FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN 2016 ABSTRAK YANTI NURJAYANTI
|
|
- Verawati Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN 2016 ABSTRAK YANTI NURJAYANTI FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK (Studi pada Perokok Keluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2016) Niat perokok untuk berhenti merokok, dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun Metode yang digunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 59 kepala keluarga. Hasil penelitian yaitu sebanyak 28 responden (47,5%) tidak memiliki niat dan 31 responden (52,5%) memiliki niat berhenti merokok. Sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku responden sebagian besar positif yaitu sebanyak 33 (55,9%), 35 (59,3%) dan 45 responden (76,3%). Uji statistik digunakan chi square. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan antara sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok (p=0,000). Sehingga disarankan untuk lebih memperhatikan bahaya merokok, melakukan promosi kesehatan serta merancang pesan dampak merokok berupa gambar penyakit akibat merokok. Kata Kunci :Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku, Intensi Kepustakaan : 39 ( ) 1
2 FACULTY OF HEALTH SCIENCES UNIVERSITY OF SILIWANGI TASIKMALAYA SPECIALISATION ADMINISTRATION HEALTH POLICY 2016 ABSTRACT YANTI NURJAYANTI FACTORS RELATED TO QUIT SMOKING INTENTIONS (STUDY IN POOR FAMILY SMOKERS AFTER HEALTH WARNING INCLUSION IN CIGARETTE PACKAGING IN THE SUKAMAJU HAMLET BUDIHARJA VILLAGE SINDANGKASIH CIAMIS DISTRICT 2016) Intention smokers to quit, are influenced by three factors: the attitude toward the behavior, subjective norms and perceived behavioral control. This study aims to factors that relate with of attitudes toward the behavior, subjective norms and perceived behavioral control in poor families smokers in Sukamaju hamlet Budiharja village Sindangkasih District of Ciamis. The method used observational with cross sectional approach. A sample of 59 house holds. The results of the study as 28 respondents (47.5%) did not have the intention and the 31 respondents (52.5%) have intention to quit smoking. Attitudes toward the behavior, subjective norms and perceived behavioral control respondents mostly positive as many as 33 (55.9%), 35 (59.3%) and 45 respondents (76.3%). The statistical test used chi square. Statistical results showed there is relation between attitudes toward the behavior, subjective norms and perceived behavioral control with intention to quit smoking (p=0.000). So it is advisable to pay more attention to the dangers of smoking, health promotion and design the effects of smoking message as image of diseases caused by smoking. Keywords: Attitudes, Subjective Norms, Behavioral Control, Intention 2
3 A. PENDAHULUAN Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Beberapa dampak merokok bagi kesehatan menurut Sukmana (2011) diantaranya, merokok sumber penyakit paru-paru, penyakit kanker, penyakit jantung koroner, radang akut disebagian saluran pernafasan seperti membengkak dan mulai menyempit, tukak lambung dan usus kecil, menyebabkan kebutaan, mempercepat penuaan, menyebabkan impotensi yang mengganggu kesuburan pria dan wanita, merusak gen, menimbulkan kanker kulit, kanker mulut, kanker bibir, kerongkongan dan usus disebabkan panas dari asap rokok, menggerogoti jantung, kelumpuhan, emphysema atausulit bernafas, merusak otak dan indera dan mengancam kehamilan. Banyak perokok yang menyadari bahaya merokok, namun kenyataannya tidak sedikit perokok memutuskan untuk berhenti merokok. Sehinggaepidemi tembakau telah membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana 600 ribu diantaranya merupakan perokok pasif (WHO, 2014). Adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok dan semakin meningkatnya minat konsumsi terhadap rokok, pemerintah berupaya melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya rokok, yaitu mulai tanggal 24 Juni 2014 pemerintah Indonesia menerapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. Selain gambar peringatan, peraturan tersebut juga mewajibkan pencantuman kalimat yang berbunyi merokok membunuhmu. Setiap perokok mengetahui gambar peringatan yang terdapat dalam kemasan rokok. Namun adanya gambar peringatan tersebut, prevalensi perokok di Indonesia tidaklah menurun melainkan terus meningkat. Sebanyak 46,16% perokok ASEAN berada di Indonesia sehingga Indonesia menduduki urutan ke-3 dengan jumlah perokok terbanyak di dunia setelah Negara Cina (390 juta perokok atau 29% per penduduk) dan India (144 juta perokok atau 12,5% per penduduk) (IAKMI, 2010). Sekitar 140 juta orang setiap harinya mengkonsumsi rokok dan setiap tahun konsumsi rokok mencapai 199 miliar batang rokok (Kholish, 2013). Studi pada tahun menunjukkan lebih dari rumah tangga miskin di perkotaan dan pedesaan, kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya merokok dari pada yang tidak merokok, dengan angka kematian balita sebesar kematian setiap tahun atau hampir 90 kematian balita per hari (IAKMI, 2012). Pemerintah berupaya mengurangi kemiskinan melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp. 100 ribu per bulan. Terdapat sekitar 19 juta kepala keluarga miskin penerima BLT, dengan prevalensi perokok penduduk miskin lakilaki dewasa sebesar 63%, diperkirakan terdapat sekitar 2/3 adalah keluarga 3
4 perokok. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 12 juta kepala keluarga menggunakan dana BLT untuk membeli rokok. Data Susenas (2006) menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran rokok pada keluarga perokok adalah sekitar Rp. 117 ribu per bulan, sementara pada keluarga miskin rata-rata Rp. 52 ribu yang berarti lebih dari separuh BLT akan dihabiskan untuk membeli rokok (IAKMI, 2012). Peringatan kesehatan pada kemasan rokok yang diwajibkan oleh pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kesadaran konsumen rokok tentang bahaya produk tersebut dan akhirnya merubah perilaku perokok untuk berhenti merokok. Berkaitan dengan masalah perilaku, ada hal yang menjadi prediktor utama dalam menentukan perilaku yaitu intensi atau niat. Ajzen dan Fishbein (Sagitania, 2014) mengatakan bahwa hampir setiap perilaku manusia didahului oleh adanya niat atau kehendak untuk menampilkan perilaku. Menurut Ajzen (Permatasari, 2015), intensi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm) dan persepsi kontrol perilaku (perceived behavior control).theory of planned behavior menjelaskan sikap yang dibentuk oleh individu akan sesuai dengan keyakinan yang berasal dari diri sendiri atau pengalaman pribadi serta orang lain. Selain itu, persepsi kontrol perilaku maupun norma subjektif menjelaskan bahwa dengan mengetahui sikap, maka selanjutnya dapat diketahui sejauh mana pengaruh sikap tersebut terhadap niat. Niat tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh sikap, tetapi juga dipengaruhi oleh norma subjektif serta persepsi kontrol perilaku. Sehingga dapat diketahui bagaimana sikap terhadap perilaku(attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm) serta persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control) perokok akan merubah niat dan perilaku merokok dalam menyikapi peringatan kesehatan pada kemasan rokok tersebut (Ajzen dalam Permatasari, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elliot dan Shanahan (Permatasari, 2015) disimpulkan bahwa, peringatan kesehatan secara grafis akan lebih diperhatikan dari pada pesan teks saja dan mendorong pemikiran konsumen tentang bahaya merokok. Hasil penelitian Permatasari (2015), sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku berpengaruh secara simultan terhadap intensi berhenti merokok pada mahasiswa strata satu di Kota Malang sebagai dampak peraturan gambar peringatan pada kemasan rokok. Berdasarkan DinSosNaKerTrans Kabupaten Ciamis, jumlah rumah tangga miskin tertinggi di Kabupaten Ciamis tahun 2015 adalah Kecamatan Sindangkasih. Kecamatan Sindangkasih terdiri dari sembilan desa, Desa Budiharja memiliki jumlah rumah tangga miskin tertinggi yaitu sebesar 56,7%. Dimana Dusun Sukamaju dengan masyarakat miskin perokok aktif sebesar 90,1% (Bahtiar, 2015). Dariuraian tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang 4
5 berhubungan dengan intensi berhenti merokok studi pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun 2016?. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi berhenti merokok (sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku) pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun b. Mengidentifikasi intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun c. Menganalisis hubungan sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Intensi Berhenti Merokok Berhenti merokok adalah tindakan yang dilakukan oleh perokok untuk meninggalkan kebiasaan merokok yang pada dasarnya merupakan perpaduan dari terapi perilaku dan obat untuk menghentikan kebiasaan merokok (Syafiie, 2009). Menurut Ajzen dan Fishbein (Indrawani dkk, 2014), intensi berhenti 5
6 merokok adalah keinginan yang kuat dari individu untuk menghentikan kebiasaan merokok dan dilakukan secara sadar. 2. Aspek Intensi Berhenti Merokok Menurut Ajzen (Tsalits, 2013) dalamtheory Planned Behavioraspek intensi sering dikenal dengan istilah TACT (Target, Action, Context and Time), yaitu: a. Target (sasaran), artinya intensi untuk berperilaku mempunyai sasaran tertentu yang ingin dicapai, yaitu berhenti merokok. b. Action (perilaku atau tindakan), artinya perilaku yang akan diwujudkan secara nyata. c. Context, suatu situasi tertentu yang memunculkan atau mendukung intensi untuk berperilaku. d. Time (waktu), artinya waktu menyangkut kapan sebuah perilaku akan diwujudkan. 3. Faktor-Faktor Intensi Berhenti Merokok BerdasarkanTheory of Planned Behavior Ajzen dan Fishbein (Permatasari, 2015), intensi terbentuk dari tiga faktor, diantaranya: a. Sikap terhadap Perilaku (Attitude Toward Behavior) Sikap terhadap perilaku(attitude toward behavior) adalah penilaian yang bersifat pribadi dari individu yang bersangkutan, menyangkut pengetahuan dan keyakinannya mengenai perilaku tertentu, baik dan buruknya, keuntungan dan manfaat (Notoatmodjo, 2010). 1) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor yang mempengaruhi sikap (Wawan dan Dewi, 2010): a) Pengalaman Pribadi b) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting c) Pengaruh Kebudayaan d) Media Massa e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama f) Faktor Emosional 2) Bentuk Sikap terhadap Perilaku Sikap dapat dibedakan atas bentuknya (Purwanto, 2009), yaitu: a) Sikap positif: perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memperhatikan hal- hal yang positif. b) Sikap negatif: sesuatu yang menunjukan ketidakramahan, ketidaktenangan dan tidak memiliki kepercayaan diri. 6
7 3) Proses Perubahan Sikap terhadap Perilaku Ada tiga proses perubahan sikap (Kelman dalam Saifudin, 2012): a) Kesediaan (Compliance) Ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi positif. b) Identifikasi (Identification) Individu meniru perilaku seseorang karena sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara lain dengan pihak yang dimaksud. c) Internalisasi (Internalization) Individu menerima pengaruh dan bersedia menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percaya dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. b. Norma Subjektif (Subjective Norm) Menurut Ajzen dan Fishbein (Permatasari, 2015), norma subjektif adalah persepsi individu berhubungan dengan kebanyakan orang-orang yang penting bagi dirinya mengharapkan individu untuk melakukan tingkah laku tertentu, orang-orang yang penting bagi dirinya itu kemudian dijadikan acuan untuk mengarahkan tingkah laku. Berikut komponen norma subjektif secara umum memiliki dua komponen, yaitu normative beliefs dan motivation to comply: 1) Keyakinan Normative(Normative Beliefs) Persepsi atau keyakinan mengenai harapan orang lain terhadap dirinya untuk menampilkan perilaku atau tidak. 2) Motivasi untuk Memenuhi(Motivation to Comply) Norma subjektif dapat dilihat sebagai dinamika antara dorongan yang dipersepsikan individu dari orang-orang disekitarnya untuk mengikuti pandangan dalam melakukan tingkah laku tersebut. c. Persepsi terhadap Kontrol Perilaku (Perceived Behavior Control) Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dan kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif (Chaplin, 2005). Berikut merupakan komponen dari persepsi terhadap kontrol perilaku: 1) Keyakinan Kontrol(Control Beliefs) Keyakinan kontroladalah kepercayaan mengenai sumber dan kesempatan yang dibutuhkan untuk memunculkan tingkah laku. 2) Kekuatan Persepsi (Perceived Power) Kekuatan persepsiadalah persepsi individu mengenai seberapa kuat kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam memunculkan tingkah laku. 7
8 E. METODE PENELITIAN 1. Hipotesis Penelitian Ada hubungan sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilakudengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Desain Penelitian Yaitu metode survei dengan menggunakan pendekatan cross sectional. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Yaitu seluruh kepala keluarga perokok aktif terdaftar sebagai keluarga miskin berdasarkan data penyaluran beras raskin tahun 2015 Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis yang berjumlah 59 orang. b. Sampel Pengambilan sampel ditentukan dengan total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang. 4. Analisis Data F. HASIL a. Analisis Univariat Mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (p value 0,05)sehingga ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Intensi Berhenti Merokok pada PerokokKeluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Intensi n % Tidak mempunyai niat 28 47,5 Mempunyai niat 31 52,5 Total Berdasarkan tabel 6.1, responden yang mempunyai niat berhenti merokok pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok lebih banyak (52,5%) dibandingkan responden yang tidak mempunyai niat berhenti merokok (47,5%). 8
9 Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi menurut Kategori Sikap Responden Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis No Sikap Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Negatif 26 44,1 2 Positif 33 55,9 Total Berdasarkan tabel 6.2, sebagian besar responden mempunyai sikap positif pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok yaitu sebanyak 33 orang (55,9%) sedangkan sikap negatif sebanyak 26 orang (44,1%). Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi menurut Kategori Norma Subjektif Responden Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis No Norma Subjektif Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Negatif 24 40,7 2 Positif 35 59,3 Total Berdasarkan tabel 6.3, sebagian besar responden mempunyai norma subjektif positif pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok (59,3%) sedangkan norma subjektif negatif sebanyak 24 orang (40,7%). Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi menurut Kategori Persepsi Kontrol Perilaku Responden Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis No Kontrol Perilaku Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Negatif 14 23,7 2 Positif 45 76,3 Total Berdasarkan tabel 6.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi kontrol perilaku positif pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok, yaitu sebanyak 45 orang (76,3%) sedangkan kontrol perilaku negatif sebanyak 14 orang (23,7%). Tabel 6.5 Hubungan Sikap terhadap Perilaku dengan Intensi Berhenti Merokok pada Perokok Keluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokokdi Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2016 Sikap terhadap Perilaku Intensi Responden Negatif Positif P F % F % Tidak Mempunyai Niat 21 80,8 7 21,2 Mempunyai Niat 5 19, ,8 0,000 Total
10 Dapat dilihat pada tabel 6.5 berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 yang berarti nilai p α dengan α=0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku dengan intensi berhenti merokok pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. Tabel 6.6 Hubungan Norma Subjektif dengan Intensi Berhenti Merokok pada Perokok Keluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2016 Norma Subjektif Responden Intensi Negatif Positif P F % F % Tidak Mempunyai Niat 19 79,2 9 25,7 Mempunyai Niat 5 20, ,3 0,000 Total Tabel 6.6 menunjukan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 (p α) dengan α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan intensi berhenti merokok pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. Tabel 6.7 Hubungan Persepsi Kontrol Perilaku dengan Intensi Berhenti Merokok pada Perokok Keluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokokdi Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2016 Persepsi Kontrol Perilaku Responden Intensi Negatif Positif P F % F % Tidak Mempunyai Niat 13 92, ,3 Mempunyai Niat 1 7, ,7 0,000 Total Tabel 6.7 menunjukan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 (p α) dengan α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. G. PEMBAHASAN 1. Hubungan Sikap terhadap Perilaku dengan Intensi Berhenti Merokok Berdasarkan Theory of Planned Behavior Ajzen dan Fishbein (Permatasari, 2015), sikap merupakan turunan pertama dari intensi perilaku. Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai (p=0,000), hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap perilaku dengan intensi berhenti merokok. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2015) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan intensi berhenti merokok (p=0,000) pada mahasiswa strata satu di Kota 10
11 Malang. Secara teoritis bahwa sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih terutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). 2. Hubungan Norma Subjektif dengan Intensi Berhenti Merokok Berdasarkan hasil uji analisis statistik chi square menunjukan bahwa ada hubungan norma subjektif dengan intensi berhenti merokok (p=0,000). Norma subjektif (subjective norm) merupakan hasil dari kepercayaan seseorang terhadap apa yang orang lain atau kelompok sosial pikir tentang perilakunya (normative belief) (Mada dalam Permatasari, 2015). Hasil penelitian Kumalasari (2014) menunjukkan norma subyektif berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berhenti merokok. Penelitian ini norma subyektif dibentuk dari dukungan keluarga dan dukungan ustad. Norma subjektif menilai hal yang diyakini oleh para konsumen yang seharusnya dikerjakan menurut anggapan orang-orang (Mowen dalam Permatasari, 2015). 3. Hubungan Persepsi Kontrol Perilaku dengan Intensi Berhenti Merokok Berdasarkan hasil uji analisis statistik chi square menunjukan bahwa ada hubungan persepsikontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok (p=0,000). Menurut Ajzen dan Fishbein (Permatasari,2015) kontrol perilaku menunjukkan sejauh mana seseorang mampu untuk mengontrol apa yang dia tampilkan dan tidak ditampilkan. Kontrol perilaku ditentukan oleh beberapa keyakinan terhadap faktor-faktor yang dapat memudahkan atau mempersulit suatu perilaku. Keyakinan yang dimaksud adalah berkaitan dengan gambar peringatan pada kemasan rokok. Hasil penelitian Anggunia (2015) persepsi kontrol perilaku mempunyai hubungan yang signifikan dengan intensi berhenti merokok. Penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa ini, persepsi kontrol perilaku menjadi penyumbang terbesar untuk mempunyai niat berhenti merokok yaitu sebesar 31,8 %. H. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. b. Ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. c. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. 11
12 2. Saran a. Diharapkan responden lebih memperhatikan bahaya merokok khususnya yang terdapat dalam kemasan rokok, agar dapat merubah perilaku merokok sehingga dapat mempengaruhi keluarganya untuk hidup sehat. b. Bagi intansi kesehatan (Puskesmas) untuk melakukan promosi kesehatan terkait pentingnya memperhatikan peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. c. Bagi pembuat kebijakan, diharapkan dapat merancang pesan dampak merokok berupa gambar penyakit akibat rokok, karena peringatan berupa gambar penyakitlah yang paling diwaspadai oleh perokok. d. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mencari faktor lain yang berpengaruh terhadap intensi berhenti merokok serta lebih mengembangkan metode dan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anggunia, Kiki Rahmi. (2015). Peranan Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral Control (PBC) terhadap Intensi Berhenti Merokok pada Perokok Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Bahtiar, Asep Aziz. (2015). Laporan Penduduk Lahir Mati Pindah Datang. Ciamis: Desa Budiharja. Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. IAKMI. (2010). Fakta Tembakau: Permasalahannya di Indonesia Tahun Jakarta: TCSC, IAKMI KPS PDKT. IAKMI. (2012). Fakta Tembakau Jakarta: TCSC IAKMI. Indrawani, Sherly Natasha, dkk. (2014). Intensi Berhenti Merokok: Peran Sikap Terhadap Peringatan pada Bungkus Rokok dan Perceived Behavioral Control. Psikologi: 65-73, Vol.9. Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau. Jakarta : Kemenkes RI. Kholis, Nur. (2013). Kisah Inspiratif Perjuangan Berhenti Merokok. Yogyakarta: Real Books. Kumalasari, Isti. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berhenti Merokok Pada Santri Putra di Kabupaten Kudus. Journal of Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, vol
13 Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Permatasari, Lely Putri. (2015). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Perilaku Terhadap Intensi Berhenti Merokok Sebagai Dampak Peraturan Gambar Peringatan Pada Mahasiswa Strata Satu di Kota Malang. Journal. Purwanto. (2009). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Sagitania. (2014). Hubugan antara Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral Control dengan Intensi Berhenti Merokok pada Siswa SMP di Kota Bandung. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia. Saifudin, Azwar. (2012). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Liberty. Sukmana, Teddie. (2011). Mengenal Rokok dan Bahayanya. Jakarta: Be Champion. Susenas (Survei Ekonomi Nasional). (2006). BPS (Badan Pusat Statistik). Jakarta: BPS. Syafiie, R. (2009). Stop Smoking!. Semarang: Universitas Diponegoro. Tsalits, Latiifah Husnu. (2013). Hubungan Dukungan Teman Sebaya dan Kontrol Perilaku dalam Merokok dengan Intensi Berhenti Merokok pada Remaja SLTA. Surakarta: Skripsi Universitas Muhammdiyah Surakarta. Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO. (2014). PerilakuMerokok Masyarakat Indonesia. ISSN : INFODATIN (Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI). 13
BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa yang dibutuhkan negara dan suatu bentuk investasi negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah perilaku membakar dedaunan (tembakau) yang dilinting atau diletakkan pada pipa kecil lalu menghisapnya melalui mulut dan dilakukan secara berulang-ulang
Lebih terperinciSikap Mempengaruhi Niat Berhenti... (Dzul Akmal, Bagoes W, Priyadi N) Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti Merokok pada Remaja SMA di Kota Bima
Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti... (Dzul Akmal, Bagoes W, Priyadi N) Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti Merokok pada Remaja SMA di Kota Bima Dzul Akmal *), Bagoes Widjanarko **), Priyadi Nugraha ***). *)
Lebih terperinciGambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014
Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian baik bagi
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS Rahmadhiana Febrianika *), Bagoes Widjanarko **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM
Lebih terperinciJURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 6 Nomor 01 Maret 2015 Artikel Penelitian HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI KEPALA KELUARGA UNTUK MEROKOK DI DALAM RUMAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produk barang atau jasa yaitu sebuah iklan. atau suara, dan simbol simbol agar masyarakat sadar dan mengetahuinya.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada era globalisasi saat ini atau sebelumnya, pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian tumbuh menjadi keinginan manusia. Keinginan manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO Marsel V. Anto 1, Jootje.M.L. Umboh 2, Woodford Baren S. Joseph 3, Budi Ratag
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang terbuat dari tembakau yang berbahaya untuk kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal (bakteri
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG ABSTRACT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG Muhammad Saifuddin Gehapasa *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini jumlah perokok di dunia hampir 20% populasi dunia. Menurut The Tobacco Atlas (2012), sejak tahun 2002 hingga tahun 2011 ada sekitar 50 juta orang telah meninggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein
Lebih terperinci2015 SIKAP TERHAD AP PICTORIAL HEALTH WARNING D AN INTENSI MEROKOK SISWA SMP D I KOTA BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Merokok sudah menjadi hal yang lumrah dan sangat memprihatinkan karena fenomena ini sudah dianggap sebagai kebiasaan dan kewajaran. Bahkan untuk beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut
Lebih terperinciHubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung
The Relation Of Socially With Friends Againts Act Of Smoking Elementary School Students In District Panjang Bandar Lampung Firdaus, E.D., Larasati, TA., Zuraida, R., Sukohar, A. Medical Faculty of Lampung
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciJurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi PSIKOLOGIA. ISSN:
Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi PSIKOLOGIA ISSN: 185-0327 www.jurnal.usu.ac.id/psikologia INTENSI BERHENTI MEROKOK: PERAN SIKAP TERHADAP PERINGATAN PADA BUNGKUS ROKOK DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL
Lebih terperinciOleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013 Bahtiar, Yusup Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciSTUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DESA GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2015 JURNAL SKRIPSI
Lebih terperinciPENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK
ORIGINAL RESEARCH PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK Yenni Lukita 1, Buyung Muttaqin 2 1 Dosen STIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa merokok adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia yang sebenarnya dapat dicegah. Asap rokok mempunyai pengaruh yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan merokok sudah dimulai sejak jaman nenek moyang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan merokok sudah dimulai sejak jaman nenek moyang dan merupakan kebudayaan suku bangsa Indian di belahan benua Amerika, untuk keperluan ritual seperti
Lebih terperinciPHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea
PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Perilaku merokok saat ini merupakan kebiasaan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang paling sering di jumpai di kalangan masyarakat. Kebiasaan merokok masyarakat dapat dijumpai di berbagai tempat seperti
Lebih terperinciPENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK
PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK Abstraksi Kampanye anti-rokok dengan menggunakan peringatan kesehatan bergambar terbukti memiliki
Lebih terperinciPENGGUNAAN APUSAN PAP SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER SERVIKS BERDASARKAN PLANNED OF BEHAVIOR THEORY
PATH ANALYSIS PENGGUNAAN APUSAN PAP SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER SERVIKS BERDASARKAN PLANNED OF BEHAVIOR THEORY DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON 1 BANTUL YOGYAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang mudah kita jumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang mudah kita jumpai di Indonesia. Baik di tempat-tempat umum seperti mall hingga tempat paling pribadi sekalipun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang
A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah
Lebih terperinciKata Kunci: pengetahuan, pendapatan, minyak jelantah
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PENGGUNAAN MINYAK JELANTAH DAN PENDAPATAN DENGAN TIDAKAN PENGGUNAN MINYAK JELANTAH PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA POIGAR III KECAMATAN POIGAR KABUPATEN BOLAANG
Lebih terperinciStudi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung 1) Febby Zoya Larisa, 2) Suhana 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu bahaya yang mengancam anak, remaja dan wanita Indonesia. Mengkonsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. WHO mencatat jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu
Lebih terperinciHUBUNGAN TERPAAN KAMPANYE ANTI ROKOK DAN INTENSITAS KOMUNIKASI SIGNIFICANT OTHERS DENGAN SIKAP UNTUK BERHENTI MEROKOK
HUBUNGAN TERPAAN KAMPANYE ANTI ROKOK DAN INTENSITAS KOMUNIKASI SIGNIFICANT OTHERS DENGAN SIKAP UNTUK BERHENTI MEROKOK Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok lalu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok lalu menghisapnya dan menghembuskannya keluar sehingga dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap
Lebih terperinciGAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG
GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG Dwi Astuti *), Artika Nurrahima **), Purnomo ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan tersebut berlaku bagi masyarakat kelas ekonomi bawah dan kelas ekonomi atas. Kebiasaan merokok
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG Anni Suciawati* *Fakultas Kesehatan Prodi Kebidanan Universitas Nasional Email Korespodensi:
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR Ana Wigunantiningsih* *Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar Jl Achmad Yani No.167. Papahan, Tasikmadu,
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku merokok hampir di setiap sudut kota, baik di ruang - ruang publik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan kegiatan yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Kita dapat menemukan perilaku merokok hampir di setiap
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN MENGKONSUMSI ROKOK PADA MAHASISWA (IKAWASBA) DI TLOGOMAS KOTA MALANG ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN MENGKONSUMSI ROKOK PADA MAHASISWA (IKAWASBA) DI TLOGOMAS KOTA MALANG Betsi Beba Sairo 1), Joko Wiyono 2), Ragil Catur Adi W. 3) 1) Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciDeni Wahyudi Kurniawan
Dukungan Masyarakat Indonesia Terhadap Kebijakan Pengendalian Tembakau dan Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-FCTC) Deni Wahyudi Kurniawan Disampaikan Pada Simposium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pembangunan berkelanjutan sebagai agenda pembangunan global baru untuk periode 2016 hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku yang umum terjadi di masyarakat Indonesia dan dilakukan setiap hari. Sekarang rokok dikonsumsi mulai dari usia remaja
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang terencana dalam upaya pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan modernisasi bangsa guna peningkatan kualitas hidup
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL Emmy Isnaini *) Vivi Yosafianti, P** ),, Shobirun ***) *) Mahasiswa
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK Anna Erliana Oetarman, 2010; Pembimbing I : dr. J. Teguh Widjaja, SpP. Pembimbing II :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisa Univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data ini merupakan data primer yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahkam teradi kecenderungan usia mullai merokok yang semakin muda.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perilaku merokok merupakan kegiatan fenomenal, artinya walaupun telah banyak orang yang mengetahui dampak buruk akibat merokok, tetapi jumlah perokok tidak menurun
Lebih terperinciHubungan Terpaan Gambar Bahaya Merokok pada Bungkus Rokok dan Motivasi dari Pasangan Terhadap Upaya untuk Berhenti Merokok
Hubungan Terpaan Gambar Bahaya Merokok pada Bungkus Rokok dan Motivasi dari Pasangan Terhadap Upaya untuk Berhenti Merokok Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah seluruh dunia baik Negara maju maupun Negara berkembang. Di negara-negara yang maju kebiasaan merokok telah jauh
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI SAPA KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi rokok merupakan salah satu penyebab utama kasus kematian di dunia yang dapat dicegah (Erdal, Esengun, & Karakas, 2015). Beberapa penelitian terkait risiko yang
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DIHUBUNGKAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, BANDUNG, 2006 Natalia Desiani, 2006. Pembimbing : Felix Kasim, dr., M.Kes.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sekarang ini merupakan surga bagi para perokok dengan pertumbuhan konsumsi rokok yang terbanyak didunia. Survey yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco survey
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK
ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK Arko Jatmiko Wicaksono 1, Titiek Hidayati 2, Sadar Santoso
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus sebagai investasi, Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan
Lebih terperinciKesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon
Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latarbelakang Merokok merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat karena merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain penyakit kardiovaskular,
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI Friska Wulandari 1, Suci Musvita Ayu 2 1,2 Fakultas Kesehatan masyarakat, universitas Ahmad dahlan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu penyumbang kematian terbesar di dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100 juta kematian yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK Dwi Nurmayunita, Dwi Astuti *),
Lebih terperinciPengaruh Terpaan Peringatan Pesan pada Iklan Rokok terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok pada Remaja. Skripsi
Pengaruh Terpaan Peringatan Pesan pada Iklan Rokok terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok pada Remaja Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih menjadi tantangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik). Berdasarkan intrinsic-extrinsic model Curry et,al (1990) dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Motivasi pada dasarnya dapat bersumber pada diri seseorang (motivasi intrinsik) dan dapat pula bersumber dari luar diri seseorang (motivasi ekstrinsik). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak sehat, selain berbahaya bagi diri sendiri terlebih lagi pada orang lain yang memiliki hak untuk menghirup udara yang bersih
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori
Lebih terperinciPATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS
PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu hal yang tabu untuk ditinggalkan meski menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Peneliti sering menjumpai orang merokok di rumah, tempat umum
Lebih terperinciInteractive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior
Interactive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Perilaku Tidak Merokok Suharto Ronald
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih merupakan masalah di kalangan generasi muda dan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah rokok merupakan pembicaraan yang selalu berkembang di dunia. Dari tahun ke tahun prevalensi perokok di dunia semakin meningkat. Jumlah perokok saat ini mencapai
Lebih terperincitinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat
Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kini menempati ranking ke-5 sebagai negara dengan jumlah konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang (Depkes RI,
Lebih terperinciPerilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children
Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children JANNAH LINGGA Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas
Lebih terperinciCHOIRI J
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP GAMBAR PENYAKIT AKIBAT MEROKOK YANG TERDAPAT DALAM KEMASAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK MASYARAKAT DI KELURAHAN PURWOSARI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh :
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kata kunci: diet rendah garam, hipertensi, lansia, TPB
PENINGKATAN PERILAKU DIET RENDAH GARAM BERBASIS THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB) PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI (The Improvement of Low Salt Diet Behavior based on Theory of Planned Behavior on Elderly
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinandeterminannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN X Bandung ditinjau dari teori planned
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA
STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA Kasman, Noorhidayah, Kasuma Bakti Persada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin kasman.ph@gmail.com
Lebih terperinci