PEMBERDAYAAN dan KEGIATAN JARLIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERDAYAAN dan KEGIATAN JARLIT"

Transkripsi

1 Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan PEMBERDAYAAN dan KEGIATAN JARLIT PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendiknas Jakarta, 2010 Gedung E Kemendiknas, Lantai 19, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta. Telp , Faks

2 A. Pendahuluan Pembangunan pendidikan dilaksanakan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun RPJMN tahun ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas SDM. Di bidang pendidikan, upaya peningkatan kualitas SDM ini tertuang dalam Renstra Kemendiknas tahun Visi yang akan dicapai pada tahun 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif. Untuk mencapai visi tersebut, Misi Kemendiknas dikemas dalam MISI 5K, yaitu: (i) meningkatkan Ketersediaan layanan pendidikan, (ii) meningkatkan Keterjangkauan layanan pendidikan, (iii) meningkatkan Kualitas dan Relevansi layanan pendidikan (iv), meningkatkan Kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan (v) meningkatkan Kepastian/Keterjaminan memperoleh layanan pendidikan. Renstra Kemendiknas tahun ini menjadi pedoman bagi semua tingkatan pengelola pendidikan di Pusat dan Daerah dalam merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi program dan kegiatan pembangunan pendidikan. Sejalan dengan prinsip desentralisasi, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan yang menjadi kewenangan Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Di era otonomi ini, provinsi dan lebih-lebih kabupaten/kota mempunyai kedudukan strategis, termasuk di bidang pendidikan. Salah satu alasannya adalah adanya kewenangan dan peran yang lebih besar dalam menetapkan kebijakan dalam melaksanakan peningkatan mutu SDM melalui pendidikan, yang sesuai dengan kebutuhan serta situasi dan kondisi masing-masing daerah. Dalam melaksanakan pembangunan pendidikan lima tahun ke depan, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi, salah satu di antaranya adalah bagaimana meningkatkan koordinasi yang efektif dengan kementerian/lembaga lain dan pemerintah daerah. Jaringan Penelitian Pendidikan (Jarlit) dibentuk dalam rangka membantu daerah melaksanakan tanggung jawab yang menjadi sangat besar di bidang pendidikan. Tujuan pokok Jarlit adalah membantu pimpinan daerah dalam melaksanakan program peningkatan mutu SDM melalui penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang lebih sesuai dengan kebutuhan, potensi, serta situasi dan kondisi daerah dengan menyampaikan usulan-usulan kebijakan (policy advice dan policy alternatives) pendidikan atas dasar fakta dan data. Berkaitan dengan titik berat otonomi yang terletak di kabupaten/kota, terdapat dua hal berkenaan dengan Jarlit yang perlu mendapatkan prioritas tinggi untuk diperhatikan. Pertama, keberadaan Jarlit di seluruh kabupaten/kota hendaknya dapat segera menjadi kenyataan. Pada April tahun 2010 Jarlit Kabupaten/Kota baru terbentuk di 169 kabupaten/kota yang menyebar di 31 provinsi, dan oleh karena itu perlu dipercepat 1

3 pembentukannya. Untuk itu perlu strategi percepatan pembentukan yang dapat digunakan oleh Jarlit provinsi untuk lebih memberdayakan dirinya dalam pembentukan Jarlit baru di kab/kota. Kedua, Jarlit Kabupaten/Kota yang telah terbentuk perlu diberdayakan sehingga keberadaannya dirasakan bermanfaat oleh para pimpinan daerah. Jarlit harus benarbenar mampu melaksanakan fungsinya, yaitu secara rutin menyampaikan usulan kebijakan kepada pimpinan daerah, diminta ataupun tidak. B. Tujuan Tujuan umum pemberdayaan adalah agar Jarlit Provinsi dan Jarlit Kabupaten/Kota dapat segera berfungsi sebagaimana diharapkan. Secara lebih operasional tujuan pemberdayaan Jarlit adalah agar 1. Jarlit Provinsi dan Jarlit Kabupaten/Kota yang telah terbentuk dapat melaksanakan fungsinya dengan lebih baik, yaitu secara proaktif membantu pimpinan daerah dengan menyampaikan usulan-usulan kebijakan pendidikan; 2. Jarlit Provinsi dapat melaksanakan perannya dalam mendorong dan membantu pembentukan Jarlit Kabupaten/ Kota di dalam wilayah provinsinya, sehingga Jarlit segera terbentuk di seluruh kabupaten/kota; dan 3. Jarlit secara keseluruhan dapat merupakan suatu sistem yang dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan nasional di bidang pendidikan. C. Lingkup pemberdayaan Sesuai dengan tujuan pemberdayaan Jarlit seperti tersebut di atas, maka lingkup pemberdayaan meliputi sekurang-kurangnya sebagai berikut: 1. peningkatan kemampuan untuk melaksanakan fungsinya; 2. peningkatan kemampuan untuk membuat suatu sistem yang sinergis antara pemerintah pusat dan daerah di bidang kebijakan pendidikan; 3. peningkatan wewenang dan kemampuan untuk pembentukan Jarlit baru, khususnya di tingkat kabupaten/ kota. Pada dasarnya suatu organisasi akan lebih berdaya bila memiliki tiga pilar, yaitu adanya kewenangan, memiliki kemampuan untuk melaksanakan kewenangan tersebut, dan memiliki informasi mutakhir agar penerapan kemampuan dalam melaksanakan kewenangan tersebut dapat dilakukan secara tepat dan efisien (Blanchard, Carlos, dan Randolph, 1999, Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy, 1995). Berkaitan dengan kewenangan Jarlit, dengan adanya Surat Keputusan pembentukan Jarlit oleh Gubernur/Bupati/Walikota, kewenangan tersebut sudah dimiliki baik dalam hal melaksanakan fungsinya menyampaikan usulan-usulan kebijakan kepada pimpinan maupun mendorong dan membantu pembentukan Jarlit Kabupaten/ Kota. 2

4 Kiranya tinggal dua pilar pemberdayaan yang perlu ditopang tegaknya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melaksanakan kewenangan dan peningkatan kemampuan memiliki informasi secara cepat dan akurat. D. Pola Pemberdayaan 1. Umum Secara umum pemberdayaan Jarlit dapat dilakukan sebagai berikut. a. Mendorong Pemerintah Daerah dan unit/ instansi anggota Jarlit untuk meningkatkan keberadaan Jarlit sebagai suatu forum untuk melaksanakan fungsinya. Bagaimanapun, Jarlit merupakan bagian dari penyelenggaraan pembangunan di daerah. Oleh karena itu, tanpa dukungan Pemda dan unit/ instansi anggota Jarlit, baik yang bersifat penyediaan sarana dan prasarana maupun fasilitas lainnya, kiranya Jarlit tidak dapat maksimal melaksanakan fungsinya. b. Mendorong pelaksanaan koordinasi secara nyata. Dengan koordinasi yang baik diharapkan antar sesame anggota Jarlit atau antar Jarlit akan dapat saling memaksimalkan kegiatannya. Hal ini berarti perlu peningkatan kemampuan dan kesadaran untuk saling berkomunikasi. c. Mendorong meningkatkan jumlah dan mutu sumber daya pendukung. Sumber daya pendukung tersebut dapat berupa sumber daya manusia, dana dan sarana serta prasarana. 2. Khusus a. Pemberdayaan Jarlit dalam konteks penyusunan dan penyampaian usulan kebijakan kepada pimpinan daerah. Agar Jarlit mampu menyusun usulan kebijakan pemecahan masalah pendidikan kepada pimpinan daerah diperlukan kemampuan melaksanakan penelitian dan/atau analisis kebijakan. Pola-pola yang dapat digunakan a.l. adalah sebagai berikut. 1) Peningkatan kemampuan SDM Jarlit dalam melaksanakan penelitian kebijakan dan analisis kebijakan. Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, antara lain melalui pelatihan dan workshop, serta pemberian bantuan teknis: Pelatihan dan workshop untuk Jarlit provinsi dapat diberikan oleh pakar penelitian kebijakan dan pakar analisis kebijakan di provinsi, tim Jarlit nasional, atau pihak-pihak yang berkelayakan lainnya. Pelatihan dan workshop analisis kebijakan dan penelitian kebijakan untuk Jarlit Kabupaten/Kota, dapat dilakukan oleh tim Jarlit provinsi setelah mengikuti training of trainers untuk penelitian kebijakan dan analisis kebijakan. 3

5 Bantuan teknis yang diberikan meliputi aspek-aspek perencanaan dan pelaksanaan (termasuk metodologi) penelitian dan analisis kebijakan serta dalam persiapan penyampaian usulan kebijakan kepada pimpinan daerah. Bantuan teknis kepada Jarlit Kabupaten/Kota dapat diberikan oleh Jarlit Kab/Kota lain, Jarlit Provinsi, dan Jarlit Nasional. Pemberian bantuan teknis tersebut dapat dilaksanakan dalam bentuk konsultasi, seminar, keikutsertaan dalam tim penelitian, dan lain-lain. 2) Peningkatan kemampuan SDM Jarlit dalam penggalian sumber dana untuk melaksanakan penelitian kebijakan. Kemampuan penggalian sumber dana daerah guna membiayai pelaksanaan penelitian dan kegiatan-kegiatan Jarlit lebih merupakan seni (art) sesuai dengan situasi dan kondisi daerah pada era otonomi ini. Untuk itu, dapat dilakukan konsultasi dengan Jarlit daerah lain yang sukses memperolehnya. Namun demikian, satu hal yang jelas berpengaruh terhadap kemungkinan pengalokasian anggaran daerah untuk Jarlit adalah sumbangan Jarlit terhadap pemecahan masalah dan pelaksanan program pendidikan daerah. Jarlit diharapkan untuk menghasil-kan usulan kebijakan berbasis kajian/ penelitian, relevan, dan tepat waktu. Jarlit diharapkan tanggap terhadap isu-isu pendidikan mutakhir daerah. 3) Pemerolehan informasi yang relevan dan mutakhir Arti penting informasi yang relevan dan mutakhir bagi penelitian dan analisis kebijakan dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Dari sudut pandang pertama, Jarlit dapat menghasilkan usulan kebijakan yang memang diperlukan oleh pimpinan apabila Jarlit melaksanakan penelitian atau analisis yang relevan dengan isu utama pendidikan daerah. Untuk memperoleh informasi mutakhir tentang isu-isu strategis pendidikan daerah, Jarlit perlu mengadakan pertemuan dan diskusi baik formal maupun informal secara periodik dengan pemda dan DPRD. Dari sudut pandang kedua, Jarlit dapat menghasilkan usulan kebijakan yang bermutu apabila Jarlit melaksanakan penelitian atau analisis dengan metodologi yang benar dan mendasarkan pada informasi mutakhir berkaitan masalah yang diteliti atau dianalisis. Untuk itu, Jarlit di suatu daerah diharapkan secara proaktif dan sistematis mencari informasi-informasi penelitian yang relevan. Pemerolehan informasi ini dapat terlaksanakan dengan baik kalau Jarlit mengembangakan sistem pertukaran informasi penelitian. b. Pemberdayaan Jarlit provinsi dalam percepatan pembukaan Jarlit di tingkat Kabupaten dan Kota Agar Jarlit provinsi mampu mempercepat pembentukan Jarlit di kabupaten/kota dalam wilayah administrasi provinsi yang bersangkutan, perlu diketahui batas kewenangan Jarlit provinsi, terutama koordinatornya. Dalam era otonomi 4

6 kabupaten/kota, peran provinsi adalah sebagai pendorong dan fasilitator pembentukan Jarlit kab/kota. Pola-pola yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut. 1) Sosialisasi terfokus tentang arti penting Jarlit Kab/ Kota dalam era otonomi. Sosialisasi intinya adalah pemberian informasi kepada pihak yang berkaitan dengan keberadaan Jarlit. Materi sosialisasi berkaitan terkait sasaran sosialisasi. Materi sosialisasi kepada unsur-unsur pimpinan daerah adalah tentang arti penting Jarlit pada era desentralisasi pendidikan. Materi sosialisasi kepada unsur-unsur Bappeda/ Balitbangda Kab/Ko adalah tentang arti penting, prosedur pembentukan, dan pengoperasian Jarlit. Sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai cara a.l. pertemuan khusus, numpang pada rapat lain, mengirim brosur dan dokumen Jarlit, dan penyebaran informasi individual. 2) Pemberian layanan atau bantuan teknis kepada kab/ kota yang tertarik untuk segera membentuk Jarlit Di era otonomi ini, layanan khusus atau pemberian bantuan teknis kepada kabupaten/kota tentang pembentukan Jarlit adalah berupa informasi. Layanan informasi yang biasanya diperlukan menjelang pembentukan Jarlit adalah strategi meyakinkan bupati/walikota dan DPRD tentang perlunya pembentukan Jarlit, persiapan-persiapan dari aspek legalitas, persiapan anggaran tahun pertama, dan perencanaan kegiatan perdana. Kiat pendekatan pimpinan daerah, contoh SK pembentukan dan langkah persiapan penerbitannya, penetapan kegiatan perdana dan strategi pemerolehan alokasi anggaran dapat diperoleh dari berbagai kabupaten/kota yang telah membentuk Jarlit. Jarlit provinsi kiranya perlu secara aktif mengumpulkan informasi ini untuk kemudian disebarluaskan. Ada baiknya informasiinformasi tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis sehingga siap diambil untuk dimanfaatkan setiap saat. E. Agenda Kegiatan Jarlit Agenda kegiatan dimaksudkan adalah suatu rencana kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap yang meliputi (1) peningkatan kemampuan SDM Jarlit Daerah dan (2) pelaksanaan fungsi Jarlit, serta (3) kerjasama kegiatan lainnya. Peningkatan kemampuan SDM Jarlit Daerah meliputi peningkatan kemampuan dalam analisis kebijakan dan penelitian kebijakan. Sedangkan pelaksanaan fungsi Jarlit pada dasarnya implementasi dari kemampuan yang telah diperoleh tersebut dalam rangka fungsi Jarlit yaitu memberi masukan bagi penetapan kebijakan yang lebih bermutu kepada pimpinan daerah. Selain itu, dalam rangka lebih meningkatkan peran Jarlit Daerah, maka perlu disusun agenda kerjasama kegiatan lain berdasarkan kebutuan daerah, seperti misalnya kerjasama dalam kegiatan peningkatan kemampuan Jarlit Daerah tentang capacity building, action research, dan pengembangan model dalam pendidikan ( inovasi pendidikan), serta pengolahan data SPSS dan DEM 5

7 Agenda Pelaksanaan Kegiatan 1. Kegiatan peningkatan kemampuan dalam analisis kebijakan akan diberikan kepada Jarlit Daerah yang baru terbentuk. Jadi begitu Jarlit Daerah terbentuk maka pada tahun yang sama akan diadakan pelatihan bagi SDM Jarlit tersebut agar mampu melaksanakan analisis kebijakan pendidikan di daerahnya. Analisis kebijakan pendidikan pada dasarnya akan memberikan kemampuan dalam, a. mengetahui kinerja pendidikan daerah dalam hal pemerataan, peningkatan mutu dan relevansi, serta effisiensi pendidikan. b. mengidentifikasi masalah yang ada dari kinerja tersebut, c. mengidentikasi factor yang diduga sebagai penyebab terjadinya masalah, dan d. mengidentikasi alternative cara pemecahan masalah 2. Pada tahun berikutnya maka Jarlit Daerah yang telah terbentuk dan telah mendapat pelatihan analisis kebijakan pendidikan, diharapkan dapat mengimplementasikan pengetahuan analisis kebijakan tersebut dalam kegiatan senyatanya/praktek. Jarlit Daerah melaksanakan analisis kebijakan pendidikan untuk wilayahnya sendiri (kabupaten/kota) dengan memanfaatkan data yang sudah ada. Bila Jarlit dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik maka Jarlit Daerah sudah dapat melaksanakan awal dari fungsinya yaitu memberikan bahan masukan untuk penetapan kebijakan pendidikan oleh pimpinan daerah. Sejalan dengan dengan kegiatan tersebut maka Jarlit Pusat akan memberikan pelatihan tentang penelitian kebijakan pendidikan kepada Jarlit yang telah melaksanakan analisis kebijakan pendidikan tersebut. Pelatihan ini bertujuan agar SDM Jarlit daerah mampu melaksanakan penelitian yang beorientasi pada menghasilkan informasi dan dapat dijadikan bahan masukan bagi penetapan kebijakan oleh pimpinan daerah. Sekaligus dari pelatihan ini mempunyai tujuan agar Jarlit Daerah mempunyai bahasa yang sama dengan Jarlit Pusat dalam melaksanakan kegiatan penelitian kebijakan pendidikan. Pada waktu pelatihan penelitian kebijakan pendidikan ini juga akan diberikan judul penelitian kebijakan pendidikan yang dapat menjadi acuan Jarlit Daerah dalam memilih judul penelitian yang sesuai untuk kebutuhan daerahnya dan akan dilaksanakan pada tahun berikutnya. Judul-judul penelitian tersebut adalah judul penelitian yang juga dilaksanakan oleh Jarlit Pusat (lihat, LAMPIRAN 1). 3. Pada tahun berikutnya setelah Jarlit Daerah mendapat pelatihan penelitian kebijakan pendidikan dan telah memilih topic penelitian yang sesuai dengan kebutuhannya daerahnya maka Jarlit daerah diharapkan melaksanakan penelitian sesuai dengan topik yang telah dipilih tersebut. Dalam kaitan ini maka Jarlit Pusat akan memberifasilitasi yaitu membantu menyediakan disain serta instrument penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Sampai tahap ini maka agenda kegiatan pokok dalam kerangka kerjasama antara Jarlit Pusat dengan Jarlit daerah dapat dikatakan sudah selesai. Selanjutnya kegiatan analisis kebijakan dan 6

8 penelitian kebijakan dilaksanakan secara rutin/ berkelanjutan oleh Jarlit Daerah secara mandiri maupun kerjasama dengan Jarlit Pusat. 4. Sementara itu dapat juga dilaksanakan kerjasama dalam kegiatan lain. Seperti diketahui Jarlit Pusat mempunyai paket paket pelatihan penelitian dan pengembangan pendidikan yang sangat berguna dalam membantu peningkatan mutu pembangunan pendidikan di daerah. Paket-paket pelatihan ini disediakan bagi Jarlit Daerah yang memerlukan dan dapat dilaksanakan kapanpun waktunya sesuai dengan kebutuhan daerah. Paket-paket pelatihan yang disediakan ini berkaitan dengan peningkatan kemampuan dalam, a. action research (penelitian tindakan/kaji tindak ), b. pengembangan model dalam pendidikan (inovasi pendidikan), c. melaksanakan capacity building, d. pengolahan data SPSS dan DEM Bagi Jarlit Daerah yang berminat untuk menyelenggarakan pelatihan untuk paketpaket pelatihan seperti tersebut di atas dapat menghubungi langsung Puslitjaknov. 5. Sementara itu Jarlit Pusat sekurang-kurang sekali dalam satu tahun mengagendakan ada petemuan nasional atau regional dengan Jarlit Daerah dalam rangka seminar hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan oleh Jarlit Daerah. Kegiatan ini dimaksudkan agar hasil-hasil penelitian dari Jarlit Daerah dapat disosialisasikan sehingga semua Jarlit Daerah dapat saling mempelajari dan memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan pendidikan tersebut. Secara sederhana agenda kegiatan jarlit dapat digambarkan pada tabel berikut : No KEGIATAN TAHUN KET. I II III dst 1 Sosialisasi Jarlit Di Jakarta/Jarlit Pusat 2 Pelatihan Analisis Regional/Jarlit Pusat kebijakan 3 Pelaksanaan kegiatan Jarlit Daerah analisis kebijakan 4 Pelatihan Penelitian Regional/Jarlit Pusat Kebijakan (Info ttg topic Jarlit Pusat penelitian) 5 Pelaksanaan Penelitian Jarlit Daerah kebijakan 6 Kegiatan lain Atas permintaan jarlit daerah dan untuk semua jarlit Daerah. 7 Seminar Setahun sekali untuk jarlit daerah yg mempunyai hasil penelitian kebijakan pendidikan. Regional/Jarlit Pusat 7

9 Implikasi Agenda Kegiatan. Sebagai konsekuensi dari agenda kegiatan yang demikian tadi ada implikasi menyangkut pembiayaan, 1. dalam rangka sosialisasi dan pelatihan analisis serta penelitian kebijakan maka Jarlit Pusat dapat membantu dalam penyediaan instruktur dan bahan-bahan serta penyelenggaraan pelatihan, semuanya akan dibiayai oleh Jarlit Pusat. 2. sedangkan pelaksanaan kegiatan analisis kebijakan pendidikan sebagai implementasi kegiatan pelatihan maka pembiayaan sepenuhnya oleh Jarlit Daerah, termasuk bila Jarlit Daerah memerlukan bantuan teknis/ nara sumber dari Jarlit Pusat. Jarlit Pusat juga dapat membantu pelaksanaannya dengan cara konsultatif jarak jauh. 3. dalam rangka pelatihan penelitian kebijakan Jarlit Pusat dapat membantu dalam penyediaan instruktur dan bahan-bahan serta penyelenggaraan pelatihan yang semuanya akan dibiayai oleh Jarlit Pusat. 4. pelaksanaan kegiatan penelitian kebijakan pendidikan sebagai implementasi kegiatan pelatihan, seperti halnya kegiatan analisis kebijakan (butir 2 di atas), maka pembiayaan sepenuhnya oleh Jarlit Daerah, termasuk bila Jarlit Daerah memerlukan bantuan teknis/ nara sumber dari Jarlit Pusat. Topik penelitian dipilih dari topic topik penelitian yang disediakan oleh Jarlit Pusat. Jarlit Pusat akan membantu dalam penyiapan disain dan instrument penelitian sesuai dengan topik yang dipilih. 5. pelaksanaan kegiatan lain dilaksanakan atas permintaan Jarlit Daerah dan sepenuhnya atas pembiayaan Jarlit Daerah, termasuk biaya nara sumber dan bahanbahan dari Jarlit Pusat. Kegiatan ini dapat berlaku bagi Jarlit yang baru terbentuk dan juga Jarlit yang sudah lama terbentuk. 6. pelaksanaan seminar dilakukan oleh Jarlit Pusat dan peserta diutamakan Jarlit Daerah yang mempunyai hasil penelitian yang secara nasional memenuhi persyaratan mutu. Pembiayaan ditannggung oleh Jarlit Pusat bersama Jarlit Daerah. F. Peran Jarlit Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Tidak menafikan pertingnya pemberdayaan diri (Parr dan Lampe, 1996) dan prinsip kesejajaran dalam Jarlit, pemberdayaan Jarlit oleh Jarlit lainnya dilakukan dengan menggunakan prinsip pemberdayaan berjenjang. Jarlit nasional berperan utama dalam memberdayakan Jarlit provinsi, dan Jarlit provinsi berperan utama dalam memberdayakan Jarlit kabupaten/kota. Selain itu Jarlit Kab/Kota juga seharusnya berperan aktif dalam pemberdayaan dirinya. Demikian pula Jarlit provinsi. 8

10 Mengingat lingkup pemberdayaannya, Jarlit provinsi mempunyai peran dalam memberdayakan Jarlit Kab/Kota agar menyusun dan menyampaikan usulan kebijakan pendidikan daerah secara benar, relevan, dan tepat waktu. Selanjutnya, Jarlit nasional berperan dalam memberdayakan Jarlit Provinsi dalam dua hal. Pertama, dalam penyusunan dan penyampaian usulan kebijakan pendidikan daerah secara benar, relevan, dan tepat waktu. Kedua, dalam percepatan pembentukan Jarlit Kab/Kota di wilayahnya. Tabel 1. Peran Jarlit Kab/Kota, Provinsi, dan Nasional Jarlit kab/kota Jarlit provinsi Jarlit nasional Peningkatan Kemampuan Aktif merancang kegiatan dan sumber daya pelatihan, workshop, seminar Menyediakan materi dan penyaji bagi pelaksanaan pelatihan, workshop, pemberian bantuan teknis kepada kab/kota Menyediakan materi untuk pelatihan dan workshop tk. kab/kota bagi Jarlit provinsi, dan penyaji bagi pelatihan di tingkat provinsi Penyediaan Infornasi Aktif mencari informasi relevan Menyediakan acuan dan materi pelatihan dan workshop, acuan seminar bagi Jarlit kab/kota Menyediakan acuan dan materi pelatihan dan workshop, acuan seminar bagi Jarlit provinsi G. Penutup Demikianlah pedoman/ acuan pelaksanaan pemberdayaan Jarlit ini dibuat dengan harapan dapat membantu dalam meningkatkan fungsi Jarlit, sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan telah dikonsepkan. Pedoman/ acuan ini sifatnya tidak mengikat dalam artu masing-masing Jarlit dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing. 9

11 Kepustakaan Blanchard, K, Carlos, JP, dan Randolph, A (1999). The 3 Keys to Empowerment. San Fransisco: Berret-Koehler. Gomez-Mejia, LR, Balkin, DB, dan Cardy, R (1995). Englewood Cliffs: Prentice Hall. Managing Human Resources. Parr, J dan Lampe D (1996). Empowering Citizen. Dalam Handbook of Public Administration. San Fransisco: Jossey-Bass 10

12 LAMPIRAN A. Program Penelitian Puslitjaknov 2009, a.l.: 1. Pengkajian Implementasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ ESD) 2. Pengkajian Keberhasilan Pendidikan Pengkajian Pendidikan Kejuruan dalam Penyiapan Tenaga Kerja 4. Pengkajian Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Pengkajian Intensifikasi dan Ektensifikasi Pendidikan untuk Menggapaikan Layanan Pendidikan kepada Peserta Didik yang Selama ini Tidak Terlayani 6. Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Massal Pendidikan: Studi Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Pendidikan B. Program Penelitian Puslitjaknov 2010, a.l.: 1. Evaluasi Dampak Bantuan Bermutu Kepada KKG/MGMP dan Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru 2. Studi Tentang Tingkat Kemangkiran Guru 3. Studi Tentang Pelaksanaan Sertifikasi Guru 4. Studi Tentang Perbandingan Kinerja Guru Bersertifikasi dan yang belum Bersertifikasi 5. Kontribusi Pemerintah Daerah Dalam Perintisan dan Penguatan Program PAUD 6. Pengelolaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)/Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) 7. Pengkajian Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada Pendidikan Nonformal dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan 8. Stuidi Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi 9. Analisis Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah 10. Analisis Kebijakan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Evaluasi Pencapaian 11. Pengembangan Model Pendidikan Inklusif 12 Pengembangan Model Untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education For Sustainable Development/ESD) 13. Penyusunan Roadmap Penelitian Pendidikan

PEMBERDAYAAN DAN AGENDA KEGIATAN JARINGAN PENELITIAN. (Pengembangan Kapasitas Jarlit)

PEMBERDAYAAN DAN AGENDA KEGIATAN JARINGAN PENELITIAN. (Pengembangan Kapasitas Jarlit) PEMBERDAYAAN DAN AGENDA KEGIATAN JARINGAN PENELITIAN (Pengembangan Kapasitas Jarlit) A. Latar Belakang Peran dan kewenangan kab/ kota di era otonomi daerah lebih besar dalam penetapan & implementasi kebijakan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN JARLIT. Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan

PEMBENTUKAN JARLIT. Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan PEMBENTUKAN JARLIT PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendiknas Jakarta, 2010 Gedung E Kemendiknas,

Lebih terperinci

KOORDINASI JARLIT. Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan

KOORDINASI JARLIT. Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan Jaringan Kerjasama Penelitian Kebijakan (Jarlit) Pendidikan KOORDINASI JARLIT PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendiknas Jakarta, 2010 Gedung E Kemendiknas,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan berisikan Isu-isu strategis yaitu isu-isu yang berkaitan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sebagaimana dinyatakan para ahli, bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

MEKANISME KOORDINASI JARLIT PENDIDIKAN

MEKANISME KOORDINASI JARLIT PENDIDIKAN MEKANISME KOORDINASI JARLIT PENDIDIKAN Disajikan pada acara: Sosialisasi Jarlit Pendidikan Bagi Kabupaten/kota Bogor, 27-29 April 2010 1 PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN Badan Penelitian

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BAPPEDA KABUPATEN LAHAT Sumber daya Bappeda Kabupaten Lahat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa pendidikan nasional

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria

NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL

Lebih terperinci

Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Disampaikan pada: Rapat Koordinasi Nasional BAN PAUD DAN PNF The Alana Hotel Yogyakarta Jumat, 10 Februari 2017 1 Kebijakan Umum Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kemdiknas

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kemdiknas BAB I PENDAHULUAN Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia pasal 31, bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NO INDIKATOR INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN KONDISI KINERJA AWAL TARGET CAPAIAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 KONDISI AKHIR TAHUN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tertib administrasi pembangunan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

SIMPOSIUM TAHUNAN PENELITIAN PENDIDIKAN

SIMPOSIUM TAHUNAN PENELITIAN PENDIDIKAN SIMPOSIUM TAHUNAN PENELITIAN PENDIDIKAN Jakarta, 11-14 Agustus 2008 MENDAYAGUNAKAN HASIL-HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN, DAN PEMIKIRAN INOVATIF DI BIDANG PENDIDIKAN UNTUK MENDUKUNG PEMERATAAN DAN PERLUASAN

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

2015, No Nomor 87 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5238); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 tentang Susu

2015, No Nomor 87 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5238); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 tentang Susu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1325, 2015 KEMENPORA. Fasilitasi. Kewirausahaan Pemuda. Pemberian. Pencabutan PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0944 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT RENSTRA KEMDIKBUD TAHUN (Artikel 24)

ANALISIS SWOT RENSTRA KEMDIKBUD TAHUN (Artikel 24) ANALISIS SWOT RENSTRA KEMDIKBUD TAHUN 2010-2014 (Artikel 24) O L E H : S U B I S U D A R T O Renstra perlu dianalisis melalui Analisis SWOT Sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 2013-2 0 1 8 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD Pada bagian identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Bakesbangpol

Lebih terperinci

Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA. Tahun

Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA. Tahun Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA Tahun 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembahasan isu-isu strategis dan analisis situasi dalam penyusunan rencana strategis (Renstra) Kopertis Wilayah

Lebih terperinci

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung 2015-2019 ini disusun melalui beberapa tahapan dengan mengacu kepada visi RPJMD Provinsi Lampung tahun 2015-2019, yaitu Lampung

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc KEBIJAKAN TEKNIS Oleh: Winarno, M.Sc 1 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2004-2009 menetapkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi tiga prioritas pembangunan pendidikan nasional, meliputi 1. pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 41 LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Visi adalah gambaran atau pandangan tentang masa depan yang diinginkan. Dalam konteks perencanaan, visi merupakan rumusan umum mengenai

Lebih terperinci

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan kewajiban

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto // SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto PADA RAPAT KONSOLIDASI PEMERINTAHAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, {6 Mei 2001 Pendahuluan Setelah hampir 5 (lima) bulan sejak dicanangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 3.1 Visi dan Misi Kementerian Pendidikan Nasional Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan dengan visi

Lebih terperinci

Modul KLHS DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD/RPJMD

Modul KLHS DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD/RPJMD Modul KLHS DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD/RPJMD Pelingkupan Analisis Baseline Data Kajian Pengaruh Perumusan Mitigasi dan/atau Alternatif Perumusan Rekomendasi PERUMUSAN REKOMENDASI Tujuan Menyusun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK

KLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK KLA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERWUJUDAN HAK ANAK Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mempunyai visi yaitu terwujudnya kesetaraan gender, dan misi adalah mewujudkan kebijakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN TATA CARA KOORDINASI PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH ANTAR KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi 1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

TAHAPAN PENGEMBANGAN KLA

TAHAPAN PENGEMBANGAN KLA 7 2012, No.170 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK TAHAPAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010

LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010 LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp. (024) 8316315,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuh belum cukupnya kualitas SDM yang menangani pembangunan. Disamping kualitas SDM, kualitas jenjang pendidikan di Dinas-dinas

BAB I PENDAHULUAN. masuh belum cukupnya kualitas SDM yang menangani pembangunan. Disamping kualitas SDM, kualitas jenjang pendidikan di Dinas-dinas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas SDM bidang infrastruktur sangat penting, mengingat infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan sosial, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan strategis organisasi adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana organisasi akan diarahkan, dan bagaimana pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA B adan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Probolinggo menjalankan amanat Misi Kedua dari RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 2018 yaitu MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

2012, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERANGKA NASIONAL PENG

2012, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERANGKA NASIONAL PENG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2012 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 Visi Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan bangsa dan sejalan dengan visi pendidikan nasional, maka visi pembangunan pendidikan di Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2017 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan melalui upaya peningkatan

Lebih terperinci

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 Tahun 2007 TANGGAL : 9 Juli 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a. Penetapan kebijakan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 TAHUN 2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a. Penetapan kebijakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Provinsi Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Provinsi Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan di Provinsi Lampung tahun 2014-2016 disusun berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Peletakan sendi-sendi dasar pembangunan Sulawesi Tenggara periode 2008 2013, telah memperlihatkan kerangka pembangunan yang jelas, terarah dan sistematis dalam menyongsong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Ki

Lebih terperinci

PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 INFORMASI UMUM

PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 INFORMASI UMUM PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 I INFORMASI UMUM Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2003 I. PENGANTAR Disadari bahwa paradigma pengembangan pendidikan tinggi di masa depan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Dinas Pendidikan telah menjadi sejarah yang tak terlupakan bagi Indonesia. Keberadaan Dinas Pendidikan sudah ada sejak

Lebih terperinci