STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA PADA KARYA- KARYA TULIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMALB-B NEGERI SINGARAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA PADA KARYA- KARYA TULIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMALB-B NEGERI SINGARAJA"

Transkripsi

1 STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA PADA KARYA- KARYA TULIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMALB-B NEGERI SINGARAJA Putu Rima Ruspitayanti 1, I Wayan. Wendra 2, Ni Made Rai Wisudariani 3. 1,2,3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja { 1 rimaruspitayanti@yahoo.co.id, 2 wayan_wendra@ymail.com, 3 ABSTRAK Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu di SMALB-B Negeri Singaraja, (2) kemungkinan bahasa Indonesia yang muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu di SMALB-B Negeri Singaraja. Data tentang struktur kalimat dasar dan pengembangan pola kalimat bahasa Indonesia diperoleh melalui metode dokumentasi. Kedua data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu terdiri atas struktur kalimat dasar KB+KK (kata benda+kata kerja) sebanyak 87 kalimat, struktur kalimat dasar KB+KS (kata benda+kata sifat) sebanyak 18 kalimat, dan struktur kalimat dasar KB+KB (kata benda+kata benda) sebanyak 2 kalimat. Pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat, di antaranya 1) perluasan dengan keterangan tempat berjumlah 57 kalimat, 2) perluasan dengan objek penderita (Open) berjumlah 49 kalimat, 3) perluasan dengan keterangan waktu berjumlah 12 kalimat, 4) perluasan dengan keterangan alat berjumlah 5 kalimat, 5) perluasan dengan keterangan tujuan berjumlah 4 kalimat, 6) perluasan dengan objek berkata depan (Odep) berjumlah 2 kalimat, dan 7) perluasan dengan keterangan sebab berjumlah 2 kalimat. Kata kunci: struktur kalimat, karya tulis, tunarungu ABSTRACT This qualitative descriptive study have to purpose (1) the basic structure of Indonesian sentence in deaf student s article, (2) the possibility of basic sentence structure development of the deaf student s article at SMALB-B Negeri Singaraja. The data of the basic structure and the development of Indonesian sentence was obtained by documentation method. Both of the data were analyzed by descriptive qualitative analyzed method. The basic structure of Indonesian sentence in deaf student s article was consisting of the basic sentence structure noun + verb as much as 87 sentences, the basic sentence structure noun + adjective as many as 18 sentences, and the basic sentence structure noun + noun as many as 2 sentences. The basic sentence structure development of the deaf student s article was only limited expansion of the core predicate sentence, among others 1) the expansion of the adverbs of place totally 57 sentences, 2) the expansion with the object of patients totally 49 sentences, 3) the expansion of the adverbs of time totally 12 sentences, 4) the expansion of the description of appliance totally 12 sentences, 5) the expansion of the adverbs of purpose totally 4 sentences, 6) the expansion whit the object of preposition totally 2 sentences, and 7) the expansion of the adverbs of manner totally 2 sentences. Keywords: sentence structure, article, deaf 1

2 PENDAHULUAN Keterampilan menulis sebagai salah satu komponen dalam keterampilan berbahasa penting dikuasai oleh setiap orang. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:248). Tarigan (2008:4), menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Pendapatpendapat tersebut menegaskan bahwa keterampilan menulis penting dikuasai oleh setiap orang karena melalui kegiatan menulis, dapat membantu seseorang mengembangkan gagasan yang ada pada pikirannya. Gagasan tersebutlah yang kemudian dibaca dan dipahami oleh orang lain. Agar terampil dalam menulis, seseorang harus mengetahui aturan atau kaidah pemakaian bahasa yang menyangkut tata bahasa, tata bentuk, dan tata kalimat dalam bahasa Indonesia. Kaidah dalam bahasa penting untuk dikuasai agar terdapat kesepakatan antarsesama pemakai bahasa. Kaidah-kaidah dalam bahasa dinamakan tata bahasa, dan salah satu bahasannya adalah dalam bidang sintaksis atau tata kalimat. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari tentang dasar-dasar dan proses pembentukan kalimat dalam satu bahasa (Keraf, 1984). Sintaksis mempunyai beberapa aspek pembahasan, salah satunya adalah struktur dan pola kalimat. Penguasaan struktur dan pola kalimat akan menjadi hal yang sangat penting dalam proses komunikasi. Penyampaian ide atau pendapat dengan baik perlu didukung oleh penguasaan kosakata dan struktur kalimat karena semua yang hendak disampaikan harus dinyatakan melalui kosakata dan rangkaiannya berdasarkan struktur kalimat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wilkin (dalam Carter, 1988:42), bahwa Without studying the structure of the sentence, and without studying the mastery of vocabulary is can t be conveyed anything. Pendapat tersebut mengaskan betapa pentingnya seseorang untuk menguasai struktur kalimat karena apabila seseorang kurang menguasai struktur kalimat, mereka akan kurang mampu mengungkapkan ide atau perasaannya kepada orang lain lewat bahasa tulis. Sehingga apa yang disampaikan akan kurang dipahami oleh orang lain yang membacanya. Dengan menguasai struktur kalimat yang memadai akan sangat memungkinkan seseorang terampil dalam berbahasa, baik secara reseptif maupun secara ekspresif. Sekurang-kurangnya kalimat bahasa Indonesia dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki unsur subjek (S) dan unsur predikat (P). Kalau tidak mempunyai unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan tersebut bukanlah kalimat. Deretan kata seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa (Arifin dan Tasai, 2006:66). Menurut Putrayasa (2009:25), ada lima struktur atau pola dasar kalimat bahasa Indonesia, yaitu (1) KB + KB, (2) KB + KK, (3) KB + KS, (4) KB + KBil, dan (5) KB + KDep. Sebagai unsur dasar, subjek dan predikat dapat dikembangkan, jika seseorang merasa belum cukup untuk menjelaskan maksud dalam kalimat yang terdiri atas subjek dan predikat saja. Rahayu (2007:82), 2

3 menyatakan bahwa sebuah kalimat yang mulanya sangat sederhana dan jumlah katanya sangat terbatas, dapat dikembangkan menjadi sebuah kalimat yang maksudnya jauh lebih jelas, tanpa mengubah struktur kalimat dasarnya. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan perluasan subjek inti kalimat dan perluasan predikat inti kalimat (Putrayasa, 2009). Apabila seseorang telah mampu membuat kalimat dengan struktur yang lengkap serta perluasan atau pengembangannya, maka hal tersebut dapat mencerminkan pola pikir yang dimilikinya karena bahasa dan pikiran saling memengaruhi. Keterkaitan antara bahasa dan pikiran diperkuat oleh pendapat Bruner, bahwa bahasa adalah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu. Dengan kata lain, bahasa dapat membantu pemikiran manusia supaya dapat berpikir secara sistematis (Chaer, 2009:59). Anak yang mendengar pada umumnya memperoleh kemampuan berbahasa dengan sendirinya apabila dibesarkan dalam lingkungan yang berbahasa. Dengan sendirinya anak akan mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasanya (Somantri,2006). Orang pada umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan suatu keterampilan yang rumit. Namun, lain halnya dengan anak yang mengalami gangguan pada sistem pendengaraanya yang mengakibatkan anak tersebut menjadi tunarungu. Menurut Mar at (2005:3), anak-anak tunarungu tidak dapat belajar bahasa atau memperoleh kemampuan berbahasa atau berbicara dengan cara yang normal. Dampak dari ketunarunguan menyebabkan kemampuan anak tunarungu dalam menuangkan bahasanya baik secara lisan maupun tertulis menjadi kurang sempurna dan sulit dipahami oleh orang mendengar. Mengenai kemampuan membuat kalimat yang berstruktur dan berpola pada anak tunarungu tentunya berbeda dengan anak mendengar. Hal ini disebabkan perkembangan bahasa ekspresif erat kaitanya dengan bahasa reseptif, sedangkan bahasa reseptif ditentukan oleh kemampuan mendengar. Somantri (2006:110), menyatakan pada umumnya kalimat yang dibuat anak tunarungu sangat sederhana dan kalimatnya rancu (tidak beraturan) sehingga maksud dari kalimat yang dibuatnya tidak dapat dipahami oleh orang lain. Selain itu juga terdapat perbedaan bentuk dari kata penghubung dalam struktur kalimat anak tunarungu apabila dibandingkan dengan siswa yang mendengar. Dari hasil observasi awal yang peneliti lakukan ketika pembelajaran menulis berlangsung di kelas X SMALB-B Negeri Singaraja, menunjukkan bahwa beberapa siswa tunarungu kelas X masih mempunyai hambatan pada bahasa tulis, di antaranya adalah kalimat yang tidak beraturan dan pilihan kata yang kurang tepat sehingga sulit dipahami. Melihat kondisi riil di lapangan, peneliti khawatir apabila kondisi seperti itu terjadi berkelanjutan pada semua siswa tunarungu baik di kelas X, kelas XI, maupun kelas XII. Penelitian dengan subjek anak tunarungu pernah dilakukan oleh Yosinta Desy pada tahun 2009 yang berjudul Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Tunarungu Usia 7-10 Tahun ( Studi Kasus pada Tina dan Viki ). Penelitian sejenis yang kedua dilakukan oleh Ketut Aherini pada tahun 2010 yang berjudul Penerapan KTSP Pengajaran Bahasa Indonesia Aspek Berbicara di SMPLB-B Negeri Singaraja. 3

4 Penelitian yang peneliti lakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yosinta Desy dan Ketut Aherini. Penelitian yang dilakukan oleh Yosinta Desy menjadikan anak tunarungu usia 7-10 tahun sebagai subjeknya, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ketut Aherini menjadikan siswa kelas VII, VIII, dan IX di SMPLB-B Ngri Singaraja sebagai subjeknya. Akan tetapi, belum ada peneliti yang meneliti karya-karya tulis siswa tunarungu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang struktur kalimat bahasa Indonesia pada karya-karya tulis siswa tunarungu di SMALB-B Negeri Singaraja. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dan mendeskripsikan pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu di SMALB-B Negeri Singaraja. Manfaat yang ingin dicapai penulis dalam pelaksanaan penelitian ini adalah manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan bahasa Indonesia, khususnya tentang struktur kalimat bahasa Indonesia anak tunarungu. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik bagi siswa, guru, sekolah, peneliti, dan peneliti lain. Bagi siswa hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perbaikan oleh siswa tunarungu untuk mengetahui kekurangankekurangannya dalam membuat kalimat bahasa Indonesia yang berstruktur dan pengembangan pola kalimat dasar bahasa Indonesia Bagi guru hasil penlitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menemukan metode pembelajaran menulis kalimat yang tepat untuk siswa tunarungu Bagi sekolah temuan penelitian yang dilakukan dapat dijadikan pedoman untuk mencari atau memecahkan persoalan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran struktur kalimat dan pola kalimat bahasa Indonesia untuk siswa tunarungu, serta menggunakan kurikulum dengan materi-materi yang cocok digunakan oleh siswa tunarungu. Bagi peneliti, pnelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dan mendapatkan pengalaman dalam bidang struktur kalimat bahasa Indonesia siswa tunarungu. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan perbandingan dan pedoman untuk meneliti permasalahanpermasalahan yang belum diteliti guna melakukan penelitian sejenis untuk meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan maupun kualitas pendidikan. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai (1) struktur kalimat dasar bahasa Indonesia pada karya-karya tulis siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dan (2) pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu dalam pembelajara bahasa indonesia di SMALB-B Negeri Singaraja. Subjek penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas X, XI, dan XII, dan karya-karya tulis yang dibuat oleh siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMALB-B Negeri Singaraja. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka dalam pencarian 4

5 data penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai kalimat tertulis yang dibuat oleh siswa tunarungu dan pola pengembangan kalimat yang muncul dalam tulisan siswa tunarungu di SMALB-B Negeri Singaraja. Dokumen tertulis yang dikumpulkan oleh peneliti berupa karya-karya tulis siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMALB-B Negeri Singaraja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi karena dalam proses pengumpulan data, peneliti akan mengumpulkan tugas-tugas siswa atau karya-karya tulis siswa tunarungu yang berkaitan dengan kalimat bahasa Indonesia. Untuk mempermudah kerja peneliti dalam mengolah data, maka peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman pencatatan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan menggunakan prosedur analisis Miles dan Huberman sebagai berikut. 1) Identifikasi data adalah data berupa karya-karya tulis siswa tunarungu di SMALB-B diidentifikasi dan ditentukan struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dan yang muncul. 2) Reduksi data adalah memilih data yang mengandung struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu dan menyisihkan data yang tidak diperlukan. 3) Klasifikasi dan penafsiran data adalah data yang diperlukan dalam penelitian diklasifikasi sesuai dengan masalah yang dikaji, yaitu diklasifikasikan berdasarkan struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia yang ada. Setelah diklasifikasi, data dianalisis atau ditafsirkan untuk mengetahui data tersebut masuk ke dalam struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang mana dan pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang mana. 4) Penyajian data adalah data struktur kalimat dasar dan pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang diperoleh akan dianalisis satu persatu dengan bantuan tabel data yang telah disediakan oleh peneliti dan dihubungkan dengan teori-teori yang relevan, sehingga mampu menjawab seluruh permasalahan yang ingin dipecahkan. 5) Penarikan simpulan adalah peneliti akan menarik simpulan berdasarkan data yang telah diperoleh mengenai struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dan pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia pada karya-karya tulis siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMALB-B Negeri Singaraja. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dalam pokok bahasan ini, peneliti memaparkan hasil temuan yang terkait dengan penelitian mengenai struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan di SMALB-B Negeri Singaraja yang dibagi atas dua komponen, yaitu 1) struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dalam karya-karya tulis siswa tunarungu, dan 2) bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu. Struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu terdiri atas struktur kalimat dasar KB+KK (kata benda+kata kerja) sebanyak 87 kalimat, struktur kalimat dasar KB+KS (kata 5

6 benda+kata sifat) sebanyak 18 kalimat, dan struktur kalimat dasar KB+KB (kata benda+kata benda) sebanyak 2 kalimat. Sedangkan, struktur kalimat dasar KB+KBil (kata benda dan kata bilangan) dan struktur kalimat dasar KB+KDep (kata benda+kata depan) tidak muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu. Pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMALB-B Negeri Singaraja hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat yang terdiri atas perluasan dengan objek dan perluasan dengan keterangan. Sedangkan perluasan subjek inti kalimat tidak muncul dalam karyakarya tulis siswa tunarungu. Dari 14 jenis perluasan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang ada, hanya 7 jenis perluasan yang muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu, di antaranya 1) perluasan dengan keterangan tempat berjumlah 57 kalimat, 2) perluasan dengan objek penderita (Open) berjumlah 49 kalimat, 3) perluasan dengan keterangan waktu berjumlah 12 kalimat, 4) perluasan dengan keterangan alat berjumlah 5 kalimat, 5) perluasan dengan keterangan tujuan berjumlah 4 kalimat, 6) perluasan dengan objek berkata depan (Odep) berjumlah 2 kalimat, dan 7) perluasan dengan keterangan sebab berjumlah 2 kalimat. Pembahasan Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa siswa tunarungu di SMALB-B Negeri Singaraja dari kelas X, kelas XI, dan kelas XII sudah cukup mampu menggunakan struktur kalimat dasar bahasa Indonesia. Dari lima jenis struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang ada, struktur kalimat dasar KB+KK merupakan struktur kalimat dasar yang paling banyak muncul. Struktur kalimat dasar KB+KBil dan struktur kalimat dasar KB+KDep sama sekali tidak muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu. Sedangkan dua jenis struktur kalimat dasar yang lain tetap muncul, tetapi dengan frekuensi yang lebih sedikit. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah struktur kalimat dasar KB+KK yang muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu sebanyak 86 kalimat, jumlah struktur kalimat dasar KB+KS sebanyak 18 kalimat, dan jumlah sruktur kalimat dasar KB+KB sebanyak 3 kalimat.. Secara garis besar, pada masing-masing karya tulis siswa tunarungu selalu ada satu jenis pengunaan struktur kalimat dasar yang mendominasi jenis struktur kalimat dasar yang lain. Dengan kata lain, kebanyakan siswa menggunakan salah satu jenis struktur kalimat dalam penyusunan kalimatnya. Contohnya, ada siswa yang lebih banyak atau hanya menggunakan struktur kalimat dasar KB+KK daripada jenis struktur kalimat dasar yang lain. Dengan kata lain, pemerolehan kosakata siswa tunarungu lebih banyak pada kata benda dan kata kerja sehingga berpengaruh terhadap struktur kalimat yang muncul dalam karyakarya tulis siswa tunarungu yang lebih banyak menggunakan struktur kalimat dasar KB+KK. Hal tersebut dipengaruhi oleh pemerolehan siswa tersebut terhadap kosakata yang diperolehnya melalui membaca ujaran dan kata-kata yang dapat dilihat dari bentuk gerak bibir lawan bicara. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Somantri, 2006:101), bahwa anak tunarungu belajar memahami bahasa lisan lewat membaca ujaran sehingga kata-kata yang diucapkan dapat dilihat dari bentuk gerak bibir si pembicara. Hal tersebut membentuk bahasa batinnya dan kemudian 6

7 membentuk bahasa reseptif, yaitu pemahaman terhadap lawan bicara melalui bibir berdasarkan pengalaman visualnya. Bahasa yang diperoleh siswa tunarungu tersebut kemudian digunakan di dalam lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Di dalam lingkungan keluarga atau di rumah siswa lebih sering menggunakan kalimat-kalimat tersebut dengan orang tuanya ketika hendak menyampaikan sesuatu. Sedangkan di sekolah, guru kebanyakan menyampaikan kalimat yang berstruktur KB+KK dalam proses pembelajaran di kelas maupun ketika berada di luar kelas. Guru juga sering memberikan contoh-contoh penulisan kalimat dengan menggunakan struktur kalimat KB+KK. Hasil penelitian ini memiliki persamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desy (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Tunarungu Usia 7-10 Tahun (Studi Kasus pada Tina dan Viki). Menurutnya, pemerolehan kosakata pada Tina dan Viki pada penelitian tersebut hanya sebatas kata benda dan kata kerja, dan pemerolehan kata benda menduduki tempat tertinggi daripada kata kerja. Temuan dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam karya-karya tulis siswa tunarungu juga muncul struktur kalimat dasar KB+KS (kata benda+kata sifat). Kemunculan struktur kalimat dasar KB+KS lebih sedikit dibandingkan dengan kemunculan struktur kalimat dasar KB+KK. Siswa cenderung menggukanan kata sifat yang sama dalam struktur kalimat dasar KB+KS, seperti penggunaan kalimat Saya senang, Saya rajin, Adik rajin, Kakak senang. Dengan kata lain, penggunaan kata sifat dalam kalimat siswa hanya sebatas kata rajin dan senang. Hal tersebut mencerminkan bahwa pembendaharaan kata sifat yang dimiliki oleh siswa sangat sedikit yang disebabkan oleh keterbatasan anak tunarungu dalam mndengar sehingga pemerolehannya terhadap kosakata juga terbatas. Hal ini disebabkan karena dari kecil anak tunarungu hanya memperoleh kata sifat sebatas kata rajin dan senang. Di sekolah dari SD sampai SMA, guru juga sering memberikan contoh kalimat dengan penggunaan kata rajin dan senang sehingga kata-kata tersebutlah yang lebih dikuasai oleh siswa tunarungu. Struktur kalimat dasar yang paling sedikit muncul dalam karyakarya tulis siswa tunarungu adalah struktur kalimat dasar KB+KB (kata benda+kata benda). Hal tersebut menunjukkan bahwa, siswa tidak begitu menguasai struktur kalimat dasar tersebut. Selain itu, kalimat yang berstruktur KB+KB jarang digunakan oleh siswa di dalam lingkungan keluarga maupun di dalam lingkungan sekolah. Ketika berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dan bahasa tulis siswa jarang menggunakan kalimat yang berstruktur KB+KB dan guru juga jarang memberikan contoh mengenai struktur kalimat dasar tersebut. Maka dari itu, pemahaman atau kemampuan anak tunarungu dalam membuat kalimat yang bertruktur ditentukan oleh pemerolehan bahasanya memalui penglihatannya saja, sehingga kata atau kalimat apa yang lebih banyak diperoleh melalui pengelihatannya, maka kata atau kalimat itulah yang sering digunakan oleh siswa. Dari sekian banyak kalimat dalam karya-karya tulis siswa tunarungu, struktur kalimat dasar KB+KBil (kata benda dan kata bilangan) dan struktur kalimat dasar KB+KDep (kata benda+kata depan) tidak muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua jenis struktur kalimat dasar tersebut 7

8 belum dikuasai oleh siswa. Sedangkan menurut Putrayasa (2009:25), ada lima struktur atau pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang perlu dikuasai, yaitu (1) KB + KB, (2) KB + KK, (3) KB + KS, (4) KB + KBil, dan (5) KB + KDep. Selain itu, terdapat beberapa kalimat dalam karya-karya tulis siswa tunarungu yang susunan kata atau penempatan katanya kurang tepat. Contohnya pada kalimat Bapak makanan beli di pasar yang muncul dalam karya tulis Luh Astari kelas X. Meskipun penyusunan katanya kurang tepat, namun dapat dipahami bahwa maksud dari kalimat tersebut adalah Bapak membeli makanan di pasar. Dari susunan kalimat seperti ini, dapat dilihat bahwa siswa tunarungu masih mengalami hambatan pada penyusunan kata dalam sebuah kalimat sehingga struktur kalimat yang dibuat juga kurang tepat dan kurang dipahami karena anak tunarungu mngalami hambatan dalam hal mendengar sehingga berpengaruh terhadap kemampuan menulis yang dimiliki oleh siswa. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Mar at (2005:3), bahwa anak-anak tunarungu tidak dapat belajar bahasa atau memperoleh kemampuan berbahasa atau berbicara dengan cara yang normal. Dampak dari ketunarunguan menyebabkan kemampuan anak tunarungu dalam menuangkan bahasanya baik secara lisan maupun tertulis menjadi kurang sempurna dan sulit dipahami oleh orang mendengar. Dari temuan tersebut, guru selaku pendidik perlu memerhatikan bahwa salah satu cara anak tunarungu dalam belajar bahasa adalah dengan meniru dan mengulang hal yang mereka peroleh melalui pengelihatannya. Sehingga, guru perlu mengajarkan dan menjelaskan lebih dalam lagi mengenai jenis-jenis struktur kalimat dasar yang belum dikuasai oleh siswa beserta contoh-contoh semua jenis struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dengan mencarikan metode-metode pembelajaran yang lebih ampuh agar dapat mempermudah siswa dalam memahami semua jenis struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang ada. Di sinilah peran guru sebagai pembimbing sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Selain itu, guru juga berkewajiban untuk mengadakan konsultasi dan kerjasama dengan orang tua siswa agar orang tua siswa dapat membantu siswa memahami struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga. Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan, siswa tunarungu di SMALB-B sudah cukup mampu mengembangkan pola dasar kalimat bahasa Indonesia. Meskipun pola pengembangan yang mampu dibuat oleh siswa sebatas perluasan predikat inti kalimat saja. Sedangkan perluasan subjek ini kalimat tidak muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu. Perluasan predikat inti kalimat yang paling banyak muncul dalam karya tulis siswa adalah perluasan dengan keterangan tempat, sedangkan perluasan predikat inti kalimat yang paling sedikit muncul adalah perluasan dengan objek berkata depan (Odep) dan perluasan dengan keterangan sebab. Dalam satu kalimat yang di buat oleh siswa, terdapat lebih dari satu perluasan predikat inti kalimat yang digunakan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa tunarungu sudah cukup mampu mengembangkan pola dasar kalimat bahasa Indonesia meskipun tidak semua jenis perluasan pola dasar kalimat dikuasai oleh siswa. Dari 107 kalimat yang ada pada karya-karya 8

9 tulis siswa tunarungu, perluasan yang muncul hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat, sedangkan perluasan subjek inti kalimat sama sekali tidak muncul. Hanya 7 jenis perluasan predikat inti kalimat yang muncul dalam karyakarya tulis siswa tunarungu. Sedangkan menurut Putrayasa (2009:8-9), perluasan predikat inti kalimat dengan objek dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu (1) Objek Penderita (Open), (2) Objek Pelaku (Opel), (3) Objek Penyerta atau Berkepentingan (Okep), dan (4) Objek Berkata depan (Odep). Perluasan dengan keterangan dapat dibedakan menjadi sepuluh jenis, yaitu (1) Keterangan waktu, (2) Keterangan tempat, (3) Keterangan sebab, (4) Keterangan akibat, (5) Keterangan syarat, (6) Keterangan tujuan, (7) Keterangan perlawanan, (8) Keterangan perbandingan, (9) Keterangan alat, dan (10) Keterangan alat. Sehingga ada 14 jenis perluasan predikat inti kalimat yang ada, namun hanya 7 jenis perluasan predikat inti kalimat yang muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan siswa terhadap perluasan pola kalimat dasar hanya sebatas itu. Perluasan predikat inti kalimat yang paling banyak muncul adalah perluasan dengan keterangan tempat sebanyak 57 kalimat dan perluasan dengan objek penderita (Open) sebanyak 49 kalimat, sedangkan perluasan predikat inti kalimat yang paling sedikit muncul adalah perluasan dengan objek berkata depan (Odep) dan perluasan dengan keterangan sebab yang masing-masing berjumlah 2 kalimat. Dari temuan tersebut, dapat diketahui bahwa penguasaan siswa terhadap pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat, sedangkan perluasan subjek inti kalimat sama sekali tidak muncul. Hal tersebut disebabkan oleh kekurangan yang dimiliki oleh siswa tunarungu dalam hal mendengar sehingga kemampuannya dalam mengembangkan pola dasar kalimat bahasa Indonesia hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat. Siswa mengira hanya dapat dilakukan dengan perluasan predikat inti kalimat saja. Selain itu, dalam proses belajar mengajar di kelas, siswa jarang mendapatkan penjelasan dari guru dan memperoleh contoh pola pengembangan kalimat berupa perluasan subjek inti kalimat. Selain karena keterbatasan siswa dalam mendengar, penggunaan bahasa isyarat dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia juga tergolong sulit. Guru mengalami kesulitan dalam memberikan penjelasan materi kepada siswa karena pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru berbeda-beda. Siswa hanya menuliskan apa yang mereka ketahui dan yang mereka peroleh melalui pengelihatannya saja. Sehingga, pengembangan struktur atau pola dasar kalimat yang dibuat oleh siswa tunarungu sudah dianggap mampu untuk memperjelas maksud yang ingin disampaikan oleh siswa tunarungu. Apabila seseorang telah mampu membuat kalimat dengan struktur yang lengkap serta perluasan atau pengembangannya, maka hal tersebut dapat mencerminkan pola pikir yang dimilikinya. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Chaer 2009:59) bahwa bahasa dalah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran. 9

10 Temuan dari penelitian ini mencerminkan bahwa pola pikir atau pemikiran yang dimiliki oleh siswa tunarungu di sekolah tersebut sudah cukup berkembang meskipun terdapat beberapa kalimat yang penyusunan katanya kurang sistematis dan pemilihan kata yang digunakan kurang tepat, namun unsur wajib yang harus ada dalam sebuah kalimat sudah dapat terpenuhi dan siswa juga sudah mampu mengembangkan pola dasar kalimat bahasa Indonesia dengan tujuh jenis perluasan predikat inti kalimat. Jadi dalam hal ini, bahasa adalah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran. Senada dengan yang diungkapkan oleh Chaer (2009:59), bahwa bahasa dapat membantu pemikiran manusia supaya dapat berpikir secara sistematis. Meskipun siswa tunarungu di SMALB-B Negeri Singaraja sudah cukup mampu mengembangkan beberapa pola dasar kalimat bahasa Indonesia, namun masih banyak perluasan kalimat yang belum dikuasai oleh siswa. Dalam karyakarya tulis siswa banyak pola perluasan kalimat yang tidak muncul, di antaranya adalah perluasan subjek inti kalimat, perluasan dengan objek pelaku, perluasan dengan objek penyerta atau berkepentingan, perluasan dengan keterangan akibat, perluasan dengan keterangan syarat, perluasan dengan keterangan perlawanan, perluasan dengan keterangan perbandingan, dan perluasan dengan keterangan keadaan. Perluasan-perluasan tersebut juga penting dikuasai oleh siswa tunarungu. Maka peran guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis kalimat bahasa Indonesia harus menekankan kepasa siswa tunarungu baik melalui bahasa isyarat maupun bahasa tulis mengenai jenis-jenis perluasan pola dasar kalimat bahasa Indonesia beserta contohnya agar kemampuan siswa tunarungu dalam mengembangkan pola dasar kalimat bahasa Indonesia dapat meningkat. Penelitian ini memiliki keterbatasan baik dari segi subjek dan objek yang diteliti. Keterbatasan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada subjek penelitian yang hanya mengambil karya-karya tulis siswa tunarungu, dan objek penelitian yang terfokus pada struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dan pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Masih banyak hal yang perlu diteliti oleh peneliti lain, misalnya subjek yang dapat diteliti yaitu siswa tunarungu dan guru bahasa Indonesia, dan objek yang dapat diteliti, misalnya mengenai penggunaan diksi, pemahaman terhadap wacana, kemampuan berbicara anak tunarungu, dan sebagainya guna memperoleh gambaran yang lengkap mengenai kemampuan siswa tunarungu dalam berbahasa. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1) Struktur kalimat dasar bahasa Indonesia yang muncul pada karyakarya tulis siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMALB-B Negeri Singaraja terdiri atas struktur kalimat dasar KB+KK (kata benda+kata kerja), struktur kalimat dasar KB+KS (kata benda+kata sifat), dan struktur kalimat dasar KB+KB (kata benda+kata benda). Kebanyakan siswa menggunakan struktur kalimat dasar KB+KK dibanding struktur 10

11 kalimat yang lainnya. Kemunculan struktur kalimat dasar KB+KS lebih sedikit dibandingkan dengan kemunculan struktur kalimat dasar KB+KK. Siswa cenderung menggunakan kata sifat yang sama dalam struktur kalimat dasar KB+KS. Struktur kalimat dasar yang paling sedikit muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu adalah struktur kalimat dasar KB+KB (kata benda+kata benda). Sedangkan, struktur kalimat dasar KB+KBil (kata benda dan kata bilangan) dan struktur kalimat dasar KB+KDep (kata benda+kata depan) tidak muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu. 2) Pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang muncul pada karya-karya tulis siswa tunarungu dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMALB-B Negeri Singaraja hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat yang terdiri atas perluasan dengan objek dan perluasan dengan keterangan. Sedangkan perluasan subjek inti kalimat tidak muncul dalam karyakarya tulis siswa tunarungu. Dari 14 jenis perluasan pola dasar kalimat bahasa Indonesia yang ada, hanya 7 jenis perluasan yang muncul dalam karya-karya tulis siswa tunarungu, di antaranya 1) perluasan dengan keterangan tempat, 2) perluasan dengan objek penderita (Open), 3) perluasan dengan keterangan waktu, 4) perluasan dengan keterangan alat, 5) perluasan dengan keterangan tujuan, 6) perluasan dengan objek berkata depan (Odep), dan 7) perluasan dengan keterangan sebab. Penguasaan siswa terhadap bahasa Indonesia hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat. Hal tersebut disebabkan oleh kekurangan yang dimiliki oleh siswa tunarungu dalam hal mendengar sehingga pemerolehannya terhadap bahasa Indonesia hanya sebatas perluasan predikat inti kalimat. Berdasarkan simpulan di atas, diajukan saran sebagai berikut. 1) Bagi Guru Guru hendaknya lebih menekankan terhadap pembelajaran menulis kalimat bahasa Indonesia kepada siswa tunarungu melalui metodemetode yang lebih menarik dan memvariasikan contoh penggunaan struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dan pengembangan pola dasar kalimat bahasa Indonesia, agar kemampuan siswa tunarungu dalam menulis kalimat bahasa Indonesia dapat meningkat sehingga tidak hanya terpaku pada beberapa struktur kalimat dasar dan beberapa pengembangan pola kalimat saja. Selain itu, guru diharapkan untuk menghimbau para orang tua siswa tunarungu agar dalam lingkungan keluarga, orang tua bisa mengajarkan anak-anak mereka dalam membuat kalimat dengan struktur yang lebih bervariasi dan dapat mengembangkan pola dasar kalimat bahasa Indonesia dengan perluasan-perluasan yang bervariasi pula. 2) Bagi Peneliti Lain Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian mengenai pembelajaran bahasa Indonesia di SLB-B dengan aspek yang berbeda, misalnya mengenai penggunaan diksi, pemahaman terhadap wacana, kemampuan berbicara anak tunarungu, dan sebagainya guna memperoleh gambaran yang lengkap mengenai kemampuan siswa tunarungu dalam berbahasa. DAFTAR PUSTAKA Aherini, Ketut Penerapan KTSP Pengajaran Bahasa Indonesia Aspek Berbicara di SMPLB-B Negeri Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Undiksha Singaraja. 11

12 Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. Carter, Ronald dan MoCharty Vocabulary and Language Teaching: Applied Linguistics and Language Study. NewYork: Longman. Chaer, Abdul Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Desy, Yosinta Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Tunarungu Usia 7-10 Tahun (Studi Kasus Pada Tina Dan Viki). Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa- Sastra Indonesia dan Daerah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Iskandarwassid, dan H.Danang Sunendar Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Keraf, G Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. Mar at, Samsunuwiyati Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama. Putrayasa, Ida Bagus Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. Rahayu, Minto Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo. Somantri, T. Sutjihati Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Rfika Aditama. Suandi Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. 12

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL KARMILA NIM 110388201058 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain. Dengan bahasa kita dapat mengutarakan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA Eti Ramaniyar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Pontianak, Jalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO OLEH SISWA KELAS XI SMA IPA BUDI ANGUNG MEDAN

HUBUNGAN PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO OLEH SISWA KELAS XI SMA IPA BUDI ANGUNG MEDAN HUBUNGAN PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO OLEH SISWA KELAS XI SMA IPA BUDI ANGUNG MEDAN Emianna Tumanggor Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penguasaan

Lebih terperinci

BAHASA PERTAMA SISWA SMAN TITIAN TERAS HAS DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

BAHASA PERTAMA SISWA SMAN TITIAN TERAS HAS DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI Vol. 4 No.2 Desember 2014 ISSN 2089-3973 BAHASA PERTAMA SISWA SMAN TITIAN TERAS HAS DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Batanghari ABSTRACT This article description

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU

2014 PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Komponen bahasa yang harus dikuasi oleh semua peserta didik adalah membaca, berbicara, menyimak, dan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa bertahan hidup secara sendiri. Fungsi dari manusia sebagai makhluk sosial yaitu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam bahasa menurut sarananya terdiri atas ragam lisan atau ujaran dan ragam tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa adanya bahasa. Tanpa adanya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Karena melalui bahasa manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan dan dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting untuk diajarkan dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI I Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, ide, dan keinginan kepada orang lain. Bahasa juga merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2005:3-4), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (2005:3-4), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), terampil berbicara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis, Ejaan, Berita

ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis, Ejaan, Berita Analisis Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca pada Kolom Tajuk Surat Kabar Haluan Kepri Edisis Maret 2014 oleh Puspawati. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dosen Pembimbing I: Ahada Wahyusari,

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM MAKALAH MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEMESTER V TAHUN AJARAN 2012/2013

ARTIKEL ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM MAKALAH MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEMESTER V TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM MAKALAH MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEMESTER V TAHUN AJARAN 2012/2013 OLEH YULIA ALIFIA ZAHARA NIM 0912011078 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu bidang studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI PADANG Risa Marjuniati ), Marsis ), Hj. Syofiani ) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ) Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia secara umum merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting dalam dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa. Melalui menulis siswa bisa mengekspresikan kekayaan ilmu, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keydwords: Writing skills, effective sentences, the research proposal

ABSTRACT. Keydwords: Writing skills, effective sentences, the research proposal KEEFEKTIFAN KALIMAT PADA PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA ANGKATAN 2010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNIVERSITAS BUNG HATTA 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 9 BATANGHARI SKRIPSI

KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 9 BATANGHARI SKRIPSI KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 9 BATANGHARI SKRIPSI Oleh: Juwita A1B114034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk mengungkapkan persepsi pikirannya pada orang lain menggunakan kata atau kalimat. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP secara umum adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia,

Lebih terperinci

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK 1 PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK Nofriani 1, Abdul Razak 2, Charlina 3 riaa111194@gmail.com Hp: 082173887766, encikabdulrazak25@gmail.com, charlinahadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. Dalam mengungkapkan ide atau gagasan itu diperlukan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SEPAT 2 SRAGEN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KETERAMPILAN MENULIS WACANA DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KETERAMPILAN MENULIS WACANA DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KETERAMPILAN MENULIS WACANA DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI LUKIS 1 SMK NEGERI 3 KASIHAN BANTUL

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh SRI DEWI RAMAWATI NIM

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh SRI DEWI RAMAWATI NIM KEMAMPUAN PENGGUNAAN DIKSI DAN LAFAL BAHASA INDONESIA PADA PEMBELAJARAN DISKUSI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 19 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SRI DEWI RAMAWATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa seseorang dapat berkomunikasi, menyampaikan pikiran, keinginan, dan informasi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan semua panca indera, juga faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud ialah berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi ini dapat dilakukan dengan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fitri Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fitri Rahmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia, sesuai dengan isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), secara umum bertujuan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO ( Siswa Kelas X SMK AL-HUDA TURALAK )

PENGARUH PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO ( Siswa Kelas X SMK AL-HUDA TURALAK ) Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi untuk memberikan informasi kepada masyarakat sekaligus peserta didik dalam mengetahui pengaruh penguasaan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENALARAN SISWA KELAS X4 SMA NEGERI 4 SINGARAJA KETIKA MEMBERIKAN TANGGAPAN TERHADAP WACANA KONTROVERSI PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS

ARTIKEL PENALARAN SISWA KELAS X4 SMA NEGERI 4 SINGARAJA KETIKA MEMBERIKAN TANGGAPAN TERHADAP WACANA KONTROVERSI PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS ARTIKEL PENALARAN SISWA KELAS X4 SMA NEGERI 4 SINGARAJA KETIKA MEMBERIKAN TANGGAPAN TERHADAP WACANA KONTROVERSI PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS OLEH NI KADEK AYU PUTRI WIDHIANTARI NIM 0912011075 JURUSAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT EFEKTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU

KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT EFEKTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU 1 KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT EFEKTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU Fini Yulvia, Dudung Burhanudin, Abdul Razak. Y_finie@yahoo.co.id No. Hp.0852-7810-4804 Prodi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kualitas berbahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING Beny Sulistyawan 1), Kuswadi 2), Dwijiastuti 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa yang meliputi empat aspek yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Oleh

MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Oleh MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Septiana Dwi Puspita Sari Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN Septri Wahyuningrum 1), Retno Winarni 2), Matsuri 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia, sama dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun bersiul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar peserta didik terampil berbahasa Indonesia dengan benar, yaitu dalam kecakapan menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 PADANG BERBANTUAN MEDIA AUDIO DENGAN TEKNIK KERANGKA TULISAN ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 PADANG BERBANTUAN MEDIA AUDIO DENGAN TEKNIK KERANGKA TULISAN ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 PADANG BERBANTUAN MEDIA AUDIO DENGAN TEKNIK KERANGKA TULISAN ARTIKEL ILMIAH ROZA PERDANA WATI NIM 10080260 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Begitu pula

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Begitu pula I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Begitu pula murid-murid sekolah dasar sebagai makhluk sosial juga berhubungan dengan

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

Kemampuan Menggunakan Kalimat Efektif Mahasiswa Jurusan Pendidikan. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah STKIP PGRI Banjarmasin

Kemampuan Menggunakan Kalimat Efektif Mahasiswa Jurusan Pendidikan. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah STKIP PGRI Banjarmasin LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN: 0216-7433 Vol. 8. No 2 (2013) 1-13 Kemampuan Menggunakan Kalimat Efektif Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah STKIP PGRI Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran wajib yang telah ditetapkan di setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP N 2 LEMBAH GUMANTI ARTIKEL ILMIAH SURTI YULIA FAUZI NPM

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP N 2 LEMBAH GUMANTI ARTIKEL ILMIAH SURTI YULIA FAUZI NPM PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP N 2 LEMBAH GUMANTI ARTIKEL ILMIAH SURTI YULIA FAUZI NPM 10080234 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

ARTIKEL KEMAMPUAN SISWA MENERAPKAN EJAAN DALAM PENULISAN KARANGAN ARGUMENTASI DI KELAS X SMA LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA

ARTIKEL KEMAMPUAN SISWA MENERAPKAN EJAAN DALAM PENULISAN KARANGAN ARGUMENTASI DI KELAS X SMA LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA ARTIKEL KEMAMPUAN SISWA MENERAPKAN EJAAN DALAM PENULISAN KARANGAN ARGUMENTASI DI KELAS X SMA LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA Oleh I Putu Suartika NIM 0912011034 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH KADUNGORA KABUPATEN GARUT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN BERDASARKAN KTSP TAHUN AJARAN 2011-2012 MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu 1021.0447

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki yaitu keterampilan berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara Inggris untuk berkomunikasi serta bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa Internasional,

Lebih terperinci

PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI PADA SISWA SMP

PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI PADA SISWA SMP PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI PADA SISWA SMP Dwi Fitriyani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email: dwifitriyani2221@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan. Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan bahasa indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun menulis tidak lepas dari penguasaan aspek kebahasaan. Terlebih dalam keterampilan menulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Azmayunira Muharramah Sabran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

KEKEEFEKTIFAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT KECAMATAN KUMUN DEBAI KOTA SUNGAI PENUH

KEKEEFEKTIFAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT KECAMATAN KUMUN DEBAI KOTA SUNGAI PENUH KEKEEFEKTIFAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT KECAMATAN KUMUN DEBAI KOTA SUNGAI PENUH Eza dini fitri ¹), Syofiani²), Romi Isnanda²) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, akhirnya bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan menjadi bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dan berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan sesuatu yang universal, bersifat umum karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci