BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Doddy Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tahun 2008 sebagai tahun Sanitasi Internasional dan tanggal 15 Oktober ditetapkan sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS). Tema HCTPS 2008 adalah Tangan Bersih Selamatkan Kehidupan. Visi utama dari kampanye HCTPS adalah terbentuknya budaya cuci tangan dengan sabun, baik di tingkat lokal, nasional, bahkan global. Semakin luas budaya mencuci tangan dengan sabun, diharapkan bisa mengurangi tingkat kematian balita pada tahun 2015 hingga 70%. Indonesia merupakan salah satu dari 70 negara di dunia yang berkomitmen untuk berperan serta melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) secara serentak (Depkes, 2008a; Depkes, 2009a). Menurut laporan World Health Organization (WHO), Unicef Joint Monitoring, hanya separuh penduduk Indonesia yang memiliki akses pada sanitasi yang memadai, di desa bahkan hanya 1/3nya. Hal ini menyebabkan anak-anak rentan terhadap diare dan penyakit yang ditularkan melalui air. Studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kebiasaan CTPS menemukan bahwa baru 12% yang melakukan CTPS setelah buang air besar, 14% sebelum makan, 9% setelah menceboki anak dan 6% sebelum menyiapkan makanan (Kemenkes, 2010a; Kemenkes, 2012a). Penelitian di Angolela (Basona Werena) Ethiopia menunjukkan bahwa hanya 52% siswa yang mempunyai pengetahuan tentang kebersihan perorangan dengan baik (Vivas dkk., 2010), dan hanya 33,6% siswa SD di Bogota yang melakukan CTPS (Lopez-Quintero dkk., 2009). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan masyarakat Indonesia masih rendah. Demikian pula pada anak usia sekolah dasar, baru sekitar 17% yang melakukan CTPS dengan benar (Gambar 1). 1
2 Gambar 1. Persentase usia dengan perilaku CTPS yang benar di Indonesia 2007 Sumber : Depkes Riskesdas 2007 Hasil yang lebih baik terlihat setelah dicanangkannya Hari Cuci Tangan Pakai Sabun sedunia pada 15 Oktober Kajian Morbiditas diare (2010) Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes RI, menyatakan bahwa berbagai kampanye, sosialisasi dan advokasi melalui HCTPS selama beberapa tahun terakhir mampu meningkatkan kebiasaan cara mencuci tangan dengan benar. Hasil pencapaian kebiasaan cuci tangan yang benar pada 5 waktu kritis, adalah : sebelum makan sebesar 35,6%, sebelum menyusui 52,12%, sebelum menyiapkan makan 52,88%, setelah buang air besar (BAB) 65,15%, dan setelah menceboki bayi 62,26%. Sementara, berdasarkan data indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM) tahun 2010, persentase penduduk Indonesia yang berperilaku benar dalam melakukan CTPS secara rata-rata nasional baru 24,3% (Kemenkes, 2011c; Pamsimas, 2011). Mencuci tangan pakai sabun adalah kebiasaan yang sederhana untuk menjaga kesehatan. Merupakan satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui tangan. Mencuci tangan memakai sabun akan mengurangi jumlah mikroorganisme dari tangan. Di samping itu, CTPS 2
3 merupakan intervensi kesehatan yang tidak membutuhkan biaya mahal (Depkes, 2009a). Fewtrell dkk. (2005) dalam metaanalisisnya terhadap lebih dari 30 penelitian menemukan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi angka penderita diare hingga 50%. Mencuci tangan tanpa menggunakan sabun dapat memangkas 30% angka penderita diare, dan 43-47% apabila mencuci tangan disertai penggunaan sabun (Curtis & Cairncross, 2003; Ejemot dkk., 2008). Cuci tangan pakai sabun juga dapat mengurangi kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sebesar 16% (Rabie & Curtis, 2006), bahkan di Pakistan hingga 50% (Luby dkk., 2005). Penyakit infeksi lain yang umumnya menyerang usia anak-anak juga mengalami penurunan kejadian, seperti kasus kecacingan (Fung & Craincross, 2009) dan infeksi mata (Emerson dkk., 2000). Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian utama pada bayi (31,4% dan 23,8%) dan balita (25,2% dan 15,5%). Survei morbiditas Departemen Kesehatan RI, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 sekitar 411 di antara penduduk Indonesia terkena diare (Kemenkes RI, 2011b). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyatakan bahwa Jawa Tengah (9,2%) merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi diare yang lebih tinggi dari standar nasional (9%). Prevalensi diare lebih banyak terjadi di pedesaan, pada kelompok pendidikan rendah dan masyarakat yang bekerja sebagai petani, nelayan dan buruh (Depkes, 2008). Tabel 1. Angka kesakitan diare Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang Prov. Jawa Tengah No Tahun Kasus baru diare Angka kesakitan* Angka kesakitan* ,18 18, ,01 19, ,46 18,88 Keterangan : * = per 1000 penduduk 3
4 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang ( ) Berdasarkan data profil tahunan, Kabupaten Magelang mempunyai angka kesakitan diare yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kesakitan diare Jawa Tengah (Tabel 1). Pada tahun 2011, Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) diare dengan 64 korban dan 45 orang di antaranya dirujuk ke RS setempat. Selama tahun 2011, di Kabupaten Magelang terdapat kasus diare dengan angka kesakitan (Incidence rate = IR) sebesar 28,07/ Tidak terjadi kasus kematian karena diare (Case fatality rate = 0%), yang menunjukkan bahwa penanganan kasus diare sudah cukup baik (Dinkes Kab. Magelang, 2012). Beberapa penyakit infeksi lain yang penularannya dapat dicegah dengan CTPS belum menunjukkan penurunan angka kesakitan yang cukup bermakna. Data dari pusat informasi dan manajemen kesehatan (PIMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang melaporkan bahwa ISPA merupakan kasus terbanyak di Kabupaten Magelang (Gambar 2). Gambar 2. Kasus penyakit infeksi di Kabupaten Magelang 4
5 Pemeriksaan tinja terhadap siswa SD yang dilakukan Bidang Kesehatan lingkungan, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang pada tahun 2011 di beberapa puskesmas menemukan bahwa kejadian kecacingan adalah 3-13%, dengan kecenderungan kejadian yang lebih tinggi pada sekolah-sekolah yang terletak di daerah pedesaan (rural). Terdapat 2 kasus flu burung pada manusia dengan 1 kasus kematian (CFR = 50%), yang terjadi pada anak-anak. Mencuci tangan yang benar adalah dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan memakai sabun. Kegiatan CTPS merupakan salah satu indikator PHBS di sekolah. Peringatan HCTPS 2010 mengangkat subtema Cuci Tangan Pakai Sabun, Perilaku Sederhana Berdampak Luar Biasa, mengedepankan pentingnya melibatkan anak-anak pada kelompok usia sekolah dalam melakukan promosi kesehatan CTPS (Kemenkes, 2010b). Berbagai penyakit infeksi dapat ditularkan saat berada di sekolah. Lebih dari itu, usia sekolah dasar bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit (Depkes, 2007). Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat. Siswa sekolah dasar telah mempunyai kemampuan untuk belajar, dan berpikir realistis dan relatif lebih mudah untuk mengajarkan perilaku, sehingga berpotensi pembawa pesan yang efektif baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat sekitarnya. Sebuah penelitian di Bondo, Kenya dengan menggunakan teori actionoriented and participatory pada 40 siswa SD, menunjukkan hasil bahwa siswa SD yang telah dilatih, dapat membagi informasi yang telah diterimanya tentang tentang malaria, diare dan kebersihan diri kepada teman sekolah dan keluarganya. Penelitian selama 14 bulan tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan perilaku kesehatan pada responden, terutama pada anak-anak ( Oyango-Ouma dkk., 2005). Pendidikan promosi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku CTPS anak sekolah. Penggunaan metode ceramah, demonstrasi dan latihan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan intensi perilaku anak sekolah tentang CTPS di Jambi. Namun, penggunaan media leaflet dalam penelitian yang sama menunjukkan hasil yang berbeda (Khairani, 2008). 5
6 Metode ceramah, praktik, didukung dengan media poster yang diletakkan di atas tempat cuci tangan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan CTPS anak sekolah dasar di North Zealand, Denmark (Nandrup-Bus, 2009). Potensi anak sekolah yang besar, baik sebagai generasi penerus bangsa, sebagai agen perubahan, serta jumlah anak sekolah yang besar dan tersebar di berbagai daerah menjadikan promosi kesehatan pada anak sekolah merupakan langkah strategis dalam tujuannya untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat luas. Peningkatan kesadaran anak sekolah dalam cuci tangan menggunakan sabun, sehingga membudaya, perlu dilakukan dengan cara demonstrasi dan praktik cuci tangan secara teratur dan terusmenerus agar pemahaman dapat sejalan dengan praktik (Depkes, 2009a). Lau dkk. (2012) menyarankan penyampaian pesan setiap 2 bulan sekali walaupun singkat, akan menjadikan suatu kebiasaan (Depdiknas, 2007). Dalam menghadapi meningkatnya jumlah penderita beberapa penyakit infeksi, Dinas Kesehatan dan jajaran di bawahnya melakukan beberapa upaya penanggulangan. Upaya di bidang promosi kesehatan di antaranya adalah dengan pembinaan PHBS di berbagai tatanan masyarakat, salah satunya adalah pembinaan CTPS di tatanan sekolah. Dalam pelaksanaannya, CTPS di sekolah belum dapat dilakukan secara maksimal. Kabupaten Magelang memiliki luas 1.085,73 km², jauh lebih luas bila dibandingkan dengan Kota Magelang (18,12 km²) dan Kota Yogyakarta (32,5 km²). Memiliki 21 kecamatan dengan 367 desa dan 5 kelurahan. Keadaan geografisnya bervariasi, dari dataran hingga pegunungan. Lebih dari 80% luas wilayahnya merupakan lahan pertanian yang subur. Hal ini tak lepas karena keberadaan gunung berapi yang mengelilinginya (BPS Kab. Magelang, 2012a). Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang mengkoordinir 29 puskesmas induk, dengan 3 di antaranya merupakan puskesmas rawat inap. Tiga puskesmas telah memiliki petugas promosi kesehatan dengan jabatan penuh, selebihnya adalah tenaga kesehatan lain yang mendapat tugas tambahan sebagai petugas promosi kesehatan. 6
7 Kejadian diare di Kabupaten Magelang memiliki kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian di Provinsi Jawa Tengah. Data dari pengelola program Diare dan ISPA Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa beberapa kecamatan memiliki kasus diare dan ISPA balita yang tinggi, salah satunya adalah Kecamatan Sawangan. Kecamatan Sawangan terletak di lereng Gunung Merapi, terdiri atas 15 desa dengan luas 70 km². Struktur tanah bervariasi dari datar, bergelombang, curam, hingga sangat curam. Lebih dari 80% luas Kecamatan Sawangan merupakan lahan pertanian. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian dengan menggunakan pestisida, pupuk kimia, dan juga pupuk alami yang sering diletakkan di pinggir jalan. Hampir setiap penduduk mempunyai hewan peliharaan, baik sapi, kerbau, kambing, maupun berbagai macam unggas yang seringkali ditempatkan bersatu dengan rumah induk. Akses rumah tangga terhadap air bersih menggunakan mata air terlindung (83,46%), ledeng (5,61%), dan mata air tak terlindung (5,42%). Dari kepala keluarga (KK), baru 56,6% yang memiliki jamban sendiri (BPS Kab. Magelang, 2012b), adapun di Kab. Magelang kepemilikan jamban sudah sebesar 87,4% (Dinkes Kab. Magelang, 2012). Terdapat 28 SD negeri dan 3 SD swasta yang tersebar di seluruh desa. Sarana kesehatan terdiri dari 2 puskesmas induk, 3 puskesmas pembantu, dan 11 poskesdes. Dalam pengamatan peneliti, masih banyak rumah tangga yang belum menyediakan sabun di dekat jamban. Wawancara sederhana terhadap beberapa murid SD di Sawangan mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka telah melakukan aktivitas cuci tangan dalam kegiatan kritis, akan tetapi lebih dari 50% belum menggunakan sabun. Keberadaan sabun telah ada di tiap rumah, umumnya digunakan untuk mandi, mencuci baju dan peralatan dapur. Metode ceramah sering digunakan dalam penyampaian materi belajar demikian pula pada kegiatan promosi kesehatan. Ceramah kesehatan bersifat ekonomis, efektif dalam penyampaian informasi, namun seringkali membosankan. Agar lebih bersifat mendidik ceramah harus dikombinasi dengan metode lain seperti tanya jawab yang efektif, peragaan, permainan, atau 7
8 alat bantu pandang seperti leaflet, poster, film sebagai media pengajaran (Depkes, 2002; WHO,1992). Media yang sering digunakan dalam promosi kesehatan adalah media cetak leaflet dan poster, akan tetapi jumlahnya sangat terbatas. Sebagian besar SD tidak mendapat leaflet dan poster tersebut. Hasil wawancara dengan Kasi Pembinaan Kepemudaan dan Kesiswaan Disdikpora Kabupaten Magelang, baru sekitar 20% SD yang mempunyai peralatan audiovisual elektronik dan tidak semuanya dalam kondisi baik. Hal ini menyebabkan kegiatan promosi kesehatan dengan media elektronik belum banyak dilakukan di SD. Promosi kesehatan CTPS yang dilakukan oleh puskesmas pada umumnya menggunakan metode ceramah saja atau ditambah dengan demonstrasi maupun media flyer. Leaflet dan flyer (hand out) merupakan media below the line yang mempunyai kelebihan, yaitu fokus pada sasaran yang lebih spesifik sehingga informasi bisa dicapai dengan biaya yang lebih efisien dan efektif (Triadi & Bharata, 2010). Hand out memuat informasi berupa kalimat, gambar atau kombinasinya dan memiliki fungsi edukasi, sehingga sering digunakan sebagai penunjang dalam ceramah. Manfaat hand out sangat ditentukan oleh cara penggunaannya (Egger dkk., 1995). Leaflet merupakan salah satu media cetak untuk menyampaikan informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat (Sadiman dkk., 2010). Adapun flyer (selebaran) berbentuk seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan (Mahfoedz dkk., 2008). Komunikasi kesehatan yang efektif umumnya menggabungkan beberapa metode (WHO,1992). Simulasi merupakan penyederhanaan realita yang mencerminkan situasi sebenarnya dan bersifat operasional (Sadiman dkk., 2011). Simulasi memungkinkan adanya pelatihan keterampilan dengan biaya dan risiko yang rendah. Metode simulasi akan memperjelas metode demonstrasi, di mana sasaran hanya melihat peragaan suatu keterampilan atau prosedur yang tengah dipelajari (Smaldino dkk., 2012). Wawancara sederhana pada beberapa kelompok siswa dari SD yang berbeda-beda, sebagian besar (80%) mengatakan bahwa mereka belum pernah dilatih untuk melakukan kegiatan CTPS. Sebagian lagi mengatakan bahwa 8
9 mereka pernah dilatih beberapa tahun yang lalu, tetapi mengaku lupa atau kurang sempurna dalam mempraktikkan teknik cuci tangan yang benar. Upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan peningkatan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan CTPS anak sekolah memerlukan kerja sama dari berbagai sektor. Disdikpora Kabupaten Magelang berencana memberi aturan untuk melaksanakan kegiatan CTPS setiap hari di SD. Nandrup-Bus (2009) membuktikan bahwa aturan untuk melaksanakan CTPS pada waktuwaktu tertentu di sekolah dapat meningkatkan kepatuhan anak sekolah untuk melakukan CTPS. Pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan (penjasorkes) yang dilakukan seminggu sekali dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi CTPS. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang promosi kesehatan cuci tangan pakai sabun (CTPS) melalui pendidikan kesehatan dengan metode ceramah interaktif menggunakan media leaflet, demonstrasi, dan simulasi, yang kemudian ditunjang dengan aturan untuk melakukan CTPS di sekolah setiap seminggu sekali dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan cuci tangan memakai sabun pada anak sekolah. Selain itu, metode dan media yang dipilih diharapkan dapat mempertahan pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan siswa yang telah dicapai. Diharapkan, kebiasaan CTPS pada siswa sekolah akan bermanfaat bagi diri dan kemudian bagi keluarga, dan lingkungannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah perbedaan promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan (metode ceramah interaktif dengan media leaflet, demonstrasi dan simulasi) disertai peraturan untuk melakukan CTPS seminggu sekali di sekolah, dibandingkan dengan pendidikan kesehatan (metode ceramah interaktif dengan flyer dan demonstrasi) tanpa peraturan untuk melakukan CTPS di sekolah, terhadap perubahan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan siswa SD terkait dengan CTPS? 9
10 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan (metode ceramah interaktif dengan leaflet, demonstrasi, simulasi CTPS) yang disertai peraturan untuk melaksanakan CTPS seminggu sekali di sekolah dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan siswa sekolah dasar terhadap kegiatan CTPS, di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. 2. Tujuan khusus a. Memperoleh gambaran pengaruh promosi kesehatan CTPS melalui peendidikan kesehatan (metode ceramah interaktif dengan leaflet, demonstrasi, dan simulasi), yang disertai dengan peraturan dari sekolah untuk melaksanakan CTPS seminggu sekali terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan siswa sekolah dasar dalam CTPS di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. b. Memperoleh gambaran pengaruh promosi kesehatan CTPS dengan pendidikan kesehatan (metode ceramah interaktif dengan flyer dan demonstrasi) tanpa peraturan untuk melaksanakan CTPS di sekolah, terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan siswa sekolah dasar dalam CTPS di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. c. Mengetahui perbedaan pengaruh kegiatan promosi kesehatan CTPS antara : 1) pendidikan kesehatan (metode ceramah interaktif dengan leaflet, demonstrasi dan simulasi) dengan aturan dari sekolah untuk melaksanakan praktik CTPS seminggu sekali, dengan 2) Pendidikan kesehatan (metode ceramah interaktif dengan flyer, demonstrasi) tanpa peraturan untuk melaksanakan CTPS di sekolah, terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan siswa sekolah dasar dalam CTPS di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. 10
11 D. Manfaat Penelitian 1. Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan CTPS, serta menanamkan salah satu dari nilai-nilai PHBS sejak dini pada siswa SDN Kapuhan 1 dan SDN Sawangan 1, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. 2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, khususnya Bidang Promosi Kesehatan dan Bidang Kesehatan lingkungan di Dinas Kesehatan Magelang, Puskesmas Sawangan, dan Puskesmas sewilayah Kabupaten Magelang dalam menggunakan media dan metode pada program CTPS. 3. Dinas pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Magelang beserta jajaran Unit Pelaksana Teknis, Kepala Sekolah, guru dan siswa sekolah dasar, dengan penelitian ini dapat menambah pemahaman dan menjadi salah satu masukan dalam upaya budaya CTPS di sekolah. 4. Semua pihak, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan maupun sebagai masukan untuk meneliti lebih lanjut agar promosi kesehatan CTPS dapat menjadi budaya masyarakat dan pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan, khususnya di Kabupaten Magelang. 5. Bagi peneliti, merupakan proses pembelajaran dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat, meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian ilmiah. E. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian tentang peningkatan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, perilaku dan penggunaan media, metode promosi kesehatan yang pernah dilakukan di antaranya adalah : 1. Vivas dkk. (2010) dengan penelitian secara cross sectional berjudul Knowledge, Attitudes, and Practices (KAP) of Hygiene among School Children 11
12 in Angolela, Ethiopia. Studi tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara KAP kebersihan diri siswa SD dengan risiko terjadinya kecacingan. Persamaan dengan penelitian ini adalah membahas pengetahuan, dan praktik tentang CTPS pada siswa SD. Adapun perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah menggunakan metode eksperimen semu dengan menilai juga pengaruh penerapan peraturan CTPS di sekolah. 2. Mauliyanti (2012) yang melakukan penelitian tentang pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan terhadap filariasis di Kabupaten Aceh Besar mengemukakan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku dapat meningkat dengan menggunakan metode diskusi interaktif dan audiovisual. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pendidikan dan pengaruhnya pada pengetahuan, dan perilaku subjek. Perbedaannya adalah metode yang digunakan adalah diskusi interaktif dan audiovisual, sedangkan penelitian ini menggunakan metode ceramah interaktif, demonstrasi, simulasi serta penerapan aturan dari sekolah. 3. Khairani (2009), meneliti efektivitas promosi kesehatan cuci tangan pakai sabun dengan media leaflet, dibandingkan dengan metode ceramah dan demonstrasi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku pada siswa SD di Jambi. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah meneliti tentang CTPS pada siswa SD, sedangkan perbedaannya pada metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode ceramah interaktif, demonstrasi, simulasi dan aturan untuk pembiasaan CTPS seminggu sekali. 4. Nandrup-Bus (2009), yang meneliti tentang perintah untuk melakukan cuci tangan di sekolah yang dapat mengurangi ketidakhadiran siswa karena penyakit infeksi pada murid SD. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah tentang CTPS dengan subjek siswa SD. Perbedaannya terletak pada metode yang digunakan. Penelitian Nandrup dengan metode mencuci tangan memakai sabun 3 kali sehari dan tujuan penelitian adalah tentang hubungan kepatuhan pelaksanaan CTPS di sekolah dengan absensi siswa. Penelitian yang dilakukan ini tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan serta pembiasaan yang dilakukan sekali dalam seminggu. 12
BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan penyakit dimana buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali sehari atau lebih dari normal, terkadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk
1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit menular seperti diare telah menyebabkan kematian lebih dari 5 juta anak di seluruh dunia (Boschi-Pinto et al., 2009), yang dimana kebanyakan terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga saat ini, masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Semua kelompok usia bisa terserang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan
Lebih terperincidilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan memakai sabun (CTPS) merupakan cara yang sangat efektif untuk membatasi transmisi berbagai penyakit pada anak, termasuk diare dan infeksi pernapasan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah berkontribusi dalam upaya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari hari (Depkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) saat ini masih menjadi perhatian dunia dimana masih kurangnya penerapan perilaku cuci tangan dalam kehidupan sehari hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal antara fisik, mental, dan sosial yang dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar
Lebih terperinciUKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Survei morbiditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.
7 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas anak di dunia. Diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN 1 Ratna Setyaningrum, 2 Achmad Rofi i, dan 3 Annisa Setyanti 1, 2 Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi (Kemenkes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan riil paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yangharus
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang masih sering terjadi di Indonesia salah satunya adalah karies gigi. Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Visi pembangunan kesehatan yaitu hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat diantaranya memiliki kemampuan hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang gizi dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit diare adalah penyebab utama kedua kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah gangguan buang air besar/bab ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir(suraatmaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran pernapasan pada anak adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Menurut UU Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium Development Goals (MDGs) yang sering disebut Tujuan Pembangunan Milenium berkomitmen mewujudkan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami defekasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami defekasi (BAB) lebih dari tiga kali sehari, memiliki kandungan air yang berlebih, dengan atau tanpa darah dan atau
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di negara miskin dan negara berkembang, diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak 1,5 juta anak di bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/bulan. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011
Lebih terperincisecara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Sebagai wujud pengamalan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, maka diperlukan
Lebih terperinciSkripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN SUMBER AIR DAN KEBIASAAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SAWAHAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008 Skripsi ini Disusun untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan untuk mencapai Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air besar tiga kali sehari atau lebih dan dengan perubahan konsistensi tinja dari
Lebih terperinciVolume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah
PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI Nur Hikmah Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta ABSTRAK Perilaku cuci tangan pakai sabun yang merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang menyerang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Program Indonesia Sehat tahun 2015 yang dicanangkan oleh pemerintah mendorong seluruh penduduk Indonesia untuk memiliki status kesehatan yang berkualitas secara sosial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Sementara United Nations for Children and Funds
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Faktor penyebab diare yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan
Lebih terperinci