BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga puluh tahun Indonesia menjalani sistem sentralistik. Namun, reformasi pembangunan telah membawa perubahan tidak hanya terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, tetapi juga melahirkan pelaksanaan otonomi daerah. Peralihan ke arah sistem desentralistik ini tentu merupakan sesuatu yang kompleks. Dengan adanya sistem otonomi, setiap daerah diberikan keleluasaan untuk mengambil berbagai keputusan pembangunannya sendiri. Pada akhirnya, setiap wilayah dituntut untuk bisa mandiri dan memiliki daya saing sehingga mampu berintegrasi ke dalam perekonomian nasional maupun global. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sendiri sangat bergantung kepada kemampuan daerah dalam memberdayakan segala potensi lokal yang dimiliki seperti sumber daya alam dan manusia, institusional, serta fisik setempat. Oleh karena itu, setiap daerah memerlukan upaya meningkatkan kapasitas dan mengembangkan daya tarik untuk mendukung pemanfaatan potensi dan karakteristik khusus daerahnya masing-masing. Terdapat beberapa pendekatan bagi daerah dalam mengembangkan potensi dan karaktristik khusus yang dimiliki, dan salah satunya adalah pendekatan usaha kecil. Menurut Tambunan (1993), kelompok unit usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia mampu menyumbang sangat banyak kesempatan kerja dan oleh karena itu menjadi salah satu sumber penting bagi penciptaan pendapatan. Hal ini terkait dengan kondisi sebagian besar jumlah penduduk Indonesia yang berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern (Tiktik dan Rachman, 2004). Selain itu, UKM juga berperan sebagai salah satu sumber penting bagi pertumbuhan PDB dan ekspor nonmigas. Jadi, dapat dilihat bahwa usaha-usaha kecil yang memanfaatkan sumber daya lokal berpotensi untuk menjadi motor penggerak perekonomian suatu daerah. 1

2 2 Usaha kecil sendiri banyak tumbuh di wilayah pedesaan yang sebagian besar penduduknya adalah petani serta pada umumnya berada pada bidang pertanian (Heddy, et.al., 2003). Terkait dengan lokasinya yang banyak terdapat di pedesaan, pertumbuhan usaha kecil akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et.al., 1994). Namun, di Indonesia pada umumnya, keberadaan usaha kecil menghadapi berbagai keterbatasan. Permasalahan utama yang dihadapi usaha kecil adalah sulitnya mendapat akses ke permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, maupun wilayah pemasaran yang masih terbatas. Di Kabupaten Kuningan, guna lahan dan mata pencaharian penduduknya didominasi oleh sektor pertanian. Industri yang ada di Kabupaten Kuningan sendiri didominasi oleh industri makanan. Salah satu komoditas makanan yang menjadi unggulan Kabupaten Kuningan adalah tape ketan. Usaha kecil makanan berbahan dasar ketan ini merupakan kekuatan lokal yang dimiliki Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, serta Cigugur. Disamping itu, usaha tape ketan merupakan kegiatan ekonomi yang tumbuh dari komunitas (community based) yang dalam perjalanannya nyaris tak tersentuh oleh bantuan dari pemerintah daerah. Meskipun begitu, usaha tape ketan mampu terus hidup bahkan memiliki potensi tinggi dalam meningkatkan perekonomian daerah dan berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Di sisi lain, kendati usaha tape ketan telah berdiri selama lebih dari tiga puluh tahun, perkembangan usahanya masih lambat. Kontribusi yang diberikan usaha tape ketan terhadap pengembangan ekonomi lokal juga masih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi usaha tape ketan. Dengan melihat berbagai potensi lokal yang dimiliki serta kendala-kendala yang dihadapi para pengusaha makanan kecil ini maka perlu dikaji apakah usaha tape ketan ini mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan

3 3 Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur mengingat keberadaan usaha tape ketan ini merupakan kekuatan lokal yang sangat potensial dan tidak dimiliki wilayah lain. 1.2 Rumusan Permasalahan Di Kabupaten Kuningan, sekitar 67% penduduknya tinggal di pedesaan dan sebagian besar (39,36%) mata pencahariannya di sektor pertanian. Sedangkan profil petani di Kabupaten Kuningan adalah 57% merupakan petani gurem dan 32,4% merupakan buruh tani (hasil ST, 2003). Hal ini menyebabkan produktifitas pertanian di Kabupaten Kuningan menjadi rendah sehingga diperlukan alternatif pengembangan sektor lain di luar pertanian. Sama halnya dengan kondisi di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur yang sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Di sisi lain, sektor pertanian memiliki keterbatasan dalam menyerap lapangan kerja, karena luas lahan pertanian semakin berkurang akibat adanya pembangunan di luar kegiatan pertanian (perumahan, jasa, transportasi, dll). Selain itu, pola kerja pada sektor pertanian tidak berlangsung sepanjang tahun. Dengan terbatasnya sektor pertanian dalam menyerap lapangan kerja, maka dibutuhkan alternatif sumber pendapatan lain, dan pengembangan usaha kecil merupakan pilihan yang strategis dalam peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan. Mengingat sebagian besar penduduk yang keluar dari sektor pertanian pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan rendah, dan usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja yang kurang terampil. Oleh karena itu, masyarakat lokal di ketiga kecamatan kemudian berusaha menangani kondisi tersebut dengan memanfaatkan talenta lokal yang dimiliki yaitu memproduksi makanan yang berbasis hasil pertanian (tape ketan), yang selanjutnya tumbuh menjadi usaha-usaha kecil. Usaha tape ketan memiliki potensi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja lokal dan telah menjadi kawasan (area) dimana masyarakat lokal banyak menggantungkan hidupnya di luar sektor pertanian sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tape ketan mampu menjadi katup pengaman perekonomian di wilayah kajian studi.

4 4 Meskipun begitu, keberadaan usaha tape ketan masih belum mampu menyumbang kontribusi berarti terhadap pengembangan ekonomi lokal di ketiga kecamatan tersebut. Hal ini ditandai dengan kenyataan bahwa dua dari tiga kecamatan wilayah kajian studi, yaitu Kecamatan Cibeureum dan Cibingbin masuk ke dalam kategori kecamatan dengan IPM terendah di Kabupaten Kuningan. Dan untuk mendongkrak angka IPM dalam rangka mengembangkan ekonomi lokal, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan usaha skala kecil seperti usaha tape ketan ini. Di lain pihak, selama ini belum terdapat kajian mengenai kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Kuningan. Dari uraian tersebut maka memunculkan pertanyaan penelitian yaitu: 1. Sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cigugur? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cigugur? 1.3 Tujuan dan Sasaran Dengan melihat latar belakang serta rumusan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Adapun sasaran yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah: 1. Teridentifikasinya kemampuan bertahan usaha tape ketan. 2. Teridentifikasinya kemampuan usaha tape ketan dalam menyerap lapangan kerja. 3. Teridentifikasinya kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru.

5 5 4. Teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cigugur. 1.4 Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu ruang lingkup wilayah studi dan ruang lingkup materi Ruang Lingkup Wilayah Wilayah kajian studi dalam penelitian ini adalah Kabupaten Kuningan yang terdiri atas 32 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 361 Desa. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Kuningan, Jalaksana, Kramatmulya, Cilimus, Mandirancan, Cigugur, Darma, Ciawigebang, Garawangi, Pasawahan, Nusaherang, Subang, Sindangagung, Kadugede, Cigandamekar, Cipicung, Luragung, Ciwaru, Lebakwangi, Cidahu, Ciniru, Pancalang, Cilebak, Kalimanggis, Hantara, Japara, Maleber, Salajambe, Karangkancana, Cimahi, Cibeureum, dan Cibingbin. Dari 32 kecamatan yang ada, diambil 3 kecamatan yang terkait dengan penelitian mengenai usaha tape ketan ini yaitu Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, Cigugur. Dipilih tiga kecamatan ini karena di kecamatan-kecamatan inilah usaha-usaha tape ketan berada Ruang Lingkup Materi Penelitian ini berusaha mengkaji sejauhmana kemampuan usah tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Adapun ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah: 1. Kemampuan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dilihat melalui dukungan tiga kriteria yaitu kemampuan bertahan, menciptakan lapangan kerja, serta merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru dari usaha tape ketan. 2. Kemampuan bertahan usaha tape ketan terfokus kepada dukungan keberlanjutan produksi dan pemasaran.

6 6 3. Keberlanjutan produksi usaha tape ketan meliputi aspek tenaga kerja, modal, bahan baku, alat produksi, serta jiwa wirausaha dan kemampuan manajerial pengusaha tape ketan. 4. Cakupan lokal dalam penelitian ini adalah Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Sementara untuk aspek bahan baku dan pemasaran, cakupan lokal dibatasi pada lingkup Kabupaten Kuningan. 1.5 Manfaat Studi Manfaat yang dapat diperoleh dari studi ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis yang selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut: Manfaat Akademis Pengembangan ekonomi lokal adalah salah satu konsep yang digunakan dalam mengembangkan wilayah dalam konteks Perencanaan Wilayah dan Kota, dan salah satu inisiator dalam pengembangan ekonomi lokal adalah usaha kecil. Penelitian ini berusaha memaparkan sejauhmana kemampuan usaha tape ketan di Kabupaten Kuningan khususnya di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal, faktor apa saja yang mempengaruhinya serta upaya apa yang dapat dilakukan dalam pengembangan usaha tape ketan di Kabupaten Kuningan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Dan selanjutnya dapat menjadi gambaran untuk pengembangan usaha kecil lainnya sebagai motor penggerak Manfaat Praktis Hasil dari studi ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan khususnya kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan melalui dinas-dinas terkait (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian) agar upaya pengembangan usaha tape ketan dapat berjalan efektif dan tepat sasaran. Diharapkan dengan efektifnya upaya pengembangan usaha tape ketan ini maka usaha tape ketan mampu menjadi motor penggerak pengembangan

7 7 ekonomi lokal, dan menjadi pelopor kemajuan usaha-usaha kecil lainnya di Kabupaten Kuningan. 1.6 Metodologi Penelitian Sub bab ini terbagi menjadi pendekatan studi, tahapan studi, metode pengumpulan data, metode penentuan sampel, dan teknik analisis Pendekatan Studi Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan sejauhmana kemampuan usaha tape ketan mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan yang diungkapkan Blakely (1989), fokus dalam pengembangan ekonomi lokal adalah menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru. Di sisi lain, suatu usaha dapat menjadi motor penggerak apabila usaha tersebut memiliki kemampuan bertahan yang tinggi. Jadi, maksud dari kemampuan menjadi motor penggerak dalam penelitian ini adalah jika usaha tape ketan ini mampu memenuhi tiga kriteria: 1. Kemampuan Bertahan Usaha Tape Ketan Kriteria pertama suatu usaha dapat dikatakan mampu menjadi motor penggerak adalah usaha tersebut mampu untuk bertahan. Ketahanan suatu usaha sendiri dapat dilihat dari dua hal, yaitu dukungan keberlanjutan produksi dan pemasaran. Keberlanjutan produksi ini juga dapat dilihat dari lima aspek, yaitu tenaga kerja, modal, bahan baku, alat produksi serta jiwa wirausaha dan kemampuan manajerial pengusaha. Jika keberlanjutan produksi dan pemasaran yang dimiliki oleh usaha tape ketan ini telah kokoh, maka dapat dikatakan bahwa usaha tape ketan telah memiliki kemampuan bertahan yang tinggi.

8 8 Tabel 1.1 Kriteria, Indikator, dan Tolok Ukur Kemampuan Bertahan 1. Proses Produksi Aspek Indikator Tolok Ukur Tenaga Kerja Kualitas Tenaga Kerja Keahlian/keterampilan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang tersedia memadai Modal Alternatif Sumber modal Adanya sumber-sumber modal baik yang bersifat formal maupun non-formal Akses terhadap modal Adanya kemudahan/kelancaran untuk memperoleh modal yang menunjang usaha produksi Bunga yang rendah Bunga terhadap modal dapat dijangkau Akumulasi modal Modal yang diperoleh dapat ditabung dan terakumulasikan untuk kebutuhan biaya produksi selanjutnya Bahan Baku Jenis bahan baku Jenis bahan baku yang dibutuhkan tersedia Jumlah bahan baku Jumlah bahan baku yang dibutuhkan tersedia Kontinuitas bahan baku Bahan baku mudah diperoleh kapan saja Sumber bahan baku Adanya pemanfaatan bahan baku lokal Alat Produksi dan Teknologi Ketersediaan alat produksi Adanya alat produksi yang menunjang kelangsungan proses produksi Jiwa Wirausaha dan Kemampuan Manajerial Kondisi jiwa wirausaha pengusaha Kemampuan manajerial Pengusaha memiliki jiwa wirausaha yang inovatif dan kreatif Adanya sistem pembukuan keuangan dan pembagian tugas kerja yang baik dalam menjalankan kegiatan industri 2. Pemasaran Permintaan pasar Dapat memenuhi permintaan pasar Cara pemasaran Adanya kemudahan distribusi produk Akses ke pasar Akses ke pasar yang mudah Wilayah pemasaran Wilayah pemasaran mencapai luar Jabar Sumber: Bab 2 Usaha Kecil dalam Konteks Pengembangan Ekonomi Lokal, Mampu Menciptakan Lapangan Kerja Kriteria selanjutnya yang menunjukkan apakah usaha tape ketan mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal adalah apabila usaha tersebut telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal.

9 9 Mampu menciptakan lapangan kerja Tabel 1.2 Kriteria, Indikator, dan Tolok Ukur Kemampuan Menciptakan Lapangan Kerja Kriteria Indikator Tolok Ukur Penyerapan tenaga kerja lokal saat ini Seluruh tenaga kerja yang bekerja di usaha kecil merupakan masyarakat lokal Penyerapan tenaga kerja Adanya peningkatan penyerapan lokal di masa mendatang tenaga kerja lokal Sumber: Bab 2 Usaha Kecil dalam Konteks Pengembangan Ekonomi Lokal, Mampu Merangsang Pertumbuhan Kegiatan Ekonomi Baru Kriteria terakhir yang menunjukkan usaha tape ketan ini mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal adalah usaha tape ketan mampu merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru. Tabel 1.3 Kriteria, Indikator, dan Tolok Ukur Kemampuan Merangsang Pertumbuhan Kegiatan Ekonomi Baru Kriteria Indikator Tolok Ukur Mampu merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru Penciptaan usaha lokal Adanya penciptaan usaha lokal baik yang sejenis (usaha tape ketan) maupun yang tidak sejenis (usaha hulu maupun hilir) Sumber: Bab 2 Usaha Kecil dalam Konteks Pengembangan Ekonomi Lokal, Tahapan Studi Tahapan studi ini dilakukan dengan studi literatur, pengumpulan data, analisis studi kasus, serta perumusan rekomendasi kebijakan dalam mengembangkan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Adapun tahapan studi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Merumuskan serta mendefinisikan permasalahan. Permasalahan yang diangkat yaitu: sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan

10 10 Cibeureum, Kecamatan Cibingbin, dan Cigugur. Maka selanjutnya dicari definisi mengenai usaha kecil dan pengembangan ekonomi lokal. b. Studi literatur, yaitu menggali teori-teori yang terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu mengenai pengembangan wilayah, khususnya pengembangan ekonomi lokal, serta usaha kecil. Selain itu juga mencari metode-metode serta teknik penelitian, baik dalam mengumpulkan maupun menganalisis data. c. Membangun kerangka pemikiran studi. Secara jelasnya kerangka pemikiran sudi dapat dilihat pada gambar 1.1 d. Merumuskan kriteria, aspek, indikator, serta tolok ukur yang mempengaruhi kemampuan usaha kecil sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. e. Mengumpulkan data primer dan sekunder, sehingga dapat dilakukan: 1. Identifikasi kemampuan bertahan usaha tape ketan baik dilihat dari sisi keberlanjutan produksi maupun pemasaran. 2. Identifikasi kemampuan usaha tape ketan dalam menciptakan lapangan kerja. 3. Identifikasi kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru. f. Analisis kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dengan melihat kriteria, indikator, tolok ukur dibandingkan dengan kondisi nyata di lapangan. g. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan dengan melihat kemampuannya sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dikaitkan dengan kondisi internal maupun eksternal usaha. Faktor-faktor yang dimaksud merupakan faktor alasan yang dapat berasal dari hasil survei primer (wawancara dan kuesioner) maupun data sekunder. h. Perumusan rekomendasi pengembangan usaha tape ketan di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur baik kepada pihak pengusaha maupun kepada pihak pemerintah, dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi lokal.

11 11 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Studi Usaha kecil sebagai inisiator dalam PEL Keberadaan usaha tape ketan sebagai kekuatan lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur Potensi Kendala Sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak PEL? Keberlanjutan Produksi Pemasaran Kemampuan Bertahan Kemampuan Menciptakan Lapangan Kerja Kemampuan Merangsang Pertumbuhan Kegiatan Ekonomi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak PEL Rekomendasi pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kec.Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur Karakteristik wilayah Karakteristik pengusaha Kondisi pasar Kondisi poduk Dukungan pemerintah Sumber: Hasil Analisis, Metode Pengumpulan Data Riset adalah aktivitas ilmiah yang sistematis, terarah, dan bertujuan. Jadi pengumpulan data merupakan upaya menghimpun dengan terencana dan sistematis data informasi yang relevan (Kartini, 1990). Dalam penelitian ini, dilakukan dua metode pengumpulan data, yaitu survei primer dan survei sekunder.

12 12 1. Survei Primer Survei primer akan memberikan informasi dan data secara langsung sebagai hasil pengumpulan sendiri. Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara dan kuesioner dalam mengumpulkan data primer. Pengertian wawancara (interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dengan responden dengan menggunaan alat panduan wawancara (Moh. Nazir, 2005). Adapun yang menjadi responden wawancara dalam penelitian ini adalah: a) Pejabat Daerah (Kepala Desa dan Camat) Wawancara kepada pejabat daerah diasumsikan dapat memberikan informasi yang mewakili pandangan masyarakat sekitar usaha tape ketan, terutama pandangan masyarakat desa yang tidak dilakukan penyebaran kuesioner. Dengan melakukan wawancara kepada pejabat daerah, maka dapat diketahui mengenai bagaimana kontribusi keberadaan usaha tape ketan terhadap masyarakat lokal, bagaimana dukungan masyarakat terhadap usaha tape ketan, serta apa saja manfaat maupun dampak buruk yang dihasilkan oleh usaha tape ketan tersebut. b) Kepala Dinas Wawancara dilakukan kepada kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, dan Dinas Pertanian. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai usaha tape ketan dikaitkan dengan bidang-bidang yang ditangani oleh dinas terkait. Selain metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap (Moh. Nazir, 2005). Adapun yang menjadi responden pengisian kuesioner ini adalah: a) Pengusaha Tape Ketan Kuesioner kepada pengusaha tape ketan ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai faktor produksi (modal, bahan baku, tenaga kerja, modal, alat produksi dan

13 13 teknologi, jiwa wirausaha dan kemampuan manajerial), pemasaran, dan motivasi pengusaha dalam mempertahankan usahanya. b) Tenaga Kerja Sementara kuesioner terhadap tenaga kerja dilakukan untuk memperoleh data mengenai motivasi tanaga kerja dalam mendirikan usaha tape ketan, kualifikasi tenaga kerja, serta kondisi ekonomi tenaga kerja. c) Masyarakat Lokal Kuesioner terhadap masyarakat lokal dilakukan untuk mengetahui dukungan terhadap keberadaan usaha tape ketan, manfaat maupun dampak buruk yang dirasakan, serta motivasi mereka dalam mendirikan usaha sejenis. 2. Survei Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia (Saifudin, 2001). Dalam penelitian ini, data-data sekunder diperoleh melalui dinas-dinas terkait, seperti misalnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian, dan Biro Pusat Statistik Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian, sampel yang dipilih tentu harus benar-benar mewakili populasinya; yaitu menjadi representatif dari populasinya. Sampel yang tidak mewakili populasi disebut sebagai sampel yang menyeleweng (biased sampling). Dalam penelitian ini, metode penentuan sampel yang dipilih dilakukan berdasarkan kelompok populasi yaitu pengusaha tape ketan, tenaga kerja usaha tape ketan, serta masyarakat lokal. Besarnya sampel yang diambil menurut kelompok populasi tersebut adalah: a) Pengusaha Tape Ketan Metode penentuan sampel yang dilakukan terhadap pengusaha tape ketan adalah survei terhadap populasi. Pada awalnya, kuesioner disebarkan kepada seluruh unit usaha (sebanyak 30 unit). Dengan memberikan jangka waktu pengisian

14 14 selama satu hari, jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 25. Jika melihat jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin, maka jumlah sampel sebanyak 25 ini memiliki error lebih kecil dari 10%. b) Tenaga Kerja Metode penentuan sampel tenaga kerja menggunakan metode sampel acak (Random Sampling) dimana sampling dilakukan terhadap tenaga kerja usaha tape ketan yang ditemui. Supaya diperoleh jumlah sampel yang akurat maka digunakan rumus Slovin sebagai berikut: Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi, yaitu jumlah tenaga kerja usaha tape ketan sebanyak 180 e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelanggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi) = 10% Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel tenaga kerja adalah sebanyak 60 tenaga kerja. Namun, karena terdapat beberapa usaha tape ketan yang tertutup, jumlah kuesioner tenaga kerja usaha tape ketan yang kembali adalah sebanyak 50 responden. Jika menggunakan rumus Slovin, jumlah ini berada pada nilai kritis sebesar 12%. c) Masyarakat Lokal Metode penentuan sampel terhadap masyarakat menggunakan metode cluster sampling. Supaya diperoleh jumlah sampel yang akurat maka digunakan rumus Slovin, dengan jumlah populasi yaitu jumlah total rumah tangga di ketiga kecamatan ( RT) dan e = 10%, maka diperoleh jumlah sampel adalah sebesar 100 responden. Kuesioner ini tersebar di ketiga kecamatan yang jumlahnya disesuaikan dengan proporsi jumlah rumah tangga di masing-masing kecamatan. Dari jumlah sampel di masing-masing kecamatan ini lantas dibagi

15 15 lagi menurut desa yang terdapat usaha tape ketan dan desa yang tidak terdapat usaha tape ketan, seperti tergambar pada tabel berikut. Tabel 1.4 Distribusi Sampel terhadap Masyarakat Lokal Kecamatan Jumlah RT (%) Jumlah Sampel Cibeureum (19,88%) 20 Cibingbin (38,81%) 39 Cigugur (41,31%) 41 Desa Jumlah RT (%) Jumlah Sampel Cibeureum (43%) 9 Tarikolot 419 (12%) 2 Sumurwiru 337 (10%) 2 Sukarapih (35%) 7 Sindangjawa (24%) 9 Cibingbin (58%) 23 Sukaharja 941 (18%) 7 Cigugur (43%) 18 Cisantana (41%) 17 Sukamulya 603 (16%) 6 Jumlah (100%) Sumber: Hasil Analisis, 2008 Keterangan : Tanda desa yang terdapat usaha tape ketan Tanda desa yang tidak terdapat usaha tape ketan Teknik Analisis Dalam penelitian mengenai kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur, teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan mula-mula dengan menyajikan fakta secara sistematik mengenai kondisi usaha tape ketan di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi nyata di lapangan dikaitkan dengan faktor, aspek, indikator dan tolok ukur mengenai industri kecil. Dengan memperoleh gambaran kondisinya, kita bisa menganalisis sejauh mana kemampuan usaha tape ketan ini dapat menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Setelah melakukan analisis mengenai kemampuan usaha tape ketan menjadi motor penggerak, maka dapat diinterpretasikan apa saja yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan ini. Selanjutnya dirumuskan rekomendasi upaya pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di ketiga wilayah kajian studi.

16 16 Tabel 1.5 Proses Pengumpulan Data dan Analisis Sasaran Teridentifikasinya kemampuan bertahan usaha tape ketan Teridentifikasinya kemampuan usaha tape ketan dalam menyerap lapangan kerja Input Variabel Kebutuhan Data/Informasi Sumber Data Cara Memperoleh Data Keberlanjutan Produksi Pemasaran Penyerapan tenaga kerja lokal Jumlah penduduk menurut usia, jenis kelamin, pendidikan Jumlah tenaga kerja Kualifikasi tenaga kerja Sumber dan akses terhadap modal Bahan baku (sumber, jenis, jumlah, akses, serta keterjangkauan harga) Ketersediaan alat produksi & teknologi Tingkat pendidikan pengelola Keberadaan pembukuan dan pembagian kerja Inovasi Tingkat rata-rata omset Akses terhadap faktor produksi dan pasar Cara pemasaran Permintaan pasar Wilayah pemasaran Akses terhadap pasar Lokasi unit usaha Keberadaan sarana pemasaran Asal tenaga kerja Jumlah tenaga kerja Jumlah penduduk yang bekerja Pendapatan tenaga kerja Profil desa Wawancara Kuesioner Kecamatan dalam Kab. Kuningan dalam Disperindag, Distan, dan Diskop UKM Wawancara Kuesioner Kecamatan dalam Kab. Kuningan dalam Kuesioner Kecamatan dalam Kab. Kuningan dalam Survei Sekunder Survey primer (pemilik, tenaga kerja, dan dinas) Survei Sekunder Survey primer (pemilik) Survei Sekunder Survey primer (pemilik dan tenaga kerja) Metode Analisis Analisis deskriptif Analisis deskriptif Analisis deskriptif Output kemampuan bertahan usaha tape ketan kemampuan usaha tape ketan dalam menyerap lapangan kerja

17 Sasaran Teridentifikasinya kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi Teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan Sumber: Hasil Analisis, 2008 Input Variabel Kebutuhan Data/Informasi Sumber Data Cara Memperoleh Data Jumlah usaha dari tahun ke Kuesioner Survei Sekunder Penciptaan tahun Kecamatan dalam Survey primer Usaha-Usaha Motivasi tenaga kerja (pemilik, tenaga Lokal Motivasi masy. Lokal Kab. Kuningan dalam kerja, dan masy. Dukungan masy.lokal lokal) Usaha-usaha bangkitan tidak sejenis Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil analisis kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak dalam PEL Karakteristik wilayah Karakteristik pengusaha Kondisi pasar Kondisi poduk Dukungan pemerintah Profil desa Wawancara Kuesioner Kecamatan dalam Kab. Kuningan dalam Disperindag, Distan, dan Diskop UKM Survei Sekunder Survey primer (pemilik, tenaga kerja, dan dinas) Metode Analisis Analisis deskriptif Analisis deskriptif Output kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tape ketan 17

18 Sistematika Pembahasan Pembahasan studi ini terdiri atas 5 bab yang dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan studi, ruang lingkup, manfaat studi, dan metodologi penelitian. BAB 2 USAHA KECIL DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Pada bab ini dijelaskan landasan teori terkait dengan permasalahan yang diangkat yaitu mengenai pengembangan ekonomi lokal dan usaha kecil. BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini mendeskripsikan gambaran umum wilayah Kabupaten Kuningan, Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur, serta usaha tape ketan di ketiga kecamatan tersebut. BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisis sejauhmana kemampuan usaha tape ketan menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Dan selanjutnya dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil di wilayah kajian studi. BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari studi ini serta rekomendasi upaya pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Selain itu dipaparkan pula mengenai kelemahan dan saran studi lanjutan.

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai gambaran umum Kabupaten Kuningan dan bagian

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian.

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN. KEPUTUSAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 487/KPTS.149-diskominfo/2015

BUPATI KUNINGAN. KEPUTUSAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 487/KPTS.149-diskominfo/2015 BUPATI KUNINGAN KEPUTUSAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 487/KPTS.149-diskominfo/2015 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUNINGAN

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUNINGAN Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Kuningan Tahun 2013 sebanyak 113.239 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di I Kabupaten Kuningan Tahun 2013 sebanyak 3 unit perusahaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Jalan Siliwangi No. 26 Telp. (0232) Kasturi Kuningan Kode Pos 45521

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Jalan Siliwangi No. 26 Telp. (0232) Kasturi Kuningan Kode Pos 45521 PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Jalan Siliwangi No. 26 Telp. (0232) 871863 Kasturi Kuningan Kode Pos 45521 Nomor : 821/5620/Peng.Bin. Sifat Lamp. Hal : Penting : 1 (satu) set : Penanganan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS DAN FUNGSI UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN BADAN (UPTD/UPTB) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN SEKRETARIAT DAERAH Jl. Siliwangi No. 88 Telp. (0232) K U N I N G A N Kode Pos 45512

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN SEKRETARIAT DAERAH Jl. Siliwangi No. 88 Telp. (0232) K U N I N G A N Kode Pos 45512 PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN SEKRETARIAT DAERAH Jl. Siliwangi No. 88 Telp. (0232) 871045 K U N I N G A N Kode Pos 45512 Kuningan, 06 Maret 2014 Kepada : Nomor : 821/433/BKD Sifat Lamp. Hal : Penting :

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Kuningan Kabupaten Kuningan memiliki luas 1.178,57 Km² (117.857,55 Ha) terletak pada 108 0 23 108 0 47 Bujur Timur dan 6 0 47 7 0 12 Lintang Selatan dengan ibukota

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

Katalog BPS : 1101002.3208 STATISTIK DAERAH KABUPATEN KUNINGAN 2014 STATISTIK DAERAH KABUPATEN KUNINGAN 2014 ISBN : 978-602-0964-40-9 No. Publikasi : 32080.1450 Katalog BPS : 1101002.3208 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Penelitian ini berusaha mengkaji kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan

Lebih terperinci

kuningankab.bps.go.id

kuningankab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KABUPATEN KUNINGAN 2015 STATISTIK DAERAH KABUPATEN KUNINGAN 2015 ISBN : 978-602-0964-61-4 No. Publikasi : 32080.1450 Katalog BPS : 1101002.3208 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KEGIATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

KEMAMPUAN KEGIATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KEMAMPUAN KEGIATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (Studi Kasus: Usaha Tape Ketan di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur) T U G A S A K H I R MAYANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH Nomor : 600/151/DTRCK/2013 Tanggal : 14 Pebruari 2013 DINAS TATA RUANG DAN CIPTA KARYA KABUPATEN KUNINGAN Alamat : Jalan RE. Martadinata No. 528 Kuningan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan Kabupaten Kuningan terletak di ujung timur laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Endianto, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Endianto, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur atau penyedap rasa. Terutama masyarakat Indonesia yang menambahkankannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi telah menjadi gerbang bagi manusia menuju era baru tanpa terhalang oleh adanya batas-batas geografis dan geopolitis, yang pada akhirnya tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dari laporan penulisan tugas akhir. Isi dari bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi, metode penelitian dan

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 28TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN PERANGKAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 3 KEBIJAKAN DAN KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN

BAB 3 KEBIJAKAN DAN KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN 113 BAB 3 KEBIJAKAN DAN KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN Secara umum suatu wilayah akan tumbuh dan berkembang menuju arah pemanfaatan lahan yang berorientasi ekonomi; yaitu memanfaatkan

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN USAHA KERAJINAN GENTENG TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT. Sunyoto Sarbini 1

DAMPAK KEGIATAN USAHA KERAJINAN GENTENG TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT. Sunyoto Sarbini 1 DAMPAK KEGIATAN USAHA KERAJINAN GENTENG TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT Sunyoto Sarbini 1 Abstrak: Pengembangan usaha kerajinan genteng di Trenggalek memiliki potensi tinggi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia sangat besar dan memiliki kontribusi yang cukup besar. Berdasarkan data yang ada

Lebih terperinci

EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 1 EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN Mita Friamita, Darsiharjo, Ahmad Yani Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Tarikolot terletak antara 108 41 45-108 43 45 BT dan 07 00 40-07 02 40 LS. Desa Tarikolot merupakan salah satu desa yang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB 2 USAHA KECIL DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 2 USAHA KECIL DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 2 USAHA KECIL DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Penelitian ini berusaha mengkaji sejauhmana kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia yang tidak perlu diragukan lagi, dari segi penyerapan tenaga kerja. Melihat kenyataan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berubahnya orientasi usahatani dapat dimaklumi karena tujuan untuk meningkatkan pendapatan merupakan konsekuensi dari semakin meningkatnya kebutuhan usahatani dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data BAB III DESAIN RISET Desain penelitian merupakan kerangka atau rancangan penelitian yang meliputi segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam memecahkan atau menjawab rumusan permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan melalui survey dengan metode perkembangan {Developmental Research). Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri dan Kota adalah dua hal yang saling berkaitan. Hal ini disebabkan sektor industri merupakan salah satu indikator suatu daerah telah maju atau bisa disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, memainkan peran yang sangat berpotensi dalam meningkatkan pasokan baru

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN. : Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN. : Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah.9,7 Km terletak pada titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan yang berorientasi atau berbasis kegiatan ekonomi lokal menekankan pada kebijakan pembangunan pribumi (endogenous development policies) yang memanfaatkan

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP- 481 Oleh: RINAWATI NUZULA L2D 000 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan UKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB VII IMPLIKASI KONVERSI LAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB VII IMPLIKASI KONVERSI LAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH 62 BAB VII IMPLIKASI KONVERSI LAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH 7.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kuningan merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN DALAM ANGKA. Kuningan Regency in Figure

KABUPATEN KUNINGAN DALAM ANGKA. Kuningan Regency in Figure KABUPATEN KUNINGAN DALAM ANGKA Kuningan Regency in Figure 2015 KABUPATEN KUNINGAN DALAM ANGKA Kuningan Regency In Figure 2015 ISBN : 978-602-0964-68-3 Nomor Publikasi BPS / BPS Publication Number : 32080.1501

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami dinamika. Dinamika pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2016 cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang. Tetapi adanya perbedaan potensi sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan dengan persaingan. Era globalisasi cenderung membuat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan dengan persaingan. Era globalisasi cenderung membuat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan suatu perubahan atau keterbukaan di dalam kehidupan baik sektor ekonomi, sosial, budaya atau sektor politik yang dihadapkan dengan

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2015 RKPD 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2015 RKPD 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2015 RKPD 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DAFTAR ISI KATA PEGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis ekonomi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN IV : PERATURAN DAERAH NOMOR : 11 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi terus melanda baik itu di negara maju maupun negara berkembang. Salah satu negara yang merasakannya yaitu Indonesia, dimana krisis moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat menemukan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif, artinya mampu mengembangkan ekonomi daerahnya dan memberikan iklim yang kondusif untuk

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : NURUL KAMILIA L2D 098 455 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2003 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap orang. Mulai dari pekerjaan kasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan hidup manusia. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan air, keberadaan air semakin lama dirasa semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu, sebagai tempat berlangsungnya objek penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang. II. KERANGKA KAJIAN 2.1 Usaha Mikro dan Usaha Kecil Usaha Mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dari penelitian ini adalah pada Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru merupakan kecamatan yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN POSITIVISTIK Merupakan pendekatan penelitian yang bersumber pada fakta dan berlandaskan teori untuk menganalisis obyek spesifik di lapangan. KAUSAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. Wirausaha berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin pesat. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam perubahan struktur perekonomian yang ditandai dengan terjadinya keseimbangan proses interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, akan membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 222 juta jiwa dengan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang menarik untuk dicermati dan disikapi. Usaha mikro kecil dan menengah memiliki andil dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kemajuan dunia usaha jauh berkembang dengan pesat, baik dalam skala besar maupun kecil dan juga sektor industri yang memiliki peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan perekonomian rakyat banyak didapat dari sektor Usaha Mikro, Kecil Menengah (U MKM).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci