KONSEP DAN KARAKTERISTIK MANAJEMEN KURIKULUM BAHASA ARAB Oleh : Mohammad Makinuddin. Kata Kunci: konsep, karakteristik, manajemen kurikulum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP DAN KARAKTERISTIK MANAJEMEN KURIKULUM BAHASA ARAB Oleh : Mohammad Makinuddin. Kata Kunci: konsep, karakteristik, manajemen kurikulum"

Transkripsi

1 KONSEP DAN KARAKTERISTIK MANAJEMEN KURIKULUM BAHASA ARAB Oleh : Mohammad Makinuddin Abstrak : Kurikulum memeiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran, maka perlu upaya-upaya kreatif dalam penyusunan dan implementasi dan pengembangannya untuk menuju keberhasilan kurikulum, keberhasilan kurikulum adalah pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan yang bersangkutan, pengelolaan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan atau sekolah perlu dikoordinasi oleh pihak pimpinan lembaga yang dikembangkan secara integral, pengelolaan berfungsi bila dikaitkan dengan organisasi, Lembaga Pendidikan merupakan sebuah organisasi, dan di dalam lembaga pendidikan ada kurikulum, maka kurikulum harus dikelola sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. Untuk mengelola kurikum bahasa Arab agar dapat diimplementasikan dan dikembangkan secara efektif dan efisien perlu mengenali konsep dan dan karakter pengelolaan, pengelolaan secara berkala mulai perencanaan sampai dengan evaluasi Kata Kunci: konsep, karakteristik, manajemen kurikulum PENDAHULUAN Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan adalah aspek kurikulum, kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam system pendidikan. Kurikulum merupakan suatu system program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang bermutu/berkualitas. Dan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan yang bersangkutan, pengelolaan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan atau sekolah perlu dikoordinasi oleh pihak pimpinan lembaga yang dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta disesuaikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan. 1 1 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta:PT. Rajagrafindo, 2009), 1 154

2 Manajemen berfungsi bila dikaitkan dengan organisasi, Lembaga Pendidikan merupakan sebuah organisasi, dan di dalam lembaga pendidikan ada kurikulum, maka kurikulum harus dimanaj, sebagaimana kita ketahui bahwa komponen pokok pendidikan adalah kurikulum, pendidik, peserta didik dan konteks. Dan kurikulum memiliki komponen; tujuan, bahan, isi, konten, strategi dan evaluasi. 2 Walaupun dianggap bahasa asing oleh bangsa Indonesia, bahasa Arab tidak asing ditelinga mereka, terutama umat Islam, sayangnya sebagian dari mereka masih beranggapan bahwa bahasa Arab hanyalah bahasa agama sehingga perkembangannya terbatas di lingkungan kaum muslimin yang memperdalam ilmu-ilmu agama. Hanya lingkungan kecil saja yang menyadari betapa bahasa Arab merupakan bahasa multidimensi yang digunakan oleh para cendekiawan dalam memproduksi karyakarya besar di berbagai bidang disiplin ilmu. Kalau saja mereka mau melihat sejarah masa lalu, saat spirit keilmuan di abad pertengahan memuncak, tentu akan mengetahui bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang pertama kali menjaga dan mengembangkan sains dan teknologi. Karena itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa bahasa Arab peletak dasar pertumbuhan ilmu pengetahuan modern yang berkembang cepat dewasa ini. 3 Dari uraian diatas kiranya perlu mengelola kurikulum bahasa Arab secara efektif, efisien, relevan, komprehensif dan bermakna sehingga bahasa Arab mampu menjadi alat komunikasi mayoritas penduduk dunia dan menjadi bahasa utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana bahasa Arab pernah alami. Maka, makalah sederhana ini mencoba membahas tentang konsep dan karakteristik manajemen bahasa Arab sebagai pintu masuk untuk melahirkan bahasan khusus dalam manajemen kurikulum bahasa Arab. melihat temanya, makalah ini pada prinsipnya terbagi atas dua pembahasan, pertama: membahas tentang konsep manajemen kurikulum yang meliputi pengertian manajemen kurikulum, ruang lingkup manajemen kurikulum, prinsip dan fungsi manajemen, kedua: membahas tentang karakteristik manajemen kurikulum bahasa Arab 2 Muhaimin, Materi perkuliahan Manajemen Kurikulum Bahasa Arab, disampaikan pada 31 Maret Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 1 155

3 PENGERTIAN MANAJEMEN KURIKULUM Sebelum mendiskrpsikan pengertian manajemen kurikulum kiranya perlu dipaparkan masing-masing pengertian manajemen dan kurikulum, dan penulis awali dengan diskripsi tentang pengertian kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara itu, Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by the school). 4 Selanjutnya Oemar Hamalik memberikan pengertian, Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan pleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi pelajar. Berdasarkan program pendidikan tersebut pelajar melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain dengan program kurikuler tersebut, lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi pelajar untuk berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan pelajar melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. 5 Berdasar rumusan diatas, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruangan kelas, melainkan semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada anak didik tercakup dalam kurikulum, baik itu yang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Setelah diskripsi tentang pengertian kurikulum, kiranya perlu mendiskripsikan pengertian manajemen. Dalam studi manajemen terdapat berbagai pandangan yang mencoba merumuskan definisi manajemen dengan titik tekan yang berbeda-beda. Salah satu rumusan operasional yang memungkinkan Dapat diajukan, bahwa "manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha 4 Rusman, Manajemen, 3 5 Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),

4 manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. 6 Fungsi-fungsi yang berurutan dalam proses manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, menyusun staf (staffing), mengarahkan dan mengontrol. 7 Bertitik tolak dari rumusan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, 1. Manajemen merupakan suatu proses social yang merupakan proses kerjasama antar dua atau lebih secra formal 2. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber, yakni sumber manusia, sumber material, sumber biaya, dan sumber informasi 3. Manajemen dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang efisien dan efektif, dari segi tenaga, dana waktu dan sebagainya 4. Manajemen mengacu ke pencapaian tujuan tertentu, yang telah ditentukan sebelumnya Jika ditilik lebih lanjut keempat karakteristik tersebut maka dapat dicari satu prinsip, bahwa faktor manusia merupakan kunci dari pada proses manajemen, yang melibatkan sumber-sumber yang digunakan, cara yang ditempuh, tujuan yang hendak dicapai dan kuncinya adalah faktor manusia itu sendiri. 8 Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkang sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikuum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri denga memprioritaskan kebutuhan dan ketercapian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. 9 6 Ibid., 16 7 Ibid., 33 8 Ibidd, Rusman, Manajemen, 3 157

5 Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah. 10 RUANG LINGKUP MANAJEMEN KURIKULUM Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari Kurikuum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu berada. 11 Dalam konteks makalah ini berarti yang dikehendaki dengan ruang lingkup manajemen kurikulum bahasa Arab adalah meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum bahasa Arab. Lahirnya Permenag Nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam (PAI) Dan Bahasa Arab Di Madrasah patut untuk diapresiasi dan direspon positif, karena dengan lahirnya Permenag tersebut Madrasah mempunyai pedoman untuk pengembangan kurikulum Bahasa Arab. Toh meskipun ada sedikit kekurangan yang perlu untuk diperbaiki untuk kemajuan kurikulum PAI dan bahasa Arab, misalnya pada bab VIII tentang standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar PAI dan bahasa Arab untuk Madrasah Aliyah, bahasa Arab bukan masuk kategori materi PAI sedangkan bab IX tentang (SK) dan (KD) PAI dan bahasa Arab untuk Madrasah Aliyah program Keagamaan, bahasa masuk 10 Ibid., 3 11 Ibid.,

6 kategori materi PAI. Juga ketiadaan rumusan bentuk kata dan struktur kalimat yang menyertai SK dan KD pada MA program bahasa terdapat plus-minus dalam pengembangan kurikulum bahasa Arab di program. Selanjutnya terkait dengan kurikulum bahasa Arab pada Perguruan Tinggi diserahkan pada Perguruan Tinggi masing-masing, mengingat Perguruan Tinggi diberikan otonomi untuk mengelolanya, PRINSIP DAN FUNGSI MANAJEMEN KURIKULUM BAHASA ARAB Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, dan prinsip manajemen kurikulum bahasa Arab juga sebagaimana prinsip manajemen kurikulum secara umum, maka manajemen kurikulum bahasa Arab memiliki lima prinsip tersebut, yaitu: 1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum. 2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum. 3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat. 4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat 5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum Ibid., 4 159

7 Selain prinsip-primsip tersebut juga perlu dipertimbangkan kebijakan pemerintah maupun Kementrian Pendidikan Nasional, seperti undang-undang sistim pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum pola nasional, kebijakan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebijakan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dalam konteks kurikulum Bahasa Arab haruslah mempertimbangkan juga kebijakan Kementrian Agama khususnya Permenag No. 2 tahun Dalam pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, penglaman belajar, maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum, dan fungsi manajemen bahasa Arab harus memiliki fungsi manajemen kurikulum secara umum yang diantaranya sebagai berikut: 1. Meningkatkan efisiensi pemanfatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif 2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan paada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum. 3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar. 4. meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktifitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar. 5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidak 160

8 sesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanyya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum. 6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah. 13 KARAKTERISTIK MANAJEMEN KURIKULUM BAHASA ARAB Perubahan sosial politik dan tatanan budaya di Indonesia akhrinya menuntut perubahan paradigma pendidikan nasional yang semula sentralisasi/peran pemerintah (govermental role) menjadi disentralisasi/peran masyarakat (community role). 14 Ini terwujud dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Salah satu sub yang didisentralisasi adalah kurikulum. sebagaimana dalam dalam pasal 36 ayat (1) menyatakan bahwa "pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional". 15 Paradigma baru pendidikan tersebut berpengaruh terhadap tatanan manajemen kurikulum, khususnya pada kegiatan implementasi kurikulum. begitu juga manajemen kurikulum bahasa Arab, Secara garis besar beberapa kegiatan berkenaan dengan karakteristik manajemen kurikulum dapat dikemukakan sebagaimana berikut: 1. Mengelola perencanaan kurikulum Pemerintah pusat perlu merumuskan dan menetapkan kurikulum standar bersifat nasional (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang berfungsi sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan/sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut pihak daerah maupun sekolah bertugas mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan daerah atau sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu 13 Ibid., 5 14 Ibid., Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,

9 perencanaan atau desain kurikulum baik berupa silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dikembangkan secara spesifik, efektif, efisien, relevan dan komprehensif. 16 Perencanaan tersebut tentu harus didukung oleh kesiapan daerah dan satuan pendidikan, sehingga standar tersebut bisa terrealasi, namun perlu diketahui bahwa standar yang yang ditentukan oleh pemerintah merupakan standar minimal, paling tidak satuan pendidikan mengembangkan standar tersebut sesuai dengan kebutuhan lokal, pemenuhan kebutuhan tersebut haruslah diawali dengan analisa kebutuhan, sehingga bisa diketahui tujuan perencanaan kurikulum. Selanjutnya tujuan tersebut dituangkan dalam indikator pencapaian. Hal ini selaras dengan bunyi Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (2) "Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik". 17 Dalam konteks manajemen kurikulum Bahasa Arab, pemerintahh telah menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) melalui Permenag No. 2 tahun 2008, namun satuan pendidikan haruslah mengembangkan SK & KD tersebut, satuan pendidikan dituntut untuk lebih cermat dalam mengelola perencanaan dan pengembangan kurikulum yang tertuang dalam silabus dan rencana pembelajaran, satuan pendidikan harus melakukan analisa kebutuhan dan menentukan tujuan, memang dalam Permenag telah tertuang tujuan pembelajaran bahasa Arab, namun itu masih sangat umum, dengan demikian kurikulum yang telah tersusun menjadi kurikulum yang bermakna dan tidak sia-sia, misalkan disebuah satuan pendidikan yang peserta didiknya membutuhkan kompetensi membaca untuk telaah teks-teks berbahasa Arab, maka satuan pendidikan tersebut harus menekankan pada penguasaan kompetensi membaca dengan tidak meninggalkan kompetensikompetensi kebahasaan yang lain. Perencanaan tersebut haruslah diawali oleh analisa kebutuhan (need assassment), apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dan lingkungan bisa dituangkan dalam kurikulum, sehingga pembelajaran yang akan dilaksanakan menjadi pembelajaran yang bermakna sesuai dengan kebutuhan peserta didik, misal peserta didik 16 Rusman, Manajemen, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,

10 membutuhkan materi untuk memahami al-qur an maka kurikulum bahasa Arab perlu memuat tentang materi- materi yang mendorong peserta didik pada penguasaan alat untuk memahami al-qur an. Perencanaan kurikulum bahasa Arab juga harus memperhatikan pendekatan pembelajaran bahasa Arab, menggunakan pendekatan strukturalis atau komunikatif, ini menjadi sangat penting karna pembelajaran bahasa Arab masih banyak didominasi pendekatan struturalis, pendekatan komunikatif kiranya perlu untuk lebih banyak digunakan mengingat fungsi dominan bahasa adalah sebagai alat komunikasi. 2. Mengelola implementasi kurikulum Implementasi kurikulum merupakan bentuk aktualisasi dari kurikulum yang telah direncanakan. Bentuk implementasi kurikulum adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru bersama siswa untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Muara keberhasilan kurikulum secara aktual akan ditentukan oleh implementasi kurikulum di lapangan. Sering terjadi implementasi atau pelaksanaan kurikulum (pembelajaran) tidak sesuai dengan perencanaan kurikulum, sehingga mengakibatkan ketidaktercapaian tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan. 18 Hal ini sejalan dengan pilar-pilar pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO seperti belajar berfikir (learning to think) belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together). 19 oleh karena itu implementasi kurikulum harus dikelola secara profesional, efektif dan efisien yang mengacu pada lima pilar pendidikan tersebut dan konsisten dengan perencanaan kurikulum yang telah dikembangkan, sehingga ranah kognitif, efektif dan psikomotor yang tertuang dalam indikator dapat terwujud melalui pelaksanaan kurikulum tersebut. Implementasi kurikulum sangat erat kaitannya dengan tenaga pendidik, maka tenaga pendidik tersebut harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk 18 Rusman, Manajemen, Qodri Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang:Aneka Ilmu, 2002),

11 mewujudkan tujuan pendidikan nasional, 20 sebagiamana dijelaskan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya tergantung pada kemampuan pendidik, pendidik mungkin mengalami kesulitan dalam prosedur pelaksanaannya, dan mungkin juga ada yang merasa mendapat hambatan berkenaan dengan dimensi tertentu pada kemampuan profesionalnya. Dalam situasi ini, maka pendidik membutuhkan bantuan, bimbingan, arahan, dorongan kerja, bahkan nasihat dan petunjuk yang berguna baginya dalam upaya pelaksanaan kurikulum, maka diperlukan semacam supervisi pelaksanaan kurikulum. 21 Kita tidak menutup mata tatakala KTSP diberlakukan masih kita dapati beberapa satuan pendidikan yang belum siap untuk melaksanakan baik terkendala pada sumber daya manusia atau yang lainnya, sebagian kecil dari satuan pendidikan ada yang beranggapan bahwa ia sudah untung bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kita masih banyak temukan kekurangan dalam pengelolaan implementasi kurikulum bahasa Arab di beberapa sekolah baik dasar maupun menengah, sebagian sekolah memiliki tenaga pengajar yang tidak kualified, ada juga yang hanya berdasar pada sebuah kitab dengan tidak dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga pelaksanaannya menjadi tidak bermakna, hanya untuk mengejar materi ajar dan untuk kepentingan ujian semata, ini kuranglah bagus karena pembelajaran yang seperti kurang bermakna, selesai ujian materi tersebut tidak lagi berguna. 3. Mengelola pelaksanaan evaluasi kurikulum Evaluasi kurikulum secara legal formal tertuang dalam pasal 57 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional sebagai dasar pelaksanaan evaluasi kurikulum, isi pasal 57 ayat (1) berbunyi "evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan", selanjutnya ayat (2) menyebutkan "Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan 20 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat (1) 21 Oemar, Manajemen,

12 program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan". 22 Kegiatan evaluasi harus dilakukan secara sistemik, sistematis dan komprehensif yang mengacu pada visi, misi dan tujuan kurikulum.pengendalian mutu (quality control) hasil pelaksanaan kurikulum dapat ditentukan oleh kegiatan evaluasi kurikulum maupun pembelajaran. Kegiatan merumuskan kisi-kisi, instrumen dan melaksanakan evaluasi kurikulum dan pembelajaran harus dikelola secara profesional. Salah satu pengaruh dari otonomi sekolah yang terkait dengan evaluasi pembelajaran diantaranya guru perlu merumuskan kisi-kisi, membuat instrumen dan melaksanakan evaluasi kurikulum serta pembelajaran, oleh karena itu, setiap guru harus memiliki kemampuan dalam melakukan evaluasi kurikulum daan pembelajaran secara tepat dan benar. 23 Pengelolaan evaluasi kurikulum bahasa Arab secara berkala, namun yang kita dapati masih banyak satuan pendidikan tidak melakukan pengelolaan evaluasi kurikulum bahasa Arab, sehingga tidak pernah mendapati kelemahan dan kekurangan kurikulum bahasa Arab yang selama ini dilaksanakan, ini sangat ironi di kala pembelajaran bahasa Arab selalu dinamis seiring dengan dinamisasi dunia pembelajaran dan kebahasa Araban. 4. Mengelola perumusan kriteria ketuntasan kurikulum Kriteria ketuntasan kurikulum harus dipahami betul oleh pengelola satuan pendidikan husunya pendidik sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganbil suatu keputusan yang keliru. Kegiatan ini harus mempertimbangkan kompleksitas, daya dukung dan intake yang dimiliki satuan pendidikan. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut perolehan hasil belajar ssecara tuntaas (mastery learning), oleh karena itu, penetapan kriteria ketuntasan perlu dilakukan secara tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Mengelola pengembangan bahan ajar, media pembelajaran dan sumber belajar Bahan yang dipelajari siswa sebaiknya tidak hanya berdasarkan pada buku teks pelajaran, melainkan perlu menggunakan dan mengembangkan berbagai bahan ajar 22 Rusman, Manajemen, Ibid.,

13 melalui media dan sumber belajar yang sesuai dengan topik bahasan. Demikian pula, keterlibatan masyarakat sekelilingnya (community based experiental learning) harus mulai dikembangkan secara strategis supaya menghasilkan kemampuan siswa yang terintegrasi dengan lingkungan. 24 Bahan ajar yang digunakan juga harus memperhatikan tujuan pembelajaran, sehingga pendekatan dalam pembelajarannya dapat relevan dengan tujuan, apabila tujuan pembelajarannya diperuntukkan agar siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab, maka bahan ajar diupayakan memuat materi yang mendukungnya, begitu juga jika pembelajarannya diperuntukkan agar siswa mengenal struktur-struktur bahasa Arab, maka bahan ajarnya memuat materi yang mendukungnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat tentunya merupakan tantangan sekaligus peluang bagi para pendidik dan peserta didik dalam memanfaatkan (by utilization) dan mengembangkan (by design) ICT sebagai mediapembelajaran dan sumber belajar yang efektif dan efisien untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Kita dapat merancang dan memanfaatkan ICT, seperti internet dengan e-learning, e-book, m-learning, e-education dan lain-lain, kemudian memanfaatkan media dan sumber belajar, seperti media audio, TV, video, dan lain sebagianya. 6. Mengelola pengembangan ekstrakurikuler dan kokurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat (interest) mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan ddan berkewenangan di sekolah atau madrasah. 25 Keberhasilan suatu kurikulum akan optimal apabila didukung oleh kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler yang dikelola secara efektif dan profesional. Kegiatan ini sering terabaikan karena pihak sekolah merasa bahwa kegiatan ini bukan prioritas utama program satuan pendidikan. Padahal hasil kegiatan ini dapat lebih mengoptimalkan kemampuan peserta didik dan dapat mengembangkan kemampuan 24 Ibid., Ibid.,

14 mereka sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, kegiatan ini perlu dikelola secara komprehensif dan terpadu dengan kegiatan intra kurikuler. 26 Dalam konteks kurikulum bahasa Arab, misalnya untuk mengasah kecakapan peserta didik yang mempunyai bakat tulis menulis maka diakomadasi dalam kegiatan ekstrakurikuler tertentu, untuk yang mempunyai bakat terjemah maka diakomadasi dalam kegiatan ekstra kurikuler tertentu. Adapun kegiatan kokurikuler dilakukan untuk peserta didik berdasarkan analisa hasil evaluasi, seperti remidial dan pengayaan, dalam rangka memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasarkan kemampuannya. Secara umum manajemen kurikulum bahasa Arab harus juga harus memperhatikan dua hal, yaitu Karakteristik Bahasa dan Karakteristik Bahasa Arab. Diantar karakteristik bahasa yang harus diperhatikan adalah bahwa bahasa itu adalah: 1. Fenomena sosial, dalam artian bahwa manusialah yang berbahasa sedangkan hewan tidak, bahasa jugalah yang membedakan manusia dengan hewan, Bahasa merupakan kebutuhan pokok manusia untuk mengekspresikan gagasan dan sebagi alat komunikasi antar sesama Ujaran (ucapan), Bahasa pada mulanya lahir dalam bentuk ujaran yang kemudian disusul oleh bahsa tulis Simbol, simbol mengacu pada sebuah obyek yang mempunyai, simbol bisa terbuat dari ujaran atau tulisan Sistem, sistem berarti bahwa sesuatu terdiri atas unsur yang teratur yang saling berhubungan secara baik.pada bahasa aturan ini bisa terlihat dalam dua hal yaitu sistem bunyi dan sistem makna Alat komunikasi, fungsi bahasa yang paling menonjol adalah sebagai alat komunikasi dan media untuk mengekspresikan gagasan dan fikiran Kebudayaan, bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat, karena bahasa menghubungkan sutu kebudayaan dengan generasinya dan bahasa sebagai alat untuk memindahkan suatu kebudayaan pada generasi selanjutnya Ibid., Acep, Metodologi, Ibid, Terjemah dari Thuruq Tadris al-lughat al-arabiyyah, Zakariyah Ibrahim, (Dar al-ma'rifah al-jami'iyyah) Acep, Metodologi, Ibid.,14 167

15 Disamping karakteristik bahasa, manajemen kurikulum bahasa Arab juga harus memperhatikan karakteristik bahasa Arab, dimana karakteristik inilahh yang membedakan antar bahasa Arab dengan bahasa lainnya, yaitu: 1. Bahasa Isytiqaq, dalam artian bahwa kata dalam bahasa bahasa Arab sebagian mengambil dari kata yang lain dengan menjaga kesesuaian makna, misal kitab (yang bermakna kitab/buku) dari kataba (yang bermakna menulis) dan lain sebagainya Bahasa yang kaya dengan suara, sesungguhnya bahasa Arab yang memilik dua puluh delapan huruf bukan merupakan bahasa yang paling banyak memiliki huruf, akan tetapi huruf-huruf bahasa Arab memiliki tempat keluar suara (makharij shauthiyyah) yang banyak Keberadaan I'rab, sebenarnya bukan bahasa Arab yang mempunyai I'rab (perubahan bacaan akhir kalimat), akan tetapi bahasa Arab mengandung banyak I'rab yang berhubungan dengan makna. 4. Huruf-huruf bahasa Arab berharakat 5. Adanya Tasydid, yaitu mengumpulkan dua huruf yang sejenis dalam satu huruf 6. Tanwin, yaitu suara nun yang berada di akhir kalimat hanya dalam ucapan bukan pada tulisan 7. Suara huruf hanya dalam ucapan bukan dalam tulisan, seperti suara alif setelah.هذا hamzah pada kata 8. Huruf hanya dalam tulisan tapi tidak dalam ucapan, sebagaimanaalif dalam kata 35.سمعوا KESIMPULAN Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan: 32 Terjemah dari al-usus al-mu'jamiyah wa al-tsaqafiyyah li Ta'lim al-lughat al-arabiyyah li ghair Nathiqin biha, Rusydy Ahmat Thu'aimah, (Makkah:Jami'ah Um al-qura), Ibid Terjemah dari al-taujih fi Tadris al-lughah al-arabiyyah, Mahmud Ali al-siman, (Qahirah: Dar al- Ma'rifat) Terjemah dari Ta'lim al-lughah al-arabiyyah li Ghair Nathiqin biha: Manahijuh wa Asalibuh, Rusydy Ahmad Thu'aimah,

16 1. Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. 2. Dalam melaksanakan manajemen kurikulum harus memperhatikan prinsip dan fungsi manajemen kurikulum. 3. Karakteristik manajemen kurikulum bahasa Arab meliputi mengelola perencanaan bahasa Arab, mengelola implementasi kurikulum bahasa Arab, mengelola pelaksanaan kurikulum bahasa Arab, Mengelola perumusan kriteria ketuntasan kurikulum, Mengelola pengembangan bahan ajar, media pembelajaran dan sumber belajar, Mengelola pengembangan ekstrakurikuler dan kokurikuler. 4. Pelaksanaan manajemen kurikulum bahasa Arab juga harus memperhatikan karakteristik bahasa dan karakteristik bahasa Arab. 169

17 DAFTAR PUSTAKA Al-Siman, Mahmud Ali, al-taujih fi Tadris al-lughah al-arabiyyah, (Qahirah: Dar al- Ma'rifat) Azizy, Qodri, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2002) Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Ibrahim, Zakariyah, Thuruq Tadris al-lughat al-arabiyyah, (Dar al-ma'rifah al-jami'iyyah) Peraturan Pemerintah RI. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permenag RI. Nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta:PT. Rajagrafindo, 2009) Thu'aimah, Rusydy Ahmad, al-usus al-mu'jamiyah wa al-tsaqafiyyah li Ta'lim al-lughat al-arabiyyah li ghair Nathiqin biha, (Makkah:Jami'ah Um al-qura), Ta'lim al-lughah al-arabiyyah li Ghair Nathiqin biha: Manahijuh wa Asalibuh Undang-undang RI. No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas 170

Manajemen Kurikulum Drs. Toto Ruhimat, M.Pd. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

Manajemen Kurikulum Drs. Toto Ruhimat, M.Pd. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan Manajemen Kurikulum Drs. Toto Ruhimat, M.Pd. Pendahuluan Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum. Di samping itu, kurikulum merupakan suatu sistem

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik sistem pendidikan nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat memperbaiki sistem pendidikan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Proses tersebut sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Proses tersebut sekaligus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Proses tersebut sekaligus mengandung pengertian,

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado BAB IV IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado Pembahasan ini akan menguraikan tentang Kriteria Ketuntasan Minimal

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *)

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Pengantar Kurikulum merupakan cerminan dari filosofi, keyakinan, dan cita-cita suatu bangsa. Melalui dokumen tersebut, seseorang dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi perbaikan dai kemajuan sekolah. Ia harus mampu memimpin dan menjalankan peranannya agar segala kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dikerjakan secara sadar serta terencana untuk mewujudkan keadaan serta sistem evaluasi supaya peserta didik secara aktif dapat

Lebih terperinci

Kurikulum Berbasis TIK

Kurikulum Berbasis TIK PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Menurut Mulyasa (2013:2), perubahan itu menyangkut perubahan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 31 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di masa desentralisasi berbeda dengan sentralisasi. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum, jumlah siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan dan kebermaknaan kurikulum akan terwujud apabila ada proses pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaksang Masalah Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang baru, sebab sebelumnya legitimasi legal formal peran serta masyarakat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsung cepat dan masif menuntut kemampuan sumber daya pendidikan melakukan penyesuaian yang bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Supervisi pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan pengawasan pembelajaran memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian terhadap masalah pendidikan dewasa ini semakin lama semakin meningkat. Usaha-usaha positif dan konstruktif untuk memperbaiki seluruh unsur dan komponen

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikan, ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Pendidikan

Lebih terperinci

MENGURAI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN INDONESIA ( Upaya menjawab Tantangan Zaman) Feiby Ismail

MENGURAI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN INDONESIA ( Upaya menjawab Tantangan Zaman) Feiby Ismail 1 MENGURAI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN INDONESIA ( Upaya menjawab Tantangan Zaman) Feiby Ismail Abstrak Pendidikan di Indonesia masih berkutat pada berbagai permasalahan intern yang perlu untuk diuraikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting di era sekarang ini, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga sangat pesat. Belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual. 1 Sedangkan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual. 1 Sedangkan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manajemen merupakan suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KURIKULUM Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN VARIASI STIMULUS PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

2015 ANALISIS KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN VARIASI STIMULUS PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi guru di Indonesia merupakan profesi mulia yang semakin diminati oleh masyarakat sejak reformasi guru dimulai dengan deklarasi Guru sebagai profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era informasi seperti sekarang ini, kebutuhan akan informasi meningkat sesuai dengan perkembangan zaman baik media cetak, elektronik dan sosial media yang telah

Lebih terperinci

Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan. Oleh: Alif Noor Hidayati

Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan. Oleh: Alif Noor Hidayati Refungsi Penjaminan Mutu di Satuan Penddikan Oleh: Alif Noor Hidayati Hari Pendidikan Nasional tahun 2013 menjadi satu tonggak melakukan evaluasi sistem pendidikan nasional. Di tengah berbagai persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum dalam sistem pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu agenda utama pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai dengan berlakunya undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 dan disempurnakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian, pendidikan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan sistem otonomi daerah menuntut pengelolaan lembaga pendidikan dilakukan dengan menggunakan sistem manajemen berbasis sekolah yang implementasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Pendidikan pada hakikatnya merupakan kasih sayang Allah yang diturunkan kepada segenap makhluk terutama manusia. Dengan kasih sayang suatu proses pendidikan dapat

Lebih terperinci

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN I. PENDAHULUAN Mengawali proses pelaksanaan pembangunan pendidikan pasca penetapan Undang-Undang Sistim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014, disebutkan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan masih terkendala oleh tiga masalah penting. Pertama, ketidakmerataan kesempatan pendidikan. Pendidikan belum sepenuhnya dapat dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan

BAB I PENDAHULUAN. mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang pundamental dalam pembangunan suatu bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya yang mampu membangun dirinya dan bertanggung

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input peserta didik untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan. 1 Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. Jadi bukan ditentukan oleh canggihnya peralatan atau megahnya gedung, juga tidak tergantung

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menyusun silabus mata pelajaran sesuai dengan ketentuan standar isi 2. Mahasiswa dapat menyusun RPP untuk pembelajaran teori Jasa Boga dan Patiseri 3. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN

URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN Dr. Marzuki marzukiwafi@yahoo.co.id UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 13 May 2015 1 Pendahuluan Pendidikan harus dikelola dengan baik dan benar agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

Efektivitas Penggunaan Media Interaktif Berbasis ICT terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu

Efektivitas Penggunaan Media Interaktif Berbasis ICT terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Pendahuluan Efektivitas Penggunaan Media Interaktif Berbasis ICT terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Oleh: Tri Worosetyaningsih Guru SMP N 2 Ngemplak Sleman Mata pelajaran IPS sebagai bagian integral dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KAJIAN MANAJEMEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KAJIAN MANAJEMEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DR. TOTO RUHIMAT, M.Pd. 9:19:04 AM 1 Konsep Manajemen Manajemen sebagai seni dan ilmu dalam melaksanakan tugas pekerjaan melalui kerjasama dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN Disusun oleh : Nama : Annisa Candra Sekar NIM : 5401409029 Prodi : PKK S1 (Tata Busana) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. A. Perencanaan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural SDN Percobaan

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. A. Perencanaan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural SDN Percobaan 73 BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN A. Perencanaan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural SDN Percobaan Palangka Raya Perencanaan berarti memutuskan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S. PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S Oleh: ARI YUDANI NIM : Q 100 070 620 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang saling mempengaruhi, misalnya persoalan administrasi,

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang saling mempengaruhi, misalnya persoalan administrasi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap penyelenggaraan pendidikan pasti tidak terlepas dari bebagai faktor yang saling mempengaruhi, misalnya persoalan administrasi, manajemen atau pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang, yang sedang membangun negaranya. Pembangunan

Lebih terperinci