BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia sedang menikmati manfaat demografis dimana populasi penduduk usia kerja tumbuh lebih cepat daripada populasi anak- anak dan lanjut usia. Berdasarkan data Statistik Indonesia pada tahun 2010, penduduk usia kerja berjumlah 66,1 persen dari seluruh jumlah penduduk. Momen ini dapat menjadi peluang untuk menumbuhkan perekonomian dan mengentaskan kemiskinan, asalkan angkatan kerja yang ada dapat terserap dengan baik dalam pasar kerja. Namun momen ini akan tertutup seiring dengan bertambahnya penduduk lanjut usia. Penduduk lanjut usia yang lebih besar daripada penduduk usia kerja akan memperbesar beban ketergantungan penduduk. Menurut Amsberg, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia (2010), dalam sepuluh tahun mendatang, hal yang paling mendesak untuk dilakukan Indonesia adalah mendorong penciptaan lapangan kerja dan lingkungan kerja yang lebih baik. Lapangan kerja ini diharapkan dapat diakses oleh seluruh penduduk, termasuk bagi perempuan. Bekerja merupakan hak warga negara Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang. Secara khusus, hak tersebut tertuang dalam pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara yang berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Dengan demikian setiap warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, berkesempatan untuk memenuhi hak tersebut. Perempuan adalah kunci strategis dalam pembangunan manusia. Masyarakat internasional telah menyadari hal tersebut sehingga memasukkan perempuan dalam pengukuran keberhasilan pembangunan. Indikator-indikator ini dapat dijumpai antara lain dalam Millenium Development Goals (MDG s). Menurut Tukiran (2005), di bidang ketenagakerjaan indikator angka pengangguran, proporsi yang bekerja di luar sektor pertanian, pekerja terampil, 1

2 ketimpangan upah perempuan terhadap laki-laki, serta kontribusi pendapatan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga digunakan sebagai dasar penyusunan indikator pembangunan. Dalam laporan internasional pembangunan manusia, pada tahun 2000 hingga 2007 tren pembangunan jender (GDI) Indonesia mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu 0,678 menjadi 0,726. Artinya, pembangunan jender di Indonesia dari segi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi membaik selama kurun waktu tersebut. Dewasa ini, peluang perempuan untuk memasuki pasar kerja semakin terbuka lebar. Dari segi kesehatan, angka fertilitas semakin menurun dan angka harapan hidup meningkat. Sebagaimana dalam penelitian Tukiran (2005) yang menggunakan asumsi Bongarts (1999), ketika angka fertilitas (TFR) masih tinggi maka partisipasi perempuan (bukan untuk laki-laki) dalam pasar kerja relatif rendah, dan jika TFR semakin rendah maka partisipasi tersebut meningkat. Perubahan fertilitas ini langsung berhubungan dengan perempuan, sehingga indikator fertilitas secara khusus dapat dijadikan parameter dalam melihat partisipasi kerja perempuan. Pemberdayaan perempuan salah satunya dapat dilihat dari partisipasinya dalam angkatan kerja. Meskipun pada tahun tren GDI Indonesia meningkat, namun khusus pada tahun 2011 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan masih jauh di bawah laki-laki. Pada Agustus 2011, TPAK laki-laki sebesar 84,30 persen sedangkan TPAK perempuan sebesar 52,44 persen. Hampir separuh dari total penduduk usia kerja perempuan berada pada kelompok bukan angkatan kerja. Umumnya dalam masyarakat patriarki seperti di Indonesia, laki-laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Oleh sebab itu, hampir semua laki-laki yang telah memasuki usia kerja terlibat dalam kegiatan ekonomi secara aktif. Berbeda dengan laki-laki, tugas pokok perempuan adalah sebagai istri dan ibu. Tugas ini identik dengan kegiatan mengurus rumah tangga, melahirkan, dan membesarkan anak, sehingga partisipasi perempuan dalam pasar kerja sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan budaya (Bakir dan Manning, 1983). 2

3 Meskipun identik dengan sektor domestik, perempuan juga mampu berperan dalam membantu perekonomian keluarga. Peran tersebut dapat sebagai pengelola keuangan atau sebagai pencari nafkah sampingan. Perempuan yang bekerja dan berpenghasilan diharapkan dapat mengurangi dampak dari guncangan ekonomi dalam keluarga yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Semakin besar tenaga kerja, maka semakin besar penawaran yang terjadi. Apabila hal tersebut tidak sesuai dengan jumlah permintaan tenaga kerja (atau kesempatan kerja) maka akan terjadi pengangguran. Terdapat beberapa faktor penghambat, seperti kesulitan mendapat pekerjaan yang sesuai serta tidak memiliki keahlian yang menyebabkan angkatan kerja perempuan tidak terserap dalam pasar kerja alias menganggur. Tingkat penganguran terbuka (TPT) perempuan masih lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data Sakernas Agustus 2011, TPT perempuan sebesar 7,62 persen sedangkan laki-laki sebesar 5,90 persen. Tingkat pengangguran biasanya digunakan oleh media dan politisi dalam menilai kinerja pasar kerja. Menurut mereka, apabila tingkat pengangguran rendah maka kinerja pasar kerja dianggap baik. Sebaliknya, apabila tingkat pengangguran tinggi maka kinerja pasar kerja dianggap buruk. Hal ini tidak dapat sepenuhnya dibenarkan, sebab terdapat faktor sosio-ekonomi rumah tangga yang mempengaruhi tingkat pengangguran sehingga sulit untuk menafsirkan perubahannya. Menurut Bank Dunia (2010), faktor sosioekonomi yang perlu dipertimbangkan antara lain; bantuan non-pasar yang diterima oleh rumah tangga tersebut; status si pekerja dalam rumah tangga tersebut; preferensi mengenai keikutsertaan perempuan dalam angkatan kerja; dan beda upah antara sektor formal dan informal. Tingkat pengangguran dan pengangguran terbuka telah terbukti kurang dapat diandalkan sebagai sinyal kinerja pasar tenaga kerja di Indonesia. Pengkajian sejarah pasar tenaga kerja di Indonesia memperlihatkan ketidakcocokan antara tingkat pengangguran dan kinerja pasar kerja. Sebagai contoh, naiknya pengangguran pada bukan merupakan indikasi atas pasar yang memburuk. Kenaikan ini lebih disebabkan karena bertambahnya jumlah pekerja berpendidikan (yang sedang mencari pekerjaan), sementara pertumbuhan 3

4 ekonomi yang kuat menyebabkan pengangguran tidak terlalu memberatkan. Demikian pula saat krisis keuangan Asia, tingkat pegangguran secara mengejutkan tetap stabil. Banyak pekerja perkotaan yang memiliki keahlian harus kehilangan pekerjaannya, namun hal ini tidak tercermin dalam tingkat pengangguran karena perempuan miskin memasuki angkatan kerja dalam jumlah besar (Bank Dunia, 2010). Kinerja pasar kerja dan perubahan struktur perekonomian daerah justru dapat dilihat dari perubahan kesempatan kerja dalam kurun waktu tertentu. Perubahan kesempatan kerja berdasarkan lapangan, jenis, serta status pekerjaan dapat menggambarkan besarnya kontribusi dari setiap sektor pekerjaan terhadap peyerapan tenaga kerja. Ketiga kategori tersebut memiliki benang merah yang sama, yaitu produktivitas kerja. Produktivitas merupakan keseimbangan antara besarnya waktu dan tenaga yang dikeluarkan denga hasil kerja yan didapat. Sektor jasa dan manufaktur dinilai lebih produktif daripada sektor pertanian, kategori jenis pekerjaan terampil dinilai lebih produktif daripada jenis pekerjaan setengah terampil dan tidak terampil, sedangkan status pekerjaan formal dinilai lebih produktif daripada status pekerjaan informal. Pada tahun 2015, akan berlangsung ASEAN Economic Community dimana terjadi pasar bebas antar negara-negara ASEAN. Indonesia sebagai salah satu anggotanya, siap tidak siap akan terlibat. Pada saat itu bukan hanya aliran modal dan teknologi, tetapi juga aliran tenaga kerja akan terjadi. Contohnya, pengusaha dari Cina yang ingin membuka sawah di Papua bisa mengirimkan satu paket lengkap tenaga kerja, peralatan, serta modal untuk bertani. Dalam kegiatan ekonomi tersebut, penduduk pribumi kemungkinan besar hanya berperan sebagai tuan tanah yang menyewakan ladangnya. Kondisi tersebut tidak akan membuka peluang kerja bagi angkatan-angkatan kerja yang baru di daerah. Maka disini penting untuk melihat bagaimana tren perubahan kesempatan kerja, khususnya bagi perempuan, untuk dapat merumuskan strategi pemanfaatan tenaga kerja sebelum pasar bebas berlangsung. 4

5 Jawa Tengah dipilih sebagai daerah kajian penelitian sebab secara spasial provinsi ini berada pada posisi strategis. Jawa Tengah berbatasan langsung dengan tiga provinsi besar di Pulau Jawa yaitu Yogyakarta, Jawa Barat, serta Jawa Timur. Aktivitas pembangunan dari ketiga provinsi tersebut secara tidak langsung berimbas pada kegiatan sosial ekonomi penduduk di Jawa Tengah. Meskipun berada di tengah-tengah provinsi besar lainnya, rata-rata upah buruh/karyawan di Jawa Tengah termasuk yang paling rendah. Partisipasi angkatan angkatan kerja perempuan di provinsi ini juga cukup tinggi. Pembahasan perubahan kesempatan kerja perempuan di Jawa Tengah menggunakan dimensi waktu dari tahun 2007, 2009, dan 2011, sebab data-data pada tahun tersebut telah tersedia secara lengkap baik berupa publikasi tercetak maupun publikasi digital. Selain itu, rentang waktu tersebut lebih dekat dengan masa kini sehingga dapat dilihat tren terbaru kesempatan kerja perempuan di Jawa Tengah berdasarkan interpretasi data tersebut. 1.2 Pertanyaan Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang. Berdasarkan laporan internasional pembangunan manusia secara keseluruhan tingkat kesejahteraan penduduk masih rendah, sedangkan pemerintah belum mampu memberikan tunjangan baik bagi lansia maupun bagi para pengangguran. Tantangan masa depan yang dihadapi Indonesia berupa penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih baik masih dalam tahap persiapan dan mengalami kebuntuan disana-sini. Perencanaan dan pelaksanaan yang matang perlu dilakukan agar tidak terjadi akibat yang buruk di masa depan, sehingga mempelajari kondisi ketenagakerjaan saat ini dan perubahannya mutlak diperlukan. Agar pembangunan sumberdaya manusia dapat berjalan beriringan, perempuan seharusnya mendapatkan perhatian yang sama dengan laki-laki. Perempuan adalah pihak yang seringkali diabaikan dalam perencanaan kebijakan. Dalam ketenagakerjaan, banyak masalah dihadapi oleh perempuan yang bekerja, mulai dari ketidaksetaraan upah hingga pelecehan seksual dalam lingkungan 5

6 pekerjaan. Penelitian ini dikhususkan untuk melihat salah satu masalah ketenagakerjaan yaitu kesempatan kerja perempuan menurut lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, serta status pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi pekerja perempuan menurut umur, pendidikan, dan upah? 2. Bagaimana perubahan kesempatan kerja perempuan menurut lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan? 3. Bagaimana pertumbuhan kesempatan kerja perempuan menurut lapangan, jenis dan status pekerjaan? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk: 1. Menganalisis kondisi pekerja perempuan di Jawa Tengah berdasarkan variabel umur, pendidikan, dan upah. 2. Menganalisis perubahan kesempatan kerja perempuan di Jawa Tengah 2007, 2009, 2011 menurut lapangan, jenis, dan status pekerjaan. 3. Menganalisis pertumbuhan kesempatan kerja perempuan di Jawa Tengah 2007, 2009, 2011 menurut lapangan, jenis, dan status pekerjaan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitan ini berguna untuk: 1. Bahan penyusunan skripsi guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Geografi UGM dengan spesialisasi bidang Geografi Lingkungan. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan solusi bagi penyusunan kebijakan pengelolaan tenaga kerja perempuan di Jawa Tengah. 6

7 3. Sebagai bahan referensi mengenai dinamika ketenagakerjaan di Jawa Tengah. 1.5 Tinjauan Pustaka Partisipasi Angkatan Kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih penting daripada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang (Simanjuntak, P. J., 1981 dalam Bakir dan Manning, 1983). Karakteristik umur penduduk dapat menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di suatu daerah. Dengan menggunakan definisi BPS mengenai batas usia angkatan kerja yaitu 15 tahun dan lebih, maka dapat disimpulkan bahwa daerah dengan penduduk berusia kurang dari 15 tahun lebih banyak daripada penduduk Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Semakin besar jumlah penduduk usia kerja dan semakin besar TPAK-nya, maka semakin besar pula jumlah angkatan kerja. TPAK dipengaruhi oleh berbagai faktor demografis, sosial dan ekonomis. Faktor-faktor ini antara lain adalah umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal (kota/desa), pendapatan dan agama. Pengaruh dari masing-masing faktor ini terhadap TPAK berbeda antara penduduk laki-laki dan perempuan (Bakir dan Manning, 1983). Pola dan Perkembangan TPAK Wanita Perubahan dalam struktur ekonomi yang terjadi dalam proses pembangunan biasanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja. Menurut Sinha (1965), dengan 7

8 pembangunan perubahan dalam partisipasi wanita akan mengikuti pola yang berbentuk huruf U. Pada tahap-tahap pertama dalam pembangunan, lapangan kerja di sektor pertanian dan sektor-sektor tradisional lainnya akan berkurang lebih cepat daripada peningkatan lapangan kerja di sektor modern. Diramalkan bahwa hal ini akan mengurangi kesempatan kerja dan meningkatkan pengangguran, terutama di kalangan wanita. Pada waktu yang bersamaan, proses pembangunan juga meningkatkan penghasilan keluarga sehingga mengurangi tekanan ekonomi yang sebelumnya memaksa wanita bekerja. Kedua hal ini menyebabkan wanita cenderung keluar dari angkatan kerja dan menyebabkan TPAK wanita menurun. Namun setelah pembangunan mencapai suatu tahap tertentu, pendidikan dan tingkat upah yang tinggi, dan keinginan untuk menikmati kemewahan hidup sebagai hasil dari pembangunan telah mendorong wanita untuk kembali memasuki angkatan kerja. Hal ini akan meningkatkan TPAK wanita (Bakir dan Manning, 1983). Akan tetapi menurut Durand (1975) pola perkembangan partisipasi selama proses pembangunan tidak selalu mengikuti pola yang berbentuk huruf U. Apakah pembangunan ekonomi akan meningkatkan atau menurunkan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja sangat tergantung dari besarnya proposi pekerja wanita di sektor-sektor yang mengalami kemunduran dan yang mengalami perkembangan selama proses pembangunan. Misalnya, kecilnya proporsi wanita yang bekerja di sektor pertanian di negara-negara Amerika Latin dan perluasan lapangan pekerjaan di sektor non-pertanian sebagai akibat dari pembangunan ekonomi telah meningkatkan TPAK wanita di negara-negara tersebut. Sebaliknya, di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara dimana proporsi wanita yang bekerja di sektor pertanian sangat tinggi, pembangunan ekonomi yang mengurangi peranan sektor pertanian dan meningkatkan peranan sektor non-pertanian telah menyebabkan TPAK wanita menurun (Bakir dan Manning, 1983). 8

9 Pendidikan menciptakan Kesempatan Kerja Secara teoritis, pendidikan bagi wanita akan meningkatkan penawaran dan permintaan terhadap tenaga kerja mereka. Menurut Boserup (1970: 126), pendidikan akan memperbaiki status, kemampuan dan keahlian seorang wanita. Hal ini meningkatkan kemampuan bersaing dan meingkatkan permintaan terhadap jasa-jasanya di pasar tenaga kerja. Di samping itu, pendidikan juga meningkatkan aspirasi dan harapan seorang wanita akan penghasilan dan kehidupan yang lebih baik, dan hal ini lebih mendorongnya untuk masuk ke angkatan kerja (Standing, 1976; Mott, 1972; Cain, 1966 dalam Bakir dan Manning, 1983: 43). Agung (1998) berpendapat bahwa faktor pendidikan dan faktor kesempatan kerja saling mempengaruhi. Di satu pihak hasil pendidikan dapat menciptakan lapangan kerja baru, dan di lain pihak adanya suatu kesempatan kerja baru memberikan motivasi untuk berkembangnya sistem pendidikan baru. Namun, tidak semua penduduk usia sekolah dapat menikmati bangku sekolah yang berkelanjutan akibat tidak mampu mengakses fasilitas pendidikan. Akses tersebut dibatasi oleh adanya seleksi yang ketat untuk mendapatkan pendidikan yang lebih berkualitas serta ketidak-mampuan dari segi ekonomi. Menurutnya, anak-anak yang tidak mampu melanjutkan studi karena masalah ekonomi dengan sendirinya akan menjadi kelompok pencari kerja atau mereka akan masuk dalam angkatan kerja. Sejak terjadi krisis moneter 1997, angka putus sekolah meningkat. Kesempatan/peluang bekerja di samping sekolah, atau sekolah di samping bekerja, terutama bagi penduduk perkotaan, merupakan suatu aktivitas yang patut dan harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka. Masalah dalam Pasar Kerja Suroto (1992) mengatakan bahwa setidaknya ada empat kelompok masalah dalam pasar kerja, yaitu: 1. Masalah kelebihan tenaga kerja yang timbul apabila persediaan tenaga kerja lebih besar daripada kebutuhan tenaga kerja (S > D). Masalah ini 9

10 menyebabkan terjadinya: pengangguran, setengah pengangguran/ bekerja tidak penuh, kelebihan kualifikasi/ kurang pemanfaatan, dan terpaksa berada di luar angkatan kerja. 2. Masalah kekurangan tenaga kerja yang timbul apabila persediaan tenaga kerja lebih sedikit daripada kebutuhan tenaga kerja (S < D). 3. Masalah rintangan pasar kerja, yang timbul apabila persediaan tenaga kerja yang ada tidak bertemu dengan kebutuhan tenaga kerja akibat adanya suatu rintangan (S D). 4. Ketidaklayakan dalam lingkungan kerja ( S D). Muara dari keempat masalah tersebut adalah kesempatan kerja yang sangat terbatas. Untuk lebih memahaminya, Suroto menggambarkan kesempatan kerja dalam diagram berikut ini: Gambar 1.1. Kesempatan Kerja dan Persediaan Tenaga Kerja B A E F D H C G ABCD = Lapangan atau kesempatan kerja yang ada dalam masyarakat EFGH = Seluruh tenaga kerja yang bersedia bekerja atau angkatan kerja dalam masyarakat. EBCH = Kesempatan kerja yang diduduki/ Jumlah orang yang mempunyai pekerjaan atau dipekerjakan/ penggunaan tenaga kerja. AEHD = Lowongan/Kesempatan kerja yang tidak atau belum diduduki (S < D). BFGC = Pengangguran/Angkatan kerja yang tidak mempunyai pekerjaan (S > D). Istilah employment diartikan oleh Kementrian Perburuhan Indonesia (Jawatan Penempatan Kerja, 1957) sebagai kesempatan kerja atau sama dengan kotak EBCH. Kesempatan kerja dapat digolongkan kedalam tiga pendekatan, yaitu berdasarkan Lapangan/ Sektor Pekerjaan, Jenis Pekerjaan, serta Status Pekerjaan. 10

11 Dalam Keadaan Angkatan Kerja 2011, konsep dan definisi lapangan pekerjaan didasarkan pada Klasifikasi Baku lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Jenis pekerjaan didasarkan atas Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu pada ISCO 88, sedangkan status pekerjaan dibedakan menjadi tujuh kategori. Klasifikasi dari masing-masing variabel disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1. Klasifikasi lapangan pekerjaan, jenis dan status. Lapangan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Status Pekerjaan (1) pertanian (1) profesional, teknisi (1) berusaha sendiri tanpa (2) pertambangan (2) kepemimpinan/ rekan kerja atau bantuan (3) industri pengolahan ketatalaksanaan orang lain (4) listrik (3) tata usaha (2) berusaha sendiri (5) bangunan (4) usaha penjualan dibantu oleh anggota (6) perdagangan (7) transportasi (5) usaha jasa (6) pertanian keluarga atau karyawan semetara (8) keuangan (7/8/9) pekerja kasar, (3) pengusaha dengan (9) jasa kemasyarakatan. operator dan sejenis. pekerja tetap (4) buruh/ karyawan (7) pekerja keluarga/ tidak dibayar. Karakteristik Upah Pekerja Hauser (1974) mengembangkan sebuah konsep yang didasarkan pada Labor Utility Approach, bahwa pemanfaatan pekerja dapat dikelompokkan menjadi bekerja tidak penuh karena jam kerja rendah, bekerja tidak penuh karena pendapatan rendah, bekerja tidak penuh karena mismatch dan bekerja penuh dengan upah yang cukup. Adapun suatu persoalan yang seringkali muncul dalam membahas tentang kesempatan kerja adalah produktivitas pekerja yang relatif 11

12 masih rendah. Produktivitas dapat dianalisa melalui penggunaan jam kerja yang dilakukan oleh pekerja. Berdasarkan pendekatan underutilization yang dikembangkan oleh Hauser (dalam Effendi, 1995) mencerminkan kurang pemanfaatan angkatan kerja dengan mengkombinasikan pengaruh dari pendapatan rendah dan ketidaksesuaian antara pendidikan serta jam kerja (Oktarina, 2000). 12

13 1.6 Kerangka Pemikiran Pembangunan Ekonomi Perempuan yang Bekerja Kesempatan Kerja menurut: 1. Lapangan Pekerjaan 2. Jenis Pekerjaan 3. Status Pekerjaan Karakteristik: a. Demografi: - Umur b. Sosial Ekonomi: - Pendidikan - Upah Kondisi Kesempatan Kerja 2007, 2009, 2011 Perubahan Kesempatan Kerja 13

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/03/Th. IV, 20 Maret 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008 No. 04/05/91/Th. II,15 Mei 2008 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat pada Februari 2008 mencapai 344.205 orang, bertambah 48.059 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.113/05/21/Th.IV, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2009 Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2009 mencapai 668.510

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 65/11/82/Th XV, 07 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 524,5 ribu orang bertambah 10,9 ribu orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 67/11/32/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 Agustus 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,72 PERSEN Jawa Barat mengalami penurunan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006 mendefinisikan tenaga kerja sebagai setiap laki-laki atau wanita yang berumur 15 tahun ke atas yang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI No. 24/05/61/Th. XIII, 10 Mei Berdasarkan Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 08/11/Th.X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2016 mencapai 1.212.040

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th.XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,89 PERSEN Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 71 /11/76/Th.IX, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,35 PERSEN Jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,00 PERSEN Jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI No.90/01/1/Th.IV, 5 Januari 009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROPINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN AGUSTUS 008 Pada Agustus 008, jumlah angkatan kerja mencapai 666.000

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 AGUSTUS 2010: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,55 PERSEN No. 08/11/Th.IX, 5 November 2015 Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 74/11/Th. XIV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 No. 36/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2015 mencapai 2.458.784 orang, bertambah sebanyak 142.026 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 30/05/82/Th XVI, 05 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 557,1 ribu orang bertambah 32,6 ribu orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 No. 66/11/13/Th XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT Jumlah angkatan kerja di Sumatera Barat pada Agustus mencapai 2,33 juta orang, naik 110 ribu orang dibandingkan dengan jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015 No. 67/11/15/Th.VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,34 PERSEN Angkatan kerja Provinsi Jambi pada Agustus 2015 sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja adalah dua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk menjadi potensi terjaminnya ketersediaan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004 ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th. XI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk usia 15

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 28/05/33/Th.VI, 07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,88 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2012 mencapai 17,12 juta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 No. 76/11/51/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2016 mencapai 2.463.039 orang, bertambah sebanyak 80.573 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 33 /05/76/Th.IX, 5 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 1,81 PERSEN Pada bulan, jumlah angkatan kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari keikutsertaan seluruh komponen masyarakat, tidak terkecuali peranan wanita didalamnya.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No.36/05/52/Th. IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,66 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2016 mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 FEBRUARI 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Agus Joko Pitoyo, S.Si., M.A. Fakultas Geografi, UGM 1 Data Sosial Ekonomi a) Kondisi Fisik Wilayah b) Kondisi Kependudukan c) Kondisi Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 33/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,14 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015 No. 28/5/94/Th.VII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,72 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2015 mencapai 1.709.668

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 No.66 /11/ 63 / Th XVIII / 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 Pada bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja mencapai 1,94 juta orang atau terjadi penambahan sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 152/12/21/Th.IV, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI KEMBALI NAIK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian pengertian 2.1.1. Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu Negara / masyarakat dapat dijabarkan jika diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap kali perekonomian suatu negara mengalami guncangan (shock), masyarakat langsung terkena imbasnya. Biasanya harga-harga kebutuhan pokok yang mencerminkan tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No.36/05/52/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,69 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016 No. 64/11/75/Th.X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016 - Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 mencapai 562.196 orang, berkurang 1.206 orang dari keadaan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

BPS PROVINSI DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 55/11/31/Th.XVI, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No.75/11/52/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,94 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,98 PERSEN No.36/05/52/Th. IX, 5 Mei 2015 Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/05/33/Th.III, 15 Mei 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65/11/61/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN No. 68 /11/17/Th IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2015

Lebih terperinci