PENGARUH JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI GOGO (Oryza sativa L.) KULTIVAR INPAGO 6

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI GOGO (Oryza sativa L.) KULTIVAR INPAGO 6"

Transkripsi

1 PENGARUH JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI GOGO (Oryza sativa L.) KULTIVAR INPAGO 6 Dzika Marrdhatillah 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dzikamarrdhatillah@gmail.com Dedi Natawidjaya 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dedinatawidjaya@yahoo.com Ida Hodiyah 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi idahodiyah@yahoo.co.id Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tlp. (0265) Fax (0265) ABSTRACT The experiment was conducted in Desa Situjaya, Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut, from July until Desember The altitude is 715 meters above sea level. Soil type is Andosol, with the rainfall of type C (Dampy/Dampish) according to Shcmidt and Ferguson in Hanafi (1990). The purpose of this study was determined to know the effect of plant distance with number seed per hill which gives optimal result on upland rice cultivar Inpago 6. The method of experiment used was Split Plot Design. The treatment consisted of two factors: i.e. plant distance (T) as main plot consisted of three level, t 1 (20 cm 20 cm), t 2 (25 cm 25 cm), t 3 (30 cm 30 cm), and number of seedling per hill (B) as subplot consisted of five level, b 1 (namely 1 seed per hill), b 2 (2 seedlings per hill), b 3 (3 seedlings per hill), b 4 (4 seedlings per hill), b 5 (5 seedlings per hill), and was repeated three times, there were fiveteen combinations. The variables observed were plant height, number of tillers per hill, panicles number per hill, weight of dry grain harvest, harvers dry weight of grain and, the weight of dry milled grain per plot and per hectare. The results of this study showed no interaction between plant distance and number of seeds per hill on all observed variables, but both treatments have independently significant effects. Plant distance influenced on the number of panicles per hill, and the number of seeds per hill influenced on the number of tillers, plant height, number of panicles per hill, dry grain harvest, and dry milled grain. The number of seeds per hill that gives the best effect was 4 seeds per hill (1.29 tonnes per hectare). Keywords : plant distance, number of seed per hill, upland rice, inpago 6 ABSTRAK Percobaan dilaksanakan di Desa Situjaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, dari bulan Juli sampai bulan Desember Ketinggian tempat kurang lebih 715 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah Andosol, dengan tipe curah hujan C yang bersifat agak basah menurut Schmidt dan Ferguson (Hanafi, 1990). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan jarak tanam dengan jumlah benih per lubang tanam yang memberikan hasil optimal pada padi gogo kultivar Inpago 6. Metode yang digunakan

2 adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Perlakuan terdiri dari 2 faktor, yaitu jarak tanam (T) sebagai petak utama yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: t 1 (20 cm 20 cm), t 2 (25 cm 25 cm), t 3 (30 cm 30 cm), dan jumlah benih (B) sebagai anak petak yang terdiri dari lima taraf, yaitu: b 1 (1 butir/lubang), b 2 (2 butir/lubang), b 3 (3 butir/lubang), b 4 (4 butir/lubang), b 5 (5 butir/lubang). Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, bobot gabah kering panen (GKP) dan bobot kering giling (GKG) per plot dan per hektar. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terjadi interaksi antara jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam terhadap semua parameter yang diamati, tetapi secara mandiri kedua perlakuan memberikan pengaruh yang nyata. Jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah malai per rumpun, sedangkan jumlah benih per lubang tanam berpengaruh terhadap jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah malai per rumpun, gabah kering panen, dan gabah kering giling. Jumlah benih per lubang tanam yang memberikan pengaruh terbaik adalah jumlah benih 4 butir per lubang tanam (1,29 ton per hektar). Kata kunci : jarak tanam, jumlah benih per lubang tanam, padi gogo, inpago 6 I. PENDAHULUAN Padi merupakan tanaman pangan yang paling penting di Indonesia, hal ini dikarenakan hampir seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan sumber karbohidrat dari beras. Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia sebesar hampir 2% per tahun (BPS, 2013a) dan adanya perubahan pola konsumsi dari non-beras ke beras, maka akan bertambah pula kebutuhan masyarakat akan beras. Di sisi lain kebutuhan beras per kapita per tahun semakin meningkat, seperti pada tahun 2007 kebutuhan beras per kapita per tahun hanya 90 kg dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 139 kg per kapita per tahun (BPS, 2012c). Pemerintah telah melakukan berbagai program untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras, salah satunya dengan mengimpor beras dengan pajak yang rendah, tapi pilihan ini memiliki resiko yang sangat besar bagi negara, karena masyarakat atau negara menjadi tidak mandiri dan akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional. Pilihan lainnya adalah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman pangan khususnya tanaman padi. Tapi pilihan ini memiliki kendala yaitu jumlah alih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian. Pemerintah juga telah mengusahakan pembukaan lahan sawah tapi penyusutan lahan sawah sulit dihindari dan setiap tahunnya terus meningkat. Selain itu, pembukaan lahan sawah baru tidak disertai dengan adanya fasilitas pengairan, padahal lahan sawah yang beralih fungsi merupakan sawah intensif yang dilengkapi pengairan semiteknis maupun teknis. Sehingga pemerintah lebih baik melakukan ekstensifikasi padi lahan kering. Produksi nasional beras Indonesia pada tahun 2012 sebesar 68,9 juta ton, dengan nilai sumbangan dari padi gogo sebesar 5,53 %. Luas lahan kering di Indonesia cukup luas yaitu sebesar 148 juta ha (BPS, 2013b). Lahan kering di Indonesia yang ditanami padi gogo yaitu

3 5 juta ha dengan produktivitas 3,33 t/ha (BPS, 2012b), sehingga masih banyak lahan yang berpotensi untuk ditanami padi gogo. Banyaknya kendala membuat petani di lahan kering lebih tertarik menanam jenis kacang-kacangan atau umbi-umbian. Selain masalah penyakit, dari segi budidaya pun belum banyak literatur yang menjelaskan tentang padi gogo. Saat ini sudah banyak varietas padi gogo yang memiliki potensi hasil yang tinggi bahkan sampai 8 t/ha (Kompas, 2012), bila dari segi budidaya belum atau tidak mendapatkan perhatian maka potensi hasil yang tinggi belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Kendala teknis swasembada beras berkaitan dengan teknologi budidaya padi yang lebih menekankan pada budidaya padi sawah, sedangkan untuk padi ladang (gogo) belum ditekuni secara benar. Sebagai indikator, padi sawah telah ditangani sejak tahun enam puluhan (dengan sistem BIMAS) dan dilanjutkan sistem SUPRA INSUS, sementara penanganan padi gogo belum dilakukan dengan rekayasa teknologi semaju itu. Kendala nonteknis swasembada beras berkaitan dengan semakin berkurangnya lahan sawah karena dikonversi menjadi tempat-tempat pemukiman atau tanaman perkebunan dan selama ini penelitian dan pengembangan varietas padi yang lebih berorietasi pada padi sawah di lain pihak lahan kering masih memberi peluang untuk mengembangkan padi gogo (Saleh dkk, 2009) Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut. Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis tanah. Sedangkan persyaratan utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo. Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan. Salah satu upaya meningkatkan produksi padi adalah dengan mengatur jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam. Para petani padi gogo menanam benih dengan cara tugal, hal ini menyebabkan tidak teraturnya jarak tanam satu dengan jarak tanam yang lain. Jarak tanam dengan cara tugal menyebabkan ukurannya tidak sama, maka akan berpengaruh terhadap tanaman, tanaman dengan jarak tanam yang luas menyebabkan luasnya jangkauan akar sehingga mudah untuk mendapatkan unsur hara dan berkembang. Di sisi lain tanaman yang mendapatkan jarak tanam yang sempit menyebabkan tanaman lebih mudah rebah, hal ini disebabkan unsur hara yang sedikit digunakan untuk kepentingan tumbuh sehingga tanaman tinggi tapi batangnya lebih lemah (Vergara, 1990).

4 Penentuan jarak tanam dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah dan varietas padi yang digunakan, sehingga perbedaan jarak tanam antar satu varietas dengan varietas yang lain akan berbeda, begitu pula dengan tingkat kesuburan tanah. Jarak tanam yang seragam membuat tanaman memilliki kesempatam yang sama untuk mendapatkan unsur hara, cahaya matahari maupun air, selain itu penggunaan jarak tanam yang tepat dapat mengurangi persaingan sehingga tanaman tetap dapat berproduksi dengan maksimal. Sehingga cara tanam dengan ditugal ini harus diimbangi dengan pemakaian jarak tanam yang lebih konsisten. Selain jarak tanam, hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah benih per lubang tanam. Jumlah benih per lubang tanam dapat mempengaruhi jumlah anakan yang dapat dihasilkan per rumpun, kompetisi antar tanaman dalam rumpun, dan kebutuhan benih per hektar lahan, sehingga bila diketahui jumlah benih yang optimal yang dapat digunakan maka dapat menekan pengeluaran biaya petani. Seperti pada System of Rice Intensification (SRI) bibit yang digunakan per lubang tanam hanya 1 bibit, hal ini dapat menekan penggunaan benih sampai 70%. Terkait dengan penjelasan tersebut di atas, maka perlu adanya penelitian mengenai jarak tanam dan jumlah benih per lubang pada budidaya padi gogo. II. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2013, di Desa Situjaya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut dengan ketinggian tempat 715 m dpl dan jenis tanah Andosol. Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu: benih padi gogo kultivar Inpago 6 (deskripsi dapat dilihat pada Lampiran 1), pupuk organik, Urea, SP 36, KCl, Insektisida, fungisida. Alat yang akan digunakan pada penelitian yaitu: cangkul, kored, tugal, mistar, meteran, tali rapia, timbangan, knapsack sprayer, selang, dan pompa air. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (Spit Plot Design), dengan dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah jarak tanam (T) terdiri tiga taraf, yaitu: 20 cm 20 cm (t 1 ), 25 cm 25 cm (t 2 ), 30 cm 30 cm (t 3 ). Faktor kedua sebagai anak petak adalah jumlah benih per lubang (B) terdiri lima taraf, yaitu: 1 butir/lubang (b 1 ), 2 butir/lubang (b 2 ), 3 butir/lubang (b 3 ), 4 butir/lubang (b 4 ), 5 butir/lubang (b 5 ). Dengan demikian terdapat 15 kombinasi perlakuan Pelaksanaan percobaan terdiri dari persiapan lahan dan pembuatan petak percobaan, penanaman benih, pemupukan, pengairan, pengendalian OPT, dan pemanenan.

5 III. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Anakan per Rumpun Hasil analisis statistik (Lampiran 9) menunjukan tidak terjadi interaksi antara jarak tanam dengan jumlah benih perlubang tanam terhadap jumlah anakan per rumpun pada umur 42 hari setelah tanam. Tabel 4. Pengaruh jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam terhadap jumlah anakan pada umur 42 hari setelah tanam. Perlakuan Jumlah anakan (Anakan) Jarak Tanam: 20 cm 20 cm 10,27 a 25 cm 25 cm 8,67 a 30 cm 30 cm 10,87 a Jumlah Benih: 1 butir/lubang 5,11 a 2 butir/lubang 7,44 b 3 butir/lubang 10,22 c 4 butir/lubang 11,78 c 5 butir/lubang 15,11 d Keterangan : Rerata angka yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) pada masing-masing perlakuan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5 %. Secara mandiri perlakuan jumlah benih per lubang memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun pada umur 42 hari setelah tanam, sedangkan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun pada umur 42 hari setelah tanam. Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil jumlah anakan terbanyak diperlihatkan pada jumlah benih 5 butir per lubang tanam yaitu sebanyak 15,11 anakan. Perlakuan 5 benih perlubang tanam berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan 1, 2, 3, dan 4 benih perlubang tanam. Semakin banyak jumlah benih yang ditanam cenderung menghasilkan jumlah anakan per rumpun yang lebih banyak. Hal ini karena jumlah benih yang ditanam lebih banyak, sehingga jumlah anakannya lebih banyak, tetapi dilihat dari kemampuan mengahasilkan anakan per tunas, perlakuan jumlah benih satu butir per lubang lebih baik. Pada jumlah benih satu butir per lubang tanam kesempatan mendapatkan unsur hara, cahaya, dan air lebih maksimal. Seperti halnya yang dikemukakan Sutiyoso (1999) bahwa tanaman yang laju fotosintesisnya cukup, maka akan memiliki perakaran yang berkembang dengan baik, jumlah anakan yang banyak, serta akhirnya dapat berpengaruh terhadap pembentukan malai yang lebih banyak.

6 Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun hal ini dikarenakan tanaman masih muda dan perakaran tanaman yang masih dangkal sehingga kompetisi antar rumpun untuk memperoleh air dan unsur hara tidak terjadi Tinggi Tanaman Hasil analisis statistik (Lampiran 10) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara jarak tanam dengan jumlah benih per lubang tanam terhadap tinggi tanaman pada umur 42 hari setelah tanam. Secara mandiri perlakuan jumlah bibit per lubang tanam menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 42 hari setelah tanam, sedangkan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman. Tabel 5. Pengaruh jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam terhadap tinggi tanaman pada umur 42 hari setelah tanam. Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jarak Tanam: 20 cm 20 cm 45,53 a 25 cm 25 cm 46,93 a 30 cm 30 cm 47,47 a Jumlah Benih: 1 butir/lubang 39,78 a 2 butir/lubang 42,22 ab 3 butir/lubang 45,33 bc 4 butir/lubang 46,78 bc 5 butir/lubang 49,11 c Keterangan : Rerata angka yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) pada masing-masing perlakuan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5 %. Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat adanya pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman pada umur 42 hari setelah tanam. Tinggi tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan jumlah benih 5 butir per lubang tanam yaitu 49,11 cm. Perlakuan ini secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan jumlah benih 4 dan 3 butir per lubang tanam, tetapi perlakuan ini berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan jumlah benih 2 dan 1 butir per lubang tanam. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah benih per lubang tanam semakin tinggi populasi per rumpun yang mengakibatkan etiolasi. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang mengalami kekurangan sinar matahari. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Salisbury dan Rose, (1995) yang menyatakan bibit yang menghadap ke arah sinar matahari dapat menaungi bibit yang berada di sampingnya sehingga dapat mempengaruhi terhadap laju fotosintesis. Peningkatan jumlah benih per lubang tanam akan diikuti peningkatan tinggi tanaman. Peningkatan jumlah benih per lubang tanam sangat erat kaitannya dengan peningkatan populasi, yaitu dengan benih yang semakin meningkat maka

7 kerapatan semakin tinggi, akibatnya tinggi tanaman juga semakin tinggi, karena penurunan efek cahaya pada ruas batang dapat meningkatkan tinggi tanaman. Rendahnya cahaya matahari yang mengenai batang tanaman akan merangsang aktivitas auksin untuk memacu perkembangan sel dan meningkatnya perkembangan sel pada ruas batang dapat meningkatkan tinggi tanaman. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman per rumpun hal ini dikarenakan tanaman masih muda dan perakaran tanaman yang masih dangkal sehingga kompetisi antar rumpun untuk memperoleh air dan unsur hara tidak terjadi Jumlah Malai per Rumpun Hasil analisis statistik (Lampiran 11) menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara jarak tanam dengan perlakuan jumlah benih per lubang tanam terhadap jumlah malai per rumpun. Tabel 6. Pengaruh jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam terhadap malai per rumpun Perlakuan Jumlah Malai per Rumpun (Malai) Jarak Tanam: 20 cm 20 cm 13,94 a 25 cm 25 cm 14,78 a 30 cm 30 cm 18,78 b Jumlah Benih: 1 butir/lubang 13,67 a 2 butir/lubang 13,94 a 3 butir/lubang 16,14 ab 4 butir/lubang 17,75 b 5 butir/lubang 17,64 b Keterangan : Rerata angka yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) pada masing-masing perlakuan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5 %. Pada Tabel 6 dapat terlihat adanya pengaruh yang nyata pada jarak tanam terhadap jumlah malai per rumpun. Jumlah malai per rumpun berkaitan erat dengan jumlah tunas per rumpun, dimana semakin banyak jumlah tunas per rumpun maka semakin banyak jumlah malainya, dan begitu juga sebaliknya semakin sedikit jumlah tunas per rumpun maka semakin sedikit jumlah malainya. Hal ini diduga karena setiap tunas yang terbentuk dapat menghasilkan malai. Dengan kata lain, hampir semua tunas yang terbentuk adalah tunas produktif sehingga membentuk malai. Jumlah malai per rumpun terbanyak diperoleh dari jarak tanam 30 cm 30 cm yaitu 18,78 malai dan berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm 25 cm dan 20 cm x 20 cm yang hanya mampu menghasilkan 14,78 dan 13,94 malai. Tanaman dengan jarak tanam yang lebar menyebabkan luasnya jangkauan akar sehingga

8 mudah untuk mendapatkan unsur hara dan berkembang. Di sisi lain tanaman yang mendapatkan jarak tanam yang sempit menyebabkan tanaman lebih mudah rebah, hal ini disebabkan unsur hara yang sedikit digunakan untuk kepentingan tumbuh sehingga tanaman tinggi tapi batangnya lebih lemah (Vergara, 1990). Pada Tabel 6 di atas juga terlihat adanya pengaruh yang nyata jumlah benih per lubang tanam terhadap jumlah malai per rumpun. Hasil terbanyak diperoleh jumlah benih 4 butir per lubang tanam sebanyak 17,75 malai, tetapi tidak berbeda nyata dengan jumlah benih 5 butir dan 3 butir per lubang tanam. Peningkatan jumlah benih per lubang tanam meningkatkan jumlah malai per rumpun sampai batas tertentu, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6, pemberian jumlah benih sampai 4 butir per lubang meningkatkan jumlah malai per rumpun, tetapi pada pemberian jumlah benih 5 butir per lubang tanaam terjadi penurunan jumlah malai per rumpun. Hal ini dikarenakan pada penambahan jumlah benih per lubang tanam sampai 4 butir per lubang tanam faktor lingkungan seperti unsur hara, air, dan cahaya masih didapatkan secara merata, belum adanya kompetisi dan masih dapat mendukung pertumbuhan dan hasil Jumlah Gabah per Malai Hasil analisis statistik (Lampiran 12) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam terhadap jumlah gabah per malai (Tabel 7). Tabel 7. Pengaruh jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam terhadap jumlah gabah per malai Perlakuan Jumlah Gabah per Malai (Bulir) Jarak Tanam: 20 cm 20 cm 109,87 a 25 cm 25 cm 113,13 a 30 cm 30 cm 110,08 a Jumlah Benih: 1 butir/lubang 122,83 a 2 butir/lubang 110,78 a 3 butir/lubang 90,92 a 4 butir/lubang 120,94 a 5 butir/lubang 109,67 a Keterangan : Rerata angka yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) pada masing-masing perlakuan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5 %. Secara mandiri perlakuan jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah per malai. Hal ini diperkirakan bahwa populasi pada semua perlakuan jarak tanam dan jumlah benih sudah optimal sehingga tingkat persaingan dalam hal pengambilan bahan-bahan untuk proses fotosintesis relatif seragam.

9 Karena kemampuan untuk melakukan fotosintesis pada setiap perlakuan relatif sama, maka tanaman padi gogo pada setiap perlakuan mempunyai jumlah malai per rumpun yang relatif sama. Seperti halnya yang dikemukakan Sutiyoso (1999) bahwa tanaman yang laju fotosintesisnya cukup, maka akan memiliki perakaran yang berkembang dengan baik, jumlah anakan yang banyak, serta akhirnya dapat berpengaruh terhadap pembentukan malai yang lebih banyak Hasil Gabah Kering Panen Hasil analisis statistik (Lampiran 13) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan perlakuan jumlah benih per lubang tanam terhadap hasil bobot gabah kering panen. Secara mandiri perlakuan jarak tanam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil bobot gabah kering panen, tetapi perlakuan jumlah benih per lubang tanam menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil bobot gabah kering panen seperti yang terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam terhadap hasil gabah kering panen per m 2 Perlakuan Gabah Kering Panen per m 2 (Kg) Jarak Tanam: 20 cm 20 cm 0,20 a 25 cm 25 cm 0,20 a 30 cm 30 cm 0,20 a Jumlah Benih: 1 butir/lubang 0,16 a 2 butir/lubang 0,18 a 3 butir/lubang 0,20 ab 4 butir/lubang 0,23 b 5 butir/lubang 0,22 b Keterangan : Rerata angka yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) pada masing-masing perlakuan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5 %. Pada Tabel 8 di atas terlihat bahwa perlakuan jarak tanam 20 cm 20 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm 25 cm maupun 30 cm 30 cm dalam menghasilkan gabah kering panen. Hal ini dikarenakan jarak tanam yang digunakan terlalu lebar bila digunakan pada musim kemarau. Penanaman pada musim kemarau dianjurkan menggunakan jarak tanam yang lebih sempit dibandingkan musim hujan (Sumartono, 1992). Pengunaan jarak tanam yang lebih sempit pada musim kemarau dikarenakan banyaknya sinar matahari dan susunan daun untuk menerima cahaya lebih baik pada musim kemarau, sehingga bahaya naungan dapat dihindarkan (Vergara, 1990).

10 Sementara pada jumlah benih per lubang tanam hasil terberat didapat perlakuan 4 butir/lubang dengan hasil 0,23 kg tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 butir dan 3 butir per lubang. Pada perlakuan jumlah benih 1 butir per lubang tanam menghasilkan bobot gabah kering panen lebih rendah dibandingkan jumlah benih 3, 4 atau 5 butir per lubang tanam, sedangkan perlakuan jumlah benih 3, 4 dan 5 butir per lubang tanam tidak menunjukan perbedaan terhadap bobot gabah kering panen. Hal ini berarti jumlah benih 3 butir per lubang tanam sudah optimal untuk menghasilkan jumlah hasil bobot panen, apabila ditanam jumlah benih 1 butir per lubang tanam diperkirakan penyerapan terhadap unsur hara yang diberikan tidak maksimal dan jumlah benih 5 butir per lubang terlalu banyak sehingga dengan penggunaan jumlah benih 4 butir per lubang dapat menghemat penggunaaan benih. Selain itu hasil gabah kering panen selaras dengan jumlah malai per rumpun yang dihasilkan (Tabel 6), dimana semakin banyak jumlah tunas per rumpun maka semakin banyak jumlah malainya, karena setiap tunas yang terbentuk adalah tunas produktif yang dapat menghasilkan malai Gabah Kering Giling Hasil analisis statistik (Lampiran 14) menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan perlakuan jumlah benih per lubang tanam terhadap bobot gabah kering giling. Secara mandiri perlakuan jarak tanam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot gabah kering panen, tetapi pada perlakuan jumlah benih per lubang tanam menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot gabah kering giling seperti yang terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam terhadap hasil gabah kering giling dan konversi ke hektar Gabah Kering Giling per m 2 (Kg) per Hektar (Ton) Jarak Tanam: 20 cm 20 cm 0,140 a 1,12 25 cm 25 cm 0,140 a 1,12 30 cm 30 cm 0,140 a 1,12 Jumlah Benih: 1 butir/lubang 0,121 a 0,96 2 butir/lubang 0,133 b 1,07 3 butir/lubang 0,144 c 1,15 4 butir/lubang 0,161 d 1,29 5 butir/lubang 0,141 c 1,13 Keterangan : Rerata angka yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) pada masing-masing perlakuan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5 %.

11 Pada Tabel 9 di atas terlihat bahwa perlakuan jarak tanam 20 cm 20 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm 25 cm maupun dengan 30 cm 30 cm dalam menghasilkan gabah kering giling. Hal ini dikarenakan hasil gabah kering giling berkaitan erat dengan gabah kering panen dan jumlah malai per rumpun yang dihasilkan. Pada perlakuan jumlah benih per lubang tanam hasil terberat didapat dari perlakuan 4 butir per lubang tanam (Tabel 9), tapi tidak berbeda nyata secara statistik dengan 3 butir per lubang tanam (Lampiran 14). Hasil terbanyak diperoleh jumlah benih 4 butir per lubang tanam sebesar 0,161 kg pe m 2 setara dengan 1,29 ton per hektar, tetapi tidak berbeda nyata dengan jumlah benih 3 butir per lubang tanam. Hal ini didukung oleh pertumbuhan vegetatif yang optimal. Produksi tanaman biasanya dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatifnya. Jika pertumbuhan vegetatifnya baik, dalam hal ini jumlah anakan, maka ada kemungkinan produksinya akan baik pula. Fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman, selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan juga disimpan oleh tanaman sebagai cadangan makanan. Fotosintat yang terdapat dalam daun diangkut keseluruh tubuh tanaman, yaitu bagian-bagian meristem di titik tumbuh dan ke buah yang sedang dalam masa perkembangan. Jika fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman dapat berlangsung dengan optimal, maka fotosintat yang dihasilkan akan optimal juga, yang akhirnya akan berpengaruh pada jumlah bulir padi yang dihasilkan. IV. SIMPULAN DAN SARAN 5.2. Simpulan Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terjadi interaksi antara jarak tanam dan jumlah bibit per lubang tanam pada semua parameter yang diamati. Jarak tanam memberikan pengaruh terhadap jummlah malai per rumpun. Sedangkan jumlah benih per lubang tanam memberikan pengaruh terhadap jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah malai per rumpun, gabah kering panen, dan gabah kering giling. 2. Hasil tertinggi diperoleh dari jumlah benih 4 butir per lubang tanam sebesar 0,161 kg/m 2 setara dengan 1,29 ton/ha. 5.1 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi gogo dapat menggunakan jumlah benih 4 butir /lubang. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut pada musim yang berbeda.

12 V. DAFTAR PUSTAKA. 2012b. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Padi Seluruh Indonesia tahun Diakses tanggal 24 April c. Konsumsi Rata-rata per Kapita Per Tahun Beberapa Komoditi Makanan di Indonesia tahun Diakses tanggal 03 mei Kompas Lipi Kembangkan padi Gogo Tahan Kering dan Enak. Diakses tanggal 24 April Saleh, M. S., F. Pasaru dan M. Yunus, Eksplorasi Padi Gogo Lokal Di Kabupaten Banggai. Media Litbang Sulteng 2 (1) : Oktober 2009, Palu. Salisbury, F. B. dan Cleon. W Rose terjemahan Diah, R Lukman dan Sumaryono Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB. Bandung Sumartono Padi Sawah, CV. Bumi Restu. Jakarta. Sutiyoso, Y. (1999). Pedoman Menanam Anggrek. P.D. Putra Kencana. Jakarta Vergara B.S Bercocok Tanam Padi. Proyek Prasarana Fisik Bappenas. Jakarta.

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) 35 PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) EFFECTS OF AGE DIFFERENCES OF SEEDS ON GROWTH AND PRODUCTION OF PADDY RICE (Oryza sativa L) Vikson J. Porong *) *)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.) Kelompok 2: Wahyu Puspasari (121510501006) Tatik Winarsih (121510501009) Devi Anggun C (121510501010) Jeni Widya R (121510501018) Devy Cristiana (121510501020) Aulya Arta E (121510501021) KAJIAN POLA TANAM

Lebih terperinci

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) METODE SRI SKRIPSI OLEH : ADIFA OLAN I. SIMATUPANG 040301004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO 921. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO Agus Hariadi Pinem

Lebih terperinci

INDEKS LUAS DAUN BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT TANAMAN PADI (Oriza sativa. L) DALAM OPTIMALISASI JUMLAH ANAKAN

INDEKS LUAS DAUN BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT TANAMAN PADI (Oriza sativa. L) DALAM OPTIMALISASI JUMLAH ANAKAN INDEKS LUAS DAUN BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT TANAMAN PADI (Oriza sativa. L) DALAM OPTIMALISASI JUMLAH ANAKAN Praptiningsih Gamawati Adinurani 1), Sri Rahayu 2) & Teguh Santoso 3) 1,2,3 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 11 No 3 Sept 2013 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 11 No 3 Sept 2013 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK PHONSKA DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) VARIETAS IR 64 Oleh: Supriyono ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS BATANG PIAMAN DENGAN METODE SRI DI PADANG MARPOYAN PEKANBARU Zuhdi Rahimi, Elza Zuhry dan Nurbaiti (Fakultas

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN : 2338-3976 PENGARUH PUPUK N, P, K, AZOLLA (Azolla pinnata) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa) THE

Lebih terperinci

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS A. Setiawan, J. Moenandir dan A. Nugroho Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang 65145 ABSTRACT Experiments to

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP TINGGI TA NAMAN DAN BERAT SEGAR PER RUMPUN RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. mott)

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP TINGGI TA NAMAN DAN BERAT SEGAR PER RUMPUN RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. mott) PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP TINGGI TA NAMAN DAN BERAT SEGAR PER RUMPUN RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. mott) The Effect Row Spacing to Plant High and Fresh Weight per Clump of Dwarf Nafier

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN JUMLAH ANAKAN PRODUKTIF TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM DAN JARAK TANAM BERBEDA

RESPON PERTUMBUHAN DAN JUMLAH ANAKAN PRODUKTIF TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM DAN JARAK TANAM BERBEDA RESPON PERTUMBUHAN DAN JUMLAH ANAKAN PRODUKTIF TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM DAN JARAK TANAM BERBEDA M. Rafli Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONSE OF PLANTING DISTANCE AND GRANUL ORGANIC FERTILIZER DOSAGE DIFFERENT ON GROWTH

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia, karena sebagian besar dari penduduk Indonesia mengkomsumsi beras sebagai bahan

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh aksesi dan tingkat populasi gulma E. crus-galli

Lebih terperinci

Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Inpari 30 Pada Sistem Tanam Berbeda dan Pemberian Macam Dosis Pupuk Anorganik

Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Inpari 30 Pada Sistem Tanam Berbeda dan Pemberian Macam Dosis Pupuk Anorganik Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Inpari 30 Pada Sistem Tanam Berbeda dan Pemberian Macam Dosis Pupuk Anorganik Dadan Ramdani Nugraha, Acep Atma Wijaya Dosen Program

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor pertanian pula berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA JARAK TANAM YANG BERBEDA SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG 080307024 PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI PADI (Orhyza Sativa L) DENGAN PENGATURAN MODEL TANAM JAJAR LEGOWO

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI PADI (Orhyza Sativa L) DENGAN PENGATURAN MODEL TANAM JAJAR LEGOWO 131 Buana Sains Vol 10 No 2: 131-138, 2010 UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI PADI (Orhyza Sativa L) DENGAN PENGATURAN MODEL TANAM JAJAR LEGOWO Fauzia Hulopi dan Sutoyo PS. Agroteknologi, Fakultas IPSA, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI Effects of Various Weight of Shallot Bulb Derived from First Generation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH 1 PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI OLEH : STEPHANIE C.C. TAMBUNAN

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oriza sativa) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/ disubtitusi oleh makanan lainnya,

Lebih terperinci

Pengaruh Jumlah Bibit dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Pengaruh Jumlah Bibit dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Pengaruh Jumlah Bibit dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) IVAN MATHEUS NAINGGOLAN GEDE WIJANA *) I GUSTI NGURAH SANTOSA Konsentrasi Agronomi dan Hortikultura

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN APLIKASI TINGGI MUKA AIR TANAH PADA TANAH INSEPTISOL

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN APLIKASI TINGGI MUKA AIR TANAH PADA TANAH INSEPTISOL PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN APLIKASI TINGGI MUKA AIR TANAH PADA TANAH INSEPTISOL Vema Rohmawati Khasanah, Nurbaiti, Elza Zuhry. (Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA ALLEN WIJAYA 070301024 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13 52 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN: 2338-3976 SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13 CROPPING SYSTEM AND SEEDLING AGE ON PADDY (Oryza

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Zulfikar Mahmud (1), Moh. Ikbal Bahua (2) dan Fauzan Zakaria (3) Jurusan Agroteknologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH IRIGASI DENGAN MENERAPKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KABUPATEN KLATEN PERFORMANCE OF SOME

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI 19 RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI Oleh: KHAIRUNNISA 100301046 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK Growth and yield of shallot on Different Soil Tillage and Giving NPK fertilizer Romayarni Saragih 1*,

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA SECARA MANUAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI

PENGARUH FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA SECARA MANUAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI PENGARUH FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA SECARA MANUAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI THE EFFECT OF FREQUENCY BY MANUALLY WEEDS CONTROL FOR GROWTH AND THE

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI Marzuki, Murniati dan Ardian (Fakultas Pertanian Universitas Riau) Hp: 085355933004,

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA GROWTH AND YIELD OF SPRING ONION (Allium fistulosum L.) LINDA VARIETY DUE TO CHICKEN

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 49-57 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM Yosefina Mangera

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DENGAN KOMBINASI DOSIS PUPUK PHONSKA DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13 Rizan Harun 1), Nelson Pomalingo 2), Fauzan

Lebih terperinci

Ahmad Faishol Habibie. 1) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2) Dr. Ir. Agus Suryanto, MS. 3)

Ahmad Faishol Habibie. 1) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2) Dr. Ir. Agus Suryanto, MS. 3) KAJIAN PENGATURAN JARAK TANAM DAN IRIGASI BERSELANG (Intermittent irrigation) PADA METODE SRI (System Of Rice Intensification) TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG STUDY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan pangan utama yang dikonsumsi oleh hampir setengah penduduk dunia. Kebutuhan pangan akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk, namun

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI (System of Rice Intensification) DAN LEGOWO TERHADAP IKLIM MIKRO DAN PRODUKTIVITAS PADI KETAN (Studi Kasus di Subak Sigaran) I Putu Sanjaya (1), I Wayan Tika (2), Sumiyati

Lebih terperinci

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi KAJIAN APLIKASI KOMPOS AZOLLA DAN PUPUK ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L) Gatot Kustiono 1), Indarwati 2), Jajuk Herawati 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Mojosari,Mojokerto

Lebih terperinci

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Response of growth and result sorghum in spacing and weeding time Wika Simanjutak, Edison Purba*, T Irmansyah

Lebih terperinci

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK AZOLLA DAN PUPUK N PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13 THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13 Gita

Lebih terperinci

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN Sumarni T., S. Fajriani, dan O. W. Effendi Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaJalan Veteran Malang Email: sifa_03@yahoo.com

Lebih terperinci

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli ABSTRAK Tiap varietas padi memiliki pertumbuhan dan produksi serta kemampuan kompetisi yang berbeda terhadap gulma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia, Afrika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap

Lebih terperinci

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO ISBN : 978-602-1276-01-3 SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG The Effect of Straw Mulching to The Growth and Yield of Mung Bean (Vigna radiata

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK ISSN 1410-1939 PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK [THE ROLE OF TABLET UREA AND VARIETY IN INCREASING RICE PRODUCTION IN SWAMPY AREA] Waluyo 1, Juliardi

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KROKOT LANDA (Talinum triangulare Willd.)

PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KROKOT LANDA (Talinum triangulare Willd.) PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KROKOT LANDA (Talinum triangulare Willd.) EFFECTS OF KINDS AND DOSAGE OF ANIMAL MANURE APPLICATIONS ON THE GROWTH AND YIELD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Buana Sains Vol 6 No 2: 165-170, 2006 165 PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Fauzia Hulopi PS Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN Agritrop, Desember 2017 Agritrop, ISSN 1693-2877 Vol. 15 (2): 237-241 EISSN 2502-0455 Volume 15 (2) 237 http://jurnal.unmuhjember.ac.id/ index.php/agritrop APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN,

Lebih terperinci

Achmad Sauki *), Agung Nugroho dan Roedy Soelistyono

Achmad Sauki *), Agung Nugroho dan Roedy Soelistyono PENGARUH JARAK TANAM DAN WAKTU PENGGENANGAN PADA METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) THE EFFECT OF PLANT DENSITIES AND TIME IN SRI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA (Role The Number of Seeds/Pod to Yield Potential of F6 Phenotype Soybean

Lebih terperinci

JUDUL PENELITIAN 2: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS LOKAL PADI SAWAH YANG DITANAM DENGAN METODE SRI DI DESA PADANG MUTUNG KABUPATEN KAMPAR

JUDUL PENELITIAN 2: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS LOKAL PADI SAWAH YANG DITANAM DENGAN METODE SRI DI DESA PADANG MUTUNG KABUPATEN KAMPAR JUDUL PENELITIAN 2: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS LOKAL PADI SAWAH YANG DITANAM DENGAN METODE SRI DI DESA PADANG MUTUNG KABUPATEN KAMPAR PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS LOKAL PADI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan

Lebih terperinci

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari The Effect of Peanut (Arachis hypogaea L.) and Corn (Zea mays

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA 100301019 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

RESPONS BERBAGAI JENIS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP METODE SRI (System of Rice Intensification) DI LAHAN DARAT. Suryaman Birnadi Abstract

RESPONS BERBAGAI JENIS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP METODE SRI (System of Rice Intensification) DI LAHAN DARAT. Suryaman Birnadi Abstract RESPONS BERBAGAI JENIS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP METODE SRI (System of Rice Intensification) DI LAHAN DARAT Suryaman Birnadi Abstract An experiment was conducted to study growth and yield

Lebih terperinci

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam Oleh: Nurlaili Abstract System of Rice Intensification

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci