PARTISIPASI WARGA UNTUK REFORMASI BIROKRASI SEKTOR PENDIDIKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARTISIPASI WARGA UNTUK REFORMASI BIROKRASI SEKTOR PENDIDIKAN"

Transkripsi

1 PARTISIPASI WARGA UNTUK REFORMASI BIROKRASI SEKTOR PENDIDIKAN Sebuah catatan kegiatan jaringan kelompok masyarakat sipil dalam melakukan pengawasan terhadap Pelayanan Sekolah di Kota Bandung Diterbitkan oleh Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Barat untuk Reformasi Birokrasi dengan dukungan Kemitraan Bandung, Mei 2015

2 PartisiPasi Warga untuk reformasi Birokrasi sektor Pendidikan Sebuah catatan kegiatan jaringan kelompok masyarakat sipil dalam melakukan pengawasan terhadap Pelayanan Sekolah di Kota Bandung Diterbitkan oleh Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Barat untuk Reformasi Birokrasi dengan dukungan Kemitraan Bandung, Mei 2015

3 Pengawasan Warga untuk Reformasi Birokrasi Sektor Pendidikan Sebuah catatan kegiatan jaringan kelompok masyarakat sipil dalam melakukan pengawasan terhadap Pelayanan Sekolah di Kota Bandung Penulis: Rianizard Naufal A Editor: Wagiyo Ilustrator: Eddie B. Handono Layouter: Ery Bukhorie Diterbitkan oleh Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Barat untuk Reformasi Birokrasi dengan dukungan Kemitraan Bandung, Mei 2015

4 Pendahuluan Pemerintah mengakui bahwa penyelenggaraan pemerintahan masih perlu diperbaiki. Untuk itu diperlukan langkah-langkah yang mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini, reformasi birokrasi menjadi jawaban atas kebutuhan peningkatan kapasitas dan kualitas penyelenggara negara, termasuk dalam hal penyelenggaraan layanan publik. Reformasi birokrasi merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, terhadap aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process), dan sumber daya manusia. Di sisi lain, reformasi birokrasi membutuhkan input data dari berbagai pihak, termasuk dari masyarakat. Hal ini bahkan ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan persoalan birokrasi dan pelayanan publik. Selama ini, peran serta masyarakat dalam peningkatan kualitas layanan publik relatif lemah. Penyebabnya antara lain keterbatasan minat, pengetahuan, dan akses masyarakat tehadap proses penataan internal birokrasi. Penataan internal birokrasi selama ini lebih dimaknai sebagai domain internal pemerintah dan tertutup bagi publik. Oleh karenanya, diperlukan berbagai upaya penguatan kapasitas masyarakat untuk melakukan pengawasan dan dukungan terhadap perbaikan tata kelola internal birokrasi. Harapannya hal ini akan mendorong peningkatan kapasitas dan kualitas penyelenggara layanan publik yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

5 dasar hukum Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk melayani setiap warga negara dalam hal pemenuhan hak dan kebutuhan dasar. Dalam hal ini penyelenggara negara berkewajiban memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga negara dalam kerangka pelayanan publik. Di dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dimulai sejak penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan. Peran serta masyarakat yang dimaksud diwujudkan dalam bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik. Hal itu diperkuat dalam PP No. 96/2012 tentang Pelaksanaan UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik. Pada Pasal 40 disebutkan bahwa Penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dalam 2 dasar hukum

6 penyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya membangun sistem pelayanan publik yang adil, transparan, dan akuntabel. Sedangkan pada Pasal 41 disebutkan bahwa pengikutsertaan masyarakat tersebut mencakup keseluruhan proses penyelenggaraan pelayanan publik yang meliputi penyusunan kebijakan pelayanan publik, penyusunan standar pelayanan, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik, dan pemberian penghargaan. Secara khusus aturan tentang pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik diperjelas dalam Pasal 43. Disebutkan bahwa peran serta masyarakat dalam melakukan pengawasan dan evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan standar pelayanan, pengawasan terhadap penerapan kebijakan, dan pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik. Secara tersurat pasal tersebut mengingatkan keberadaan standar pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Penyusunan dan penerapan standar pelayanan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penyelenggara pelayanan publik, baik yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Hal itu telah diatur dalam Pasal 15 UU No. 25/2009 yang menyebutkan bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik, wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Pengaturan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kemudian dirumuskan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Publik Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan. Di dalam Permenpan disebutkan bahwa Standar Pelayanan tersebut sekurang-kurangnya memuat persyaratan, prosedur, waktu, biaya dan produk pelayanan serta mekanisme pengaduan. PartisiPasi Warga untuk reformasi Birokrasi sektor Pendidikan 3

7 area PengaWasan Standar pelayanan menjadi tolok ukur dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan masyarakat terhadap kinerja internal birokrasi pelayanan publik. Melalui standar pelayanan tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang sudah tertata baik dan permasalahan yang terjadi dalam penerapan. Berdasarkan Permenpan dan RB No. 15/2014, standar pelayanan terdiri atas dua komponen. Komponen pertama menyangkut proses penyampaian pelayanan (service delivery). Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses penyampaian pelayanan (service delivery) meliputi: persyaratan; sistem, mekanisme, dan prosedur; jangka waktu pelayanan; biaya/tarif; produk pelayanan, dan penanganan pengaduan, saran dan masukan Sedangkan komponen yang kedua menyangkut proses pengelolaan pelayanan di internal organisasi penyelenggara pelayanan (manufacturing). 4 area PengaWasan

8 Komponen yang menyangkut proses pengelolaan pelayanan di internal organisasi (manufacturing) meliputi: dasar hukum; sarana dan prasarana, dan/atau fasilitas; kompetensi pelaksana; pengawasan internal; jumlah pelaksana; jumlah pelayanan; jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan; dan, evaluasi penyelenggara Area pengawasan yang menjadi perhatian dalam pengawasan masyarakat terhadap kinerja penyelenggaraan pelayanan publik antara lain: a. Persyaratan. Terkait persyaratan, pengawasan dilakukan dengan memperhatikan daftar persyaratan yang telah ditetapkan untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan dan kapan persyaratan itu disampaikan (di awal, di akhir, atau secara bertahap); b. Prosedur. Terkait prosedur, pengawasan dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan dan kesesuaian antara SOP yang telah dibakukan dan penyelenggaraan pelayanan; c. Waktu pelayanan. Terkait waktu pelayanan, pengawasan dilakukan dengan memperhatikan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan satu jenis pelayanan dan keseluruhan (dari awal hingga akhir) proses pelayanan; d. Biaya. Terkait biaya, pengawasan dilakukan dengan memperhatikan jumlah biaya yang dibebankan ke pelanggan dari setiap jenis pelayanan (untuk pelayanan yang dipungut biaya), jumlah biaya yang dibebankan kepada unit pengelola pelayanan, dan daftar pelayanan yang diberikan gratis kepada pelanggan (apabila terdapat jenis pelayanan yang gratis); e. Produk pelayanan. Terkait produk pelayanan, pengawasan dilakukan dengan memperhatikan hasil akhir dari prosedur suatu jenis pelayanan. Produknya dapat berupa penyediaan barang, jasa dan/atau produk administrasi yang diberikan dan diterima; f. Pengelolaan pengaduan. Terkait pengelolaan pengaduan, pengawasan dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan prosedur pengelolaan pengaduan, termasuk petunjuk mengenai alamat pengaduan, baik berupa contact person, nomor telepon, alamat , dan alamat kantor yang dapat dihubungi. PartisiPasi Warga untuk reformasi Birokrasi sektor Pendidikan 5

9 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat sipil Peraturan perundang-undangan memberikan ruang bagi masyarakat untuk melakukan pengawasan dan mendorong perbaikan tata kelola pelayanan publik. Namun keterlibatan masyarakat dalam hal ini masih cenderung lemah. Untuk itu diperlukan penguatan kapasitas bagi kelompok masyarakat sipil agar mereka mampu dan mau terlibat dalam kegiatan ini. Salah satu kegiatan yang berkorelasi dengan penguatan kapasitas kelompok masyarakat sipil itu adalah Program Penguatan Kontrol Kelompok Masyarakat Sipil atas Proses Penataan Internal Birokrasi di Sektor Pendidikan di Kota Bandung dan di Sektor Kesehatan di Kabupaten Sumedang yang dilaksanakan Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Barat untuk Reformasi Birokrasi. Aliansi ini terdiri atas Perkumpulan Inisiatif, Kalyanamandira, Studio Driya Media, Pusat Pengembangan Partisipasi Masyarakat 6 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat sipil

10 Lokal (P3ML) Sumedang, dan Center for Economic and Development Studies (CEDS) Unpad. Sejumlah kegiatan dilakukan aliansi ini, antara lain riset dan assessment, workshop dan pelatihan, membangun jaringan kerja CSO, menyusun policy brief/kertas posisi kebijakan, mengelola kampanye publik, dan membangun kemitraan dengan pemerintah daerah. Salah satu pelatihan yang diselenggarakan Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Barat untuk Reformasi Birokrasi adalah Lokalatih bagi Kelompok Warga untuk Persiapan Praktik Pengawasan Warga terkait Perbaikan Pengelolaan Pelayanan Pendidikan di Kota Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Barat untuk Reformasi Birokrasi pada 30 Januari Februari 2015, bertempat di Hotel Grand Serela Kota Bandung. Tercatat 35 orang hadir sebagai peserta pada lokalatih ini. Di antara peserta terdapat 15 perempuan. Pada lokalatih ini, peserta mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai standar pengelolaan pendidikan, pengawasan pengelolaan pendidikan, dan instrumen pengawasan pengelolaan pelayanan pendidikan. Pengetahuan tersebut menjadi bekal bagi para peserta untuk melakukan praktik pengawasan di sejumlah sekolah yang ada di Kota Bandung. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman kelompok masyarakat sipil dan warga tentang pengelolaan pelayanan pendidikan di sekolah, serta meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat sipil dan warga dalam pengawasan pengelolaan pelayanan pendidikan dan mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan reformasi birokrasi sektor pendidikan di Kota Bandung. Pelatihan ini dilanjutkan dengan Praktik Pengawasan Warga terkait Perbaikan Pengelolaan Pelayanan Pendidikan di Kota Bandung. Pengawasan yang dilakukan fokus pada penerapan standar pengelolaan pendidikan di Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara dan observasi (pengamatan). Sedangkan yang menjadi objek pengawasan dalam kegiatan ini adalah sejumlah sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah umum, dan sekolah menengah kejuruan, yang terpilih secara sampling. PartisiPasi Warga untuk reformasi Birokrasi sektor Pendidikan 7

11 instrumen PengaWasan Untuk mengetahui sejauhmana penerapan standar pengelolaan pendidikan di Kota Bandung, tim surveyor mempergunakan kuisioner yang berisi 108 pertanyaan. Meski demikian tidak semua pertanyaan diajukan kepada setiap responden. Hanya pertanyaan relevan yang diajukan kepada responden tertentu. Terdapat empat kelompok responden yang dimintai keterangan dalam pengawasan ini. Mereka adalah kepala sekolah/wakilnya, staf komite sekolah (ketua/sekretaris/bendahara), anggota komite sekolah yang merupakan perwakilan orang tua/perwakilan kelompok orang tua, dan perwakilan dewan pendidik/dewan guru/ Wakasek bagian kurikulum. Pertanyaan yang diajukan kepada responden meliputi: 1. Perencanaan program, yang terdiri atas pertanyaan tentang visi, misi, tujuan, sekolah, dan rencana kerja; 2. Pelaksanaan rencana kerja, yang terdiri atas pelaksanaan kegiatan sekolah, bidang kesiswaan, bidang kurikulum dan 8 instrumen PengaWasan

12 pembelajaran, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, serta peran serta masyarakat dan kemitraan; 3. Pertanyaan tentang pengawasan dan evaluasi, yang terdiri atas sebelas pertanyaan tentang ketersediaan panduan pengawasan yang melibatkan pihak luar, selain komite sekolah; 4. Pertanyaan tentang sistem informasi manajemen yang terdiri atas dua pertanyaan mengenai ketersediaan petugas pengelola informasi dan pengaduan. Pertanyaan tentang visi, misi, tujuan, dan rencana kerja sekolah berkisar pada ketersediaan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja di sekolah, proses penyusunan dan penetapannya. Khusus mengenai rencana kerja, ditanyakan pula ketersediaan rencana jangka menengah dan tahunan. Pertanyaan tentang pelaksanaan rencana kerja berkisar tentang ketersediaan laporan pelaksanaan rencana kerja, proses penyusunan dan pelaporannya, serta ketersediaan dokumen pelaksanaan rencana kerja dan akses terhadap dokumen tersebut. Pertanyaan tentang kegiatan bidang kesiswaan berkisar pada proses penerimaan siswa baru, mulai dari dasar aturan yang digunakan, aturan dan proses penerimaan siswa baru, dan proses sosialisasi penerimaan siswa baru. Pertanyaan tentang kegiatan bidang kurikulum berkisar pada pendokumentasian/pengarsipan hasil kegiatan belajar, pengaduan kepada orang tua, laporan hasil belajar kepada dinas pendidikan, dan sosialisasi hasil belajar. Pertanyaan tentang kegiatan bidang sarana dan prasarana berkisar pada ketersediaan mekanisme pengelolaan atau penggunaan berbagai sarana dan prasarana pendidikan. Pertanyaan tentang kegiatan bidang keuangan berkisar pada ketersediaan pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional, proses penyusunan dan penyepakatan, serta sosialisasi dokumen. Pertanyaan tentang peran serta masyarakat dan kemitraan berkisar pada kesediaan sekolah melibatkan masyarakat dalam kegiatan nonakademik dan ketersediaan SOP kemitraan dengan masyarakat. PartisiPasi Warga untuk reformasi Birokrasi sektor Pendidikan 9

13 Pengalaman Warga melakukan PengaWasan Keinginan untuk meningkatan kualitas pendidikan menjadi simpul penting dalam pengawasan warga terhadap penerapan standar pengelolaan pelayanan di sekolah. Hal tersebut seperti diungkapkan Budhi Purnama Sari, Saya bukan ingin mencari salahnya atau menjelek-jelekan sekolahnya, tetapi ingin bersama-sama memperbaiki pendidikan, ujar Budhi yang tergabung dalam Forum Tata Kelola Pendidikan. Keberadaan komite sekolah pun masih dirasakan kurang berperan dalam peningkatan pelayanan pendidikan di sekolah. Terlebih, belum ada wadah bagi komite sekolah untuk meningkatkan kapasitasnya. Jadi kami memang menggali sendiri potensi-potensi kami sebagai komite, baik dari literatur, maupun aturan pemerintah, kata Tri Andayani yang tergabung dalam Forum Komite Sekolah se-bandung. Hal senada diungkapkan Rusdoyo Punsu. Menurutnya, rata-rata orang komite belum paham apa yang harus dikerjakan. Betul yang dikatakan ada empat hal yang bisa kita lakukan mulai dari advokasi, supporting, controling, dan evaluasi. Tetapi itu hanya sekedar cerita kata Rusdoyo yang aktif di Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan. 10 Pengalaman Warga melakukan PengaWasan

14 Dalam hal ini, Saeful Rochman berharap kegiatan ini bisa menyatukan visi berbagai elemen masyarakat yang peduli terhadap dunia pendidikan. Kita ingin semua pun ikut berbicara, ujar Saeful yang tergabung dalam Forum Orang Tua Siswa. Pengalaman Melakukan Praktik Pengawasan Mulai dari harus menunggu kedatangan kepala sekolah hingga menjadi harapan kepala sekolah merupakan hal yang dialami oleh mereka yang bertindak sebagai surveyor dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik di sekolah. Kita semakin pintar di lapangan, karena kondisi yang dihadapi di setiap sekolah beragam sekali, kata Tri. Ketika mendatangi sebuah sekolah menengah kejuruan, Tri harus menunggu berjam-jam karena kepala sekolahnya tidak ada di tempat. Akhirnya, ia pun dipersilakan pulang karena kepala sekolah dinyatakan tidak akan datang pada hari itu. Sedangkan Rusdoyo merasakan bagaimana rasanya menjadi sosok yang dicurigai ketika melakukan kegiatan ini. Ketika mendatangi sebuah sekolah untuk kepentingan pengumpulan data, ia justru dikira sebagai utusan organisasi tertentu yang akan meminta pungutan dari sekolah. Karena LSM atau ormas sudah tanda petik, kita yang ingin benarbenar membangun pendidikan malah mendapatkan nilai yang tidak baik, ujar Rusdoyo. Namun pengalaman baik dirasakan Budhi. Ia dianggap sebagai bagian dari sumber perbaikan. Apa yang kurang dari sekolah, mereka share dengan kita. Makanya mereka berterima kasih, tutur Budhi. Sedangkan Saeful Rochman menjumpai fenomena menarik di sebuah SD di Bandung Timur. Total siswa di SD itu hanya 80 orang. Semestinya bukan seenaknya membangun SD di mana-mana, tanpa memikirkan sarana dan mutunya kata Saeful. PartisiPasi Warga untuk reformasi Birokrasi sektor Pendidikan 11

15 Kendala Bertemu Narasumber Bertemu dengan narasumber merupakan persoalan tersendiri dalam praktik pengawasan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini narasumbernya adalah kepala sekolah, komite sekolah, dan orang tua siswa. Sebagian besar kepala sekolah sering tidak ditempat karena memang karena peraturan yang menuntut mereka untuk rapat dan rapat. Kita yang punya kebutuhan tidak dapat bertemu dengan kepala sekolah, ujar Budhi. Di SMA yang kami datangi kepala sekolahnya memang sulit untuk ditemui dengan dalih rapat. Benar atau tidaknya saya tidak tahu. Apa benar rapat atau hanya takut, kata Rusdoyo. Hal yang sama diungkapkan Saeful ketika mendatangi sebuah SD. Berdasar informasi yang diperolehnya, dalam satu minggu kepala sekolah meninggalkan sekolah satu hingga tiga kali, dengan alasan mengikuti rapat. Sementara itu meminta informasi kepada Komite Sekolah juga merupakan persoalan tersendiri. Beberapa Komite Sekolah cenderung mengabaikan permintaan untuk bertemu. Bahkan ada sekolah yang Komite Sekolah-nya belum berfungsi. Ketika diminta nomor teleponnya pun pihak sekolah agak segan untuk memberikannya. Akhirnya saya mengejar narasumber hingga ke tempat kerjanya, ujar Tri. Sementara orang tua siswa pun jarang datang ke sekolah, kecuali ada masalah pembayaran. Orang tua siswa SD tidak tahu apa-apa. Yang mereka tahu anak sekolah gratis, dari jam 7 sampai jam 12, kata Saeful. 12 Pengalaman Warga melakukan PengaWasan

16 replikasi kegiatan Walau terkesan sulit, praktik pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan layanan publik di sektor pendidikan berpeluang untuk diselenggarakan oleh masyarakat. Terlebih jika mempertimbangkan manfaatnya. Sejujurnya, saya sendiri sebagai orang tua, tanpa forum semacam ini tidak tahu harus ke mana dan kepada siapa untuk menyalurkan kegelisahannya, kata Budhi. Meski demikian, menurut Budhi, agar tujuan dari kegiatan semacam ini bisa optimal maka perlu dilakukan pelatihan terlebih dahulu. Sedangkan menurut Tri, pengawasan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang belum pernah melakukan pelatihan. Wah sepertinya tidak bisa. Tetap harus ada proses pelatihan. Walaupun kita diberi kebebasan untuk mengelola pesannya, tapi tetap harus ada pelatihan agar dapat merumuskan kegiatan yang kita lakukan akan seperti apa, targetnya siapa, dan hasil tujuan yang akan diperoleh seperti apa, kata Tri. Hal senada diungkapkan Rusdoyo. Menurutnya pelatihan itu penting sehingga siapa pun yang melakukan pengawasan sudah tahu landasannya seperti apa. Kembali lagi kepada konteks bahasa, bahwa pengawas itu lebih pintar dari pada yang diawasai ujar Rusdoyo. Sedangkan menurut Saeful, penyebaran dari mulut ke mulut relatif lebih efektif. Efeknya lebih emosional, sehingga masyarakat akan lebih peduli dan memikirkan bagaimana seharusnya pendidikan dikelola, ujar Saeful. PartisiPasi Warga untuk reformasi Birokrasi sektor Pendidikan 13

17 kesimpulan dan saran Pengembangan kualitas pendidikan seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. Kegiatan-kegiatan yang bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan sudah sepatutnya mendapat dukungan dari para pihak. Termasuk dalam hal pengawasan terhadap penyelenggaraan layanan publik di sektor pendidikan, khususnya pelayanan di sekolah. Namun berdasar pengalaman praktik pengawasan di sekolah, masih terdapat kendala berupa penolakan dari pihak sekolah dan Komite Sekolah ketika dimintai informasi terkait penyelenggaraan layanan publik di sekolah. Sementara itu orang tua siswa sebagai bagian dari pengguna layanan relatif sulit untuk dijumpai. Pada umumnya respon pihak sekolah terkait kegiatan ini cenderung pasif. Mereka baru aktif memberikan berbagai informasi setelah tahu manfaat yang diperoleh sekolah. Dengan memperhatikan manfaatnya, kegiatan pengawasan seperti ini sudah selayaknya untuk terus dilakukan. Meski demikian, perlu dilakukan pelatihan terlebih dahulu. Karena itu, pelatihan dan pembekalan tentang Reformasi Birokrasi Pendidikan harus diperbanyak sehingga masyarakat dapat mengetahui dan memahami maksud dan tujuan dari kegiatan semacam ini. Penguatan masyarakat tersebut diharapkan akan mempercepat perbaikan atas tata kelola internal birokrasi sektor pendidikan dan mewujudkan tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. 14 kesimpulan dan saran

18

19

PENGAWASAN WARGA UNTUK PERBAIKAN BIROKRASI SEKTOR KESEHATAN

PENGAWASAN WARGA UNTUK PERBAIKAN BIROKRASI SEKTOR KESEHATAN PENGAWASAN WARGA UNTUK PERBAIKAN BIROKRASI SEKTOR KESEHATAN Sebuah catatan kegiatan jaringan kelompok masyarakat sipil dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja Puskesmas di Kabupaten Sumedang Diterbitkan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa setiap penyelenggara

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANANDAN MAKLUMAT PELAYANAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN STANDAR

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 35 TAHUN 2014

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 35 TAHUN 2014 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 35 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

Lebih terperinci

pengantar : Pelayanan Publik dan Standar Pelayanan Publik (SPP)

pengantar : Pelayanan Publik dan Standar Pelayanan Publik (SPP) pengantar : Pelayanan Publik dan Standar Pelayanan Publik (SPP) Oleh : Drs. H. Gunarto, MM Konsultan/Expert pada Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP) Semarang Bumi Wana Mukti

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357); 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 ten

2015, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357); 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.957, 2015 LIPI. Pelayanan. Standar. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Inti Muatan Undang Undang No. 25/2009 ttg. Pelayanan Publik

Inti Muatan Undang Undang No. 25/2009 ttg. Pelayanan Publik DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 1 Inti Muatan Undang Undang No. 25/2009 ttg. Pelayanan Publik Mengatur Hak, Kewajiban dan Larangan Hak hak

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SURABAYA PERIODE Januari Desember 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK

STANDAR PELAYANAN PUBLIK LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI BALI TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI BALI NOMOR

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 56 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 55 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION SERI REKAMAN DOKUMEN UNIT KERJA TA. 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION PUSAT PENGKAJIAN SISTEM DAN TEKNOLOGI PENGAWASAN Jl. Gajah Mada No.

Lebih terperinci

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata

Lebih terperinci

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH Assalammu alaikum Wr.Wb

Lebih terperinci

SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA

SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA LAPORAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TAHUN 2017 SEMESTER 1 BPSDMP KEMENTERIAN PERTANIAN SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Dasar 1945 telah mengamanatkan,

Lebih terperinci

Standar Pelayanan [SP]

Standar Pelayanan [SP] Standar Pelayanan [SP] Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2013 KATA PENGANTAR Pusbindiklatren mengemban fungsi sebagai pembina perencana dan

Lebih terperinci

Mengukur Implementasi UU Pelayanan Publik Berdasarkan Pada Praktik-Praktik Baik Partisipasi Masyarakat

Mengukur Implementasi UU Pelayanan Publik Berdasarkan Pada Praktik-Praktik Baik Partisipasi Masyarakat Mengukur Implementasi UU Pelayanan Publik Berdasarkan Pada Praktik-Praktik Baik Partisipasi Masyarakat FRANSISCA FITRI MASYARAKAT PEDULI PELAYANAN PUBLIK/YAPPIKA JAMINAN UNTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, L

2017, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, L No.324, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Standar Pelayanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 19 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN PADA PENYELENGGARA PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Prima Universitas Brawijaya

Standar Pelayanan Prima Universitas Brawijaya Standar Pelayanan Prima Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya Malang 2012 Standar Pelayanan Prima Universitas Brawijaya Kode Dokumen : 00000 04002 Revisi : 0 Tanggal : 29 Juni 2012 Diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG Relationship Between Participation of School Committee with Fulfillment

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM)

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 Jl. Pangeran Hidayatullah, No. 1 Martapura Telp. (0511) 4721358 Fax. (0511) 4721027 Kalimantan Selatan 70611 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA UNIT PELAYANAN PUBLIK KEMENKO POLHUKAM PERIODE 2016 BEKERJASAMA UNIT PELAYANAN PUBLIK KEMENKO POLHUKAM DENGAN BIRO UMUM SEKRETARIAT KEMENKO POLHUKAM 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Berdasarkan Peraturan Menpan dan RB No. 30/2014 Tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, serta Kebutuhan Inovasi LAN

Berdasarkan Peraturan Menpan dan RB No. 30/2014 Tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, serta Kebutuhan Inovasi LAN Tri Widodo W Utomo Deputi Inovasi Adm. Negara LAN Berdasarkan Peraturan Menpan dan RB No. 30/2014 Tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, serta Kebutuhan Inovasi LAN Disampaikan pada Sosialisasi Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya guna meningkatkan kualitas pelayanan publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Repbulik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG I. UMUM Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Pasal 65

Lebih terperinci

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN Tanggal terbit : 05 Januari 2017

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN Tanggal terbit : 05 Januari 2017 Januari 2017 Halaman 1 dari 7 Januari 2017 1. Visi dan Misi Politeknik Visi : Kesehatan Kementerian Menjadi Institusi pendidikan tinggi kesehatan Kesehatan yang unggul, kompetitif dan bertaraf internasional

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 24 TAHUN 2014

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 24 TAHUN 2014 SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG PEDOMAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK NOMOR : 16 TAHUN 2014 TANGGAL : 2

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahapan perencanaan, proses pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI BESADU.be KECAMATAN PONTIANAK BARAT

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI BESADU.be KECAMATAN PONTIANAK BARAT LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI BESADU.be KECAMATAN PONTIANAK BARAT 1 LAB. INOVASI : KOTA PONTIANAK 2 NAMA INSTANSI : KECAMATAN PONTIANAK BARAT 3 JUDUL INOVASI : BESADU.be 4 TELP. INSTANSI : (0561)

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.750 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PELAYANAN PUBLIK SECARA NASIONAL (SIPP) EMIDA SUPARTI Kepala Bidang Pengelolaan Sistem Informasi Pelayanan Publik

SISTEM INFORMASI PELAYANAN PUBLIK SECARA NASIONAL (SIPP) EMIDA SUPARTI Kepala Bidang Pengelolaan Sistem Informasi Pelayanan Publik SISTEM INFORMASI PELAYANAN PUBLIK SECARA NASIONAL (SIPP) EMIDA SUPARTI Kepala Bidang Pengelolaan Sistem Informasi Pelayanan Publik KONDISI SAAT INI TUNTUTAN MASYARAKAT Pelayanan publik yang berkualitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Ketua Sekretaris Anggota : Aman Riyadi : Victor Teguh Prihartono : Helmina : Elfi Susanti Indri Andiniarti Catur Santi Darini ii DAFTAR ISI KATAPENGANTAR TIM PENYUSUN... i

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Ruang Lingkup Yanlik [Pasal 5 ayat (6)]. Sistem Pelayanan Terpadu [Pasal 9 ayat (2)]. Pedoman Penyusunan

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM)

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) LAYANAN PENERBITAN SURAT LAIK OPERASI (SLO) LEMBAR VERIFIKASI HASIL PENDARATAN IKAN (LVHPI) STASIUN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN PONTIANAK DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ir. CIPTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan publik hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh pemerintah. Kualitas pelayanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, negara sebagai penjamin kehidupan masyarakat harus mampu menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LAPOR! - SP4N untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik

LAPOR! - SP4N untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik LAPOR! - SP4N untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik Pengelolaan pengaduan adalah kegiatan penanganan pengaduan sesuai dengan mekanisme dan tata cara pengelolaan pengaduan, sedangkan Pengadu adalah seluruh

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PELAKSANAAN BUDAYA KERJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

Lebih terperinci

Laporan Indeks Kepuasan Masyarakat. Periode Desember 2014

Laporan Indeks Kepuasan Masyarakat. Periode Desember 2014 Laporan Indeks Kepuasan Masyarakat Periode Desember 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI VETERINER BANJARBARU 2014 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

11 Program Prioritas KIB II

11 Program Prioritas KIB II KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh: Gatot Sugiharto Asisten Deputi Bidang Pelayanan Perekonomian Deputi Pelayanan Publik Bandung, 18-19 April 2013 1 11 Program Prioritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut

Lebih terperinci

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Disampaikan dalam Acara: Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah Pekanbaru, 27 Maret 30 Maret 2012 oleh: Asisten

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa pelayanan publik merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PRODUK LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PELAYANAN PRIMA

MANUAL PROSEDUR PELAYANAN PRIMA MANUAL PROSEDUR PELAYANAN PRIMA JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 MANUAL PROSEDUR PELAYANAN PRMA JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kode Dokumen

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II Pengadilan Negeri Kelas II Prabumulih LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Lebih terperinci

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan 130 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya sebagai sumber informasi bagi teman sebaya para pendidik sebaya dan konselor sebaya melakukan berbagai langkah-langkah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

LAPORAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT (DUMAS) SEMESTER 1 TAHUN 2017

LAPORAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT (DUMAS) SEMESTER 1 TAHUN 2017 LAPORAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT (DUMAS) SEMESTER 1 TAHUN 2017 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN JULI 2017 KATA PENGANTAR Era reformasi birokrasi dan keterbukaan informasi publik menuntut

Lebih terperinci

1II PROFIL RESPONDEN...

1II PROFIL RESPONDEN... Daftar Isi Daftar Isi... 2 Bagian 1 PENDAHULUAN... 3 Latar Belakang... 3 Tujuan Survei... 4 Lokasi Survei... 4 Bagian 1I MODEL SURVEY... 5 Sumber Data... 5 Sempel Responden... 5 Waktu Pengumpulan Data...

Lebih terperinci

TAHAPAN PENGEMBANGAN KLA

TAHAPAN PENGEMBANGAN KLA 7 2012, No.170 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK TAHAPAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 PERATURAN MENTERI NOMOR 38 TAHUN 212 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan aparatur negara yang

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT (SKM)

SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMERDAYA KELAUTAN DAN PERIKAAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) PADA PELAYANAN PENERBITAN SURAT LAIK OPERASI (SLO) KAPAL PERIKANAN, SURAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan telah

Lebih terperinci

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR Padang, (29/08/2017) BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR TAP MPR Nomor VI Tahun 2002 merekomendasikan kepada Presiden untuk membangun kultur birokrasi ( budaya kerja ) yang transparan, akuntabel, bersih,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS 158 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS dan RKT. Dalam penyusunan RKS dan RKT ternyata memiliki proses yang dapat diamati berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH Berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 MEI 2016 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN SURVEI

Lebih terperinci

Kebutuhan Pelayanan Publik

Kebutuhan Pelayanan Publik BAB I Pendahuluan Bagian pendahuluan merupakan uraian yang mengantarkan pembaca untuk memahami apa yang dibicarakan dalam buku ini. Uraian terbagi dalam tiga subbab, yakni kebutuhan perbaikan pelayanan

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Yanlik [Pasal 39 ayat (4)].

Penyelenggaraan Yanlik [Pasal 39 ayat (4)]. DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 1) Ruang Lingkup Yanlik [Pasal 5 ayat (6)]. 2) Sistem Pelayanan Terpadu [Pasal 9 ayat (2)]. 3) Pedoman Penyusunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016 LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2016 LAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA UPT STASIUN PENGAWASAN SDKP TUAL PERIODE JANUARI S.D DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT DALAM MELAKSANAKAN KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASINYA 2013-2014 Oleh: Dr. Drs. H. Maisondra, S.H, M.H, M.Pd,

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM)

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) i SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) PADA UPT PANGKALAN PENGAWASAN SDKP TUAL PERIODE TAHUN 2017 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGKALAN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran No.2100, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pelayanan Terpadu. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU PADA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK BIDANG PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat memiliki stigma bahwa organisasi sektor publik (pemerintahan) hanya sebagai sarang pemborosan keuangan negara saja (Mahmudi 2005). Hal ini mendorong

Lebih terperinci

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan

Lebih terperinci