakan kegiatan antarbahasa yang mempunyai peranan penting dalam pengalihan informasi, komunikasi dan kebudayaan antar individu, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara yang berbeda. Dalam menerjemahkan, penerjemah perlu kemampuan yang memadai mengenai BSa, seperti: kemampuan kosakata, tatabahasa atau kaidah yang berlaku dalam BSa, agar penerjemah tidak melakukan penyimpangan kaidah dan makna. Dibandingkan dengan bahasa Jerman bahasa Indonesia mempunya perbedaan baik sistem komposisi leksikalnya, sistem gramatikalnya maupun sarana stilistisnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh kemampuan menerjemahkan yang bagus sangat dituntut berbagai kemampuan yang komprehensif tentang struktur, kosa kata dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran dan juga latihan yang intensif. Membaca hasil terjemahan berkali-kali, selanjutnya mengungkapkannya dalam bahasa sasaran yang luwes dan benar. Daftar Pustaka Baker, Mona In Other Word. A Couse b ook on Translation. London: Routledge Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Kuβmau, Paul Übersetzen nicht leicht gemacht. Berlin: SAXA Verlag. Larson, Mildred L Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadanan Antarbahasa. Alihbahasa: Kencanawati Taniran. Jakarta: Arca Machali, Rochayah Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung : Mizan Pustaka Moentaha. Salihen Bahasa dan Terjemahan. Language and Translation The New Millennium Publication. Jakarta: Kesaint Blanc Siti Kudriyah, Tanti Kurnia Sari, Terjemahan Mahasiswa Program Studi Bahasa Jerman 43

8 Muchtar, M Penerjemahan. Teori, Praktik dan Kajian. Medan: Bartong Jaya Newmark, Peter A Textbook of Translation. London: Prentice Hall. Silalahi, Roswita Dampak Tenik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing Dalam Bahasa Indonesia. Tesis. Medan: Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. 44 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Übersetzung 1 (Deutsch Indonesisch) Kode Matakuliah : JER Kredit Semester : 2 (dua) Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman Status : Wajib Tempuh Semester

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Kekeliruan adalah penyimpangan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Kekeliruan adalah penyimpangan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Kesalahan Berbahasa Menurut Nababan (1994:91) terdapat 2 macam kesalahan berbahasa yaitu kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Kekeliruan adalah penyimpangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis kembali pemahaman

Lebih terperinci

KESULITAN BAHASA DALAM PROSES TERJEMAHAN. Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

KESULITAN BAHASA DALAM PROSES TERJEMAHAN. Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan KESULITAN BAHASA DALAM PROSES TERJEMAHAN Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri, dan sistem dalam setiap bahasa merupakan

Lebih terperinci

TESIS. Oleh: TANTI KURNIA SARI / LNG

TESIS. Oleh: TANTI KURNIA SARI / LNG ANALISIS KESALAHAN BAHASA DALAM PENERJEMAHAN TEKS BERBAHASA INDONESIA KE DALAM TEKS BERBAHASA JERMAN TESIS Oleh: TANTI KURNIA SARI 097009026 / LNG SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) 1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. Untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran seseorang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etika adalah suatu hal yang wajib diperhatikan oleh seorang yang sedang melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu. Menurut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autobiografi atau otobiografi adalah sebuah biografi atau riwayat hidup yang ditulis oleh pemiliknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otobiografi adalah riwayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan minat baca paling rendah di dunia, setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. Selain itu

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG PENERJEMAHAN DALAM PEMBELAJARAN PENERJEMAHAN BAHASA JERMAN KE DALAM BAHASA INDONESIA (Sebuah Kajian Konseptual-Teoretik)

PENGETAHUAN TENTANG PENERJEMAHAN DALAM PEMBELAJARAN PENERJEMAHAN BAHASA JERMAN KE DALAM BAHASA INDONESIA (Sebuah Kajian Konseptual-Teoretik) PENGETAHUAN TENTANG PENERJEMAHAN DALAM PEMBELAJARAN PENERJEMAHAN BAHASA JERMAN KE DALAM BAHASA INDONESIA (Sebuah Kajian Konseptual-Teoretik) Amir *) Abstrak Seorang penerjemah atau pembelajar penerjemahan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK Muhammad Aprianto Budie Nugroho Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Kuningan, Indonesia Emai: muh.apriantobn@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Bab 5 Ringkasan Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Tetapi perbedaan struktur kalimat antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sering menjadi kendala bagi pemelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH Cipto Wardoyo UIN Sunan Gunung Djati Bandung cipto_w@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mencoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Era modern ini penggunaan bahasa merupakan kunci terpenting untuk menjalin suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara verbal maupun non verbal. Dalam era globalisasi ini bahasa memiliki peranan dan kedudukan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku atau literatur 1 asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang banyak diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13) KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM TEKS TERJEMAHAN MAHASISWA Khoirun Nisa E-mail: niesha.violet@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil dari data penelitian yang dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Diploma III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang penting dalam mendukung terjalinnya komunikasi antar individu. Dalam kegiatan komunikasi, tujuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa sangatlah penting, karena merupakan penghubung dalam setiap pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Pada setiap bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan anime, manga, style orang-orang Jepang dan budaya Jepang yang lainnya. Jepang adalah sebuah negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala yang tidak diketahui menjadi jelas. Apa yang terjadi di sekeliling menjadi bisa dipahami.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu negara ke negara yang lain semakin mudah dan berkembang pesat. Akan tetapi, ada satu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya pemakaian bahasa menyebabkan makna sebuah kata mengalami pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antar dua bahasa. Maksudnya adalah menyampaikan kembali maksud atau isi pesan dalam teks sumber sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman globalisasi ini, penerjemahan merupakan sebuah keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat sehingga penerjemahan

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

Scientific News Magazine Edisi April 2017

Scientific News Magazine Edisi April 2017 Metafor (Simile) dalam Bahasa Bali: Ancangan dalam Penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia Ni Ketut Ratna Erawati 1, I Ketut Ngurah Sulibra 2 1 ) Prodi Sastra Jawa Kuno Fak. Ilmu Budaya Univ. Udayana 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita (sumber: wikipedia.com). Penulis novel disebut novelis. Kata novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak

Lebih terperinci

KESALAHAN PENERJEMAHAN ASPEK WAKTU DARI BAHASA JEPANG KE DALAM BAHASA INDONESIA. Dewi Sari Sumitro

KESALAHAN PENERJEMAHAN ASPEK WAKTU DARI BAHASA JEPANG KE DALAM BAHASA INDONESIA. Dewi Sari Sumitro KESALAHAN PENERJEMAHAN ASPEK WAKTU DARI BAHASA JEPANG KE DALAM BAHASA INDONESIA Dewi Sari Sumitro dewi_sari@gmail.com ABSTRACT. The objective of this research is to analyze the errors translation of the

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN SUBTITLE DARI BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA (PENELITIAN ANALISIS ISI PADA SUBTITLE FILM CONTRABAND)

PENERJEMAHAN SUBTITLE DARI BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA (PENELITIAN ANALISIS ISI PADA SUBTITLE FILM CONTRABAND) DEIKSIS Vol. 09 No.01, Januari 2017 p-issn: 2085-2274, e-issn 2502-227X hal. 100 108 PENERJEMAHAN SUBTITLE DARI BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA (PENELITIAN ANALISIS ISI PADA SUBTITLE FILM CONTRABAND)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

Muhammad Husnan Lubis

Muhammad Husnan Lubis Muhammad Husnan Lubis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Jl. Dr. Mansyur, No. 9, Medan, Sumatera Utara, 20155 e-mail: buyalis@hotmail.com Abstrak: Metode Penerjemahan al-qur an ke dalam Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan, terjemahan abstrak. Keywords: errors, translating abstract

Kata kunci: kesalahan, terjemahan abstrak. Keywords: errors, translating abstract Kesalahan dalam Terjemahan Abstrak Karya Ilmiah oleh Mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Angkatan 2008 Universitas Negeri Malang Erlina Yuni Novitasari Pembimbing: (I) Dra. Rosyidah, M.Pd., (II) Deddy Kurniawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer dari Jepang saat ini menjadi tren di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan akses informasi, produk budaya Jepang yang masuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting bagi manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang disampaikan oleh penutur tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek kehidupan. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN KERANGKA TEORI. 1) Roswita Silalahi (2009) dalam disertasinya berjudul Dampak Teknik, Metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN KERANGKA TEORI. 1) Roswita Silalahi (2009) dalam disertasinya berjudul Dampak Teknik, Metode 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2. 1. 1 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan mengenai terjemahan yang berkaitan dengan budaya telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY Johnny Prasetyo John Pras-isi@yahoo. com Institut Seni Indonesia Surakarta ABSTRACT This descriptive-qualitative

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk menyampaikan pesan moral kepada anak-anaknya. Di masa lalu, orang tua menceritakan kepada anak-anaknya

Lebih terperinci