BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apendisitis akut merupakan radang akut pada apendiks vermiformis, yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apendisitis akut merupakan radang akut pada apendiks vermiformis, yang"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Apendisitis akut Definisi Apendisitis akut merupakan radang akut pada apendiks vermiformis, yang disebabkan oleh bakteri yang terjadi karena penyebaran mikroorganisme secara hematogen atau limfogen, akibat obstruksi lumen apendik sehingga terjadi perubahan patogenitas kuman komensal (John Maa, 2008). Apendiks vermiformis merupakan organ berbentuk tabung atau sebuah penonjolan pada dinding posteromedial sekum. Kata vermiformis berasal dari bahasa Latin, yaitu vermiforma yang berarti berbentuk cacing. Apendiks vermiformis hanya terdapat pada manusia, monyet, dan marsupial. Organ ini pertama kali diidentifikasi oleh penduduk Mesir sekitar 3000 SM. Pada proses mumifikasi, bagian bagian isi perut biasanya diambil dan ditempatkan pada sebuah wadah berisi pengawet bertuliskan cacing usus (Prystowsky et al., 2005). Apendisitis (Radang apendiks) mulai mendapat perhatian pada awal abad 20. Pada tahun 1900 penyakit ini telah diketahui, dan disebut dengan perithyphlitis yang berarti proses inflamasi di sekitar sekum. Dan ketika Raja Edward VII terkena apendisitis akut dan memerlukan operasi, penyakit ini menjadi dikenal oleh masyarakat umum. Pada saat itu terdapat pendapat bahwa pola diet yang tinggi gula dan rendah serat diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya radang pada apendiks (Prystowsky et al., 2005). [Type text] 6

2 Epidemiologi Pada tahun 2000 prevalensi apendisitis akut di Negara Barat diperkirakan 7% per tahun. Di Inggris terdapat pasien dengan apendisitis akut yang dirawat setiap tahunnya sedangkan di Amerika Serikat didapatkan insiden apendisitis akut adalah 1 per 1000 orang dan 86 kasus per orang di dunia setiap tahunnya. Prevalensi apendisitis akut yang tertinggi adalah pada kelompok usia tahun. Risiko seseorang terkena apendisitis akut sepanjang hidupnya adalah antara 6-9%. Apendisitis lebih banyak didapatkan pada laki-laki dibandingkan wanita dengan perbandingan 1,4:1 (Humes dan Simpson, 2011). Apendisitis akut merupakan salah satu kegawat daruratan abdomen yang sering ditemukan di Amerika Serikat. Kira kira 11 dari manusia akan mengalami apendisitis selama hidupnya. Hal ini merupakan proses inflamasi apendiks yang memerlukan pengangkatan apendiks untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa seperti perforasi apendiks dan peritonitis. Sebuah studi di Denmark menunjukan penurunan insiden apendisitis akut antara tahun 1996 dan Apendisitis akut pada grup laki-laki kelompok usia tahun adalah sebesar 27,8% dan pada kelompok usia tahun adalah 12,8%. Tren ini juga sama pada populasi perempuan dengan insiden 35.9%, menurun pada kelompok usia tahun dan 22,5% pada kelompok usia tahun. Pada beberapa penelitian di Eropa menunjukan ada kecenderungan penurunan angka kejadian apendisitis akut pada dewasa muda yaitu usia tahun. Penelitian di Swedia juga menunjukan adanya penurunan angka kejadian insidensi apendisitis pada usia dewasa muda (Buckius et al., 2012)

3 8 Tabel 2.1 Menunjukan frekuensi pasien yang didiagnosa sebagai apendisitis akut yang simpel maupun komplikasi (dikutip dari Buckius et al., 2012) Patofisiologi Apendisitis Akut Hingga saat ini etiologi dari apendisitis akut masih belum jelas diketahui dengan pasti, tetapi obstruksi lumen apendiks dianggap sebagai penyebab utama, dimana penyebab obstruksi terbanyak adalah adanya hiperplasia limfoid (60%), fekalit/fecal stasis (35%), benda asing (4%), dan tumor (1%) (Lamps, 2004). Sejumlah literatur menyatakan bahwa fekalit merupakan penyebab obstruksi yang paling sering sedangkan yang paling jarang menyebabkan obstruksi adalah hipertropi limfoid, sisa barium dari pemeriksaan rontgen sebelumnya, tumor, dan benda asing. Obstruksi proksimal pada lumen apendiks menyebabkan obstruksi

4 9 close-loop dan berlanjut dengan distensi lumen apendiks yang disebabkan sekresi cairan apendiks yang terus berlangsung. Kapasitas lumen apendiks hanya 0,1 ml, dimana peningkatan volume intraluminal apendiks sebesar 0,5 ml dapat meningkatkan tekanan intralumen setinggi 60 cmh 2 O. Distensi ini menyebabkan stimulasi saraf aferen sehingga timbul nyeri samar, tumpul, dan menyebar pada abdomen bagian tengah atau epigastrium. Peristaltik juga distimulasi oleh distensi usus yang berlebihan, sehingga menyebabkan rasa mual yang bercampur dengan nyeri visceral pada awal proses apendisitis. Distensi berlanjut dapat disebabkan oleh sekresi mukosa dan multiplikasi bakteri komensal pada apendiks yang berlebihan. Peningkatan tekanan intraluminal dan peningkatan tekanan vena yang sangat tinggi akan menyebabkan vena dan kapiler tersumbat tetapi aliran darah arteri masih berlanjut, sehingga terjadi pembengkakan apendiks dan hambatan vaskular. Proses inflamasi berlanjut pada serosa apendiks dan lipatan peritoneum parietal sehingga menyebabkan nyeri yang spesifik pada perut kanan bawah (Lamps, 2004; Prystowsky et al., 2005; Humes dan Simpson, 2011). Obstruksi lumen apendiks menyebabkan terjadinya pertumbuhan bakteri yang berlebihan yang diikuti dengan sekresi mukus, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraluminal lumen. Terjadilah iskemia mukosa yang menurunkan aliran limfatik dan drainase vena yang akhirnya mengakibatkan proses inflamasi lokal yang dapat mengarah ke gangren dan perforasi (Lamps, 2004). Fenomena closed loop dan translokasi bakteri intraluminal apendiks akan menyebabkan apendisitis fokal (Kataralis). Dengan adanya kuman dalam

5 10 submukosa maka tubuh akan bereaksi berupa peradangan supuratif yang menghasilkan pus. Hal ini disebut dengan apendisitis supurativa atau plegmentosa. Kemudian dengan keluarnya pus dari dinding yang masuk ke dalam lumen apendiks menyebabkan tekanan intraluminal yang meningkat, desakan semakin besar dan menyebabkan gangguan pada sistim vasa dinding apendiks, mulai dari vasa limpatika, vena dan kemudian arteri. Dengan adanya gangguan pada vasa tersebut, membuat apendiks menjadi edema dan iskemia bahkan infark. Keadaan apendiks seperti ini yang umumnya disebut dengan apendisitis gangrenosa. Apendiks yang sedang mengalami saat gangrenosa dan tidak mendapatkan penatalaksanaan yang adekuat akan mengalami ruptur atau perforasi apendiks (Lamps, 2004; Prystowsky et al., 2005; Humes dan Simpson, 2011) Diagnosis Apendisitis Akut Diagnosis apendisitis akut ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Anamnesis Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pasien dengan apendisitis akut, nyeri awalnya berasal dari abdomen bagian tengah, kemudian dalam waktu 24 jam berpindah ke fosa iliaka kanan, bersifat tajam, dan konstan. Hal itu pertama kali dideskripsikan oleh Murphy. Nyeri abdomen, panas badan, dan anoreksia merupakan gejala klasik dari apendisitis akut (Prystowsky et al., 2005; Petroianu, 2012).

6 11 Nyeri abdomen tersebut akan bersifat menetap di perut kanan bawah yang akan bertambah nyeri bila pasien bergerak, batuk atau bersin. Pada pasien dengan apendisitis akut juga dirasakan panas badan yang biasanya tidak terlalu tinggi (sekitar 38 0 C). Anoreksia, mual, dan muntah dapat timbul beberapa jam kemudian (Prystowsky et al., 2005; Humes dan Simpson, 2011). Tabel 2.2 Frekuensi tanda dan gejala apendisitis akut (dikutip dari Prystowsky et al., 2005) Pemeriksaan Fisik Apendisitis Akut Pada pemeriksaan abdomen akan ditemukan nyeri tekan pada perut kanan bawah (fosa iliaka dekstra) yaitu pada titik sepertiga lateral dari garis khayal yang menghubungkan Spina Iliaca Anterior Superior kanan dengan umbilikus, yang disebut dengan titik McBurney atau disebut juga Lanz, atau Munro. Adanya iritasi peritoneal merupakan hal yang sangat penting sebagai indikasi pembedahan. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosa apendisitis (Prystowsky et al., 2005; Humes dan Simpson, 2011).

7 12 Lokasi dari nyeri sangat tergantung dari posisi appendiks. Umumnya nyeri didapatkan pada titik McBurney di daerah perut kanan bawah. Dari beberapa literatur nyeri ini didapatkan sekitar 96% dari pasien, tetapi penemuan ini tidaklah spesifik. Penemuan yang lebih spesifik adalah rebound tenderness, nyeri ketok, rigiditas dan guarding. Rebound tenderness adalah nyeri perut kanan bawah yang terjadi saat tekanan di perut kanan bawah dilepaskan. Rigiditas dan guarding adalah timbulnya tahanan pada dinding perut saat dilakukan palpasi. Selain pemeriksaaan tersebut dapat juga dilakukan pemeriksaan lain seperti (Petroianu, 2012): 1. Rovsing sign Penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah, hal ini dilakukan dengan prinsip perpindahan tekanan yang dilakukan di perut bagian kiri yang berpindah ke kanan. 2. Blumbergs sign Bila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah, hal ini mempunyai prinsip perpindahan tekanan di dalam peritoneum yang akan meransang nyeri pada apendiks. 3. Rosenstein sign Nyeri pada perut kanan bawah bertambah bila pasien berubah posisi dari berbaring terlentang kemudian berbaring ke sisi kiri 4. Psoas stretch sign Otot psoas kanan berjalan sepanjang pelvis dekat dengan apendiks, pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membuat otot psoas kanan berkontraksi

8 13 sehingga menyentuh ujung apendiks sehingga nyeri. Pemeriksa akan menahan lutut pasien sementara pasien berusaha mengangkat kaki di posisi tidur. Pemeriksaan Psoas sign sering dilakukan untuk mengetahui adanya apendisitis retrocaecal. Pemeriksaan ini baik dilakukan dengan pasien berada di sisi kiri dimana panggul dihiperekstensikan dengan lutut yang sedikit dibengkokkan. 5. Obturator sign. Obturator sign diperiksa dengan memfleksikan panggul dan lutut kemudian melakukan rotasi interna pada panggul. 6. Pemeriksaan rectum juga diperlukan dimana pada apendisitis akut nyeri atau massa dapat dirasakan pada sisi kanan pada regio supralevator Pemeriksaan Penunjang Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosa apendisitis akut diantaranya: 1. Pemeriksaan laboratorium Didapatkan peningkatan sel darah putih (leukositosis) dan C-reactive protein (CRP). Jumlah leukosit berkisar antara /ml. Namun sekitar 21-65% pasien apendisitis akut memiliki leukosit yang normal (Petroianu, 2012; Zikrullah et al., 2012). 2. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG), CT- Scan, dan MRI. Beberapa penulis mengatakan bahwa lokasi nyeri sangat penting untuk pemeriksaan radiologi seperti ultrasonografi (USG) (Ozkan et al., 2015). USG direkomendasikan untuk mengevaluasi nyeri perut kanan

9 14 bawah.sedangkan CT-Scan direkomendasikan untuk nyeri pada kuadran kanan dan kiri bawah (Prystowsky et al., 2005; Humes dan Simpson, 2011; Petroianu, 2012). Akurasi dalam menegakkan diagnosis apendisitis akut melalui USG berkisar antara 71-97%. Hal ini tergantung daripada kemampuan operator. Pada pemeriksaan ultrasonografi, apendiks yang mengalami inflamasi akan memiliki diameter 6 mm atau lebih. Ditemukan juga adanya perubahan inflamasi pada jaringan sekitar khususnya pada jaringan lemak yang mengelilinginya. Pada apendiks yang mengalami perforasi gambaran ultrasonografi menunjukkan adanya penumpukan cairan di sekitar sekum (Humes dan Simpson, 2011; Prystowsky et al., 2005; Petroianu, 2012). Pada penelitian tentang validitas diagnosa USG pada apendisitis akut di RSUP Sanglah Denpasar Bali didapatkan sensitivitas 88,2%, spesifisitas 100%, akurasi 88,9% (Mahayasa 2006) Pada pemeriksaan CT-Scan, apendiks yang mengalami inflamasi akan memiliki diameter lebih besar dari 6 mm dan cenderung mengalami perubahan inflamasi pada jaringan sekitarnya. Perubahan ini meliputi adanya flegmon, cairan bebas, abses, dan udara bebas. Pemeriksaan CT-Scan memiliki akurasi antara 93-98% yang lebih superior dalam mendiagnosis apendisitis akut. Dikarenakan organ yang terlihat lebih jelas, sehingga dapat menyingkirkan diagnosis banding yang ada. Pemeriksaan ini juga dapat membedakan penyebab apendisitis seperti obstruksi lumen akibat malignansi (Petroianu, 2012; Humes dan Simpson, 2011; Prystowsky et al., 2005).

10 15 Pemeriksaan MRI ternyata tidak lebih baik dibandingkan pemeriksaan lain dalam mendiagnosis apendisitis akut. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa MRI memiliki keuntungan yaitu menurunkan insiden laparotomi negatif. MRI menghabiskan lebih banyak waktu dan biaya dibandingkan pemeriksaan lain (Prystowsky et al., 2005; Petroianu, 2012; Humes dan Simpson, 2011). Gambar 2.1. Gambaran USG pada pasien dengan apendisitis akut. Terdapat penebalan dinding apendiks atau donught sign (dikutip dari N Kouame et al., 2012)

11 16 Gambar 2.2. Pada gambar ini ditemukan pembesaran apendiks (> 6 mm) (dikutip dari N Kouame et al., 2012) 2.2 Sistim Skor Diagnosis Apendisitis Akut Sejumlah sistim skor telah dikembangkan dalam mendiagnosis apendisitis akut dan mempengaruhi penatalaksanaan kasus tersebut. Sistim tersebut merupakan penunjang diagnosis yang berharga dalam membedakan suatu apendisitis akut dengan nyeri abdomen yang tidak spesifik. Ada beberapa sistem skor diagnosa yang dikenal (Memon et al., 2013) Skor Alvarado Pada tahun 1986 Alvarado telah memperkenalkan sistem penilaian baru (Sistem skoring) untuk mendiagnosis apendisitis akut pada seseorang dan telah banyak digunakan oleh banyak ahli bedah di dunia. Skor Alvarado dibuat sebagai alat diagnosis dan pengelompokan pasien yang dicurigai menderita apendisitis akut dengan diagnose banding yang bermacam-macam. Skor ini terdiri dari 10 poin dengan akronim MANTRELS (Tabel 3), hal ini dinilai berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Jumlah skor yang didapatkan akan menentukan apakan pasien yang dicurigai tersebut akan dipulangkan, diobservasi, atau dioperasi (Memon et al., 2013; Wray et al., 2013). Berdasarkan sistim skor ini, pasien yang dicurigai menderita apendisitis akut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Skor 7-10 (emergency surgery group): Semua penderita dengan skor ini disiapkan untuk tindakan operasi

12 17 2. Skor 5-6 (observation group) Semua penderita dengan skor ini di rawat inap dan dilakukan observasi selama 24 jam dengan evaluasi secara berulang terhadap data klinis dan hasil. Jika kondisi pasien membaik yang ditunjukkan dengan penurunan skor, penderita dapat dipulangkan dengan catatan harus kembali bila gejala menetap atau memburuk. 3. Skor 1-4 (discharge home group). Penderita pada kelompok ini setelah mendapat pengobatan secara simptomatis dapat dipulangkan dengan catatan harus segera kembali bila gejala menetap atau memburuk. Tabel 2.3. Alvarado/MANTRELS Score (Wray et al., 2013).

13 18 Berdasarkan Skor Alvarado, kemungkinan pasien menderita apendisitis akut dengan skor 1-4 adalah 30%, skor 5-6 adalah 66%, dan skor 7-10 adalah 93% (Memon et al., 2013). Pada beberapa penelitian skor Alvarado memiliki nilai sensitivitas sekitar 73-91% dan nilai spesifisitas sekitar 78-92%, bahkan ada penelitian yang menyebutkan Alvarado skor memiliki nilai sensivisitas yang lebih rendah pada pasien dengan usia anak-anak dan pada wanita dengan usia produktif (Yousaf et al., 2006). Peneliti lainnya tentang apendisitis akut di RSUP Sanglah Denpasar Bali, Stefanus Dhe Soka pada tahun 2010 didapatkan angka sensitivitas 85,2%, spesifisitas 62,5%, dan akurasi 82,3% Skor Tzanakis Pada tahun 2005 Tzanakis dan rekan-rekannya memperkenalkan sistem skor yang sederhana untuk mendiagnosa apendisitis akut, yang dikenal dengan skor Tzanakis untuk diagnosis apendisitis akut. Skor ini terdiri dari variabel gejala secara klinis, hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan ultrasonografi untuk mendiagnosa pasien yang dicurigai menderita apendisitis akut. Skor Tzanakis adalah suatu system penilaian yang digunakan untuk menegakkan diagnosis apendisitis akut yang didasarkan atas 2 gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan ultrasonografi yaitu: skor 1. Right lower abdominal tenderness 4 2. Rebound tenderness 3 3. White blood cells >

14 19 4. Positive ultrasound scan finding off apendisitis 6 Nilai maksimal dari sistem skor ini 15. Dimana pasien dengan nilai skor 8 atau lebih di diagnosa dengan apendisitis akut. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa skor Tzanakis memiliki sensitivitas 95,4%, spesifitas 97,4% dan akurasi sebesar 96,5% (Sigdel GS et al., 2010) Skor RIPASA Tahun 2010, suatu tim dari Rumah Sakit Raja Isteri Pengiran Anak Saleha (RIPAS) di Brunei, mengembangkan suatu sistem skoring apendisitis akut yang disebut dengan RIPASA. Merupakan sistem skoring kualitatif yang mudah dengan 14 parameter klinis ( 2 demografi, 5 gejala klinis, 5 tanda klinis, dan 2 investigasi klinis) dan 1 parameter tambahan (Chong et al., 2011).

15 20 Tabel 2.4. RIPASA Score (Chong et al., 2011). Penelitian tentang validitas diagnostik skor Ripasa di RSUP Sanglah Bali oleh Ruth Feronica 2011 sensitivitas 81,4%, spesifisitas 74,3%. 2.3 Penatalaksanaan Apendisitis Akut Apendisitis akut merupakan penyakit yang memerlukan diagnosis yang tepat untuk kemudian dilakukan pembedahan segera (Humes and Simpson, 2006). Tindakan resusitasi yang diikuti dengan operasi apendisektomi merupakan pilihan pertama pada pasien dengan apendisitis akut. Tidak dianjurkan untuk pemberian obat analgetik karena akan mengaburkan gejala. Semua pasien harus mendapatkan antibiotika spektrum luas preoperatif (1-3 dosis) untuk menurunkan resiko infeksi postoperatif dan pembentukan abses intra abdomen (Humes dan Simpson, 2011). Apendisitis kataralis seharusnya dapat diterapi secara konservatif, didiagnosa dengan pemeriksaan fisik, tes darah, USG, dan CT-Scan atau dengan nyeri tanpa

16 21 tanda rangsangan iritasi peritoneal. sehingga pasien dengan apendisitis katarhalis seharusnya dirawat dan diberi antibiotik (Memon et al., 2013). Penelitian sebelumnya tidak menunjukkan adanya perbedaan komplikasi antara pembedahan (apendisektomi) yang dilakukan secepatnya (<12 jam) dengan apendisektomi yang dilakukan pembedahan yang dilakukan antara jam kemudian. Namun jika onset dari munculnya gejala pertama telah lebih dari 36 jam maka kemungkinan terjadinya perforasi adalah antara 16-36% dan resiko perforasi bertambah 5% setiap penundaan operasi 12 jam. Sehingga saat diagnosis apendisitis akut ditegakkan maka disarankan untuk melakukan pembedahan segera. Pembedahan yang segera dilakukan bisa mengurangi angka kematian pada apendisitis. Penderita dapat pulang dari rumah sakit dalam waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna. Apendiks yang pecah memiliki prognosis yang lebih buruk (Humes dan Simpson, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu penyebab paling umum pada kasus akut abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis (umbai cacing). 1,2 Penyakit ini diduga inflamasi dari caecum (usus buntu) sehingga disebut typhlitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang memerlukan tindakan pembedahan. Diagnosis apendisitis akut merupakan hal yang

Lebih terperinci

dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap

dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap APENDISITIS PENGERTIAN Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dari suatu akut abdomen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dari suatu akut abdomen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemiologi Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dari suatu akut abdomen. Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak ditemukan pada usia 20-30 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan kasus paling sering dilakukan pembedahaan pada anak, walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi keterlambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden kematian apendisitis pada anak semakin meningkat, hal ini disebabkan kesulitan mendiagnosis appendik secara dini. Ini disebabkan komunikasi yang sulit antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini apendisitis merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi pada anak-anak. Selain itu apendisitis yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Fisik A. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Pada apendisitis akut sering ditemukan adanyaabdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut. - tidak ditemukan gambaran spesifik.

Lebih terperinci

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

APPENDICITIS (ICD X : K35.0) RUMAH SAKIT RISA SENTRA MEDIKA MATARAM PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU BEDAH TAHUN 2017 APPENDICITIS (ICD X : K35.0) 1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara

Lebih terperinci

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c. APPENDISITIS I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) II. ETIOLOGI Appendisitis

Lebih terperinci

SAKIT PERUT PADA ANAK

SAKIT PERUT PADA ANAK SAKIT PERUT PADA ANAK Oleh dr Ruankha Bilommi Spesialis Bedah Anak Lebih dari 1/3 anak mengeluh sakit perut dan ini menyebabkan orang tua membawa ke dokter. Sakit perut pada anak bisa bersifat akut dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa

BAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa BAB 4 HASIL Hasil pengamatan sediaan patologi anatomi apendisitis akut dengan menggunakan mikroskop untuk melihat sel-sel polimorfonuklear dapat dilihat pada gambar 6,7 dan tabel yang terlampir Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999).

BAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999). BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999). Appendiksitis adalah peradangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI. BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, penggunaan antibiotik profilaksis untuk infeksi luka operasi (ILO) pada pembedahan harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis merupakan peradangan akut pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari 7 sampai 15 cm (Dorland, 2000)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian kanan bawah (Anderson, 2002).Komplikasi utama pada apendisitis adalah

BAB I PENDAHULUAN. bagian kanan bawah (Anderson, 2002).Komplikasi utama pada apendisitis adalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks, obstruksi limfoid, fekalit, benda asing, dan striktur karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens apendisitis akut di Negara

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan desain prospektif. Analisis statistik bivariat menggunakan uji Pearson chi square bila

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis yang terletak di perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan penyakit urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar

Lebih terperinci

K35-K38 Diseases of Appendix

K35-K38 Diseases of Appendix K35-K38 Diseases of Appendix Disusun Oleh: 1. Hesti Murti Asari (16/401530/SV/12034) 2. Rafida Elli Safitry (16/401558/SV/12062) 3. Zidna Naila Inas (16/401578/SV/12082) K35 Acute Appendicitis (Radang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi apendiks vermiformis Apendiks vermiformis adalah organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi dari 7 sampai 15 cm, dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. APPENDISITIS A.1. Definisi Appendisitis akut adalah peradangan dari appendiks yaitu organ seperti kantung yang tak berfungsi pada bagian inferior dari sekum dan merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis terutama ditemukan di negara-negara

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN : POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI KE-2 DI RUANG ANGGREK RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN : POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI KE-2 DI RUANG ANGGREK RSUD SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN : POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI KE-2 DI RUANG ANGGREK RSUD SUKOHARJO Disusun oleh : JUNANDAR FAJAR DEWANTARA J.200.090.067 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks 2.1.1. Anatomi apendiks Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu saluran (tabung) dengan panjang sekitar 30 kaki (9m).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang appendisitis. A.2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR ORIGINAL ARTICLE VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR Dewi Prima Christian 1, I Gede Suwedagatha 2, Nyoman Golden 3, I Ketut Wiargitha 2 1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Apendiks Appendix vermiformis atau yang sering disebut apendiks merupakan organ sempit, berbentuk tabung yang mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Apendisitis Akut 2.1.1 Definisi Menurut Ellis (1997) dan Riwanto et al. (2010) dalam Junias (2009), apendisitis akut berasal dari kata apendiks yaitu suatu organ berbentuk tabung,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

BAB II KONSEP DASAR. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Histologi Apendiks Apendiks merupakan suatu evaginasi dari sekum yang ditandai dengan sebuah lumen kecil, sempit, dan tidak teratur. Struktur tersebut disebabkan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi 2.1.1. Apendiks Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat di bawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1907 ).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. rentan terhadap infeksi (Smeltzer & Bare, 2002)

BAB II KONSEP DASAR. rentan terhadap infeksi (Smeltzer & Bare, 2002) BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks makanan yang mengosongkan

Lebih terperinci

Sistem Skoring Baru untuk Mendiagnosis Apendisistis Akut. New Scoring Systems for Acute Appendicitis Diagnosis

Sistem Skoring Baru untuk Mendiagnosis Apendisistis Akut. New Scoring Systems for Acute Appendicitis Diagnosis Sistem Skoring Baru untuk Mendiagnosis Apendisistis Akut Sarah Windia Baresti, Tofik Rahmanto Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Bagian Ilmu Bedah, Rumah Sakit Daerah Ahmad Yani, Kota Metro, Lampung

Lebih terperinci

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS Definisi Diverticulitis Diverticulitis adalah suatu kondisi dimana diverticuli pada kolon (usus besar) pecah. Pecahnya berakibat pada infeksi pada jaringan-jaringan yang mengelilingi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Smeltzer, 2001). Apendisitis

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Smeltzer, 2001). Apendisitis BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Beberapa sumber yang menyebutkan tentang pengertian dari Apendisitis yaitu sebagai berikut : Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

KATA PENGANTAR. 2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan, yang mengizinkan peneliti untuk belajar hingga tepat pada waktunya peneliti harus menuliskan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002)

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002) BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Appendiks adalah organ tambahan kecil yang mempunyai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002) Appendisitis adalah peradangan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu apendisitis atau sering di sebut usus buntu. Apendisitis diduga disebabkan oleh bacteria,

Lebih terperinci

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI Ke-1 DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUDONO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI Ke-1 DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUDONO ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI Ke-1 DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUDONO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada pasien trauma tumpul abdomen adalah perdarahan pada organ hepar yang umumnya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu kasus bedah abdomen yang paling sering terjadi di dunia. Apendektomi menjadi salah satu operasi abdomen terbanyak di dunia. Sebanyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Apendisitis 3.1.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Apendisitis Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering. Sampai saat ini belum diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

1.2. Batasan Masalah Case ini membahas tentang etiologi, patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan apendisitis.

1.2. Batasan Masalah Case ini membahas tentang etiologi, patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan apendisitis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang dikenali masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ apendiks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Apendiks Vermiformis 2.1.1 Anatomi Apendiks Vermiformis Apendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks saja, pada manusia merupakan struktur tubular yang rudimenter

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Appendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Appendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas mengenai penelaahan kepustakaan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan sedikit gambaran singkat mengenai konsep-konsep yang terkait dengan gambaran pengetahuan

Lebih terperinci

PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY

PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, fisiologi, patologi dan patogenesis dari hypertrophic

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Appendiks 19, 24 2.1.1. Anatomi Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks adalah makanan yang mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum.apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis (manjoer, 2000), karena tidak efektif,

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018 Manual Keterampilan Pemeriksaan Apendisitis dan Hernia I. Pendahuluan Manual ini merupakan panduan pelatihan keterampilan klinis pemeriksaan apendisitis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data mengenai apendisitis masih belum tercatat (Petroianu, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data mengenai apendisitis masih belum tercatat (Petroianu, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA Apendisitis akut adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan sampai saat ini masih merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut yang memerlukan intervensi bedah, Penyebab apendisitis tidak jelas dan mekanisme patogenesis terus

Lebih terperinci