HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU
|
|
- Suryadi Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU Ketersediaan rumput alam yang semakin terbatas dengan kualitas yang kurang memadai sudah saatnya peternak berpindah dengan memanfaatkan hasil sampingan berbagai komoditas pertanian dan perkebunan. Banyak orang menyebut dengan sebutan limbah sawit, tetapi banyak juga yang tidak setuju dengan ungkapan itu. Yang keberatan dengan ungkapan limbah mungkin ada juga benarnya, karena masih banyak manfaat yang bisa diambil dari limbah tersebut. Baik itu pelepah dan daun, lumpur/solid, apalagi bungkil, salah satu hasil sampingan pengolahan kelapa sawit yang merupakan komoditas ekspor. Karena itu ungkapan hasil sampingan lebih tepat agaknya ketimbang menyebutkan sebagai limbah kelapa sawit. Ketersediaan daun dan pelepah sawit sangat memungkinkan untuk pengembangan ternak sapi, karena kebun kelapa sawit di Provinsi Riau cukup luas. Pada tahun 2008 tercatat luas kebun sawit di Provinsi Riau 1,7 juta hektar, dikhabarkan sekarang sudah mencapai 1,9 juta ha. Provinsi Riau memiliki kebun kelapa sawit terluas di Indonesia, karena lebih 25 % dari 7,1 juta hektar kebun kelapa sawit di Indonesia berada di Bumi Lancang Kuning Provinsi Riau. Bila setiap batang sawit dalam setahun dapat dipanen 22 pelepah dan setiap hektarnya ada lebih kurang 130 batang kelapa sawit, diperkirakan jumlah daun dan pelepah ini dapat memenuhi kebutuhan pakan untuk 3 juta ekor sapi dewasa. Suatu jumlah yang cukup besar bila dibandingkan dengan populasi ternak sapi pada tahun 2008 sebanyak ekor (hampir 20 kali lipat). Tidak saja daun dan pelepah kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan tetapi juga bungkil, lumpur (solid), tankos dll. Sampai saat sekarang segelintir saja peternak yang telah memanfaatkannya, terutama di sekitar wilayah perusahaan perkebunan besar atau perusahaan penggemukan sapi di beberapa kabupaten di Prov. Riau seperti, Kabupaten Siak, Kuansing, Rohul, Indragiri Hulu, Kota Dumai. Untuk memanfaatkan pelepah dan daun sawit sebagai pakan ternak diperlukan sarana pendukung berupa mesin choper untuk perajang dan pencacah. Tidak cukup itu saja, pendampingan dan pengawalan dirasa sangat dibutuhkan, karena pada kenyataannya masih ada mesin Choper bantuan dari berbagai instansi untuk kelompok tani yang belum dimanfaatkan. Berbagai alasan petani kenapa belum dimanfaatkan, ada yang mengatakan rumput alam masih tersedia, merepotkan, sapi tidak mau memakan daun dan pelepah sawit, dan berbagai alasan lainnya. Perkembangan ternak sapi di Provinsi Riau berjalan sangat lamban yang ditunjukkan oleh perkembangan populasi dan pertambahan berat harian sapi yang dicapai di tingkat petani. Populasi ternak sapi selama lima tahun terakhir ( ) tercatat secara berurut ekor, ekor, ekor, ekor dan tahun 2008 sebanyak ekor. Sementara pertambahan berat badan harian (PBBH) ternak sapi di tingkat peternak berkisar antara 0,2 0.3 kg/ekor/hari. Itupun pada peternak yang cukup telaten, pada kebanyakan peternak masih berada di bawah angka tersebut. Sementara pada tingkat pengkajian 0,7 0,9 kg/e/h. Bahkan pada tingkat penelitian ataupun perusahaan peternakan angka tersebut ada yang lebih baik mencapai 1 kg/e/h. Rendahnya perkembangan populasi ternak dan PBBH antara lain karena peternak belum Edisi 1117 Januari 2012 No.3439 Tahun XLII
2 memberikan pakan konsentrat dan teknis pemeliharan yang seadanya, tingginya tingkat pemotongan untuk memenuhi kebutuhan daging yang selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Pemotongan sapi selama tahun yang tercatat pada 2004 sebanyak ekor, pada ekor, pada 2006 sebanyak ekor, dan pada 2007 dan 2008 meningkat menjadi dan ekor. Disadari memang bahwa untuk meningkatkan populasi dan pertambahan berat badan harian (PBBH) tidak cukup hanya dengan mendongkrak faktor pakan saja, tetapi masih banyak faktor lain yang perlu disentuh. Pada saat sekarang mungkin faktor pakan yang mendapat perhatian utama, sementara yang lainnya secara bertahap tetap dibenahi. Berdasarkan kondisi tersebut, telah dilaksanakan pengkajian tentang pemanfaatan daun dan pelepah serta hasil sampingan lainnya dari komoditas kelapa sawit sebagai bahan yang dapat memotivasi peternak lainnya. Kajian Beberapa Formulasi Pakan Berbahan Baku Lokal Untuk Penggemukan Sapi Potong untuk mendukung Peningkatan Produksi Daging Sapi di Provinsi Riau yang bertujuan mendapatkan formulasi pakan untuk penggemukan sapi potong, meningkatkan pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi minimal 0,7 kg/e/hari, dan memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk pupuk alternatif sebanyak 20 ton /tahun. Potensi Pakan Ternak Asal Sawit Di Provinsi Riau Luas Kebun sawit Luas kebun kelapa sawit di Provinsi Riau senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Semakin luas kebun sawit, semakin besar peluang bagi ketersediaan pakan ternak, baik dari daun dan pelepah maupun hasil sampingan dari pabrik pengolahan kelapa sawit dan rumput lapangan yang tumbuh di lahan perkebunan. Luas kebun kelapa sawit menurut kabupaten di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel 1. Pabrik Pengolahan Kelapa sawit di Provinsi Riau Jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit dan produksinya menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 2. Ada 130 pabrik pengolahan kelapa sawit di Riau, tetapi belum ada data yang menunjukkan berapa di antara pabrik tersebut yang memiliki dekanter. Pabrik pengolahan kelapa sawit yang memiliki dekanter yang dapat menghasilkan lumpur (solid) sebagai salah satu bahan pakan konsentrat ternak sapi. Potensi Hasil Sampingan Kelapa Sawit Selain menghasilkan CPO sebagai hasil utama, pabrik pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan beberapa hasil sampingan. Bahan pakan yang berasal dari kebun sawit dan pabrik pengolahan kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak antara lain, (a) rumput alam yang tumbuh di areal kebun, (b) pelepah dan daun sawit, (c) bungkil dan solid berupa hasil sampingan pengolahan sawit di perusahaan. a. Rumput alam di dalam areal kebun sawit Satu hektar lahan kelapa sawit secara umum dapat menampung 1,4 unit ternak/ tahun. Jika luas kelapa sawit 1,7 juta ha, maka kebun kelapa sawit di Provinsi Riau dapat menampung 1,4 x 1,7 juta = 2,38 juta ekor sapi. b. Pelepah dan daun sawit Satu hektar luas kebun kelapa sawit terdiri dari 130 batang sawit. Setiap batang kelapa sawit dapat dipanen 22 buah pelepah/tahun. Setiap pelepah berat ratarata 7 kg dan Edisi 1117 Januari 2012 No.3439 Tahun XLI
3 Tabel 1. Luas kebun kelapa sawit dan Produksinya menurut kabupaten /kota di Provinsi Riau produksi pertahun menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Tabel 2. Jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit dan tahun 2008 Riau tahun 2007 Luas Kebun dan Produksi Pabrik dan Produksi No Kab/Kota Sawit No. Kab/ Kota PKS Produksi/Thn Produksi Luas (Ha) (Ton) 1. Kuansing Kuansing , ,03 2. Indragiri Hulu Indragiri Hulu , ,36 3. Indragiri Hilir Indragiri Hilir , ,47 4. Pelalawan Pelalawan , ,19 5. Siak Siak , ,43 6. Kampar Kampar , ,80 7. Rokan Hulu Rokan Hulu , ,33 8. Bengkalis Bengkalis , ,42 9. Rokan Hilir Rokan Hilir , , Pekanbaru 10. Pekanbaru 7.353, , Dumai 11. Dumai , ,95 Jumlah , ,49 Jumlah Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Riau (2009). Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Riau (2009). setiap ekor sapi membutuhkan lebih kurang empat pelepah/hari. Jika luas kebun kelapa sawit di Riau 1,7 juta hektar, akan tersedia pelepah/daun kelapa sawit setiap tahunnya 1,7 juta x 22 = 37,4 juta pelepah. Diperkirakan akan dapat memenuhi kebutuhan pakan untuk 9,35 juta ekor sapi. c. Bungkil Inti Sawit (BIS) Setiap ton pengolahan buah kelapa sawit akan dihasilkan lebih kurang 35 kg bungkil inti sawit. Produksi kelapa sawit pada tahun 2008 tercatat sebanyak 5,7 juta ton. Berarti akan menghasilkan 5,7 juta x 35 = kg BIS. Merupakan potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak. Bungkil inti sawit dapat diberikan kepada ternak sebanyak 05 1 % dari berat badan sapi, akan tetapi sampai saat sekarang sulit diperoleh bungkil inti sawit sebagai pakan ternak, karena bisa merupakan komoditas ekspor. Peternak sulit memperolehnya karena paternak hanya dapat membeli dalam partai besar (2 ton bungkil inti sawit setiap kali membeli) d. Solid (lumpur kelapa sawit) Setiap ton pengolahan sawit diperoleh lumpur kelapa sawit sebanyak 294 kg. Jika Tabel 3. Produk samping tanaman dan olahan kelapa sawit untuk setiap hektar No Biomasa Segar (Kg) Bahan Kering (%) Bahan Kering (Kg) Daun tanpa lidi Pelapah Tandan Kosong Serat Perasan Lumpur Sawit, solid Bungkil Inti sawit ,18 26,07 92,10 93,11 24,07 91, Biomasa Sumber : Rekomendasi Teknologi Peternakan dan Veteriner Mendukung Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2010). Tabel 4. Komposisi nutrisi hasil ikutan kelapa sawit. No Hasil Ikutan Bungkil Inti Solid Decanter Daun Daging Pelepah Daun + Pelepah Serat Perasan buah Tandan Buah Kosong Batang BK (%) 89,0 35,0 45,2 21,9 25,5 91,2 27,3 PK LK SK Abu % BK 17,2 12,5 11,2 2,3 4,7 5,4 3,7 2,8 1,5 8,7 3,2 0,5 2,1 3,5 3,2 1,1 17,1 20,1 38,5 41,2 48,8 37,6 4,3 19,5 3,2 5,3 2,8 Sumber : Rekomendasi Teknologi Peternakan dan Veteriner Mendukung Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2010). Edisi 1117 Januari 2012 No.3439 Tahun XLII
4 produksi sawit 5,7 juta ton, maka akan dihasilkan solid sebanyak ton solid. Sama seperti bungkil, solid dapat diberikan kepada ternak 0,5 1 % dari berat badan sapi setiap harinya. Solid dapat dihasilkan oleh perusahaan pengolahan sawit yang memiliki dekanter. Tidak semua perusahaan pengolahan kelapa sawit (PPKS) di Riau yang memiliki dekanter. Namun belum terdata berapa unit pabrik pengolahan sawit yang memiliki dekanter dari 130 unit pengolahan sawit. Hasil sampingan pabrik kelapa sawit untuk setiap hektarnya dapat dilihat pada tabel 3 dan nilai nutrisi dari hasil sampingan pabrik kelapa sawit pada tabel 4. Tabel 5. Perkembangan populasi dan pemotongan ternak sapi kurun waktu No Kabupaten/Kota 1. Kuansing 2. Indragiri Hulu 3. Indragiri Hilir 4. Pelalawan 5. Siak 6. Kampar 7. Rokan Hulu 8. Bengkalis 9. Rokan Hilir 10. Pekanbaru 11. Dumai Provinsi Riau Tahun Sumber : Statistik Peternakan Provinsi Riau (2009) POPULASI DAN PEMOTONGAN TERNAK DI PROVINSI RIAU Perkembangan populasi sapi dari tahun ke tahun kelihatan sangat lamban, sementara pemotongan selama kurun waktu menunjukkan tendensi yang meningkat tajam. Populasi dan pemotongan ternak sapi tercatat selama Edisi 1117 Januari 2012 No.3439 Tahun XLI
5 menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada Tabel 5. Tingkat pemotongan yang tinggi dan cenderung meningkat karena pada saat sekarang kebutuhan daging baru terpenuhi sekitar 40 %, sementara jumlah penduduk senantiasa meningkat yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan daging, sehingga pemotongan hewan betina produktif masih sering terjadi. KIAT MELATIH TERNAK MENGKONSUMSI PELEPAH DAN DAUN SAWIT Sebagian besar peternak mengatakan bahwa ternak sapinya tidak mau memakan pelepah dan daun sawit. Ada juga benarnya pendapat peternak itu, karena mereka gagal melakukan pemberian daun dan pelepah, selama masa beradaptasi. Padahal masa beradaptasi sangat penting artinya bagi ternak sapi untuk mau atau tidak mau memakan daun dan pelepah kelapa sawit. Kegagalan itu ratarata disebabkan faktor sikap mental peternak yang tidak sampai hati, tidak tega, dan kasihan, melihat ternak sapinya tidak mau makan selama masa beradaptasi dengan daun dan pelepah kelapa sawit. Malah ada peternak yang takut sapinya mati, sehingga setiap kali sapinya tidak mau memakan daun dan pelepah kelapa sawit, lantas mereka suguhkan rumput segar. Kondisi seperti ini berulang kali mereka lakukan, sehingga harapan agar sapinya mau memakan daun dan pelepah sawit tidak bisa diwujudkan. Sebenarnya peternak belum mengetahui kiat memberikan daun dan pelepah sawit kepada ternak sapi mereka dan memerlukan bimbingan dari penyuluh/petugas peternakan. Kiat untuk melatih ternak sapi memakan daun dan pelepah kelapa sawit adalah dengan cara; (1) selama beradaptasi sapi dikurung secara terus menerus, (2) Tidak tersedia pakan di dalam kandang selain daun dan pelepah sawit, (3) Sebaiknya daun dan pelepah sawit langsung dicampurkan dengan konsentrat, (4) Jangan khawatir bila sapinya tidak mau memakan daun dan pelepah sawit, biarkan saja sampai lapar sekalipun, (5) Jangan disuguhkan rumput segar ataupun bahan pakan lainnya selama beradaptasi, (6) Bubuhkan sedikit air garam di atas tumpukan daun dan pelepah sawit yang telah dirajang, (7) karena lapar, secara pelan dan berangsur ternak sapi mulai mengkonsumsi daun dan pelepah kelapa sawit, (8) Biasanya masa beradaptasi berlangsung selama lebih kurang seminggu, (9) setelah itu hasilnya dapat dilihat, sapinya terlihat lahap sekali memakan daun dan pelepah sawit., (10) jangan khawatir, biasanya di awal pemberian daun dan pelepah sawit terjadi juga diare, biasanya tidak berlangsung lama. HASIL KAJIAN PEMANFAATAN DAUN DAN PELEPAH KELAPA SAWIT Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Desa Serosah, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, selama tiga bulan dari bulan Agustus sampai dengan November Bahan yang digunakan berupa hasil sampingan pertanian (daun dan pelepah kelapa sawit, bungkil, solid, dedak padi) dan probiotik, untuk 20 ekor Sapi Bali Jantan dengan 4 perlakuan (formulasi pakan) dan 5 ulangan. Data yang dikumpulkan berupa pertambahan berat badan harian sapi dan konsumsi pakan. Sebagai patokan pemberian pakan hijauan 10 % dan konsentrat 1 % dari berat badan sapi. Kegiatan kajian menghasilkan pertambahan berat badan harian (PBBH) yang lebih baik, pemanfaatan hasil sampingan pertanian (kelapa sawit) secara lebih baik, dan meningkatkan daya guna pupuk kandang menjadi kompos sebagai pupuk organik. Pemanfaatan hasil sampingan kelapa sawit Hasil sampingan kelapa sawit, berupa daun dan pelepah kelapa sawit, hasil ikutan pabrik kelapa sawit (bungkil dan lumpur) ternyata dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Kesemua bahan ini mempunyai harapan besar bagi pengembangan ternak sapi di masa yang akan datang di Provinsi Riu karena ketersediaannya cukup banyak. Edisi 1117 Januari 2012 No.3439 Tahun XLII
6 Untuk memberikan kepada ternak, daun dan pelepah sawit perlu dirajang terlebih dahulu dengan mesin chopper (Gambar 4). Ternak sapi memerlukan waktu lebih kurang satu minggu untuk beradaptasi sampai dia mau mengkonsumsi. Tidak seperti dugaan petani yang mengatakan ternak sapinya tidak mau memakan daun dan pelepah sawit. Pertambahan Berat Badan Harian Formulasi pakan dan pertambahan berat badan harian dari keempat perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Pertambahan berat badan harian (PBBH) dengan formulasi pakan A (teknologi peternak) 0,32 kg/e/h, B (0,42 kg/e/h) disusul perlakuan C (0,65 kg/e/h), dan terakhir perlakuan D (0,70 kg/e/h) dengan kondisi fisik sapi (Gambar 5) Produksi pupuk kompos Karena sapi dikurung secara terus menerus, kotorannya dapat terkumpul dengan baik. Kotoran diolah menjadi pupuk kompos. Untuk perlakuan C dan D rata rata seekor ternak sapi menghasilkan kotoran 10,5 kg/ekor/hari. Selama tiga bulan kegiatan, perlakuan C dan D menghasilkan kotoran (10 ekor ternak sapi) sebanyak 3,86 ton. Jika dalam rentang waktu setahun untuk 20 ekor ternak sapi akan dihasilkan 3,86 x 4 x 2 = 30.8 ton kotoran. Kondisi ini dapat dicapai jika peternak senantiasa mengurus, mengandangkan, dan mengumpulkan kotoran ternak dengan baik. Kompos dapat dimanfaatkan sendiri sebagai pupuk di lahan kebun kelapa sawit, atau dijual kepada petani lain. Banyak rumah tangga yang memerlukan pupuk kompos sebagai pupuk bunga atau tanaman kesenangan di pekarangan rumah. Kotoran diberi probion, atau stardeg atau jenis dekomposer lainnya untuk mempercepat proses pembuatan kompos dan dibiarkan terinjak dan tercampur di dalam kandang selama tiga minggu. Setelah tiga minggu kompos dapat dibongkar/dikeluarkan dari kandang untuk dikemas atau langsung dipakai. Kompos yang telah dikemas dan siap dipasarkan seperti Gambar 6. Pembuatan kompos memegang peranan penting bagi perekonomian peternak karena dapat meningkatkan pendapatan dan selama ini pupuk kandang relatif belum/ tidak dimanfaatkan oleh peternak. BEBERAPA KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PEMANFAATAN HASIL SAMPINGAN SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK Beberapa keuntungan pemanfaatan daun dan pelepah serta hasil ikutan pengolahan kelapa sawit yang dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam pengembangan pada masa yang akan datang dan beberapa kelemahan yang dapat pula dicarikan solusinya agar tidak menjadi penghambat dalam pengembangannya. a. Keuntungan/kekuatan Pemanfaatan daun dan pelepah kelapa sawit serta hasil ikutan pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai pakan ternak dapat memberikan keuntungan antara lain : 1. Pakan dapat tersedia sepanjang waktu dengan kualitas yang lebih baik, peternak tidak perlu mencari rumput yang menyita waktu cukup banyak. 2. Mengurangi biaya pupuk, karena adanya kotoran ternak dan urine sebagai pengganti sebagian pupuk buatan (an organik) terutama bagi kebun kelapa sawit petani. 3. Pengawasan ternak, kebersihan kandang dan lingkungan lebih terjamin. 4. Mengurangi biaya penyiangan, karena sebagian besar pelepah yang biasanya tertumpuk di lahan, sekarang menjadi pakan ternak. 5. Dapat memberikan tambahan pendapatan dari hasil penjualan kompos dan mengurangi sebagian biaya pengadaan pupuk. 6. Peternak dapat membuat perencanaan pengembangan ternak secara lebih baik dan terarah, tentunya di bawah bimbingan dan pengawalan petugas atau penyuluh pertanian setempat. Edisi 1117 Januari 2012 No.3439 Tahun XLI
7 Tabel 7. Pertambahan Berat Badan sapi menurut perlakuan Perlakuan Bahan Utama Rincian Bahan RataRata Per tambahan Berat Badan Harian (kg/e/h) A B C D Teknologi Petani dengan bahanutama rumput alam Teknologi perbaikan dengan bahan pakan Hijauan rumput alam + Konsentrat Hasil sampingan pertanian dengan variasi prosentase Hasil sampingan pertanian dengan variasi prosentase b. Beberapa kelemahan yang perlu diatasi. 1. Keterbatasan pemilikan modal peternak, perlu adanya subsidi pemerintah untuk pengadaan mesin Choper perajang daun dan pelepah kelapa sawit. 2. Kurangnya keberanian peternak memulai sesuatu dalam mengembangkan usaha ternaknya. Diperlukan adanya penyuluh atau petugas peternakan memberikan bimbingan dan pengawalan teknologi, serta memotivasi peternak dalam berusaha ternak sapi. 3. Adanya kecenderungan peternak yang sudah dilatih memanfaatkan daun dan pelepah kelapa sawit kembali kepada keadaan semula memberikan rumput alam secara seadanya. Diperlukan adanya bimbingan dan pendampingan penyuluh atau petugas peternakan dalam menerapkan teknologi. 4. Bungkil inti kelapa sawit sebagai bahan baku konsentrat sulit diperoleh karena merupakan komoditas ekspor. Diperlukan adanya campur tangan Pemda kabupaten/ kota dan Provinsi agar bungkil kelapa sawit tersedia secara kontinu sebagai bahan baku konsentrat untuk mendukung percepatan swasembada daging sapi. 5. Pengetahuan dan keterampilan peternak yang terbatas karena rendahnya ratarata tingkat pendidikan mereka, diperlukan latihanlatihan keterampilan tentang beternak sapi. 6. Untuk mengatasi semua kelemahan di atas diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik dari instansi terkait (Dinasdinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapelluh) baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, pihak swasta perkebunan, BUMN perkebunan. Irwan Kasup dan Ali Jamil Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Jl.Kaharudin Nasution No. 341 Padang Marpoyan Pekanbaru Riau Telp: Fax: bptp_riau@yahoo.com.au Website: riau.litbang.deptan.go.id Petunjuk Cara Melipat: 100% rumput alam tidak diberikan konsentrat a. Rumput alam b. Konsentrat (dedak padi 20 %, lumpur sawit 60 %, dan bungkil kelapa 20 %) a. Cacahan daun dan pelepah sawit. b. Konsentrat (dedak padi 20%, lumpur sawit 60 %, dan bungkil kelapa 20 %) a. Cacahan daun dan pelepah sawit. b. Konsentrat (dedak padi 40%, lumpur sawit 30 %, dan bungkil kelapa 30 %) 0,32 0,42 0,65 0,70 1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid 2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan. 3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali 4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan 5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku Edisi 1117 Januari 2012 No.3439 Tahun XLII
I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani. Permintaan
Lebih terperinciRENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN
RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan
Lebih terperincipengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.
BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan
Lebih terperinciTemu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi
Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Bangkinang-Salah satu kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah kegiatan temu lapang. Pada sabtu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan pengetahuan dan teknologi dibidang peternakan. Sapi Bali adalah jenis sapi lokal yang memiliki kemampuan
Lebih terperinciA. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput
LAMPIRAN 93 Lampiran 1 Analisis daya dukung lahan sumber pakan ternak A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang Jumlah Luas Rawa Pangan Rumput
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk
Lebih terperinciFORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN
AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,
Lebih terperinciPengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan
BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk
Lebih terperinciHASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)
No. 60/12/14/Th.XIV, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 68,57 RIBU RUMAH TANGGA, TURUN 45,33 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah rumah tangga
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau
POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau A. Kemampuan Daya Dukung Wilayah (DDW) Terhadap Pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan terhadap daging khususnya daging sapi di Propinsi Sumatera Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak
Lebih terperinciSistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan
Lebih terperinciSUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL
SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL Firman RL Silalahi 1,2, Abdul Rauf 3, Chairani Hanum 3, dan Donald Siahaan 4 1 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan,
Lebih terperinciANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK
ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK Susy Edwina, Dany Varian Putra Fakultas Pertanian Universitas Riau susi_edwina@yahoo.com
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA
PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun
Lebih terperinciINTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)
INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat) Ermin Widjaja PENDAHULUAN Luas perkebunan di Kalimantan Tengah berkembang dengan pesat dari 712.026 Ha pada
Lebih terperinciInovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak
Agro inovasi Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan www.litbang.deptan.go.id 2 AgroinovasI
Lebih terperinciHASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013
No. 35/07/14/Th.XV, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI RIAU TAHUN 2013 DARI
Lebih terperinciPAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG
0999: Amir Purba dkk. PG-57 PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG Amir Purba 1, I Wayan Mathius 2, Simon Petrus Ginting 3, dan Frisda R. Panjaitan 1, 1 Pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan bahan pakan sumber serat yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. (2005) porsi hijauan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciPetunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi
Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti
Lebih terperinciDisampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, 30-31 Oktober 2012
Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, 30-31 Oktober 2012 Oleh : Drs. Z U L H E R, MS Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau TERWUJUDNYA KEBUN UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Lebih terperinciRESPON KINERJA PRODUKSI DOMBA YANG MEMPEROLEH SUBSTITUSI PAKAN BERBASIS LIMBAH PERKEBUNAN
RESPON KINERJA PRODUKSI DOMBA YANG MEMPEROLEH SUBSTITUSI PAKAN BERBASIS LIMBAH PERKEBUNAN Endang Romjali dan Dicky Pamungkas Loka Penelitian Sapi Potong Grati ABSTRAK Guna mengetahui pemanfaatan limbah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciKAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP) DI SUMATERA BARAT
KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT MENDUKUNG PROGRAM GERAKAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP) DI SUMATERA BARAT Dr. Abdullah M. Bamualim,
Lebih terperinciGUBERNUR RIAU. b. bahwa untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penerapan pemupukan berimbang diperlukan subsidi pupuk;
GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 62 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
Kode Judul : X. 210 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT MENDUKUNG
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciKAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT PENDAHULUAN
KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT PENDAHULUAN Sistem Integrasi Ternak dan Kelapa Sawit telah berkembang
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Limbah Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1 Pisang (Musa paradisiaca) Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia dengan luas panen dan produksi pisang selalu
Lebih terperinciSISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA
Suplemen 5 SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Latar Belakang Sejak tahun 2008, Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan telah menginisiasi program pengembangan ternak sapi yang
Lebih terperinciOPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI
OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah
Lebih terperinciMenurut Ditjen Perkebunan (2011) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah 9,1 juta ha Kawasan secara ekonomis kurang
1 2 Menurut Ditjen Perkebunan (2011) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah 9,1 juta ha Kawasan secara ekonomis kurang produktif untuk penyediaan sumber pakan & menjadi kawasan
Lebih terperinciABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON
ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON Under Guidance : Drs. Hainim Kadir, M.Si and Dra. Hj. Ritayani Iyan, MS This
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Potong Sapi merupakan penghasil daging utama di Indonesia. Konsumsi daging sapi mencapai 19 persen dari jumlah konsumsi daging Nasional (Dirjen Peternakan, 2009). Konsumsi
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN LOKAL KOMODITAS TERNAK DI PROVINSI RIAU ANALYSIS OF LOCAL FEEDS POTENTIAL RESOUCES FOR HUSBANDRY DEVELOPMENT AT RIAU PROVINCE Sri Haryani Sitindaon 1, Dwi Sisriyenni
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAMBANG PRAYUDI 1, NATRES ULFI 2 dan SUPRANTO ARIBOWO 3 1 Balai Pengkajian
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2014 KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK Oleh : Nyak Ilham Saptana Bambang Winarso Herman Supriadi Supadi Yonas Hangga Saputra PUSAT ANALISIS SOSIAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein LK SK TDN 1 Kulit Daging Buah Kopi tanpa amoniasi 13,46 1,45 34,11 60,50 2 Kulit Daging Buah Kopi yang diamoniasi 22,47
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Selama ini Indonesia menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) sebagai sumber daya energi primer secara dominan dalam perekonomian nasional.pada saat ini bahan bakar minyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......
LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK
ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN Sunanto dan Nasrullah Assesment Institution an Agricultural Technology South Sulawesi, Livestock research center ABSTRAK
Lebih terperinciPOTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN INTEGRASI SAPI-SAWIT DI PROVINSI RIAU
POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN INTEGRASI SAPI-SAWIT DI PROVINSI RIAU DWI SISRIYENNI dan DECIYANTO SOETOPO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Jl. Kaharudin Nasution Km 10 Padang Marpoyan,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan
Lebih terperinciABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL SOLID WASTE PALM OIL AS ANIMAL FEED CATTLE IN PROVINCE RIAU. by : CATTELYA FLORDELUNA
1 ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL SOLID WASTE PALM OIL AS ANIMAL FEED CATTLE IN PROVINCE RIAU by : CATTELYA FLORDELUNA Supervised by : Dra. Hj. Nursiah Chalid, MS and Mardiana, SE, M.Si This study aims
Lebih terperinciSISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING
KODE JUDUL : X.47 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sapi mencapai 19 persen dari jumlah konsumsi daging Nasional (Dirjen
9 II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Ternak Sapi Sapi merupakan penghasil daging utama di Indonesia. Konsumsi daging sapi mencapai 19 persen dari jumlah konsumsi daging Nasional (Dirjen Peternakan, 2009). Konsumsi
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi
PENGANTAR Latar Belakang Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi pakan yang berasal dari jagung, masih banyak yang diimpor dari luar negeri. Kontan (2013) melaporkan bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak
Lebih terperinciPENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI
PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciLingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :
PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB
Lebih terperinciPOTENSI LIMBAH SAWIT UNTUK PAKAN TERNAK SAPI DI KALIMANTAN SELATAN
POTENSI LIMBAH SAWIT UNTUK PAKAN TERNAK SAPI DI KALIMANTAN SELATAN ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru, kalimantan Selatan Telpon (0511) 4772346 dan Fax (0511)
Lebih terperinciPENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU (PSDSK) DI PROVINSI BENGKULU. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU (PSDSK) DI PROVINSI BENGKULU Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu 2010 KABUPATEN KECAMATAN DESA Kepahiang Dusun Kepahiang KELOMPOK
Lebih terperinciPengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi
Lebih terperinciPELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN
PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN (Midrib and leaf palm as substituting forages for feed cattle at East Luwu
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciMETODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan
Lebih terperinciSAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt
SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.
Lebih terperinciStandar Pelayanan Minimal
Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Provinsi Bidang Ketahanan No. Jenis Pelayanan Dasar A. Ketersediaan dan Cadangan B. Distribusi dan Akses Standar Pelayanan Minimal Indikator Nilai (%) 1 Penguatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi
I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah
Lebih terperinciBudidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan Oleh : Sri Sutanti 08.11.1978 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan
Lebih terperinciVII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK
VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian yang
Lebih terperinciHasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Riau
No. 25/05/14/Th. XVIII, 24 Mei 2017 Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Riau Hasil pendaftaran usaha/perusahaan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) di Provinsi Riau tercatat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring
PENDAHULUAN Latar Belakang Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, pendapatan per kapita, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kecukupan gizi.
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN
PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH Nani Yunizar 1), Elviwirda 1), Yenni Yusriani 1) dan Linda Harta 2) 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciBAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah berhasil dalam swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinciSeminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim
POTENSI LIMBAH SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN ALTERNATIF PADA AYAM NUNUKAN PERIODE PRODUKSI IMAM SULISTIYONO dan NUR RIZQI BARIROH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur JI. Pangeran M.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak
8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Bali betina umur
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu. Penelitian ini dilakukan selama 1,5 bulan dimulai pada bulan April
Lebih terperinciPEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT
PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT (Oil Palm By Products as Beef Cattle Feeds in West Sumatera) Jefrey M Muis, Wahyuni R, Ratna AD, Bamualim AM Balai Penggkajian
Lebih terperinciKERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH
KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012
20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.
Lebih terperinciBOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU
BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG Perubahan mendasar cara berpikir dari daratan ke maritim yang dikenal
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER
Lebih terperinciDiharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan
SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Tim Peneliti: Almasdi Syahza; Suwondo; Djaimi Bakce; Ferry HC Ernaputra; RM Riadi
KEGIATAN TINDAK LANJUT PENGHIMPUNAN DATA, INFORMASI DANA BAGI HASIL (DBH) SEKTOR PERKEBUNAN (DBH CPO) Kerjasama Dinas Pendapatan Propinsi Riau dengan Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT
INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Teknologi kompos dari tandan kosong sawit INOVASI TEKNOLOGI Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah pada pabrik
Lebih terperinci