KERAJAAN SUNDA. Ketua Tim Peneliti: Prof.Dr. Hj. Nina Herlina Lubis, M.S. (sejarawan) Anggota:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERAJAAN SUNDA. Ketua Tim Peneliti: Prof.Dr. Hj. Nina Herlina Lubis, M.S. (sejarawan) Anggota:"

Transkripsi

1 KERAJAAN SUNDA Ketua Tim Peneliti: Prof.Dr. Hj. Nina Herlina Lubis, M.S. (sejarawan) Anggota: Etty Saringendianty, Dra., M.Hum (arkeolog) DR. Undang Ahmad Darsa, M.Hum (filolog) Miftahul Falah, S.S., M.Hum (sejarawan) Budimansyah, S.T. (arsitek)

2 SAMBUTAN BUPATI PURWAKARTA Sampurasun. Setiap manusia lahir, tumbuh dan berkembang menapakkan jejak sejarah yang memiliki konstribusi terhadap pembentukan peradaban kehidupan. Sunda merupakan wilayah, ruh dan jalan yang telah menorehkan laku lampah dalam tinta kehidupan peradaban Nusantara. Pemahaman sejarah tentang Sunda baik dilihat dari sisi ajaran atau keyakinan yang melahirkan pranata kehidupan sosial dalam sistem ketatanegaraan dari masa ke masa selama ini dipahami lebih banyak pada aspek yang bersifat mitologi yang cukup kuat mengakar dalam keyakinan generasinya. Siliwangi sebagai simbol keadiluhungan orang Sunda telah lahir membentuk sistem ajaran budaya politik dan budaya sosial dalam kehidupan masyarakat Sunda. Sedangkan sosok Siliwangi itu sendiri sampai saat ini masyarakat belum bisa mengidentifikasi secara faktual karena lemahnya penelitian yang dilakukan oleh elit Sunda itu sendiri. Semua kebutuhan dalam menapaki masa depan orang Sunda untuk melakukan kontemplasi tentang sejarah dan peradaban leluhur sehingga diharapkan mampu melakukan pencerahan terhadap tata pikir dan tata sikap bagi generasi muda untuk menorehkan sejarah baru dalam percaturan kebangsaan bahkan percaturan tata dunia baru. Penelitian yang didasarkan pada nilai-nilai objektivitas merupakan keharusan agar sejarah kesundaan menjadi nalar rasional yang bersifat akademik yang dapat dijadikan pedoman bagi tesis intelektual. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M.S. dan kawan-kawan dari Yayasan Masyarakat Sejarawan ii

3 Indonesia Cabang Jawa Barat bekerjasama dengan MGMP Sejarah Kabupaten Purwakarta adalah sebuah ikhtiar akademik menjelmakan sejarah peradaban Sunda dalam tekstualisasi yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga memberikan kontribusi bagi khazanah tentang kejayaan Kerajaan Nusantara. Tekstualisasi sejarah akademik merupakan salah satu rujukan bagi kita sebagai orang Sunda untuk melakukan perenungan terhadap peradaban leluhur kita, baik yang mengalami keunggulan maupun yang mengalami kegagalan. Konsepsi akademik lahir dan berkembang dari khazanah intelektual yang merupakan tonggak pemikiran terstruktur yang sistem bekerjanya dibatasi oleh ruang gerak dan waktu. Sebagai makhluk yang memiliki kekayaan kita memiliki dimensi rasa yang merasakan seluruh energi pada masa lalu melalui kekuatan intuisi yang bersifat subjektif. Intuisi tentang sejarah keberadaban leluhur Sunda dapat juga kita rasakan melalui getaran batin yang kita miliki dengan upaya tirakat yang diajarkan oleh leluhur kita. Ruh kesundaan sebagai nilai dan sistem keyakinan akan tetap hidup dalam relung hati Sunda yang memiliki spirit untuk menghadirkan seluruh nilai itu dalam watak kekinian, sehingga ruh Pajajaran tetap ada dalam dinamika kehidupan orang Jawa Barat dan Banten pada saat ini. Menata kehidupan masa depan dengan menghilangkan jejak masa lalu adalah sebuah kesia-siaan karena kita akan menapaki sebuah masa bangkong dikongkorong kujang, ka cai mawa cameti. Seluruh kegundahan itu tercermin dalam sebuah lirik yang saya tulis dalam bahasa Sunda: iii

4 Gandrung Lembur Panineungan Ki Belang Depa Nyérangkeun Incu Turun Muru Pulang Galunggung Kungsi Nangtukeun Naga Opat Puluh Rupa Séba Raga Séba Rasa Kanekes Kalakay Poé Béwara Terah Ki Sunda Teu Karérét Teu Karampa Leungit Tinggaleun Bukuna Élmu Tangtu Teu Tinemu Bagja Teu Pernah Karampa Peuting Leungiteun Impian Beurang Dahan Ngarangrangan Nangtung Tunggul Teu Sirungan Ngampar Tangkal Teu Akaran Leungiteun Tujuh Tampian Suci Ilang Dangiang Lamping Gawir Tumbal Éndah Ngahiang Nunda Kamelang iv

5 Muru Alas Ngababakan Ngampar Lemah Sajajaran Suling Nalikeun Pépéling Kacapi Simpay Kawening Sibungsu Manggih Canoli Tarawangsa Mawa Béja Sérén Taun Mendak Bulan Sancang Nyanding Kalarangan Gumuruh Lururung Tujuh Ajeg Lembur Pangauban Kerinduan kita pada masa lalu, sesungguhnya harapan kita untuk membangun masa depan. Cag. Salam Baktos, Kang Dedi Mulyadi v

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil aalamiin. Puji syukur ke hadirat Illahi rabbi, bahwa pada akhirnya kami dapat menyelesaikan buku Sejarah Kerajaan Sunda ini, meskipun masih jauh dari sempurna. Sampai hari ini, penelitian tentang Kerajaan Sunda tetap dilakukan para pakar, baik sejarawan, arkeolog maupun filolog. Namun penelitian tersebut dilakukan secara fragmentaris berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itulah, kami mencoba melaksanakan penelitian gabungan yang bersifat mutidimensi, yaitu dari kaca mata ilmu sejarah, arkeologi, filologi, dan arsitektur. Peran arkeolog yaitu untuk membantu sejarawan dalam menganalisis temuan-temuan arkeologis terkait Kerajaan Sunda, filolog membantu sejarawan dalam membaca sumber-sumber sejarah terkait Kerajaan Sunda dalam bentuk naskah, dan arsitek membantu sejarawan dalam membuat pemetaan rekonstruksi lokasi-lokasi situs tinggalan Kerajaan Sunda. Membuat penulisan hasil penelitian tentang Kerajaan Sunda, tidaklah mudah, terutama karena terbatasnya sumber-sumber primer sehingga proses koroborasi, yaitu pendukungan satu data dengan data lain dari sumber-sumber sejarah yang tidak berkait kepentingan, tidak mudah dilakukan. Namun, dengan bantuan ilmu-ilmu arkeologi, filologi dan arsitektur, kami berusaha melakukan rekonstruksi imaginatif historis. Metode sejarah kritis yang kami pergunakan memaksa kami hanya memilih sumber-sumber yang memiliki kredibilitas tinggi sehingga naskah-naskah yang meski memiliki kelengkapan data, tidak kami vi

7 pergunakan karena kredibilitasnya tidak dapat kami pertanggungjawabkan secara akademis. Penelitian ini kami lakukan dengan dana yang sepenuhnya ditanggung oleh Bapak DR. H. Deddy Mulyadi, Bupati Purwakarta. Oleh karena itu, sudah selayaknya, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau, yang tanpa pamrih, mendukung penelitian ini. Semoga amal budi baik Bapak Bupati mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin Ya Robbal alamiin. Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada para informan di Bogor dan di Ciamis, yang telah membantu memberikan informasi terkait Kerajaan Sunda. Ucapan terima kasih kami sampikan juga kepada berbagai pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Akhirulkata, kami persembahkan buku yang masih jauh dari sempurna ini, semoga dapat memenuhi keingintahuan para pembaca dan kami tunggu sumbang saran pemikiran serta koreksi untuk penelitian lebih lanjut. Ketua Tim Peneliti vii

8 DAFTAR ISI Hlm SAMBUTAN BUPATI PURWAKARTA... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR FOTO... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II SUMBER-SUMBER SEJARAH TERTULIS A.Prasasti a. Prasasti yang berasal dari Tatar Sunda b. Prasasti yang berasal dari Luar Tatar Sunda B.Naskah C.Berita Asing BAB III TINGGALAN ARKEOLOGIS A.Candi B.Punden Berundak dan Altar C. Artefak dan Temuan Lain BAB IV KERATON, KEKUASAAN, DAN BIROKRASI A. Keraton Pakuan Pajajaran B. Keraton Galuh Pakuan C. Konsep Pembagian Kekuasaan D. Birokrasi BAB V RAJA-RAJA SUNDA, PRABU SILIWANGI, AGAMA DAN BUDAYA A. Daftar Raja-Raja B. Prabu Siliwangi a. Siapakah Prabu Siliwangi b. Kehidupan Prabu Siliwangi C. Agama dan Budaya BAB VI REKONSTRUKSI KERAJAAN SUNDA viii

9 A. Akhir Kerajaan Sunda B. Akhir Kerajaan Galuh DAFTAR SUMBER LAMPIRAN DAFTAR FOTO ix

10 Hlm. Foto 1 : Prasasti Rakryan Juru Pangambat (Kebon Kopi II) Foto 2 : Prasasti Sanghyang Tapak I dan Sanghyang Tapak II Foto 3 : Prasasti Rumatak, Kabupaten Tasikmalaya Foto 4 : Sketsa Prasasti Huludayeuh Foto 5 : Prasasti Batu Tulis Tahun Foto 6 : Prasasti Batu Tulis Tahun Foto 7 : Salah Satu Bangunan di Padaleman Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong, Garut Foto 8 : Benda Alat Tulis Kuno dari Kabuyutan Ciburuy Foto 9 : Jalan Menuju Lokasi Kabuyutan Ciburuy Foto 10 : Beberapa Kropak dan Bundelan Naskah Sunda Kuno Foto 11 : Naskah Carita Parahyangan Foto 12 : Naskah Fragmen Carita Parahyangan Foto 13 : Naskah Carita Ratu Pakuan Foto 14 : Naskah Bujangga Manik Foto 15 : Naskah Sang Hyang Hayu Foto 16 : Naskah Sang Hyang Raga Dewata Foto 17 : Naskah Kropak Foto 18 : Naskah Perjanjian Kerajaan Sunda dengan Portugis dan Padrao Foto 19 : Candi Jiwa dari Berbagai Perspektif Foto 20 : Sumur Kuna dan Lempengan Batu Besar di Candi Segaran II Foto 21 : Aneka Manik-Manik dan Bahan serta Lelehan Kaca Foto 22 : Pecahan Gerabah Arikamedu Foto 23 : Rangka dan Bekal Kubur Foto 24 : Candi Blandongan dari Berbagai Perspektif Foto 25 : Votive Tablet Terakota Hlm. x

11 Foto 26 : Prasasti Bata II dari Reruntuhan Candi Segaran V Bagain Depan (Recto) Fragmen Prasasti Terakota Foto 27 : Inskripsi Emas I dari Candi Segaran V Foto 28 : Prasasti Emas II dari Candi Segaran V dan Inskripsi Emas III dari Candi Segaran II Foto 29 : Arca terbuat dari Bahan Stuko Foto 30 : Arca Wisnu Cibuaya Foto 31 : Candi Lemah Duwur Lanang Foto 32 : Candi Lemah Duwur Wadon Foto 33 : Candi Bojongmenje Setelah Rekonstruksi Foto 34 : Candi Cangkuang, Garut Foto 35 : Yoni di Rereuntuhan Candi Indhiang Foto 36 : Candi Rajagwesi, Banjar, Ciamis Foto 37 : Altar-Altar Candi Pananjung dan Arca Nadi serta Yoni di Pananjung (Pangandaran) Foto 38 : Arca Nandi dari Candi Ronggeng Foto 39 : Situs Susukan, Kec. Ciawigebang, Kuningan Foto 40 : Situs Ciarca, Kuningan Foto 41 : Lingkungan Alam Lebak Cibedug dilihat dari Sisi Barat Foto 42 : Situs Megalitik Lebak Cibedug dan Tangga Masuk Situs Foto 43 : Sketsa Punden Berundak Lebak Cibedug Foto 44 : Situs Megalit Gunung Padang, Cianjur Foto 45 : Teras Teratas Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas, Cimalaka, Sumedang Foto 46 : Sandung, Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas, Cimalaka, Sumedang Foto 47 : Salah Satu Teras Berundak Gunung Tampomas Foto 48 : Lingga pada Makam Lembu Agung dan Makam Prabu Haji Putih di Darmaraja, Sumedang Hlm. xi

12 Foto 49 : Dugaan Lokasi Kerajaan Tembong Agung Foto 50 : Makam Prabu Tajimalela dan Salah Menhir di Situs Gunung Lingga, Sumedang Foto 51 : Lokasi dan Lingkungan Geografi Gunung Bitung Foto 52 : Empat Undakan Pertama Menuju Puncak Gunung Bitung Foto 53 : Puncak Gunung Bitung (Undakan Kelima-Ketujuh) Foto 54 : Makam Kyai Puter Jagat (Pengawal Raden Panglurah) Foto 55 : Cungkup dan Makam Kyai Batara Babar Buana dan Kyai Jamparing Jagat, Murid Raden Panglurah Foto 56 : Sisa-Sisa Batu Bekas Struktur Batu di Teras Ketujuh Foto 57 : Batu Patapaan Petilasan R. Panglurah dan Kyai Jaga Lawang Foto 58 : Cikahuripan di Gunung Bitung Foto 59 : Peta Lokasi Gunung Bitung Foto 60 : Batu Tegak dan Ritual Mandi di Situ Sanghyang Foto 61 : Tinggalan Arkeologis Kerajaan Talaga Foto 62 : Pintu Masuk dan Bangunan Utama Situs Pajajar, Rajagaluh Foto 63 : Lingkungan dan Batu Pangcalikan/Altar di Situs Karangkamulyan Foto 64 : Sanghyang Bedil di Situs Karangkamulyan Foto 65 : Makam Adipati Panaekan di Situs Karangkamulyan Foto 66 : Panyandaan di Situs Karangkamulyan Foto 67 : Sipatahunan di Situs Karangkamulyan Foto 68 : Panyabungan Ayam di Situs Karangkamulyan Foto 69 : Kawasan Hutan Lindung dan Sketsa Bangunan Punden Berundak Gunung Padang Foto 70 : Kolam dan Cikahuripan di Situs Gunung Padang, Ciamis Foto 71 : Jalan Masuk (Tangga) ke Punden Berundak Situs Gunung Padang, Ciamis Foto 72 : Teras Teratasdan Batu Pangcalikan Situs Gunung Padang, Ciamis Hlm. xii

13 Foto 73 : Makam Pengikut Eyang Galuh Foto 74 : Situasi Kompleks Situs Astana Gede, Kawali Foto 75 : Sketsa Kompleks Situs Gunung Susuru Foto 76 : Sungai Cimuntur dan Sungai Cilueur Foto 77 : Pintu Masuk Situs Bojong Susuru Foto 78 : Undakan Situs Bojong Susuru Foto 79 : Batu Patapaan 3 di Situs Bojong Susuru Foto 80 : Batu Patapaan 2 di Situs Bojong Susuru Foto 81 : Batu Patapaan 1 di Situs Bojong Susuru Foto 82 : Strukutr Bangunan Situs Gunung Susuru Foto 83 : Lingkungan Setiap Teras Situs Gunung Susuru Foto 84 : Gua Kemuning di Situs Gunung Susuru Foto 85 : Petilasan Patapaan Prabu Dimuntur (Batu Patapaan 2) di Situs Gunung Susuru Foto 86 : Pintu Masuk Patilasan Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh Foto 87 : Denah Komplek Situs Cimaragas Foto 88 : Tinggalan Arkeologis di Kompleks Situs Cimaragas Foto 89 : Makam Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh Foto 90 : Batu Endog; Tempat Persemedian Cipta Permana di Galuh Salawe Foto 91 : Makam Adipati Panaekan di Patilasan Sanghyang Cipta Permana Prabu Di Galuh Foto 92 : Batu Bergores di Kuta Kalambu Foto 93 : Makom (Patilasan) Eyang Haji Sukma Sejati Jaya Sampurna Foto 94 : Mulut dan Bagian Dalam Gua Sanghyang Foto 95 : Jalan Menuju Kuta Tandingan dari Arah Udug-Udug Foto 96 : Keraton Ghaib Prabu Siliwangi di Kuta Masigit Foto 97 : Eyang Kuwu Aris/Kuwu Arif Gede Hlm. xiii

14 Foto 98 : Eyang Daratan, Lautan Foto 99 : Syeikh Hasan Mukalar Foto 100 : Eyang Bagus Mascan Rayuda Foto 101 : Peta Lokasi Keraton Pakuan Pajajaran Menurut Pleyte (1910) Foto 102 : Peta Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran berdasarkan Laporan Ekspedisi VOC Foto 103 : Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran, Rekonstruksi Peta dari Penelitian Hasanah (2004) Foto 104 : Gang Amil dan Pintu Masuk Istana Batutulis Foto 105 : Lingkungan Gang Amil dan Rumah Tempat Penemuan Menhir Foto 106 : Lokasi Keraton Pakwan Pajajaran, khususnya Komplek Sri Bima Menurut Saleh Danasasmita Foto 107 : Peta Sebaran Situs di Bogor Foto 108 : Alun-alun Empang Foto 109 : Kompleks Makam Mbah Kutadani Foto 110 : Prasasti Batutulis, Bogor Foto 111 : Menhir (Lingga) dan Batu Datar di dalam Cungkup Prasasti Batutulis Foto 112 : Menhir di Luar Cungkup Prasasti Batutulis Foto 113 : Arca Purwakalih di Jln. Batutulis Foto 114 : Batu Congkrang Foto 115 : Kawasan Balekambang Foto 116 : Situs Ranggapati Foto 117 : Cikahuripan di Kompleks Kebun Raya Bogor Foto 118 : Kompleks Makam Ratu Pakuan (Kebun Raya Bogor) Foto 119 : Makam Mbah Jepra; Ibu Ratu Galuh; Mbah Bahlul Foto 120 : Kompleks Makam Mbah Dalem Batutulis Foto 121 : Peta Bekas Benteng Parit Keraton Pakuan Pajajaran Foto 122 : Sisa Parit Sebelah Selatan Hlm. xiv

15 Foto 123 : Sisa Parit Sebelah Utara Foto 124 : Lukisan Bukit Badigul Karya Pelukis Belanda pada Pertengahan Abad ke Foto 125 : Bukit Badigul Tahun 1973 dan Tahun Foto 126 : Rancamaya Tahun 2013; Real Estate Rancamaya dan Lapangan Golf Rancamaya Foto 127 : Mahkota Binokasih Foto 128 : Pintu Masuk dan Bangunan Utama Situs Pajajar Foto 129 : Watu Gilang di Kota Banten Lama, Serang Foto 130 : Analisis Lokasi Perdagangan Bojong Neros dan Kawasan Militer Keraton Pakwan Pajajaran Foto 131 : Peta Lokasi Lima Keraton Pajajaran Foto 132 : Lawang Saketeng, sekarang menjadi pasar Foto 133 : Kawasan Stasiun Batutulis Foto 134 : Tulisan pada Bagian Muka Prasasti Kawali I Foto 135 : Tulisan pada Bagian Tepian Prasasti Kawali I Foto 136 : Batu Bergores di Kompleks Situs Astana Gede, Kawali Foto 137 : Pembagian Zona Komplek Keraton Surawisesa Foto 138 : Situasi Kompleka Situs Astana Gede, Kawali Foto 139 : Parit Samping dan Pertemuan Parit Situs Astana Gede Foto 140 : Komplek Keraton Surawisesa Foto 141 : Lahan tertinggi Situs Astana Gede, Kawali Foto 142 : Lahan yang diperkirakan area Mayadatar Foto 143 : Cikawali Foto 144 : Lahan yang Diperkirakan Area Balekambang Foto 145 : Lahan yang diperkirakan area Sunialaya atau Sunyalaya Foto 146 : Lahan yang diperkirakan area Ganggang Hotapih Foto 147 : Lahan yang diperkirakan area Sanghyang Sumur Bandung Foto 148 : Lahan yang diperkirakan area Sanghyang Wano Datar Foto 149 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Beunang Ngukir Hlm. xv

16 Foto 150 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Beunang Ngareka Foto 151 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Bubut Foto 152 : Lahan yang diperkirakan area Limas Kumureb Foto 153 : Lahan yang diperkirakan area Badawang Sarat Foto 154 : Lahan yang diperkirakan area Bumi Tepep Foto 155 : Lahan yang diperkirakan area Hanjung Meru dan Alun-alun Dalem Timur Foto 156 : Lahan yang diperkirakan area Tumpang Sanga Foto 157 : Lahan yang diperkirakan area Pangencayan Foto 158 : Lahan yang diperkirakan area Ruang Terbuka Foto 159 : Lahan yang diperkirakan Alun-alun Surawisesa Foto 160 : Prasasti Kawali IV (Batu Panyandungan) Foto 161 : Prasasti Kawali V (Batu Panyandaan) Foto 162 : Batu Pangeunteungan Foto 163 : Batu Jungjung atau Batu Kursi Foto 164 : Prasasti Kawali II (Nampak Depan dan Samping) Foto 165 : Prasasti Kawali VI ketika Ditemukan Foto 166 : Prasasti Kawali VI Tahun Foto 167 : Prasasti Kawali III (Batu Tapak) Foto 168 : Teras tertinggi dari Punden Berundak Astana Gede, Kawali Foto 169 : Makam Pangeran Usman Foto 170 : Makam Adipati Singacala Foto 171 : Makam Eyang Cakrakusuma Foto 172 : Beberapa Makam di Area Makam Situs Astana Gede Foto 173 : Serakan batuan di Situs Astana Gede, Kawali Foto 174 : Peta Refleksi Konsep Tri Tangtu di Buana. 254 xvi

17 BAB I PENDAHULUAN Pada abad pertama Masehi, India meluaskan pengaruhnya melalui jalur perdagangan internasional melalui Selat Malaka hingga ke Cina. Karena pengaruh cuaca, angin yang bertiup berganti arah setiap enam bulan sekali di Khatulistiwa, membawa perahu dagang mereka ke Selatan, hingga terdampar di Pulau Jawa bagian Barat yang disebut Tatar Sunda. Akibatnya, pengaruh budaya India pun masuk ke wilayah ini. Pengaruh ini terefleksikan dalam agama Hindu dan Budha yang melahirkan tradisi berbagai unsur budaya, termasuk budaya politik dalam bentuk kerajaan. Dua kerajaan bercorak Hindu penting di Tatar Sunda yang mewarnai sejarah Indonesia adalah Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda. Kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan pertama di Jawa yang mendapat sentuhan budaya India pada awal abad ke-5 hingga abad ke-7 dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda hingga abad ke-16. Yang menarik, Kerajaan Sunda, meskipun eksis begitu lama, sekitar delapan abad, namun kurang dikenal secara mendalam dalam percaturan sejarah Nusantara. Dalam teks naskah lontar Fragmen Carita Parahiyangan (dalam kropak 406), bahwa di wilayah bagian barat Pulau Jawa pernah ada dua buah kerajaan yang selalu bersaing, yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda; atau yang sering pula dikenal dengan sebutan ibukotanya masing-masing, yaitu Galuh Pakwan dan Pakwan Pajajaran. Kedua kerajaan itu kadang-kadang bermusuhan, tetapi acap kali pula dipersatukan di bawah seorang maharaja. Apabila kedua 1

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 12 Maret tahun 2011, hari

BAB III METODE PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 12 Maret tahun 2011, hari BAB III METODE PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan dalam beberapa kali kunjungan. Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal

Lebih terperinci

Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja

Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja Sunda..ba(r) pulihkan haji sunda.. Dengan Sanjaya dalam ki tab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran sendiri adalah nama lain dari Kerajaan

Lebih terperinci

SITUS ASTANA GEDE KAWALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI MAHASISWA SEJARAH (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran)

SITUS ASTANA GEDE KAWALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI MAHASISWA SEJARAH (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran) SITUS ASTANA GEDE KAWALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI MAHASISWA SEJARAH (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran) Ayu Septiani, M.Hum 1 Dosen Program Studi Sejarah Fakultas

Lebih terperinci

Eksplorasi Tinggalan Batu Besar di Lereng Ciremai

Eksplorasi Tinggalan Batu Besar di Lereng Ciremai Eksplorasi Tinggalan Batu Besar di Lereng Ciremai Kedaulatan Rakyat, 2001 Petualangan mencari situs-situs arkeologis di lereng timur Gunung Ciremai telah menorehkan pengalaman dan hasil yang tak terduga.

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIS PENENTUAN HARI JADI DAN LAMBANG KABUPATEN PANGANDARAN

NASKAH AKADEMIS PENENTUAN HARI JADI DAN LAMBANG KABUPATEN PANGANDARAN NASKAH AKADEMIS PENENTUAN HARI JADI DAN LAMBANG KABUPATEN PANGANDARAN Oleh: Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M.S, Dr. Hernadi Affandi, S.H., M.H. Ade Makmur Kartawinata, Ph.D YAYASAN MASYARAKAT SEJARAWAN

Lebih terperinci

SEJARAH BANTEN; MEMBANGUN TRADISI DAN PERADABAN

SEJARAH BANTEN; MEMBANGUN TRADISI DAN PERADABAN SEJARAH BANTEN; MEMBANGUN TRADISI DAN PERADABAN Prof. Dr. Hj. Nina H. Lubis, M. S. Dr. Mufti Ali Etty Saringendyanti, M. Hum. Miftahul Falah, M. Hum. Budimansyah Suwardi, S. T. BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP

Lebih terperinci

SEJARAH PROVINSI JAWA BARAT Jilid 1 Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2011 SEJARAH PROVINSI JAWA BARAT Ketua Tim Penulis: Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M. S. Anggota: Dr. Toni Djubiantono, DEA Prof. Dr. Dadan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Sunda pada umumnya sudah mengenal dengan kata Siliwangi dan Padjajaran. Kedua kata tersebut banyak digunakan dalam berbagai hal. Mulai dari nama tempat,

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL No Nama Benda Astronomis Alamat Nama Pemilik 1 Candi Ganjuran X : 425010 Y : 9123794 2 Masjid Pajimatan X : 433306 Y : 9124244 3 Kompleks Makam Imogiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Diskusi Hari Jadi Jawa Barat Diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah sebenarnya masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Jati diri Sanjaya yang

Lebih terperinci

CIUNG WANARA SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI DESA KARANGKAMULYAN KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS. H. Nandag Hendriawan 1 Novi Nurcahyani 2

CIUNG WANARA SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI DESA KARANGKAMULYAN KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS. H. Nandag Hendriawan 1 Novi Nurcahyani 2 Jurnal Geografi Vol 2, No.1, April 2011 CIUNG WANARA SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI DESA KARANGKAMULYAN KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS ABSTRAK H. Nandag Hendriawan 1 Novi Nurcahyani 2 Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

TINJAUAN VISUAL AKSARA PADA PRASASTI BATU TULIS BOGOR

TINJAUAN VISUAL AKSARA PADA PRASASTI BATU TULIS BOGOR TINJAUAN VISUAL AKSARA PADA PRASASTI BATU TULIS BOGOR DK 38315 Skripsi Semester II 2009 / 2010 Oleh : Nevy Astuti Kumalasari 51906004 Program Studi Desain Komunikasi Visual FAKULTAS DESAIN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 136 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan rangkaian pengolahan data dan analisis data daatlah disimpulkan, bahwa: 1. Wilayah sekitar Kecamatan Limbangan Kabupaten Garut tersimpan banyak

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kata kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kata kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi kata kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perihal pemimpin atau cara memimpin (dari seseorang). (Sugono, 2014:1075). Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia memiliki luas sekitar 1.910.931.32 km. dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia memiliki banyak

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

Beberapa Temuan Penting di Komplek Percandian Batujaya a. Votive Tablet Votive tablet yang ditemukan ini seluruhnya dalam kondisis fragmentaris.

Beberapa Temuan Penting di Komplek Percandian Batujaya a. Votive Tablet Votive tablet yang ditemukan ini seluruhnya dalam kondisis fragmentaris. Beberapa Temuan Penting di Komplek Percandian Batujaya a. Votive Tablet Votive tablet yang ditemukan ini seluruhnya dalam kondisis fragmentaris. Berbentuk empat persegi panjang dengan bagian atas yang

Lebih terperinci

Yeni Wijayanti. Universitas Galuh Ciamis Jalan R.E. Martadinata Nomor 150 Ciamis

Yeni Wijayanti. Universitas Galuh Ciamis Jalan R.E. Martadinata Nomor 150 Ciamis PEMANFAATAN SITUS KARANGKAMULYAN UNTUK KEPENTINGAN PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH The Utilization Sites of Karangkamulyan for Education Interest in Learning History Yeni Wijayanti Universitas Galuh

Lebih terperinci

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Dewasa ini kita mengenal Sunda sebagai sebuah istilah yang identik dengan Priangan dan Jawa Barat. Sunda adalah Priangan, dan Priangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Majalengka merupakan sebuah kabupaten disebelah timur Jawa Barat. Dengan memiliki luas 1204,24 Km 2, atau sekitar 2,71% dari luas Provinsi Jawa Barat, Kabupaten

Lebih terperinci

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai

Lebih terperinci

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni rupa sebagai ciptaan manusia senantiasa dikembangkan di setiap zaman dan tempat yang berbeda, hal itu akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia

Lebih terperinci

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA STANDAR KOMPETENSI: 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB II AKSARA DAN PRASASTI

BAB II AKSARA DAN PRASASTI BAB II AKSARA DAN PRASASTI 2.1. Zaman Praaksara Menurut Matroji dalam buku Sejarah SMA, Zaman Praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masyarakat yang belum mengenal tulisan berbeda

Lebih terperinci

KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA. Oleh Agustijanto I.S.S.

KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA. Oleh Agustijanto I.S.S. KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA Oleh Agustijanto I.S.S. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ARKEOLOGI NASIONAL DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 2006 I. Sekilas Tentang

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG PENETAPAN SATUAN RUANG GEOGRAFIS KAWASAN PENANGGUNGAN SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesadaran sejarah mempunyai arti penting dalam pembentukan kepribadian individu/masyarakat dan kepribadian ini akan menciptakan sebuah identitas dari individu atau masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubur Pitu merupakan peninggalan bersejarah yang ada hingga sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat hiasan Matahari dengan Kalimah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan isi hasil penelitian pengembangan media audio visual/video situs sejarah Kerajaan Galuh dalam pembelajaran

Lebih terperinci

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pantai utara atau dikenal dengan akronim Pantura Jawa Barat merupakan bentangan wilayah yang memiliki banyak keunikan, baik dari segi geografis, kesenian,

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI PENELUSURAN POTENSI SEJARAH, BUDAYA, DAN PARIWISATA DI KABUPATEN PANGANDARAN (sebagai Dasar Pengembangan Kebijakan) Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun Ketua:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Candi Cetho 1. Lokasi Candi Cetho terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Cetho kelurahan Gumeng kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan dengan berbagai peninggalan yang tersebar diberbagai wilayah Lampung. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi Tujuan dari perancangan desain buku cerita bergambar ini merupakan sebagai media informasi yang bertujuan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan situs sejarah adalah Situ Lengkong yang berada di desa Panjalu, Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. dan situs sejarah adalah Situ Lengkong yang berada di desa Panjalu, Kecamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai objek wisata dan situs sejarah adalah Situ Lengkong yang berada di desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN DALAM PERSPEKTIF KULTUR RELIGIUS MASYARAKAT SUNDA. Ana

KEANEKARAGAMAN HAYATI SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN DALAM PERSPEKTIF KULTUR RELIGIUS MASYARAKAT SUNDA. Ana KEANEKARAGAMAN HAYATI SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN DALAM PERSPEKTIF KULTUR RELIGIUS MASYARAKAT SUNDA Ana Mitologi Nyi Pohaci: penghargaan masyarakat Sunda pada Keanekaragaman hayati sumber pangan Dalam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini. BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini. 1. Perkembangan morfologi dan aspek-aspek simbolik di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT, Draft 18/02/2014 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN UNTUK KEGIATAN FASILITASI DAN IMPLEMENTASI GREEN PROVINCE

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

Foto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama

Foto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama Foto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama Foto: Veronica Wijaya, Diella Dachlan Teks & Layout: Diella Dachlan Editor: Candra Samekto Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

CIAMIS ATAU GALUH MAKALAH

CIAMIS ATAU GALUH MAKALAH CIAMIS ATAU GALUH MAKALAH Disusun dalam rangka Seminar Sejarah bertema Menelusuri Nama Daerah Galuh dan Ciamis; Tuntutan dan Harapan Diselenggarakan pada 12 September 2012 di Padepokan Rengganis Kabupaten

Lebih terperinci

Kutai Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang

Kutai Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang Kutai Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang Lokasi Sumber-Sumber Yupa berhuruf Pallawa pada awal abad V dan menggunakan bahasa Sanskerta. Sampai sekarang ditemukan 7 Yupa yang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

ANALISA SITUS GUNUNG PADANG

ANALISA SITUS GUNUNG PADANG ANALISA SITUS GUNUNG PADANG LAPORAN Disusun guna memenuhi sebagian tugas Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Disusun Oleh : Zain Arifin

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

MAKALAH PENEMUAN SITUS GUNUNG PADANG. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.

MAKALAH PENEMUAN SITUS GUNUNG PADANG. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M. MAKALAH PENEMUAN SITUS GUNUNG PADANG Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh : Decy Permatasari (14148141) Devita Nela Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

SITUS MEGALITIKUM GUNUNG PADANG

SITUS MEGALITIKUM GUNUNG PADANG SITUS MEGALITIKUM GUNUNG PADANG Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. Angga Setyo Apriyono NIM. 14148139 Ogy Prabu Santosa NIM.

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP / MTs :.. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/2 Alokasi waktu : 8 x 40 menit ( 4 pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA WILAYAH BANTEN Menurut berita dari Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dan Cirebon

Lebih terperinci

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha) Tabel 1.1. Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d 2005 No Fungsi Kawasan Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Keterangan I Kawasan Produksi & Lindung 627.499,78

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE KAWALI. A. Hasil Penelitian Artefak Astana Gede Kawali

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE KAWALI. A. Hasil Penelitian Artefak Astana Gede Kawali BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE KAWALI A. Hasil Penelitian Artefak Astana Gede Kawali Situs Astana Gede Kawali ini merupakan tempat yang memiliki banyak peninggalan-peninggalan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci