MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA GULING PERUT DENGAN PENGGUNAAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA GULING PERUT DENGAN PENGGUNAAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 GORONTALO"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA GULING PERUT DENGAN PENGGUNAAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 GORONTALO Alexandro Masumparit, Nurhayati Liputo, Suriyadi Datau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan lompat tinggi gaya guling perut siswa kelas X SMA Negeri 2 gorontalo, melalui metode bagian. Metode yang digunakan adalah deskriptif, alat pengumpul data selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan diadakan refleksi-refleksi. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ternyata dengan melalui metode bagian kemampuan lompat tinggi gaya guling perut siswa kelas X SMA Negeri 2 gorontalo meningkat, dengan rincian hasil dari pengamatan observasi awal rata-rata kemampuan siswa adalah 52,70% dan pada siklus II (dua) rata-rata kemampuan siswa sebesar 76,14%. Artinya peningkatan siswa dalam pembelajaran ini adalah sebesar 23,44%. Maka dapat disimpulkan kemampuan lompat tinggi gaya guling perut siswa kelas X SMA Negeri 2 gorontalo dapat ditingkatkan. Dengan demikian hipotesis tindakan jika dengan menggunakan metode bagian, maka kemampuan lompat tinggi siwa kelas X SMA Negeri 2 gorontalo akan meningkat, telah teruji kebenaranya. Kata Kunci : Lompat Tinggi Gaya Guling Perut, Metode Bagian

2 Untuk membentuk manusia yang sehat, kuat fisik dan mental serta mempunyai kemampuan untuk berfungsi lebih baik dalam pembangunan, olahraga mempunyai peranan yang berpengaruh. Kita ketahui bahwa olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani atau kegiatan fisik yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian dari pelakunya. Selain itu olahraga merupakan suatu usaha yang mendorong membuktikan dan membina fisik. Berolahraga menuntut kesanggupan jasmaniah tertentu untuk menggunakan tubuh secarah menyeluruh, guna meningkatkan fisik dan mental manusia yang tangguh, cerdas, kuat, berdisiplin dan bertanggung jawab. Atletik meliputi gerakan jalan, lari, lempar dan lompat adalah cabang olahraga yang paling tua didunia. Hal ini karena umur olahraga atletik ini sama tuanya dengan mulai adanya manusia yang pertama didunia. Aktifitas jalan, lari, lempar dan lompat merupakan bentuk-bentuk keterampilan gerak dasar paling asli dan paling wajar dari manusia serta merupakan gerakangerakan yang sangat penting dan tidak ternilai artinya bagi kehidupan manusia. Manusia pertama didunia sudah harus jalan, lari, melempar dan melompat untuk mempertahankan dan menjaga kelangsungan hidupnya. Keterampilan lompat merupakan salah satu pokok bahasan yang pula harus disajikan di SMA, jenis lompat yang umumnya dilaksanakan adalah lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit dan lompat galah. Namun yang akan dibahas yaitu lompat tinggi. Dalam tahapan pembelajaran lompat tinggi kepada siswa SMA, guru harus merancangnya dimulai dari yang mudah dan sederhana, kemudian meningkat ke yang lebih sulit. Dengan demikian harapan setiap siswa dapat menguasai keterampilan-keterampilan olahraga, bahkan lebih dari itu upaya siswa memiliki prestasi dalam suatu cabang olahraga. Kenyataanya, khususnya pada olahraga lompat tinggi sebagai salah satu materi pelajaran pada pendidikan jasmani, kesehatan dan olahraga pada umumnya belum mempunyai kemampuan atau keterampilan baik dibidang bakat, minat maupun prestasi dalam lompat tinggi sebagaimana yang menjadi kebanggaan semua pihak khususnya SMA Negeri 2 Gorontalo. Bila ditinjau dari fasilitas cukup memadai diantaranya fasilitas lompat tinggi, maka dengan adanya kenyataan bahwa siswa pada umumnya hanya sebagian yang memiliki kemampauan dan keterampilan dalam olahraga lompat tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan pendapat dalam hal bagaimana pemberian metode pembelajaran yang cukup baik untuk permasalahan olahraga tersebut.

3 Menurut pengamatan penulis bahwa kurangnya pengembangan metode pembelajaran pada pendidikan jasmani, kesehatan dan olahraga umumnya masih terjadi di sekolah-sekolah yang ada di gorontalo. Ini berarti dari hasil pengamatan penulis khususnya mengenai kemampuan siswa dalam melakukan lompat tinggi gaya guling perut, dimana dari 24 siswa kelas X SMA Negeri 2 gorontalo, lebih dari sebagian siswanya memiliki kemampuan rata-rata masih dibawah. Yaitu 3 orang siswa atau 12,5% yang kemampuan rata-ratanya sudah baik, 3 orang siswa atau 12,5% sudah cukup, 15 orang siswa atau 62,5% kemampuanya masih kurang dan 3 orang siswa atau 12,5% rata-rata kemampuanya sangat kurang. Ini berarti masih sangat jauh dari harapan, seharusnya siswa ini sudah harus dapat melakukan lompat tinggi gaya guling perut dengan baik dan benar.

4 Atletik Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha M.Saputra, 2004 : 1). Istilah Athlon hingga saat ini masih sering digunakan seperti yang kita dengar kata Pentathlon atau Decathlon. Pentathlon memiliki makna panca lomba, yang meliputi lima jenis lomba, sedangkan Decathlon adalah dasa lomba atau sepuluh jenis lomba. Olahraga atletik merupakan suatu kebutuhan, menurut (khosim,2005 : 3) Atletik adalah aktifitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak alamiah seprti jalan, lari, lompat dan lempar. Dengan berbagai cara atletik telah dilakukan sejak awal sejarah manusia. (Kurniawan,2012 : 32) mengatakan atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dikelompokan menjadi empat nomor lomba. Berdasarkan sejarah kita kembali kezaman klasik purba, dimana atletik dilakukan orang dalam bentuk olahraga yang rapi dan teratur. Atletik biasa juga disebut dengan mother of sports atau induk dari semua cabang olahraga, penjelasan (Pramono,2010 : 51) yaitu atletik merupakan salah satu olahraga dengan berbagai cabang antara lain nomor lempar, lompat, lari dan jalan. pendapat (Muhajir,2006 : 3) istilah athletic dalam bahasa inggris mempunyai pengertian yang luas meliputi berbagai cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang bersama dengan kegiatan alami manusia seperti berjalan, berlari, melompat, melempar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah panjang kehidupan manusia. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan atletik adalah olahraga yang sangat menarik untuk dilakukan karena didalamnya terdapat berbagai macam olahraga yang dapat bermamfaat bagi kesehatan. Lompat Tinggi Gaya Guling Perut Pertama kali melihat tiga nomor lompat dalam atletik mungkin nampak sangat berbeda satu dengan yang lain. Dari sudut pandang teknik mulai dari lompat jauh yang relatif sederhana, sampai lompat jangkit dan lompat tinggi dengan nomor yang rumit. Namun ada sejumlah hal umum yang sangat penting diantara nomor lompat, menarik untuk dipahami yang akan menjadi suatu prestasi yang mengagumkan. Lompat tinggi merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Pada dasarnya lompat sebagai kemampuan bagi seorang atlit siswa untuk memindahkan tubuhnya dari suatu

5 tempat ketempat lain. Sebagaimana yang dikatakan (Widya,2006 : 4 ) Lompat tinggi adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari satu titik ketitik lain. Pada dasarnya ingin mencapai ketinggian yang lebih tinggi meraih prestasi yang memuaskan. Akselerasi antara satu gerakan dengan gerakan lain merupakan rangkaian utuh, tidak boleh terputus-putus. Diambil dari awalan, tumpuan, melayang dan mendarat merupakan langkah-langkah yang paling menentukan. (Saputra,2005 : 57) menjelaskan bahwa lompat tinggi memiliki tujuan untuk berusaha melewati halangan dengan gaya terlungkap melewati mistar langsung mendarat. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Teknik Lompat Tinggi Gaya Guling perut ( Yusup Hidayat, 2010 ) pada lompat tinggi dibutuhkan suatu kemampuan untuk mengangakat tubuh,sementara (Aip Syarifudin,2002:51) Mengatakan yang dimaksud dengan lompat tinggi adalah suatu bentuk lompatan dalam usaha untuk dapat melewati rintangan atau mistar yang dipasang pada kedua tiang dan pelompat menggunakan tumpuan satu kaki, dengan gaya guling perut, lalu kaki yang lain langsung kearah mendarat dan diikuti oleh bagian badan yang lain. Lompat tinggi adalah jenis lomba yang membutuhkan kemampuan untuk melewati mistar diantara dua tiang. Hal ini menghendaki kemampuan fisik siswa atau atlit dalam melakukan suatu lompatan semaksimal sesuai dengan ketinggian yang diinginkan. Ada pula hal-hal yang perlu dikuasai dalam lompat tinggi, penjelasan (Roji,2007 : 97) Bahwa dalam melakukan kegiatan lompat tinggi, hendaknya atlit menguasai empat teknik dasar yaitu teknik awalan, teknik tumpuan, teknik melayang, teknik mendarat. Keempat teknik ini

6 dilakukan secara koordinasi yang memerlukan kecepatan, kekuatan dan fleksibilitas yang baik dengan mengoptimalkan semua kemampuan yang dimiliki. Pada lompat tinggi, yang sangat dibutuhkan adalah akselerasi antara satu gerakan yang baik dimulai dengan pengambilan ancang-ancang atau awalan, tumpuan, melayang dan mendarat, unsur tersebut merupakan suatu kesatuan urutan gerakan lompat yang tidak terputusputus. Untuk mendapatkan keempat unsur ini dengan baik sudah barang tentu seorang pelompat tinggi harus melakukan latihan secara kontinyu, dengan latihan-latihan secara kontinyu maka akan menghasilkan prestasi yang baik. Gaya guling perut merupakan salah satu gaya dalam lompat tinggi dalam posisi badan terlungkap untuk melewati mistar (Didik Zafar,2010 : 59). Karakteristik pelaksanaan gaya guling perut diawali dengan gerakan awalan, tumpuan, sikap badan diatas mistar atau melayang dan pendaratan. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan kinerja dalam lompat tinggi hanya dapat dicapai jika latihan yang memadai sejak usia dini maka materi lompat tinggi wajib diikuti oleh seluruh siswa. Untuk memperoleh hasil lompat tinggi yang baik pelompat harus menguasai teknik yang sempurna, artinya ia harus dapat melakukan gerakan yang dapat menghasilkan prestasi yang maksimal. Teknik lompat tinggi gaya guling perut menurut (Muhajir, 2007 : 68) adalah : a. Langkah lari Awalan Awalan lompat tinggi gaya guling perut dilakukan dalam garis lurus yang menyerong dari permukaan depan matras pendaratan, sudut yang disarankan derajat dari garis lurus matras, tetapi dapat juga awalan tersebut berbentuk lengkungan dengan sudut 45 derajat terhadap letak matras. Kecepatan dalam melakukan awalan diperlukan untuk memberi momentum terhadap badan untuk melewati mistar. Oleh sebab itu, awalan dilakukan dengan kecepatan yang cukup tinggi. Panjang langkah di atur agar selalu bertumpu pada titik tumpu yang tepat di anjurkan menggunakan tanda-tanda, kalau tumpuan dilakukan dengan kaki kiri, maka awalan dimulai dari sebelah kiri bak lompat. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.

7 Gambar 2. Cara melakukan awalan ( Yusup Hidayat, 2010 ) b. Teknik tumpuan kaki Kaki tumpu harus kuat agar menghasilkan gerakan naik yang maksimal. Untuk mencapai hal ini, langkah terakhir agak lebih lebar dengan sikap badan menengadah disertai gerakan ayunan keatas untuk membantu mengangkat titik berat badan lebih tinggi. Sikap badan yang agak menengadah menyebabkan sudut tumpuan yang besar, sehingga akan mempermudah gerakan keatas. Gerakan kaki ayun dalam keadaan lurus tetapi tidak kaku. Setelah kaki kanan di ayunkan keatas dan badan terangkat dengan kaki tumpu lepas dari tanah, kaki ayun tersebut tidak lurus lagi, ayunkan kaki lebih tinggi dari kepala dan melewati mistar lebih dahulu dari bagian badan yang lain dan usahakan lengan kiri tidak sampai menyentuh mistar. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3. Cara melakukan tolakan ( Yusup Hidayat, 2010 ) c. Bentuk gerakan saat melayang di atas mistar

8 Setelah mencapai titik tinggi maksimum, badan di putar kekiri penuh dengan kepala mendahului melewati mistar. Perut dan dada menghadap kebawah, kaki tumpuan yang semula bergantung ditarik dalam sikap kangkang. Pada saat ini, kaki kanan sudah turun dan tangan sudah siap-siap membantu mendarat. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4. Cara melayang diatas mistar ( Yusup Hidayat, 2010 ) d. Teknik mendarat Setelah melewati mistar, pelompat dapat langsung jatuh bertumpu pada punggung yang tidak membahayakan. Tetapi, kalau tempat pendaratan merupakan bak pasir karena bak lompat yang empuk dan yang aman tidak ada, maka pendaratan dilakukan dengan kaki kanan ( kaki ayun ) dan di bantu oleh kedua tangan. Kalau badan terpaksa dijatuhkan, yang jatuh terlebih dahulu adalah pundak bagian kanan kemudian terus berguling. Hal ini dapat dilihat pada gambar beriikut.

9 Gambar 5. Cara pendaratan ( Yusup Hidayat, 2010 ) Metode Bagian Secara umum metode merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai. Metode dapat dirumuskan sebagai cara untuk menyampaikan apa yang diharapkan sehingga proses pembelajaran akan berlangsung baik sehingga mencapai hasil yang baik pula. Menurut (Suryosubroto, 2002 : 26) mengatakan bahwa metode adalah cara dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar mengajar keberadaan metode belajar juga sangat diharapkan. Dalam prakteknya metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu cara yang spesifik untuk menyuguhkan tugas-tugas belajar. Secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif dan bimbingan yang difokuskan pada penguasaan isi dari pengalaman belajar yang diarahkan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Seperti halnya dalam suatu penjelasan Umi Khasanah (Andi Suhendra,1999 : 56) metode pembelajaran bagian adalah suatu cara latihan yang bertitik tolak dari pandangan bahwa suatu latihan dapat diberikan menurut bagian-bagianya. Selanjutnya (Adisuyanto, 2009 : 22) mengemukakan bahwa metode bagian merupakan bentuk pembelajaran pemecahan suatu bagian menjadi beberapa bagian yang lebih kecil agar mengurangi kesalahan gerak. Dari pandangan ini disusun suatu panduan bentuk pola latihan tertentu, latihan ini merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dalam bentuk urutan gerak yang sederhana dan mudah sampai ketitik yang

10 lebih sulit dan kompleks. Setiap gerakan harus dikuasai terlebih dahulu sebelum dilanjutkan pada gerakan berikutnya. Yang terpenting untuk dipertimbangkan dalam penerapan metode bagian adalah sifat gerakan yang dipelajari. Menurut Umi Khasanah (Sugiyanto, 1996 : 67) menyatakan, Metode bagian merupakan cara pendekatan dimana mula-mula siswa diarahkan untuk mempraktekkan sebagian demi sebagian dari keseluruhan rangkaian gerakan, dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktekkannya secara keseluruhan. Sedangkan pendapat dari (Dumadi, 2002 : 29) bahwa metode bagian adalah metode yang mengajarkan suatu keterampilan gerak dengan cara memecah-mecah gerak sebelum dijalin menjadi satu rangkaian gerak secara keseluruhan. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran bagian adalah suatu cara penerapan materi pelajaran yang didalam pelaksanaanya lebih mengutamakan hal-hal sebagai berikut : (1) siswa di kondisikan untuk menguasai materi pelajaran bagian perbagian, (2) materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk yang terpisah-pisah, dengan tujuan mengurangi beban kerja, (3) penyajian materi di sesuaikan dari mulai yang mudah dan berakhir dengan yang sukar. Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode bagian akan lebih memudahkan siswa dalam memahami setiap materi yang akan di ajarkan. Karena pada metode ini siswa di ajarkan bagian perbagian, seperti bagian cara melakukan awalan, bagian cara melakukan tumpuan, bagian cara melakukan sikap melayang diatas mistar atau gaya guling perut dan bagian cara melakukan pendaratan. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo. Waktu pelaksanaan tindakan pada bulan november dan bulan desember 2013 yang akan dilaksanakan dalam beberapa siklus. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo dengan jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 17 orang putra dan 7 orang putri, dengan tingkat kemampuan lompat tinggi yang bervariasi. Usia rata-rata 15 sampai 16 tahun dengan latar belakang tingkat kehidupan yang berbeda. Dari 24 orang siswa tersebut masih terdapat sebagian besar siswa yang perlu di bantu teknik kemampuan lompat tinggi dengan metode mengajar bagian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

11 a. Variabel Input Variabel input meliputi kegiatan guru dalam merencanakan pembelajaran dan kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran serta sarana dan prasarana yang dipakai guna meningkatkan kemampuan dasar siswa dalam meningkatkan kemampuan lompat tinggi gaya guling perut. b. Variabel Proses Variabel proses meliputi kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran dalam melakukan gerakan lompat tinggi gaya guling perut dengan menggunakan metode bagian, melalui empat indikator antara lain adalah : (a) cara awalan, (b) cara tumpuan / tolakan, (c) cara melayang, (d) cara mendarat. c. Variabel Output Variabel output meliputi serap kemampuan siswa pada materi pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk perolehan skor melalui praktek kemampuan dalam melakukan lompat tinggi gaya guling perut. DATA Persiapan yang dilakukan sehubungan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah : a. Membuat Lembar Observasi Dalam lembar observasi tersebut peneliti mengambil data kemampuan tentang cara siswa dalam melakukan lompat tinggi gaya guling perut. b. Mempersiapkan Perlengkapan Yang Dibutuhkan Peneliti dengan guru mitra dalam hal ini guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang ada ditempat sekolah, peneliti mempersiapkan sarana dan prasarana olahraga yang akan digunakan selama proses tindakan. Menyusun Langkah-Langkah Tindakan dan Jadwal Kegiatan Peneliti dan guru mitra mendiskusikan metode, strategi dalam pembelajaran yang tepat bagi siswa, serta hari dan waktu pelaksanaan tindakan. Tindakan ini dilaksanakan dengan unsur kerja sama antara peneliti dengan guru mitra dalam hal ini guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dimaksud harus sesuai dengan skenario tindakan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini untuk masing-masing siklusnya dilaksanakan berdasarkan hasil tindakan dalam setiap siklus.

12 Tahap pemantauan dan evaluasi ini dilaksanakan pada saat proses pelaksanaan tindakan berlangsung dan dari pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Pada saat proses pelaksanaan tindakan peneliti mengadakan observasi terhadap perkembangan kemampuan siswa melompat tinggi. Apabila telah selesai pelaksanaan tindakan secara keseluruhan, maka peneliti beserta guru mitra akan memberikan umpan balik untuk mengevaluasi kembali hasil tindakan. Untuk mengukur hasil pembelajaran digunakan penilaian standar dengan menggunakan penilaian kuantitatif dengan interval yang dirinci sebagain berikut : Nilai Baik Sekali (BS), Nilai Baik (B), Nilai Cukup (C), Nilai Kurang (K), Nilai 0-40 Kurang Sekali (KS). Selanjutnya untuk menentukan kategori siswa yang tergolong mampuh dan yang belum mampuh dalam lompat tinggi gaya guling perut, dilihat total dari nilai yang diperoleh siswa dalam empat aspek pada lompat tinggi, hasilnya dibagi empat, nilai rata-rata tersebut merupakan nilai akhir untuk setiap siklus. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil yang diperoleh pada setiap tahap observasi, kemudian hasilnya digunakan untuk merefleksi diri, apakah siswa sudah dapat meningkatkan kemempuan lompat tinggi gaya guling perut. Hasil analisis ini digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Selanjutnya apabila pada siklus berikutnya kemampuan siswa telah mencapai sasaran pada indikator kinerja, refleksi terus dilakukan guna mencari kekurangan-kekurangan dan kesalahan selama tindakan pada siklus sebelumnya. Tahap ini merupakan kegiatan akhir dari penelitian, yakni peneliti merangkum seluruh data yang diperoleh selama proses kegiatan dan mendeskripsikan, membahas serta membuat kesimpulankesimpulan berdasarkan temuan pada proses penelitian. HASIL Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo, dengan jumlah siswa seluruhya 24 orang yang terdiri atas 17 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lompat tinggi gaya guling perut dalam cabang olahraga atlletik melalui metode bagian. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti mengadakan observasi awal, yang dilaksanakan pada hari kamis 3 oktober 2013 dan pelaksanaan tindakan sebanyak tiga kali dan satu kali evaluasi (siklus I) pada tanggal 2 5 desember 2013, kemudian dilanjutkan dengan masuk pada tahapan (siklus

13 II) pemberian tindakan sebanyak tiga kali dan satu kali evaluasi pada tanggal desember Dari pengamatan yang diperoleh pada hasil observasi awal dari 24 orang siswa dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa belum mampuh melakukan lompat tinggi gaya guling perut. Maka dari itu peneliti merefleksikan dan memperhatikan hal-hal yang perlu dipersiapkan, bersama dengan guru mitra peneliti mendiskkusikan segala persiapan, sebelum masuk pada langkah tindakan siklus I (satu) diberikan dengan tindakan menggunakan metode pembelajaran bagian. Oleh karena itu peneliti bersama dengan guru mitra berkesimpulan untuk melanjutkan tindakan dalam siklus I (satu). Dari pengamatan yang diperoleh pada hasil kegiatan siklus I (satu), dapat diketahui capaian hasil rata-rata siswa bahwa menunjukan suatu peningkatan kemampuan dalam lompat tinggi gaya guling perut pada cabang olahraga atletik, namun belum signifikan sesuai dengan harapan pada indikator kinerja yaitu 75%. Hasil yang dicapai oleh siswa pada kegiatan siklus I (satu) rata-rata 65,41% atau meningkat 12,71% dari hasil pengamatan observasi awal. Maka dari itu peneliti bersama guru mitra berdiskusi untuk melanjutkan tindakan pada siiklus II (dua). Dari hasil yang diperoleh pada kegiatan siklus II (dua), telah dapat diketahui bahwa menunjukan suatu peningkatan kemampuan yang signifikan dalam pembelajaran lompat tinggi gaya guling perut pada cabang atletik. Hasil yang diperoleh pada siklus II (dua) yaitu sebesar 76,14% atau meningkat 10,73% dari hasil pengamatan kegiatan pada siklus I (satu). Dengan demikian peneliti bersama guru mitra berdiskusi bahwa sudah tidak perlu untuk diadakan lanjutan tindakan.

14 PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) di SMA Negeri 2 kota Gorontalo, kecamatan kota barat, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lompat tinggi gaya guling perut pada siswa kelas X dengan penggunaan metode bagian, dimana dalam penyajian materi yang diberikan dalam bentuk terpisah-pisah atau bagian perbagian. Gunanya untuk membantu guru atau meringankan kerja dalam tahapan pembelajaran lompat tinggi. Dalam penelitian ini, guru memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai lompat tinggi gaya guling perut. Dengan memperhatikan indikator capaian sebagai berikut : (1) awalan, (2) tumpuan/tolakan, (3) melayang (gaya guling perut), (4) pendaratan. Setelah penjelasan dirasa cukup, maka guru mendemonstrasikan memberi contoh gerakan yang sebenarnya dan siswa diminta untuk memperhatikan dengan seksama. Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan sebelumnya, observasi awal sebesar 52,70% dan siklus I (satu) sebesar 65,41% serta siklus II (dua) adalah 76,14%. Perolehan ini menggambarkan bahwa rata-rata siswa kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo, mampuh memperbaiki kekurangan setelah diberikan tindakan dalam dua siklus. Artinya peningkatan kemampuan siswa dalam mata pelajaran lompat tinggi gaya guling perut meningkat berkat adanya tindakan melalui metode pembelajaran bagian. Tindakan ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi guru olahraga dalam hal mengajar olahraga atletik khususnya lompat tinggi. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa kreaktifitas guru menjadi kunci dalam menuntaskan pembelajaran disekolah. Dalam penelitian ini peningkatan kemampuan teknik dasar siswa dalam mata pelajaran lompat tinggi gaya guling perut karena adanya tindakan yang dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran bagian. Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran ini capaian hasil peningkatan kemampuan dari observasi awal ke siklus I (satu) adalah sebesar 12,71% dan peningkatan dari siklus I (satu) ke siklus II (dua) yaitu 10,73%, total peningkatan dari hasil observasi awal sampai siklus II (dua) sebesar 23,44%. Dari penjelasan diatas sudah jelas bahwa peningkatan sudah melebihi indikator kinerja yang diharapkan sebesar 75%. Artinya pada masing-masing komponen kemampuan dasar pada setiap siklus sangat jelas selisih peningkatanya. Dengan demikian hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan bahwa dengan penggunaan metode bagian yang telah diajukan dapat diterima.

15 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pencapaian pelaksanaan penelitian tindakan kelas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yaitu dengan penggunaan metode bagian dalam proses pembelajaran maka kemampuan dasar lompat tinggi gaya guling perut pada siswa kelas X SMA Negeri 2 gorontalo dapat ditingkatkan. 2. hasil penelitian yang diperoleh dilapangan khususnya pada siklus I (satu) untuk (a) cara melakukan awalan rata-rata kemampuan siswa 67,29%, (b) cara menggunakan tumpuan/tolakan rata-rata 65,41%, (c) cara melayang (gaya guling perut) rata-rata 64,79%, (d) cara pendaratan rata-rata 64,16%. Dan indikator yang diharapkan sebesar 75%, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa kelas X SMA Negeri 2 gorontalo belum seluruhnya memiliki kemampuan dasar lompat tinggi gaya guling perut sesuai harapan. 3. berdasarkan lanjutan pada siklus II (dua), (a) cara melakukan awalan rata-rata kemampuan siswa 77,08%, (b) cara menggunakan tumpuan /tolakan rata-rata 76,66%, (c) cara melayang (gaya guling perut) rata-rata 75,62% dan (d) cara pendaratan rata-rata 75,20% dari indikator yang diharapkan sebesar 75%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa kelas X SMA Negeri 2 gorontalo seluruhnya sudah memiliki kemampuan dasar lompat tinggi gaya guling perut sesuai dengan harapan pada indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar 75%. SARAN Hasil penelitian ini secara nyata dapat melahirkan beberapa saran sebagai berikut : 1. Setiap guru hendaknya menjadikan penelitian tindakan kelas ini sebagai bahan acuan dalam rangka meningkatkan kemampuan dasar siswa dalam lompat tinggi gaya guling perut. 2. Guru hendaknya kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran guna menghindari kejenuhan siswa selama proses pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. 3. Diharapkan kepada seluruh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar siswa, khususnya siswa disekolah menengah atas.

16 4. Diharapkan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam memilih dan menetapkan model, metode dan strategi pembelajaran harus mengetahui dan memahami kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, sebelum digunakan dilapangan. DAFTAR PUSTAKA Adisuyanto, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Bagian. Bumi Aksara. Jakarta Dumadi, Kumpulan Metode-Metode Proses Pembelajaran. Pioner Jaya. Bandung Hidayat, Dkk Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA Kelas X Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Jakarta. Pusat Khasanah Umi dan Sugiyanto Perbedaan Pengaruh Metode Pembelajaran Keseluruhan Dan Bagian Terhadap Kemampuan Servis Bawah Bola Voli Mini Pada Siswa Putra Kelas V SD Negeri 01 Tasikmadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. ( id diakses 9 oktober 2013). Khasanah Umi dan Suhendra Andi Perbedaan Pengaruh Metode Pembelajaran Keseluruhan Dan Bagian Terhadap Kemampuan Servis Bawah Bola Voli Mini Pada Siswa Putra Kelas V SD Negeri 01 Tasikmadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. ( id diakses 9 oktober 2013). Khosim Atletik 1. Sejarah Lari, Lompat, Lempar. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional. Jakarta. Kementrian Kurniawan Pedoman Mengajar: Lari-Lompat-Lempar-jalan. Teguh Karya. Jakarta. Muhajir Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Wawasan Baru. Beberapa Metode Pendukung. Beberapa Komponen Layanan Khusus. PT.Rineka Cipta.. Muhajir Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. SMK Kelas XI. Bandung. Yudhistira. Pramono Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan. SMA kelas X. PT.Intan Pariwara. Roji Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Jilid 3 Kelas X SMA. Erlangga. Rusli, Lutan Menuju Sehat Bugar. Visindo Media Persada.. Saputra, Yudha M Dasar-Dasar Keterampilan Atletik. Karya Mandiri Nusa.Jakarta. Suryosubroto B Proses Belajar Mengajar di Sekolah dan Beberapa Metode Pendukung, Beberapa Metode Komponen Layanan Khusus. Jakarta. PT.Rineka Cipta.

17 Syarifudin, Aip Atletik. Depdikbud. Jakarta. Widya Dasar-Dasar Atletik. Ganeksa. Bandung. Zafar,Didik Mengajar dan Melatih Atletik. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

18 LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64) 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE Lompat tinggi termasuk cabang olahraga atletik nomor lompat. Untuk pemula, lompat tinggi yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dibidang ilmu dan teknologi serta dibidang lainnya termasuk olahraga. Olahraga adalah salah

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kegiatan yang menggunakan unsur fisik untuk mendapatkan kesenangan dan menghasilkan kesehatan jasmani maupun rohani, disamping prestasi. Setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Atletik Menurut Mukholid, (2004:100) bahwa istilah atletik berasal dari kata athlon (bahasa Yunani) yang artinya berlomba atau

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI Maijum Guru SDN 002 Pulau Komang maijum226@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh PP 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan cabang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang menuntut siswa lebih banyak berbuat dalam arti melakukan gerak, mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

Jesman, Kemampuan Lompat Jauh Melalui Metode Tutor Sebaya Siswa SD Inpres 12 Baiya.

Jesman, Kemampuan Lompat Jauh Melalui Metode Tutor Sebaya Siswa SD Inpres 12 Baiya. MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS V SD INPRES 12 BAIYA JESMAN Pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi FKIP Universitas Tadulako kampus Bumu Tadulako Tondo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena banyak nomor yang dipertandingkan dalam cabang ini seperti berjalan, berlari, melompat dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Daya Ledak Otot Tungkai a. Pengertian Daya Ledak Daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosive. Daya ledak menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar melatih

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU I Made Tinggal Yasa, Nim 1196015037 PENJASKESREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BARRIER HOPS (LOMPAT RINTANGAN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MOJOROTO TAHUN AJARAN 2014/2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BARRIER HOPS (LOMPAT RINTANGAN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MOJOROTO TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BARRIER HOPS (LOMPAT RINTANGAN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MOJOROTO TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah dan mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah a. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam Kurikulum SMA, pengertian pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang proses pembelajarannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu bagian dari nomor lompat dalam olahraga atletik. Ada banyak pakar yang mengartikan lompat jauh, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Olahraga Atletik Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, gerakan dalam atletik merupakan gerakan yang dilakukan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, gerakan-gerakan yang terkandung didalam olehraga atletik adalah gerakan yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, gerakan-gerakan yang terkandung didalam olehraga atletik adalah gerakan yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak zaman peradaban manusia terdahulu

Lebih terperinci

Mulyono Ruslan S.Pd,M.Pd Zulkifli Lamusu S.Pd,M.Pd

Mulyono Ruslan S.Pd,M.Pd Zulkifli Lamusu S.Pd,M.Pd ABSTRAK Muliono. Penerapan gaya mengajar komando dalam upaya meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VII SMP Negeri 8 Gorontalo. Skripsi Gorontalo. Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian di laksanakan di SMK 1 Suwawa, kec. Suwawa, Kab. Bone Bolango. Penelitian ini merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu darinya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu darinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani yang berpangkal dari gerak manusia, serta mengarah kepada kepribadian yang bulat dan kreatif dari manusia adalah dasar dari segala pendidikan.

Lebih terperinci

Sejarah Lempar Lembing

Sejarah Lempar Lembing Sejarah Lempar Lembing Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM:

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM: HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA PUTRA KELAS X SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode tindak

III. METODE PENELITIAN. Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode tindak III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode tindak kelas. (class room action research). Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara baru untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Winarno Surahman NIM: 14.1.01.09.0380P Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu alat dalam pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi manusia secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik sebagai cabang olahraga paling tua di dunia merupakan induk dari semua cabang olahraga, maka tidak mengherankan sering disebut sebagai the mother of

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP Muhammad Syaleh Sekolah Tinggi Olahraga Kesehatan Bina Guna Medan msyaleh3@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam cabang olahraga atletik yang memiliki unsur kecepatan, kekuatan, kelentukan dan keseimbangan.

Lebih terperinci

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK Oleh Drs. H.M.Husni Thamrin, M.Pd FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA METHODIK ATHLETIK Mengajar Gerak Dasar Atletik 1. Atletik merupakan aktivitas jasmani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan jaman. Sehubungan dengan hal itu peningkatan kualitas. agar kualitas manusia yang diharapkan dapat terwujud.

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan jaman. Sehubungan dengan hal itu peningkatan kualitas. agar kualitas manusia yang diharapkan dapat terwujud. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang didalam kehidupan, demikian pula dengan pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah-sekolah. Pendidkan

Lebih terperinci

BERANDA SK / KD INDIKATOR MATERI LATIHAN UJI KOMPETENSI REFERENSI PENYUSUN SELESAI. SMK Negeri 1 Kediri

BERANDA SK / KD INDIKATOR MATERI LATIHAN UJI KOMPETENSI REFERENSI PENYUSUN SELESAI. SMK Negeri 1 Kediri Lompat Jauh Kelas XI sem. 1 STANDAR Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya DASAR Mempraktikkan keterampilan atletik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabang olahraga atletik merupakan cabang olahraga yang selalu diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik merupakan cabang olahraga yang terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH Anak Agung Ngurah Putra Laksana 1 Universitas Islam 45 Bekasi Agungputralaksana@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut adalah melalui pendidikan jasmani (Penjas). Pendidikan Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut adalah melalui pendidikan jasmani (Penjas). Pendidikan Jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu terbentuknya tujuan pendidikan nasional adalah terbentuknya manusia yang sehat jasmani dan rohani, dan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atletik di ambil dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang artinya bertanding atau berlomba, menurut Syarifuddin (1992: 2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Atletik Atletik merupakan perlombaan yang diadakan dilapangan dan meliputi jalan, lari, lompat dan lempar dan setiap orangpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuhkan, mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di VI SDN 2 Lawonu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di VI SDN 2 Lawonu 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di VI SDN 2 Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan cabang olahraga yang tertua dan juga dianggap sebagai induk dari semua cabang olahraga, telah sejak dulu dilakukan orang seperti berjalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang integral dari adanya pendidikan secara keseluruhan. Memiliki tujuan untuk mengembangkan aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang memiliki makna bertanding dan berlomba, Rahmat dan Hendrayana, (2007, hlm. 3). Selanjutnya istilah

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

Lompat jangkit ( Triple Jump ) 1

Lompat jangkit ( Triple Jump ) 1 Lompat Jangkit Lompat jangkit (triple jump), di Indonesia dalam perlombaan adalah (hop step jump) atau lompat jangkit. Dimana lompatan terdiri dari sebuah jingkat (hop), sebuah langkah (step), dan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik sebagai cabang olahraga tertua di dunia merupakan induk dari semua cabang olahraga yang dilakukan secara luas dan bisa dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena gerakan-gerakannya merupakan dasar dari seluruh gerakan olahraga. Oleh karena itu atletik menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kedua, dan seterusnya sistem spiral yang saling terkait perlu diperhatikan

BAB III METODE PENELITIAN. kedua, dan seterusnya sistem spiral yang saling terkait perlu diperhatikan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian kelas yang dilakukan pada penelitian ini adalah desain yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Artikel Skripsi PENGARUH KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KEKUATAN OTOT PERUT TERHADAP HASIL LEMPAR LEMBING GAYA CROSS STEP SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGADILUWIH TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah mengenal berbagai macam bentuk olahraga, salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang di dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang di dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang di dalam kehidupannya, demikian pula dengan pendidikan yang dipelajari di sekolahsekolah. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga. Jenis latihan ini telah dikenal dan sering digunakan oleh sebagian besar

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN PENJASORKES

MATA PELAJARAN PENJASORKES 0 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DAN SPESIFIKASI MATA PELAJARAN PENJASORKES SMK PROPINSI DKI JAKARTA PENYUSUN : MGMP DKI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUBDIS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 Oleh: JUWANDA A1D408033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. gerak. Penguasaan kemampuan gerak dasar akan mendasari keterampilan

I. PENDAHULUAN. gerak. Penguasaan kemampuan gerak dasar akan mendasari keterampilan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerak dasar merupakan elemen yang mendasari dari suatu rangkaian gerak. Penguasaan kemampuan gerak dasar akan mendasari keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan peserta didik pada perubahan tingkah laku yang diinginkan. Pengertian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran. Surat Izin Penelitian 63 64 65 66 Lampiran 2. Surat Pernyataan Kolaborator SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : PURWANTO NIM : 060422706 Program Studi : PJKR/PKS D2-S Fakultas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang memiliki makna bertanding atau berlomba. Atletik juga dapat diartikan bentuk olahraga yang menjadi

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

S K R I P S I. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN TOLAK PELURU GAYA MEMBELAKANGI PADA SISWA PUTRI KELAS XI SEMESTER GENAP SMK NEGERI 2 TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang disalurkan melalui suatu proses pembelajaran, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN a. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian akan dilaksanakan di : Lokasi : SMAN 2 Ciamis Waktu : 2-28 September 2013 b. Populasi dan sampel Dalam tercapainya suatu tujuan

Lebih terperinci

RISNA PODUNGGE

RISNA PODUNGGE MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR LAY UP SHOOT MELALUI METODE EXPLICIT INTRUCTION DALAM CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET KELAS VIII B SMP NEGERI 8 KOTA GORONTALO RISNA PODUNGGE fikkung@yahoo.co.id ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI Oleh: YOGI APRIYAN HIDAYAT A1D408092 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Latar Dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 7 Bulango Selatan Kabupaten Bone

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Latar Dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 7 Bulango Selatan Kabupaten Bone 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Dan Karakteristik Subjek Penelitian. 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 7 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango dan yang menjadi subjek adalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena,

1. PENDAHULUAN. Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena, 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena, selain unsur kelincahan untuk melewati rintangan berupa peti lompta (box), juga didukung

Lebih terperinci

2 FIKK, Universitas Negeri Gorontalo (Risna Podungge)

2 FIKK, Universitas Negeri Gorontalo (Risna Podungge) JURNAL MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 2 GORONTALO I Putu Nardyanto Anggara 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia secara terus menerus melasanakan pembangunan di segala bidang termasuk pembinaan di bidang olahraga. Melalui

Lebih terperinci

PENGARUH ALAT BANTU TERHADAP GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA MELENTING. (Jurnal Skripsi) Oleh YULI SUPRIHATIN

PENGARUH ALAT BANTU TERHADAP GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA MELENTING. (Jurnal Skripsi) Oleh YULI SUPRIHATIN 1 PENGARUH ALAT BANTU TERHADAP GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA MELENTING (Jurnal Skripsi) Oleh YULI SUPRIHATIN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013 2 ABSTRACT THE

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Atletik merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat diperlombakan atau dipertandingkan dalam kegiatan jalan, lari, lempar, lompat. Istilah atletik berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

MIN REJOSO PETERONGAN JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

MIN REJOSO PETERONGAN JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI MODEL PERMAINAN LONCAT KATAK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA KELAS V MIN REJOSO PETERONGAN JOMBANG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia, baik sebagai individu

Lebih terperinci

KUSNAN. Pendahuluan. Abstrak:

KUSNAN. Pendahuluan.   Abstrak: Penggunaan Metode Praktek Terbimbing Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 3 Ngimbang Semester II Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH. HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Zukrur Rahmat 1 Abstrak Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina kehidupan bermasyarakat menuju masa depan yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi lari, lempar, dan lompat.kata ini berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. cabang olahraga atletik. Dalam cabang olahraga atletik secara garis besar terdapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. cabang olahraga atletik. Dalam cabang olahraga atletik secara garis besar terdapat 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Lompat Tinggi a. Pengertian Lompat Tinggi Jenis olahraga lompat tinggi merupakan bagian dari nomor lompat pada cabang olahraga

Lebih terperinci

FAJAR SIDIK SIREGAR, S.Pd, M.Pd Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi STOK Bina Guna Medan ABSTRAK

FAJAR SIDIK SIREGAR, S.Pd, M.Pd Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi STOK Bina Guna Medan ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI GAYA MENGAJAR LATIHAN PADA SISWA KELAS V SD 014669 SEI KAMAH KAB.ASAHAN TAHUN AJARAN 2016/2017 FAJAR SIDIK SIREGAR, S.Pd, M.Pd fajarsidiksiregar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat mengerti dan memahami berbagai ilmu pengetahuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata ini berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli B Permainan Bola Voli Apakah kamu menyukai permainan bola voli? Sebenarnya permainan bola voli telah memasyarakat. Apakah kamu telah dapat melakukan gerak dasar permainan bola voli dengan benar? Ayo kita

Lebih terperinci