5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG"

Transkripsi

1 BAB 5 ANALISIS EKONOMI KREATIF 5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG Potensi Industri Pengolahan Berkembangnya industri kreatif tidak dapat terlepas dari perkembangan industri Pengolahan yang ada. Industri kreatif akan memerlukan berbagai bahan baku dalam menciptakan dan mendukung aktualisasi ide dan kreasi insan kreatif. Kabupaten Bandung merupakan daerah yang cukup kaya akan keberadaan industri Pengolahan terutama untuk industri tekstil dan makanan. Hal ini tentunya akan memberikan peluang dan dukungan yang besar pada berkembangnnya industri kreatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan industri diberbagai daerah disebabkan adanya industri Pengolahan sebagai industri penggerak industri kreatif. Kota Bandung dan Kota Jogya merupakan salah satu kota yang mengembangkan industri kreatif, namun pada kedua kota tersebut dapat berkembang industri kreatif dengan baik karena memiliki dukungan industri Pengolahan. Kota Bandung memiliki dukungan industri Pengolahan justru banyak mengandalkan industri Pengolahan yang ada di Kabupaten Bandung, Cimahi, Bandung Barat dan daerah sekitarnya. Industri Pengolahan yang berkembang di Kabupaten Bandung tersebar di berbagai kecamatan dengan spesifikasi yang berbeda. Dimana konsentrasi industri Pengolahan terbesar di Kabupaten Bandung, yaitu Kecamatan Dayeuh Kolot dan Majalaya dengan jumlah industri Pengolahan yang terkonsentrasi di daerah tersebut masing-masing adalah 17,3% dan 21,12%. 5 1

2 Tabel 5.1 Peluang Penyediaan Bahan Baku Dan Bahan Pendukungan Industri Pengolahan Terhadap Industri Kreatif Di Kabupaten Bandung Tahun 2012 No Kecamatan Postur Mainstram Industry (%) Industri Kreatif (%) d g h i k l o Supply Chain 1 Arjasari 1,31 63,64 18,18 81,82 2 Batujajar 0,12 0,00 3 Cangkuang 0,24 50,00 50,00 4 Cikancung 2,63 13,64 68,18 4,55 86,36 5 Cilengkrang 0,48 50,00 50,00 6 Cileunyi 3,10 7,69 11,54 26,92 46,15 7 Cimaung 0,24 0,00 8 Cimenyan 0,60 20,00 20,00 40,00 80,00 9 Ciparay 0,36 33,33 33,33 10 Ciwidey 0,12 100,00 100,00 11 Ibun 1,19 90,00 10,00 100,00 12 Kertasari 0,36 66,67 66,67 13 Kutawaringin 0,24 100,00 100,00 14 Nagreg 0,12 0,00 15 Pacet 0,72 50,00 50,00 16 Pameungpeuk 2,15 55,56 5,56 16,67 77,78 17 Pangalengan 1,07 77,78 77,78 18 Paseh 1,31 100,00 100,00 19 Pasirjambu 0,24 100,00 100,00 20 Rancabali 0,12 100,00 100,00 21 Rancaekek 4,65 2,56 41,03 5,13 25,64 74,36 22 Solokanjeruk 4,65 89,74 2,56 92,31 23 Soreang 2,27 15,79 5,26 31,58 36,84 89,47 24 Baleendah 4,89 43,90 2,44 14,63 2,44 9,76 73,17 25 Banjaran 2,63 59,09 18,18 18,18 95,45 26 Bojongsoang 2,51 19,05 9,52 28,57 57,14 27 Dayeuh Kolot 17,30 81,38 1,38 3,45 86,21 28 Katapang 8,83 4,05 43,24 18,92 2,70 68,92 29 Majalaya 21,12 97,18 0,56 0,56 98,30 30 Margaasih 7,40 33,87 3,23 8,06 24,19 69,35 31 Margahayu 7,04 49,15 20,34 10,17 79,66 Sumber : Dinas Koperasi Ukm Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Bandung Keterangan : a. Periklanan b. arsitektur, c. pasar seni/barang antik, d. kerajinan, e. komputer/piranti lunak f. desain, g. fashion, h. permainan interaktif, i. musik, j. seni pertunjukan, k. penerbitan dan percetakan l. riset dan pengembangan m. radio dan televisi n. film/video/fotografi o. kuliner Postur industri Pengolahan adalah konsentrasi atau jumlah industri yang ada pada kecamatan tertentu berbanding dengan jumlah seluruh industri yang ada di Kabupaten Bandung, sehingga prosentasenya menunjukkan besaran konsentrasi industri dibandingkan antar daerah. Sementara itu, supply chain adalah prosentase industri 5 2

3 Postur IM (%) Pengolahan yang menjadi penyedia bahan baku bagi industri kreatif dibandingkan dengan total industri yang ada di setiap Kecamatan. Industri Pengolahan yang berkembang di setiap kecamatan di Kabupaten Bandung tentunya memiliki keterkaitan dengan penyedia dan penyokong bahan baku bagi industri kreatif. Kecamatan dengan share Industri terhadap Kabupaten Bandung dan Supply chain terbesar memberikan gambaran dan indikasi bahwa ekonomi kreatif akan terjaring dan berkembang cukup baik pada daerah-daerah tersebut. Gambar 5.1 Tipologi Dukungan Pengolahan Industri Terhadap Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Majalaya Dayeuh Kolot Katapang Margaasih Margahayu 5 Baleendah Rancaekek Solokanjeruk 0 Batujajar Nagreg Cimaung Ciparay Cileunyi Bojongsoang Pacet Cilengkrang Cangkuang Kertasari Cikancung Banjaran pameungpeuk Soreang Ibun Arjasari Pangalengan Paseh Pasirjambu Rancabali Cimenyan Kutawaringin Ciwidey Supply Change (%) Sumber: Dinas Koperasi Ukm Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Bandung, diolah Merujuk pada postur Industri Pengolahan dan Supply Chain (Peluang Penyediaan) Industri Kreatif akan menghasilkan empat sel, diantaranya adalah : 1. Sel I : merupakan kecamatan dengan supply chain lebih dari 50% dan Postur IM lebih dari 10%, kecamatan yang masuk pada sel ini merupakan kecamatan yang berpotensi dalam menggerakan industri kreatif atau kecamatan yang memiliki potensi besar dalam mendukung industri kreatif, kecamatan yang masuk pada sel ini adalah Kecamatan Majalaya dan Dayeuh Kolot. 5 3

4 2. Sel II : merupakan kecamatan dengan supply chain lebih dari 50% dan Postur IM kurang dari 10%, kecamatan yang masuk pada sel ini merupakan kecamatan yang mampu merangsang berkembangnya industri kreatif namun tidak sebesar pada sel I, kecamatan yang masuk pada sel ini adalah Kecamatan Katapang, Margaasih, Margahayu, Baleendah, Rancaekek, Bojongsoang, Kertasari, Cimenyan, dll. 3. Sel III : merupakan kecamatan dengan supply chain kurang dari 50% dan Postur IM kurang dari 10%, kecamatan yang masuk pada sel ini merupakan kecamatan yang kurang mampu dalam merangsang berkembangnya industri kreatif, kecamatan yang masuk pada sel ini adalah Kecamatan Cileunyi, Ciparay, Batujajar, Nagreg, Cimaung. 4. Sel IV : merupakan kecamatan dengan supply chain kurang dari 50% dan Postur IM kurang dari 10%, kecamatan yang masuk pada sel ini merupakan kecamatan dengan basis industri akan tetapi tidak memberikan dukungan terhadap industri kreatif Industri Kreatif di Dukungan Pengolahan Industry Industri Pengolahan yang ada di Kabupaten Bandung lebih dari 50% merupakan industri yang merupakan industri yang dapat memberikan dukungan dan penyediaan kebutuhan bahan baku untuk industri kreatif disetiap kecamatan di Kabupaten Bandung. Adapun industri yang berkembang tersebut adalah industri yang mendukung industri kreatif untuk bidang industri kreatif kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner, permainan interaktif, dan musik. Gambar 5.2 Industri Pengolahan Supply Chain Industri Kreatif Sumber : hasil Analisis, Tahun

5 Dukungan setiap kecamatan untuk industri kreatif diantaranya adalah : a. Industri Kreatif kerajinan, didukung oleh 6 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung diantaranya adalah di Cikancung, Cileunyi, Ciwidey, Rancaekek dan Katapang b. Industri Kreatif Fashion, didukung oleh 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung diantaranya adalah Arjasari, Cikancung, Ibun, Kertasari, Kutawaringin, pameungpeuk, Paseh, Rancaekek, Solokanjeruk, Soreang, Baleendah, Banjaran, Bojongsoang, Dayeuh Kolot, Katapang, Majalaya, Margaasih dan Margahayu c. Industri Kreatif Penerbitan dan Percetakan, didukung oleh 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung diantaranya adalah Cangkuang, Cileunyi, Cimenyan, Pameungpeuk, Rancaekek, Soreang, Baleendah, Banjaran, Bojongsoang, Dayeuh Kolot, Katapang, Majalaya, Margaasih dan Margahayu d. Industri Kreatif Kuiner, didukung oleh 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung di antaranya adalah Arjasari, Cikancung, Cilengkrang, Cileunyi, Cimenyan, Ciparay, Pacet, Pameungpeuk, Pangalengan, Pasirjambu, Rancabali, Rancaekek, Solokanjeruk, Soreang, Baleendah, Banjaran, Bojongsoang, Dayeuh Kolot, Katapang, Majalaya, Margaasih, dan Margahayu KLUSTER INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANDUNG Industri kreatif tidak dapat muncul begitu saja pada semua daerah, akan tetapi akan muncul pada daerah-daerah yang telah mengalami berbagai transisi pembangunan, terutama pada daerah yang telah mengalami transisi pembangunan di tingkat terakhir yaitu penguatan peranan di Sektor Perdagangan dan Jasa (embrio ekonomi kreatif). Industri kreatif pada daerah-daerah yang telah menunjukkan waktu yang tepat untuk muncul, mulai dari embrio ekonomi kreatif hingga pada tingkat kematangan tinggi, hal ini pada dasarnya memilliki empat paket kematangan dan kemapanan ekonomi kreatif diantaranya adalah Kreasi dan Cipta, Respon Terhadap Pasar, Lingkungan Pengembangan Aktif, dan Lingkungan Pengembangan Pasif. Kreasi dan Cipta merupakan buah karya insan kreatif yang diwujudkan dalam produk yang memiliki nilai jual. Respon terhadap pasar adalah kemampuan insan kreatif dalam manajemen dan pemasaran. Lingkungan Pengembangan Aktif adalah partisipasi insan kreatif dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas sumberdaya yang dimilikinya, baik manusia, produk, ide dan lain sebagainya. Sementara Lingkungan Pengembangan Pasif adalah faktor eksternal yang membantu dan mendukung usaha ekonomi kreatif, dengan cara yang tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya atau pada umumnya merupakan lingkungan yang mendukung usaha industri kreatif. Empat paket kemapangan dan kemapanan ekonomi kreatif, diantaranya adalah: Paket -1 : Paket-2 : Kreasi dan Cipta, yang terdiri dari Ide Produk, Program Khusus, Produksi Respon Terhadap Pasar, yang terdiri dari Perlindungan konsumen, Perlindungan Kompetitor, Promosi, Jejaring dan Pemasaran 5 5

6 Paket-3 : Paket-4 : Lingkungan Pengembangan Aktif, yang terdiri dari Komunitas, Sertifikasi, Scientific Venture/ Kerjamasa Ilmu, Lembaga Keuangan, dan Sistem Informasi Lingkungan Pengembangan Pasif, yang terdiri dari Pusat Pelatihan, Pusat Penelitian, Pusat Pengembangan, Laboratorium, Imbalan, Bantuan dan Standar/Acuan hukum atau peraturan yang berlaku. Bidang industri kreatif yang diprioritaskan perkembangannya di Indonesia terdiri dari 15 bidang, diantaranya adalah Periklanan, arsitektur, pasar seni/barang antik, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, fashion, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, riset dan pengembangan, radio dan televisi, film/video/fotografi dan kuliner. Namun tidak seluruhnya bidang industri kreatif terdapat di Kabupaten Bandung. Selain itu tingkat kemapanan dan kematangan masing-masing bidang industri kreatif di Kabupaten Bandung memiliki tingkatan yang berbeda. Tingkat kemapanan dan kematangan Industri Kreatif yang masih rendah pada dasarnya terjadi akibat pra syarat paket kematangan dan kemapanan yang belum tercapai saat ini, dan memerlukan waktu dan perkembagan lebih lanjut untuk mencapai tingkat kematangan yang diinginkan. Untuk meninjau faktor-faktor yang menjadi kendala dan hambatan tingkat kematangan dan kemapanan ekonomi kreatif maka perlu dilakukan pemetaan matrik paket kematangan dan kemapanan terhadap posisi bidang industri kreatif di Kabupaten Bandung. 5 6

7 Gambar 5.3 Paket Kematangan dan Kemapanan Industri Kreatif Sumber : Hasil Analisis Fokus pemetaan matrik adalah terkait dengan Paket kemapanan dan kematangan ekonomi kreatif, diantaranya adalah : a) Kreasi dan Cipta Respon terhadap Pasar; b) Kreasi dan Cipta Lingkungan Pengembangan Aktif; c) Kreasi dan Cipta Lingkungan Pengembangan Pasif; d) Respon terhadap Pasar Lingkungan Pengembangan Aktif; dan e) Respon terhadap Pasar Lingkungan Pengembangan Pasif. Lima kombinasi antar Paket akan menghasilkan identitas baru, yang menunjukkan gradasi dari perkembangan industri kreatif, diantaranya adalah : 1. Mandiri Bidang industri kreatif yang mandiri adalah bidang industri kreatif yang mampu menciptakan ide dan gagasan dari produk industri kreatif, yang kemudian diikuti dengan kemampuan untuk mengaktualisasikan ide dan gagasan tersebut kedalam bentuk produk yang memiliki niai jual. Industri kreatif mandiri, berpotensi menjadi pendongkrak perkembangan ekonomi kreatif lainnya. Oleh karena itu, industri kreatif mandiri merupakan industri kreatif unggulan yang menuju kematangan dan kemapanan. Terkait hubungannya dengan habitat dan lingkungan di daerah, maka industri kreatif dapat dibedakan pada industri kreatif mandiri akif dan industri kreatif mandiri pasif. 5 7

8 Mandiri aktif merupakan insan kreatif (pelaku bisnis) yang memiliki kemampuan mandiri dan juga turut berpartisipasi secara aktif, seperti bagian atau anggota komunitas, membagi ilmu dan pengetahuan serta pengalaman, sebagai pemimpin, dan lain sebagainya. Sementara itu, mandiri pasif adalah insan kreatif yang mandiri yang berada pada habitat yang tepat, sehingga akses untuk mendapatkan bantuan cukup besar, seperti mendapatkan bantuan dan dukungan dari pemerintah, akademisi, adanya akses terhadap laboratorium, dan prasarana lainnya yang dapat meningkatkan mutu dan kualitas serta daya saing produk yang diciptakannya. 2. Berdaya Industri kreatif berdaya adalah industri kreatif yang sedang mengalami perkembangan pada arah yang cukup baik. Keunggulan nampak pada sebagai aspek saja, sementara aspek yang lain perkembangnnya masih terhambat. Industri Kreatif Berdaya dapat dibedakan pada berdaya usaha, berdaya aktif dan berdaya pasif. Berdaya usaha, menunjukkan pelaku usaha (bisnis) memilki kekuatan terbesar dalam manajemen dan pemasasan, sehingga kelompok ini tidak menemukan kesulitan dalam mencari jaringan usaha dan pasar untuk produknya. Berdaya aktif merupakan kelompok industri kreatif yang aktif dalam hal memajukan industri kreatif, dimana kepedulian mereka cukup tinggi pada sesama pelaku bisnis. Berdaya pasif merupakan pelaku usaha (bisnis) yang mendapatkan fasilitas dari lingkungan dan daerah dimana mereka berada yang mendukung bidang usahanya. 3. Pra Berdaya Merupakan bidang indsutri kreatif yang belum dapat berkembang dengan baik, atau masih pada usia yang sangat muda, sehingga dukungan dan habitat belum menjadi basis. Selain itu, persaingan dengan wilayah lainnya, serta produk kreatif tersebut adalah produk imitasi (tiruan), sehingga menyebabkan industri kreatif tersebut merupakan industri kreatif Pra Berdaya. Namun budaya yang terus berkembang, tentunya akan memberikan sentuhan dan nilai lain dari produk imitasi tersebut, sehingga dapat saja menjadi produk yang baru, yang mengikuti perubahan budaya. Akan tetapi hal tersebut akan memerlukan waktu yang cukup lama, oleh karena itu, indsutri kreatif Pra Berdaya merupakan industri kreatif embrio Kreasi dan Cipta - Respon terhadap Pasar Bidang industri kreatif yang ada dan berkembang di Kabupaten Bandung memiliki identitas yang melekat pada produk tersebut, dimana identitas satu sama lain di bidang industri kreatif tidak sama. Pelaku-pelaku didalammnya dan lingkungan membawa identitas yang sekarang melekat pada komoditas industri kreatif yang ada tersebut. Identitas industri kreatif yang dibangun oleh Paket Kematangan dan Kemapanan ekonomi kreatif, seperti Paket-1 Kerasi dan Cipta dan Paket-2 Respon Terhadap Pasar, menghasilkan 4 sel, atau kluster industri kreatif dengan identitas sebagai berikut : 1. Kwadran I : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang baik dan juga memiliki Paket Respon Terhadap Pasar juga 5 8

9 baik. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas industri kreatif yang mandiri. Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Mandiri diantaranya adalah Periklanan, pasar seni/barang antik, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner. 2. Kwadran II : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang kurang baik, akan tetapi memiliki Paket Respon Terhadap Pasar yang cukup baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif dengan identitas keberdayaan usaha Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas keberdayaan usaha diantaranya adalah Arsitektur, Musik, Film/video/fotografi 3. Kwadran III : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang kurang baik dan juga memiliki Paket Respon Terhadap Pasar yang juga kurang baik. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas tidak berdaya Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Tidak Berdaya diantaranya adalah Radio dan Televisi 4. Kwadran IV : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang baik, akan tetapi memiliki Paket Respon Terhadap Pasar yang kurang baik. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas keberdayaan kreasi dan cipta. Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas keberdayaan kreasi dan cipta diantaranya adalah permainan interaktif 5 9

10 Kreasi dan Cipta Gambar 5.4 Tipologi Kreasi dan Cipta - Respon terhadap Pasar KW IV Kuliner kerajinan fashion Periklanan KW I permainan interaktif pasar seni/barang antik komputer/piranti lunak Seni Pertunjukan arsitektur Musik Penerbitan dan Percetakan Riset dan Pengembangan desain KW III Film/video/fotografi Respon Terhadap Pasar 21 KW II 22 Sumber : Hasil Analisis, tahun 2014 Industri kreatif yang memiliki identitas Mandiri akan lebih mudah mencapai kemapanan dibandingkan dengan identitas lainnya. Akan tetapi upaya mencapai kematangan dan kemapanan cukup terbuka lebar pada indutri kreatif yang memilki identitas keberdayaan usaha dan indentitas keberdayaan kreasi dan cipta Kreasi dan Cipta - Lingkungan Pengembangan Aktif Identitas industri kreatif yang dibangun oleh Paket Kematangan dan Kemapanan ekonomi kreatif, seperti Paket-1 Kerasi dan Cipta dan Paket-2 Respon Terhadap Pasar, menghasilkan 4 sel, atau kluster industri kreatif dengan identitas sebagai berikut : 1. Kwadran I : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Aktif yang juga sama baiknya. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas Mandiri Aktif Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Mandiri Aktif diantaranya adalah Periklanan, kerajinan, komputer/piranti lunak, 5 10

11 Kreasi dan Cipta desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner. 2. Kwadran II : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang baik dan memiliki Paket Paket Lingkungan Pengembangan Aktif yang kurang baik. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas industri kreatif yang berdaya kreasi dan cipta 3. Kwadran III : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang kurang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Aktif juga kurang baik. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas bidang industri kreatif yang Pra berdaya Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Pra berdaya diantaranya adalah Musik, arsitektur, Film/video/fotografi, Radio dan Televisi. 4. Kwadran IV : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang kurang baik,akan tetapi memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Aktif cukup baik. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas berdaya aktif Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Berdaya aktif diantaranya adalah pasar seni/barang antik, permainan interaktif. Gambar 5.5 Tipoli Kreasi dan Cipta - Lingkungan Pengembangan Aktif KW IV fashion Kuliner kerajinanperiklanan KW I pasar seni/barang antik komputer/piranti lunak Seni Pertunjukan Penerbitan dan Percetakan permainan interaktif Riset dan Pengembangan desain arsitektur Musik KW III 10 Film/video/fotografi Lingkungan Pengembangan Aktif 14 KW II Sumber : Hasil Analisis, tahun

12 Kreasi dan Cipta Lingkungan Pengembangan Pasif Identitas industri kreatif yang dibangun oleh Paket Kematangan dan Kemapanan ekonomi kreatif, seperti Paket-1 Kerasi dan Cipta dan Paket-2 Lingkungan Pengembangan Pasif, menghasilkan 4 sel, atau kluster industri kreatif dengan identitas sebagai berikut : 1. Kwadran I : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif juga baik. Bidang Industri Kreatif ini adalah bidang industri kreatif yang mandiri pasif Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Mandiri pasif diantaranya adalah Periklanan, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, permainan interaktif, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan. 2. Kwadran II : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang baik, akan tetapi memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif yang kurang baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang Berdaya Kreasi dan Cipta Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Berdaya Kreasi dan Cipta diantaranya adalah Musik, Film/video/fotografi. 3. Kwadran III : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang kurang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif juga kurang baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang Pra berdaya Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Pra Berdaya diantaranya adalah Arsitektur, Radio dan Televisi. 4. Kwadran IV : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Kreasi dan Cipta yang kurang baik, akan tetapi memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif yang cukup baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang berdaya pasif Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Berdaya Pasif diantaranya adalah pasar seni/barang antik, fashion, Kuliner. 5 12

13 Kreasi dan Cipta Gambar 5.6 Tipologi Kreasi dan Cipta - Lingkungan Pengembangan Pasif KW IV pasar seni/barang antik arsitektur Kuliner fashion Periklanan kerajinan komputer/piranti lunak Seni Pertunjukan Penerbitan dan Percetakan permainan interaktif desain Riset dan Pengembangan Musik KW I Film/video/fotografi 24 KW 4,0 III 4,5 5,0 5,5 Lingkungan Pengembangan Pasif 6,0 KW II 6,5 Sumber : Hasil Analisis, tahun Respon terhadap Pasar Lingkungan Pengembangan Aktif Identitas industri kreatif yang dibangun oleh Paket Kematangan dan Kemapanan ekonomi kreatif, seperti Paket-2 Respon terhadap Pasar dan Paket-3 Lingkungan Pengembangan Aktif, menghasilkan 4 sel, atau kluster industri kreatif dengan identitas sebagai berikut : 1. Kwadran I : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Respon terhadap Pasar yang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Aktif juga baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang mandiri Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Mandiri Aktif diantaranya adalah Periklanan, kerajinan, desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner. 2. Kwadran II : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Respon terhadap Pasar yang baik, akan tetapi memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Aktif juga kurang baik. Bidang Industri Kreatif ini 5 13

14 Respon Terhadap Pasar adalah bidang industri kreatif dengan identitas Keberdayaan usaha 3. Kwadran III : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Respon terhadap Pasar yang kurang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Aktif juga kurang baik. Bidang Industri Kreatif ini adalah bidang industri kreatif dengan identitas Pra berdaya Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Pra Berdaya diantaranya adalah permainan interaktif, Radio dan Televisi. 4. Kwadran IV : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Respon terhadap Pasar yangkurang baik dan memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Aktif yang cukup baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang Berdaya aktif Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Berdaya Aktif diantaranya adalah Film/video/fotografi, arsitektur, komputer/piranti lunak, pasar seni/barang antik, Musik. Gambar 5.7 Tipologi Respon terhadap Pasar Lingkungan Pengembangan Aktif KW IV arsitektur Film/video/fotografi kerajinan komputer/piranti lunak Musik pasar seni/barang antik Periklanan fashion Penerbitan dan Percetakan desain Kuliner Riset dan Pengembangan Seni Pertunjukan KW I permainan interaktif 15 KW 10 III Lingkungan Pengembangan Aktif 14KW II Sumber : Hasil Analisis, tahun

15 Respon Terhadap Pasar Lingkungan Pengembangan Pasif Identitas industri kreatif yang dibangun oleh Paket Kematangan dan Kemapanan ekonomi kreatif, seperti Paket-2 Respon terhadap Pasar dan Paket-4 Lingkungan Pengembangan Pasif, menghasilkan 4 sel, atau kluster industri kreatif dengan identitas sebagai berikut : 1. Kwadran I : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Respon Terhadap Pasar yang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif juga baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang Dorongan Luar & Pemasaran Kuat Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Dorongan Luar & Pemasaran Kuat diantaranya adalah Periklanan, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, dan Film/video/fotografi. 2. Kwadran II : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Respon Terhadap Pasar yang baik yang baik, akan tetapi memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif yang kurang baik. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas berdaya aktif 3. Kwadran III : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Respon Terhadap Pasar yang baik yang kurang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif yang kurang baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang tidak berdaya Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas tidak berdaya diantaranya adalah Radio dan Televisi. 4. Kwadran IV : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket Respon Terhadap Pasar yang baik kurang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif yang baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang berdaya Pemasaran Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas berdaya Pemasaran diantaranya adalah Arsitektur, Kuliner, pasar seni/barang antik, fashion. 5 15

16 5 16

17 Respon Terhadap Pasar Gambar 5.8 Tipologi Lingkungan Pengembangan Aktif Lingkungan Pengembangan Pasif 22 KW IV KW I Riset dan Pengembangan pasar seni/barang antik arsitektur fashion Periklanan Penerbitan dan Percetakan desain Film/video/fotografi Kuliner kerajinan komputer/piranti lunak Seni Pertunjukan Musik permainan interaktif 15 KW 4,0 III Sumber : Hasil Analisis, tahun ,5 5,0 5,5 Lingkungan Pengembangan Pasif 6,0 KW II 6, Lingkungan Pengembangan Aktif Lingkungan Pengembangan Pasif Identitas industri kreatif yang dibangun oleh Paket Kematangan dan Kemapanan ekonomi kreatif, seperti Paket-3 Lingkungan PengembanganAktif dan Paket-4 Lingkungan Pengembangan Pasif, menghasilkan 4 sel, atau kluster industri kreatif dengan identitas sebagai berikut : 5. Kwadran I : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket lingkungan Pengembangan Aktif yang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif juga baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang Dorongan Luar Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas Dorongan Luar diantaranya adalah Fasion, Seni Pertunjukkan, Arsitektur, Pasar Seni dan Barang Antik. 6. Kwadran II : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket lingkungan Pengembangan Aktif yang baik, akan tetapi memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif yang kurang baik. Bidang Industri Kreatif ini memiliki identitas berdaya aktif Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas berdaya aktif diantaranya adalah Fasion, Seni Pertunjukkan, Arsitektur, Pasar Seni dan Barang Antik. 5 17

18 Lingkungan Pengembangan Aktif 7. Kwadran III : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket lingkungan Pengembangan Aktif yang kurang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif yang kurang baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang tidak berdaya Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas tidak berdaya diantaranya adalah Fasion, Seni Pertunjukkan, Arsitektur, Pasar Seni dan Barang Antik. 8. Kwadran IV : Merupakan industri kreatif yang memiliki Paket lingkungan Pengembangan Aktif kurang baik dan juga memiliki Paket Lingkungan Pengembangan Pasif yang baik. Bidang Industri Kreatif adalah bidang industri kreatif yang berdaya pasif Bidang Industri Kreatif yang memilki identitas berdaya pasif diantaranya adalah Fasion, Seni Pertunjukkan, Arsitektur, Pasar Seni dan Barang Antik. Gambar 5.9 Tipologi Lingkungan Pengembangan Aktif Lingkungan Pengembangan Pasif 14 KW IV KW I Riset dan Pengembangan 13 desain Kuliner fashion Seni Pertunjukan Penerbitan dan Percetakan Periklanan kerajinan 12 pasar seni/barang antik komputer/piranti lunak Musik 11 Film/video/fotografi permainan interaktif 10 arsitektur KW 4,0 III 4,5 5,0 5,5 Lingkungan Pengembangan Pasif 6,0 KW II 6,5 Sumber : Hasil Analisis, tahun

19 Industri Kreatif Unggulan Kabuaten Bandung Bidang Ekonomi Kreatif yang ada di Kabupaten Bandung cukup beragam dan hampir seluruh bidang sebaimana yang diamanatkan dalam Kepres No. 6 Tahun 2009 tentang ekonomi kreatif telah tersedia di Kabupaten Bandung. Namun tentunya setiap bidang telah mengalami perkembangan dan suksesi yang berbeda. Lingkungan dan sumberdaya akan sangat mempengaruhi tingkat perkembangan bidang ekonomi kreatif yang ada. Kluster ekonomi kreatif Kabupaten Bandung yang disusun berdasarkan Paket-Paket yang melekat di Bidang Ekonomi Kreatif, dapat memunculkan bidang industri kreatif yang mandiri, berdaya usaha, berdaya aktif, berdaya pasif dan juga pra berdaya (masih berupa embrio). Paket yang digunakan dalam menetapkan gradasi keunggulan adalah; 1) Paket- 1, Kreasi dan Cipta (F1); Paket-2, Respon terhadap Pasar (F2); 3) Paket-3, Lingkungan Pengembangan Aktif (F3); 4) Paket-4, Lingkungan Pengembangan Pasif (F4). Setiap kombinasi antar Paket memunculkan bidang industri kreatif dengan identitas tertentu, namun bidang industri kreatif yang muncul dari seluruh kombinasi (pertampalan/irisan) akan menghasilkan kelas atau gradasi unggulan bidang indsutri keratif. Gambar 5.10 Peringkat Keunggulan Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun 2014 EMAS BIRU IV HIJAU II I HITAM III F1 F2 F3 F4 Sumber : Hasil Analisis, Tahun

20 Klaster Bidang Industri Kreatif Kabupaten Bandung, menurut gradasai keunggulan adalah sebagai berikut: 1. Emas : Bidang Industri Kreatif yang memiliki tingkat yang paling tinggi atau paling unggul. Bidang ini memiliki keunggulan disemua paket. Oleh karena itu, kluster ini merupakan klsuter unggulan. Bidang industri kreatif yang masuk dalam kluster emas, diantaranya adalah Periklanan, Kerajinan, komputer/piranti lunak, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan dan Riset dan Pengembangan 2. Hijau : Bidang industri kreatif yang unggul dalam beberapa paket, sehingga memerlukan pembenahan yang tidak teralu sulit. Kelemahan di bidang ini meuncul dari lingkungan eksternal, karena lingkungan internasl dan kekuatan dirinya telah cukup baik, sehingga untuk mendorong pada kluster emas tidak terlalu sulit karena modal dasar untuk ituh sudah sangat cukup. Bidang industri kreatif yang masuk dalam kluster hijau, diantaranya adalah Musik dan Film/video/fotografi 3. Biru : Bidang industri kreatif yang unggul dalam beberapa paket, sehingga memerlukan pembenahan. Kelemahan di bidang ini muncul dari kekuatan dirinya, seperti kemampuan untuk menciptakan ide dan gagasan, masih imitasi, kemandirian masih lemah dan lain sebagainya. sehingga untuk mendorongnya agar berada pada kluster emas lebih sulit dibandignkan dengan kluster hijau. Bidang industri kreatif yang masuk dalam kluster biru, diantaranya adalah pasar seni/barang antic, permainan interaktif, Desain, Fashion dan Kuliner 4. Hitam : Bidang industri kreatif yang paling lemah, karena dari seluruh paket industri kreatif berada pada tingkatan yang paling rendah. Untuk mendorong hingga pada tingkat kluster emas, memerlukan waktu yang cukup panjang dan biaya yang cukup besar. Bidang industri kreatif yang masuk dalam kluster Hitam, diantaranya adalah Radio dan Televisi dan Arsitektur. Tabel 5.2 Gradasi Bidang Industri Kreatif Unggul Kabupaten Bandung PAKET KWADRAN I (EMAS) II (HIJAU) III (HITAM) IV (BIRU) F1-F2 Periklanan, pasar seni/barang antik, kerajinan, komputer/ piranti lunak, desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner F1-F3 Periklanan, kerajinan, komputer/ piranti lunak, desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner F1-F4 Periklanan, kerajinan, komputer/ piranti lunak, desain, permainan interaktif, Seni Pertunjukan, Arsitektur, Musik, Film/video/fotogr afi Musik, Film/video/fotogr afi Radio dan Televisi Musik, arsitektur, Film/video/fotograf i, Radio dan Televisi Arsitektur, Radio dan Televisi permainan interaktif pasar seni/barang antik, permainan interaktif pasar seni/barang antik, fashion, Kuliner 5 20

21 PAKET KWADRAN I (EMAS) II (HIJAU) III (HITAM) IV (BIRU) Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan F2-F3 Periklanan, kerajinan, desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner F2-F4 F3-F4 Periklanan, kerajinan, komputer/ piranti lunak, desain, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, dan Film/video/ fotografi Periklanan, kerajinan, komputer/ piranti lunak, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan permainan interaktif Musik, permainan interaktif, Film/video/fotogr afi permainan interaktif, Radio dan Televisi Radio dan Televisi Arsitektur, pasar seni/barang antik, Radio dan Televisi Film/video/fotogra fi, arsitektur, komputer/piranti lunak, pasar seni/barang antik, Musik Arsitektur, Kuliner, pasar seni/barang antik, fashion Desain, fashion, Kuliner F1 F2 F3 F4 1. Periklanan 2. Kerajinan 3. komputer/piranti lunak 4. Seni Pertunjukan 5. Penerbitan dan Percetakan 6. Riset dan Pengembangan Sumber Hasil Analisis, Tahun 2014 Ket. F1 : Paket-1, Kreasi dan Cipta F3 : Paket-3, Lingkungan Pengembangan Aktif 7. Musik 8. Film/video/fo tografi 9. Radio dan Televisi 10. Arsitektur 11. pasar seni/barang antik 12. permainan interaktif 13. Desain 14. Fashion 15. Kuliner F2 : Paket-2, Respon terhadap Pasar; F4 : Paket-4, Lingkungan Pengembangan Pasif 5 21

22 Gambar 5.11 Industri Kreatif Unggulan di Kabupaten Bandung Sumber : Hasil Analisis, Tahun TINGKATAN KEMAPANAN EKONOMI KREATIF Keberhasilan pengembangan ekonomi kreatif terletak pada pembangunan sumberdaya manusia. Ekonomi kreatif yang berhasil adalah ekonomi kreatif yang didalamnya terdapat kemandian dari sumberdaya manusia dan insan kreatif pelakunya. Produk yang ditawarkan merupakan produk hasil dari budaya, dimana penduduk dengan daya ciptanya membangun aktivitas yang selanjutnya membuahkan produk yang memiliki nilai ekonomi. Budaya adalah bentuk nilai yang berkembang pada lingkungan penduduk, perubahan budaya pada umumnya menurunkan berbagai bentuk kegiatan. Seni tari jaipong misalnya adalah warisan budaya yang pada jamannya merupakan budaya modern, tetapi seni tari jaipong pada saat ini merupakan hasil kebudayaan yang dinilai kuno. 5 22

23 Mengemas hasil kebudayaan yang sudah usang dan kuno menjadi modern memiliki tantangan, karena pada umumnya faktor pasar akan menjadi penentu kebudayaan kuno menjadi modern kembali atau perlu adanya kebudayaan-kebudayan baru yang dapat diterima oleh pasar, walaupun kebudayaan tersebut merupakan pemberontakan dari kebudayaan yang lama. Seni musik cadas seperti metal dan rock merupakan hasil dari revolusi budaya yang dapat diterima oleh penduduk di dunia. Musik-musik cadas dan rock menjadi bagian dari industri musik revolusioner, yang selanjutnya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Kebudayaan ini, sempat ditolak pada awalnya, bahkan di indonesia sempat dipersulit perkembangannya karena dianggap sebagai pemberontak politik. Namun saat ini, seluruh dunia mengenal musik metal dan rock sebagai budaya baru yang modern. Pengembangan ekonomi kreatif tidak dapat didekati dengan cara-cara yang ada, layaknya pembangunan ekonomi pada umumnya yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi, produksi, modal, tenaga kerja dan pendapatan. Pendekatan budaya merupakan cara yang paling sesuai digunakan untuk mengembangkan ekonomi kreatif, yang merupakan roh dari ekonomi kreatif tersebut. Ekonomi kreatif sebagai hasil dari kebudayaan, akan tumbuh bersama dengan lingkungan dan nilai-nilai yang ada dan berlaku saat ini dan keinginan serta motivtasi para pelaku ekonomi kreatif untuk membuat sebuah budaya yang baru, baik itu budaya imitasi, budaya turunan, budaya modifikasi dan lain sebagainya. Kematangan ekonomi kreatif tidak terlepas dari keberhasilan membuat budaya baru dan didasarkan pada budaya yang lama, baik sebagai perlawanan, ataupun sebagai pengembangan dari budaya yang lama tersebut. Oleh karena itu, kematangan ekonomi kreatif didasarkan pada 4 paket ekonomi kreatif, yaitu kreasi dan Cipta, Respon Terhadap Pasar, Lingkungan Pengembangan Aktif dan Lingkungan Pengembangan Pasif Level Industri Kreatif Sejarah menunjukkan bahwa perkembangan produk-produk yang merupakan buah dari kebudayaan tidak dapat berkembang dalam waktu yang singkat. Hal ini memerlukan waktu yang lama, bahkan beberapa produk ada yang mengalami transformasi (perubahan) secara besar-besar. Namun sebagain besar ada yang hilang dan tidak mucul kembali. Colenak merupakan makanan khas Kabupaten Bandung, yang terbuat dari ketela pohon atau tape dengan di bumbuhi adonan gula merah. Colenak merupakan hasil dari kebudayaan yang pada jamanya merupakan produk yang modern. Namun saat ini, colenak tidak nampak diberbagai tempat, bahkan sangat sulit untuk menikmati colenak di masa sekarang ini. Colenak tidak berkembang sesuai dengan harapan, karena kematangan usaha colenak tidak berada pada tingkat mandiri. Colenak akan dapat bertahan apabila adanya revolusi budaya yang dilakukan oleh insan keratif atau pengusahan colenak. Seperti membuat imitasi atau perubahan baru baik rasa, kemasan, pemasaran dan lain sebagainya yang menjadikan colenak sebagai jajanan modern yang dapat diterima oleh pasar. 5 23

24 Contoh diatas memberikan gambaran bahwa ekonomi kreatif memiliki tingkatan dalam perkembangannya, diantaranya adalah tahapan perkembangan kuno/asli, tahapan perkembangan Berdaya rendah, tahapan perkembangan berdaya radikal, tahapan perkembangan matang/mapan. Tingkatan perkembangan ekonomi kreatif adalah sebagai berikut: 1. Tahapan Kuno/Asli : Produk-produk yang dipasarkan dalam bentuk yang tidak berubah dari bentuk aslinya. Seperti makanan khas Surabi, yang hanya dijual dan dikemas dengan bahan yang sama dan dikemas menggunakan daun pisang atau daun jagung yang sudah kering, serta dijual secara tradisional. Bahan yang digunakan sama persis dengan yang digunakan oleh nenek moyang. Tahapan ini menunjukkan bahwa daya cipta dan daya kreasi belum berkembang dengan baik. Pelaku ekonomi kreatif tidak memberikan perubahan dari produk yang mereka jual, dengan produk asali (warisan) yang diberikan oleh nenek moyangnya. Hal ini menunjukkan respon terhadap pasar yang masih lemah, sehingga tidak ada upaya untuk melakukan perubahan sesuai dengan selera pasar. 2. Tahapan Berdaya Rendah : Produk yang dijual telah mengalami perubahan baik rasa, kemasan dan lain sebagainya. Namun kebingunan nampak pada perubahan tersebut, seperti tidak sesuainya perubahan dengan selera pasar. Hal ini pada umumnya terjadi pada pelaku industri kreatif yang tidak memiliki akses informasi yang cukup. Tahapan ini menunjukkan bahwa daya cipta dan daya kreasi sudah mulai berkembang dengan baik. Pelaku ekonomi kreatif memberikan perubahan pada produk yang mereka jual, dibandingkan dengan warisan yang diberikan oleh nenek moyangnya. Namun kemampuan membaca peluang dan selera pasar belum tumbuh dengan baik, yang ditunjukkan oleh respon terhadap pasar yang masih lemah. 3. Tahapan Berdaya radikal; Produk yang dijual telah mengalami perubahan baik rasa, kemasan dan lain sebagainya. Selain itu, kemampuan manajerial telah tumbuh dengan baik, keberhasilan dalam menyusun startegi dan menyesuaikan dengan budaya dan selera baru sudah berhasil. Namun akses untuk membangunan jaringan dan kelembagaan masih terhambat Tahapan ini menunjukkan bahwa daya cipta dan daya kreasi sudah mulai berkembang dengan baik. Pelaku ekonomi kreatif memberikan perubahan pada produk yang mereka jual, dibandingkan dengan warisan yang diberikan oleh nenek moyangnya. Selain itu, kemampuan membaca peluang dan selera pasar sudah tumbuh dengan baik, yang ditunjukkan oleh respon terhadap pasar yang tinggi. Namun dukungan lingkungan pasif dan aktif belum maksimal, sehingga rentan terhadap adanya pendatang/pelaku ekonomi kreatif yang baru, karena daya saing yang masih rendah, sehingga usahanya terancam jatuh bangun. 4. Tahapan Mapan/Matang : Produk yang ada telah memenuhi seluruh kriteria yang dibutuhkan untuk sebuah hasil dari perubahan kebudayaan yang baru. Ide dan gagasan dapat diaktualisasikan, yang kemudian pasar dapat merespon dengan baik. Selain itu, pelaku ekonomi kreatif aktif dalam upaya untuk memperkaya pengetahuan dan teknologi dan membangunan jaringan yang luas. 5 24

25 Tahapan ini menunjukkan bahwa daya cipta dan daya kreasi, respon terhadap pasar, dukungan lingkungan pasif dan dukungan lingkungan aktif telah bekerja dengan baik. Gambar 5.12 Tahapan Perkembangan Ekonomi Kreatif New Product MATANG BERDAYA RADIKAL Geniun Product BERDAYA RENDAH KUNO/ASLI Warisan Budaya Perubahan Budaya Budaya Baru Sumber : Hasil Analisis, Tahun Gap Industri Kreatif (Aktual & Normatif) Industri kreatif yang mencapai kematangan adalah industri kreatif yang menjadi tujuan pembangunan. Semakin banyak bidang industri kreatif yang matang dan mapan menunjukkan tingkat kemandirian bidang ekonomi kreatif dan sumberdaya yang unggul telah dimiliki oleh daerah. Biadang ekonomi kreatif yang matang, diharapkan memberikan dampak sistemik pada bidang industri kreatif lainnya, sehingga kematangan juga diiukuti oleh bidang industri kreatif lainnya. Oleh karena itu, mendorong salah satu bidang industri kreatif merupakan 5 25

26 cara untuk membuat jalan bagi bidang industri kreatif lainnya untuk mencapai tingkat kematangan dan kemapanan sesuai dengan yang diinginkan. Bidang industri kreatif yang mapan dan matang adalah bidang industri kreatif yang mampu menjalankan Paket kematangan industri kreatif dengan nilai sempurna. Ukuran kesempurnaan bidang ekonomi kreatif mencapai kematangan dan kemapanan adalah pada saat inidustri kreatif berada pada skor 100%, hal ini menunjukkan seluruh Paket atau Prasyarat untuk menjadi industri kreatif telah tercapai dengan baik. Kesenjangan antara acuan normatif indutri kreatif dengan kondisi lapangan, menghasilkan tiga kelompok, diantarnya adalah: 1. Kesenjangan rendah adalah tingkat pencapaian > 75%, yang mana bidang indutri keratif telah dapat memenuhi seluruh prasyarat untuk menjadi matang. Bidang industri kreatif dengan tingkat penyimpangan rendah terhadap tingkat kematangan dan kemapanan belum ada di Kabupaten Bandung. 2. Kesenjangan sedang adalah tingkat pencapaian 50% -75%, yaitu bidang indutri kreatif telah dapat memenuhi sebagian besar prasyarat untuk menjadi industri yang matang dan mapan. Untuk mencapai peningkatan dan tambahan pada tingkat pencapaian kondisi matang dan mapan memerlukan upaya-upaya yang cukup besar, namun masih mungkin dilakukan dalam jangka menegah. Bidang industri kreatif dengan tingkat penyimpangan sedang adalah bidang industri kreatif Periklanan, desain, penerbitan dan percetakan, arsitektur, fashion, riset dan pengembangan, pasar seni/barang antik, permainan interaktif, kerajinan, musik, film/video/fotografi, komputer/piranti lunak, seni pertunjukan, kuliner. 3. Kesenjangan rendah adalah tingkat pencapaian < 25%, yaitu bidang industri kreatif telah dapat memenuhi hanya beberapa prasyarat saja untuk menjadi industri yang matang dan mapan. Untuk mencapai peningkatan dan tambahan pada tingkat pencapaian kondisi matang dan mapan memerlukan upaya-upaya yang cukup besar dan memerlukan upaya yang sangat besar dan waktu yang panjang. Bidang industri kreatif dengan tingkat penyimpangan tinggi adalah bidang industri kreatif radio dan televisi. 5 26

27 Gambar 5.13 Tahapan Kemapanan Industri Kreatif Kabupaten Bandung MAPAN 100% 85% PRA BERDAYA BERDAYA 55% N MANDIRI 65% H I C B E 0 L K J G D F A M 0% 5 27

28 Gambar 5.14 Tingkat Pencapaian Kemapanan Ekonomi Kreatif Keterangan : a. Periklanan f. desain, k. penerbitan dan percetakan b. arsitektur, g. fashion, l. riset dan pengembangan c. pasar seni/barang antik, h. permainan interaktif, m. radio dan televisi d. kerajinan, i. musik, n. film/video/fotografi e. komputer/piranti lunak, j. seni pertunjukan, o. kuliner 5 28

29 Tabel 5.3 Prestasi Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun 2014 No Kriteria Bidang Industri Kreatif a b c d e f g h i j k l m n o Avrage Stan. Dev I Kreasi dan Cipta (40%) 30,00 27,78 29,05 30,01 28,89 28,00 31,19 28,33 27,78 28,67 28,63 28,33 0,00 24,44 30,25 26,76 7,56 Ide Produk 75,00 83,33 89,29 89,58 83,33 75,00 90,79 81,25 83,33 85,00 78,13 81,25 0,00 50,00 91,22 75,77 23,25 Program Khusus 91,67 83,33 89,29 97,97 83,33 87,50 94,44 93,75 83,33 95,00 93,75 93,75 0,00 100,00 93,06 85,35 24,17 Produksi 58,33 41,67 39,29 37,50 50,00 47,50 48,68 37,50 41,67 35,00 42,86 37,50 0,00 33,33 42,57 39,56 12,74 II Respon Terhadap Pasar (30%) 20,75 18,50 18,86 19,45 19,00 20,15 20,74 15,75 19,00 19,20 20,44 21,50 0,00 20,00 19,22 18,17 5,20 Perlindungan konsumen 58,33 75,00 89,29 89,86 66,67 70,00 81,94 62,50 75,00 80,00 78,13 100,00 0,00 100,00 91,67 74,56 24,18 Perlindungan Kompetitor 87,50 75,00 78,57 79,86 75,00 83,33 78,13 81,25 83,33 80,00 78,13 58,33 0,00 83,33 83,57 73,69 21,44 Promosi 58,33 50,00 35,71 45,27 41,67 52,50 51,32 43,75 50,00 60,00 53,13 56,25 0,00 41,67 44,44 45,60 14,32 Jejaring 66,67 50,00 57,14 47,30 66,67 65,00 57,89 31,25 41,67 45,00 65,63 68,75 0,00 50,00 44,59 50,50 17,87 Pemasaran 75,00 58,33 53,57 61,81 66,67 65,00 76,32 43,75 66,67 55,00 65,63 75,00 0,00 58,33 56,08 58,48 18,48 III Lingkungan Pengembangan 12,67 10,00 11,71 12,26 12,00 12,90 12,67 10,75 11,67 13,20 12,88 14,25 0,00 11,00 12,78 11,38 3,32 Aktif (20%) Komunitas 33,33 33,33 42,86 37,14 33,33 47,50 36,76 25,00 41,67 65,00 46,43 50,00 0,00 25,00 36,43 36,92 14,41 Sertifikasi 50,00 25,00 25,00 35,29 33,33 52,50 47,06 37,50 33,33 50,00 53,57 93,75 0,00 25,00 57,64 41,27 20,97 Scientific Venture/ 91,67 83,33 85,71 88,97 100,00 85,00 88,24 93,75 91,67 90,00 84,38 68,75 0,00 100,00 87,50 82,60 24,02 Kerjamasa Ilmu Lembaga Keuangan 100,00 66,67 89,29 100,00 83,33 80,00 92,11 81,25 83,33 100,00 100,00 62,50 0,00 100,00 86,49 81,66 25,55 Sistem Informasi 41,67 41,67 50,00 45,14 50,00 57,50 52,63 31,25 41,67 25,00 37,50 81,25 0,00 25,00 51,39 42,11 18,12 IV Lingkungan Pengembangan 5,36 4,17 3,88 5,17 5,00 5,00 4,90 5,18 5,60 5,86 5,67 6,34 0,00 5,12 4,81 4,80 1,46 Pasif (10%) Pusat Pelatihan 83,33 50,00 35,71 68,92 50,00 52,50 53,95 68,75 100,00 75,00 65,63 62,50 0,00 75,00 56,25 59,84 22,81 Pusat Penelitian 25,00 25,00 25,00 45,71 50,00 47,50 39,71 43,75 25,00 75,00 62,50 68,75 0,00 50,00 39,29 41,48 19,51 Pusat Pengembangan 50,00 25,00 25,00 51,43 50,00 50,00 55,88 62,50 75,00 65,00 53,13 68,75 0,00 50,00 53,47 49,01 19,18 Laboratorium 25,00 25,00 25,00 28,79 25,00 35,00 25,00 25,00 25,00 25,00 34,38 81,25 0,00 25,00 27,14 28,77 16,44 Imbalan 25,00 25,00 28,57 32,86 25,00 27,50 30,56 25,00 25,00 35,00 25,00 43,75 0,00 33,33 32,86 27,63 9,32 Bantuan 100,00 100,00 100,00 93,75 100,00 92,50 94,12 100,00 100,00 100,00 96,88 56,25 0,00 100,00 90,28 88,25 26,83 Standar/Acuan hukum atau peraturan yang berlaku 66,67 41,67 32,14 40,54 50,00 45,00 44,12 37,50 41,67 35,00 59,38 62,50 0,00 25,00 37,50 41,25 16,13 SKOR 68, , , , , ,05 69, , , , , , , , ,11 17,22 Sumber : Hasil Survey, Tahun 2014

30 Avrage Urutan Kegagalan Kemapanan Industri Kreatif Peranan pemerintah dalam mengembangkan ekonomi kreatif sangat terbatas, hal ini dikarenakan ekomomi kreatif merupakan barang swasta, sementara ranah pemerintah adalah pada barang publik. Dimana barang publik merupakan barang yang memiliki eksternalitas yang besar, dan cara mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan yang besar, berbeda dengan barang swasta. Pengusaha ekonomi kreatif dalam hal ini, akan menyediakan barang swasta sebagaimana yang masuk dalam kelompok bidang industri kreatif diantaranya adalah Periklanan, desain, penerbitan dan percetakan, arsitektur, fashion, riset dan pengembangan, pasar seni/barang antik, permainan interaktif, radio dan televisi, kerajinan, musik, film/video/fotografi, komputer/piranti lunak, seni pertunjukan dan kuliner. Dalam rangka mendorong perkembangan ekonomi kreatif pemerintah hanya akan menyediakan barang publik, yang selanjutnya akan memberikan eksternalitas pada seluruh bidang industri kreatif yang ada di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, peranan dan intervensi pemerintah hanya terbatas pada penyediaan barang publik dan atau kebijakan-kebijakan yang meliputi Standar, Insentif, lembaga Sertifikasi, Pendidikan dan Pelatihan, Kerjasama, Researce and Development, Pembiayaan, Bantuan Teknis dan sistem informasi. Namun sebelum memutuskan cara dan kebijakan apa yang akan dilakukan, perlu teridentifikasi dengan jelas skala persoalan yang sedang terjadi, terkait dengan tingkat pencapaian kematangan dan distribusi tingkat pencapaian tersebut. Gambar 5.15 Kinerja Inisiatif pada Setiap Jenis Industri Kreatif di Kabupaten Bandung 70 Riset dan Pengembangan SEBAGIAN BESAR INISIATIF BEKERJA Penerbitan dan Percetakan Seni Pertunjukan Periklanan fashion desain kerajinan Kuliner Musik SELURUH INISIATIF BEKERJA komputer/piranti lunak Film/video/fotografi 55 SELURUH INISIATIF TIDAK BEKERJA 15,0 17,5 20,0 permainan interaktif pasar seni/barang antik arsitektur SEBAGIAN BESAR INISIATIF TIDAK BEKERJA 22,5 25,0 27,5 30,0 Stand. Deviasi Sumber : Hasil Analisis, Tahun

31 Persoalan tingkat kematangan industri kreatif tercermin dalam seluruh inisiatif kematangan dan kemapanan, diantaranya adalah Ide Produk, Program Khusus, Produksi, Perlindungan konsumen, Perlindungan Kompetitor, Promosi, Jejaring, Pemasaran, Komunitas, Sertifikasi, Scientific Venture/ Kerjamasa Ilmu, Lembaga Keuangan, Sistem Informasi, Pusat Pelatihan, Pusat Penelitian, Pusat Pengembangan, Laboratorium, Imbalan, Bantuan dan Standar/Acuan hukum atau peraturan yang berlaku. Untuk menggunakan instrumen yang mampu mendorong perkembangan industri kreatif, pemerintah perlu mempelajari persoalan yang terjadi dan penyebab-penyebab terhambatnya perkembangan ekonomi kreatif. Untuk meninjau apakah persoalan tersebut dapat ditangai oleh pemerintah maka sedikitnya memerlukan beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan untuk dilakukannya intervensi pemerintah, terkait dengan penyediaan barang publik yang bertujuan untuk membantu perkembangan industri kreatif, yaitu 1) standar devisasi pencapaian industri kreatif terhadap referensi normatif, dan 2) rata-rata tingkat pencapaian aktual terhadap referensi normatif. 1. KEGAGALAN MERATA: Standar deviasi rendah dan tingkat pencapaian rendah menunjukkan kesamaan persoalan yang dihadapi industri kreatif, keseragaman bidang industri kreatif pada tingkat pencapaian yang rendah dari referensi normatif menunjukkan adanya persoalan yang sama atau umum terjadi (publik). Oleh karena itu, pemerintah dapat melakukan intervensi dengan menyediakan barang publik fokus pada tipologi Kegagalan Merata untuk membantu mempercepat tingkat kematangan dan kemapanan industri kreatif. Bentuk inisiatif yang belum baik dalam pelaksanaannya dan kegagalan hampir pada semua industri kreatif yang berkembang, diantaranya adalah inisiatif Jejaring, Promosi, Produksi, Komunitas, Imbalan, Laboratorium, Standar 2. KEBERHASILAN TIDAK MERATA : Standar deviasi tinggi dan tingkat pencapaian tinggi menunjukkan perbedaan persoalan industri kreatif, dengan kemapuan industri kreatif yang mandiri untuk menyelesaikannya. Unutuk persoalan ini, pemerintah tidak memerlukan campur tangan yang sangat dalam, karena campur tangan pemerintah akan berpotensi mengagalkan pasar. Dalam hal ini pemerintah perlu memberikan regulasi agar ada sistem yang berjalan dan terjadinya mekanisme pasar sesuai dengan yang di harapkan. Bentuk inisiatif yang mampu memberikan keberhasilan hanya pada sebagai Industri kreatif Kabupaten Bandung diantaranya adalah Bantuan, Program Khusus, Scientific Venture, Lembaga Keuangan, Ide Produk, Perlindungan konsumen, Perlindungan Kompetitor, Pusat Pelatihan, Pemasaran. 3. KEBERHASILAN MERATA : Standar deviasi rendah dan tingkat pencapaian tinggi menunjukkan kemampuan seluruh industri dalam penyelesaian masalah yang hampir merata, pada umumnya hal ini akan menjadi kekuatan yang dapat membangkitkan industri kreatif untuk berada pada level yang lebih baik, karena sudah menjadi budaya dan ciri khas industri kreati. Pemerintah tidak perlu melakukan campur tangan yang sangat dalam, stimulan hanya perlu dilakukan pada pemantauannya dan pengendaliannya saja. 5 31

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG

LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG 2014-2019 1. Pendahuluan PENYAJIAN 2. Kebijakan Pengembangan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pekerjaan Jasa Konsultansi STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pada bagian ini akan dijelaskan analisis mengenai analisis strategi pengembangan kawasan industri

Lebih terperinci

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan UU No.23 Tahun 2014 3 Indikator - Jumlah Penduduk - Luas Wilayah - Jumlah Desa/Kelurahan Klasifikasi : Tipe A (beban besar) Tipe B (beban kecil) 6 Dimensi 28 Aspek (Kreasi Tim: Pemetaan Pembanguna) Intervensi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG 2011-2015 TUJUAN Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian dan wilayah sentra produksi Menciptakan sistem produksi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG sebagai Dokumen ROADMAP KECAMATAN, dimana, berdasarkan (1) luas, (2) jumlah desa dan (3) jumlah penduduk. LANDASAN PENYUSUNAN ROADMAP Pasal 223 Desa/kelurahan.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki matapencaharian dalam sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan sektor yang

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Penduduk dalam menjalankan aktivitas dan usaha ekonomi telah mengalami transformasi, hal ini sesuai dengan perkembangan daerahnya dan wilayahnya. Pada tahun 50 70-an

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa karena tujuannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan sumber daya

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERWUJUDAN VISI...SINERGI PEMBANGUNAN PERDESAAN... DALAM SIKLUS PERENCANAAN TAHUNAN UU 25/2004; PP 8/2008 & PMDN 54/2010 Penetapan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA 1. Peserta wajib mengisi formulir pendaftaran dengan lengkap; 2. Formulir yang sudah dilengkapi dapat langsung dikirimkan ke koordinator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional

Lebih terperinci

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan RENCANA STRATEGIS PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga bermanfaat. Bandung, Nopember PT. Metro Network Solutions

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga bermanfaat. Bandung, Nopember PT. Metro Network Solutions KATA PENGANTAR Mencapai tahap kemapanan ekonomi kreatif memerlukan visi dan strategi yang diikuti oleh langkah-langkah nyata oleh semua pihak yang terkait. Percepatan pencapaian tahap kemapanan ekonomi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG Anggaran : 203 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 5 Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Organisasi

Lebih terperinci

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN 2015 Kode Rekening Nama Kegiatan/ Sub Kegiatan 1 14 01 15 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja 1 14 01 15 02 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki faktor geografis yang baik untuk membudidayakan tanaman

Lebih terperinci

7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN

7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN BAB 7 RENCANA AKSI 7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN Mewujudakan industri kreatif actual menjadi industri kreatif mapan, memerlukan berbagai tahapan pembangunan yang berkesinambungan dan tersruktur

Lebih terperinci

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN 163 METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN A.1 METODE ANALSISIS STURGESS Dalam mencari rangking untuk faktor penduduk penulis terlebih dahulu menentukan kelas wilayah yang dan melakukan

Lebih terperinci

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung Dinas Tenaga Kerja NO PELATIHAN LOKASI KECAMATAN DESA volume (org) Pagu 1 2 3 4 5 6 1 LAS LISTRIK ARJASARI KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan

BAB V PENUTUP Simpulan BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Tingginya peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas perekonomian di Kota Bandung mengakibatkan lahan di wilayah tersebut kian terbatas. Keterbatasan lahan di Kota Bandung mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak 141.553 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Indonesia Tahun 2013 sebanyak 41 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk dapat bersaing di era globalisasi saat ini dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dimana bahwa perkembangan dan kemajuan suatu Negara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek penelitian Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan asumsi bahwa Pemerintah Kabupaten telah melaksanakan kebijakan pendelegasian wewenang Bupati

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana arah RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010 2015 dan RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012, Kabupaten Bandung berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono, (2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono, (2008 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono, (2008 :2), cara ilmiah

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN : 979 486 6199 Nomor Publikasi : 3204.1136 Nomor Katalog : 4716.3204 Ukuran Buku Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : 172 + ix Naskah Gambar kulit

Lebih terperinci

GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008

GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 Nomor Publikasi : 3204 0810 Nomor Katalog : 4716 3204 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 18,21 cm x 25,7 cm : 50 + vi Naskah Gambar kulit dan seting Diterbitkan : Seksi

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT Pada bagian ini akan dibahas mengenai kebijakan yang terkait dengan pengembangan industri tembakau, yang terdiri dari : 1) Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri

Lebih terperinci

H. DADANG M. NASER., SH., S.Ip BUPATI BANDUNG

H. DADANG M. NASER., SH., S.Ip BUPATI BANDUNG Kota Cimahi Kota Bandung Margaasih Cileunyi Kab.Sumedang Dayeuhkolot Margahayu Bojongsoang Rancaekek Kutawaringin Cicalengka Katapang Solokanjeruk Kab. Bandung Barat Baleendah Ciparay Cikancung Nagreg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman saat ini yang ada di Indonesia telah banyak sekali pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi pengembangan industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan global dalam transformasi ekonomi, baik secara regional maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu dari era pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU Analisis Luas Garapan Petani di DAS Citarum Hulu May 15, 2011 1. Pendahuluan ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU Oleh: D.K. Kalsim 1 dan M. Farid Rahman

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENYESUAIAN PANJAR BIAYA PERKARA PERDATA PADA KAMI, KETUA PENGADILAN PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG

PERUBAHAN PENYESUAIAN PANJAR BIAYA PERKARA PERDATA PADA KAMI, KETUA PENGADILAN PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG =================== SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG ------------------------------------------------------------------------------- Nomor : W11.U-6/1687/HT.04.10/IX/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi adalah sektor perindustrian. Dalam era globalisasi,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Letak Geografis Letak Geografis Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung terletak pada koordinat 107 0 14 107 0 56 bujur timur dan 6 0 49 7 0 18 lintang selatan. Kecamatan Pasirjambu

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Data Sosial

Lebih terperinci

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG Katalog BPS: 4716.3204 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 SAMPAI TAHUN 2036 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PRUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012

DOKUMEN PELAKSANAAN PRUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012 Urusan Pemerintah: 1. 13. Urusan Wajib Sosial Organisasi : 1. 13. 01. Dinas Sosial Program Kode Kegiatan DOKUMEN PELAKSANAAN PRUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Kabupaten Bandung Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu permasalahan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001)

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001) LAMPIRAN Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001) SOSIAL TEMA SUBTEMA INDIKATOR Persen penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan Kemiskinan Indeks gini dari ketidaksamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring

Lebih terperinci

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Indonesia tersebar secara merata di seluruh

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAPODIK EMPAT BAGIAN PENTING KONSEP DASAR DAPODIK

KONSEP DASAR DAPODIK EMPAT BAGIAN PENTING KONSEP DASAR DAPODIK SELAMAT PAGI Data Pokok Pendidikan - Kebudayaan KONSEP DASAR DAPODIK EMPAT BAGIAN PENTING KONSEP DASAR DAPODIK DAPODIK adalah suatu konsep pengelolaan Data Pendidikan yang bersifat Relational dan Longitudinal,

Lebih terperinci

10 poin arah pengembangan tembakau dan industri hasil tembakau yang direncanakan sebagai berikut :

10 poin arah pengembangan tembakau dan industri hasil tembakau yang direncanakan sebagai berikut : Sebagaimana arah RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010 2015 dan RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012, Kabupaten Bandung berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan difokuskan untuk mencapai peningkatan

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung

Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung 1 Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung Dimas Darmawansyah dan Sardjito Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

Rencana Umum Pengadaan

Rencana Umum Pengadaan Rencana mum Pengadaan (Melalui Penyedia) K/L/D/I : Satuan Kerja : DINAS PERMAHAN, PENATAAN RANG DAN KEBERSIHAN Tahun Anggaran : 2015 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Penyusunan Kebijakan Manajemen Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi kendaraan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data dari badan pusat statistik dari tahun 2000 hingga 2012 menunjukkan kenaikan jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 68/Kpts/KPU-Kab /2015

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 68/Kpts/KPU-Kab /2015 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 68/Kpts/KPU-Kab-011.329047/2015 TENTANG PEMBERIAN SANKSI KEPADA PASANGAN CALON, PETUGAS KAMPANYE

Lebih terperinci

Industri Kreatif Jawa Barat

Industri Kreatif Jawa Barat Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG Tahun Anggaran 2013

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG Tahun Anggaran 2013 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPA SKPD 2.2 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG Tahun Anggaran 203 Urusan Pemerintahan :. Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Organisasi

Lebih terperinci

DISKRIPSI PROGRAM UTAMA A-1 PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT PERMUKIMAN (AIR LIMBAH)

DISKRIPSI PROGRAM UTAMA A-1 PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT PERMUKIMAN (AIR LIMBAH) DISKRIPSI PROGRAM UTAMA A-1 PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT PERMUKIMAN (AIR LIMBAH) I. Latar Belakang Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung sebesar 1,6% akan menciptakan kebutuhan permukiman yang

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

3.1. BATASAN ADMINSTRASI KABUPATEN BANDUNG

3.1. BATASAN ADMINSTRASI KABUPATEN BANDUNG BAB 3 GAMBARAN UMUM 3.1. BATASAN ADMINSTRASI KABUPATEN BANDUNG Secara geografis, Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa barat. Tofografi sebagian besar di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan tersebut terdapat pada sistem syaraf yang ada pada diri manusia yaitu otak. Otak tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN, KEPUTUSAN/KEBIJAKAN YANG TELAH DISAHKAN

DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN, KEPUTUSAN/KEBIJAKAN YANG TELAH DISAHKAN DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN, KEPUTUSAN/KEBIJAKAN YANG TELAH DISAHKAN I. Peraturan Daerah 1. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun. 2. Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA UMKM KABUPATEN BANDUNG

LAMPIRAN A DATA UMKM KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN A DATA UMKM KABUPATEN BANDUNG DAFTAR INDUSTRI KECIL BIDANG AGRO KABUPATEN BANDUNG Kecamatan Jenis Nilai Investasi (Rp. Juta) Tenaga Kerja Pemasaran Pria Wanita Jumlah Ekspor Lokal Cileunyi Kerajinan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016-2036 I. UMUM Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian semakin cepat seiring dengan munculnya potensi ekonomi baru yang mampu menopang kehidupan perekonomian masyarakat dunia. Pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB III PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN (Belajar dari Pengalaman) A. Kabupaten Bandung dalam Catatan Sejarah

BAB III PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN (Belajar dari Pengalaman) A. Kabupaten Bandung dalam Catatan Sejarah Master Plan Pendidikan ikan Kabupaten Bandung 2008- BAB III PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2003-2006 (Belajar dari Pengalaman) A. Kabupaten Bandung dalam Catatan Sejarah Sejarah mencatat bahwa Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi penting bagi perekonomian negara. Industri kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya yang kontinyu kearah pencapaian dan peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman adalah sesuatu yang urgen, karena pendidikan

Lebih terperinci

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS KEBUTUHAN AKAN INOVASI DAN KREATIVITAS Pengenalan barang dan jasa baru Metode produksi baru Sumber bahan mentah baru Pasar-pasar baru Organisasi industri baru Kreativitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an, dimulailah era baru ekonomi dunia yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, era tersebut populer dengan sebutan ekonomi kreatif atau industri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG; Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LKIP Kabupaten Bandung 2016

KATA PENGANTAR. LKIP Kabupaten Bandung 2016 KATA PENGANTAR P uji dan Syukur kami panjatkan ke-khadirat Allah SWT, karena atas Ridho dan perkenan-nya kami dapat menyelesaikan Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK Industri kreatif telah membuktikan proporsi kontribusinya yang signifikan

Lebih terperinci