PENGARUH METFORMIN TERHADAP FIBROSIS INTERSTISIAL JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA-INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI DENGAN ISOPROTERENOL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH METFORMIN TERHADAP FIBROSIS INTERSTISIAL JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA-INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI DENGAN ISOPROTERENOL"

Transkripsi

1 PENGARUH METFORMIN TERHADAP FIBROSIS INTERSTISIAL JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA-INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI DENGAN ISOPROTERENOL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata 1 kedokteran umum FARAH FIRDAUSI PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

2 LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PENGARUH METFORMIN TERHADAP FIBROSIS INTERSTISIAL JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA-INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI DENGAN ISOPROTERENOL Disusun oleh FARAH FIRDAUSI Telah disetujui Semarang, 22 Juli 2014 Pembimbing dr. Mochamad Ali Sobirin, Ph.D Ketua penguji Penguji dr. Amallia Nuggetsiana S., M.Si.Med dr. Budhi Surastri S., M.Si.Med

3 PENGARUH METFORMIN TERHADAP LUAS FIBROSIS INTERSTISIAL JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA-INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI OLEH ISOPROTERENOL Farah Firdausi 1, Mochamad Ali Sobirin 2 ABSTRAK Latar belakang: Pasca-infark miokardium terjadi proses cardiac remodeling yang mekanisme patologisnya menimbulkan gangguan kontraktilitas terutama pada ventrikel kiri. Proses ini merupakan penentu utama terjadinya gagal jantung. Metformin diketahui memiliki efek proteksi terhadap jantung melalui aktivasi adenosine monophosphate-activated protein kinase (AMPK). Meskipun begitu, masih sedikit penelitian terpublikasi mengenai pengaruh metformin pasca-infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol. Tujuan: Mengetahui pengaruh metformin terhadap luas fibrosis interstisial miokardium dan kesintasan pada mencit pasca-infark miokardium yang diinduksi isoproterenol. Metode: Mencit Swiss betina dibagi ke dalam 4 kelompok (n = 11), yaitu kontrol, isoproterenol (10 mg/kg/hari untuk induksi infark miokardium), metformin (300 mg/kg/hari), dan isoproterenol-metformin. Isoproterenol diberikan melalui injeksi subkutan selama 2 hari dan metformin diberikan secara per oral selama 28 hari selanjutnya. Hasil: Isoproterenol mampu meningkatkan luas fibrosis interstisial jantung sebesar 61,4% (p < 0,0001). Pemberian metformin mampu menurunkan luas fibrosis mencapai 62,2% (p < 0,0001) pada kelompok isoproterenol-metformin. Model hewan coba ini belum cukup adekuat untuk menilai kesintasan meskipun terdapat peningkatan survival rate sebesar 18,2% pada kelompok infark miokardium yang diberi metformin. Simpulan: Metformin mampu menurunkan luas fibrosis interstisial miokardium pada mencit pasca-infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol. Pengaruh metformin terhadap kesintasan mencit belum dapat diketahui. Kata kunci: pasca-infark miokardium, cardiac remodeling, metformin, isoproterenol, fibrosis interstisial jantung, kesintasan 1 Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2 Staf pengajar Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

4 EFFECT OF METFORMIN ON THE CARDIAC INTERSTITIAL FIBROSIS AND SURVIVAL IN POST-MYOCARDIAL INFARCTION MICE INDUCED BY ISOPROTERENOL ABSTRACT Background: Post-myocardial infarction event, called cardiac remodeling, has some pathological mechanisms to cause contractility impairment especially on the left ventricle. This process is a major determinant for heart failure. Metformin is known to have cardioprotective effect via activation of adenosine monophosphateactivated protein kinase. However, there were limited published studies about the effect of metformin on the interstitial fibrosis and survival in post-myocardial infarction mice induced by isoproterenol. Aims: To determine the effect of metformin on the interstitial fibrosis and survival in post-myocardial infarction mice induced by isoproterenol. Methods: Female Swiss mice were divided into four groups (n = 11) of control, isoproterenol (10 mg/kg/day for induction of myocardial infarction), metformin (300 mg/kg/day), and isoproterenol-metformin. Subsequently, isoproterenol was injected subcutaneously for two days and metformin was administered orally for the next 28 days. Results: We found that isoproterenol elevated interstitial fibrosis area for about 61.4% (p < ). There was a decreasing trend (62.2%, p < ) of fibrosis area in a metformin-given group compare to myocardial infarction group without metformin intervention. On the other hand, this experimental model was not adequate to determine the survival of mice although there was an increased survival rate (18,2%) in a metformin-given group. Conclusion: Metformin can decrease interstitial fibrosis area of myocardium in post-myocardial infarction mice induced by isoproterenol. Nonetheless, the effect of metformin on survival is still unknown. Keywords: post-myocardial infarction, cardiac remodeling, metformin, isoproterenol, interstitial fibrosis, survival

5 PENDAHULUAN Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium dikarenakan iskemia berkepanjangan. Penyakit kardiovaskular menyebabkan 12 juta kematian setiap tahunnya sehingga menduduki peringkat pertama penyebab kematian dan disabilitas di seluruh dunia. Tren yang meningkat ini menjadikannya salah satu masalah kesehatan masyarakat paling umum dewasa ini. 1-3 Pasca-infark miokardium terjadi proses cardiac remodeling, yaitu perubahan seluler dan interstisial yang bermanifestasi pada ukuran dan fungsi kontraktilitas jantung setelah terjadinya jejas. 4 Perubahan maladaptasi menimbulkan remodeling patologis pada ventrikel kiri yang berefek pada gangguan kontraktilitas. 5 Proses ini merupakan penentu utama terjadinya gagal jantung yang meningkatkan angka morbiditas serta kematian dini akibat kegagalan pompa dan aritmia ventrikular. 4,5 Meskipun angka kelangsungan hidup semakin membaik, angka mortalitas absolut gagal jantung tetap sebesar 50% dalam 5 tahun diagnosis. 6 Hal ini menyebabkan semakin pentingnya prevensi progresivitas gagal jantung terutama pada pasien pasca-infark miokardium. Meskipun telah banyak pedoman penatalaksanaan gagal jantung pasca-infark miokardium, kesintasan penderitanya tidak juga mengalami perbaikan. 6 Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai tatalaksana baru yang efektif bagi pasien pasca-infark miokardium. Metformin, suatu derivat biguanida, merupakan obat lini pertama untuk diabetes tipe 2. Metformin pada pasien diabetes mampu menurunkan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular. 7 Metformin juga diketahui mampu memperbaiki fungsi jantung pada infark miokardium terlepas dari efek antidiabetesnya melalui aktivasi adenosine monophosphate-activated protein kinase (AMPK). 8 Meskipun begitu, penelitian terpublikasi mengenai pengaruh metformin pascainfark miokardium yang diinduksi isoproterenol masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metformin terhadap fibrosis interstisial miokardium dan kesintasan pada mencit pasca-infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol.

6 METODE Penelitian berjenis eksperimental murni dengan rancangan penelitian berupa randomized post-test only control group design untuk analisis komparatif luas fibrosis interstisial miokardium dan cohort untuk analisis kesintasan. Hewan coba adalah mencit Swiss betina usia 8 minggu dengan berat badan gram didapatkan dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada dan ditempatkan di Laboratorium Fisiologi Hewan Universitas Negeri Semarang. Mencit diberi pakan dan minum standar ad libitum. Sistem pemeliharaan hewan coba merujuk pada Guide for the Care and Use of Laboratory Animals. 9 Mencit mati pada proses adaptasi dieksklusi, sedangkan mencit mati pada proses induksi infark miokardium dimasukkan dalam kriteria dropout. (-)-Isoproterenol hydrochloride didapatkan dari Sigma-Aldrich, Singapura. Semua protokol penelitian disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran UNDIP/RSUP Dr. Kariadi. Empat puluh empat ekor hewan coba diadaptasi selama tujuh hari kemudian dialokasikan secara random ke dalam empat kelompok penelitian (11 ekor tiap kelompok). Kelompok kontrol (K) diberi injeksi subkutan 0,1 ml aqua bidestilata steril selama dua hari kemudian diberi 0,1 ml aquadest secara per oral menggunakan sonde lambung selama 28 hari. Kelompok metformin (MET) diberi injeksi subkutan 0,1 ml aqua bidestilata steril selama dua hari kemudian diberi metformin 300 mg/kg/hari yang dilarutkan dalam 0,1 ml aquadest secara per oral selama 28 hari. Kelompok isoproterenol (ISO) diberi injeksi subkutan (-)- isoproterenol hydrochloride 10 mg/kg/hari yang dilarutkan dalam 0,1 ml aqua bidestilata steril selama dua hari kemudian diberi 0,1 ml aquadest secara per oral selama 28 hari. Kelompok isoproterenol-metformin (ISO+MET) diberi injeksi subkutan (-)-isoproterenol hydrochloride 10 mg/kg/hari yang dilarutkan dalam 0,1 ml aqua bidestilata steril selama dua hari kemudian diberi metformin 300 mg/kg/hari yang dilarutkan dalam 0,1 ml aquadest secara per oral selama 28 hari. Dilakukan pengukuran berat badan mencit setiap minggu. Subjek penelitian diterminasi menggunakan metode pembiusan dengan inhalasi kloroform yang

7 selanjutnya dilakukan dekapitasi. 10 Dilakukan pengukuran panjang tibia dan berat jantung kemudian. Hewan coba dibedah dan diambil jantungnya. Dilakukan pembuatan preparat histopatologi jantung dengan pengecatan Masson s Trichrome oleh tenaga ahli Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr. Kariadi. Pembacaan preparat dilakukan di bawah mikroskop binokuler (pembesaran 40x). Diambil lima lapangan pandang pada potongan apeks sampai basis dan dihitung area berwarna biru pada daerah perivaskular dan jaringan miokardium. 11 Luas fibrosis dihitung menggunakan perangkat lunak ImageJ. Pada analisis komparatif, dilakukan penyajian data secara deskriptif untuk mengetahui karakteristiknya. Distribusi data diuji secara analitis dengan uji normalitas Saphiro-Wilk. Varians data diuji dengan uji varians Levene. Data yang tidak normal ditransformasi agar distribusi menjadi normal. Data selanjutnya dianalisis dengan uji one way Anova, didapatkan p < 0,05 kemudian dilanjutkan dengan analisis post-hoc LSD. 12 Analisis kesintasan dilakukan dengan metode Kaplan-Meier. Perbedaan kesintasan antar kelompok dianalisis menggunakan logrank (Mantel-Cox) test. Data ditampilkan dalam bentuk kurva Kaplan-Meier. Data diolah menggunakan program komputer. 13 HASIL Fibrosis Interstisial Jantung Selama empat minggu periode pasca-infark miokardium, luas fibrosis interstisial meningkat hingga 61,4% dari baseline [ ( ) μm 2 pada 9 ekor kelompok ISO vs ( ) μm 2 pada 11 ekor kelompok K, p < 0,0001]. Hasil ini menunjukkan terjadinya fibrosis interstisial jantung yang nyata pasca-infark miokardium (Gambar 1 dan 2). Pemberian metformin pada mencit dengan fibrosis interstisial jantung pasca induksi infark miokardium mampu menurunkan luas fibrosis sebesar 62,2% [ ( ) μm 2 pada 9 ekor kelompok ISO vs ( )

8 Luas Fibrosis Interstisial (μm 2 ) μm 2 pada 11 ekor kelompok ISO+MET, p < 0,0001]. Nilai tersebut turun hingga sebanding dengan nilai pada kelompok K [4.828 ( ) μm 2 pada 11 ekor kelompok K vs ( ) μm 2 pada 11 ekor kelompok ISO+MET, p = 0,939] (Gambar 1,2). Selain itu, diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara luas fibrosis pada mencit yang diberi metformin tanpa induksi fibrosis dengan subjek kontrol [7.504 ( ) μm 2 pada 11 ekor kelompok MET vs ( ) μm 2 pada 11 ekor kelompok K, p = 0,88] (Gambar 1,2) * ** K ISO MET ISO+MET Gambar 1. Perbandingan luas fibrosis interstisial jantung Data disajikan dalam median. * p < 0,0001 vs. K, ** p < 0,0001 vs. ISO, one-way Anova dengan post-hoc LSD. Jumlah subjek per kelompok = K = kontrol, ISO = isoproterenol, MET = metformin, ISO+MET = isoproterenol + metformin K ISO MET ISO+MET Gambar 2. Histopatologi jantung mencit (pembesaran objektif 40x) Terlihat gambaran fibrosis interstisial miokardium (tercat biru) dengan pewarnaan Masson s Trichrome. Keterangan singkatan seperti gambar sebelumnya.

9 Sampai dengan hari ke-28, tidak didapatkan adanya perbedaan pada karakteristik morfometrik antar kelompok yang meliputi berat badan, berat jantung, rasio antara berat jantung dan berat badan, maupun rasio antara berat jantung dan panjang tibia (Tabel 1). Kelompok Tabel 1. Karakteristik morfometrik Karakteristik Morfometrik BB (g) BJ (mg) BJ/BB (mg/g) BJ/PT (mg/mm) K 26 (22-30) 130,0 + 24,5 5,0 + 0,9 6,0 + 1,1 ISO 27 (23-31) 136,7 + 20,6 5,2 + 0,9 6,4 + 1,0 MET 26 (22-31) 118,2 + 18,9 4,6 + 0,8 5,3 + 0,7 ISO+MET 27 (25-36) 129,1 + 23,9 4,6 + 0,7 5,8 + 1,1 Data disajikan dalam median (minimum-maksimum) atau rerata + SD. * p < 0,05, one-way Anova. BB = berat badan, BJ = berat jantung, BJ/BB = rasio antara berat jantung dan berat badan, BJ/PT = rasio antara berat jantung dan panjang tibia. Kesintasan Model fibrosis interstisial jantung pasca-infark miokardium ini belum cukup adekuat digunakan untuk menilai kesintasan karena survival pada kelompok dengan risiko, yaitu kelompok fibrosis interstisial jantung pasca-infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol (kelompok ISO), tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok tanpa risiko, yaitu kelompok K. Sampai dengan hari ke-28, hanya terdapat dua kematian pada kelompok ISO (pada hari ke-8 dan ke-9). Terlepas dari hasil yang tidak signifikan tersebut, pemberian metformin pada mencit dengan fibrosis interstisial jantung pasca-infark miokardium meningkatkan survival rate sebesar 18,2% (100% pada kelompok ISO+MET vs. 81,8% pada kelompok ISO, p = 0,098) (Gambar 3).

10 PEMBAHASAN Pada penelitian ini dibuktikan bahwa metformin mampu menurunkan luas fibrosis interstisial jantung pada mencit pasca-infark miokardium yang diinduksi dengan isoporoterenol. Pengaruh metformin tersebut ditunjukkan dari penurunan masif luas fibrosis interstisial jantung sebesar 62,21% pada kelompok dengan metformin pasca-infark miokardium dibandingkan kelompok pasca-infark miokardium tanpa pemberian metformin. Hasil ini sesuai dengan studi-studi terdahulu mengenai pengaruh pemberian metformin terhadap luas fibrosis interstisial jantung. 11,14 Penelitian yang dilakukan oleh Xiao et al menyebutkan bahwa metformin mampu mengurangi sintesis kolagen sehingga dapat mencegah fibrosis jantung. 14 Pemberian metformin jangka panjang pada hewan coba model pasca-infark miokardium juga mampu meningkatkan fungsi proteksi pada jantung melalui penurunan fibrosis interstisialnya. 11 Metformin mampu mempengaruhi proses cardiac remodeling melalui aktivasi AMPK sebagai respons perubahan tingkat energi seluler. 15 Defisiensi ATP pascalog-rank test, p = 0,098 Gambar 3. Analisis kesintasan

11 infark miokardium meningkatkan aktivasi AMPK sehingga menghentikan jalur anabolik yang menyita ATP dan meningkatkan pemasukan glukosa pada kardiomiosit. 16,17 Dengan demikian, AMPK akan menyeimbangkan kebutuhan dan ketersediaan oksigen jantung selama terjadinya iskemia, khususnya pascainfark miokardium. 18 Selain itu, metformin melalui AMPK mampu menghambat pembentukan kolagen yang diinduksi TGF-β1 sehingga menurunkan fibrosis. 14,19 Yang menarik dari peran metformin adalah pengaruhnya yang bukan hanya pada regulasi energi pasca-infark miokardium tetapi juga pada inhibisi pembentukan fibrosis interstisial itu sendiri Studi-studi klinis yang ada sekarang lebih terfokus pada pencegahan sekunder setelah terjadinya gagal jantung pasca-infark miokardium. 20 Padahal, pencegahan primer pasca-infark miokardium merupakan tatalaksana yang lebih utama. Penelitian preklinik menggunakan hewan coba pun lebih banyak pada pengaruh metformin terhadap infark miokardium saja, bukan cardiac remodeling pascainfark. Selain itu, model pasca-infark miokardium dengan induksi isoproterenol masih sangat jarang digunakan. 14 Oleh karena itu, penelitian ini mampu menyajikan temuan baru yang berkontribusi pada upaya penatalaksanaan cardiac remodeling pasca-infark miokardium. Penelitian ini memiliki dua keterbatasan, yaitu dari sisi subjek dan waktu penelitian. Pada awalnya, subjek yang digunakan adalah mencit Swiss jantan. Meskipun begitu, mencit jenis ini ternyata memiliki kecenderungan untuk bertarung dengan teman satu kandangnya dan tidak jarang menimbulkan luka yang cukup serius. Perilaku ini juga tidak berkurang seiring bertambah lamanya adaptasi mencit tersebut. Pemisahan kandang bagi mencit yang agresif ini merupakan tindakan yang paling baik dilakukan tetapi menimbulkan stres isolatif dan berdampak pada hasil penelitian. 21,22 Oleh karena itu, penggunaan mencit betina, yang telah banyak dipraktikkan 22, digunakan pada penelitian ini. Banyak studi telah menyebutkan bahwa jenis kelamin terkait erat dengan luaran infark miokardium dan cardiac remodeling yang muncul. 23,24 Salah satu penelitian

12 membuktikan adanya remodeling dan dilatasi ventrikel kiri yang lebih luas pada mencit jantan dibandingkan mencit betina. 23 Oleh karena itu, dilakukan penambahan dosis isoproterenol dari 5 mg/kg/hari 25 menjadi 10 mg/kg/hari pada penelitian ini. Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah waktu penelitian yang kurang lama (hanya 28 hari) sehingga pembuktian hipotesis mengenai hal ini masih inkonklusif. Selain itu, hewan coba berupa mencit betina juga bisa jadi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kesintasan. Terlepas dari itu, pemberian metformin pada mencit dengan fibrosis interstisial jantung pasca-infark miokardium ini meningkatkan survival rate sebesar 18,2% (Gambar 3). Perbaikan yang ditunjukkan ini boleh jadi merupakan suatu indikasi manfaat pemberian metformin terhadap ketahanan hidup mencit dengan fibrosis interstisial jantung pasca-infark miokardium meskipun memang belum dapat ditarik simpulan yang jelas dari pengamatan tersebut. SIMPULAN Metformin mampu menurunkan luas fibrosis interstisial miokardium dan kesintasan pada mencit pasca-infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol. SARAN Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme metformin dalam menghambat progresivitas fibrosis interstisial jantung pasca-infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol serta waktu perlakuan yang lebih lama terutama untuk mengetahui kesintasan mencit pasca-infark miokardium.

13 DAFTAR PUSTAKA 1. Filho HGL, Ferreira NL, de Sousa RB, de Carvalho ER, Lobo PLD, Filho JGL. Experimental model of myocardial infarction induced by isoproterenol in rats. Rev Bras Cir Cardiovasc. 2011;26(3): Thygesen K, Alpert JS, Jaffe AS, Simoons ML, Chaitman BR, White HD. Third universal definition of myocardial infarction. Eur Heart J. 2012;33: Zafari AM. Myocardial infarction [Internet]. New York: Medscape; date unknown [updated 2014 Jan 21; cited 2014 Feb 9]. Available from: overview#a Cardiac remodeling: basic aspects [Internet]. Philadelphia (USA): Wolters Kluwer Health; date unknown [updated 2012 Apr 9; cited 2014 Feb 8]. Available from: 5. McMurray JJV. Systolic heart failure. N Engl J Med. 2010;362: Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Buttler J, Casey DE, Drazner Jr.MH, et al ACCF/AHA guideline for the management of heart failure: a report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association task force on practice guidelines. Circulation. 2013;128: Viollet B, Guigas B, Garcua NZ, Leclerc J, Foretz M, Andreelli F. Cellular and molecular mechanisms of metformin: an overview. Clin Sci (Lond). 2012;122(6): Soraya H, Khorrami A, Garjani A, Maleki-Dizaji N, Garjani A. Acute treatment with metformin improves cardiac function following isoproterenol induced myocardial infarction in rats. Pharmacol Rep. 2012;64: Beauloye C, Bertrand L, Horman S, Hue L. AMPK activation, a preventive therapeutic target in the transition from cardiac injury to heart failure. Cardiovasc Res. 2011;90: AVMA guidelines for the euthanasia of animals: 2013 edition. Schaumburg: American Veterinary Medical Association; Yin M, van der Horst ICC, van Melle JP, Qian C, van Glist WH, Sillje HHW, et al. Metformin improves cardiac function in a nondiabetic rat model of post-mi heart failure. Am J Physiol Heart Circ Physiol. 2011;301:H549-H468.

14 12. Uji hipotesis komparatif variabel numerik lebih dari dua kelompok. In: Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta (Indonesia): Salemba Medika; p Analisis kesintasan (Survival analysis). In: Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta (Indonesia): Sagung Seto; 2011, p Xiao H, Ma X, Feng W, Fu Y, Lu Z, Xu M, et al. Metformin attenuates cardiac fibrosis by inhibiting the TGFβ1-Smad3 signalling pathway. Cardiovasc Res. 2010;87(3): Heidrich F, Schotola H, Popov AF, Sohns C, Schuenemann J, Friedrich M, et al. AMPK activated protein kinase and its role in energy metabolism of the heart. Curr Cardiol Rev. 2010;6: Hardie DG. AMP-activated/SNF1 protein kinases: conserved guardians of cellular energy. Nat Rev Mol Cell Biol. 2007;8(10): Hardie DG. AMP-activated protein kinase as a drug target. Annu Rev Pharmacol Toxicol. 2007;47: Hou X, Song J, Li XN, Zhang L, Wang X, Chen L, et al. Metformin reduces intracellular reactive oxygen species levels by upregulating expression of the antioxidant thioredoxin via the AMPK- FOXO3 pathway. Biochem Biophys Res Commun. 2010;396: Beauloye C, Bertrand L, Horman S, Hue L. AMPK activation, a preventive therapeutic target in the transition from cardiac injury to heart failure. Cardiovasc Res. 2011;90: Butler J. Primary prevention of heart failure. ISRN Cardiology [cited 2014 July 13]. Available from Kaliste-Korhonen E, Eskola S. Fighting in NIH/S male mice: consequence for behaviour in resident-intruder tests and physiological parameters. Lab Anim. 2000;34: Van Loo PLP, Van Zutphen LFM, Baumans V. Male management: coping with aggression problems in male laboratory mice. Lab Anim. 2003;37: Wu JC, Nasseri BA, Bloch KD, Picard MH, Scherrer-Crosbie M. Influence of sex on ventricular remodeling after myocardial infarction in mice. J Am Soc Echocardiogr. 2003;16(11): Shioura KM, Geenen DL, Goldspink PH. Sex-related changes in cardiac function following myocardial infarction in mice. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 2008;295(2):R Liu L, Cui J, Yang Q, Jia C, Xiong M, Ning B, et al. Apocynin attenuates isoproterenol-induced myocardial injury and fibrinogenesis. Biochem Biophys Res Commun

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium dikarenakan iskemia berkepanjangan yang dapat ditegakkan diagnosisnya dari gejala, abnormalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penatalaksanaan IM beberapa dekade terakhir berhasil memberikan impak positif

BAB I PENDAHULUAN. penatalaksanaan IM beberapa dekade terakhir berhasil memberikan impak positif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokardium (IM) adalah suatu keadaan patologis pada otot jantung dimana terjadi nekrosis jaringan akibat iskemia yang signifikan dan berkepanjangan. 1,2 Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian termasuk dalam lingkup disiplin farmakologi dan kardiologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian termasuk dalam lingkup disiplin farmakologi dan kardiologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian termasuk dalam lingkup disiplin farmakologi dan kardiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup disiplin ilmu Kardiologi dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian berada dalam ruang lingkup farmakologi dan kardiologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian berada dalam ruang lingkup farmakologi dan kardiologi. 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian berada dalam ruang lingkup farmakologi dan kardiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas

Lebih terperinci

9]; 128: Available from: https://circ.ahajournals.org/content/128/16/e240.extract 8. Viollet B, Guigas B, Garcua NZ, Leclerc J, Foretz M,

9]; 128: Available from: https://circ.ahajournals.org/content/128/16/e240.extract 8. Viollet B, Guigas B, Garcua NZ, Leclerc J, Foretz M, 41 DAFTAR PUSTAKA 1. Filho HGL, Ferreira NL, de Sousa RB, de Carvalho ER, Lobo PLD, Filho JGL. Experimental model of myocardial infarction induced by isoproterenol in rats. Rev Bras Cir Cardiovasc [Internet].

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang THT-KL, Farmakologi, dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL LAPORAN HASIL PENELITIAN

EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL LAPORAN HASIL PENELITIAN EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN METFORMIN TERHADAP HIPERTROFI JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA- INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL

EFEK PEMBERIAN METFORMIN TERHADAP HIPERTROFI JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA- INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL EFEK PEMBERIAN METFORMIN TERHADAP HIPERTROFI JANTUNG DAN KESINTASAN PADA MENCIT PASCA- INFARK MIOKARDIUM YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang ilmu yang tercakup dalam penelitian ini adalah Biologi, Farmakologi, dan Kimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan hewan coba dan penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan imunologi, farmakologi, dan pengobatan tradisional. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berkaitan dengan Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, dan Toksikologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan hewan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi. 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi. 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi 4.2 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian telah

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN Richard Ezra Putra, 2010. Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Fen Tih,

Lebih terperinci

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr.

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr. ABSTRAK EFEK EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK MUKOSA LAMBUNG MENCIT MODEL GASTRITIS YANG DI INDUKSI ASETOSAL Maria Caroline Wojtyla P., 0710110. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP BERAT BADAN MENCIT Swiss Webster JANTAN

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP BERAT BADAN MENCIT Swiss Webster JANTAN ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP BERAT BADAN MENCIT Swiss Webster JANTAN Sylvia Sari Dewi, 2012. Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II: Sylvia Soeng, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes. ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) TIKUS JANTAN GALUR Wistar F. Inez Felia Yusuf, 2012. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pada ilmu kedokteran bidang forensik dan patologi anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Farmakologi. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian a. Pemeliharaan dan perlakuan

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Niken Tania Wijaya, 2014. Pembimbing I: Rita Tjokropranoto,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kedokteran forensik, farmakologi dan ilmu patologi anatomi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster ABSTRAK EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster Kamajaya Mulyana, 2014; Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes Luka pada kulit sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT) divisi Alergi-Imunologi dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Lingkup Tempat Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan pengobatan tradisional, farmakologi, dan patologi klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENURUNAN BERAT BADAN JANIN MENCIT Balb/C YANG DILAHIRKAN DARI INDUK YANG DIINDUKSI MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.

ABSTRAK. PENURUNAN BERAT BADAN JANIN MENCIT Balb/C YANG DILAHIRKAN DARI INDUK YANG DIINDUKSI MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam. ABSTRAK PENURUNAN BERAT BADAN JANIN MENCIT Balb/C YANG DILAHIRKAN DARI INDUK YANG DIINDUKSI MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) Selita Agnes, 2011.Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K).

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 22 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Kardiologi. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 3 tempat,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 52 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup Ilmu dibidang Obstetri dan Ginekologi dan Histologi 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu dan lokasi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Albert Christopher Ryanto, Pembimbing I: Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK.

ABSTRAK. Albert Christopher Ryanto, Pembimbing I: Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK. ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MADU HUTAN DAN MADU TERNAK TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI OLEH ALOKSAN Albert Christopher Ryanto, 2014.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with 43 III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with randomized control group design. Pemilihan subjek penelitian untuk pengelompokan

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA( ABSTRAK EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(Vernonia amygdalina Del), TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DI INDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Elton Fredy Kalvari, 2015 ;Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK. I Putu Gede Darma Eka Putra, 2014, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt., Pembimbing II : Pinandojo D.S., dr, Drs., AIF.

ABSTRAK. I Putu Gede Darma Eka Putra, 2014, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt., Pembimbing II : Pinandojo D.S., dr, Drs., AIF. ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK KULIT SALAK (Salacca zalacca) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DENGAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL I Putu Gede Darma Eka Putra, 2014, Pembimbing I :

Lebih terperinci

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan BAB IV METODE PELAKSANAAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menyangkut bidang ilmu biokimia, ilmu gizi, dan patologi anatomi 4.2 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes. ABSTRAK EFEK SAMPING JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR SGPT (SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE) TIKUS JANTAN GALUR Wistar Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian experimental laboratoris dengan hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group design. Tikus

Lebih terperinci

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL DAN PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA Ronauly V. N, 2011,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN Utarini Eka Putri, 2009. Pembimbing : Diana Krisanti Jasaputra,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi, 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi, histologi, dan patologi anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat

Lebih terperinci

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL TIKUS WISTAR JANTAN Ester Farida Manalu, 2014: Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Andry Setiawan Lim, 2012, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II: Sijani

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. pembuatan pakan. Analisis kadar malondialdehida serum dilakukan di

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. pembuatan pakan. Analisis kadar malondialdehida serum dilakukan di BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Christina Melissa Siswanto, Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Christina Melissa Siswanto, Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL, EKSTRAK PROTEIN BIJI KEDELAI DAN FRAKSI ETIL ASETAT TEMPE KEDELAI DETAM 1 TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM MENCIT GALUR Balb-C JANTAN Christina Melissa Siswanto,

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN Tia Afelita 1, Indah Permata Sari 1, Rizki Chairani Zulkarnain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.3 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. 3.1.2

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) TERHADAP JUMLAH GELIATAN MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT THE EFFECT OF ETANOL RHIZOME EXTRACT (Kaempferia galanga Linn) TO THE

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK AIR DAUN STROBERI (Fragaria vesca L.) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK AIR DAUN STROBERI (Fragaria vesca L.) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK AIR DAUN STROBERI (Fragaria vesca L.) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Sharin Nadya, 2012, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Dr. Sugiarto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang ilmu Gizi Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR Theresia Vania S S, 2015, Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN Linda Lingas, 2016 ; Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH LENDIR Abelmoschus esculentus (OKRA) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR JANTAN MODEL TINGGI LEMAK

ABSTRAK. PENGARUH LENDIR Abelmoschus esculentus (OKRA) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR JANTAN MODEL TINGGI LEMAK ABSTRAK PENGARUH LENDIR Abelmoschus esculentus (OKRA) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR JANTAN MODEL TINGGI LEMAK Nathania Gracia H., 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Hendra Subroto, dr., SpPK.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi, histologi dan patologi anatomi. 3.2 Jenis dan rancangan penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Fibrosis Interstisial Jantung Pasca-Infark Miokardium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Fibrosis Interstisial Jantung Pasca-Infark Miokardium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fibrosis Interstisial Jantung Pasca-Infark Miokardium 2.1.1 Infark Miokardium Infark miokardium didefinisikan sebagai nekrosis kardiomiosit bersifat menetap yang merupakan akibat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan imunologi, farmakologi dan pengobatan tradisional. IV.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang Ilmu Farmakologi dan Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL

EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL Muhammad Fa iz Ramadhan 1, Novi Anggriyani 2, Noor Wijayahadi 3 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan patologi anatomi. 4.2 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Farmakologi. Penelitian ini termasuk dalam lingkup kelimuan Biokimia dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: HDL, ekstrak etanol, ekstrak protein, fraksi etil asetat, kedelai.

ABSTRAK. Kata kunci: HDL, ekstrak etanol, ekstrak protein, fraksi etil asetat, kedelai. ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL, EKSTRAK PROTEIN BIJI KEDELAI DAN FRAKSI ETIL ASETAT TEMPE KEDELAI Detam 1 TERHADAP KADAR HDL SERUM MENCIT GALUR Balb/C JANTAN Allen Albert Pelapelapon, 2011. Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Gizi dan 4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design. 53 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen murni dengan menggunakan design Pretest postest with control group

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis, Park. Fsb.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT GALUR SWISS-WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN Elizabeth Tanuwijaya, 2007. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN KALSIUM DAN VITAMIN D3 TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN KALSIUM DAN VITAMIN D3 TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK ABSTRAK EFEK PEMBERIAN KALSIUM DAN VITAMIN D3 TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Lily Wijayanti, 2014. Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes.

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR Jane Haryanto, 2012 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II : Penny Setyawati M.,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) MUDA DAN TUA TERHADAP JUMLAH JANIN MATI MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER BUNTING AWAL DAN AKHIR Naurah Alzena Hana Dhea, 1210005

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Histologi Universitas Diponegoro, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Ivanna Valentina, 2012; Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M. Kes. Pembimbing II

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK APEL (Malus sylvestris Mill) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA MENCIT (Mus musculus) MODEL HIPERLIPIDEMIA SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK APEL (Malus sylvestris Mill) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA MENCIT (Mus musculus) MODEL HIPERLIPIDEMIA SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK APEL (Malus sylvestris Mill) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA MENCIT (Mus musculus) MODEL HIPERLIPIDEMIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ridho

Lebih terperinci